Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN


KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017)

Disusun oleh:
Oktavianto Kurniawan
NIM. 17.05.62.0014

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSTAS STIKUBANK
TAHUN 2018
1. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan menjadi suatu instrumen penting dalam operasional suatu perusahaan.
Kondisi perusahaan secara finansial dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas operasional suatu perusahaan dengan pihak
tertentu yang membutuhkan data atau aktivitas keuangan perusahaan tersebut. Laporan
keuangan juga dapat menyajikan posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang
telah diperoleh oleh suatu perusahaan. Hal-hal sedemikian telah menjadi suatu dorongan bagi
perusahaan untuk menyajikan laporan keuangannya dengan sebaik mungkin.

Dalam penggunaannya laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang


menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dan
diharapkan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.

Oleh karena itu dalam penyajian laporan keuangan harus di sajikan secara akurat dan relevan,
sehingga informasi-informasi yang ada dalam laporan keuangan dapat membantu pihak-pihak
yang menggunakannya sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan. Namun pada
kenyataannya masih banyak pihak manajemen yang masih melakukan kecurangan laporan
keuangan untuk mencapai tujuan yang menguntungkan suatu organisasi atau keuntungan
pribadi.

Komponen Laporan keuangan yang diterapkan di Indonesia sudah semakin komprehensif.


Namun, ada banyak celah dalam laporan keuangan yang dapat menjadi ruang bagi
manajemen dan oknum tertentu untuk melakukan kecurangan (Fraud) pada laporan
keuangan.

Kasus-kasus yang sering terjadi pada kecurangan laporan keuangan biasanya dilakukan oleh
pihak-pihak petinggi perusahaan atau pihak yang berpengaruh dalam pembuatan laporan
keuangan. Walaupun saat ini sorotan utama sering terjadi pada manajemen puncak
perusahaan, atau terlebih lagi terhadap pejabat tinggi suatu instansi, namun sebenarnya
penyimpangan perilaku tersebut bisa juga terjadi di berbagai lapisan kerja organisasi
(Norbani, 2012). Pada kecurangan laporan keuangan mungkin pelaku-pelaku yang
melakukan kecurangan akan merasa diuntungkan dengan tindakan yang dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan, namun akan merugikan untuk pihak-pihak yang menggunakan
laporan keuangan untuk mendapatkan informasi-informasi yang harusnya akurat dan relevan.

Perusahaan yang go-public merupakan perusahaan yang memiliki kemungkinan terjadinya


Fraud yang tinggi dibandingkan perusahaan yang belum listing di bursa efek. Banyak hal
yang melatar belakangi manajemen melakukan Fraud antara lain dapat terjadi dikarenakan
conflict of interest yang terjadi antara manajemen sebagai agen dengan investor sebagai
principal yang seringkali menguntungkan satu pihak sehingga mengakibatkan terjadinya
Financial Statement Fraud.

Banyak sekali contoh kasus yang terjadi terhadap kecurangan laporan keuangan, baik dari
perusahaan luar negri maupun perusahaan dalam negri. Salah satu contoh kasus kecurangan pada
kasus TOSHIBA yang merupakan perusahaan industry teknologi diseluruh dunia sejak tahun
1875, itu artinya selama 140 tahun Toshiba telah mampu mencuri hati masyarakat diseluruh dunia
dengan produk yang berkualitas, brand image yang tangguh dan layanan pelanggan yang
excellent. Namun betapa mengejutkan bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel
independen tersebut mengatakan bahwa 3 direksi yang telah berperan aktif dalam
menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥ 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun),
dan menyebabkan harga saham Toshiba turun sekitar 20% atas tindakan direksi tersebut. Adapun
kasus yang pernah terjadi di perusahaan perbankan, yaitu kasus di Citybank yang dilakukan oleh
mantan Relationship Manager Malinda Dee yang didakwa melakukan tindak pidana penggelapan
dana senilai Rp 40.000.000.000,-.

Meningkatnya berbagai kasus skandal akuntansi di dunia menyebabkan berbagai pihak


berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan pada laporan keuangan
(Skousen et al., 2009). Cressey (1953) menyatakan jika kecurangan laporan keuangan
disebabkan oleh tiga kondisi, yaitu Tekanan (Pressure), Kesempatan (Opportunity), dan
Rasionalisasi (Rationalization) yang sering disebut dengan Fraud Triangle. Teori Fraud
Triangle ini telah diadopsi dalam standar auditing dan dianggap sebagai salah satu literatur
utama dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan yaitu dalam Statement on
Auditing Standards (SAS) No. 99.
Namun dalam perkembangannya, mulai diperkenalkan kembali teori lanjutan dari fraud
triangle oleh Wolfe dan Hermanson. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa
disamping ketiga faktor dalam Fraud triangle tersebut terdapat faktor lain yang juga berperan
besar dalam terjadinya Fraud yakni Kemampuan (Capability). Wolfe and Hermanson (2004)
meneliti tentang capability sebagai salah satu fraud risk factor yang melatarbelakangi
terjadinya fraud menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya
fraud. Unsur-unsur dari fraud diamond ini tidak dapat begitu saja diteliti sehingga membutuhkan
proksi variabel. Proksi yang digunakan dalam mendeteksi terjadinya fraud dalam penelitian ini
antara lain pressure yang diproksikan dengan financial stability, financial target dan external
pressure; opportunity yang diproksikan dengan nature of industry; rationalization yang
diproksikan dengan opini audit dan total akrual serta capability yang diproksikan dengan
perubahan direksi (Sihombing, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN
KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building
Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017)”.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel persentase perubahan total aset (ACHANGE) (kategori dari

financial stability) berpengaruh terhadap financial statement fraud?

2. Apakah variabel return on assets (ROA) (kategori dari financial target)

berpengaruh terhadap financial statement fraud?

3. Apakah variabel rasio leverage (LEVERAGE) (kategori dari external

pressure) berpengaruh terhadap financial statement fraud?

4. Apakah variabel peresentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV)

(kategori dari nature of industry) berpengaruh terhadap financial statement

fraud?
5. Apakah variabel total akrual (TATA) (kategori dari rationalization)

berpengaruh terhadap financial statement fraud?

