Disusun oleh:
Oktavianto Kurniawan
NIM. 17.05.62.0014
Laporan keuangan menjadi suatu instrumen penting dalam operasional suatu perusahaan.
Kondisi perusahaan secara finansial dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas operasional suatu perusahaan dengan pihak
tertentu yang membutuhkan data atau aktivitas keuangan perusahaan tersebut. Laporan
keuangan juga dapat menyajikan posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang
telah diperoleh oleh suatu perusahaan. Hal-hal sedemikian telah menjadi suatu dorongan bagi
perusahaan untuk menyajikan laporan keuangannya dengan sebaik mungkin.
Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Oleh karena itu dalam penyajian laporan keuangan harus di sajikan secara akurat dan relevan,
sehingga informasi-informasi yang ada dalam laporan keuangan dapat membantu pihak-pihak
yang menggunakannya sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan. Namun pada
kenyataannya masih banyak pihak manajemen yang masih melakukan kecurangan laporan
keuangan untuk mencapai tujuan yang menguntungkan suatu organisasi atau keuntungan
pribadi.
Kasus-kasus yang sering terjadi pada kecurangan laporan keuangan biasanya dilakukan oleh
pihak-pihak petinggi perusahaan atau pihak yang berpengaruh dalam pembuatan laporan
keuangan. Walaupun saat ini sorotan utama sering terjadi pada manajemen puncak
perusahaan, atau terlebih lagi terhadap pejabat tinggi suatu instansi, namun sebenarnya
penyimpangan perilaku tersebut bisa juga terjadi di berbagai lapisan kerja organisasi
(Norbani, 2012). Pada kecurangan laporan keuangan mungkin pelaku-pelaku yang
melakukan kecurangan akan merasa diuntungkan dengan tindakan yang dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan, namun akan merugikan untuk pihak-pihak yang menggunakan
laporan keuangan untuk mendapatkan informasi-informasi yang harusnya akurat dan relevan.
Banyak sekali contoh kasus yang terjadi terhadap kecurangan laporan keuangan, baik dari
perusahaan luar negri maupun perusahaan dalam negri. Salah satu contoh kasus kecurangan pada
kasus TOSHIBA yang merupakan perusahaan industry teknologi diseluruh dunia sejak tahun
1875, itu artinya selama 140 tahun Toshiba telah mampu mencuri hati masyarakat diseluruh dunia
dengan produk yang berkualitas, brand image yang tangguh dan layanan pelanggan yang
excellent. Namun betapa mengejutkan bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel
independen tersebut mengatakan bahwa 3 direksi yang telah berperan aktif dalam
menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥ 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun),
dan menyebabkan harga saham Toshiba turun sekitar 20% atas tindakan direksi tersebut. Adapun
kasus yang pernah terjadi di perusahaan perbankan, yaitu kasus di Citybank yang dilakukan oleh
mantan Relationship Manager Malinda Dee yang didakwa melakukan tindak pidana penggelapan
dana senilai Rp 40.000.000.000,-.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN
KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building
Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017)”.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
fraud?
5. Apakah variabel total akrual (TATA) (kategori dari rationalization)
statement fraud.
3.2. MANFAAT
1. Bagi Penulis
2. Bagi Perusahaan
4. TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang
disebut principal mempekerjakan individu atau organisasi lain, yang disebut agent
untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat
keputusan kepada agent tersebut. Dalam sebuah perusahaan, manajer berperan sebagai
agent yang secara moral bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal), namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka (Ujiyantho & Pramuka, 2007). Jensen dan
Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency
theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara
pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus
penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Conflict of interest atau perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang memicu agency problem yang dapat
mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.
Menurut Eisenhardt (1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:
(1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationaliy), dan
(3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga hal tersebut menyebabkan
informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan realibilitasnya.
Informasi yang disampaikan biasanya tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya atau disebut sebagai informasi yang tidak simetri (asimetry information).
Ketidakjelasan informasi yang dihasilkan manajemen pada akhirnya akan menyesatkan
para pengguna laporan dalam proses pengambilan keputusan.
