Anda di halaman 1dari 110

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, DAN

JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS SAHAM


SYARIAH INDONESIA

(Studi Empiris Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode


Tahun 2017-2021)

SKRIPSI

Oleh

WIDIYAWATI
NIM. 2016120799

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022
i
PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, DAN
JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS SAHAM
SYARIAH INDONESIA

(Studi Empiris Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode


Tahun 2017-2021)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana S. Ak

Oleh

WIDIYAWATI
NIM. 2016120799

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022
i
MOTTO

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

(QS. Ar Ra’d : 11)

“Dan bawasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.”

(An Najm : 39)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya”

(QS. Al Baqarah : 286)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, DAN
JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA
SAHAM SYARIAH
(Studi Empiris Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode
Tahun 2017-2021)

Oleh

WIDIYAWATI
NIM. 2016

Skripsi telah disetujui untuk diajukan kepada majelis penguji skripsi. Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang, pada
tanggal 17 Desember 2022, oleh:

Menyetujui Mengetahui
Pembimbing Skripsi, Ketua Program Studi S1 Akuntansi,

Septian Arief Budiman, S.Pd.I., M.Pd.I. Effriyanti, S.E., Akt., M.Si., CA.
NIDN. 0414098703 NIDN. 0003047701

iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, DAN
JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA
SAHAM SYARIAH
(Studi Empiris Pada Indeks terSaham Syariah Indonesia Periode
Tahun 2017-2021)

Oleh

WIDIYAWATI
NIM. 201612079
Skripsi telah dipertahankan di majelis penguji skripsi, Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang, pada tanggal 27
Januari 2023 dan dinyatakan LULUS
Pembimbing Skripsi

Septian Arief Budiman, S.Pd.I., M.Pd.I


NIDN. 0414098703
Menyetujui
Penguji I, Penguji II

Afridayani, S.E., M.M. Ibram Pinondang D, S.E., Sy., M.M., CFRM.


NIDN. 0420048503 NIDN. 0413028604

Ketua Program Studi Akuntansi,

Effriyanti, S.E.,Akt., M.Si., CA.

iv
NIDN. 0003047701

v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Widiyawati
NIM : 2016120799
Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis/S1 Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah
Uang Beredar Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (Studi Empiris Pada Saham Syariah
Indonesia Periode Tahun 2017-2021)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini ditulis dengan penuh tanggung jawab dan benar-benar hasil
penelitian pribadi;
2. Skripsi ini bukan hasil plagiat dan atau menyalin dari skripsi orang lain;
3. Setiap kutipan, saduran dan atau pernyataan yang terdapat di dalam skripsi
ini, merupakan rujukan yang disebutkan jelas sumbernya dan dicantumkan
dalam daftar pustaka;
4. Apabila di kemudian hari, terbukti ada pelanggaran mengenai keaslian
skripsi ini, maka saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, dan dapat
dipertanggung jawabkan.

Jakarta, 17 Desember 2022

WIDIYAWATI
NIM. 2016120799

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widiyawati
Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 4 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Sudah Menikah
Alamat : Pondok Aren Indah Blok E5/9
RT003 RW007 Kel Pondok Aren Kec Pondok Aren, Kota
Tangerang.
Telepon : 082123560939
Email : wiwidiw4@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Karang Tengah (tahun 2006)
2. MTs Turus Pandeglang (tahun 2009)
3. SMK Bina Bangsa (tahun 2012)

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 17 Desember 2022

WIDIYAWATI
NIM. 2016120799

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ilmiah skripsi ini saya persembahkan kepada bapak ibu saya Bapak
Djohana (alm) dan Ibu Nur Aini yang telah mengisi dunia saya dengan begitu
banyak kebahagiaan, terima kasih atas semua cinta yang telah bapak dan ibu
berikan kepada saya. Untuk dosen pembimbing saya Bapak Septian Arief
Budiman, S.Pd.I., M.Pd.I yang telah dengan sabar membimbing saya dalam
mengerjakan lembar demi lembar. Terima kasih juga untuk suami saya Rizki
Munandar yang saya sayangi dan teman-teman saya Melasari, Zain Saidi,
Sultonudin, Irfani Utami Putri Aidin, Suci Anisa, Sakinah Mawadah, Alvo Randi
dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu tanpa
mengurangi rasa cinta kepada kalian, terima kasih atas support dan energi positif
yang sudah diberikan. Juga kepada seorang seperti Nia Setyavani dengan hati
baik, juga egois dan bodoh adalah manusia yang sulit ditemukan. Kebaikanmu
benar-benar tiada bandingnya. Hidup menjadi begitu mudah dan lancar ketika kita
memiliki sahabat yang lebih memahami kita daripada diri kita sendiri. Terima
kasih telah menjadi sahabat yang sempurna. Kamu menjadi salah satu orang yang
layak kupersembahkan bentuk perjuanganku ini. Terakhir, persembahan ini untuk
diri saya sendiri. Terima kasih atas diri ini yang tetap kuat dan hebat telah
menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Alhamdulillah.

vii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi,
dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Penelitian
ini menggunkan satu variabel terikat yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia dan
tiga variabel bebas yaitu nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar.
Metode penelitian yang digunakan yaitu model regresi linear berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square), dengan teknik pengumpulan data
menggunakan metode studi dokumentasi (documentary research) dan data
sekunder yang diperoleh dari website Bank Indonesia, website Badan Pusat
Statistik dan website Bursa Efek Indonesia. Hipotesis menggunakan uji asumsi
klasik, persamaan regresi linier berganda, uji parsial (uji t), uji simultan (uji F)
dan koefisien determinan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial
variabel nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia,
sedangkan variabel inflasi dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia. Secara simultan nilai tukar rupiah, inflasi, dan
jumlah uang beredar mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia sebesar
61,94%. sedangkan sisanya sebesar 38,06% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.
Kata Kunci: Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Indeks
Saham Syariah di Indonesia

viii
ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the Rupiah Exchange Rate, Inflation,
and the Money Supply on the Indonesian Sharia Stock Index. This study uses one
dependent variable, namely the Indonesian Sharia Stock Index and three
independent variables, namely the rupiah exchange rate, inflation, and the money
supply. The research method used is the multiple linear regression model using
the OLS (Ordinary Least Square) method, with data collection techniques using
the documentation study method (documentary research) and secondary data
obtained from the website of Bank Indonesia, the website of the Central Statistics
Agency and the website of the Indonesia Stock Exchange. The hypothesis uses the
classical assumption test, multiple linear regression equations, partial test (t test),
simultaneous test (F test) and the coefficient of determination. The results of this
study indicate that partially the rupiah exchange rate variable has an effect on the
Indonesian Sharia Stock Index, while the inflation and money supply variables
have no effect on the Indonesian Sharia Stock Index. Simultaneously the rupiah
exchange rate, inflation, and the money supply affect the Indonesian Sharia Stock
Index by 61.94%. while the remaining 38.06% is explained by other variables
outside the model.
Keywords: Rupiah Exchange Rate, Inflation, Money Supply, Indonesian
Syarian Stock Index

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ‘‘Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Studi Empiris Pada Indeks Saham
Syariah Indonesia Periode Tahun 2017-2021)’’. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
dalam Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.

Saya menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai


pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini saya ingin
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. (H.C.). Drs. H. Darsono, selaku ketua Yayasan Sasmita Jaya yang
telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori adanya
pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. Nurzaman, M.M., M. Si., selaku Rektor Universitas Pamulang
yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin
berkualitas.
3. Bapak Dr. H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang yang telah memajukan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadi semakin baik.
4. Ibu Effriyanti, S.E., Akt., M.Si. CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
yang senantiasa sabar memberikan pengarahan.
5. Bapak Septian Arief Budiman, S.Pd.I., M.Pd.I selaku dosen pembimbing
yang telah sabar dan bijak membimbing, memberi dukungan, semangat dan
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen penguji.
7. Para Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pamulang yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
x
8. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Pamulang terkhusus staf akuntansi,
yang telah membantu memperlancar upaya saya dalam menyelesaikan studi
di Universitas Pamulang.
9. Kedua orang tua, suami, mertua, dan adik-adik terima kasih atas segala
dukungannya untuk penulis.
10. Rekan-rekan di kantor, teman-teman di Universitas Pamulang dan teman-
teman lainnya terimakasih atas dukungannya.
11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan, motivasi, bantuan dan
doa yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan
dunia ilmu pengetahuan.

Jakarta, 17 Desember 2022

WIDIYAWATI
NIM. 2016120799

xi
DAFTAR ISI

MOTTO..................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................vi
LEMBAR PERSEMBAHAN..............................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR............................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................13
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................15
2.1 Landasan Teori................................................................................15
2.1.1 Teori Signal (Signaling Theory).................................................15
2.1.2 Pasar Modal Syariah....................................................................16
2.1.3 Indeks Saham Syariah Indonesia................................................22
2.1.4 Nilai Tukar Rupiah.......................................................................25
2.1.5 Inflasi.............................................................................................29
2.1.6 Jumlah Uang Beredar..................................................................34
2.2 Peneliti Terdahulu...........................................................................37

xii
2.3 Kerangka Berfikir............................................................................40
2.4 Pengembangan Hipotesis.................................................................41
2.4.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Syariah
42
2.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Syariah....................43
2.4.3 Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham
Syariah...........................................................................................44
2.4.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Harga Saham Syariah...................................45
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................48
3.1 Jenis Penelitian................................................................................48
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................49
3.3 Operasional Variabel Penelitian......................................................49
3.3.1 Variabel Dependen.......................................................................50
3.3.2 Variabel Independen....................................................................50
3.4 Populasi dan Sampel........................................................................52
3.5 Teknik Pengumpulan Data..............................................................53
3.6 Teknik Analisis Data.......................................................................54
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif........................................................54
3.6.2 Uji Stasioneritas...........................................................................54
3.6.3 Uji Asumsi Klasik........................................................................55
3.6.4 Analisis Regresi Linear Berganda..............................................57
3.6.5 Uji Ketepatan Model....................................................................58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................60
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................60
4.1.1 Indeks Saham Syariah Indonesia................................................60
4.2 Hasil Penelitian................................................................................60
4.2.1 Teknik Analisis Data...................................................................60
4.2.2 Uji Asumsi Klasik........................................................................63
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda...............................................66
4.2.4 Uji Ketetapan Model....................................................................68
xiii
4.3 Pembahasan Penelitian....................................................................72
4.3.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia........................................................................................72
4.3.2 Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia...73
4.3.3 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.........................................................................75
4.3.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang
Beredar terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia..................76
BAB V PENUTUP.............................................................................................79
5.1 Kesimpulan......................................................................................79
5.2 Keterbatasan Penelitian...................................................................79
5.3 Saran................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................82
DAFTAR LAMPIRAN 85

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Perbandingan Indeks Saham Syariah dan Jakarta Islam Indeks


Periode 2017-2021..............................................................................4
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu..........................................................................37
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif......................................................61
Tabel 4. 2 Hasil Uji Stasioneritas........................................................................62
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas..........................................................................63
Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................64
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi.......................................................................65
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas.............................................................66
Tabel 4. 7 Hasil Analisis Regresi Liner Berganda..............................................67
Tabel 4. 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi........................................................69
Tabel 4. 9 Hasil Uji Simultan (Uji F)..................................................................70
Tabel 4. 10 Hasil Uji Parsial (Uji T).....................................................................71

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah di Indonesia.............................6


Gambar 1. 2 Perkembangan Inflasi di Indonesia..................................................7
Gambar 1. 3 Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia.......................11
Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir ......................................................................... 41

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Data...................................................................................85


Lampiran 2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif...................................................86
Lampiran 3 Hasil Uji Stasioneritas.....................................................................87
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas........................................................................87
Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas..............................................................88
Lampiran 6 Hasil Uji Autokorelasi.....................................................................88
Lampiran 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas...........................................................88
Lampiran 8 Hasil Analisis Regresi Berganda.....................................................89
Lampiran 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi.....................................................89
Lampiran 10 Hasil Uji Simultan...........................................................................90
Lampiran 11 Hasil Uji Parsial...............................................................................90

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Novindra (2018:1) investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai

sesuatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu

tujuan investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

lainnya yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh

sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Dalam kamus istilah pasar modal

dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam

suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Novindra (2018:1) Melihat faktor masa depan yang penuh dengan

ketidakpastian membuat banyak orang mengalokasikan sebagian dananya untuk

berinvestasi. Karena hakikatnya manfaat investasi akan diterima dimasa

mendatang. Sebagai salah satu wahana investasi, pasar modal merupakan financial

assets untuk memobilisasi modal dan sekaligus membuat perusahaan menjadi

lebih profesional. Pasar modal memiliki peran strategis dalam perekonomian

modern, sehingga pasar modal disebut juga sebagai indikator utama

perekonomian negara (leading indicator of economy).

Nikmah (2021) Investasi sendiri adalah komitmen atas sejumlah dana

atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Seorang investor membeli

1
sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan

harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai

imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut.

Nikmah (2021) Pasar modal merupakan salah satu alternatif tempat

berinvestasi yang bisa digunakan. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai

instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang diperjual belikan, baik

dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah,

public autorities, maupun swasta. Pasar modal adalah tempat pertemuan antara

pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana

dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal juga

dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya

memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

Nikmah (2021) Keberadaan pasar modal memberikan manfaat sebagai

sumber pembiayaan, sarana investasi, penyebaran kepemilikan perusahaan kepada

masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan. Pasar modal yang memiliki

peranan penting dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal

menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai

sarana perusahaan dalam mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Kedua,

pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen

keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan lain sebagainya. Dengan

demikian masyarakat dapat menempatkan dana yang sesuai dengan karakteristik

keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 13 mengartikan pasar

2
modal sebagai suatu kegiatan yang penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga

dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal secara umum dapat diartikan

sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak.

Sedangkan dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal

berupa lembar-lembar surat surat berharga di bursa efek.

Konsep pasar modal syariah dan pasar modal konvensional sebenarnya

tidak jauh berbeda. Karena dalam konsep pasar modal syariah yang

diperdagangkan harus berdasar dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang

memenuhi kriteria dan prinsip syariah, bebas dari unsur ribawi serta transaksi

saham yang dilakukan dengan investor dapat menghindari berbagai praktek

spekulasi. Sehingga pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional

memiliki perbedaan yang dapat dilihat pada nilai indeks saham, instrumen dan

mekanisme transaksinya.

Perbedaan mendasar antara pasar modal konvesional dengan pasar modal

syariah dapat dilihat pada instrument dan mekanisme transaksinya, sedangkan

nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada

kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah.

