Anda di halaman 1dari 19

RINGKASAN JURNAL DAN MAPPING JURNAL

“PENDETEKSIAN KECURANGAN (FRAUD)”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif

Dosen Mata Kuliah: Zulkifli Maidin, SE., MM., Ak., CA

Oleh:

Ridhan Rahmah

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
MAPPING JURNAL 1

Judul Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal

Penulis Tri Ramaraya Koroy

Tahun 2008

Jurnal/Volume/ Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10(1), 22-33


Halaman
Permasalahan Banyaknya kasus-kasus seperti salah penyajian laporan keuangan, penyalahgunaan
aset dan korupsi yang menjadi penyebab kegagalan auditor eksternal dalam
pendeteksian kecurangan. Faktor apa saja yang menghalangi auditor eksternal
dapat menjalankan tugasnya sehingga kecurangan dapat terdeteksi? Dan
bagaimana upaya perbaikan sehingga auditor eksternal mampu memenuhi
harapan pengguna laporan keuangan?
Tujuan Tujuan untuk mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan dalam
pendeteksian kecurangan dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor
eksternal
Metodelogi Analisis kualitatif melalui literatur-literatur

Hasil 1) Pertimbangan atas kecurangan dalam pelaporan keuangan yang semakin


meningkat belakangan ini timbul dari adanya upaya mempersempit kesenjangan
harapan antara pengguna dengan pihak penyedia jasa pengauditan. Disamping
untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat atas profesi akuntan publik dan
mengurangi biaya-biaya litigasi, 2) pendeteksian kecurangan dalam audit laporan
keuangan oleh auditor perlu dilandasi dengan pemahaman atas sifat, frekuensi
dan kemampuan pendetek sian oleh auditor. Sifat terjadinya kecurangan yang
melibatkan penyembunyian dan frekuensinya jarang dihadapi auditor, seharusnya
tidak membuat auditor berpuas diri dengan pengauditan yang ada sekarang.
Permasalahan bahwa terdapat keterbatasan auditor dalam pelaksanaan
pendeteksian kecurangan merupakan tantangan yang perlu dihadapi pihak profesi
dan akademisi, 3) sejauh ini standar pengauditan mengenai pendeteksian
kecurangan telah terus-menerus diupayakan untuk memperbaiki praktek
pengauditan yang berjalan. Patokan yang selalu diacu adalah efektivitas dari
standar ini dalam mengarahkan keberhasilan pendeteksian kecurangan.
RINGKASAN JURNAL

Terjadinya kecurangan merupakan suatu tindakan yang disengaja yang tidak dapat
terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat
bagi proses pelaporan keuangan. Penelitian ini didasarkan pada beberapa kasus
penyalahangunaan aset, salah saji laporan keuangan dan kasus korupsi yang banyak
terjadi di perusahaan. Kasus-kasus tersebut memberikan bukti lebih jauh tentang
kegagalan audit yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Adapun faktor-
faktor yang menyebabkan kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan yaitu
kecurangan lebih sulit untuk dideteksi karena biasanya melibatkan penyembunyian
(concealment). Penyembunyian itu terkait dengan catatan akuntansi dan dokumen yang
berhubungan, dan hal ini juga berhubungan dengan tanggapan pelaku kecurangan atas
permintaan auditor dalam melaksanakan audit. Jika auditor meminta bukti transaksi
yang mengandung kecurangan, dia akan menipu dengan memberi informasi palsu atau
tidak lengkap. Selanjutnya, perkembangan standar pengauditan di depan yang
menunjukkan usaha untuk terus-menerus memperbaiki standar yang mengatur
pendeteksian kecurangan. Perbaikan ini terutama timbul dari kenyataan bahwa
tanggung jawab pendeteksian kecurangan pada praktek belum cukup efektif
dilaksanakan. Hal terakhir yang menjadi faktor gagalnya auditor dalam mendeteksi
kecurangan yaitu Lingkungan pekerjaan audit merupakan hal penting yang
mempengaruhi kualitas audit termasuk juga dalam kualitas pendeteksian kecurangan.
Tekanan-tekanan yang muncul dari lingkungan pekerjaan ini harus dengan tepat dikelola
agar tidak berakibat buruk bagi kualitas audit.

