Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KASUS FRAUD OLEH PEGAWAI BANK RIAU KEPRI

Ujian Akhir Semester

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi yang
diampu oleh Bapak R. Dian Hardiana, S.Pd., M.Si, CTA, ACPA

Oleh:
Nidia Rachmadina Putri (2003944)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan catatan atas aktivitas bisnis perusahaan yang


dapat digunakan sebagai media untuk menilai kinerja. Laporan keuangan yang
disajikan dengan unsur-unsur kualitatifnya yaitu mudah dipahami, andal, dapat
dibandingkan, dan relevan akan menjadikan laporan keuangan tersebut memiliki
fungsi yang maksimal (Sihombing & Rahardjo, 2014). Salah satu fungsi laporan
keuangan menurut FASB sebagaimana yang dituangkan dalam the statement of
financial accounting concept (SFAC) nomor 1 adalah “penyedia informasi yang
bermanfaat bagi investor potensial, kreditor dan pengguna lainnya untuk membuat
keputusan investasi rasional, pemberian kredit, dan keputusan-keputusan serupa
lainnya. Oleh sebab itu, disamping memenuhi unsur-unsur kualitatif laporan
keuangan juga harus disajikan sesuai dengan ketentuan pernyataan standar
akuntansi keuangan (PSAK). PSAK akan memberikan arah dan ketepatan dalam
penyajian laporan keuangan serta akan mempengaruhi kualitas informasi yang
dihasilkan (Santoso & Surenggono, 2018). Untuk meyakinkan stakeholder bahwa
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan ketentuan pernyataan standar
akuntansi keuangan, maka laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
diaudit oleh akuntan publik. Namun, hasil audit yang dilakukan oleh akuntan publik
tidak menjamin sepenuhnya bahwa laporan keuangan bebas dari kecurangan atau
penipuan. (Dita, 2018)
Tetapi tidak dipungkiri masih banyak kasus kecurangan – kecurangan pada
laporaran keuangan ataupun fraud lainnya yang msih terjadi di Indonesia ini. Fraud
merupakan ancaman bagi semua organisasi di setiap negara, di dalam industri
apapun. Hasil survei ACFE Global menunjukan bahwa setiap tahun ratarata dari
5% pendapatan organisasi menjadi korban fraud. Penelitian yang dilakukan ACFE
Indonesia Chapter tentang Survei Fraud Indonesia (2016) menyatakan fraud yang
paling banyak terjadi di Indonesia adalah korupsi. Sebesar 67% responden memilih
korupsi, 31% memilih penyalahgunaan aktiva/ kekayaan negara dan perusahaan,
dan fraud berupa laporan keuangan menjadi jenis fraud terbanyak ketiga yang
dipilih responden sebanyak 2%. Menurut Report to The Nation (2016) yang
dikeluarkan ACFE Global, pihak yang paling banyak dirugikan adalah industri
keuangan dan perbankan pada posisi pertama dengan persentase 16,8%. Perbedaan
pihak yang dirugikan ini diakibatkan oleh kecenderungan para pelaku fraud di
Indonesia sering memanfaatkan proyek yang dilakukan pemerintah. Sehingga
secara langsung para pelaku tersebut melakukan korupsi yang merugikan
pemerintah dan mengganggu proses pelayanan kepada masyarakat.
Salah satu kasus fraud yang terjadi di Indonesia yaitu terjadi pada Bank Riau.
Permaslaahan utama dari kasus Bank Riau ini adalah penggelapan uang dari 71
nasabah Bank Riau Kepri senilai Rp 5 Milyar oleh oknum pegawai bernama Rezky
Purwanto. Polisi telah menahan dan menetapkan Rezky sebagai tersangka dalam
kasus ini. Dalam penyeledikan ini terdapat beberapa fakta yang dirangkum dalam
kasus penggelapan uang nasabah Bank Riau Kepri yaitu uang dipakai untuk judi,
uang yang digelapkan lebih dari 5 miliar, saat melakukan pengelapan dana Rezky
dibantu oleh customer service. Lalu akhir dari permasalahan ini Rezky terancam 5
