Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, INDEPENDENSI, RED FLAGS, DAN

TIME PRESSURE AUDITOR TERHADAP DETEKSI KECURANGAN (FRAUD)

PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DENPASAR

OLEH

NAMA : NI NYOMAN TRI WEDAYANI PUTRI

NPM : 1933121022

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
1.1 Latar Belakang Masalah

Kecurangan tidak hanya terjadi pada pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah,

melainkan juga lingkungan perusahaan serta tidak hanya melibatkan orang-orang yang

memiliki jabatan tinggi tetapi juga orang-orang yang berada dibawahnya atau biasa disebut

jabatan yang rendah.. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan kecurangan harus segera

ditangani. Oleh karena itu, setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan memerlukan

auditor untuk memeriksa laporan keuangan. Seorang auditor dituntut memberikan

kepercayaan yang cukup tentang akuntabilitas manajemen atas aset perusahaan (Indriyani and

Hakim 2021) .Laporan keuangan sangat dipercaya menjadi salah satu acuan bagi para

investor dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Auditor juga harus memastikan bahwa

laporan keuangan tidak mengandung salah saji, baik yang disebabkan akibat kekeliruan

maupun fraud (kecurangan). Seorang auditor dalam melakukan tugasnya tidak semata-mata

mengikuti prosedur yang ada dalam program audit, tetapi juga harus dilandasi dengan adanya

sikap skeptisme professional. Standar Audit 200 menyatakan bahwa auditor harus

mempertahankan skeptisme professional sepanjang audit, menyadari kemungkinan bahwa

kesalahan penyajian data atau bukti yang diakibatkan kecurangan dapat terjadi.

Kegagalan saat melakukan audit sering terjadi,seperti pada kasus berikut ini.

Kementerian Keuangan memaparkan tiga kelalaian Akuntan Publik (AP) dam mengaudit

laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018. Hal itu akhirnya berujung

sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Adapun laporan keuangan tersebut

diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto,

Fahmi, Bambang, dan Rekan. Sebelumnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menuai

polemic. Hal itu dipicu oleh penolakan dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan

Dony Oskaria untuk menandatangani persetujuan atas hasil laporan keuangan 2018.

Keduanya memiliki perbedaan pendapat terkait pencatatan transaksi dengan Mahata senilai
US$239,94 juta pada pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari

Mahata hingga akhir 2018. Pada kasus ini terdapat beberapa kelalaian yang dilakukan.

Pertama, AP bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan

perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan piutang dan pendapatan lain-lain.Sebab, Akuntan

Publik ini sudah mengakui pendapatan piutang meski secara nominal belum diterima oleh

perusahaan. Sehingga Akuntan Publik ini terbukti melanggar Standar Akuntansi (SA) 315.

Kedua, akuntan public belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk menilai

perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi perjanjian transaksi tersebut. Sehingga ini

terbukti Melanggar (SA) 500. Terakhir, akuntan public juga tidak bisa mempertimbangkan

fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi. Sehingga AP

ini ini melanggar (SA) 560. Tak hanya itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,

Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan terkait dengan polemic laporan keuangan PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk untuk tahun buku 2018. Tak hanya itu, Kantor Akuntan Publik yang

mengaudit laporan keuangan Garuda Indonesia juga dikenakan peringatan tertulis disertai

kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sitem Pengendalian Mutu KAP dan

dilakukan review oleh BDO International Limited kepada Kantor Akuntan Publik Tanubrata,

Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan. ( https://www.cnnindonesia.com/ )

Mendeteksi kecurangan (fraud) merupakan salah satu wujud kualitas diri seorang

auditor. Auditor yang memiliki pengetahuan lebih banyak dan sudah menemukan kasus

fraud tentu lebih banyak pengetahuan yang akan memudahkannya dalam mengidentifikasi

kasus kecurangan (fraud) pada laporan keuangan. Namun terdapat masalah yaitu auditor

memiliki keterbatasan dalam mendeteksi kecurangan (fraud) yang akan berdampak pada

kegagalan audit (Indriyani and Hakim 2021). Keterbatasan yang dimiliki auditor antara lain

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti skeptisme professional, independensi, red flags dan

time pressure.
Sikap skeptisme professional merupakan sikap mendasar yang harus dimiliki oleh

auditor dalam mendeteksi kecurangan. Seorang auditor yang bersikap tidak skeptisme

cenderung tidak akan mampu melaksanakan pendeteksian kecurangan (fraud) karena bukti

atau data yang mengarah pada fraud tidak di gali lebih mendalam dan percaya begitu saja

terhadap pernyataan yang dibuat oleh satu pihak.