KESIMPULAN

Berdasarkan pada jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab kegagalan


auditor dalam mendeteksi kecurangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
penyembunyian data terkait catatan akuntansi dan dokumen yang berhubungan dalam
pelaksanaan audit, selanjutnya perbaikan standar yang selalu berubah-ubah, sehingga
tidak efektif dalam mencegah kecurangan serta lingkungan pekerjaan audit yang
memengaruhikualitas audit. Jika kualitas audit baik, maka kecurangan lebih mudah
dideteksi dan dicegah.
MAPPING JURNAL 2

Judul Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan Dengan Menggunakan Pentagon


Fraud Pada BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Penulis Ni Putu Gina Puspita Dewi dan I Gede Agus Pertama Yudantara
Tahun 2020

Volume/ VJRA, 9(2), 100-109


Halaman
Permasalahan Banyaknya perusahaan yang melakukan manipulasi laporan keuangan

Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh variabel tekanan,
peluang, rasionalsiasi, kompetensi dan arogansi baik secara simultan dan parsial
dalam pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan.
Metodelogi Data yang dipakai yakni data sekunder berupa laporan tahunan serta laporan
keuangan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2014-2018. Teknik memilih sampel
memakai purposive sampling sehigga memperoleh sampel berjumlah 17 BUMN.
Analisis data yang dipakai yakni statistik deskriptif dan analisis regresi logistik
dengan program SPSS 20.
Hasil Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan tekanan, peluang,
rasionalisasi, kompetensi dan arogansi berpengaruh signifikan dalam
pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan. Hasil pengujian secara parsial
menujukkan bahwa frekuensi jumlah foto CEO yang menjadi proksi variabel
arogansi berpengaruh positif signifikan, variabel tekanan (Rasio leverage)
berpengaruh negatif signifikan, sedangkan peluang (persentase jumlah komite
audit independen), rasionalisasi (pergantian akuntan publik) serta kompetensi
(pergantian direksi) tidak berpengaruh dalam pendeteksian kecurangan
pelaporan keuangan.
RINGKASAN JURNAL

Fraudulent statement merupakan tindakan kecurangan pelaporan keuangan yang


dimana seseorang secara sengaja melakukan penyembunyian (omission) atau
melakukan kekeliriuan dalam penyajian (misstatement) yang dipakai guna megecoh
pemakai laporan keuangan.
Teori pentagon fraud yang dikembangkan oleh marks pada tahun 2012 adalah
salah satu teori yang dapat dipakai dalam pendeteksian kecurang pelaporan keuangan.
Teori ini terdiri lima faktor penyebab terjadinya kecurangan yakni tekanan, peluang,
rasionalisasi, kompetensi serta arogansi.
Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage yang menjadi proksi variabel
tekanan berpengaruh negatif signifikan, sedangkan frekuensi jumlah foto CEO yang
menjadi proksi variabel arogansi berpengaruh postif signifikan dalam pendeteksian
kecurangan pelaporan keuangan pada BUMN yang terdaftar di BEI. Untuk persentase
jumlah komite audit independen yang menjadi proksi variabel peluang, pergantian
akuntan publik yang menjadi proksi variabel rasionalisasi, dan pergantian direksi yang
menjadi proksi variabel kompetensi tidak berpengaruh dalam pendeteksian kecurangan
pelaporan keuangan pada BUMN yang terdaftar di BEI. Kedua, Secara simultan variabel
tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi dan arogansi berpengaruh signifikan dalam
pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan pada BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

KESIMPULAN

Berdasarkan pada jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu yang dapat
mendeteksi kecurangan laporan keuangan yaitu dengan teori pentagon fraud. Teori ini
mencakup tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi serta arogansi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi dan
arogansi berpengaruh signifikan dalam pendeteksian kecurangan pelaporan keungan
pada BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
MAPPING JURNAL 3

Judul The Study of Individual Morality and Internal Control and the Relationship on
Accounting Fraud
Penulis M. Muttiarni
Tahun 2021

Jurnal/Volume/ ATESTASI: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 4(1), 28-36