tahun penjara dan uang nasabah yang digelapkan oleh Rezky dikabarkan telah
diganti oleh Bank Riau sendiri dan penggantiannya itu secara menyeluruh.
(detiksumut, 2022)
Kasus diatas merupakan kasus kecurangan yang terjadi di perbankan adapun
faktor penyebab terjadinya fraud tidak terlepas dari konsep segitiga kecurangan
yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangel.
Setiap organisasi umumnya menghadapi risiko fraud. The ACFE dalam Purba
(2015) membagi 3 jenis fraud yang lazim dilakukan perusahaan/organisasi antara
lain : Pertama, korupsi yaitu penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintah untuk
kepentingan pribadi. Kedua, penyalahgunaan aktiva/ aset adalah kecurangan yang
melibatkan pencurian aktiva atas entitas, dan yang ketiga, laporan keuangan yang
menyesatkan yang dilakukan secara sengaja dengan maksud menipu para pemakai
laporan keuangan. Jenis-jenis fraud tersebut sudah seharusnya dihilangkan salah
satunya dengan cara mencegah risiko internal terjadinya fraud tersebut. Karena
fraud sama saja seperti penyakit, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Sebab
begitu besar dampak buruk dan banyak pihak yang dirugikan apabila fraud sudah
terjadi. Maka dari itu upaya pertama yang dilakukan dari semua organisasi di
berbagai industri terutama dari industri keuangan dan perbankan adalah mencegah
fraud. Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008, h. 37) pencegahan fraud merupakan
upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud
triangle) yaitu dengan memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat
kecurangan, menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi
kebutuhannya, dan mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran/rasionalisasi
atas tindak kecurangan yang dilakukannya.
Namun, pencegahan saja belum lah cukup, perusahaan juga harus memahami
bagaimana cara pendeteksian fraud, inilah langkah penting yang harus dilakukan
oleh auditor untuk mengetahui ada tidaknya fraud. Mendeteksi kecurangan (fraud)
adalah upaya yang dilakukan untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup
mengenai tindak kecurangan, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku
kecurangan. (Kumaat, 2011, h. 156). Terjadinya perilaku penyimpangan yang tidak
terdeteksi oleh bagian audit akan menyebabkan banyak kerugian yang serius bagi
perusahaan. (Shindy&Lilis, 2017). Mengatasi hal ini, yang dibutuhkan adalah
peranan dari audit internal yang dapat berperan aktif untuk mencegah dan
mendeteksi fraud tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kronologi skandal penggelapan keuangan yang dilakukan pegawai
Bank Riau Kepri
2) Apa saja aturan – aturan yang dilanggar oleh pegawai Bank Riau Kepri
3) Bagaimanakah sanksi yang diberikan kepada pegawai Bank Riau Kepri
4) Bagaiamanakah solusi yang diberikan untuk kasus pencurian uang
1.3 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui bagaimana kronologi skandal pengelapan keuangan yang dilakukan
pegawai Bank Riau Kepri
2) Mengetahui apa saja aturan – aturan yang dilanggar oleh pegawai Bank Riau Kepri
3) Mengetahui sanksi apa saja yang diberikan kepda pegawai Bank Riau Kepri
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan serta wawasan
penulis dan pembaca terhadap masalaha yang diteliti
b) Penelitian ini diharapkan dapat mengubah pandangan untuk tidak melakukan
kecurangan dalam pengelolaan dana Bank
c) Penenlitian ini diharakan dapat digunakan sebagai pertimangan perusahaan
untuk terus memberikan pengawasan serta evaluasi kepada para pegawainya
d) Dapat dijadikan referensi penelitian dimasa yang akan datang