6. Apakah variabel opini audit (AUDREP) (kategori dari rationalization)

berpengaruh terhadap financial statement fraud?

7. Apakah variabel pergantian direksi perusahaan (DCHANGE) (kategori dari

capability) berpengaruh terhadap financial statement fraud?

3. TUJUAN DAN MANFAAT


3.1. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase

perubahan total aset (ACHANGE) terhadap financial statement fraud.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh return on total

assets (ROA) terhadap financial statement fraud.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh rasio leverage

(LEVERAGE) terhadap financial statement fraud.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase

perubahan piutang pada penjualan (RECEIVABLE) terhadap financial

statement fraud.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh total akrual (TATA)

terhadap financial statement fraud.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh opini audit

(AUDREP) financial statement fraud.


7. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pergantian direksi
perusahaan (DCHANGE) terhadap financial statement fraud.

3.2. MANFAAT

Manfaat dari penilitian ini :

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai auditing

2. Bagi Perusahaan

Memberikan pandangan kepada manajemen sebagai agent terkait tanggung jawabnya


dalam melindungi kepentingan principal. Serta memberikan informasi kepada pemegang
saham, investor, kreditor dan pihak lain agar memahami faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kecurangan laporan keuangan agar tidak salah dalam mengambil
keputusan.

3. Bagi Universitas Stikubank Semarang

Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi dan manajemen


keuangan serta sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan
penelitian-penelitian selanjutnya.

4. TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Teori Agensi

Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang
disebut principal mempekerjakan individu atau organisasi lain, yang disebut agent
untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat
keputusan kepada agent tersebut. Dalam sebuah perusahaan, manajer berperan sebagai
agent yang secara moral bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal), namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka (Ujiyantho & Pramuka, 2007). Jensen dan
Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency
theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara
pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus
penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Conflict of interest atau perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang memicu agency problem yang dapat
mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.

Menurut Eisenhardt (1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:
(1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationaliy), dan
(3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga hal tersebut menyebabkan
informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan realibilitasnya.
Informasi yang disampaikan biasanya tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya atau disebut sebagai informasi yang tidak simetri (asimetry information).
Ketidakjelasan informasi yang dihasilkan manajemen pada akhirnya akan menyesatkan
para pengguna laporan dalam proses pengambilan keputusan.

Masalah agensi yang disebabkan karena adanya konflik kepentingan dan asimetri
informasi tersebut, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost).
Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan biaya keagenan dalam tiga jenis yaitu:

a. Biaya Monitoring (monitoring cost) merupakan biaya yang dikeluarkan


untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan
oleh agen.
b. Biaya Bonding (Bonding Cost) merupakan biaya untuk menjamin bahwa
agen tidak akan bertindak merugikan principal, atau dengan kata lain
untuk meyakinkan agen, bahwa principal akan memberikan kompensasi
jika agen benar-benar melakukan tindakan tersebut.
c. Biaya Kerugian Residual (Residual Loss), yaitu nilai uang yang ekuivalen
dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh principal akibat
perbedaan kepentingan

4.2 Laporan Keuangan

4.2.1. Pengertian Laporan Keuangan


a. Pengertian laporan keuangan menurut Sihombing (2014) adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara
data keuangan atau aktivitas operasional suatu perusahaan dengan pihak
tertentu yang membutuhkan data atau aktivitas keuangan perusahaan
tersebut.
b. Menurut Ratmono et al (2014), definisi laporan keuangan adalah salah satu
bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta pihak
luar perusahaan untuk menginformasikan aktivitas perusahaan dalam periode
tertentu, pelaporan keuangan ini ditunjukan kepada para pihak yang terkait
sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas aliran dana investasi dan

Laporan Keuangan adalah:


a. Merupakan produk dari akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk

membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal.

b. Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja

keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap kondisi.

c. Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan

dalam suatu periode perusahaan dalam kurun waktu setahun.

4.2.2. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAI) dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa

yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen

atau sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan laporan keuangan

merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu

ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku bersangkutan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1 tentang

Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan

keuangan untuk organisasi pencari laba adalah adalah:


a. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan

pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional

mengenai investasi, kredit, dan lainnya.

b. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor

dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah,

waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan

juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman

yang jatuh tempo.

c. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan,

klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan

lain terhadap aktiva dan kewajiban.

d. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama

satu periode.

e. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan

dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya,

tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividen dan

pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan

mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik

atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan

kepadanya.

g. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi

dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik

perusahaan.
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya
sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang
posisi keuangan perusahaan saat ini.
4.3 Fraud
4.3.1. Definisi Fraud
Menurut Sihombing (2012) Fraud merupakan suatu perbuatan dan tindakan
yang dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk menyalahgunakan
segala sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya: sumber daya perusahaan
dan negara demi kenikmatan pribadi dan kemudian menyajikan informasi yang
salah untuk menutupi penyalahgunaan tersebut.
Sedangkan Statement of Auditing Standards (AICPA, 2002) mendefinisikan
fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in
financial statements that are the subject of an audit”. Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji
material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat
diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa
kategori kecurangan. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK, 2008) secara
umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah:

a. harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);


b. dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
c. fakta bersifat material (material fact);
d. dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly);
e. dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
f. pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan
tersebut (misrepresentation);
g. yang merugikannya (detriment).
4.3.2. Jenis-jenis Fraud

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi


kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan,
yaitu:
a. Asset Misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk
fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible
atau dapat diukur/dihitung (defined value).

b. Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh


pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan.

c. Corruption yang banyak terjadi di negara-negara berkembang


yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran
akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih
dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan
(simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal
(illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).

d. Financial Statement Fraud Statement of Auditing Standart (SAS)


No. 82 (American Institute of Certified Public Accountants, 1997)
dalam Rezaee (2002) menyatakan bahwa kecurangan laporan
keuangan sebagai salah saji yang disengaja atau kelalaian dalam
laporan keuangan. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material
sehingga dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
pihak yang berkepentingan.