Halaman
Permasalahan Moral yang baik dari individu dan pengendalian internal yang baik diperlukan
oleh masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa deteksi penipuan
memerlukan pertimbangan serius
Metodelogi Data penelitian ini diperoleh langsung dari sumbernya tanpa menggunakan
perantara yaitu dengan mengambil data ke kantor Dinas Pendapatan Daerah
Kota Makassar dan mengolahnya menggunakan Kuesioner Langsung dengan 43
responden sebagai objek penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan teknik
analisis data yang digunakan, regresi linier berganda dengan Statistical Package
for Social Science, digunakan untuk metode analisis (SPSS).
Hasil Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, Moralitas individu dan Pengendalian
Internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tendency of Fraud
Accounting. Temuan penelitian ini diharapkan mengarah pada fokus yang lebih
besar pada moralitas individu dan sistem pengendalian internal untuk
mengurangi penipuan akuntansi.
RINGKASAN JURNAL

Tata pemerintahan yang baik diperlukan oleh masyarakat untuk mewujudkan


pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, harapan publik
atas akuntabilitas pemerintah, publik mengharapkan laporan keuangan yang transparan
dengan pengungkapan yang memadai. Pentingnya pengungkapan semua informasi
dalam laporan pemerintah daerah adalah untuk menghindari kesalahpahaman selama
proses membaca.
Pengungkapan laporan keuangan pemerintah harus memenuhi persyaratan
peraturan yang ada dan memasukkan unsur-unsur pengungkapan yang akan
memudahkan kehidupan pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah
yang dihasilkan karenanya harus memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Hasil penelitian menemukan bahwa Moralitas individu berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Tingkat Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada SKPD (Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar). Hal ini merupakan pengaruh negatif, artinya
semakin tinggi moralitas seseorang maka semakin rendah tingkat kecurangan akuntansi.
Pengendalian internal memiliki dampak yang terukur, artinya semakin besar tingkat
pengendalian internal maka semakin besar pula risiko terjadinya kecurangan akuntansi.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi
tindak kecurangan atau fraud diperlukan moralitas yang baik dari individu dan
peningkatan pengendalian internal yang baik pada Badan Pendapatan Daerah Kota
Makassar. Jika moralitas individu dan pengendalian internal semakin baik, maka
kecurangan akan lebih mudah dideteksi dan dapat dicegah.
MAPPING JURNAL 4

Judul Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Oleh Kantor Akuntan Publik

Penulis Wahyuni
Tahun 2019

Judul/Volume/ ATESTASI: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 2(1), 42-50


Halaman
Permasalahan Kasus kecurangan di Indonesia yang terus menerus bertambah, sehingga auditor
harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya
kecurangan- kecurangan yang timbul.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis deteksi kecurangan laporan keuangan
oleh kantor akuntan public (KAP) di kota Makassar.
Metodelogi Penelitian dilakukan pada Kantor Akuntan Public (KAP) di Kota Makassar yang
terdiri atas 7 Kantor Akuntan Publik, 25 orang auditors. Metode
pengujian/analisis data dengan menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari informan, dapat diketahui bahwa
kecurangan yang dilakukan oleh pihak klien bisa timbul karena lemahnya
pengendalian internal perusahaan, tekanan pemimpin terhadap pihak
manajemen dalam penyajian laporan keuangan, kurangnya pihak manajemen
dalam mengetahui metode atau aturan dalam menyusun laporan keuangan atau
disebut kurangnya pemahaman dalam menilai arti materialitas, dan akibatnya
mereka akan tidak konsisten dalam penyajian laporan keuangan sehingga akan
memicu terjadinya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan.
RINGKASAN JURNAL

Fraud merupakan suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum (Ilegal