Masalah agensi yang disebabkan karena adanya konflik kepentingan dan asimetri
informasi tersebut, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost).
Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan biaya keagenan dalam tiga jenis yaitu:
merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu
waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan
satu periode.
kepadanya.
perusahaan.
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya
sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang
posisi keuangan perusahaan saat ini.
4.3 Fraud
4.3.1. Definisi Fraud
Menurut Sihombing (2012) Fraud merupakan suatu perbuatan dan tindakan
yang dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk menyalahgunakan
segala sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya: sumber daya perusahaan
dan negara demi kenikmatan pribadi dan kemudian menyajikan informasi yang
salah untuk menutupi penyalahgunaan tersebut.
Sedangkan Statement of Auditing Standards (AICPA, 2002) mendefinisikan
fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in
financial statements that are the subject of an audit”. Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji
material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat
diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa
kategori kecurangan. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK, 2008) secara
umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah:
Pendektesian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapat titik terang karena
berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk melakukan financial
statement fraud Brenan dan McGrath (2007) dalam (Laila Tiffani, 2015). Kecurangan
laporan keuangan yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang
merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009). Hal ini sering kali terjadi diawali
dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi
akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan
keuangan tahunan yang menyesatkan secara material.
Elif Yucel (2013) mengatakan langkah pertama untuk mendeteksi kecurangan adalah
dengan mengetahui dimana pertama kali harus memulai menerapkan kontrol, setelah itu
memahami faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dan mendefinisikan area utama
dengan melaksanakan pemeriksaan lebih rinci untuk memperkirakan akun mana yang
paling beresiko, hal tersebut adalah cara mendeteksi kecurangan yang paling efektif. Pada
tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah pokok penting. Terlebih lagi auditor
harus mengevaluasi semua proses dengan keraguan yang professional saat mendeteksi
kecurangan. Perlu diingat bahwa semua buku dan laporan keuangan mungkin
mengandung aplikasi yang menipu dan semua dokumen bisa jadi palsu. Hal ini bukan
berarti tidak percaya tapi untuk kepentingan penyelidikan.
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Pressure
Opportunity Rationalization
Sumber: Cressey (1953)
a. Pressure (Tekanan)
Menurut Ana Mardiana (2014) kondisi dimana pihak manajemen sebagai agen yang
harus berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang baik
kepada pihak pemegang saham dalam bentuk laba yang meningkat setiap tahunnya
dapat dikategorikan sebagai tekanan yang dialami, walapun perusahaan dalam
kondisi mengalami kesulitan keuangan mereka dituntut untuk berkinerja yang
baik. Kondisi tersebut membuat pihak manajemen berupaya untuk memanipulasi
laporan keuangan yang nantinya akan disampaikan kepada pihak pemegang
saham untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam mengelola
perusahaan.
Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada
pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah
financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial
target. Kategori yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan unsur
pressure yaitu financial stability, external pressure, dan financial target.
b. Opportunity (Kesempatan)
Menurut Ratmono et al (2014) kesempatan akan timbul saat system pengendalian
internal perusahaan melemah. Perusahaan dengan pengendalian internal yang lemah
akan memiliki banyak celah yang menjadikan kesempatan bagi manajemen untuk
memanipulasi transaksi. Kesempata tercipta karena adanya kelemahan pengendalian
internal, ketidak efektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau
otoritas. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi
aktivitas kecurangan juga meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.
SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi
pada tiga kategori kondisi. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective
monitoring, dan organizational structure. Namun kategori yang digunakan dalam
penelitian ini berkaitan dengan unsur opportunity yaitu nature of industry.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Ana Mardiana (2014) menyatakan rasionalization sebagai kondisi dimana setiap
perbuatan curang yang mereka lakukan dianggap sebagai tindakan yang wajar
atau malah benar adanya karena tindakan curang yang seperti itu sudah jamak
dilakukan oleh pihak manajemen diberbagai perusahaan diseluruh dunia. Skousen
(2009) menyatakan bahwa rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle
yang sulit diukur.