4.4 Deteksi Fraud

Pendektesian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapat titik terang karena
berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk melakukan financial
statement fraud Brenan dan McGrath (2007) dalam (Laila Tiffani, 2015). Kecurangan
laporan keuangan yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang
merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009). Hal ini sering kali terjadi diawali
dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi
akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan
keuangan tahunan yang menyesatkan secara material.

Dalam rangka memberikan solusi terhadap kelemahan dalam prosedur pendeteksian


kecurangan di dunia, American Institute Certified Public Accountant (AICPA, 2002)
menerbitkan Statement of Auditing Standards No. 99 (SAS No.99) mengenai
Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit pada Oktober 2002. Tujuannya
untuk meningkatkan efektivitas auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan menilai
pada faktor risiko kecurangan perusahaan.

Elif Yucel (2013) mengatakan langkah pertama untuk mendeteksi kecurangan adalah
dengan mengetahui dimana pertama kali harus memulai menerapkan kontrol, setelah itu
memahami faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dan mendefinisikan area utama
dengan melaksanakan pemeriksaan lebih rinci untuk memperkirakan akun mana yang
paling beresiko, hal tersebut adalah cara mendeteksi kecurangan yang paling efektif. Pada
tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah pokok penting. Terlebih lagi auditor
harus mengevaluasi semua proses dengan keraguan yang professional saat mendeteksi
kecurangan. Perlu diingat bahwa semua buku dan laporan keuangan mungkin
mengandung aplikasi yang menipu dan semua dokumen bisa jadi palsu. Hal ini bukan
berarti tidak percaya tapi untuk kepentingan penyelidikan.

4.5 Fraud Triangle Theory

Fraud Triangle Theory merupakan konsep segitiga kecurangan yang dikemukakan


oleh Cressey (1953). Cressey (1953) dalam skousen (2009), berpendapat bahwa
sampai batas tertentu terdapat tiga kondisi yang selalu hadir pada saat kecurangan
laporan keuangan terjadi. Kondisi ini (pressure, opportunity, dan rasionalization)
menjadikan dasar kerangka faktor resiko kecurangan.

Gambar 2.1
Fraud Triangle
Pressure

Opportunity Rationalization
Sumber: Cressey (1953)

a. Pressure (Tekanan)
Menurut Ana Mardiana (2014) kondisi dimana pihak manajemen sebagai agen yang
harus berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang baik
kepada pihak pemegang saham dalam bentuk laba yang meningkat setiap tahunnya
dapat dikategorikan sebagai tekanan yang dialami, walapun perusahaan dalam
kondisi mengalami kesulitan keuangan mereka dituntut untuk berkinerja yang
baik. Kondisi tersebut membuat pihak manajemen berupaya untuk memanipulasi
laporan keuangan yang nantinya akan disampaikan kepada pihak pemegang
saham untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam mengelola
perusahaan.

Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada
pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah
financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial
target. Kategori yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan unsur
pressure yaitu financial stability, external pressure, dan financial target.

b. Opportunity (Kesempatan)
Menurut Ratmono et al (2014) kesempatan akan timbul saat system pengendalian
internal perusahaan melemah. Perusahaan dengan pengendalian internal yang lemah
akan memiliki banyak celah yang menjadikan kesempatan bagi manajemen untuk
memanipulasi transaksi. Kesempata tercipta karena adanya kelemahan pengendalian
internal, ketidak efektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau
otoritas. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi
aktivitas kecurangan juga meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.

SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi
pada tiga kategori kondisi. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective
monitoring, dan organizational structure. Namun kategori yang digunakan dalam
penelitian ini berkaitan dengan unsur opportunity yaitu nature of industry.

c. Rationalization (Rasionalisasi)
Ana Mardiana (2014) menyatakan rasionalization sebagai kondisi dimana setiap
perbuatan curang yang mereka lakukan dianggap sebagai tindakan yang wajar
atau malah benar adanya karena tindakan curang yang seperti itu sudah jamak
dilakukan oleh pihak manajemen diberbagai perusahaan diseluruh dunia. Skousen
(2009) menyatakan bahwa rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle
yang sulit diukur.

4.6 Fraud Diamond Theory (Capability elemen keempat fraud)

Fraud diamond theory pertama kali dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada bulan
Desember 2004. Hal ini dipandang sebagai pernyempurnaan yang diperluas dari fraud
triangle theory. Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan banyak kecurangan tidak akan
terjadi tanpa adanya orang yang tepat yang memiliki kemampuan untuk melakukan
kecurangan. Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan
untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan agar kecurangan tidak tersedia untuk
orang lain. Dapat dikatakan bahwa variabel kemampuan (capability) dapat dijadikan
sebagai faktor untuk mengukur seberapa besar daya dari seseorang itu melakukan fraud.

Gambar 2.2
Fraud Diamond
Opportunity

Pressure Rationalization

Capability
Sumber: Wolfe and Hermanson (2004)

Wolfe dan Hermanson berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud triangle untuk
meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu dengan cara
menambahkan elemen keempat yakni capability (kemampuan). banyak fraud yang
umumnya bernominal besar tidak mungkin terjadi apabila tidak ada orang tertentu
dengan capability (kemampuan) khusus yang ada dalam perusahaan. Opportunity
membuka peluang atau pintu masuk bagi fraud dan pressure dan rationalization yang
mendorong seseorang untuk melakukan fraud.

Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability yang
sangat penting dalam pribadi perilaku kecurangan, yaitu:

a. Positioning
Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan
untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan. Seseorang
dalam posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau
lingkungan.
b. Intelligence and creativity
Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi
kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau
akses berwenang untuk keuntungan terbesar.
c. Convidence / Ego
Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan
terditeksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk
berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri
(narsisme). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,
gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan
kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa
mereka lebih unggul dan cenderung ingin memperlihatkan prestasi dan
kemampuan mereka.
d. Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau
menyembunyikan penipuan. Seseorang individu dengan kepribadian yang
persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama
dengan penipuan atau melihat kearah lain.
e. Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk
menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus
melacak cerita secara keseluruhan.
f. Stress
Individu yang harus mampu mengendalikan stres karena melakukan
tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa
menimbulkan stress.