Acts) yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu, misalnya menipu atau
memberikan gambaran yang keliru (mislead) untuk keuntungan pribadi /kelompok
secara tidak fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain
Laporan keuangan menurut (Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2013), merupakan
laporan yang menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
dari suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh
transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan kenyataan. Dari hasil laporan
tersebut akan terlihat perbedaan pengakuan, penyajian dan presepsi mengenai laporan
yang mereka sajikan dan dari hasil tersebut yang akan mempengaruhi apakah terdapat
kecurangan atau penyimpangan didalamnya, sehingga perlu diperadakan badan yang
independen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Adanya tindakan ilegal atau tindakan penyimpangan yang dapat mengurangi nama
baik atau reputasi perusahaan di dunia usaha atau dapat mengurangi kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut
mengharuskan auditor untuk menyusun tindakan pencegahan atau preventin untuk
menangkal terjadinya kecurangan, namun pencegahan saja tidaklah memadai, auditor
harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-
kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat di generalisir
terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik
tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman
yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang timbul dalam perusahaan.
Pemeriksaan Independen yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) kepada
pihak manajemen perusahaan (auditee) adalah pemeriksaan mengenai hasil dari
aktivitas usahanya dalam bentuk output laporan keuangan. Laporan keuangan yang
disajikan harus sesuai dengan Standar yang berlaku saat ini diantaranya Standar
Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(ETAB), Standar Akuntansi Syariah, dan Internasional Financial Reporting Standard
(IFRS). Selain pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan, tujuan dari pemeriksaan
oleh kantor akuntan publik kepada auditee adalah untuk memastikan apakah
pengendalian internal yang dibuat oleh pihak manajemen telah dijalankan sesuai divisi
masing-masing. Pemeriksaan ini dilakukan karena pengendalian internal merupakan hal
yang paling penting agar dapat mencegah dan mengidentifikasi fraud dalam sebuah
entitas. Sebagai Contoh dalam sebuah perusahaan yang memegang dua jabatan yaitu
bagian keuangan dan bagian accounting,
KESIMPULAN
Berdasarkan jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa Auditor harus memahami pula
bagaimana cara mendeteksi dan mengidentifikasi secara dini terjadinya kecurangan-
kecurangan yang timbul, salah satunya dilihat dari pengendalian internal yang dilakukan
suatu perusahaan.
MAPPING JURNAL 5

Judul Deteksi financial statement fraud: Pengujian dengan fraud diamond

Penulis Merissa Yesiariani, Isti Rahayu


Tahun 2017

Jurnal/Volume/ Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 21(1), 49-60


Halaman
Permasalahan Kecurangan dapat terjadi jika tidak adanya pendeteksian dan pencegahan
kecurangan pada perusahaan
Tujuan Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh fraud diamondterhadapfinancial statement fraudpada perusahaango
public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam indeks LQ-45 untuk periode 2010-2014
Metodelogi Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda terhadap
data sebanyak 22 sampel.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel external pressure dan
rationalization terbukti secara signifikan berpengaruh positif dan variabel
financial stability, financial targets, change of auditor, personal financial need,
nature of industry, ineffective monitoring dan capability tidak terbukti terhadap
financial statement fraud.
RINGKASAN JURNAL

Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar


perusahaan untuk menginformasikan aktivitas perusahaan selama periode waktu
tertentu. Menyadari pentingnya kandungan informasi dalam laporan keuangan
menjadikan para manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan, dengan
begitu eksistensi perusahaan akan tetap terjaga. Sayangnya, tidak seluruh manajemen
perusahaan menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih dan terbebas dari
kecurangan.
Menurut ACFE (2014) berdasarkan frekuensi tindakan kecurangan yang terjadi,
penyalahgunaan aset (asset misappropriation) merupakan tindakan kecurangan yang
memiliki frekuensi tertinggi disusul oleh korupsi (corruption) dan yang terakhir adalah
kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). Tetapi financial statement
fraud adalah jenis kecurangan/ fraud yang memiliki dampak kecurangan yang paling
merugikan diantara jenis kecurangan lainnya. Secara umum, kecurangan akan selalu
terjadi jika tidak ada pencegahan dan pendeteksian. Kelemahan pada pengendalian
internal telah diidentifikasi dapat mengakibatkan terjadinya fraud (Hamdani dan Albar
2016).
Melihat kasus di Indonesia, korupsi atau fraud tidak hanya terjadi di sektor
lembaga pemerintah saja, melainkan di sektor swasta juga banyak terjadi (Hamdani et
al. 2017). Menurut teori Cressey (1953) diteruskan oleh Skousen et al. (2008) terdapat
tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization yang disebut sebagai fraud triangle. Untuk meningkatkan pencegahan
dan pendeteksian fraud, kemudian diperkenalkanlah unsur yang keempat yaitu
“capability” (Wolfe dan Hermanson 2004). Wolfe dan Hermanson (2004) meyakini
bahwa “many frauds would not have occurred without the right person with right
capabilities implementing the details of the fraud” sehingga terbentuklah The New
Fraud Diamond. Dalam hal ini, salah satu cara dan perspektif untuk meninjau dan
mendeteksi kecurangan adalah dengan perspektif segiempat kecurangan (fraud
diamond).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel external pressure dan rationalization
terbukti secara signifikan berpengaruh positif dan variabel financial stability, financial
targets, change of auditor, personal financial need, nature of industry, ineffective
monitoring dan capability tidak terbukti terhadap financial statement fraud.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan laporan
keuangan adalah kecurangan yang paling rentan dan sering terjadi di perusahaan. Selain
itu, kecurangan laporan keuangan yang paling merugikan perusahaan. Hal tersebut
terjadi karena pengendalian internal yang lemah. Jika pengendalian internal lemah,
maka kecuranga laporan keuangan akan sulit dideteksi dan dicegah. Dalam hal ini, salah
satu cara dan perspektif untuk meninjau dan mendeteksi kecurangan adalah dengan
perspektif segiempat kecurangan (fraud diamond).
MAPPING JURNAL 6