Saham syariah adalah sebuah surat berharga yang mencerminkan suatu

kepemilikan atau hak atas suatu perusahaan yang telah diterbitkan oleh emiten

dimana dalam kegiatan usaha dan cara pengolahannya sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah. Sementara dalam prinsip syariah, apabila seseorang ingin

menanamkan modalnya dalam bentuk saham syariah ini maka penyertaan modal

3
tersebut dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan prinsip

syariah (yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah) seperti halnya di

bidang perjudian, perusahaan yang memproduksi barang ataupun minuman yang

diharamkan dalam islam serta usaha yang mengandung riba.

Tabel 1. 1
Perbandingan Indeks Saham Syariah dan Jakarta Islam Indeks Periode 2017-2021
ISSI JII
TAHUN
(Miliar Rp) (Miliar Rp)
2017 3.704.543,09 2.288.015,67
2018 3.666.688,31 2.239.507,78
2019 3.744.816,32 2.318.565,69
2020 3.344.926,49 2.058.772,65
2021 3.983.652,80 2.015.192,24
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2022

Pada tabel 1.1 menunjukan perbandingan antara ISSI dengan JII pada

tahun 2017-2020, peningkatan ISSI cukup tinggi dibandingkan JII yang

diluncurkan sejak tahun 2017 yaitu, ISSI sebesar 3.704.543,09 dan JII sebesar

2.288.015,67, kemudian pada tahun 2018 mengalami penurunan baik ISSI

maupun JII dimana pada tahun 2018 ISSI sebesar 3.666.688,31 dan pada tahun

2018 JII sebesar 2.239.507,78. Pada tahun 2019 ISSI mengalami kenaikan sebesar

3.744.816,32 sedangkan JII pada tahun 2019 mengalami kenaikan juga sebesar

2.318.565,69. Pada tahun 2020 ISSI turun kembali menjadi sebesar 3.344.926,49

sedangkan JII mengalami penurunan menjadi sebesar 2.058.772,65. Dan ISSI

pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi sebesar 3.983.652,80, sedangkan

JII mengalami penurunan menjadi 2.015.192,24.

Walaupun baru dibentuk pada Mei 2011 tetapi perkembangan Indeks

4
Saham Syariah Indonesia (ISSI) tiap periode cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Dilihat dari pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang mengalami

perkembangan signifikan tentu sudah sangat jelas hal tersebut dipengaruhi

berbagai faktor. Terdapat faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi

perkembangan indeks saham syariah yaitu oleh beberapa variabel makro ekonomi

dan moneter seperti nilai tukar, inflasi, jumlah uang beredar dan lain- lain.

Variabel yang mempengaruhi ISSI adalah Nilai Tukar Rupiah karena

akan berpengaruh pada sektor perdagangan yang berkaitan dengan ekspor impor.

Fluktuasi nilai tukar yang tak terkendali dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-

perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal yang tercatat dalam ISSI.

Nilai tukar (exchangerate) yaitu nilai (harga) mata uang suatu negara

yang dinilai dengan mata uang negara lainnya. Nilai tukar akan berpengaruh pada

sektor perdagangan yang berkaitan dengan ekspor impor. Pada saat ini nilai rupiah

terdespresiasi dengan dollar Amerika Serikat, harga barang-barang impor menjadi

lebih mahal, khususnya bagi perusahaan yang sebagian besar bahan bakunya

menggunakan produk-produk impor.

5
Sumber: Bank Indonesia, 2022
Gambar 1. 1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah di Indonesia

Berdasarkan gambar 1.1 di atas, diketahui bahwa perkembangan nilai

tukar rupiah di Indonesia periode 2017 - 2021 mengalami pergerakan yang

fluktuatif. Nilai tukar rupiah tertinggi terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar

14.642. Dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2021 menjadi sebesar

14.344.

Nikai tukar dipandang menjadi salah satu risiko dari investasi yaitu risiko

nilai tukar. Risiko nilai tukar adalah risiko yang diakibatkan karena turunnya nilai

mata uang di negara yang bersangkutan dan mengakibatkan menurunnya nilai

investasi yang mendominasi pada nilai tukar. Nilai tukar rupiah harus

diperhatikan dalam hal investasi karena mata uang rupiah hari ini lebih berharga

dari satu tahun ke depan, dalam kaitannya dengan inflasi yang mengurangi nilai

mata uang dari waktu ke waktu.

6
Sumber: Bank Indonesia, 2023
Gambar 1. 2 Perkembangan Inflasi di Indonesia

Berdasarkan gambar 1.2 di atas, diketahui bahwa perkembangan inflasi

di Indonesia periode 2017 – 2021 mengalami penurunan. Inflasi tertinggi terjadi

pada tahun 2017 yaitu sebesar 3,81%. Dan inflasi terendah terjadi pada tahun

2021 yaitu sebesar 1,56%.

Pada saat ini nilai rupiah terdespresiasi dengan USD, harga barang impor

menjadi lebih mahal, khususnya pada perusahaan yang sebagian besar bahan

bakunya menggunakan produk impor. Peningkatan bahan-bahan impor akan

secara otomatis akan meningkatkan biaya produksi dan akhirnya akan

berpengaruh ada penurunan tingkat keuntungan perusahaan, sehingga hal ini

berampak pula pada pergerakan harga saham perusahaan yang kemudian memicu

melemahnya pergerakan indeks harga saham.

Dalam hasil penelitian variabel nilai tukar yang telah dikemukakan oleh

Safitri (2019), menunjukan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh siginifikan

7
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Semakin naik nominal kurs rupiah

maka semakin menurun ISSI. Apabila nominal Kurs meningkat artinya rupiah

sedang mengalami depresiasi (melemah) sedangkan nominal kurs yang menurun

artinya rupiah sedang mengalami apresiasi (menguat). Kurs rupiah yang

mengalami depresiasi akan memberikan dampak yang berbeda bagi

perusahaan-perusahaan. Perusahaan yang menggunakan bahan baku impor akan

mengeluarkan biaya produksi yang lebih tinggi dari semula karena adanya

pelemahan kurs rupiah, dengan adanya peningkatan biaya produksi tentu akan

mengurangi pendapatan perusahaan. Apabila peningkatan biaya yang lebih tinggi

dari pendapatan yang diterima maka keuntungan perusahaan akan turun yang

berakibat pada penurunan dividen yang akan diterima investor serta

mengakibatkan turunnya harga saham.

Menurut Kamal, M. dkk (2018), inflasi adalah kenaikan harga barang-

barang yang bersifat umum dan terus menerus. Maka dapat disimpulkan ada tiga

komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi yaitu

kenaikan harga, bersifat umum, dan berlangsung terus menerus, yang dimaksud

dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.

Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena

secara ritel tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalnya besarnya inflasi

pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5% sementara pendapatan tetap, maka

itu berarti secara ritel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang

akibatnya secara relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.

8
Laju inflasi merupakan fenomena ekonomi yang lazim terjadi pada suatu

perekonomian. Inflasi akan menjadi suatu persoalan ekonomi yang serius

manakala berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan berada pada level

yang tinggi. Secara teoritis inflasi diartikan dengan meningkatnya harga-harga

barang secara umum dan terus-menerus. Jadi kenaikan yang terjadi pada

sekelompok kecil barang belum bisa dikatakan sebagai inflasi. Demikian juga

perubahan harga yang terjadi sekali saja juga belum bisa dikatakan sebagai inflasi.

Secara umum, inflasi rendah masih dapat diterima, bahkan dalam

tingkat tertentu bisa mendorong perkembangan ekonomi. Misalnya Indonesia

mengalami inflasi 3%. Dengan inflasi tersebut, berarti harga barang naik

sekitar 3% juga, keadaan tersebut mendorong produsen untuk meningkatkan

kapasitas produksi mereka (sesuai hukum penawaran, apabila harga barang/jasa

naik maka produsen akan menambah jumlah barang/jasa yang ditawarkan).

Dengan harga yang semakin tinggi, menjadikan pendapatan produsen meningkat.

Selain itu peningkatan biaya produksi tidak secepat kenaikan harga. Dengan

demikian, kenaikan harga produk berarti juga mendorong peningkatan laba

produsen. Di sisi lain, inflasi yang rendah menyebabkan daya beli masyarakat

menurun, tetapi tidak signifikan. Mungkin sebagian penduduk tidak merasakan

kenaikan harga. Akibatnya mereka tidak mengurangi belanja/konsumsinya.

Sebaliknya, inflasi yang terlalu tinggi dapat mengurangi pertumbuhan

ekonomi, karena dari sisi permintaan menyebabkan daya beli masyarakat

menurun drastis, sehingga berdampak pada berkurangnya konsumsi masyarakat.

9
Turunnya permintaan akan direspon oleh produsen dengan mengurangi jumlah

produksi. Pada akhirnya roda perekonomian ikut terpengaruh menjadi melambat

dan PDB mengalami penurunan.

Dalam hasil penelitian Mawarni dan Widiasmara (2018) Hasil pengujian

regresi diketahui bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia. Hal tersebut berarti inflasi tidak dapat

mempengaruhi secara kuat perubahan dari pergerakan Indeks Saham Syariah

Indonesia.

Sedangkan dalam dalam penelitian Hardian (2019) dari hasil penelitian

dengan menggunakan metode data panel diatas diketahui bahwa inflasi yang

diukur menggunakan jumlah harga saham disektor perbankan pada Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa secara parsial faktor inflasi mempunyai pengaruh terhadap

kenaikan harga saham jadi kenaikan inflasi menyertakan harga saham suatu

perusahaan ikut meningkat.

Faktor terakhir yang mempengaruhi indeks saham syariah adalah jumlah

uang beredar. Jumlah uang beredar akan mencerminkan kondisi perekonomian

negara tersebut, kondisi perekonomian ini yang kemudian juga akan berpengaruh

terhadap tingkat investasi yang ada pada negara tersebut, karena sebelum

memutuskan untuk melakukan investasi di suatu negara para investor tentunya

akan melihat keadaan perekonomian di negara tersebut terlebih dahulu. Analisa

10
hubungan antara jumlah uang beredar dengan investasi ini diukur dengan cara

melihat seberapa banyak peredaran uang yang ada ditengah- tengah masyarakat

yang digunakan untuk berinvestasi, baik itu di saham konvensional maupun di

saham syariah. Dari pengukuran tersebut kemudian dikerucutkan kembali antara

saham konvensional dengan saham syariah. Dengan melihat lebih mendalam

khususnya pada saham syariah, seberapa besar jumlah jumlah uang beredar yang

ada ditengah-tengah masyarakat yang diinvestasikan pada saham syariah yang

khususnya terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). (Sari & Latief,

2020).

Sumber: Bank Indonesia, 2022


Gambar 1. 3 Perkembangan Jumlah Uang Beredar di
Indonesia

Berdasarkan Gambar 2.3 di atas, diketahui bahwa jumlah uang beredar

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan jumlah uang beredar

terjadi pada tahun 2018 dimana jumlah uang beredar pada tahun 2018 sebesar

5.518.336 Milyar, sebelumnya pada tahun 2017 sebesar 5.516.251 Milyar. Pada

tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 5.903.872 Milyar, kemudian pada tahun

11
2020 mengalami kenaikan menjadi 6.521.882 Milyar, dan pada tahun 2021

mengalami kenaikan kembali menjadi 7.182.313 Milyar.

Jumlah uang beredar yang ada dimasyarakat akan mencerminkan kondisi

perekonomian negara, kondisi perekonomian ini yang kemudian akan

berpengaruh terhadap tingkat investasi yang ada pada negara. Berdasarkan hal

itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini agar mengetahui adakah

pengaruh signifikan antara variabel independen secara parsial dan simultan

dengan variabel dependen serta penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh jumlah uang beredar terhadap indeks saham syariah

Indonesia.

Dari uraian di atas, nilai tukar rupiah, inflasi dan jumlah uang beredar

adalah variabel makro ekonomi yang cukup penting yang dapat mempengaruhi

berbagai sektor rill dan fiskal. Dimana kenaikan tiga variable tersebut dapat

mempengaruhi nilai dari indeks saham syariah itu sendiri. Berdasarkan

keterkaitan latar belakang yang disampaikan diatas maka peneliti sangat tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi,

dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia

Periode 2017-2021”

12
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) periode 2017-2021?

2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2021?

3. Apakah jumlah uang beredar berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) periode 2017-2021?

4. Apakah nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar berpengaruh

secara simultan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode

2017-2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap di indeks

saham syariah Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap di indeks saham syariah Indonesia.

3. Mengetahui pengaruh jumlah uang beredar terhadap indeks saham syariah

Indonesia.

4. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar

secara simultan terhadap syariah di indeks saham syariah Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Pemecahan masalah dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

13
1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengalaman mengenai

judul yang diteliti serta penelitian ini didasari dari teori-teori yang telah di

pelajari selama di bangku perkuliahan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada peneliti selanjutnya sebagai bahan tambahan

pertimbangan, sebagai acuan, sebagai bahan menganalisa, sebagai

tambahan referensi pustaka dan juga dapat mengembangkan pemikiran

dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama dan untuk akademik

yaitu terutama lembaga pendidikan Universitas Pamulang.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini berguna bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan

masukan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan

bagaimana Manajemen dalam meningkatkan efektivitas kegiatan

operasional perusahaan serta memberikan informasi kepada manajemen

mengenai pengendalian yang ada sehingga dapat digunakan sebagai bahan

perbaikan atau perubahan yang dianggap perlu dan bagi masyarakat

diharapkan penelitian ini dapat menjadi saran ilmu pengetahuan.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Signal (Signaling Theory)

Hardian (2019) menyatakan bahwa teori sinyal memberikan gambaran

bahwa sinyal atau isyarat merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manjemen

memandang prospek perusahaan. Teori ini mengungkapkan bahwa investor dapat

membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan

yang memiliki nilai rendah.

Hardian (2019) menjelaskan bahwa sinyal merupakan petunjuk yang

diberikan perusahaan terkait dengan tindakan manajemen dalam upaya penilaian

proyek perusahaan. Fokus utama teori sinyal adalah mengkomunikasikan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh internal perusahaan yang tidak bisa

diamati secara langsung oleh pihak di luar perusahaan. Informasi tersebut dapat

bermanfaat bagi pihak luar terutama investor ketika mereka mampu menangkap

dan menginterpretasikan sinyal tersebut sebagi sinyal positif ataupun sinyal

negatif.