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KAJIAN TEORITIS
2.1.1. Fraud

Fraud adalah salah satu hal yang dapat merugikan sebuah perusahaan atau
bisnis–meski dapat terjadi di mana pun. Tentu kerugian yang dimaksud dari sudut
pandang korban. Sementara si pelaku fraud, tentu saja, mendapatkan keuntungan yang
tidak semestinya.

Sebuah riset dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), sebuah


organisasi yang bergerak di bidang pemeriksaan kecurangan, menyebutkan pada 2018
lalu kerugian yang dialami sebuah organisasi karena fraud bisa mencapai 5 persen dari
pendapatan kotor mereka. Bisa dibayangkan betapa berantakannya sebuah perusahaan
jika hal ini terjadi terjadi bertahun-tahun.

Memahami fraud adalah berarti mengenali berbagai perilaku dan modus


operandi penipu. Hal ini penting karena dengan begitu perusahaan dapat merancang
kebijakan pengendalian anti-fraud. Itulah yang coba dilakukan artikel ini, dari mulai
pengertiannya, penyebabnya, jenis-jenis atau contohnya, dan beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi agar hal itu tidak terjadi. (Team, 2022)

2.1.2. Fraud dalam akuntansi


Fraud accounting merupakan istilah yang turut menjadi bagian dari dunia
akuntansi sehingga tak heran bila istilah ini tak asing lagi bagi para akuntan. Namun
mungkin Anda yang merupakan bagian dari masyarakat awam belum paham benar
mengenai apa yang dimaksud dengan istilah dalam akuntansi tersebut.
Kata fraud sendiri memang merupakan sebuah kata asing namun kata ini memiliki
makna yang sama dengan kecurangan. Jadi, fraud accounting bisa saja digambarkan
sebagai suatu tindakan kecurangan yang berhubungan dengan keuangan atau finansial
perusahaan.

Kecurangan di perusahaan yang seringkali disebut dengan istilah fraud


accounting ini dapat terjadi kapan saja. Beberapa hal yang menimbulkan tindakan ini
diantaranya adalah adanya kesempatan terutama bagi pihak yang telah memperoleh
kepercayaan dari perusahaan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya
tindakan fraud yang dilakukan oleh seseorang dengan jabatan tinggi di perusahaan.

Selain adanya kesempatan rupanya tindakan kecurangan atau penipuan di


perusahaan juga bisa terjadi karena adanya tindakan hukum yang dinilai terlalu lemah.
Banyak perilaku kriminal yang ternyata tidak diberi sanksi tegas. Hal ini membuat
banyak orang kemudian melanggar aturan atau hukum yang berlaku. Hukum yang
lemah memang berpotensi untuk membuat siapa saja berani melakukan tindakan yang
tidak baik dan bahkan merugikan perusahaan.

Fraud juga cenderung terjadi karena adanya individu yang memang memiliki
sifat dan karakter buruk sehingga perilakunya pun menjadi buruk. Misalnya saja seperti
berperilaku tamak sehingga selalu mencari kesempatan atau peluang untuk bisa
melakukan fraud di perusahaan. Hal terakhir yang dapat menyebabkan
adanya fraud adalah adanya himpitan ekonomi yang membuat individu akhirnya secara
nekad melakukan tindakan curang dan penipuan guna mendapatkan keuntungan. Beban
hidup yang sangat berat bahkan bisa membuat seseorang melakukan tindakan kriminal
yang bisa menguntungkan dirinya tanpa memikirkan pihak lainnya. (Jurnal
entrepreneur, n.d.)

2.1.3. Penggelapan Dana


Penggelapan Dana diatur pada pasal 372 KUHP. Dimana, penggelapan dana
adalah suatu perbuatan mengambil dana dari orang lain. Baik itu sebagian maupun
secara keseluruhan. Penggelapan dana atas dana tersebut berada diatas tangan pelaku
dan penguasaannya sudah secara sah. Seperti pelaku yang menguasai sebuah dana yang
dititipkan kepadanya atau penugasan dana oleh pelaku sebab tugas atau jabatan yang
diberikan kepadanya. Tujuan dari penggelapan dana ini, yakni guna mempunyai uang
atau dana yang dipegangnya tersebut bukanlah milik individu melainkan milik
masyarakat umum atau orang lain.

"Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun atau pidana denda paling banyak Rp900 ribu." Perlu
dipahami, kasus penggelapan uang dapat dikenai salah satu atau lebih pasal di atas
sesuai dengan tindak pidana terhadap objek (barang, aset, uang) dan subjek
(pelakunya). Misalnya, kasus penggelapan uang perusahaan yang dilakukan oleh salah
seorang karyawan yang menjabat di perusahaan itu, maka ia akan dikenai Pasal 374
KUHP.