Judul Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Penulis Laila Tiffani
Tahun 2015

Jurnal/Volume/ JAAI, 19(2), 112–125


Halaman
Permasalahan Banyaknya skandal kecurangan laporan keuangan yang terjadi, sehingga
diperlukan solusi yang dapat mendeteksi dan pencegah kecurangan melalui
fraud triangle.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh fraud triangle dalam
menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan
Metodelogi Penelitian menggunakan analisis regresi logistic dari 36 perusahaan yang
melakukan fraud dan 54 perusahaan yang tidak melakukan fraud selama 2011 –
2013
Hasil Pengaruh positif antara financial stability (ACHANGE) dan external pressure
(LEV) terhadap financial statement fraud, sementara effective monitoring (IND)
memiliki pengaruh negatif terhadap financial statement fraud. Hasil ini
memberikan dukungan kepada fraud triangle theory dalam menjelaskan
fenomena financial statement fraud.
RINGKASAN JURNAL

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah tindakan


penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui
bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik
kepada individu atau entitas. Penelitian ini didasarkan pada pengadaan barang dan jasa
yang memiliki risiko tinggi terjadinya kecurangan yang dapat merugikan organisasi.
Indonesia sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang belum stabil juga terkena
wabah meluasnya kasus skandal akuntansi. Salah satunya yaitu kecurangan laporan
keuangan. Pendeteksian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapatkan
titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk
melakukan financial statement fraud. kejadian kecurangan paling tinggi terjadi pada
perusahaan yang lemah corporate governancenya, seperti perusahaan yang lebih
didominasi oleh orang dalam dan cenderung tidak memiliki komite audit.
Mengacu pada SAS No. 99 (AICPA 2002), faktor tekanan yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari financial stability, external pressure, personal financial need
dan financial targets. Faktor peluang terdiri dari nature of industry dan effective
monitoring, sedangkan organizational structure tidak digunakan sebagai variabel
pengukur peluang, karena alasan kesulitan data. Faktor yang ketiga adalah rasionalisasi.
Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi financial statement fraud
dengan analisis fraud triangle.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Financial stability (ACHANGE) dan external
pressure (LEVERAGE) berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai ketidakstabilan
keuangan dan tekanan eksternal yang tinggi, manajemen mempunyai potensi yang lebih
tinggi dalam melakukan kecurangan laporan keuangan. 2)Variabel effective monitoring
(IND) berpengaruh negatif signifikan terhadap financial statement fraud. Hasil ini
mengindikasikan bahwa semakin besar proporsi komite audit independen, maka proses
monitoring terhadap peusahaan semakin efektif sehingga akan menurunkan potensi
manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. 3) Variabel personal
financial need (OSHIP), financial target (ROA), nature of industry (RECEIVABLE) dan
rationalization (AUDCHANGE) tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Artinya keempat variabel tersebut tidak mampu mendeteksi potensi
kecurangan yang terjadi dalam perusahaan manufaktur.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan yaitu dengan menggunakan teori fraud
triangle, yakni dengan melihat faktor-faktor yang dapat memengaruhi pelaku melakukan
kecurangan. Kecurangan dapat terjadi karena adanya tekanan, kesempatan dan
rasionalisasi.
MAPPING JURNAL 7