Menurut Pilarnov (2018:7) menyatakan bahwa sinyal atau isyarat adalah

suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen

15
untuk merealisasikan keinginan pemilik agar nantinya investor dan manajer

memiliki kesamaan informasi mengenai prospek suatu perusahaan. Pengumuman

informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek

yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk

melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang

tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham dapat dilihat

dalam efisiensi pasar.

Dalam bidang perbankan khususnya bank syariah, maka wajib bank

syariah untuk mempublikasikan laporan keuangannya setiap waktu. Dengan

demikian, semakin panjang jangka waktu audit laporan keuangan menyebabkan

pergerakan harga saham menjadi tidak stabil, sehingga investor mengartikannya

sebagai audit delay karena bank syariah tidak segera mempublikasikan laporan

keuangan, yang kemudian berdampak pada penurunan harga saham bank syariah

itu sendiri.

2.1.2 Pasar Modal Syariah

2.1.2.1 Definisi Pasar Modal Syariah

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama

Indonesia (MUI) (2003) pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh

mekaniseme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang

diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip

syariah. Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaan akad, cara, dan kegiatan

usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan

16
prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal. Menurut Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI), saham syariah merupakan

bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria tidak

bertentangan dengan prinsip-prisnip syariah.

Fadilla (2018) mengungkapkan bahwa pasar modal syariah adalah

pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan

transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti riba,

perjudian, spekulasi dan lain-lain. Fadilla (2018) juga menjelaskan bahwa

regulator pasar modal Indonesia tidak mengembangkan model pasar modal

syariah yang secara komprehensif dibentuk khusus untuk produk syariah di

pasar modal yang terpisah sebagaimana model Iran, Sudan, dan Pakistan di

mana pasar modal nasionalnya didesain menjalankan sistem keuangan syariah

secara keseluruhan. Pasar modal yang memenuhi ketentuan syariah di

Indonesia didesain secara paralel dengan pasar modal konvensional dengan

dilengkapi lembaga supervisi syariah. Dalam paradigma integrasi produk

syariah di pasar modal nasional, regulator pasar modal indonesia bekerjasama

dengan DSN-MUI berperan memastikan bahwa para pelaku mampu

mengidentifikasi produk dan mekanisme transaksi yang sesuai dengan kriteria

syariah di pasar modal nasional.

2.1.2.2 Fungsi Pasar Modal Syariah


Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut:

1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan

bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.

17
2. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk

membangun dan mengembangkan lini produksinya.

3. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna

mendapatkan likuiditas.

4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada

harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.

5. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh kinerja

kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.

2.1.2.3 Instrumen Pasar Modal Syariah


Beberapa sekuritas yang umumnya diperjualbelikan di pasar modal

syariah adalah sebagai berikut:

1. Saham Syariah adalah kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi

kriteria tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan tidak termasuk

saham yang memiliki hak-hak istimewa.

2. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip

syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang

mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee serta membayar

kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

3. Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan

dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai

pemilik harta (shahib al-mal atau rabb al-mal) dengan manajer investasi,

begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal,

18
maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-maal dengan

pengguna investasi.

4. Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak

investasi kolektif EBA syariah yang portofolionya terdiri dari aset

keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial,

tagihan yang timbul dikemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh

lembaga keuangan, efek yang bersifat investasi yang dijamin oleh

pemerintah, sarana peningkatan investasi atau arus kas serta aset keuangan

setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

5. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu

pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah.

2.1.2.4 Pengertian Saham Syariah


Dalam Islam, saham pada hakikatnya merupakan modifikasi sistem

persekutuan modal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan

nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada

kenyataannya, bahwa syarik ada yang sering bepergian sehingga tidak dapat

terjun langsung dalam persekutuan. Karenanya, bentuk syirkah dimana para

syarik dapat mengalihkan kepemilikannya tanpa sepengetahuan pihak lain

disebut syirkah musahamah. Sedangkan bukti kepemilikannya disebut saham

(Abdullah dkk, 2021).

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama

Indonesia (MUI) (2003) saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan

19
bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang

kegiatan usaha maupun cara pengelolaanya tidak bertentangan dengan prinsip

syariah. Saham syariah merupakan surat berharga yang mempresentasikan

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip

syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak

melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,

memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman beralkohol.

Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu perusahaan

yang kegiatan usahanya bertentangan dengan prinsip syariah dapat dilakukan

berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah umumnya

dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah

umumnya dilakukan pada saham perusahaan publik (Abdullah dkk, 2021).

Pada sistem mudharabah, pihak yang menyetorkan dana tidak terlibat

dalam pengelolaan perusahaan. Investor (mudharib) menyerahkan

pengelolaan perusahaan kepada pihak lain. Sementara pada sistem

musyarakah, dua atau beberapa pihak bekerja sama saling menyetorkan

modalnya. Bagi hasilnya disesuaikan secara proporsional dengan dana yang

disetorkan. Dalam musyarakah, pihak-pihak yang terlibat boleh menjadi mitra

diam (tidak ikut mengelola) atau menjadi mitra aktif (ikut mengelola

perusahaan).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara saham yang syariah dengan

yang non syariah. Namun saham sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan,

dapat dibedakan menurut jenis usaha dan tujuan pembelian saham tersebut.

20
Saham menjadi halal (sesuai syariah) jika saham tersebut dikeluarkan oleh

perusahan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang yang halal dan atau

dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi, bukan spekulasi.

Untuk lebih amnnya, saham yang delisting dalam Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) merupakan saham yang insya Allah sesuai syariah.

Dikatakan demikian, karena emiten yang terdaftar dalam Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI) akan selalu mengalami proses penyaringan

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun keuntungan yang

diperoleh dari pemegang saham antara lain:

1. Dividen, yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari

laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun

dalam bentuk saham.

2. Capital gain, yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli

saham di pasar modal.

Adapun sebagai in instrumen investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

1. Capital loss, yang merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu

kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.

2. Resiko likuiditas, dimana perusahaan yang sahamnya dimiliki dinyatakan

bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal

ini, hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah

seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan

kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan

kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara

21
proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat

sisa kekayan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh

hasil dari likuidasi tersebut.

2.1.3 Indeks Saham Syariah Indonesia

2.1.3.1 Pengertian Indeks Saham Syariah Indonesia

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diluncurkan pada

tanggal 12 Mei 2011 adalah indeks komposit saham syariah yang tercatat di

BEI. ISSI merupakan indikator dari kinerja pasar saham syariah Indonesia.

Konstituen ISSI adalah seluruh saham syariah yang tercatat di BEI dan

masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh OJK.

Artinya, BEI tidak melakukan seleksi saham syariah yang masuk ke dalam

ISSI.

Konstituen ISSI diseleksi ulang sebanyak dua kali dalam setahun,

setiap bulan Mei dan November, mengikuti jadwal review DES. Oleh sebab

itu, setiap periode seleksi, selalu ada saham syariah yang keluar atau masuk

menjadi konstituen ISSI. Metode perhitungan ISSI mengikuti metode

perhitungan indeks saham BEI lainnya, yaitu rata-rata tertimbang dari

kapitalisasi pasar dengan menggunakan Desember 2007 sebagai tahun dasar

perhitungan ISSI.

Pada tahun yang sama, tepatnya 8 Maret 2011, DSN-MUI telah

menerbitkan Fatwa No. 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam

Mekanime Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

Dengan adanya fatwa tersebut, seharusnya dapat meningkatkan keyakinan

22
masyarakat bahwa investasi Syariah di pasar modal Indonesia sudah sesuai

dengan prinsip-prinsip Syariah sepanjang memenuhi kriteria yang ada di

dalam fatwa tersebut. Sebagai tindak lanjut dari dikeluarkannya fatwa, BEI

telah mengembangkan suatu model perdagangan online yang sesuai Syariah

untuk diaplikasikan oleh Anggota Bursa (AB) pada September 2011. Dengan

adanya sistem ini, maka perkembangan investasi syariah di pasar modal

Indonesia diharapkan semakin meningkat karena investor akan semakin

mudah dan nyaman dalam melakukan perdagangan saham secara syariah.

Berbeda dengan Jakarta Islamic Index, indeks saham syariah

merepresentasikan seluruh saham syariah yang terdaftar di bursa efek

indonesia, jadi sampai dengan sekarang terdapat dua jenis indeks yang

mewakili saham syariah. Indeks saham syariah meliputi juga saham syariah

dengan kapitalisasi dari yang besar, sedang hingga kapitalisasi yang relatif

kecil, indeks saham syariah menunjukkan perkembangan yang terjadi

terhadap saham syariah secara keseluruhan.

2.1.3.2 Kriteria Indeks Saham Syariah Indonesia


Kriteria saham-saham yang dapat masuk ke Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) sesuai dengan regulasi Bapepa-LK No. 11, K.1 adalah

sebagai berikut:

a. Perusahaan yang tidak melakukan kegiatan prinsip syariah

b. Perusahaan-perusahaan memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai

berikut:

23
1. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aktiva

tidak lebih dari 45%

2. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan dengan total pendapatam tidak lebih dari 10%

c. Perusahaan yang tidak melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, semacam:

1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang

dilarang

2. Perdagangan yang dilarang menurut syariah, semacam:

a. Perdagangan penawaran dan permintaan palsu

b. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi,

semacam: bank berbasis suku bunga dan perusahaan keuangan

berbasis suku bunga

c. Jual beli risiko yang mengandung spekulasi (gharar) dan perjudian

(maysir)

d. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan

menyediakan:

a) Barang dan jasa yang haram karena zatnya (haramli-dzatihi);

b) Barang dan jasa yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan

c) Barang dan jasa yang merusak moral bersifar mudarat

24
3. Transaksi-transaksi yang mengandung elemen penyuapan (risywah)

2.1.4 Nilai Tukar Rupiah

2.1.4.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar mata uang asing (exchange rate) adalah hubungan nilai di

antara satu kesatuan mata mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam

negeri (Anwar & Dwi, 2020). Menguatnya nilai mata uang suatu negara

terhadap negara lain dapat menandakan bahwa keadaan ekonomi negara

tersebut sedang baik. nilai tukar atau kurs mengukur nilai suatu valuta dari

perspektif valuta lain. Sedangkan nilai tukar adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukar mata uang dollar, dimana nilainya dipengaruhi oleh

penawaran dan permintaan. Di Indonesia menggunakan sistem nilai tukar

berupa nilai tukar mengambang bebas dimana nilai tukar mata uang

sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan Bank

Sentral.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar


Para ahli ekonomi makro juga mempelajari variabel-variabel yang

mengukur harga-harga di pasar yang berperan penting dalam mengoordinasi

penjual dan pembeli di pasar tersebut, harga-harga internasional juga

membantu mengoordinasikan keputusan dari produsen dan konsumen ketika

berinteraksi di pasar dunia. Dua harga internasional yang paling penting ialah:

1. Nilai tukar nominal

25
Nilai tukar nominal (nomila exchange rate) adalah nilai yang digunakan

seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara

lain

2. Nilai tukar riil

Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang

saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa

dari negara lain. contohnya satu pon keju Swiss dua kali lebih mahal

daripada satupon keju Amerika. Dapat dikatakan bahwa nilai tukar riilnya

adalah setengah pon keju Swiss untuk satu pon keju Amerika. Seperti nilai

tukar nominal, nilai tukar riil juga dinyatakan sebagai unit barang luar

negeri per unit barang dalam negeri. Tetapi dalam hal ini, yang

dibicarakan adalah barang alih-alih mata uang. Dengan demikian, nilai

tukar riil tergantung pada nilai tukar nominal dan harga-harga barang

dikedua negara yang diukur dalam mata uang lokal. Nilai tukar riil

merupakan faktor kunci dalam menentukan berapa banyak suatu negara

mengekspor dan mengimpor.

Menurut Haholongan dan Diana (2021) nilai tukar atau disebut juga

kurs valuta dalam berbagai transakasi ataupun jualbeli valuta asing dikenal

ada 4 (empat) jenis, yaitu:

1. selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk

penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

26
2. middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli

valuta asing terhadap mata uang naisonal, yang ditetapkan oleh bank

central pada saat tertentu.

3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk

pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank

notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut telah

diperhitungkan promosi dan biaya lainnya.

2.1.4.3 Sistem Penetapan Nilai Tukar Rupiah


Safitri (2019:30) Sistem Kurs mata uang mengenal 3 (tiga) sistem

penetapan nilai tukar rupiah:

1. Sistem nilai tukar mata aang tetap (fixed rate)

Penetapan sistem nilai tukar mata uang tetap (fixed rate) sangat

bergantung pada ketentuan yang diberlakukan oleh pemerintah atau bank

sentral. Biasanya, sistem tetap diikuti dengan aturan penyesuaian

(devaluasi) dari nilai mata uang. Dalam sistem tetap, nilai tukar mata uang

dibiarkan konstan dan hanya berfluktuasi pada batasan yang lebih sempit.

Jika kurs berubah terlalu tajam, pemerintah akan melakukan intervensi

untuk mengendalikannya. Pemerintah dan bank sentral turut campur secara

aktif dalam pasar valuta asing dengan cara membeli atau menjual valuta

asing jika nilai kurs menyimpang dari standar yang telah ditetapkan.

2. Sistem kurs mengambang (floating rate) Sistem kurs mengambang dibagi

menjadi dua sistem:

27
a. Sistem kurs mengambang murni

Nilai tukar mata uang pada sistem ini ditentukan sepenuhnya oleh

mekanisme pasar. Sistem ini bergantung pada penawaran dan

permintaan terhadap kurs mata uang sehingga nilai kurs selalu berubah

seperti yang tercantum pada papan kurs di setiap bank. Nilai tukar mata

uang yang bergantung pada pasar ini selalu berubah-ubah tergantung

permintaan dan penawaran. Nilai mata uang menjadi berharga jika

permintaan lebih besar daripada cadangan yang tersedia. Sebaliknya,

nilai mata uang menjadi berkurang jika permintaannya juga berkurang.

b. Sistem kurs mengambang terkendali

Dalam sistem ini, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar, namun

pemerintah dan bank sentral masih dapat memengaruhi nilai tukar

melalui intervensi pasar berupa berbagai kebijakan di bidang moneter,

fiskal, investasi, ekspor, dan lain-lain. Campur tangan pemerintah

dalam mengendalikan kurs bisa dilakukan secara langsung (dirty

floating) dan tidak langsung (clean floating).