2.1.4. Audit Internal

Audit Internal adalah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
oleh auditor internal untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan organisasi. Audit
Internal hadir untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan dengan memberikan
penilaian yang tidak bias sehingga dapat menyampaikan rekomendasi yang memiliki
nilai tambah bagi suatu perusahaan.

Audit Internal biasanya dilakukan oleh unit yang ada di dalam perusahaan yang
memiliki tugas untuk melakukan audit terhadap perusahaan tersebut. Pelaksana Audit
Internal adalah auditor internal. Aktivitas Audit Internal menjadi sebuah pendukung
utama bagi tercapainya tujuan pengendalian internal. Saat menjalankan tugasnya,
auditor internal harus berlaku objektif dan kedudukannya di dalam perusahaan adalah
independen. (Tokopedia, n.d.)

2.1.5 Standar Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur atau SOP merupakan proses dokumentasi yang


dimiliki suatu perusahaan untuk memastikan bahwa layanan dan produk disampaikan
atau diberikannya secara konsisten setiap waktu. Pengertian SOP, Secara sederhananya
yaitu suatu petunjuk secara tertulis yang memaparkan mengenai langkah-langkah kerja
atau bagaimana cara melaksanakan kegiatan dengan rutin. Menurut Laksmi (2008:52),
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan dokumen yang berhubungan dengan
prosedur yang dikerjakannya secara kronologis guna menuntaskan suatu pekerjaan
yang berfungsi untuk mendapatkan hasil kerja yang paling efektif dari pekerja dengan
biaya serendahnya.

Manfaat SOP secara umum adalah sebagai standarisasi langkah yang digunakan
pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan terjadinya
kelalaian, meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasi tanggung jawab
tertentu ketika melaksanakan tugas, menunjukkan kinerja bahwa organisasi yang
efisien dan dikelola secara baik, dan membantu penyelesaian terhadap kesalahan
prosedur dalam memberikan sebuah pelayanan, serta menjamin proses pelayanan
tersebut tetap berjalan secara baik dalam berbagai situasi.