Dari penjelasan teori diatas dapat diketahui bahwa kecurangan umumnya


terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan, dorongan
untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima
secara umum) terhadap tindakan tersebut serta adanya individu yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kecurangan.

4.7. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut adalah hasil penelitian serta persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya
dengan penelitian ini. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 dihalaman
berikut.

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu

Penelitian/Judul Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian

Penelitian//Tahun Persamaan Perbedaan

Laila Menggunakan Studi pada ACHANGE, LEV,


Tiffani/Deteksi variable perusahaan dan IND
Financial ACHANGE, manufaktur di berpengaruh
Statement Fraud Leverage, ROA BEI terhadap Financial
dengan Analisis dan Statement Fraud
FraudTriangle/ RECEIVABLE Tidak
2015 menggunakan OSHIP,RECEIVE,
Variabel variabel IND, AUDCHANGE dan
financial OSHIP, dan ROA tidak
statement fraud AUDCHANGE berpengaruh
diproksikan terhadap Financial
dengan Beneish Statement Fraud
M-Score Model

Widarti/Pengaruh Menggunakan Studi pada Return on Asset,


FraudTriangle variable perusahaan ACHANGEdan
terhadap Deteksi independen manufaktur di FREEC
Kecurangan Return on Asset BEI berpengaruh
Laporan (ROA), terhadap
Keuangan/2015 AUDREP dan Widarti kecurangan laporan
ACHANGE menggunakan keuangan
variabel
FREEC, OSHIP, INVENTORY,
BDOUT, OSHIP, BDOUT,
INVENTORY CEO dan AUDREP
dan CEO. tidak berpengaruh
terhadap
kecurangan laporan
keuangan

Penelitian/Judul Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian

Penelitian//Tahun Persamaan Perbedaan

Susmita dan Menggunakan Studi pada Leverage,


Nanik/Analisis variable perusahaan Inventory, Total
Determinan Leverage, manufaktur di Accrual, dan
Financial Statement Total Accrual BEI Kualitas Audit
melalui Pendekatan tidak berpengaruh
Fraud Variable Tidak terhadap Financial
Triangle/2015 financial menggunakan Statement Fraud
statement inventory dan
fraud kualitas audit
diproksikan
dengan Susmita tidak
Beneish M- menggunakan
Score Model variable
ACHANGE,
RECEIVABLE,
AUDREP, ROA
dan DCHANGE

Sihombing/Analisis Menggunakan Studi pada ACHANGE,


Fraud Diamond variable perusahaan LEVERAGE,
dalam Mendeteksi ACHANGE, manufaktur di RECEIVABLE, dan
Financial Statement ROA, BEI TATA berpengaruh
Fraud/2014 LEVERAGE, terhadap Financial
RECEIVABLE, Penelitian Statement Fraud
TATA, Sihombing
DCHANGE menggunakan ROA,
variable AUDCHANGE, dan
AUDCHANGE DCHANGE tidak
berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud

Penelitian/Judul Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian

Penelitian/Tahun
Persamaan Perbedaan
Merissa Yesiariani/ Menggunakan Studi pada ACHANGE,
Analisis Fraud variable perusahaan LQ- LEVERAGE,ROA dan
Diamond dalam ACHANGE, 45 di BEI TATA berpengaruh
Mendeteksi ROA, terhadap Financial
Financial LEVERAGE, Peneltian Statement Fraud
Statement RECEIVABLE, Merissa
Fraud/2016 TATA, Menggunakan OSHIP, RECEIVABLE,
DCHANGE variabel OSHIP, BDOUT, CPA dan
BDOUT dan DCHANGE

∆CPA

Skousen et Menggunakan Penelitian ini Pertumbuhan asset yang


al/Detecting and variable hanya cepat, penigkatan
Predicting ACHANGE, mengidentifikasi kebutuhan uang tunai,
Financial ROA, lima proksi dan pembiayaan eksternal
Statement Fraud: LEVERAGE, tekanan dan dua yang secara positif
The Effectiveness dan proksi peluang berkaitan dengan
of The Fraud RECEIVABLE yang secara kemungkinan terjadinya
Triangle and SAS signifikan fraud
No. 99/2009 berhubungan Kepemilikan saham
dengan eksternal dan internal
kecurangan. serta control dewan
direksi juga terkait
Skousen et al dengan peningkatan
tidak financial statement fraud

mengidentifikasi
Ekspansi jumlah anggota
unsur
independen di komite
rasionalisasi dan
audit berhubungan
kemampuan
negatif dengan terjadinya
kecurangan.

Penelitian/Judul Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian

Penelitian//Tahun Persamaan Perbedaan


Ratmono et al Menggunakan Kecurngan Sales to total assets
/Dapatkah Teori Regresi laporan (SALTA) dan
Fraud Triangle Logistik, keuangan keahlian keuangan
Menjelaskan Menggunakan diproksikan komite audit
Kecurangan dalam variabel ROA dengan (ACEXP) terbukti
Laporan discretionary berpengaruh
Keuangan?/2009 accruals, terhadap
Menggunakan kecurangan laporan
variabel OSHIP, keuangan
FREEC,
BDOUT,
Net profit margin
(NPM), kas operasi
negative (NCFO)
dan return on assets
(ROA) tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap
kecurangan laporan
keuangan
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
4.8. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori


berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Dalam penelitian ini menggunakan empat variabel proksi independen.
Selanjutnya, variabel dependen penelitian yaitu financial statement fraud Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.3 sebagai berikut.