Fraud diamond theory pertama kali dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada bulan
Desember 2004. Hal ini dipandang sebagai pernyempurnaan yang diperluas dari fraud
triangle theory. Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan banyak kecurangan tidak akan
terjadi tanpa adanya orang yang tepat yang memiliki kemampuan untuk melakukan
kecurangan. Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan
untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan agar kecurangan tidak tersedia untuk
orang lain. Dapat dikatakan bahwa variabel kemampuan (capability) dapat dijadikan
sebagai faktor untuk mengukur seberapa besar daya dari seseorang itu melakukan fraud.
Gambar 2.2
Fraud Diamond
Opportunity
Pressure Rationalization
Capability
Sumber: Wolfe and Hermanson (2004)
Wolfe dan Hermanson berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud triangle untuk
meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu dengan cara
menambahkan elemen keempat yakni capability (kemampuan). banyak fraud yang
umumnya bernominal besar tidak mungkin terjadi apabila tidak ada orang tertentu
dengan capability (kemampuan) khusus yang ada dalam perusahaan. Opportunity
membuka peluang atau pintu masuk bagi fraud dan pressure dan rationalization yang
mendorong seseorang untuk melakukan fraud.
Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability yang
sangat penting dalam pribadi perilaku kecurangan, yaitu:
a. Positioning
Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan
untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan. Seseorang
dalam posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau
lingkungan.
b. Intelligence and creativity
Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi
kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau
akses berwenang untuk keuntungan terbesar.
c. Convidence / Ego
Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan
terditeksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk
berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri
(narsisme). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,
gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan
kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa
mereka lebih unggul dan cenderung ingin memperlihatkan prestasi dan
kemampuan mereka.
d. Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau
menyembunyikan penipuan. Seseorang individu dengan kepribadian yang
persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama
dengan penipuan atau melihat kearah lain.
e. Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk
menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus
melacak cerita secara keseluruhan.
f. Stress
Individu yang harus mampu mengendalikan stres karena melakukan
tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa
menimbulkan stress.
Berikut adalah hasil penelitian serta persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya
dengan penelitian ini. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 dihalaman
berikut.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
Penelitian/Tahun
Persamaan Perbedaan
Merissa Yesiariani/ Menggunakan Studi pada ACHANGE,
Analisis Fraud variable perusahaan LQ- LEVERAGE,ROA dan
Diamond dalam ACHANGE, 45 di BEI TATA berpengaruh
Mendeteksi ROA, terhadap Financial
Financial LEVERAGE, Peneltian Statement Fraud
Statement RECEIVABLE, Merissa
Fraud/2016 TATA, Menggunakan OSHIP, RECEIVABLE,
DCHANGE variabel OSHIP, BDOUT, CPA dan
BDOUT dan DCHANGE
∆CPA
mengidentifikasi
Ekspansi jumlah anggota
unsur
independen di komite
rasionalisasi dan
audit berhubungan
kemampuan
negatif dengan terjadinya
kecurangan.
Gambar 2.3
Skema kerangka pemikiran
Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud
Pressure
Financial Stability: ACHANGE
Financial Target: ROA
External Pressure: LEVERAGE
+
Financial Statement
Opportunity + Fraud (Benish M-
Nature of Industry:RECEIVABLE Score)
Rationalization
Opini Audit (AUDREP)
Rasio Total Akrual (TATA)
+
Capability
Metode Analisis: Regresi Logistik
Pergantian Direksi (DCHANGE) Lanjutan…
(ROA)
Hal ini pun sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Suyudi (2009) dalam
Amertha (2013) bahwa apabila kinerja perusahaan buruk pihak manajemen
akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menaikan laba
akuntansinya, begitu pula sebaliknya bila perusahaan berkinerja baik pihak
manajemen akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba akuntansinya.