2.2. PROFIL BANK RIAU KEPRI


Bank Pembangunan Daerah Riau adalah Bank milik pemerintah Provinsi
Riau,Pemerintah Kabupaten/kota se Propinsi Riau dan Provinsi Kepaulauan Riau.Bank
Pembangunan Daerah Riau merupakankelanjutan kegiatan usaha dari PT. BAPERI (PT. Bank
Pembangunan Daerah Riau) yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Syawal Sutan Diatas no.
1 tanggal 1 Agustus 1961, dan izin Maenteri Keuangan Republik Indonesia No. BUM 9-4-45
tanggal 12-08-1961. Sesuai dengan Surat Keputusan Gunernur KDII Tk. 1 Riau No.
51/IV/1966 tanggal 01 April 1966 dinyatakan berakhir segala kegiatan PT. BAPERI.
Seluruh aktiva dan pasiva PT.BAPERI dilebur ke dalam Bank Pembangunan Daerah
Riau yang disesuaikan dengan Undang-undang No. 13 Tahun 1962 tentang Bank
Pembangunan Daerah. Terhitung tanggal 1 April 1966 acara resmi kegiatan Bank
Pembangunan Daerah Riau dimulai dengan status sebagai Bank Milik Pemerintah Daerah
Riau. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Riau diatur dan disesuaikan dengan peraturan
Daerah No. 14 tahun 1992 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Pada tanggal 1 dan 22 Juli 2004 dilaksanakan Soft dan Grand Opening Bank Riau
Syariah yang kala itu dihadiri Deputi Gubernur Bank Indonesia Maulana Ibrahim dan Gubernur
Riau HM Rusli Zainal serta Ketua DPRD Provinsi Riau Dr. Chaidir MM. Bank Riau Syariah
Tanjung Pinang sebagai Cabang Kedua sampai dengan 30 September 2007 PT. Bank Riau
terus mengalami perkembangan dan telah memiliki 19 kantor cabang konvensional, 14 kantor
cabang pembantu, 10 kantor kas dan 2 payment point dan 8 layanan Syariah yang tersebar di
seluruh kabupaten dan kotamadya di Propinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.
Beroperasinya Bank Riau Syariah tidak hanya dilandasi dengan adanya fakta bunga bank
haram pada akhir tahun 2003 dari Majelis Ulama Indonesia, namun juga disokong oleh
beberapa faktor. Salah satu faktor yang memungkinkan diimplmentasikannya Bank Riau
Syariah adalah dari sisi regulasi dengan dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan telah memberikan peluang bagi Bank
umum Konvensional untuk ikut serta menangani Transaksi Perbankan Syariah juga
mempunyai potensi pasar yang cukup besar di Riau mengingat mayoritas penduduk Riau
beragama Islam (Prompt Research, 2004).
2.3. KRONOLOGI KASUS FRAUD BANK RIAU KEPRI
Bank Riau Kepri memberikan penjelasan terkait kronologi mengenai pencurian uang
nasabah sebesar 5 miliar pelaku adalah rp33 tahun yang bertugas sebagai admin pembiayaan
PT Bank Riau Kepri di kota Pekanbaru Riau pelaku menguras uang milik kurang lebih 101
nasabah. Direktur Utama Bank Riau Kepri Andi Bukhari menegaskan bahwa manajemen PT
Bank Riau Kepri tidak pernah kompromi dengan oknum pegawai yang terbukti melakukan
fraud alias tindakan kecurangan yang merugikan Bank Riau Kepri sendiri sudah memiliki
sistem internal control dan investigasi front yang dapat mendeteksi dengan baik kasus
kecurangan pegawai ini. (Tanjung, 2022)
Modus yang dilakukan oleh pelaku yaitu membobol rekening nasabah lalu menarik
uang korban menggunakan kartu ATM pada nasabah ini tidak memiliki sarana kartu ATM
tetapi ada Penarikan melalui ATM dari situ pegawai mulai curiga dan melaporkan kepada
atasannya dan dilaporkan ke polisi. Kasus ini berawal dari laporan yang ditangani subdit 2
reskritmus Polda Riau dalam laporan itu diduga terjadi transaksi penarikan dana di rekening