Gambar 2.3
Skema kerangka pemikiran
Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud

Basis Teori: Teori Agensi, Fraud Diamond Theory

Pressure
Financial Stability: ACHANGE
Financial Target: ROA
External Pressure: LEVERAGE
+
Financial Statement
Opportunity + Fraud (Benish M-
Nature of Industry:RECEIVABLE Score)

Rationalization
Opini Audit (AUDREP)
Rasio Total Akrual (TATA)
+

Capability
Metode Analisis: Regresi Logistik
Pergantian Direksi (DCHANGE) Lanjutan…

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


4.9. Hipotesis

Hubungan atau keterkaitan antar variable independen dan variable dependen

dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud: Presentase

perubahan total aset (ACHANGE)

Menurut SAS No. 99 (AICPA, 2002), manajer menghadapi tekanan untuk


melakukan financial statement fraud ketika stabilitas keuangan (financial
stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industry, dan situasi entitas yang
beroperasi. Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi ketidakstabilan keuangan perusahaan (Skousen et al., 2009).
Manajemen seringkali mendapatkan tekanan untuk menunjukan bahwa
perusahaan telah mampu mengelola aset dengan baik sehingga laba

Sihombing (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi total aset yang


dimiliki perusahaan menunjukan kekayaan yang dimiliki semakin besar. Hal
ini dapat dijadikan acuan para investor untuk mengalokasikan dana yang
ingin diinvestasikannya. Untuk itu manajemen dapat menyajikan gambaran
laporan keuangan perusahaan sebaik mungkin agar mendapatkan daya tarik
dari para investor.

Penelitian yang dilakukan oleh Laila Tiffani (2015) menunjukkan bahwa


persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh positif terhadap
financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1: Presentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap
financial statement fraud

b. Financial Target dengan Financial Statement Fraud: Return on Asset

(ROA)

Menurut Widarti (2015) financial target adalah risiko adanya tekanan


berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok
oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif
dari penjualan maupun keuntungan. Skousen et al, (2009) mengatakan
bahwa Return on Assets (ROA) sering digunakan dalam menilai kinerja
manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain.

Merissa Yesiariani (2016) berpendapat bahwa perusahaan yang memilki


laba yang besar (diukur dengan ROA) lebih memungkinkan melakukan
manajemen laba dari pada perusahaan yang memiliki laba yang kecil.
Dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas
asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan
menjadi daya tarik bagi investor karena perusahaan memiliki tingkat
pengembalian yang semakin tinggi.

Hal ini pun sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Suyudi (2009) dalam
Amertha (2013) bahwa apabila kinerja perusahaan buruk pihak manajemen
akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menaikan laba
akuntansinya, begitu pula sebaliknya bila perusahaan berkinerja baik pihak
manajemen akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba akuntansinya.

Hasil penelitian Widarti (2015) menunjukan bahwa return on assets (ROA)


berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian
tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Return on Assets berpengaruh terhadap financial statement fraud.

c. External Pressure dengan Financial Statement Fraud: Rasio Leverage

(LEVERAGE)
External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen

untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga (Laila Tiffani,

2015). Hal ini didukung dengan pendapat skousen et al. (2009) yang

menyatakan bahwa salah satu tekanan yang seringkali dialami manajemen

perusahaan adalah kebutuhan untuk mendapatkan tambahan utang atau

sumber pembiayaan ekternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan

riset dan pengeluaran pembangunan atau modal.

Tekanan berlebihan dari pihak eksternal sebagai wujud adanya tambahan utang

atau sumber pembiayaan ekternal agar tetap kompetitif, dapat memicu

kecurangan laporan keuangan (Merissa Yesiariani, 2016). Hal ini disebabkan

karena perusahaan yang menggunakan tambahan sumber pembiayaan eksternal

harus mendapatkan pendapatan dari penggunaan dana tersebut, jika tidak maka

perusahaan tetap harus menggantikan tambahan utang dari pihak eksternal

tanpa mendapatkan keuntungan atas tambahan utang tersebut. Oleh sebab itu,

perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi akan memicu manajer

untuk melakukan tindakan kecurangan.

Hasil penelitian Merissa Yesiariani (2016) menunjukan bahwa rasio

leverage berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.

Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Rasio Leverage (LEVERAGE) berpengaruh terhadap financial statement

fraud.

d. Nature of Industri dengan Financial Statement Fraud: Presentase

perubahan total pitang pada penjualan (RECEIVABLE)

Nature of industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam

industry. Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya


saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun

piutang tak tertagih dan persediaan using (Laila Tiffani, 2105). Oleh karena

itu, biasanya manajer parusahaan akan memnipulasi piutang dan persediaan

ketika ingin melakukan kecurangan pada laporan keuangan.

Hasil penelitian Sihombing (2014) menunjukan bahwa presentase

perubahan total piutang pada penjualan berpengaruh positif terhadap

financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H4: Presentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIVABLE)

berpengaruh terhadap financial statement fraud.

e. Rationalization dengan Financial Statement Fraud


Rasionalisasi merupakan sikap pembenaran yang dilakukan karyawan,
manager ataupun dewan komisaris Susmita Ardiyani & Nanik Sri
Utaminingsih (2015). Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang
menimbulkan pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat
melakukan kecurangan. Sebagai contoh manajemen membenarkan untuk
melakukan praktik manajemen laba (Ratmono et al., 2014).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang termasuk rationalization


dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan yaitu:

a) Total Akrual (TATA)

Secara umum, akrual merupakan produk akuntansi, yang dapat


dianggap memiliki jumlah yang relatif “tetap” dari tahun ke tahun
(Susmita Ardiyani & Nanik Sri Utaminingsih, 2015). Perubahan akrual
yang terjadi merupakan hasil penggunaan kebijakan mnajemen yang
berlebihan dan bila pada saat yang sama manajemen juga memiliki
insentif/motif untuk memanipulasi laba maka perubahan yang terjadi
dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan manajemen
Rahayu (2009) dalam Susmita & Nanik Sri Utaminingsih (2015).
Berdasarkan penelitian Sihombing (20014) variabel rasio total akrual
berpengaruh terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian
tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H5: Total akrual (TATA) berpengaruh terhadap financial statement


fraud.

b) Opini Audit (AUDREP)


Ana Mardiana (2014) berpendapatan bahwa auditor memiliki peran
yang sangat besar dalam kecurangan perusahaan baik dengan
menghalangi terjadinya kecurangan atau dengan mengkoreksi adanya
kesalahan yang disengaja tersebut. Peran dari auditor independen
adalah untuk menyediakan verifikasi oleh pihak luar atas keakuratan
angka akuntansi. Salah satu aset terbesar dari seorang auditor adalah
reputasi mereka.

