Anda di halaman 1dari 5

Review dan Ringkas Artikel

FRAUD EXAMINATION and FORENSIC ACCT


Dewi Chalimah
166020310111026
Program Joint Program Akuntansi

Berikut adalah sepuluh jurnal atau artikel sebagai bahan untuk membuat review dan
ringkasan pada materi sesi kedua ini :
1 Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal oleh Tri
Ramaraya Koroy di STIE Nasional Banjarmasin
2 Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Asset Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh Ananda Aprishella Parasmita Ayu Putri Di
Universitas Negeri Yogyakarta
3 Gejala Fraud Dan Peran Auditor Internal Dalam Pendeteksian Fraud Di Lingkungan
Perguruan Tinggi (Studi Kualitatif) Oleh Rosmita Dewi Dan R. Nelly Nur Apandi Di
Universitas Pendidikan Indonesia
4 Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan Kecurangan Dalam Laporan Keuangan ?
Oleh Dwi Ratmono, Yuvita Avrie D Dan Agus Purwanto Di Universitas Diponegoro
5 Akuntansi Forensic Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Oleh I Dewa
Nyoman Wiratmaja Di Universitas Udayana
6 Peran Manajemen Dan Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan Oleh Fatahul Rahmn Di Politeknik Negeri Samarinda
7 Determinasi Kecurangan Laporan Keuangan Pengujian Terori Fraud Triangle Oleh
Yuvita Avrie Diany Dan Dwi Ratmono Di Universitas Diponegoro
8 Peran Audit Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Oleh Nip Utu
Sri Astuti Di Universitas Negeri Surabaya
9 Auditing Forensic Dan Value For Money Audit Oleh Dwi Sudaryati Di Universitas
Muria Kudus
10 Pemeriksaan Fraud Dalam Akuntansi Forensic Dan Audit Investigative Oleh Annisa
Sayyid Di IAIN Antasari Banjarmasin.
Kecenderungan kecurangan akuntansi atau yang dalam Bahasa pengauditan disebut dengan
fraud akhir-akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang sering terjadi. Farud
sendiri mempunya pengertian proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda, statistik, atau
dokumen-dokumen, dengan maksud untuk menipu. Kejahatan yang serupa dengan penipuan
adalah kejahatan memperdaya yang lain, termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh
melalui pemalsuan. Pada dasarnya ada dua tipe kecurangan yang terjadi di suatu instansi
ataupun perusahaan , yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal yaitu kecurangan yang
dilakukan oleh pihak luar terhadap perusahaan dan kecurangan internal adalah tindakan tidak
legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap perusahaan. Kecurangan Akuntansi (fraud)
yang terjadi menjadi salah satu cikal bakal munculnya tindak pidana korupsi. Korupsi adalah
tindakan seorang pejabat atau petugas yang secara tidak sah dan tidak benar, memanfaatkan
pekerjaannya atau karakternya untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri atau untuk
orang lain, dengan melanggar kewajiban dan hak orang lain.
Rendahnya pengendalian internal juga terjadi di Perusahan-Perusahaan publik di
Indonesia,berdasarkan hasil studi Bapepam tahun 2006, fungsi audit internal di Indonesia masih
tergolong dalam kategori yang belum memadai, hasil studi ini masih relevan dan sejalan dengan
pernyataan Anwar Nasution dalam sambutannya sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) pada penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 tahun anggaran 2009 kepada
DPR, Selasa 15 September 2009 menyatakan bahwa fungsi audit internal di Indonesia masih
belum efektif. Association of Certified Fraud Examinations (ACFE), salah satu asosiasi di USA
yang memfokuskan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan penyimpangan. Bentuk
penyimpangan dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) yaitu: penyimpangan pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting), asset misappropriation (penyalahgunaan aset) dan corruption.