3. Sistem kurs terkait

Nilai tukar mata uang suatu negara dapat dikaitkan dengan nilai

tukar mata uang negara lain. Sistem kurs terkait dilakukan oleh beberapa

negara Afrika yang mengaitkan nilai mata uang negaranya dengan dollar

AS (USD).

28
2.1.5 Inflasi

2.1.5.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara

umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak

disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau

mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga-harga barang lain. Syarat

adanya kecenderungan menaik yang terus menerus juga perlu diingat.

Kenaikan harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau

yang terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut

inflasi. kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau

penyakit ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk

menanggulanginya.

Perkataan kecenderungan dalam definisi inflasi perlu digaris bawahi.

Kalau seandainya harga-harga dari sebagian besar barang diatur atau

ditentukan oleh pemerintah, maka harga-harga yang dicatat oleh biro statistik

mungin tidak menunjukan kenaikan apapun karena yang dicatat adalah harga-

harga resmi pemerintah. Tetapi mungkin dalam realita ada kecenderungan

bagi harga-harga bebas atau harga-harga tidak resmi yang lebih tinggi dari

harga-harga resmi dan yang cenderung menaik. Dalam hal ini masalah inflasi

sebetulnya ada, tetapi tidak diperkenankan untuk menunjukan dirinya.

Keadaan ini disebut suppressed inflation atau inflasi yang ditutupi, yang pada

suatu waktu akan timbul dan menunjukan dirinya karena harga-harga resmi

makin tidak relevan bagi kenyataan.

29
2.1.5.2 Macam-Macam Inflasi

Penggolonan pertama didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut.

Di sini dibedakan beberapa macam inflasi diantaranya:

1. Inflasi ringan (dibawah 10% per tahun)

2. Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun)

3. Inflasi berat (antara 31-100% per tahun)

4. Hiperinflasi (diatas 100% per tahun).

2.1.5.3 Indikator Inflasi


Ada beberapa indikator makroekonomi yang digunakan untuk

mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Adapun penyebab inflasi

antara lain:

1. Meningkatnya permintaan (demand pull inflation)

Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan

untuk jenis barang/jasa tertentu. Dalam hal ini, peningkatan permintaan

jenis barang/jasa tersebut terjadi secara agregat. Penyebabnya yaitu

meningkatnya belanja pemerintah, meningkatnya permintaan barang untuk

diekspor, meningkatnya permintaan barang untuk swasta.

2. Meningkatnya biaya produksi

Adapun peningkatan biaya produksi disebabkan oleh kenaikan

harga bahan-bahan baku, misalnya harga bahan bakar naik, dan upah

buruh naik.

3. Tingginya peredaran uang

30
Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih

banyak dibanding yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan

uang yang beredar meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan

hargaharga hingga 100%. Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah

menerapkan sistem anggaran defisit, dimana kekurangan anggaran tersebut

diatasi dengan mencetak uang baru. Namun hal tersebut membuat jumlah

uang yang beredar di masyarakat semakin bertambah dan mengakibatkan

inflasi.

Menurut Milton Friedman, inflasi selalu dan di manapun merupakan

fenomena moneter. Inflasi pada dasarnya merupakan suatu kecenderungan

dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Jika harga

cenderung turun disebut deflasi.

2.1.5.4 Akibat Inflasi


Ketika inflasi turun atau rendah hal tersebut mampu meningkatkan

profitabilitas dimana biaya produksi berkurang sebab harga bahan baku

murah serta harga penjualan yang tetap. Meningkatnya profitabilitas

perusahaan akan berakibat meningkatnya harga saham perusahaan sebab

banyak investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut dan akan

berakibat meningkat indeks saham.

Ketika suatu Negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi asset

keuangan akan meningkat dan keredibilitas mata uang dosmetik akan

melemah terhadap mata uang global. Inflasi merupakan faktor yang

31
membahayakan bagi perekonomian suatu negara. Besarnya inflasi juga dapat

mempengaruhi permintaan saham.

Sampai tingkat tertentu, inflasi dibutuhkan untuk memicu

pertumbuhan penawaran agregat. Sebab kenaikan harga akan memicu

produsen untuk meningkatkan outputnya. Kendatipun belum dapat dibuktikan

secara matematis, umumnya ekonomi sepakat bahwa inflasi yang aman

adalah sekitar 5% per tahun. Jika terpaksa, maksimal 10% per tahun.

Bagaimana jika inflasi melebihi angka 10% maka umumnya sudah mulai

sangat mengganggu stabilitas ekonomi. Apalagi bila yang terjadi adalah

hiperinflasi, yaitu inflasi yang ≥ 100% per tahun. Ada beberapa masalah

sosial (biaya sosial) yang mucul dari inflasi yang tinggi (≥ 10% per tahun).

Yang dibahas dalam bagian ini adalah:

1. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat

Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan

tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya

beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang

berpenghasilan kecil.

2. Memburuknya distribusi pendapatan

Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat

dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat

inflasi. Jika inflasi 10% per tahun, pertumbuhan tingkat pendapatan harus

lebih besar dari 10% per tahun. Persoalannya adalah jika inflasi mencapai

angka 10% per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir orang yang

32
mempunyai kemampuan meningkatkan pendapatannya ≥ 10% per tahun.

Akibatnya, ada sekelompok masyarakat yang mampu meningkatkan

pendapatan riil (pertumbuhan pendapatan normal – laju inflasi lebih besar

dari 0% per tahun). Tapi sebagian besar masyarakat mengalami penurunan

pendapatan riil. Distribusi pendapatan, dilihat dari pendapatan riil, makin

memburuk.

3. Terganggunya stabilitas ekonomi

Pengertian yang paling sederhana dari stabilitas ekonomi adalah

sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomian. Produsen

berproduksi padakapasitas penuh (optimal). Konsumen juga memakai

barang dan jasa optimal dengan kebutuhan mereka. Kondisi nyaman ini

mulai terganggu bila inflasi yang menjadi tinggi telah menjadi kronis.

Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan

tenggang masa depan (ekspetasi) para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus

naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa

lebih banyak dari yang seharusnya/ biasanya. Tujuannya untuk lebih

menghemat pengeluaran konsumsi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa

justru dapat meningkat.

Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa

mendorong mereka menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan yang

lebih besar. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan

33
permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Tentu saja, kondisi

ekonomi akan semakin memburuk.

2.1.6 Jumlah Uang Beredar

2.1.6.1 Definisi Jumlah Uang Beredar

Uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang

diterima umum. Uang juga merupakan alat pembayaran, mata uang dan cek

yang digunakan apablia kita membeli sesuatu. Namun lebih daripada itu,

uang adalah minyak pelumas yang memudahkan pertukaran.

Uang beredar didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter

terhadap sektor swasta domestik. Dengan mengeluarkan dan mengedarkan

uang berarti sistem moneter mempunyai kewajiban kepada sektor swasta

domestik atau penduduk/masyarakat yang terdiri dari individu, badan usaha,

dan lembaga lainnya.

Dalam praktik, berbagai negara menggunakan uang beredar dengan

jenis yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut secara resmi

didefinisikan berdasarkan komponen yang tercakup di dalamnya.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, uang beredar didefinisikan

sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik.

Klasifikasi Jumlah Uang Beredar adalah sebagai berikut:

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut “Narrow Money‟

(M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit

adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat.

34
Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan

di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan

sebagai uang kartal. Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening

koran (giro) masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan

bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh

pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening

giro milik suatu bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan

sebagai uang giral.

2. Uang beredar dalam arti luas atau “Broad Money‟ (M2), yang terdiri dari

M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit). Sementara ahli

lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan

semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam

tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang

beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).

Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang

beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near

money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk

deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi

diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua

bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh

pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan. Dalam

sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering

disebut dengan likuiditas perekonomian.

35
Jumlah uang beredar (money supply) merupakan salah satu indikator

makro ekonomi yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham. Ketika

jumlah uang yang beredar di masyarakat mengalami peningkatan maka orang

akan cenderung berinvestasi pada saham, karena dengan itu mereka akan

mendapatkan keuntungan sesuai yang mereka harapkan. Sedangkan jika

mereka berinvestasi pada bank, maka keuntungan yang mereka harapkan

tidak akan sesuai dengan yang diinginkan karena pada saat itu suku bunga

akan mengalami penurunan. Jumlah uang beredar yang digunakan dalam

penelitian ini adalah M2 (uang dalam arti luas). M2 merupakan salah satu

komponen dari suplai uang (money supply) dalam arti luas. M2 terdiri dari

aset seperti rekening tabungan sebagai tambahan koin, uang kertas, dan

deposit yang dapat dicekkan.

2.1.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang berdar adalah:

1. Tingkat suku bunga, menyatakan bahwa permintaan keseimbangan uang

riil berespon negatif terhadap tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga

akan menurunkan permintaan uang, apabila suku bunga dinaikkan atau

mengalami peningkatan, maka jumlah uang beredar akan mengalami

penurunan. Sebaliknya apabila suku bunga diturunkan atau mengalami

penurunan, maka jumlah uang beredar akan mengalami peningkatan.

2. Menurut Keynes, menyatakan bahwa output berhubungan positif terhadap

jumlah uang berdar. Apabila output mengalami peningkatan, maka jumlah

uang beredar akan mengalami peningkatan. Begitu juga sebaliknya apabila

36
terjadi penurunan output, maka jumlah uang beredar akan mengalami

penurunan.

2.2 Peneliti Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu, adapun hasil kajiannya dapat di lihat di tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Metode Hasil
Ahmad Junaidi, Pengaruh Regresi Hasil penelitian ini
Muhammad Variabel Linier menunjukan bahwa
Ghafur Wibowo, Ekonomi Berganda inflasi dan jumlah uang
dan Hasni Hasni Makro terhadap beredar berpengaruh
(2021) Indeks Saham positif dan signifikan
Syariah terhadap ISSI, kurs dan
1 Jurnal Ekonomi Indonesia BI rate memiliki
dan Bisnis, (ISSI) Periode pengaruh negatif dan
Volume 6, Nomor Tahun 2014- signifikan terhadap
1, Halaman 17-29 2019 ISSI, kemudian WTI
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap ISSI.
2 Mustafa Kamal, Pengaruh Regresi Hasil penelitian ini
Kasmawati, Rodi, Tingkat Inflasi Linier menunjukan bahwa
Husni Thamrin, dan Nilai Tukar Berganda secara parsial inflasi
dan Iskandar (Kurs) Rupiah tidak berpengaruh
(2021) terhadap Indeks signifikan terhadap
Saham Syariah Indeks Saham Syariah
Jurnal Tabarru, Indonesia Indonesia (ISSI), nilai
Volume 4, Nomor (ISSI) tukar rupiah
2, Halaman 521- berpengaruh signifikan
531 terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia
(ISSI), kemudian
secara simultan
variabel inflasi dan
nilai tukar berpengaruh
signifikan terhadap
Indeks Saham Syariah

37
No Nama Judul Metode Hasil
Indonesia (ISSI).
Agus Fuadi (2020) Inflasi dan Nilai Regresi Variabel Inflasi dan
Tukar Rupiah Linier nilai tukar secara
Jurnal Akuntansi Terhadap Berganda bersamaan
Bisnis Pelita Indeks Saham berpengaruh positif
Bangsa, Volume Syariah terhadap Indeks Saham
3 5, Nomor 1, Indonesia Syariah Indonesia
Halaman 1-12 (ISSI) ditunjukan
dengan nilai uji f
sebesar 14,439 dan
tingkat signifikan
0,000 <0,05.
Meri Andani Pengaruh Regresi Hasil dari penggujian
dan Azhar Latief Nilai Tukar Linier hipotesis ini nilai tukar
(2020) Rupiah dan BI Berganda rupiah berpengaruh
Rate Terhadap positif tidak signifikan
Indeks Saham terhadap Indeks Saham
Borneo Student Syariah Syariah Indonesia
Research, Volume Indonesia (ISSI), BI Rate
1, Nomor 3, (ISSI) berpengaruh negatif
Halaman 2106- signifikan terhadap
4
2117 Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI), dan
secara simultan nilai
tukar rupiah dan BI
Rate berpengaruh
positif signifikan
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia
(ISSI).
Moh Syaiful Analisis Regresi Hasil uji simultan
Anwar dan Adni Pengaruh Linier menunjukkan bahwa
Dwi A (2020) Inflasi Dan Berganda variabel tingkat inflasi,
Kurs Terhadap dan nilai tukar rupiah
Jurnal Raden Indeks Saham secara simultan
5 Fatah, Volume Syariah berpengaruh signifikan
6, Nomor 1, Indonesia terhadap Indeks Saham
Halaman 7-14 (ISSI) Tahun Syariah Indonesia
2014-2018 (ISSI) periode 2014-
2018 di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
6 Nur Pita Sari dan Pengaruh Regresi Penelitian ini
Azhar Latief Inflasi dan Linier menunjukan inflasi
(2020) Jumlah Uang Berganda berpengaruh negatif
Beredar signifikan terhadap

38
No Nama Judul Metode Hasil
Jurnal Borneo Terhadap Indeks Saham Syariah
Student Research, Indeks Saham Indonesia (ISSI) dan
Volume 1, Nomor Syariah jumlah uang beredar
3, Halaman 2130- Indonesia berpengaruh positif
2139 (ISSI) signifikan terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI), dan
secara simultan inflasi
dan jumlah uang
beredar berpengaruh
positif terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia (ISSI).
U. Sulia Pengaruh Regresi Inflasi, PDB, dan nilai
Sukmawari, Iwan Inflasi, Linier tukar rupiah secara
Kusnadi dan Sri Pertumbuhan Berganda simultan dan tidak
Wahyuni (2020) Ekonomi Dan signifikan terhadap
Nilai Tukar harga saham syariah
Jurnal Rupiah pada Jakarta Islamic
Alwatzikhoebillah, Terhadap Harga Index yang lesting di
7 Volume 6, Nomor Saham Syariah Bursa Efek Indonesia
2, Halaman 54-69 Pada Jakarta Tahun 2015-2019.
Islamic Index
Yang Lesting
Di Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2015-
2019
Angga Khoerul The Effect Regresi Hasil penelitian
Umam, Ririn Tri Macroeconomic Linier menunjukkan bahwa
Ratnasari, dan Sri Variabels in Berganda dalam jangka panjang
Herianingrum Predicting industri indeks
(2019) Indonesian produksi industri dan
Sharia Stock inflasi berpengaruh
8
Jurnal Ekonomi Index signifikan terhadap
dan Bisnis Islam, ISSI, sedangkan nilai
Volume 5, Nomor tukar, suku bunga dan
2, Halaman 223- SBIS tidak
240 berpengaruh signifikan
terhadap ISSI.
9 Muhammad Pengaruh Nilai Regresi Dari hasil penelitian
Azhari, Jefri Tukar Rupiah Linier dengan menggunakan
Suryadi (2019) Terhadap Berganda metode regresi linear
Dollar Amerika berganda dapat
Jurnal e- Dan Tingkat diketahui bahwa nilai

39
No Nama Judul Metode Hasil
Proceeding of Inflasi kurs rupiah
Management, Terhadap berpengaruh negatif
Volume 6, Nomor Indeks Saham dan signifikan terhadap
2, Halaman 2620- Syariah indeks JII. Artinya jika
2625 (Jakarta kurs rupiah meningkat
Islamic Index) maka indeks JII akan
Periode 2013- mengalami penurunan,
2018 begitu juga sebaliknya
jika kurs rupiah
mengalami penurunan
maka indeks nilai
indeks JII akan
meningkat.
Vitra Islami Pengaruh Regresi Hasil pengujian kedua
Ananda Widyasa Tingkat Inflasi, Linier menunjukkan bahwa
dan Saparila Nilai Tukar Berganda tingkat inflasi, nilai
Worokinasih Rupiah, Dan tukar rupiah, dan
(2018) Tingkat Suku tingkat suku bunga
Bunga domestik secara
Jurnal Domestik simultan berpengaruh
Administrasi Terhadap signifikan terhadap
Bisnis, Volume Indeks Saham Indeks Saham Syariah
10 60, Nomor 1 Syariah Indonesia (ISSI) pada
Indonesia periode 2013-2017.
(ISSI) (Studi
Pada Saham
Syariah Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2013-
2017)
Sumber: Penelitian terdahulu (diolah), 2022

2.3 Kerangka Berfikir

Alasan mengapa penelitian ini menggunakan nilai tukar rupiah, inflasi

dan jumlah uang beredar adalah karena tiga variabel tersebut adalah variabel

makro ekonomi yang sangat mempengaruhi naik turunnya nilai indeks saham

40
pada saham-saham yang telah terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia.