Auditor dapat memberikan beberapa opini atas perusahaan yang


diauditnya sesuai dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut.
Salah satu opini auditor yang diberikan adalah wajar tanpa
pengecualian dengan kalimat penjelas. Opini audit tersebut merupakan
bentuk tolerir dari auditor atas manajemen laba Fimanaya dan
Syafruddin (2014).

Hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008) menunjukkan bahwa


opini auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified) berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tidak konsisten
dengan hasil penelitian Skousem et al. (2009).

Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai


berikut:

H6: Opini Audit (AUDREP) berpengaruh terhadap financial statement


fraud.

f. Capability dengan Financial Statement Fraud: Pergantian Direksi

(DCHANGE)

Capability adalah elemen baru tentang fenomena fraud yang dikemukakan oleh
Wolfe dan Hermanson pada tahun 2004. Wolfe dan Hermanson (2004)
berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud triangle untuk meningkatkan
kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu dengan cara menambahkan
elemen keempat yakni capability (kemampuan). Menurut Sihombing (2014)
berpendapat bahwa capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari
seseorang untuk melakukan fraud dilingkungan perusahaan. Perubahan direksi
pada umumnya sarat dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak
tertentu yang memicu munculnya conflict of interest. Dengan alasan tersebut
peneliti menggunakan pergantian direksi untuk di proksikan dengan capability.

Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai salah satu
fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya fraud menyimpulkan bahwa
perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud. Perubahan direksi
tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.

Perubahaan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk


memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan
susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih
berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian
direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi
yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta
perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga
kinerja awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin
mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H7: Pergantian direksi (DCHANGE) berpengaruh terhadap financial


statement fraud.

5. METODE PENELITIAN

5.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan


karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen persentase
perubahan Total Aset (ACHANGE), Return on total Asset (ROA), Rasio
Leverage (LEVERAGE), persentase perubahan piutang pada penjualan
(RECEIVABLE), Rasio Total Akrual (TATA), Opini Audit (AUDREP) dan
pergantian direksi (DCHANGE) terhadap variabel dependen yaitu financial
statement fraud. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Real
Estat and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2014-2017.

5.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property, real estate and
building construction yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2014-2017. Metode penelitian sampel yang digunakan
adalah Purposive Sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu,
umunya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro
dan Bambang, 2002).

Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri


Property, Real Estate, and Building Construction yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2017, dengan pertimbangan sebagai
berikut:

a. Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building


Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-
2017.
b. Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building
Construction yang menerbitkan laporan keuangan auditan selama lima
tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.
c. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
d. Perusahaan tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian tahun 2014-2017.
e. Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan
dengan variabel penelitian.

5.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua


cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

a. Penelitian Pustaka (Library research)


Perolehan data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain yang
berkaitan dengan judul penelitian

b. Penelitian lapangan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan tahunan
perusahaan-perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction
tahun 2014 sampai dengan 2017 yang telah dipublikasikan lengkap di
Bursa Efek Indonesai (BEI).

5.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
(logistic regression) dengan bantuan SPSS. Alasan penggunaan alat analisis model
regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dummy {melakukan
kecurangan (fruad) dan tidak melakukan kecurangan (non fraud)}. Asumsi normal
distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara
variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat
dianalisis dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data pada
variabel bebasnya.

a. Definisi Regresi Logistik

Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya


terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner), walaupun
formulanya dapat saja lebih dari dua kelompok.

Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari


persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang
berbentuk skala. Regresi logistik binary digunakan untuk menemukan
persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe kategorial
dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti
tidak setuju, setuju, dan sangat setuju.

Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji


normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya
(Ghozali,2011:333). Regresi logistik juga mengabaikan
heteroscedacity, artinya variabel dependen tidak memerlukan
homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya.

b. Tahapan Regresi Logistik

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik


(logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis
penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah
(Ghozali, 2011: 346):

1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari
sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-
rata dari sampel.

Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum


dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
penelitian.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji
regresi logistik ini digunakan untuk menguji pengaruh dari
ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIVABLE, TATA, AUDREP
dan DCHANGE yang berpengaruh dengan financial statement fraud
suatu entitas perusahaan Property, Real Estate and Building
Construction.

Analisis regresi logistik tidak menunjukkan arah hubungan antara


variabel independen dengan variabel dependen dengan mengukur
kekuatan hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2011: 82).

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic


regression:

1) Jika hasil signifikansinya (p) < 0,05 maka H1 diterima.


2) Jika hasil signifikansinya (p) > 0,05 maka H1 ditolak.
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis ini
adalah:

Y= α + β1X1 + β2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β5X5 + β 6X6 + β7X7 + e

Keterangan:

Y = Financial Statement Fraud


α = konstanta
β 1-7 = koefisien regresi
X1 = persentase perubahan total aset (ACHANGE)

X2 = return on total assets (ROA)

X3 = rasio leverage (LEVERAGE)

X4 = persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV)

X5 = total akrual (TATA)

X6 = opini audit (AUDREP)

X7 = pergantian direksi perusahaan (DCHANGE)

e = Kesalahan regresi

a) Menilai Kelayakan Model Regresi


Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test. Model ini
untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data
sehingga model dapat dikatakan fit). Apabila terdapat
perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga Godness fit model tidak baik karena
model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit


Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol
ditolak. Sedangakan apabila nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Godness of Fit Test lebih dari 0,05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dikatakan bahwa model
dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya
(Ghozali, 2011: 341).

b) Menilai keseluruhan model (Overall Model Fit)


Uji ini digunakan untuk menilai model yang dihipotesiskan
telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai
model fit adalah

H0 = model yang dihipotesiskan fit dengan data.