(LEVERAGE)
External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen
untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga (Laila Tiffani,
2015). Hal ini didukung dengan pendapat skousen et al. (2009) yang
Tekanan berlebihan dari pihak eksternal sebagai wujud adanya tambahan utang
harus mendapatkan pendapatan dari penggunaan dana tersebut, jika tidak maka
tanpa mendapatkan keuntungan atas tambahan utang tersebut. Oleh sebab itu,
perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi akan memicu manajer
fraud.
piutang tak tertagih dan persediaan using (Laila Tiffani, 2105). Oleh karena
(DCHANGE)
Capability adalah elemen baru tentang fenomena fraud yang dikemukakan oleh
Wolfe dan Hermanson pada tahun 2004. Wolfe dan Hermanson (2004)
berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud triangle untuk meningkatkan
kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu dengan cara menambahkan
elemen keempat yakni capability (kemampuan). Menurut Sihombing (2014)
berpendapat bahwa capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari
seseorang untuk melakukan fraud dilingkungan perusahaan. Perubahan direksi
pada umumnya sarat dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak
tertentu yang memicu munculnya conflict of interest. Dengan alasan tersebut
peneliti menggunakan pergantian direksi untuk di proksikan dengan capability.
Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai salah satu
fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya fraud menyimpulkan bahwa
perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud. Perubahan direksi
tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.
5. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property, real estate and
building construction yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2014-2017. Metode penelitian sampel yang digunakan
adalah Purposive Sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu,
umunya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro
dan Bambang, 2002).
b. Penelitian lapangan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan tahunan
perusahaan-perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction
tahun 2014 sampai dengan 2017 yang telah dipublikasikan lengkap di
Bursa Efek Indonesai (BEI).
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
(logistic regression) dengan bantuan SPSS. Alasan penggunaan alat analisis model
regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dummy {melakukan
kecurangan (fruad) dan tidak melakukan kecurangan (non fraud)}. Asumsi normal
distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara
variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat
dianalisis dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data pada
variabel bebasnya.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari
sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-
rata dari sampel.
Keterangan:
e = Kesalahan regresi
c) Koefisien Determinan
Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukurseberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011: 341).
d) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan suatu
perusahaan melakukan financial statement fraud. Tabel
klasifikasi menghitung estimasi yang benar (correct) dan
salah (incorrect) (Ghozali, 2011: 270).
Dimana:
FSF = Financial Statement Fraud
α0 = Konstanta
β1,2,3,... = Koefisien variabel
a. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:
63). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement
fraud (Y).
Financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji dari
laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya
tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan
keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002).
Mengacu pada penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dummy
yang dikategorikan menjadi dua, yaitu jika perusahaan laporan
keuangannya terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai
“1”, sedangkan perusahaan yang laporan keuangannya yang tidak
terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai “0”. Untuk
mengetahui perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan dan
tidak melakukan kecurangan menggunakan formula Beneish M-Score
(Susmita dan Nanik 2015).
Tabel 3.1
Index (SGAI)
b. Variabel Independen
(
ACHANGE = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭 - 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭−�)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭
2. Financial Target: Return on Assets (ROA)
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok
besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang
dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang
dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai
tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan
adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA)
adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk
menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al.,
2009). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan
dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena
itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets
dalam penelitian ini. Pengertian Return on total Asset (ROA)
menurut Hanafi dan Halim (2003) adalah:
5. Rationalization
1) Rasio Total Akrual
Rasionalisasi sarat dengan penilaian-penilaian subjektif
perusahaan. Penilaian dan pengambilan keputusan perusahaan
yang subjektif tersebut akan tercermin dari nilai akrual
perusahaan (Skousen et al., 2009). Total akrual akan
berpengaruh terhadap financial statement fraud karena akrual
tersebut sangat dipengaruhi oleh pengambilan keputusan
manajemen dalam rasionalisasi laporan keuangan
(Beneish,1997). Oleh karena itu, rationalization akan
diproksikan dengan rasio total akrual (TATA). Rasio total
akrual dapat dihitung dengan rumus perhitungan akrual oleh
Beneish (1997) yaitu:
2) Opini Audit
Opini audit wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor
kepada perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya
secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum di Indonesia. Opini audit wajar tanpa
pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat
kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang
disusun perusahaan (Mulyadi, 2010).
DAFTAR PUSTAKA