Adapun kerangka berfikir penelitian sebagai berikut:

Sumber: Diolah peneliti, 2022


Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir

2.4 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang telah diuraikan

sebelumnya maka pengaruh antar variabel dapat digambarkan melalui model

hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasari pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang

empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Model hipotesis tersebut adalah

sebagai berikut:

41
2.4.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Syariah

Salah satu faktor makro ekonomi yang mempengaruhi Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI), yaitu nilai tukar. Nilai tukar adalah perbandingan antara

harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Nilai tukar dikaitkan

dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa setiap perubahan nilai tukar

merupakan suatu sinyal bagi para investor untuk mengetahui perkembangan pada

pasar modal. Menurut Nugroho (2018), secara teoritis hubungan antara nilai tukar

mata uang asing dan pasar saham adalah ketika terjadi kelemahan pada rupiah

yang merupakan suatu sinyal negatif terhadap pasar ekuitas, karena menyebabkan

pasar ekuitas menjadi tidak mempunyai daya tarik.

Dalam penelitian Azhari & Suryadi (2019) nilai tukar rupiah berpengaruh

negatif terhadap indeks saham syariah Indonesia. Menurut Sukmawari dkk (2020)

menunjukkan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham

Syariah. Hasil yang sama ditunjukan dalam penelitian Junaidi dkk (2021),

membuktikan bahwa nilai tukar IDR/USD memiliki pengaruh negatif terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Dampak nilai tukar tergantung pada apakah perusahaan tersebut

merupakan perusahaan pengekspor atau impor yang dominan. Pada perusahaan

impor tentu depresiasi rupiah akan merugikan perusahaan karena menanggung

biaya yang lebih besar. Pada perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk

dolar tentu depresiasi rupiah akan merugikan sebab perusahaan akan membayar

kewajiban yang lebih besar dan tentu hal tersebut akan menurunkan profitabilitas

perusahaan. Saat profitabilitas perusahaan turun, para investor memilih untuk

42
menjual sahamnya dan hal tersebut mampu menurunkan harga saham.

Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut serta dari berbagai referensi berupa

penelitian terdahulu yang ada, sehingga dapat dirumuskan hipotesis pada

penelitian sebagai berikut:

H1: Tedapat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI)

2.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Syariah

Kamal dkk (2018) menyebutkan bahwa inflasi merupakan suatu kondisi

dimana peningkatan harga-harga barang secara umum dan terus menerus yang

terjadi secara luas. Inflasi dapat memiliki dampak positif atau negatif terhadap

perekonomian tergantung dari tinggi rendah inflasi. Tingkat inflasi di Indonesia

yang selalu mengalami fluktuasi tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi

tingkat investasi dipasar modal Indonesia tidak terkecuali pada Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI).

Menurut Fuadi (2020) inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan secara statistik terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), serta

menurut Anwar & Dwi (2020) menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh

yang negatif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hasil

yang sama ditunjukan dalam penelitian Sari & Latief (2020) yang menyatakan

bahwa inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI).

Semakin tinggi tingkat inflasi menyebabkan semakin turunnya tingkat

profitabilitas perusahaan. Turunnya keuntungan perusahaan merupakan informasi

43
buruk bagi para investor di bursa saham yang berakibat turunnya harga saham

diperusahaan tersebut. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut serta dari

berbagai referensi berupa penelitian terdahulu yang ada, sehingga dapat

dirumuskan hipotesis pada penelitian sebagai berikut:

H2: Terdapat pengaruh inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

2.4.3 Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham Syariah

Dari variabel ekonomi makro faktor ekonomi yang mempengaruhi yaitu

jumlah uang beredar, jumlah uang beredar yang ada di masyarakat akan

mencerminkan kondisi perekonomian negara, kondisi perekonomian ini yang

kemudian akan berpengaruh terhadap tingkat investasi yang ada pada negara.

(Sari & Latief, 2020).

Menurut Junaidi dkk (2021), variabel jumlah uang beredar (M2) dalam

jangka panjang menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI). Menurut Avenda (2019), jumlah uang beredar

(JUB) pada jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hasil yang sama ditunjukan dalam penelitian

Sari & Latief (2020) yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh

positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Jumlah uang beredar merupakan suku bunga kebijakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik. Fluktuasi jumlah uang beredar dapat

mempengaruhi permintaan saham karena semakin tinggi jumlah uang beredar

dapat mempengaruhi permintaan saham, karena semakin tinggi jumlah uang

44
beredar di masyarakat berdampak pada meningkatnya permintaan saham-saham di

pasar modal. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut serta dari berbagai

referensi berupa penelitian terdahulu yang ada, sehingga dapat dirumuskan

hipotesis pada penelitian sebagai berikut:

H3: Terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI)

2.4.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Terhadap Harga Saham Syariah

Menurut Nugroho (2018), secara teoritis hubungan antara nilai tukar

mata uang asing dan pasar saham adalah ketika terjadi kelemahan pada rupiah

yang merupakan suatu sinyal negatif terhadap pasar ekuitas, karena menyebabkan

pasar ekuitas menjadi tidak mempunyai daya tarik.

Dengan demikian nilai tukar rupiah akan berpengaruh negatif terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Penelitian yang mendukung hipotesis

mengenai variabel nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah peneliti yang dilakukan oleh Azhari &

Suryadi (2019), Sukmawari dkk (2020), dan Junaidi dkk (2021). Yang mana

ketiga penelitian tersebut melakukan penelitian Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI).

Selain nilai tukar rupiah makro ekonomi yang dapat memberikan

pengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yaitu inflasi.

peningkatan inflasi secara relatif akan membawa sinyal negatif bagi pemodal di

pasar modal. Pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiper inflasi), keadaan

45
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian yang dirasakan lesu, masyarakat

menjadi tidak bersemangat dalam kerja, malas menabung yang disebabkan nilai

mata uang semakin menurun (tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat

inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun), atau malas mengadakan

investasi dan produksi karena harga barang atau jasa meningkat dengan cepat.

Dengan demikian, tingkat inflasi akan berpengaruh signifikan terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Penelitian yang mendukung hipotesis

mengenai variabel inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI) adalah peneliti yang dilakukan oleh Fuadi (2020), Anwar

& Dwi (2020), dan Sari & Latief (2020) yang menyatakan bahwa inflasi memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Jumlah uang beredar juga merupakan makro ekonomi yang berpengaruh

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jumlah uang beredar merupakan

suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Fluktuasi

jumlah uang beredar dapat mempengaruhi permintaan saham karena semakin

tinggi jumlah uang beredar dapat mempengaruhi permintaan saham, karena

semakin tinggi jumlah uang beredar di masyarakat berdampak pada meningkatnya

permintaan saham-saham di pasar modal.

Dengan demikian, jumlah uang beredar akan berpengaruh signifikan

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Penelitian yang mendukung

hipotesis mengenai variabel jumlah uang beredar mempunyai pengaruh positif

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah peneliti yang dilakukan

46
oleh Junaidi dkk (2021), Avenda (2019), dan Sari & Latief (2020). Berdasarkan

pada rumusan masalah tersebut serta dari berbagai referensi berupa penelitian

terdahulu yang ada, sehingga dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian sebagai

berikut:

H4: Diduga nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar berpengaruh

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

47
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian ini menggunakan metode

analisis asosiatif dengan pendekatan kuantitatif Sujarweni (2018:15) Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua

variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori

yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu

gejala. Sedangkan pendekatan kuantitatif menurut Sujarweni (2018:15) adalah

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan- penemuan yang dapat dicapai

(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain

dari kuantifikasi (pengukuran). Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada

gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu didalam kehidupan manusia

yang dinamakannya sebagai variabel. Dalam pendekatan kuantitatif hakikat

hubungan diantara variabel-variabel dianalisis dengan menggunakan teori yang

objektif.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah,

inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena penelitian ini disajikan

dengan angka-angka, untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua

variabel atau lebih yang diteliti, dengan penelitian

48
ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini meneliti pada perusaahan syariah di Indonesia. Objek dari

penelitian ini yaitu perusahaan yang terdaftar dalam indeks saham syariah di

Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan nya di Bursa Efek Indonesia

(BEI) yang beralamat di Jl. Jend Sudirman Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12190,

Indonesia. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dari pengajuan judul

penelitian sampai terlaksananya laporan penelitian yakni bulan Maret 2022

sampai dengan bulan Desember 2022.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalan sesuatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulan. Sesuai dengan pokok masalah penelitian, maka variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yang memberikan

pengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel

independennya adalah nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar.

Sedangkan variabel dependennya adalah variabel yang mempunyai

ketergantungan antara variabel satu dengan variabel lain atau variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya

49
adalah Indeks Saham Syariah Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan definisi

operasional variabel yang digunakan dalam penelitian:

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi,

akibat dari adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai variabel terikat karena

variabel terikat dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1.1 Indeks Saham Syariah Indonesia (Y)


Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham

syariah adalah indikator yang menunjukkan pergerakan indeks harga saham

syariah yang ada di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan data Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada penelitian ini disamakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Luthfan & Diana (2022) yaitu mengunakan

data berupa harga penutupan atau closing price. Data Indeks Saham Syariah

Indonesia didapatkan dari Bursa Efek Indonesia dengan jenis data harian.

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen). Dapat

dikatakan variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya. Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.2.1 Nilai Tukar (X1)


Nilai Tukar merupakan suatu hubungan nilai diantara satu kesatuan

mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam negeri. Metode pengambilan

50
data nilai tukar rupiah pada penelitian ini disamakan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kamal dkk (2021) yaitu nilai tukar rupiah (RP) terhadap USD

yang diumumkan oleh Bank Indonesia perbulannya dari tahun 2017-2021.

3.3.2.2 Inflasi (X2)


Inflasi adalah keadaan dimana senantiasa meningkatkan harga-harga

pada umumnya, atau suatu keadaan dimana senantiasa turunnya nilai uang

yang beredar tidak diimbangi dengan pengikatan persediaan barang. Variabel

yang digunakan adalah tingkat inflasi bulanan yang merupakan perubahan

harga-harga umum yang secara terus menerus dinyatakan dalam persen per

tahun. Metode pengambilan data inflasi pada penelitian ini disamakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Maronrong & Nugrhoho (2018) yaitu

diperoleh dari web resmi Bank Indonesia. Data inflasi yang digunakan adalah

data inflasi bulanan selama 2017-2021.

3.3.2.3 Jumlah Uang Beredar (X3)


Dalam penelitian ini untuk variabel jumlah uang beredar

menggunakan arti luas atau M2 yaitu jumlah M1 (uang kartal dan uang giral)

ditambah uang kuasi (tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas,

serta giro dalam valuta asing). Metode pengambilan data jumlah uang beredar

pada penelitian ini disamakan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi

dkk (2021) yaitu menggunakan data M2 dalam kurun waktu Januari 2017 –

Desember 2021 yang dinyatakan dalam milyaran rupiah.

51
3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini

adalah data nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar, dan juga data

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Sampel adalah bagian dari populasi sampel, penelitian adalah sebagian

dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili suatu

populasi. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua,

yaituprobability sampling dan non probability sampling.

Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non probability

sampling. Kamal, M. dkk (2018) definisi non probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Jenis non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sampel jenuh atau sering disebut juga sensus. Menurut Kamal, M. dkk

(2018) pengertian dari sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi dijadikan sampel, istilah lain sampel jenuh adalah sensus,

dimana semua populasi dijadikan sampel.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang akan dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh dari populasi yang diambil, yaitu seluruh perusahaan

yang masuk kedalam Indeks Saham Syariah Indonesia pada tahun 2017-2021.

52
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah kegiatan peneliti dalam upaya

mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab

pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk

penelitian kuantitatif) cara yang dapa digunakan untuk mengumpulkan data. Data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan metode:

1. Metode studi pustaka, yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari

buku-buku dan literatur, jurnal-jurnal, dan bacaan-bacaan lain yang

berhubungan dengan penelitian.

2. Metode Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari data

statistik dan data yang dipublikasikan secara umum. Data-data yang

dikumpulkan sebagai berikut:

a. Data harga Indeks Saham Syariah Indonesia pada periode Januari 2017 –

Desember 2021 bersumber dari Bursa Efek Indonesia

b. Data nilai tukar rupiah pada periode Januari 2017 – Desember 2021

bersumber pada Bank Indonesia

c. Data inflasi periode Januari 2017 – Desember 2021 bersumber dari Bank

Indonesia

d. Data jumlah uang beredar yang dipublish oleh BPS pada periode Januari –

Desember 2021 bersumber pada Bank Indonesia.