H1 = model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

c) Koefisien Determinan
Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukurseberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011: 341).
d) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan suatu
perusahaan melakukan financial statement fraud. Tabel
klasifikasi menghitung estimasi yang benar (correct) dan
salah (incorrect) (Ghozali, 2011: 270).

e) Model Regresi Logistik yang Terbentuk


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat
pengaruh ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIVABLE,
TATA, AUDREP dan DCHANGE terhadap financial
statement fraud pada perusahaan property, real estate and
building construction. Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

FSF = α0 + β1 ACHANGE + β2 ROA + β3 LEV+ β4 RECEIV+

β5 TATA + β6 AUDREP + β7 DCHANGE + ε

Dimana:
FSF = Financial Statement Fraud
α0 = Konstanta
β1,2,3,... = Koefisien variabel

ACHANGE = Persentase perubahan total aset


ROA = Return on Assets
LEV = Rasio Leverage
RECEIV = Persentase perubahan piutang pada penjualan
TATA = Rasio Total akrual
AUDREP = Opini Audit
DCHANGE = Perubahan Direksi
ε = Kesalahan Residual

5.5. Operasional Variabel


Menurut Indriantoro (2002) variabel adalah construct yang diukur dengan berbagai
macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-
fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang kompleks, karena
berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi gambaran yang lebih kongkret
mengenai abstraksi construct yang diwakilinya.

Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga menjadi


variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara tertentu
yang digunakan dalam suatu penelitian dalam mengoperasionalisasikan
construct, sehingga memungkinkan penelitian lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran
construct yang lebih baik (Indriantoro dan Bambang, 2002:69). Pada bagian ini
akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukurannya.

a. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:
63). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement
fraud (Y).

Financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji dari
laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya
tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan
keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002).
Mengacu pada penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dummy
yang dikategorikan menjadi dua, yaitu jika perusahaan laporan
keuangannya terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai
“1”, sedangkan perusahaan yang laporan keuangannya yang tidak
terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai “0”. Untuk
mengetahui perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan dan
tidak melakukan kecurangan menggunakan formula Beneish M-Score
(Susmita dan Nanik 2015).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement


fraud (FRAUD) yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-
Score. Beneish M-Score diukur dengan menggunakan 8 (delapan)
rasio keuangan untuk mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki
indikasi untuk memanipulasi pendapatan dalam laporan keuangan
(Beneish, 1997). Delapan rasio keuangan dan pengukurannya disajikan
pada table 3.1.

Tabel 3.1

Rasio Keuangan Untuk Mengukur Beneish M-Score

No Rasio Keuangan Rumus

(Net Receivables t / Sales


1 Days Sales in Receivable t−1)

(Net Receivables t−1 / Sales


Index (DSRI) t−1)

2 Gross Margin Index [(Sales t−1 − COGS t−1 / Sales t−1)]

(GMI) [(Sales t − COGS t) / Sales t]

3 Asset Quality Index (TA t − (CAt + PPEt)/TAt)

(AQI) [(TA t−1 − (CAt−1 + PPEt−1)/TA t−1)]

4 Sales Growth Index Sales t

(SGI) Sales t−1

5 Depreciation Index [Depreciation t−1/(PPEt−1 + Depreciationt−1)]

(DEPI) [Depreciation t/(PPEt + Depreciationt)]


6 Sales General and SG&A Expenset/Salest

Administrative Expenses SG&A Expenset−1/Salest−1

Index (SGAI)

7 Leverage Index (LVGI) [( t + Long Term Debtt)/Total Assetst]

[( t−1 + Long Term Debtt−1)/Total Assetst−1]

8 Total Accruals to Total (Net Income From Continuing Operationst − ℎ t)

Assets (TATA) Total Assetst

Sumber: Beneish (1997)

Setelah dilakukan perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian


diformulasikan kedalam rumus Beneish M Score Model:

M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892


SGI + 0.115 DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA

Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai


perusahaan yang melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari
2.22, dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan fraud (non
fraud). Selanjutnya perusahaan yang melakukan fraud diberi skor 1 dan
yang tidak melakukan fraud (non fraud) diberi skor 0 (Laila Tiffani, 2015).

b. Variabel Independen

1. Financial Stability: Presentase perubahan total aset (ACHANGE)


Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian


mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat
dari bagaimana keadaan asetnya. FASB (1980) dalam Ghozali dan
Chariri (2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang
mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi
atau peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan yang meliputi aset lancar dan aset
tidak lancer.

Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) merupakan rasio


perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan
rumus:

(
ACHANGE = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭 - 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭−�)

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭
2. Financial Target: Return on Assets (ROA)
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok
besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang
dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang
dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai
tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan
adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA)
adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk
menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al.,
2009). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan
dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena
itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets
dalam penelitian ini. Pengertian Return on total Asset (ROA)
menurut Hanafi dan Halim (2003) adalah:

“Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba


dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai
aset tersebut”. Return on Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio
profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran
kinerja perusahaan. ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ROA = 𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒃𝒆𝒇𝒐𝒓𝒆 𝒆𝒙𝒕𝒓𝒂𝒐𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝒊𝒕𝒆𝒎 𝒕−


𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 𝒕
3. External Pressure: Rasio Leverage (LEVERAGE)
External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak
ketiga. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan
tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap
kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran
pembangunan atau modal (Skousen et al., 2009). Kebutuhan
pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari
pembiayaan melalui hutang (Skousen et al, 2009). Oleh karena itu
external Pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio
leverage (LEV). Rasio Leverage dihitung dengan

rumus: LEV = 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏


𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
4. Nature of Industry: Perubahan piutang pada penjualan
(RECEIVABLE)
Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang
memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak
tertagihnya piutang. Mereka menyarankan bahwa karena adanya
penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut,
manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk
memanipulasi laporan keuangan. Argumen ini didukung oleh
Loebbecke et al. (1998), yang menemukan bahwa akun piutang
terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka. Summers
dan Sweeney (1998), menggunakan proksi nature of industry yang
berkaitan dengan piutang adalah rasio perubahan dalam piutang
usaha. Dalam Skousen (2009) Persentase Perubahan Piutang Pada
Penjualan (RECEIV) dapat diukur dengan rumus:

RECEIV = (𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕/𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕 − 𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕−�/𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕−�)

5. Rationalization
1) Rasio Total Akrual
Rasionalisasi sarat dengan penilaian-penilaian subjektif
perusahaan. Penilaian dan pengambilan keputusan perusahaan
yang subjektif tersebut akan tercermin dari nilai akrual
perusahaan (Skousen et al., 2009). Total akrual akan
berpengaruh terhadap financial statement fraud karena akrual
tersebut sangat dipengaruhi oleh pengambilan keputusan
manajemen dalam rasionalisasi laporan keuangan
(Beneish,1997). Oleh karena itu, rationalization akan
diproksikan dengan rasio total akrual (TATA). Rasio total
akrual dapat dihitung dengan rumus perhitungan akrual oleh
Beneish (1997) yaitu:

TATA: (Net Income – Cash Flow Operational)/Total Assets

2) Opini Audit
Opini audit wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor
kepada perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya
secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum di Indonesia. Opini audit wajar tanpa
pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat
kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang
disusun perusahaan (Mulyadi, 2010).