tabungan tanpa seizin nasabah pada tahun 2020 hingga 2022 setelah dilakukan penyelidikan
polisi menangkap Rp yang bertugas sebagai admin di Bank Riau Kepri Berdasarkan hasil
pemeriksaan pelaku mengaku uang 5 miliar itu digunakan untuk main judi.
Lalu pihak dari Bank Riau Kepri melakukan pelaporan seketika ke kepolisian untuk
memberi peringatan kepada seluruh pegawai pihak Bank Riau Kepri akan menindak tegas
pegawai yang melakukan kecurangan pelaku ditangkap tim direskrimsus Polda Riau yang
dipimpin kasubdit 2 perbankan kompul tadi Ardian pelaku ditetapkan sebagai tersangka dan
ditahan Sejak hari Sabtu tanggal 12 Juni 2022 pelaku Rp bekerja sebagai admin pembiayaan
di PT Bank Riau Kepri cabang Pekanbaru ia mencuri uang puluhan nasabah dengan nilai lebih
dari 5 miliar dan terdata korban ada 71 orang nasabah kerugian mencapai 5,27 miliar rupiah.
Berikut adalah beberapa fakta kasus pencurian uang nasabah Bank Riau Kepri oleh
pelaku berinisial Rp yang pertama Uang dipakai untuk dipakai untuk bermain judi direktur
reskrimsus Polda Riau Kombes Ferry Irawan mengatakan uang 5 miliar itu diduga digunakan
pelaku untuk judi namun keterangan pelaku kini masih di dalami sementara pelaku bilang habis
untuk judi tetapi masih terus kami dalami Apakah ini ada keterlibatan pihak lain namun sejauh
ini main tunggal dia untuk mendapat uang tersebut Lalu total uang yang ditarik Rezky lebih
dari 5 miliar setelah adanya laporan tentang penggelapan dan nasabah polisi pun melakukan
penyelidikan tim yang dipimpin kasubdit kompor di antrian akhirnya mengendus dugaan
transaksi penarikan dari rekening nasabah kartu ATM yang dibuat tidak sebagaimana
peruntukan hal itu dilakukan tanpa seizin atau tanpa sepengetahuan dari 71 orang Nasabah di
Bank Riau Kepri lalu Rezky dibantu oleh customer service saat menjalankan aksinya polisi
menyebut rezeki tidak bermain sendiri dalam menilap dan nasabah dia dibantu oleh Seorang
customer service Bank Riau Kepri cabang pasir pengairan bernama di Lika Putri Rezky
meminta bantuan di Lika untuk membuka Dorman rekening tabungan sesuai nama nasabah
yang ada setelahnya atau pada 17 Juni 2022 di di Lika mengetahui telah terdapat transaksi
penarikan dengan menggunakan kartu ATM dari rekening tabungan nasabah padahal
seharusnya nasabah tidak ada memiliki fasilitas kartu ATM selanjutnya pada 21 Juni quality
angsuran PT Bank Riau Kepri Adria Fitra mengetahui Ada penarikan dengan ATM nasabah
inisial MK temuan tersebut selanjutnya dilapor ke pimpinan pusat Bank Riau Kepri di kota
Pekanbaru lalu Rezky terancam penjara 5 tahun polisi menjerat Rezky dengan pasal 49 ayat
(1) huruf a pasal 49 ayat (2) huruf b undang-undang perbankan Rezky terancam 5 tahun penjara
penyidik juga masih mendalami peran orang lain dalam kasus ini lalu Bang Riau Kepri ganti
rugi uang nasabah yang ditilasi Bang Riau Kepri meminta 71 nasabah yang uangnya di tilap
Purwanto untuk tetap tenang sebab dan nasabah yang ditilaf akan diganti seluruhnya. (sumut,
2022)
2.4. ATURAN – ATURAN YANG DILANGGAR PELAKU
Dalam kasus yang dilakukan oleh salah satu pegawai Bank Riau Kepri ini tentu
melanggar peraturan – peraturan Perbankan dan dikenakan pasal berlapis yaitu melanggar
Pasal 49 ayat (1) huruf A Undang – Undang Perbankan dengan bunyi “(1) Anggota Dewan
Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja: (a) membuat atau menyebabkan
adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank”. (Undang -
Undang Perbankan, n.d.)