53
3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini dengan mengunakan metode regresi linier

time series, karena penelitian ini mengunakan lebih dari satu variabel independen.

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang

terdiri dari:

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut V. Wiratna Sujarweni (2018:136) Statistik deskriptif berusaha

untuk menggambarkan berbagai karakteristik data yang berasal dari suatu sampel.

Statistik deskriptif seperti mean, median, modus, presentil, desil, quartile, dalam

bentuk analisis angka maupun gambar/diagram. Dalam analisis deskriptif diolah

per variabel.

Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya

hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan

analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata

data sampel atau populasi.

3.6.2 Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas (Makhrus, 2022) merupakan tahap yang paling penting

dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang

terkandung diantara variabel sehingga hubungan antar variabel dalam persamaan

menjadi valid.

Dalam suatu penelitian empiris yang menggunakan data time series harus

memenuhi asumsi stasioneritas data. Karena ketika meregresikan variable time

series dengan variabel time series lainnya sering kali didapatkan R2 yang sangat

54
tinggi tetapi tidak ada hubungan diantara keduanya. Hal ini disebut dengan

masalah regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung, yaitu regresi

yang memiliki nilai koefisien determinasi tinggi namun memiliki nilai statistik

Durbin Watson yang rendah. Akibat regresi lancung antara lain adalah koefisien

regresi penaksir tidak signifikan, peramalan dilakukan berdasarkan regresi

tersebut akan meleset, dan uji baku yang umum untuk koefisien regresi penaksir.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam

model regresi yang digunakan tidak terdapat multikolinieritas dan

heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan

berdistribusi normal (Ghozali, 2018). Beberapa uji asumsi klasik yang digunakan

adalah:

3.6.3.1 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas

data dilakukan dengan pengujian Jarque Bera. Dalam uji ini, pedoman

yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:

a. Jika nilai prob. > 0.05 maka distribusi normal, dan

b. Jika nilai prob. < 0,05 maka distribusi tidak normal.

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas

55
Syarat lain agar mendapatkan model regresi yang baik adalah tidak

adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau

sempurna antar variabel independen (Ghozali, 2018). Jika ada korelasi yang

tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel

bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Menurut Anggara

(2019:141), uji multikolinearitas digunakan dalam model regresi untuk

menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas. Dalam sebuah model

regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel bebas.

Berdasarkan Ghozali (2018), dasar pengambilan keputusan dalam uji

multikolinearitas adalah:

a. Jika angka VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

b. Jika angka VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas

3.6.3.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan guna

mengidentifikasi adakah hubungan pada variabel dalam model prediksi

dengan perubahan waktu. Pada aplikasi Eviews 9 dapat menggunakan uji

Breusch Godfrey Serial Correlation LM Test. Nilai Prob Chi Square yang

merupakan nilai p value uji Breusch Godfrey Serial Correlation LM > 0,05

sehingga tidak ada masalah autokorelasi serial.

3.6.3.4 Uji Heteroskedastisitas

56
Safitri (2019) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variabel dari residual satu

pengamatan kepengamatan lain. Konsekuensinya adanya

heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penakir yang diperoleh

tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Dalam penelitian ini

untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

cara uji harvey. Uji harvey adalah meregresikan nilai absolute residual

terhadap variabel independen. Dasar pengambilan uji harvey sebagai

berikut:

a. Jika nilai prob. > 0.05 artinya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas

b. Jika nilai prob. < 0,05 artinya tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas.

3.6.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Ghozali (2018) analisis regresi merupakan salah satu metode untuk

menentukan hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel-variabel

lainnya. Regresi linier berganda memiliki lebih dari satu variabel independen dan

model regresi dalam penelitian ini meregresikan semua perusahaan sampel untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor makro ekonomi yaitu nilai tukar

rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia

(Y). Dengan kerangka konseptual di atas maka alat analisis yang digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Y = α + β1KURS + β2INF + β3JUB+ ℮

Keterangan:

57
Y = Harga Saham Syariah

Kurs = Nilai Tukar

INF = Inflasi

JUB = Jumlah Uang Beredar

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

℮ = Error (Kesalahan)

3.6.5 Uji Ketepatan Model

Pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini akan dilakukan

menggunakan uji simultan (Uji F) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

secara simultan terhadap variabel terikat. Sementara pengujian secara parsial

bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis kedua (H2), hipotesis ketiga

(H3) dan hipotesis keempat (H4) pada penelitian ini akan diuji menggunakan uji

parsial (Uji-t). Sebelum melakukan uji t dan uji F, maka dilakukan uji koefisien

determinasi R2 dan uji regresi data panel terlebih dahulu.

3.6.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi menunjukan seberapa besar kemampuan

variabel independen dalam menerangkan variasi dependen. Nilai R-squares

0.75, 0.50, dan 0.25 menunjukkan bahwa model kuat, sedang dan lemah.

Kelemahan mendasar penggunaan R-squares adalah bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukan kedalam model. Setiap penambahan

satu variabel independen, maka nilai R-squares pasti akan meningkat. Oleh

58
karena itu dianjurkan menggunakan nilai R-squares dalam mengevaluasi

model regresi di mana nilainya nilainya akan naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2018).

3.6.5.2 Uji F
Uji F pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai

pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen

ataukah tidak. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji F p < 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Cara lain untuk uji F

yaitu dengan membandingkan F statistik atau F hitung dengan F tabel. Jika F

hitung > F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. (Ghozali,

2018).

3.6.5.3 Uji Hipotesis (Uji T)


Uji T pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui secara individual

pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai

signifikansi yang dihasilkan uji t p-value < 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa secara parsial variabel dependen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Cara lain untuk menguji signifikansi uji t adalah dengan

membandingkan t statistik dengan t tabel. Jika t statistik > t tabel, maka dapat

disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018).

59
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Indeks Saham Syariah Indonesia

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang

mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan

terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6

bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya.

Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaikan apabila ada saham syariah yang

baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI

menggunakan ratarata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang

digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu desember

2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011. Sampai sekarang

terdapat 477 saham konstituen yang masuk dalam indeks ISSI.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Teknik Analisis Data

4.2.1.1 Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan

60
minimum dari masing-masing variabel (Ariefianto, 2019). Hasil analisis

statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah:

Tabel 4. 1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
NILAI_TUKAR_RUPIAH INFLASI JUB ISSI
 Mean  14153.25  0.027263  6057931.  177.0109
 Median  14207.00  0.029900  5921536.  180.9330
 Maximum  16367.00  0.043700  7870453.  197.4640
 Minimum  13319.00  0.013200  4936882.  133.9900
 Std. Dev.  567.0303  0.008953  759069.3  14.53815
 Skewness  0.833317 -0.232826  0.470424 -1.326326
 Kurtosis  5.375179  1.806575  2.173215  3.999196

 Jarque-Bera  21.04786  4.102735  3.921919  20.08739


 Probability  0.000027  0.128559  0.140723  0.000043

 Sum  849195.0  1.635800  3.63E+08  10620.65


 Sum Sq. Dev.  18969879  0.004730  3.40E+13  12470.12

 Observations  60  60  60  60


Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.1 di atas

menunjukan nilai minimum dari variabel nilai tukar rupiah sebesar 13.319,

nilai maksimum dari variabel nilai tukar rupiah sebesar 16.367, nilai rata-rata

(mean) dari variabel nilai tukar rupiah sebesar 14.153,25, dan nilai dari

standar deviasi dari variabel nilai tukar rupiah sebesar 567.030.

Untuk nilai minimum variabel inflasi sebesar 0,013 atau 1,3%, nilai

maksimum variabel inflasi sebesar 0,043 atau 4,3%, nilai rata-rata (mean)

variabel inflasi sebesar 0,027 atau 2,7%, dan nilai standar deviasi variabel

inflasi sebesar 0,008.

61
Variabel jumlah uang beredar berdasarkan menunjukan nilai

minimum sebesar 4.936.882, nilai maksimum variabel jumlah uang beredar

sebesar 7.870.453, nilai rata-rata (mean) variabel jumlah uang beredar sebesar

6.057.931, dan standar deviasi variabel jumlah uang beredar sebesar

759.069,3.

Variabel ISSI memiliki nilai minimum sebesar 133,99, nilai

maksimum variabel ISSI sebesar 197,464 nilai rata-rata (mean) variabel ISSI

sebesar 177,01, dan standar deviasi variabel ISSI sebesar 14.53.

4.2.1.2 Uji Stasioneritas


Uji stasionerias ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang

digunakan stasioner atau tidak. Variabel yang stasioner menunjukan

probablitias dibawah 0,05. Apabila variabel tidak stasioner dalam tingkat level,

maka akan dilakukan uji pada tingkat 1st difference.

Tabel 4. 2
Hasil Uji Stasioneritas
Uji Akar Unit
Variabel LEVEL 1st DIFFERENCE
t-Statistik Prob.* t-Statistik Prob.*
Nilai Tukar
-3,081 0,033 -8,601 0,000
Rupiah
Inflasi -0,933 0,770 -6,875 0,000
Jumlah
Uang 2,498 1,000 -10,774 0,000
Beredar
ISSI -2,326 0,267 -5,829 0,000
Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Pada uji stasioner dalam tabel 4.2 yang di uji pada tingkat level,

hanya variabel nilai tukar rupiah yang lolos uji stasionerias, sehingga harus

62
dilakukan uji stasioner tingkat 1st difference dan hasil semua variabel lolos

pada tingkat 1st difference karena seluruh probabilitas variabel dibawah 0,05

sehingga dapat dilanjutkan dengan uji selanjutnya.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji

Jarque-Bera pada program eviews versi 9. Hasil pengujian uji normalitas

dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah:

Tabel 4. 3
Hasil Uji Normalitas

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

63
Berdasarkan hasil output uji normalitas pada tabel 4.2 di atas

menunjukkan bahwa nilai Jarque-Bera 2,748 dengan probabilitas 0,25.

Dengan nilai probabilitas 0,25 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi

normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya

variabel independen yang memiliki kemiripan antara variabel independen

dalam satu model regresi. Hasil pengujian uji multikolinieritas dapat dilihat

pada tabel 4.4 di bawah:

Tabel 4. 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 12/09/22 Time: 22:31
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

NILAI_TUKAR_RUPIAH  9.73E-06  886.6376  1.397212


INFLASI  142652.5  53.25444  5.106196
JUB  2.02E-11  342.1404  5.201943
C  2961.825  1344.939  NA

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Berdasarkan hasil output uji multikolinieritas pada tabel 4.4 di atas,

nilai tukar rupiah (X1) sebesar 1,397, inflasi (X2) sebesar 5,106, dan jumlah

uang beredar (X3) sebesar 5,201. Sehingga dapat disimpulkan data pada

penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF kurang dari 10

64
sehingga dapat dinyatakan bahwa model tidak mengalami gejala

multikoliniearitas.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi adalah hubunngan antara anggota seri dari observasi-

observasi yang diurutkan berdasarkan waktu (data time series) atau tempat

(data cross section) (Gujarati, 2019). Model regresi yang baik adalah regresi

yang bebas dari autokorelasi. Salah satu uji yang dapat digunakan untuk

mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji Breusch Godfrey atau disebut

dengan Lagrange Multiplier. Apabila nilai probabilitas > α = 5% berarti tidak

terjadi autokorelasi. Sebaliknya nilai probabilitas < α = 5% berarti terjadi

autokorelasi. Hasil pengujian uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.5 di

bawah:

Tabel 4. 5
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.098313    Prob. F(3,52) 0.9606


Obs*R-squared 0.332754    Prob. Chi-Square(3) 0.9538

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Berdasarkan hasil pada tabel 4.5 dapat dilihat nilai probability chi-

square sebesar 0,9538 lebih besar dari 0,05. Artinya pada model regresi yang

digunakan tidak terjadi autokorelasi.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi kesamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas chi

65
square pada Obs R-Square dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil

pengujian uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah:

Tabel 4. 6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 1.831083    Prob. F(3,56) 0.1520


Obs*R-squared 5.359855    Prob. Chi-Square(3) 0.1473
Scaled explained SS 7.192048    Prob. Chi-Square(3) 0.0660

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Berdasarkan hasil output uji harvey heteroskedastisitas pada tabel 4.6

di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi square pada Obs*R-

Squared yaitu sebesar 0,147 > tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi

asumsi klasik dan dapat digunakan untuk uji regresi.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linear berganda digunakan untuk memodelkan hubungan antara

variabel dependen dan variabel independen, dengan jumlah variabel independen

lebih dari satu (Yamin, 2019:29). Analisis regresi dalam penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui apakah hubungan antara suatu variabel dependen dengan

variabel independen pada model regresi. Hasil pengujian analisis regresi linier

berganda metode ordinary least square dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah:

66
Tabel 4. 7
Hasil Analisis Regresi Liner Berganda
Dependent Variable: ISSI
Method: Least Squares
Date: 12/09/22 Time: 22:39
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5491073. 1103300. 3.918724 0.0002


KURS -213.9251 71.61306 9.510053 0.0000
INFLASI 84519.53 65715.66 -1.180565 0.2428
JUB 0.129317 0.086021 -0.722917 0.4727

R-squared 0.619403    Mean dependent var 3472975.


Adjusted R-squared 0.599013    S.D. dependent var 284543.9
S.E. of regression 264799.5    Akaike info criterion 27.87567
Sum squared resid 3.93E+12    Schwarz criterion 28.01530
Log likelihood -832.2702    Hannan-Quinn criter. 27.93029
F-statistic 4.042175    Durbin-Watson stat 0.204865
Prob(F-statistic) 0.011340

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Berdasarkan hasil output analisis regresi linier berganda metode ordinary

least square pada tabel 4.7 di dapat diketahui persamaan regresi liniernya, yaitu:

Y = 5.491.073 – 213,925 + 84.519,53 + 0,129

Dari regresi linier berganda di atas maka dapat di interpretasikan hasil penelitian:

- Konstanta (c) = 5.491.073 menunjukkan nilai konstan, dimana jika nilai

seluruh variabel independen sama dengan nol, maka variabel ISSI (Y)

sama dengan 5.491.073.

- Koefisien kurs (X1) = 21.779, artinya berdasarkan penelitian ini jika

variabel lain nilainya tetap dan kurs mengalami kenaikan rasio 1% maka

ISSI (Y) akan mengalami penurunan sebesar -213,925. Nilai

67
unstandardized coefficients B bernilai negatif, menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang negatif antara kurs (X1) dengan ISSI (Y).