Hasil penelitian Effendi (2008) menunjukkan bahwa opini


auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Soselisa
dan Mukhlasin (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil
penelitian Skousen et al. (2009). AUDREP ini diukur dengan
menggunakan variable dummy di mana kategori 1 untuk
perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified Opinion
dan kategori 0 untuk perusahaan yang mendapat opini audit
Unqualified Opinion with explanatory language.

6. Capability: Pergantian Direksi (DCHANGE)


Capability yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan
mempengaruhi kemungkinan seseorang melakukan fraud. Wolfe
dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi
akan dapat menyebabkan stress period yang berdampak pada
semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Oleh karena
itu penelitian ini memproksikan capability dengan pergantian
direksi perusahaan (DCHANGE) yang diukur dengan variable
dummy dimana apabila terdapat perubahan direksi perusahaan
selama periode 2014-2017 maka diberi kode 1, sebaliknya apabila
tidak terdapat perubahan direksi perusahaan selama periode 2014-
2017 maka diberi kode 0 (Sihombing, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

ACFE. 2004. Occupational Fraud and Abuse. USA: Association of Certified


Fraud Examiners.
AICPA. 2007. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit AU Section 316.

New York: PCAOB Standards and Related Rules


Amertha, Indra Satya Prasavita. 2013. Pengaruh Return on Assets pada Praktik
Manajemen Laba dengan Moderasi Corporate Governance. E-jurnal
Akuntansi Udayana Vol. 4 No. 2, Bali.
Ardiyani, Susmita dan Nanik Sri Utaminingsih. 2015. Analisis Determinan
Financial Statement Melalui Pendekatan Fraud Triangle. Accounting
Analisis Journal Vol. 4 No 1. Universitas Negri Semarang, Indonesia.
Beneish, M.D. 1997. “Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing
Earnings Management Among Firm with Extreme Financial
Performance” Journal of Accounting and Public Policy, vol. 16, no. 3.
Cressey, D. 1953. Other people’s money: a Study in the Social Psychology of
Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press.
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. “Agency Theory: An Assesment and Review”.
Academy of Management Review, Vol. 14, pp. 433-438.
Firmanaya, Fira dan Muchamad Syafruddin. 2014. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Non Keuangan
yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Dipenogoro Journal of Accounting Vol. 3
No. 3. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metedologi Penelitian
Bisnis.

Yogyakarta: Edisi Pertama, Penerbit BPFE.


Intal, Tiina dan Linh Thuy Do. 2002. Financial Statement Fraud: Recognition of
Revenue and the Auditor’s Responsibility for Detecting Financial
Statement Fraud. Thesis Graduate Business School, Goteborg University.
Jensen dan Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Harvard University Press.
Mardiana, Ana. 2014. Pengaruh Faktor Manajerial, Kepemilikan, Opini Audit, Jenis
KAP dan Kesulitan Keuangan Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
pada Perusahaan Publik di Indonesia. Thesis Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat.


Ratmono, Dwi, Yuvita Avrie D dan Agus Purwanto 2014. Dapatkah Teori Fraud
Triangle Menjelaskan Kecurangan Dalam Laporan Keuangan?. SNA 17
Mataram, Lombok.
Rezaee, Zabihollah. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection.
John Wiley & Sons.
Rustendi, Tedi. 2009. Analisis Terhadap Faktor Pemicu Terjadinya Fraud: Suatu
Kajian Teoritis Bagi Kepentingan Audit Internal. Jurnal Akuntansi Vol.4
No.2. Jakarta.
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Schipper, Katherine. 1989. Commentary on Earning Management. Accounting
Horizons 91-102.
Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada: Prentice
Hall
Sihombing, Kennedy Samuel dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2014. Analisis Fraud
Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Journal of
Accounting Vol. 3 No.2. Universitas Dipenogoro Semarang
Skousen, CJ., Kevin R. Smith dan Charlotte JW. 2009. Detecting and Predicting
Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the Fraud Triangle and
SAS No.99. In C. J. Skousen, K. R. Smith, & C. j. Wright, Advances in
Financial Economics (pp. 53-81). Bingley: Emerald Group Publishing
Limited.

Soselisa dan Mukhlasin. 2008. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi Manajemen


Strategik Keuangan dan Auditor terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XI.
Summers, S. L., dan J. T. Sweeney. 1998. Fraudulently Misstated Financial
Statements and Insider Trading: an Empirical Analysis. The Accounting
Review Vol. 73. No. 1, h. 131-146.
Tiffani, Laila dan Marfuah. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis
Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Akuntansi XVIII Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2.


Jakarta: Salemba Empat.

Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,


Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional
Akuntansi X, Makassar, Indonesia, 26-28 Juli 2007.
Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle terhadap Deteksi Kecurangan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.13 No.2. Universitas Tamansiwa
Palembang.
Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal
Maksi Vol. 9 No. 1. Universitas Pancasila, Jakarta.
Wolfe, D.T dan Hermanson, D.R. 2014. The Fraud Diamond: Considering the
Four Elements of Fraud. The CPA Journal.
Yesiariani, Merissa. 2016. Analisis FraudDiamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud. Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.
Yucel, Elif. 2013. Effectiveness of Red Flags in Detecting Fraudulent Financial
Reporting: An Application in Turkey. Journal of Accounting and Finance,
pp 139 – 158.

Anda mungkin juga menyukai