Tindakan fraud dilakukan disebabkan karena tiga hal yaitu 1)Tekanan (Pressure), 2) Kesempatan
(opportunity) dan 3) Pembenaran atas tindakan (rationalization), ketiga hal tersebut dikenal
dengan The Fraud Triangle.
Elemen yang pertama adalah pressures, para ahli membagi tekanan kedalam 4 (empat)
jenis tekanan, yaitu : tekanan keuangan (financial pressures), sifat buruk (vices), tekanan kerja
(work-related pressures) dan tekanan lainnya (other pressures). Sedangkan elemen yang kedua
yaitu opportunity, kesempatan dalam melakukan tindakan fraud disebabkan hal-hal berikut ini
yaitu : Lack of or circumvention of controls that prevent and/or detect fraudulent behavior,
Inability to judge quality performance, failure to discipline fraud perpetrators, lack of access to
information, ignorance,apathy and incapacity, lack of an audit trail. Elemen yang ketiga adalah
pembenaran atas tindakan (Rationalization). Beberapa pembenaran berikut ini sering digunakan
oleh para pelaku tindakan fraud (fraudsters) yaitu : the organization owes it to me, I am only
borrowing the money-I will pay it back, nobody will get hurt, I deserve more, its for a good
purpose, well fix the books as soon as we get over this financial difficulty, something has to be
sacrificed-my integrity or my reputation.
Mengenai tujuan dari pelaporan keuangan, salah satunya adalah menyediakan informasi
yang berguna untuk para investor dan kreditor yang sudah ada maupun para investor dan kreditor
potensial dalam membuat suatu keputusan yang rasional mengenai investasi, kredit, serta
keputusan lain yang sejenis. Menyadari pentingnya kandungan informasi dalam laporan
keuangan menjadikan para manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan
begitu eksistensi perusahaan akan tetap terjaga. Namun terdapat beberapa kasus di mana manajer
gagal dalam mencapai tujuan kinerjanya sehingga informasi yang akan tampil dalam laporan
keuangan tidak akan memuaskan. terkadang manajemen rela melakukan kecurangan supaya
informasi dalam laporan keuangan terlihat baik. sebagai upaya dalam mencegah perbuatan
tersebut maka menjadi tugas bagi auditor untuk mendeteksi adanya kecurangan. Standar
Auditing Seksi 316 (PSA no. 70) menyatakan bahwa auditor tidak dapat memperoleh keyakinan
absolut namun auditor harus dapat memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji material
dalam laporan keuangan dapat terdeteksi, termasuk salah saji material sebagai akibat dari
kecurangan. Audit harus secara khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporan
keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus mempertimbangkan taksiran risiko ini dalam
mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan. Saat melakukan penaksiran ini, auditor harus
mempertimbangkan faktor risiko kecurangan yang berdasarkan pada teori fraud triangle.
Pendekatan akuntansi forensik akan sangat membantu dalam menganalisis berbagai kasus
korupsi di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan korupsi sistemik yang dilakukan melalui
konspirasi yang telah dipersiapkan dengan dukungan dokumen legal oleh para pelakunya.
Berbagai kasus memperlihatkan bahwa yang diutamakan dalam mempertanggungjawabkan suatu
pekerjaan adalah dalam rangka memenuhi persyaratan-persyaratan formal yang akan diminta
oleh pemeriksa. Misalnya keharusan adanya kuitansi pengeluaran, daftar hadir rapat untuk
pembayaran honor atau tiket pesawat terbang dan bording pass dalam kasus-kasus
pertanggungjawaban belanja. Dokumen-dokumen formal yang disiapkan atau khusus disiapkan
untuk mengesankan bahwa secara yuridis formal sebuah belanja adalah legal padahal
didalamnya ada upaya rekayasa dengan dokumen fiktif, konspirasi pelaksanaan tender atau mark
