AUDIT INTERNAL
Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Audit dan Kompetensi Terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
DISUSUN OLEH:
1. Chrisentia Lingga (2005151012)
2. Ossy Afrielza (2005151006)
3. Riris Novryanti Sigalingging (2005151042)
AKP-7B
DOSEN PENGAMPU:
DR. DELLIANA, S.E. AK., MSI., CA.
Abstrak
Fraud refers to unlawful acts committed by individuals, both inside and outside an organization,
for personal or group interests, which directly harm other parties. This research aims to
evaluate auditors' professional skills, audit experience, and fraud detection expertise. The
research method applied is Systematic Literature Review (SLR). In the data collection process,
all articles with relevant research topics were identified and evaluated. A total of 20 articles
were used, with at least 6 taken from Google Scholar. Research findings show that professional
skills, audit experience, and competence have a significant impact on the auditor's ability to
detect fraud.
Keywords: Fraud, Professionalism, Audit experience, Competence
Abstrak
Kecurangan merujuk pada tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh individu, baik di
dalam maupun di luar suatu organisasi, demi kepentingan pribadi atau kelompok, yang secara
langsung merugikan pihak lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keterampilan
profesional auditor, pengalaman audit, dan keahlian deteksi kecurangan. Metode penelitian yang
diterapkan adalah Systematic Literature Review (SLR). Dalam proses pengumpulan data, semua
artikel dengan topik penelitian yang relevan diidentifikasi dan dievaluasi. Sebanyak 20 artikel
digunakan, dengan setidaknya 6 diambil dari Google Scholar. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa keterampilan profesional, pengalaman audit, dan kompetensi memiliki dampak signifikan
terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Perkembangan ekonomi dan teknologi saat ini tidak hanya memberikan dampak positif
pada pembangunan negara, tetapi juga menjadi tantangan karena meningkatnya tindakan
penipuan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan cepat. Kecurangan semakin
menjadi permasalahan di berbagai sektor, termasuk bisnis, organisasi, dan lembaga pemerintah.
Ini menunjukkan kebutuhan mendesak akan penanganan kecurangan, mengakibatkan setiap
perusahaan atau instansi pemerintah melibatkan auditor untuk melakukan pemeriksaan terhadap
laporan keuangan mereka. Tindakan kecurangan yang umum melibatkan manipulasi informasi
dalam laporan keuangan, penghapusan dokumen, dan upaya untuk meningkatkan keuntungan,
yang pada akhirnya dapat merugikan ekonomi perusahaan maupun ekonomi nasional.
Kecurangan sering kali dipicu oleh peluang untuk melakukan tindakan penipuan. Dalam konteks
ini, kecurangan didefinisikan sebagai serangkaian pelanggaran yang melibatkan tindakan
melawan hukum yang dilakukan secara sengaja dan dengan tujuan tertentu, seperti memberikan
kesan yang salah atau menyesatkan kepada pihak lain, baik oleh individu di dalam maupun di
luar organisasi, demi kepentingan pribadi atau kelompok. Tindakan ini dapat merugikan secara
langsung maupun tidak langsung generasi bangsa lain (Karamoy dan Wokas, 2022).
Berita tentang penangkapan penyidik dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang
dilakukan oleh Badan Pengawasan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah bukan
merupakan kabar baru. Penangkapan beberapa penyidik BPK tidak terjadi tanpa alas an,
melainkan karena tindakan mereka yang dianggap melanggar, yaitu memberikan suap untuk
memperoleh sertifikat Tanda Bukti Pembayaran (WTP) yang tidak sah. Komisi Pemberantasan
Korupsi menegaskan bahwa tidak ada dugaan korupsi terkait penerimaan hadiah atau janji.
Selain itu, kecurangan dalam pelaporan keuangan seringkali memicu kasus yang melibatkan
perusahaan multinasional dan swasta. Beberapa contoh melibatkan kasus penipuan yang
merugikan negara sebesar Rp 13,7 triliun oleh beberapa pengelola Jiwasraya pada tahun 2020,
serta kasus PT Garuda pada 31 Desember 2018 yang terkait dengan penyajian laporan keuangan.