- Koefisien inflasi (X2) = 84.519,53, artinya berdasarkan penelitian ini jika

variabel lain nilainya tetap dan inflasi mengalami kenaikan rasio 1% maka

ISSI (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 84.519,53. Nilai

unstandardized coefficients B bernilai positif menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang positif antara inflasi (X2) dengan ISSI (Y). Artinya, jika

inflasi meningkat maka ISSI juga akan meningkat.

- Koefisien jumlah uang beredar (X3) = 0,129, artinya berdasarkan

penelitian ini jika variabel lain nilainya tetap dan jumlah uang beredar

mengalami kenaikan rasio 1% maka ISSI (Y) akan mengalami kenaikan

sebesar 0,129. Nilai unstandardized coefficients B bernilai positf,

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang positif antara jumlah uang

beredar (X3) dengan ISSI (Y). Artinya, jika jumlah uang beredar

meningkat maka ISSI juga akan meningkat.

4.2.4 Uji Ketetapan Model

4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

jauh kemampuan variabel independen untuk menerangkan variabel dependen.

Pengujian koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan menggunakan R-

Squared pada persamaan regresi. R-Squared mencerminkan seberapa besar

perubahan variabel dependen yang dapat ditentukan oleh perubahan variabel-

variabel independen. Nilai koefisien determinasi (R2), semakin tinggi

68
(mendekati satu) berarti semakin kuat hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat

dilihat pada tabel 4.8 di bawah:

Tabel 4. 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Dependent Variable: ISSI


Method: Least Squares
Date: 12/09/22 Time: 22:39
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5491073. 1103300. 3.918724 0.0002


KURS -213.9251 71.61306 9.510053 0.0000
INFLASI 84519.53 65715.66 -1.180565 0.2428
JUB 0.129317 0.086021 -0.722917 0.4727

R-squared 0.619403    Mean dependent var 3472975.


Adjusted R-squared 0.599013    S.D. dependent var 284543.9
S.E. of regression 264799.5    Akaike info criterion 27.87567
Sum squared resid 3.93E+12    Schwarz criterion 28.01530
Log likelihood -832.2702    Hannan-Quinn criter. 27.93029
F-statistic 4.042175    Durbin-Watson stat 0.204865
Prob(F-statistic) 0.011340

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

Berdasarkan hasil output uji koefisien determinasi (R2) pada tabel

4.8 di atas menunjukkan hasil R2 dari variabel-variabel independen dalam

penelitian ini adalah sebesar 0,6194 atau 61,94%. Hal ini berarti bahwa

61,94% dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dipengaruhi dan dapat

dijelaskan oleh ketiga variabel independen dalam penelitian ini yakni harga

kurs, inflasi, dan jumlah uang beredar. Sedangkan 38,06% lainnya dijelaskan

oleh variabel-variabel lainnya diluar model regresi.

69
4.2.4.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui sejauh mana kurs (X1), inflasi

(X2), dan jumlah uang beredar (X3) berpengaruh terhadap ISSI (Y). Terdapat

dua cara yang bisa digunakan untuk dasar pengambilan keputusan dalam uji

F, yakni:

1. berdasarkan nilai F hitung dan F tabel:

a. Jika nilai F hitung > F tabel maka variabel independen (bebas) secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat).

b. Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel independen (bebas) secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat).

2. Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan nilai signifikansi:

a. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Hasil pengujian uji simultan (uji f) dapat dilihat pada tabel 4.9 di

bawah:

Tabel 4. 9
Hasil Uji Simultan (Uji F)

R-squared 0.619403    Mean dependent var 3472975.


Adjusted R-squared 0.599013    S.D. dependent var 284543.9
S.E. of regression 264799.5    Akaike info criterion 27.87567
Sum squared resid 3.93E+12    Schwarz criterion 28.01530
Log likelihood -832.2702    Hannan-Quinn criter. 27.93029
F-statistic 4.042175    Durbin-Watson stat 0.204865
Prob(F-statistic) 0.011340

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022

70
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai F hitung sebesar 4,042 dengan

nilai Sig sebesar 0,011. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar

dari F tabel 2,77 dan nilai Sig lebih kecil dari 0,05, maka artinya kurs, inflasi,

dan jumlah uang beredar secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap ISSI.

4.2.4.3 Uji Parsial (Uji T)


Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.

Berikut ini kriteria untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini:

1. Jika nilai signifikan t statistik > 0,05 maka suatu variabel independen

secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan t statistik < 0,05, maka suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Hasil pengujian uji parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel 4.10 di

bawah:

Tabel 4. 10
Hasil Uji Parsial (Uji T)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5491073. 1103300. 3.918724 0.0002


KURS -213.9251 71.61306 9.510053 0.0000
INFLASI 84519.53 65715.66 -1.180565 0.2428
JUB 0.129317 0.086021 -0.722917 0.4727

Sumber: Hasil olah data Eviews 9, 2022


Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukan angka t tabel dengan

ketentuan = 0,05 dan df (n-k) atau (60-4) = 56 sehingga diperoleh nilai

71
1,6725, berdasarkan tabel 4.10 maka dapat diketahui pengaruh masing-

masing variabel sebagai berikut:

1. Kurs (X1) memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,0000 < 0,05 dan

memiliki nilai t hitung sebesar 9,51 > t tabel 1,6725, artinya kurs secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap ISSI.

2. Inflasi (X2) memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,2428 > 0,05 dan

memiliki nilai t hitung sebesar -1,1805 < t tabel 1,6725, artinya inflasi

secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ISSI.

3. Jumlah uang beredar (X3) memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,4727 >

0,05 dan memiliki nilai t hitung sebesar -0,7229 < t tabel 1,6725, artinya

jumlah uang beredar secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap ISSI.

4.3 Pembahasan Penelitian

4.3.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia

Berdasarkan hasil uji t menunjukan variabel nilai tukar rupiah memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukan bahwa nilai sig. < 0,05. Variabel

nilai tukar rupiah memiliki t hitung sebesar 9,51 dan t tabel sebesar 1,6725 yang

menunjukan bahwa t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai tukar

rupiah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI). Sehingga hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa nilai

72
tukar rupiah berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

diterima.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar (USD) yang mengalami kenaikan

mencerminkan rupiah sedang melemah, begitu pun sebaliknya. Melemahnya nilai

rupiah terhadap dollar (USD) dapat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor. Ketika

impor naik akan menyebabkan penurunan ekspor yang akan berakibat buruk pada

neraca pembayaran, tentunya akan berpengaruh terhadap cadangan devisa yang

pada gilirannya akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian

domestik dan pada akhirnya akan menimbulkan dampak terhadap kinerja saham

di pasar modal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meri

Andani dan Azhar Latief (2020) dengan judul penelitian “Pengaruh Nilai Tukar

Rupiah dan BI Rate Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. Penelitian

Moh Syaiful Anwar (2020) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Inflasi

Dan Kurs Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun 2014-2018”.

Penelitian Agus Fuadi (2020) dengan judul penelitian “Inflasi dan Nilai Tukar

Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia).kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

4.3.2 Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia

Berdasarkan hasil uji t menunjukan variabel inflasi memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,2428 menunjukan bahwa nilai sig. > 0,05. Variabel inflasi

memiliki t hitung sebesar -1,1805 dan t tabel sebesar 1,6725 yang menunjukan

73
bahwa t hitung < t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Sehingga hipotesis pertama (H2) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ditolak.

Tingkat inflasi merupakan salah satu variabel makroekonomi yang paling

penting dan memiliki pengaruh besar baik pada sektor riil maupun sektor

keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan dari Direktur

Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Friderica Widyasari Dewi dalam

acara Workshop Wartawan Pasar Modal pada tahun 2013 dengan tema Workshop

‘Pasar Modal Syariah’, di The Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Minggu 3 November

2013 menyatakan bahwa, pasar modal berbasis saham syariah dinilai punya daya

tahan lebih kuat terhadap guncangan ekonomi saat kondisi perekonomian

domestik maupun global masih belum stabil, dikarenakan dalam pasar saham

syariah tidak mengenal saham perbankan. Menurutnya, kebanyakan yang

mendapatkan dampak dari peristiwa guncangan ekonomi adalah sektor financial

seperti perbankan. Sehingga pasar saham syariah less risk karenakan tidak ada

saham-saham perbankan yang terdaftar didalamnya. Hasil analisis tersebut juga

dapat diartikan bahwa selama periode pengamatan tingkat inflasi berada pada

periode normal atau dapat dikatakan tidak dalam masa kritis sehingga tidak

mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi saham. Pada

periode penelitian, investor tidak menggunakan tingkat inflasi sebagai

pertimbangan dalam membuat keputusan untuk melakukan investasi berbasis

syariah.

74
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa

Kamal, Kasmawati, Rodi, Husni Thamrn, dan Iskandar (2021) dengan judul

penelitian “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. Penelitian Fifi Afiyanti Tripuspitorini

(2021) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,

dan BI-Rate terhadap Harga Indeks Saham Syariah Indonesia”. Penelitian Citra

Puspa Mawarni dan Anny Widiasmara (2018) dengan judul penelitian “Pengaruh

Fed Rate, Harga Minyak Dunia, BI Rate, Inflasi, dan Kurs Rupiah terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Tahun 2011-2018”.

4.3.3 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia

Berdasarkan hasil uji t menunjukan variabel jumlah uang beredar

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,4727 menunjukan bahwa nilai sig. > 0,05.

Variabel nilai tukar rupiah memiliki t hitung sebesar -0,7229 dan t tabel sebesar

1,6725 yang menunjukan bahwa t hitung < t tabel. Maka dapat disimpulkan

bahwa jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Sehingga hipotesis pertama (H3) yang

menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh terhadap Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI) ditolak.

Hasil analisis ini dapat diartikan bahwa jumlah uang beredar tidak dapat

mempengaruhi perubahan dari pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia.

Dengan demikian, seberapapun besar perubahan yang terjadi pada variabel jumlah

uang beredar tidak akan menyebabkan perubahan signifikan terhadap Indeks

75
Saham Syariah Indonesia (ISSI). Tidak berpengaruhnya variabel jumlah uang

beredar disebabkan ketika jumlah uang beredar mengalami peningkatan

dipengaruhi lebih kuat oleh pemerintah bukan masyarakat seperti digunakan

sebagai pembayaran kupon obligasi pada bank ataupun kebutuhan pemerintah

yang lain terutama untuk hal kewajiban pada perbankan. Jumlah uang beredar

yang terus mengalami peningkatan sangatlah kecil nilainya yang dipegang oleh

masyarakat dan tidak akan mempengaruhi sama sekali terhadap perubahan Indeks

Saham Syariah Indonesia karena masyarakat tidak menerima tambahan dana

ketika jumlah uang beredar mengalami kenaikan sehingga tidak adanya pengaruh

dari peningkatan jumlah uang beredar untuk diinvestasikan pada saham terkhusus

pada saham syariah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Annisa Nur Hidayah (2022)

dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks

Saham Syariah Indonesia pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Mei 2013 –

April 2021”. Penelitian Ahmad Junaidi (2021) dengan judul penelitian “Pengaruh

Variabel Ekonomi Makro terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Periode Tahun 2014-2019”.

4.3.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis Uji F dapat dikemukakan bahwa

nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh

terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dari uji simultan diperoleh nilai

F hitung sebesar 4.042 dengan nilai signifikansi sebesar 0,011. Berdasarkan nilai

76
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa nilai tukar

rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia. Ketiga variabel bebas tersebut secara simultan

berpengaruh terhadap indeks saham syariah indonesia sebesar 61,94%. Angka

tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi ISSI dapat dijelaskan oleh model

persamaan sebesar 61,94%, sedangkan sisanya 38,06% dijelaskan oleh variabel

lain di luar model

Nilai tukar rupiah memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis

saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang

lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, kenaikan kurs USD yang tajam

terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang

dalam dollar sementara produk emiten dijual secara lokal. Sementara itu, emiten

yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs USD.

Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak positif akan meningkatkan

harga saham. Sedangkan yang terkena dampak negatif akan menurunkan harga

saham.

Sedangkan tingkat Inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif

tergantung pada tinggi rendahnya tingkat inflasi. Inflasi yang berlebihan dapat

merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak

perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang

tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar dan mengurangi permintaan

saham-saham karena berkurangnya pendapatan riil masyarakat, sementara inflasi

yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban,

77
dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang

sulit adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakkan dunia usaha

menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran,

perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham di pasar

bergerak normal.

Jumlah uang yang beredar menyebabkan stimulus ekonomi yang

menghasilkan pendapatan perusahaan sehingga menyebabkan kenaikan harga

saham. Adanya peningkatan Jumlah Uang Beredar akan mendorong

bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan, sehingga perusahan dapat

melebarkan usahanya lebih luas yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan.

Meningkatknya kinerja perusahaan akan merangsang para investor untuk melirik

saham perusahaan tersebut, sehingga akan berdampak positif terhadap harga

saham.

78
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah,

inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

bulanan periode 2017-2021. Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil

pengujian yang telah dilakukan serta pembahasan pada bagian sebelumnya dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh terhadap Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2017-2021.

2. Hasil pengujian inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2017-2021.

3. pengujian jumlah uang beredar secara parsial tidak berpengaruh terhadap

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2017-2021.

4. Hasil pengujian bahwa ini nilai tukar rupiah, inflasi dan jumlah uang beredar

secara simultan berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

pada periode 2017-2021.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh nilai tukar rupiah,

inflasi dan sertifikat bank indonesia syariah terhadap indeks saham syariah

79
Indonesia. Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini,

diantaranya:

80
1. Penelitian ini hanya menggunakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

bulanan periode 2017-2021, sehingga jumlah sampel terbatas.

2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel sebanyak 60 data, sehingga data

yang diambil kemungkinan kurang mencerminkan kondisi indeks dalam jangka

panjang.

3. Variabel independen yang digunakan hanya membahas pengaruh eksternal

tidak menggunakan pengaruh internal seperti rasio profitabilitas, penjualan,

laba bersih, cash flow, dan lain-lain.