Judul Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud


Triangle
Penulis Reskino dan Muhammad Fakhri Anshori
Tahun 2016

Jurnal/Volume/ Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 256-269


Halaman
Permasalahan Banyaknya perusahaan yang melakukan pelanggaran dan terkena kasus yang
berkaitan dengan laporan keuangan dan pelanggaran lainnya. Berdasarkan hal
tersebut dibutuhkan peran dari fraud triangle untuk mendeteksi adanya
kecurangan pada perusahaan
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dalam mendeteksi kecurangan
laporan keuangan. Penelitian ini menguji variabel fraud triangle dan auditor
spesialis industri dengan kecurangan laporan keuangan.
Metodelogi Sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta terkena sanksi dan kasus oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan financial targets dapat mendeteksi kecurangan
laporan keuangan, sedangkan financial stabililty tidak dapat mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
RINGKASAN JURNAL
Kasus kecurangan merupakan salah satu permasalahan yang banyak dihadapi oleh
negara-negara tidak hanya di negara maju. Negara berkembang pun seperti Indonesia
juga mengalami banyak kasus pelanggaran. Kasus pelanggaran emiten di pasar modal
merupakan salah satu permasalahan yang kerap dihadapi oleh badan regulator di bidang
pasar modal.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE 2014) menyatakan berdasarkan
frekuensi tindakan kecurangan yang terjadi, penyalahgunaan aset (aset
misappropriation) merupakan tindakan kecurangan yang memiliki frekuensi tertinggi
disusul oleh korupsi (corruption) dan yang terakhir adalah kecurangan laporan keuangan
(financial statement fraud). Meskipun demikian, financial statement fraud adalah jenis
kecuranga atau fraud yang memiliki dampak kecurangan yang paling merugikan.
Auditor selaku pihak yang bertugas memastikan kewajaran atas suatu laporan
keuangan. Auditor spesialis industri memiliki kemungkinan lebih cermat untuk
mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan terutama ditahun-tahun awal penugasan
audit. Audit or spesialis biasanya juga menyusun secara spesifik database best practices
industri, kesalahan dan risiko suatu industri secara spesifik, serta transaksi yang tidak
biasa, yang semua itu bertujuan untuk meningkatkan efektivitas audit.
Teori fraud triangle mencakup tekanan berasal dari financial stability, external
pressure, personal financial needs, dan financial targets, kesempatan berasal dari nature
of industry, ineffective monitoring, organizational structure, internal control, dan
rasionalisasi berkaitan dengan adanya pengetahuan menajemen tentang tindakan
kecurangan.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti variabel financial stability tidak
bisa membuktikan kecurangan laporan keuangan. Artinya variabel stabilitas keuang an
belum menjadi indikator untuk menentukan kecuangan dalam laporan keuangan.
Variabel financial stability dalam penelitian ini tidak dapat mendukung hasil penelitian
Kusumawardhani (2012) dan Skousen et al. (2008). Akan tetapi hasil penelitian ini
mendukung penelitian Ratmono et al. (2013) serta Sukirman dan Sari (2013) yang tidak
menemukan pengaruh signifikan antara financial stability terhadap kecurangan laporan
keuangan. Financial targets pada perusahaan fraud memiliki perbedaan yang signifikan
dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti financial targets dapat mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung temuan Anshar (2012)
dan Martantya dan Daljono (2013) yang menemukan pengaruh yang signifikan financial
targets terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun hasil ini tidak mendukung hasil
penelitian Skousen et al. (2008) Sukirman dan Sari (2013).
KESIMPULAN
Berdasarkan jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang terdaftar di
BEI dapat dideteksi melalui teori fraud triangle dan auditor spesialis. Teori fraud triangle
dapat mendeteksi dari faktor tekanan, kesempatan dan rasionalisasi dari pelaku
kecurangan, serta Auditor spesialis industri memiliki kemungkinan lebih cermat untuk
mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan terutama ditahun-tahun awal penugasan
audit.

Anda mungkin juga menyukai