up. Dihadapkan pada korupsi yang melibatkan praktik-praktik sistemik dan melembaga seperti
yang dijelaskan oleh capture theory membuat upaya dan strategi pemberantasan korupsi menjadi
semakin rumit. Strategi dalam pemberantasan korupsi setidaknya harus memuat dua persyaratan
yaitu adanya komitmen politik nasional untuk memberantas korupsi dan adanya sejumlah
aktivitas yang dapat dilihat oleh masyarakat luas sebagai entry-point atau pintu masuk
pemberantasan korupsi.
Sebenarnya kunci kesuksesan pelaksanaan audit forensik terletak pada pelaksananya,
yaitu auditornya sendiri Seorang auditor forensik dituntut untuk selalu memperbaharui
pengetahuannya secara terus menerus dan memperkaya pengetahuannya dengan kemampuan lain
yang menunjang misalnya pengetahuan tentang perpajakan, asuransi, pasar uang dan saham,
peraturan perbankan di Indonesia maupun negara-negara lainnya, dan sebagainya. Pengetahuan
yang komprehensif terhadap suatu masalah akan mempertajam intuisi dan hal ini amat
dibutuhkan dalam melakukan audit. Auditor khusus haruslah menutup semua celah yang
mungkin dapat dimanfaatkan oleh para koruptor selain melalui kerjasama dengan para praktisi
dan pakar bidang yang terkait, juga dengan pengetahuan terhadap permasalahan yang
dihadapinya. Disamping itu membekali diri dengan mental yang kuat, tahan godaan, dan
mempunyai motivasi yang kuat juga menjadi dasar seorang auditor forensik.
Namun akuntan forensik tidak dapat berjalan sendiri dan berhasil menuntaskan kasus kasus
korupsi tanpa peran penegak hukum dimana keduanya disebut sebagai pilar utama. Seorang
auditor forensik bisa saja mengungkap adanya tindak pidana korupsi tetapi tidak berhak untuk
melakukan proses hukum. Akuntan dan penegak hukum bekerja dengan perangkat peraturan-
peraturan dan standar yang disusun dengan suatu proses politik. Pressure groups dan kalangan
pers merupakan pilar lainnya yang secara aktif dan terus-menerus sebagai representasi dari
masyarakat luas melempar diskursus-diskursus kepada publik untuk menjaga momentum dan
menjaga pilar utama. Beberapa yang termasuk pressure groups (semacam LSM) adalah; ICW
(Indonesian Corruption Watch), GEMPITA (Gerakan Masyarakat Peduli Harta Negara), KMPK
(Komisi Masyarakat untuk Penyelidikan Korupsi), MTI (Masyarakat Transparasi Indonesia).
Sedangkan pers sangat berperan menjadi penghubung atau alat komunikasi antara publik dengan
elemen-elemen lainnya. Selain itu, para mahasiswa sebagai wakil masyarakat di perguruan
tinggi termasuk yang berperan amat penting dalam masalah ini. Hal penting yang perlu dicatat
bahwa rumah itu berdiri di atas dasar kehidupan politik yang kondusif.
Apabila ilmu auditing forensik ini sudah dikenal dan diaplikasikan secara luas oleh para
akuntan, baik akuntan pemerintah maupun akuntan publik, maka kiprah akuntan akan lebih
terdengar oleh masyarakat awam, karena selama ini seolah-olah timbul kesan dari masyarakat
awam, bahwa akuntan merupakan profesi yang eksklusif dan lebih dekat dengan para pemilik
kapital. Untuk menghilangkan kesan tersebut diperlukan kerjasama akuntan dari semua lini, baik
akuntan pemerintah, akuntan publik, serta akuntan pendidik. Dewasa ini, para praktisi akuntan
perlu lebih melakukan gerakan-gerakan publik termasuk menunjukkan perannya dalam
mengungkap kasus-kasus korupsi untuk lebih mendekatkan profesi akuntan dengan masyarakat
awam dan terus menerus meningkatkan profesionalismenya serta kemampuannya untuk
mempersempit expectation gap, yang pada gilirannya akan mempertegas keberpihakan akuntan
pada masyarakat. Pada masa ini sangatlah penting bagi para akuntan untuk memposisikan
dirinya dan menciptakan ruang gerak yang lebih independen.

Anda mungkin juga menyukai