Oleh :
SUMIYATI, S.Kep
NIM. R.19.04.13.032
1
2
Nama : Sumiyati
NIM : R.19.04.13.032
Tanda Tangan :
Materai
Rp. 6000
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
ii
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Sumiyati
NIM : R.19.04.13.032
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan siap untuk dipertahankan
di depan penguji
Pembimbing Akademik
iii
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
4
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Sumiyati
NIM : R.19.04.13.032
Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa, diuji dan disahkan oleh penguji guna
memenuhi tugas mata kuliah Elektif pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
5
iv
Nama : Sumiyati
Agama : Islam
Indramayu 45219
Pendidikan :
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
v
6
ABSTRAK
SUMIYATI
Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes mellitus bagian kaki. Penyebab
diabetic foot adalah neuropati, buruknya sirkulasi dan menurunya resistensi
terhadap infeksi Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien diabetic foot di RSUD Waled Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah data
dikumpulkan dengan cara wawancara kepada pasien dan keluarga pasien serta
melakukan observasi kepada pasien.
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ilmiah ini adalah diagnosa
yang didapatkan dari hasil pengkajian sebanyak enam diagnosa, diantaranya yaitu
nyeri akut, defisit nutrisi, ketidakstabilan glukosa darah, gangguan intergritas
kulit, defisit pengetahuan, ansietas. Perencanaan intervensi disesuaikan dengan
diagnosa prioritas dan implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan
keperawatan. Hasil evaluasi yang didapatkan dari keenam diagnosa keperawatan
yaitu teratasi semua.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
vi
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
yang merpakan persyaratan untuk mencapai gelar Profesi Ners pada Program
telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan KTI ini, khususnya kepada:
STIKes Indramayu dan selaku penguji 1 penulis yang telah memberikan motivasi
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
vii
8
Ners STIKes Indramayu atas pembekalan ilmu dan bimbingan sangat berguna.
tulis ilmiah.
8. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas curahan kasih sayang,
doa dan dukungan baik secara moril dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan KTI.
10. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
Nya. Atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
Penulis
viii
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
9
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv
ABSTRAK.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penulis ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
ix
10
7. Epidemiologi............................................................................. 18
8. Komplikasi................................................................................ 21
9. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 22
10. Penatalaksanaan Medis............................................................. 24
11. Konsep Asuhan Keperawatan................................................... 28
B. Konsep Diabetes Melitus................................................................. 38
1. Pengertian Diabetes Melitus..................................................... 38
2. Klasifikasi Diabetes Melitus..................................................... 38
3. Etiologi...................................................................................... 39
4. Manifestasi Klinis..................................................................... 41
5. Patofisiologi.............................................................................. 41
6. Komplikasi................................................................................ 43
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 45
8. Penatalaksanaan ....................................................................... 46
9. Pengkajian Keperawatan.......................................................... 48
10. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 50
A. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 51
B. Analisa Data..................................................................................... 50
C. Rumusan Diagnosa Keperawayan Berdasarkan Prioritas................ 64
D. Rencana Keperawatan...................................................................... 66
E. Implementasi Keperawatan.............................................................. 72
F. Catatan perkembangan..................................................................... 79
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 116
B. Saran................................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
x
11
DAFTAR TABEL
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xi
12
DAFTAR BAGAN
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xii
13
DAFTAR GAMBAR
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xiii
14
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
DM : Diabetes Mellitus
KAD : Ketoasidosis
O2 : Oksigen
RR : Respiration Rate
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xiv
15
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
xv
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
16
DAFTAR LAMPIRAN
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kadar gula darah atau disebut hiperglikemia. DM dibagi menjadi dua yaitu, DM
tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena kerusakan sel beta pankreas, sehingga
insulin. DM tipe 2 umumnya terjadi pada orang yang berusia 30 tahun, namun
belakangan pada anak-anak dan remaja juga banyak yang mengalami penyakit ini
diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau kaki diabetes ( diabetic
foot ). Diabetic foot merupakan infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat
dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada
pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Diabetes juga
menjadi penyebab amputasi kaki paling sering diluar kecelakaan. Penanganan dan
perawatan luka kaki diabetes ( diabetic foot ) dengan tepat diharapkan dapat
1
2
menyebutkan bahwa pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 425 juta di dunia
hidup dengan diabetes. Jumlah tersebut diprediksi akan meningkat menjadi 629
juta pada tahun 2045. Data penderita DM di Asia Tenggara didapatkan sebanyak
dari jumlah tersebut terjadi pada usia 20-79 tahun. Berdasarkan data tersebut
kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, merokok, dan konsumsi
alkohol, gaya hidup yang kurang baik, serta kebiasaan konsumsi makanan tinggi
karbohidrat, jika tidak ditangani dengan baik tentu saja angka kejadian komplikasi
risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM.
amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan sebab
perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus
(Marizka, 2014).