Seorang auditor harus memiliki sikap independensi. Seorang auditor yang tidak

memiliki sikap independensi, maka dalam mengumpulkan bukti ataupun data dalam

mendeteksi kecurangan tidak akan berguna karena data atau bukti yang dipakai untuk

menemukan kecurangan tidak diungkapkan secara penuh sebab seorang auditor bersikap

tidak independen atau memihak pada klien. Tanpa independensi, auditor tidak berarti apa-

apa, masyarakat cenderung tidak percaya dengan hasil auditan dari auditor sehingga

masyarakat cenderung tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor.

Selain memiliki sikap skeptisme professional dan independensi yang baik, auditor

juga harus mengetahui tentang gejala red flags untuk mendukung pekerjaannya dalam

melakukan pendeteksian kecurangan (fraud). Meskipun timbulnya red flags tidak selalu

mengidentifikasi adanya kecurangan (fraud), namun biasanya red flags akan selalu muncul

disetiap kasus kecurangan dan pemahaman yang lebih jauh mengenai red flags dapat

membantu auditor untuk memperoleh bukti awal dalam mendeteksi adanya kecurangan

(Arsendy, Anugerah, and Diyanto 2017)

Time pressure atau tekanan waktu merupakan situasi seorang auditor dituntut untuk

menyelesaikan tugasnya dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Tekanan waktu yang

singkat akan menyebabkan pendeteksian kecurangan (fraud) tidak maksimal dan membuat

auditor dalam mengumpulkan informasi dan bukti menjadi kurang maksimal karena auditor

tidak mampu bersikap kritis dengan waktu yang telah ditetapkan,


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti ingin

menguji kembali “Pengaruh Skeptisme Profesional, Independensi, Red Flags, dan Time

Pressure Auditor Terhadap Deteksi Kecurangan (Fraud) pada Kantor Akuntan Publik

di Kota Denpasar.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Skeptisme Profesional berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan

(fraud) di Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar?

2. Apakah Independensi berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) di

Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar?

3. Apakah Red Flags berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) di Kantor

Akuntan Publik Kota Denpasar?

4. Apakah Time Pressure berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) di

Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai

berikut :

a. Untuk menguji pengaruh skeptisme professional terhadap deteksi kecurangan

(fraud) di Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar.

b. Untuk menguji pengaruh independensi terhadap deteksi kecurangan (fraud) di

Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar.

c. Untuk menguji pengaruh Red Flags terhadap deteksi kecurangan (fraud) di

Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar.


d. Untuk menguji pengaruh Time Pressure terhadap deteksi kecurangan (fraud)

di Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diterapkan pada proposal penelitian ini bagi pihak-pihak yang

berkepentingan adalah sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Sebagai penambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pemahaman dalam ilmu

akuntansi mengenai pengaruh skeptisme professional, independensi, red flags,

dan time pressure terhadap deteksi kecurangan (fraud).

b. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak auditor perusahaan dalam

bidang auditing berkaitan dengan pengaruh skeptisme professional,

independensi, red flags, dan time pressure terhadap deteksi kecurangan

(fraud).

c. Bagi Mahasiswa Universitas Warmadewa

Sebagai bahan referensi, acuan, dan pemahaman yang bermanfaat bagi

mahasiswa/mahasiswi jurusan akuntansi dalam menyusun proposal penelitian

mengenai pengaruh skeptisme professional, independensi, red flags, dan time

pressure terhadap deteksi kecurangan (fraud).


2.1 Landasan Teori

2.1.1Teori Segitiga Kecurangan ( Fraud Triangle Theory)

Fraud Triangle Theory atau yang dikenal dengan Segitiga Fraud merupakan suatu

gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan. Pertama kali dikemukakan

oleh D.R. Cressey (1953) dalam (Bawekes, Simanjuntak, and Christina Daat 2018). Tiga

faktor yang menjadi elemen dari teori ini yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi.

a. Pressure

Adanya tekanan pada keadaan atau kondisi yang memaksa untuk melakukan

kecurangan. Tuntutan ekonomi atau gaya hidup dan hal-hal yang termasuk dalam

kondisi keuangan maupun non-keuangan

b. Opportunity

Keadaan yang timbulnya kesempatan untuk melakukan suatu kecurangan.

c. Rationalization

Suatu sikap atau tindakan untuk melakukan pembenaran diri dengan berbagai alasan

untuk menutupi tindakan yang salah.