Dan pelaku juga melanggar Undang – Undang Perbankan Pasal 49 ayat (2) huruf b
yang berbunyi 49 ayat (2) huruf b UU Perbankan berbunyi, “(2) Anggota Dewan Komisaris,
Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja: (b) tidak melaksanakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank.

2.5 SANKSI YANG DIBERIKAN KEPADA PELAKU


Sesuai dengan Undang – Undang yang dilanggar oleh pelaku pencurian uang nasabah
sesuai dengan Undang – Undang Perbankan Pasal 49 ayat (1) huruf A dan pasal 49 ayat (2)
huruf B maka pelaku akan dikenakan sanksi berupa pidana penjara sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (serratus
miliar rupiah). Lalu untuk sanksi yang diberikan.
2.6 ANALISIS KASUS BERDASARKAN TEORI
Kasus penggelapan dana ataupun pencurian uang nasabah di bank masih banyak terjadi
terutama di Indonesia. Tindakan penggelapan dana ini didasari oleh motif – motif tertentu.
Menurut Conklin ada unsur – unsur yang merumuskan dan mengedintifikasi kasus
penggelapan dana ini yaitu suatu perbuatan melawan hukum yang dancam dengan sanksi
pidana, yang dilakukan oleh seseorang atau korporasi didalam pekerjaannya yang sah atau
didalam pencairan/usahanya di bidang industri atau perdagangan, dan yang terakhir untuk
tujuan memperoleh uang atau kekayaan, menghindari pembayaran uang atau menghindari
kehilangan/kerugian kekayaan, memperoleh keuntungan bisnis atau keuntungan pribadi.
Penggelapan dana inipun umumnya dilakukan oleh pihak - pihak internal suatu bank atu
perusahaan itu sendiri, karena biasanya pihak – pihak internal itulah yang paling memahami
dan mengenali bagaimana sistem yang bekerja disuatu instansi tersebut sehingga pihak – pihak
tersebut lebih mudah untuk menyusun strateginya dan melakukan pengelapan dana.
Kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh pegawai Bank Riau Kepri adalah salah
satu contohnya. Pegawai Bank Raiu Kepri ini adalah salah satu admin di Bank Riau Kepri.
Pegawai ini sudah melanggar perjanjian yang pada hakikatnya untuk bekerja di Bank Riau
Kepri namun jabatan ini disalahgunakan. Sesuai teori konflik bahwa jika tujuannya hanya
untuk memperoleh uang atau kekayaan maka akan menimbulkan salah satu tindakan criminal
dengan contoh dari kasus ini adalah pencurian uang nasabah hamper mencapai 5 miliar rupiah.
Tindakan ini sudah dilakukan sejak tahun 2020 dan Audit Internal Bank Riau Kepri terlambat
menemukan kasus ini yang baru diketahui setelah 2 tahun dilakukan yaitu pada tahun 2022.
Jika saja kasus ini cepat ditangani maka kerugian pun tidak akan sebesar itu dan tidak aka nada
banyak nasabah juga yang dirugikan. Setelah kasus tersebut terjadi, Bank Riau Kepri tidak
diam saja. Mereka pun melakukan pencegahan agar kasus ini tidak terjadi lagi. Yaitu dengan
cara meningkatkan sistem internal control dan investigasi yang dapat mendeteksi dengan baik
kasus – kasus seperti ini.

2.7 PENYELESAIAN DAN SOLUSI


Penyelesaian kasus ini berujung di pengadilan, kasus ini akan dibawa keranah hukum
dan menunjukkan adanya perlindungan terhadap setiap nasabah dari tindak kejahatan nasabah.
Hal ini juga dinilai akan menujukkan kepada masyarakat agar tidak panik karena uang maupun
harta mereka selalu dilindungi. Soal kerugian miliaran rupiah uang nasabah Bank Riau Kepri
sudah dikembalikan dan digantikan oleh pihak Bank Riau Kepri. Pihak bank juga sudah
melakukan pelaporan ke kepolisian. Hal ini untuk memberikan peringatan juga kepada seluruh
pegawai Bank Riau Kepri dan akan menindak tegas siapapun yang melakukan tindakan fraud..
Penindakan pelaporan segera ini memberikan dampak positif dalam rangka konvensi Bank
Riau Kepri menjadi Syariah.
Kepala Bidang Humas Polda Riau mengatakan bahwa petugas sudah menangkap
pelaku penggelapan dana nasabah. Setelah dilakukan penyidikan polisi menetapkan pelaku
sebagai tersangka yang diberikan pasal berlapis yaitu Undang – Undang Perbankan Pasal 49
ayat (1) huruf A dan pasal 49 ayat (2) huruf B. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Provinsi Riau
mendorong agar kasus pembobolan rekening nasabah oleh oknum pegawai di Bank Riau Kepri
diselesaikan secara hukum. Selain itu, OJK juga mendorong agar para pelaku dijerat dengan
tindak pidana perbankan.