Kejadian-kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas auditor dalam mendeteksi
kecurangan. Kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan dianggap sebagai parameter
kualitas. Oleh karena itu, auditor perlu meningkatkan kehati-hatian dan kecermatan saat
melakukan audit terhadap laporan keuangan. Salah satu indikator keberhasilan audit adalah
kemampuan auditor dalam mengidentifikasi dan mendeteksi potensi kecurangan yang dilakukan
oleh pihak yang diaudit. Dalam upaya menghindari kecurangan, auditor harus memiliki
pemahaman mendalam tentang definisi penipuan, jenis-jenis penipuan, tanda-tanda penipuan,
dan metode deteksinya. Faktor-faktor yang dapat menjadi indikasi adanya penipuan, yang
dikenal sebagai "tanda bahaya" (red flags), dapat muncul melalui karakteristik atau kondisi
tertentu. Teori segitiga penipuan yang diusulkan oleh Cressey (1953) menyatakan bahwa
terdapat tiga kondisi yang dapat mendukung terjadinya penipuan.
Faktor-faktor yang disebutkan terdiri dari peluang, tekanan, dan rasionalisasi, yang saling
mendukung dan dianggap sebagai unsur teoritis yang perlu ada agar seseorang melakukan
kecurangan (Ratmono, Diany, dan Purwanto, 2017; Wahyuni dan Nova, Nova, 2019). Auditor
harus mempertahankan sikap profesionalisme sesuai dengan standar umum ketiga SPKN.
Standar tersebut menegaskan bahwa auditor harus menggunakan keahlian profesional mereka
secara cermat dan menyeluruh saat melaksanakan audit dan menyusun laporan audit. Ini berarti
auditor harus memiliki keterampilan audit yang komprehensif, merencanakan dan melaksanakan
pekerjaan mereka dengan hati-hati, serta menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka
secara cermat untuk memberikan keyakinan bahwa laporan tahunan tidak mengandung kesalahan
signifikan yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Selain profesionalisme,
pengalaman auditor memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan audit. Auditor
perlu memiliki pengalaman audit dan pengetahuan teknis agar tidak mudah terpengaruh oleh
pernyataan atau pendapat yang mencurigakan (Nurjanah, Bunga Irwati, dan Kartika Andi, 2016).
Pengalaman ini tidak hanya memberikan peluang pembelajaran yang baik bagi auditor internal,
tetapi juga memperkaya mereka dengan teknik audit. Pengalaman ini juga memberikan
kesempatan untuk menghadapi dan menyelesaikan hambatan serta masalah dalam tugas audit,
sambil tetap mengendalikan kecenderungan emosional terhadap entitas yang sedang diteliti.
Sesuai dengan Standar Profesional Auditor (SPAP), auditor independen diharapkan memiliki
pelatihan dan pengalaman yang memadai, yang biasanya diperoleh melalui praktik industri audit.
TINJAUAN LITERATUR
Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori agensi dapat dilihat sebagai suatu kerangka
kerja yang menggambarkan hubungan antara prinsipal dan agen. Dalam konteks ini, prinsipal
mengacu pada pihak yang memiliki hak untuk membuat keputusan tentang masa depan
perusahaan dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada agen. Dengan demikian, esensi
dari teori agensi terletak pada hubungan antara dua pihak utama, yaitu pemilik (prinsipal) dan
manajer (agen).
Teori agensi menguraikan peran yang berbeda antara pemilik-prinsipal dan CEO dalam
struktur organisasi. Dalam konteks representasi, peran pihak ketiga adalah memantau kegiatan
manajemen sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan keinginan klien.
Auditor dianggap sebagai perantara yang menghubungkan prinsipal dan agen, dengan tanggung
jawab mengawasi tindakan agen dan menyatakan kebenaran laporan keuangan yang disajikan
oleh agen. Dalam kerangka ini, fokus perhatian muncul terkait dengan penilaian terhadap
kualitas audit yang dilakukan oleh auditor.
Kecurangan (fraud)
Kecurangan dapat diartikan sebagai tindakan penipuan dan pelanggaran hukum yang
merugikan kepercayaan yang diberikan oleh seseorang kepada pelaku penipuan. Dalam ranah
akuntansi, kecurangan merujuk pada tindakan penipuan yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh uang atau keuntungan, terutama melibatkan manipulasi keuangan perusahaan.
Joseph Wells, pendiri dan presiden ACFE, seperti yang diutarakan oleh Iqbal dan Murtanto
(2016), mendefinisikan penipuan sebagai "sesuatu yang melibatkan segala jenis kejahatan untuk
mendapatkan sesuatu yang menggunakan penipuan atau penipuan sebagai modus operasi utama."