2.1.2 Pengertian Skeptisme Profesional

Menurut (Arsendy, Anugerah, and Diyanto 2017) mendefinisikan skeptisme

professional adalah sikap auditor dalam melakukan penugasan audit sikap ini

mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

terhadap bukti audit. Skeptisme professional juga menjadi faktor yang sangat

berpengaruh pada kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud. Skeptisme

profesional merupakan sikap kritis seorang auditor terhadap bukti bahwa auditor tidak
mudah percaya atas bukti transaksi yang diterima dari pelanggan, melainkan berfikir

secara kritis dan mencari kebenaran tersebut. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa skeptisme profesional adalah sikap yang harus dimiliki auditor seperti berfikir

kritis dan teliti dalam mencari kebenaran terhadap bukti transaksi.

2.1.3 Pengertian Independensi

Menurut (IAI, etika profesi:1 )Independensi adalah sikap yang diharapkan dari

seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam

pelaksanaan tugas nya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.

Independensi dalam auditing adalah penggunaan sudut pandang dalam mengerjakan

pengujian audit,evaluasi terhadap hasil dan dalam penerbitan laporan audit.

ndipendensi ada dua macam, yaitu :

a. Independensi dalam kenyataan ( independent in fact ) Independen ini akan ada

apabila dalam nyatanya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak

memihak kepada siapapun.

b. Independensi dalam penampilan ( independent in appearance ) Independensi

ini ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan public

secara individu maupun secara keseluruhan.

2.1.4 Pengertian Red Flags

Red Flags merupakan tanda-tanda peringatan bahwa kecurangan sedang atau

telah terjadi. Makna dari bendera merah ini adalah suatu kondisi yang janggal atau

berbeda dengan keadaan normal. Red Flags juga berfungsi sebagai petunjuk atau

indikasi adanya sesuatu yang tidak biasa dan memerlukan penyidikan lebih lanjut

(Dewi 2021).
2.1.5 Time Pressure ( Tekanan Waktu )

Tekanan waktu atau time pressure merupakan kondisi dimana seorang auditor

internal dituntut untuk menyelesaikan tugasnya dengan jangka waktu yang telah

diberikan, batasan waktu yang singkat maka akan mengakibatkan pendeteksian fraud

menjadi tidak maksimal dan membuat auditor internal dalam mengumpulkan

informasi menjadi kurang maksimal karena auditor internal tidak akan mampu

bersikap kritis dengan sedikitnya waktu yang diberikan. Dari hasil penelitian diatas

dapat dipahami bahwa, jika auditor internal yang memiliki batasan waktu dalam

penugasannya, maka hasil dari pendeteksian fraud akan menjadi tidak maksimal

karena tertekan oleh waktu.

2.1.6 Pengertian Deteksi Kecurangan

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan (fraud)

merupakan tindakan penipuan atau kekeliuran yang dilakukan oleh seseorang atau badan

yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang

tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain. Dapat disimpulkan, kecurangan

merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan orang-orang baik dalam luar

atau dalam organisasi yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau

kelompoknya yang dapat merugikan pihak lainnya.

2.2 Publikasi Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai Pengaruh Skeptisme Profesional, Independensi, Red Flags dan

Time Pressure Auditor Terhadap Deteksi Kecurangan (Fraud) telah banyak dilakukan oleh

peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dijabarkan sebagai

berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Teguh Arsendy (2017) dengan

judul Pengaruh Pengalaman Audit, Skeptisme professional, Red Flags dan Tekanan

Anggaran Waktu Tehadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan. Penelitian

ini bertempat di Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 44 auditor. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini

dilakukan dengan metode survey kuesioner. Variabel (X) terdiri dari Pengalaman Audit,

Skeptisme Profesional, Red Flags dan Tekanan Anggaran Waktu. Sedangkan, variabel (Y)

ialah Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Helda F. Bawekes, Aaron M.A. Simanjuntak,

SE., M.Si, CBV, CMA dan Sylvia Christina Daat, SE., M.Sc, Ak (2018). Dengan judul

Pengujian Teori Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting. Penelitin ini

bertempat di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil adalah perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dengan otal sampel 65 data perusahaan dari 13 perushaan observasi.

Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder bersumber dari media elektronik

maupun media cetak. Variabel Dependen (Y) dalam penelitian ini adalah fraudulent financial

reporting. Dan Variabel Independen (X) financial target, financial stability, external

pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, kualitas audit eksternal, change in

auditor, pergantian direksi dan frequent number of CEO’s picture.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Joshua Mitchel Soenanto, David A. A. Pesudo

(2020). Dengan judul Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional, Tekanan Waktu Dan

Pendeteksi Fraud pada BPKP Jawa Tengah. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh auditor

internal yang ada di BPKP Jawa Tengah. Variabel (X) dalam penelitian ini adalah
Pengalaman kerja, Skeptisme Profesional dan Tekanan Waktu. Variabel (Y) dalam penelitian

ini adalah Pendeteksian Fraud.

Kempat, penelitian yang dilakukan oleh Safira Indriyani dan Luqman Hakim (2021).

Dengan judul Pengaruh Pengalaman Audit, Skeptisme Profesional dan Time Pressure

Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Fraud. Metode penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dan sumber data primer. Data primer diperoleh melalui kuesioner.

Populasi penelitian ini merupakan auditor yang berkantor di KAP wilayah Jakarta Pusat

terdaftar di Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2019-2020 yang berjumlah 97 orang.

Variabel Bebas (X) yaitu Pengalaman audit (X1), Skeptisme Profesional (X2) dan Time

Pressure (X3). Variabel Terkait (Y) yaitu Kemampuan mendeteksi fraud.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Risma Novita Dewi (2021). Dengan judul

Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Red Flags, dan Tekanan Anggaran Waktu Auditor

Terhadap Deteksi Kecurangan (Fraud) di Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar. Populasi

dalam penelitian ini adalah 7 Kantor Akuntan Publik di Kota Denpasar yang terdaftar pada

IAPI. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non Probability sampling

dengan teknik Sampling Jenuh (Sensus). Variabel Independen (X) yaitu Independensi (X1),

Profesionalisme (X2), Red Flags (X3) dan Tekanan Anggaran Waktu (X4). Variabel

Dependen (Y) yaitu Deteksi Kecurangan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian yang menguji pengaruh Variabel

Independen (Bebas) yaitu Skeptisme Profesional (X1), Independensi (X2), Red Flags (X3),

dan Time Pressure (X4) terhadap kecurangan (fraud) (Y). Berdasarkan uraian latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta landasan teori yang telah dijabarkan

diatas, maka penulis merumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut :


Teori Utama Publikasi Penelitian Sebelumnya:
1. Muhammad Teguh Arsendy (2017)
1. Teori Fraud Triangle
2. Helda F. Bawekes, Aaron M.A. Simanjuntak dan Sylvia Christina
2. Skeptisme Profesional Daat (2018)
3. Independensi
3. Joshua Mitchel Soenanto dan David A. A. Pesudo (2020)
4. Red Flags
4. Safira Indriyani dan Luqman Hakim (2021)
5. Time Pressure
5. Risma Novita Dewi (2021)

Hipotesis:
H1 : Skeptisme Profesional Auditor berpengaruh positif terhadap
deteksi kecurangan
H2: Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap deteksi
kecurangan
H3: Red Flags Auditor berpengaruh positif terhadap deteksi
kecurangan
H4: Time Pressure berpengaruh negatif terhadap deteksi kecurangan

1. Uji Kualitas Data


2. Analisis regresi Linier Berganda

Hasil Analisis

Simpulan
2.4 Kerangka Konsep

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, INDEPENDENSI, RED FLAGS

DAN TIME PRESSURE AUDITOR TERHADAP DETEKSI KECURANGAN

(FRAUD) PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA DENPASAR

Model Penelitian

Skeptisme Profesional (X1)

Independensi (X2)

Deteksi Kecurangan
Red Flags (X3) (Fraud) (Y)

Time Pressure (X4)

Berdasarkan model penelitian tersebut terdapat keterkaitan antara variabel independen

(Skeptisme Profesional, Independensi, Red Flags dan Time pressure ) dengan variabel

dependen (Deteksi kecurangan (fraud).


2.5 Hipotesis

Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Skeptisme Profesional auditor berpengaruh positif terhadap deteksi kecurangan (fraud).

H2 : Independensi auditor berpengaruh positif terhadap deteksi kecurangan (fraud).

H3 : Red Flags auditor berpengaruh positif terhadap deteksi kecurangan (fraud).

H4 : Time Pressure auditor berpengaruh negatif terhadap deteksi kecurangan (fraud).

3. 1 METODE PENELITIAN

3.1.1 Tempat dan Obyek Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Kota Denpsar.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Skeptisme Profisional, Independensi, Red

Flags, Time Pressure dan Deteksi Kecurangan di Kantor Akuntan Publik Kota

Denpasar.