BAB III

PENUTUP
3.1 . KESIMPULAN
Laporan keuangan merupakan catatan atas aktivitas bisnis perusahaan yang dapat
digunakan sebagai media untuk menilai kinerja. Tetapi tidak dipungkiri masih banyak kasus
kecurangan – kecurangan pada laporaran keuangan ataupun fraud lainnya yang msih terjadi di
Indonesia ini. Salah satu kasus fraud yang terjadi di Indonesia yaitu terjadi pada Bank Riau.
Kasus diatas merupakan kasus kecurangan yang terjadi di perbankan. Bank Riau Kepri
memberikan penjelasan terkait kronologi mengenai pencurian uang nasabah sebesar 5 miliar
pelaku adalah rp 33 tahun yang bertugas sebagai admin pembiayaan PT Bank Riau Kepri di
kota Pekanbaru Riau pelaku menguras uang milik kurang lebih 71 nasabah. Modus yang
dilakukan oleh pelaku yaitu membobol rekening nasabah lalu menarik uang korban
menggunakan kartu ATM pada nasabah ini tidak memiliki sarana kartu ATM tetapi ada
Penarikan melalui ATM dari situ pegawai mulai curiga dan melaporkan kepada atasannya dan
dilaporkan ke polisi.
Pelaku terancam penjara 5 tahun polisi menjerat Rezky dengan pasal 49 ayat (1) huruf
a pasal 49 ayat (2) huruf b undang-undang perbankan Rezky terancam 5 tahun penjara. Kasus
ini akan menjadi evaluasi untuk Bank Riau Kepri dan Bank lainnya agar meningkatkan sistem
kontrol internal dan investiasi secara rutin agar fraud ini tidak terjadi lagi.
3.2 REKOMENDASI
Dengan adanya kasus fraud yang dialami oleh Bank Riau Kepri ini, pihak Bank harus berhati –
hati lagi dengan cara peningkatan sistem kontrol internal secara rutin. Perlu meningkatkan
profesionalisme, dedikasi, loyalitas, dan tanggungjawab para pegawai bank sehingga para pegawai
menyadari jika tanggungjawab menjadi seorang pegawai bank itu besar karena para nasabah telah
mempercayai Bank untuk menyimpan dananya. Maka dari itu pada saat masa training pegawai
diberikan pula edukasi – edukasi yang akan menumbuhkan rasa tanggungjawab yang tinggi. Pihak
yang melakukan kontrol internal pun harus memahami dan mengerti kegiatan pengontrolan
tersebut untuk memastikan tindakan – tindakan perbaikan yang memadai untuk mengatasi
kelemahan yang ditemukan dalam pengontrolan telah dilaksanakan secara maksimal. Peninkatan
SOP pun harus dilakukan agar kasus – kasus fraud tidak terjadi lagi dan pelaku – pelaku penggelapan
dana ini harus dihukum secara tegas agar menjadi contoh untuk seluruh pegawai yang lain tidak
melakukan hal serupa.
DAFTAR PUSTAKA

detiksumut, t. (2022, june 30). fakta kasus pencurian uang nasabah. Retrieved from detiksumut:
https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6154597/8-fakta-kasus-pencurian-
uang-nasabah-bank-riau-kepri

Dita, M. (2018). KAsus Bank Century. 1-8.

Faldy. (2022, July 19). Justika. Retrieved from Pasal penggelapan uang:
https://blog.justika.com/pidana-dan-laporan-polisi/pasal-penggelapan-uang/

Jurnal entrepreneur. (n.d.). Retrieved from Fraud accounting: https://www.jurnal.id/id/blog/fraud-


accounting/

sumut, T. d. (2022, June 30). 8 fakta kasus pencurian uang bank riau. Retrieved from Detiksumut:
https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6154597/8-fakta-kasus-pencurian-
uang-nasabah-bank-riau-kepri

Tanjung, I. (2022, June 29). Penjelasan Kasus Bank Riau Kepri. Retrieved from Kompas.com:
https://regional.kompas.com/read/2022/06/29/123138178/penjelasan-bank-riau-kepri-
soal-pencurian-uang-nasabah-rp-5-m-oleh?page=all

Team, S. (2022, July 14). Pengertian Fraud. Retrieved from SPENMO: https://spenmo.id/blog/fraud-
adalah#:~:text=Menurut%20Investopedia%2C%20fraud%20adalah%20tindakan,atau%20unt
uk%20menyangkal%20hak%20korban.

Tokopedia. (n.d.). Retrieved from Definisi Audit Internal: https://kamus.tokopedia.com/a/audit-


internal/

Undang - Undang Perbankan. (n.d.). Retrieved from


https://www.bphn.go.id/data/documents/98uu010.pdf

Anda mungkin juga menyukai