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penipuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok dengan cara yang tidak sah.
Profesionalisme Auditor
Profesionalisme auditor memiliki peran yang sangat krusial dalam pelaksanaan tugasnya,
karena dapat berpengaruh pada kualitas pekerjaan yang dilakukan. Menurut Longman (1987),
profesionalisme dapat diartikan sebagai perilaku, keterampilan, atau karakteristik yang dimiliki
oleh seorang profesional. Keterampilan profesional pemeriksa negara diatur dalam standar
umum ketiga SPKN, yang menekankan bahwa pemeriksa harus memanfaatkan keahliannya
dengan cermat dan teliti saat melakukan pemeriksaan serta merangkum laporan pemeriksaan.
Standar umum ketiga ini, seperti yang dijelaskan dalam SA Professional auditor § 230 (IAPI,
2011), menyatakan bahwa auditor harus menggunakan keterampilan profesionalnya dengan hati-
hati dan menyeluruh ketika mengevaluasi dan menyusun laporan.
Dengan kata lain, dalam konteks auditor, profesionalisme berarti bahwa mereka harus
merencanakan dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan penuh profesionalisme dan akurasi.
Dengan kata lain, auditor diharapkan menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan
akurat, sesuai dengan pandangan yang diungkapkan oleh Sitio (2018). Menurut Hall (1996),
Theresia (2003), dan Satriawa (2013), tanggung jawab sosial dalam profesi auditor mencakup
pandangan tentang pentingnya peran suatu profesi dan nilai pekerjaan bagi masyarakat dan para
profesional. Tanggung jawab sosial ini menekankan pentingnya melaksanakan tugas auditor
dengan jujur dan akurat demi kepentingan masyarakat dan profesinya sendiri.
Pengalaman Auditor
Kompetensi
Secara etimologis, istilah "kompetensi" berasal dari bahasa Inggris, yakni "competence"
atau "competency," yang merujuk pada keterampilan, kemampuan, dan kewibawaan. Pada
dasarnya, kompetensi dapat diartikan sebagai keterampilan atau kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam menjalankan tugas atau pekerjaan di suatu bidang sesuai dengan posisinya.
Kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai aspek pribadi pegawai yang memungkinkannya
mencapai hasil yang lebih baik, melibatkan karakteristik, motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, di mana kompetensi dapat membentuk perilaku yang pada akhirnya
memengaruhi kinerja (Wicaksono Monot, 2015).
Jack Gordon (1998) menyatakan bahwa konsep kompetensi mencakup enam aspek, yakni
informasi, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, dan minat. Sementara itu, kualifikasi, seperti
yang dijelaskan oleh Ilmiyati dan Suhardjo (2012), mengacu pada pengetahuan profesional yang
diperoleh oleh seorang auditor melalui pendidikan formal, kualifikasi profesional, serta
partisipasi dalam pelatihan, seminar, dan simposium.
Kompetensi, sebagai suatu keterampilan, dapat diterapkan secara objektif dalam konteks
audit. Meskipun pengalaman memiliki peran penting, penilaian terhadap kompetensi atau
pengetahuan tidak hanya bergantung pada pengalaman belaka. Pengambilan keputusan yang
efektif memerlukan pertimbangan terhadap aspek-aspek lain, karena seseorang memiliki
berbagai elemen lain dalam dirinya. Selain pengalaman, pengetahuan juga memainkan peran
kunci (Ilmiyati dan Suhardjo, 2012). Di setiap organisasi, tanggung jawab seorang supervisor
adalah memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilakukan oleh pengawas yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dengan
baik (Ilmiyati dan Suhardjo, 2012).
Akuntan juga perlu memiliki kemampuan analitis yang tinggi untuk mengevaluasi
informasi dan data. Mereka harus mampu mengenali pola tren atau anomali yang dapat
menunjukkan potensi kecurangan. Auditor harus tetap waspada terhadap "tanda bahaya" atau
tanda-tanda potensial penipuan, seperti perubahan mendadak dalam perilaku karyawan, kejadian
yang tidak biasa, atau ketidaksesuaian antara data keuangan dan operasional. Auditor yang
memiliki kemampuan mendeteksi kecurangan kemungkinan besar akan mengenali indikator-
indikator kecurangan dalam organisasi, yang memerlukan pengawasan atau penyelidikan lebih
lanjut (Pramudyastuti, 2014). Secara umum, sinyal-sinyal yang digunakan untuk melakukan
kecurangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu kecurangan yang berasal dari
dalam perusahaan dan kecurangan yang berasal dari luar perusahaan (Fonorow, 1989; Setiawan,
2003). Dalam memberikan opini mengenai hasil pengendalian, auditor dipengaruhi oleh
kompetensi dan keterampilan sebagai bagian dari kompetensinya (Putri, 2022).