5.3 Saran

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan ilmu akuntansi internasional khususnya tentang analisis

terhadap indeks saham syariah Indonesia. Serta diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi integritas

laporan keuangan. Dalam proses penelitian ini penulis merasa masih memiliki

banyak keterbatasan. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang dirasakan oleh

peneliti selama penelitian ini, maka peneliti memberikan saran untuk

perkembangan penelitian selanjutnya terkait dengan kegiatan indeks saham

syariah Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang

lebih maksimal dan lebih berkualitas dengan mempertimbangkan saran di bawah

ini:

81
1. Penelitian selanjutnya disarankan menambahkan sampel indeks saham syariah

Indonesia atau memperluas sampel penelitian yakni menggunakan Jakarta

Islamic index dan lain-lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk

melihat adanya pengaruh dari variabel terkait di industri lain terhadap indeks

saham syariah Indonesia.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti variabel-

variabel lain selain variabel yang telah dimasukkan dalam penelitian ini, seperti

likuiditas, kinerja keuangan dan lain-lain.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah periode terbaru seperti dari

periode 2012 sampai sekarang sehingga dapat memberikan hasil penelitian

yang lebih baik dan lebih akurat.

4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode penelitian dan

aplikasi lain seperti spss, amos, dll.

82
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdi, A. R., & Razak, M. (2021). Pasar Modal Syariah di Indonesia:
Tinjauan Teori dan Aspek Hukum. Jakarta: Nobel Press.

Andani, M., & Latief, A. (2020). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan BI Rate
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Borneo Student
Research, Volume 1, Nomor 3, Halaman 2106-2117.

Anwar, M. S., & Dwi, A. (2020). Analisis Pengaruh Inflasi Dan Kurs Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun 2014-2018. Jurnal Raden
Fatah, Volume 6, Nomor 1, Halaman 7-14.

Azhari, M., & Suryadi, J. (2019). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar
Amerika Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Saham Syariah (Jakarta
Islamic Index) Periode 2013-2018. Jurnal e-Proceeding of Management,
Volume 6, Nomor 2, Halaman 2620-2625.

Barli, H. (2018). Analisis Pengaruh Return on Assets, Pertumbuhan Laba, dan


Laverage terhadap Return Saham. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas
Pamulang, Volume 4, Nomor 1, Halaman 917-942.

Fadilla. (2018). sar Modal Syariah dan Konvensional. Islamic Banking, Volume 3,
Nomor 2, Halaman 45-56.

Fuadi, A. (2020). Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. Jurnal Akuntansi Bisnis Pelita Bangsa, Volume 5, Nomor 1,
Halaman 1-12.

Ghozali, I. (2018). Analisis Multivariat dan Ekonometrika dengan Eviews 10.


Yogyakarta: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haholongan, R., & Diana, A. L. (2021). Dampak Makro Ekonomi terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume
8, Nomor 2, Halaman 138-143.

83
Hardian, W. (2019). Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat
Suku Bunga Domestik terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Universitas Muhammadiyah Magelang.

Junaidi, A., Wibowo, M., & Hasni, H. (2021). Pengaruh Variabel Ekonomi Makro
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Tahun 2014-
2019. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 6, Nomor 1, Halaman 17-29.

Kamal, M., Kasmawati, Rodi, Thamrin, H., & Iskandar. (2021). Pengaruh Tingkat
Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Rupiah terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI). Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance,
Volume 4 Nomor 2, Halaman 521-531.

Makhrus, M. N. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di


Indonesia Tahun 1990-2020. Universitas Islam Indonesia.

Mawarni, C. P., & Widiasmara, A. (2018). Pengaruh Fed Rate, Harga Minyak
Dunia, BI Rate, Inflasi, dan Kurs Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) Periode Tahun 2011-2017. Jurnal Akuntansi, Volume 2,
Nomor 2, Halaman 281-297.

Muryanto, M. A. (2019). Pengaruh Makroekonomi, Harga Minyak, dan Indeks


Global Terhadap Sensitivitas Jakarta Islamic Indeks JII. Malang:
Universitas Brawijaya.

Nikmah, A. A. (2021). Strategi Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan


Lampung Dalam Menumbuhkan Minat Masyarakat Berinvestasi di Pasar
Modal Syariah. Institut Agama Islam Negeri Metro.

Novindra, R. F. (2018). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Indeks


Harga Saham Gabungan Dan SBIS Terhadap Indeks Harga Saham
Syariah Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah.

Pilarnov, A. (2018). Pengaruh Volume Perdagangan Saham, Kurs, dan Inflasi


Terhadap Indeks Saham Gabungan 2012-2017. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta.

84
Safitri, S. (2019). Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. Universiras Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Sari, N. P., & Latief, A. (2020). Pengaruh Inflasi dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Indeks Saham Syariah. Borneo Student Research, Volume 1,
Nomor 3, Halaman 2130-2139.

Suharto, N. (2018). Potensi Kebangkrutan Perbankan dengan Z-Score Altman dan


Pengaruhnya terhadap Harga Saham. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas
Pamulang, Volume 3, Nomor 1, Halaman 632-644.

Sujarweni, V. W. (2018). Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan


Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sukamawari, U. S., Iwan, K., & Wahyuni, S. (2020). Pengaruh Inflasi,


Pertumbuhan Ekonomi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham
Syariah Pada Jakarta Islamic Index Yang Lesting Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2019. Jurnal Alwatzikhoebillah, Volume 6, Nomor 2,
Halaman 54-69.

Sunardi, & Holiawati. (2018). Pengaruh Corporate Governance Perception Index


(CGPI) dan Opini Audit terhadap Harga Saham. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Universitas Pamulang, Volume 4, Nomor 1, Halaman 832-856.

Umam, A. K., Ratnasari, R., & Herianingrum, S. (2019). The Effect


Macroeconomic Variabels in Predicting Indonesian Sharia Stock Index.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Volume 5, Nomor 2, Halaman 223-240.

Widyasa, V. I., & Worokinasih, S. (2018). Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, Dan Tingkat Suku Bunga Domestik Terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) (Studi Pada Saham Syariah Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). Jurnal Administrasi Bisnis,
Volume 60, Nomor 1.

85
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Tabulasi Data

TAHU INFLAS JUB (dalam


N BULAN KURS I miliyar) ISSI
2017 Januari 13.343 3,49% 4.936.881,99 172,298
2017 Februari 13.347 3,83% 4.942.919,76 174,745
2017 Maret 13.321 3,61% 5.017.643,55 180,492
2017 April 13.327 4,17% 5.033.780,29 184,691
2017 Mei 13.321 4,33% 5.125.838,79 183,122
2017 Juni 13.319 4,37% 5.225.165,76 185,217
2017 Juli 13.323 3,88% 5.178.078,75 184,543
2017 Agustus 13.351 3,82% 5.219.647,63 186,085
2017 September 13.492 3,72% 5.254.138,51 184,229
2017 Oktober 13.572 3,58% 5.284.320,16 185,852
2017 November 13.514 3,30% 5.321.431,77 180,161
2017 Desember 13.548 3,61% 5.419.165,05 189,860
2018 Januari 13.413 3,25% 5.351.684,67 197,464
2018 Februari 13.707 3,18% 5.351.650,33 195,728
2018 Maret 13.756 3,40% 5.395.826,04 183,998
2018 April 13.877 3,41% 5.409.088,81 180,932
2018 Mei 13.951 3,23% 5.435.082,93 177,021
2018 Juni 14.404 3,12% 5.534.149,83 173,254
2018 Juli 14.413 3,18% 5.507.791,75 176,751
2018 Agustus 14.711 3,20% 5.529.451,81 178,562
2018 September 14.929 2,88% 5.606.779,89 176,728
2018 Oktober 15.227 3,16% 5.667.512,10 174,142
2018 November 14.339 3,23% 5.670.975,24 178,222
2018 Desember 14.481 3,13% 5.760.046,20 183,998
2019 Januari 14.072 2,82% 5.664.985,00 193,498
2019 Februari 14.062 2,57% 5.670.778,00 191,196
2019 Maret 14.244 2,48% 5.747.247,00 190,168
2019 April 14.215 2,83% 5.746.732,00 188,430
2019 Mei 14.385 3,32% 5.860.509,00 181,100
2019 Juni 14.141 3,28% 5.908.509,00 186,013
2019 Juli 14.026 3,32% 5.941.133,00 186,976
2019 Agustus 14.237 3,49% 5.934.562,00 192,862
2019 September 14.174 3,39% 6.134.178,00 188,927
2019 Oktober 14.008 3,13% 6.026.908,00 189,493

86
TAHU INFLAS JUB (dalam
N BULAN KURS I miliyar) ISSI
2019 November 14.102 3% 6.074.377,00 180,934
2019 Desember 13.901 2,72% 6.136.552,00 187,727
2020 Januari 13.662 2,68% 6.064.651,00 173,145
2020 Februari 14.234 2,98% 6.116.495,00 156,750
2020 Maret 16.367 2,96% 6.440.457,39 133,990
2020 April 15.157 2,67% 6.238.267,00 144,865
2020 Mei 14.733 2,19% 6.468.193,50 143,810
2020 Juni 14.302 1,96% 6.393.743,80 144,908
2020 Juli 14.653 1,54% 6.567.725,02 150,130
2020 Agustus 14.554 1,32% 6.726.135,25 150,755
2020 September 14.918 1,42% 6.748.574,03 143,810
2020 Oktober 14.690 1,44% 6.780.844,54 150,470
2020 November 14.128 1,59% 6.817.456,68 165,112
2020 Desember 14.105 1,68% 6.900.049,49 177,483
2021 Januari 14.084 1,55% 6.767.407,65 184,618
2021 Februari 14.229 1,38% 6.817.787,91 182,735
2021 Maret 14.572 1,37% 6.895.564,12 181,710
2021 April 14.468 1,42% 6.964.386,49 177,284
2021 Mei 14.310 1,68% 7.004.093,08 173,128
2021 Juni 14.496 1,33% 7.130.061,42 173,810
2021 Juli 14.491 1,52% 7.160.560,33 175,177
2021 Agustus 14.374 1,59% 7.211.500,72 174,828
2021 September 14.307 1,60% 7.300.920,64 175,377
2021 Oktober 14.199 1,66% 7.491.704,38 185,560
2021 November 14.340 1,75% 7.573.319,90 187,765
2021 Desember 14.269 1,87% 7.870.452,85 188,014

Lampiran 2
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
NILAI_TUKAR_RUPIAH INFLASI JUB ISSI
 Mean  14153.25  0.027263  6057931.  177.0109
 Median  14207.00  0.029900  5921536.  180.9330
 Maximum  16367.00  0.043700  7870453.  197.4640
 Minimum  13319.00  0.013200  4936882.  133.9900
 Std. Dev.  567.0303  0.008953  759069.3  14.53815
 Skewness  0.833317 -0.232826  0.470424 -1.326326
 Kurtosis  5.375179  1.806575  2.173215  3.999196

 Jarque-Bera  21.04786  4.102735  3.921919  20.08739

87
NILAI_TUKAR_RUPIAH INFLASI JUB ISSI
 Probability  0.000027  0.128559  0.140723  0.000043

 Sum  849195.0  1.635800  3.63E+08  10620.65


 Sum Sq.
Dev.  18969879  0.004730  3.40E+13  12470.12

 Observations  60  60  60  60

Lampiran 3
Hasil Uji Stasioneritas
Uji Akar Unit
Variabel LEVEL 1st DIFFERENCE
t-Statistik Prob.* t-Statistik Prob.*
Nilai Tukar
-3,081 0,033 -8,601 0,000
Rupiah
Inflasi -0,933 0,770 -6,875 0,000
Jumlah Uang
2,498 1,000 -10,774 0,000
Beredar
ISSI -2,326 0,267 -5,829 0,000

Lampiran 4
Hasil Uji Normalitas

88
Lampiran 5
Hasil Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factors


Date: 12/09/22 Time: 22:31
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

NILAI_TUKAR_RUPIAH  9.73E-06  886.6376  1.397212


INFLASI  142652.5  53.25444  5.106196
JUB  2.02E-11  342.1404  5.201943
C  2961.825  1344.939  NA

Lampiran 6
Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.098313    Prob. F(3,52) 0.9606


Obs*R-squared 0.332754    Prob. Chi-Square(3) 0.9538

Lampiran 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 1.831083    Prob. F(3,56) 0.1520


Obs*R-squared 5.359855    Prob. Chi-Square(3) 0.1473
Scaled explained SS 7.192048    Prob. Chi-Square(3) 0.0660

89
Lampiran 8
Hasil Analisis Regresi Berganda

Dependent Variable: ISSI


Method: Least Squares
Date: 12/09/22 Time: 22:39
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5491073. 1103300. 3.918724 0.0002


KURS -213.9251 71.61306 9.510053 0.0000
INFLASI 84519.53 65715.66 -1.180565 0.2428
JUB 0.129317 0.086021 -0.722917 0.4727

R-squared 0.619403    Mean dependent var 3472975.


Adjusted R-squared 0.599013    S.D. dependent var 284543.9
S.E. of regression 264799.5    Akaike info criterion 27.87567
Sum squared resid 3.93E+12    Schwarz criterion 28.01530
Log likelihood -832.2702    Hannan-Quinn criter. 27.93029
F-statistic 4.042175    Durbin-Watson stat 0.204865
Prob(F-statistic) 0.011340

Lampiran 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Dependent Variable: ISSI


Method: Least Squares
Date: 12/09/22 Time: 22:39
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5491073. 1103300. 3.918724 0.0002


KURS -213.9251 71.61306 9.510053 0.0000
INFLASI 84519.53 65715.66 -1.180565 0.2428
JUB 0.129317 0.086021 -0.722917 0.4727

R-squared 0.619403    Mean dependent var 3472975.


Adjusted R-squared 0.599013    S.D. dependent var 284543.9
S.E. of regression 264799.5    Akaike info criterion 27.87567
Sum squared resid 3.93E+12    Schwarz criterion 28.01530
Log likelihood -832.2702    Hannan-Quinn criter. 27.93029
F-statistic 4.042175    Durbin-Watson stat 0.204865
Prob(F-statistic) 0.011340

90
Lampiran 10
Hasil Uji Simultan

R-squared 0.619403    Mean dependent var 3472975.


Adjusted R-squared 0.599013    S.D. dependent var 284543.9
S.E. of regression 264799.5    Akaike info criterion 27.87567
Sum squared resid 3.93E+12    Schwarz criterion 28.01530
Log likelihood -832.2702    Hannan-Quinn criter. 27.93029
F-statistic 4.042175    Durbin-Watson stat 0.204865
Prob(F-statistic) 0.011340

Lampiran 11
Hasil Uji Parsial

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5491073. 1103300. 3.918724 0.0002


KURS -213.9251 71.61306 9.510053 0.0000
INFLASI 84519.53 65715.66 -1.180565 0.2428
JUB 0.129317 0.086021 -0.722917 0.4727

91

Anda mungkin juga menyukai