3.1.2 Populasi dan Metode Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Kota Denpasar.

b. Metode Penelitian
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non

Probability sampling dengan teknik Sampling Jenuh (Sensus) merupakan

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relative rendah.

3.1.3 Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen (Independent Variable)

Variabel yang tidak tergantung pada variabel lain. Adapun variabel

independen yang dipergunakan adalah Skeptisme Profesional (X1),

Independensi (X2), Red Flags (X3) dan Time Pressure (X4)

b. Variabel Dependen (Dependent Variable)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan adalah deteksi kecurangan

(Y).

3.1.4 Definisi Operasional Variabel

a. Skeptisme Profesional

Menurut (SPAP 2011,230.2) dalam (M. Arsendy 2017) mendefinisikan

skeptisme professional adalah sikap auditor dalam melakukan penugasan audit

sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan

evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Skeptisme profesional merupakan

sikap kritis seorang auditor terhadap bukti bahwa auditor tidak mudah percaya

atas bukti transaksi yang diterima dari pelanggan, melainkan berfikir secara

kritis dan mencari kebenaran tersebut. (Arbati, 2018) ,

b. Independensi
Menurut (IAI, etika profesi:1 )Independensi adalah sikap yang

diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan

pribadi dalam pelaksanaan tugas nya yang bertentangan dengan prinsip

integritas dan obyektifitas. Independensi dalam auditing adalah penggunaan

sudut pandang dalam mengerjakan pengujian audit,evaluasi terhadap hasil dan

dalam penerbitan laporan audit.

c. Red Flags

Red Flags merupakan tanda-tanda peringatan bahwa kecurangan

sedang atau telah terjadi. Beberapa penyebab tanda-tanda red flags

kecurangan yang ditemukan seperti manajer yang berbohong kepada auditor

mengenai pelaporan keuangan perusahaan, pengalaman tingkat ketidakjujuran

manajer kepada auditor, perselisihan yang sering terjadi antara auditor degan

manajer, dan juga dari keinginan klien, keinginan manajer untuk mencapai

target ataupun memperoleh keuntungan dari proyek yang ada.

d. Time Pressure

Tekanan waktu atau time pressure merupakan kondisi seorang auditor

internal dituntut untuk menyelesaikan tugasnya dengan jangka waktu yang

telah diberikan, batasan waktu yang singkat maka akan mengakibatkan

pendeteksian fraud menjadi tidak maksimal dan membuat auditor internal

dalam mengumpulkan informasi menjadi kurang maksimal karena auditor

internal tidak akan mampu bersikap kritis dengan sedikitnya waktu yang

diberikan.(Soenanto and Pesudo 2020)

e. Deteksi Kecurangan

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),

kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan atau kekeliuran yang


dilakukan oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan

tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada

individu atau entitas atau pihak lain. Dapat disimpulkan, kecurangan

merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan orang-orang baik

dalam luar atau dalam organisasi yang dimaksudkan untuk memperoleh

keuntungan pribadi atau kelompoknya yang dapat merugikan pihak lainnya.

3.1.5 Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang dapat dinyatakan dalam angka dan dapat

diukur ukurannya.

3.1.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang

digunakan yaitu metode kuesioner.

3.1.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini

adalah regresi linier berganda. Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk

mengetahui adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diproses

menggunakan SPSS versi 15.


DAFTAR PUSTAKA

Arsendy, M., R. Anugerah, and V. Diyanto. 2017. “Pengaruh Pengalaman Audit, Skeptisme

Profesional, Red Flags, Dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kemampuan Auditor

Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI

Jakarta).” Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau 4(1): 1096–

1107.

Bawekes, Helda F, Aaron MA Simanjuntak, and Sylvia Christina Daat. 2018. “PENGUJIAN

TEORI FRAUD PENTAGON TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL

REPORTING (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2011-2015).” Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah 13(1): 114–34.

Dewi, Risma Novita. 2021. “PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, RED

FLAGS, DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDITOR DI KANTOR

AKUNTAN PUBLIK KOTA DENPASAR.”

Indriyani, Safira, and Luqman Hakim. 2021. “Pengaruh Pengalaman Audit, Skeptisme

Profesional Dan Time Pressure Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Fraud.”

Jurnal Akuntansi dan Governance 1(2): 113.

Soenanto, Joshua Mitchel, and David A. A. Pesudo. 2020. “Pengalaman Kerja, Skeptisme

Profesional, Tekanan Waktu Dan Pendeteksi Fraud (Studi Pada Bpkp Jawa Tengah).”

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 9(1): 47.

Anda mungkin juga menyukai