METODE PENELITIAN
Anditiasar dan timnya (2021) menjelaskan bahwa Systematic Literature Review (SLR)
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menginterpretasi seluruh penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam suatu bidang.
Dalam pelaksanaannya, penelitian SLR melibatkan tinjauan secara sistematis terhadap artikel-
artikel yang relevan dengan topik penelitian tertentu. Proses ini melibatkan langkah-langkah
identifikasi dan evaluasi secara sistematis terhadap artikel-artikel yang berkaitan dengan topik
penelitian yang dipilih oleh peneliti.
Daftar artikel yang terkait dengan topik pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan
perusahaan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Daftar dan Hasil Artikel Terkait Pengaruh Profesional Auditor, Pengalaman Auditor, dan
Kompetensi Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Beberapa faktor, seperti kompetensi dan pengalaman kerja, diidentifikasi sebagai variabel
yang memengaruhi kemampuan auditor dalam mengidentifikasi kecurangan. Dengan nilai
koefisien determinasi sebesar 0,612, dapat disimpulkan bahwa sekitar 61,2% variasi dalam
kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan dapat dijelaskan oleh variabel independen
yang diteliti. Sisanya, sekitar 31,8% dari variasi tersebut dianggap berasal dari faktor-faktor lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dapat disarikan bahwa
keterampilan profesional auditor, pengalaman, dan kualifikasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arnanda, C. R., Purba, V. D., & Putri, A. P. (2022). Pengaruh Kompetensi Profesionalisme,
Beban Kerja, Pengalaman Auditor Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan. Owner: Riset & Jurnal Akuntansi.
Arnanda, C. R., Purba, V. D., & Putri, A. P. (2022). Pengaruh Kompetensi, Profesionalisme,
Beban Kerja, Pengalama Auditor Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan. Riset & Jurnal Akuntansi.
Elfia, O., & NR, E. (2022). Pengaruh Pelatihan Auditor, Tekanan Waktu, dan Skeptisisme
Profesional terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan: Studi Empiris
pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Eksplorasi Akuntansi (JEA).
Hadijal, S., & Kuntadi, C. (2023). Pengaruh Skeptisisme Profesional, Independensi Auditor dan
Pelatihan Audit Kecurangan Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan. Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi.
Indrawati, L., Cahyono, D., & Maharani, A. (2019). Pengaruh Skeptisisme Profesional,
Independensi Auditor dan Pelatihan Audit Kecurangan Terhadap Kemampuan Auditor
dalam Mendeteksi Kecurangan. Intenational Journal of Social Science and Business.
Ira, N., & Nofryanti. (2016). Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor terhadap
Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Universitas Pamulang.
Muharam, A. M., & Yuyetta, E. N. (2022). Pengaruh Indepedensi, Kompetensi Dan Skeptisme
Profesional Auditor Internal Pada Pencegahan Fraud Karyawan Di Universitas. Jurnal
Ilmiah Ekonomi dan Bisnis Universitas Multi Data Palembang.
Peuranda, J. H., Hasan, A., & Silfi, A. (2019). Pengaruh Independensi, Kompetensi dan
Skeptisme Profesional terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan
dengan Pelatihan Audit Kecurangan sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi.
Rahmawati, A., & Kuntadi , C. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendeteksian Fraud:
Kompetensi, Profesionalisme dan Pengalaman Audit (Literature Review Audit). Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial.
Sari, Y. E., & Helmayunita, N. (2018). Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman, dan Skeptisme
Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi
Empiris pada BPK RI Perwakilan Propinsi Sumatera Barat). Jurnal WRA.
Syadiah, H., Ilyas, F., & Oktora, B. E. (2022). PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL,
TIME PRESSURE, LOCUS OF CONTROL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN
PENGALAMAN TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI
KECURANGAN. Indonesia Journal of Accounting and Business.