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
3
akibat diabetes mellitus di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) pada
tahun 2011 menunjukan komplikasi terbanyak adalah neuropati yang dialami oleh
darah yang bervariasi sehingga dapat terjadi tiga hingga lima kali lipat lebih tinggi
pada pasien diabetes dibandingkan dengan bukan penderita diabetes. Penyakit ini
dapat mengenai semua gender, baik pria maupun wanita (Bilous & Donelly,
2014).
kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi pada tubuh. Kadar gula darah yang
tinggi secara terus-menerus akan berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf, dan
struktur internal lainya. Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding
kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang terutama yang
akan menuju ke kulit dan saraf. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih
terhadap terjadinya infeksi dengan perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
4
dari 3 komponen utama yaitu debridement, penurangan beban tekanan pada kaki
dan penangan infeksi selain itu pemberian edukasi terhadap klien juga sangat
penting. Dalam hal ini peran perawat meliputi edukasi kepada pasien tentang
perawatan kaki, konseling nutrisi, menejemen berat badan, perawatan kulit, kuku
maupun perawatan luka di kaki dan penggunaan alas kaki yang dapat melindungi
berumur 66 tahun dengan gangguan diabetic foot dengan keluhan nyeri di kaki
bagian kiri, kesadaran compos mentis, akral hangat, pasien terpasang infus (Nacl
dan hasil GDS tinggi yaitu 284mg/dl normalnya (80-135mg/dl), trombosit tinggi
hasil EKG normal sinus Rhythm nonspecific ST and T wave abnormaly abnormal
ECG.
karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M (66 Tahun) dengan
Cirebon”.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
5
B. Rumusan Masalah
Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah
yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan
ini adalah belum diketahuinya pola asuhan keperawatan pada Tn. M dengan
diabetic foot sehingga pertanyaan karya tulis ilmiah adalah bagaimana asuhan
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah
2. Tujuan Khusus
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
6
dilakukan pada pasien Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.
penanganan kasus pada pasien dengan Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD
Waled Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
dengan Diabetic foot, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih spesifik,
pengetahuan.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
7
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dan
sumber informasi bagi mahasiswa yang ingin menyusun karya tulis ilmiah lanjut
3. Ilmu Keperawatan
Semoga dari hasil penulisan ini dapat menjadi pedoman bagi ilmu
keperawatan dan dapat diterapkan dalam praktik keperawatan secara baik atau
4. Bagi Penulis
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah
(Decroli E, 2008). Tiga faktor penyebab utama masalah diabetic foot adalah
(Maryunani, 2013). Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai
bawah yang merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes mellitus bagian
kaki (Misnadiarly, 1997). Diabetic foot adalah jaringan nekrosis atau jaringan
mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada
yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini
terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
8
9
2. Klasifikasi
digunakan secara universal untuk lesi pada ulkus kaki diabetikum. Sistem
penilaian lesi ini memiliki enam kelas penilaian. Empat kelas pertama (Kelas
0,1,2, dan 3) didasarkan kedalaman pada fisik lesi dan jaringan lunak kaki. Dua
nilai terakhir (kelas 4 dan 5) didasarkan tingkat gangren dan perfusi yang hilang.
Kelas 4 mengacu pada gangren kaki parsial dan kelas 5 mengacu pada gangren
diklasifikasikan oleh sistem ini. Klasifikasi ini terbatas untuk identifikasi serta
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
10
Tabel 2.1
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
11
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
12
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
13
3. Etiologi
(vasukolapati, tekanan dan deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik (Singh et al., 2013). Secara umum
a. Faktor Presdiposisi
neuropati otonom.
neuropati motorik, neuropati sensorik, dan komplikasi DM yang lain seperti (Mata
kabur).
yang tidak disadari. Neuropati motorik juga menyebabkan otot intrinsik lemah
b. Faktor Presipitasi
2) Trauma
1) Derajat luka
2) Perawatan luka
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
14
4. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2005) Kaki diabetes (diabetic foot) akibat
akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba
pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki.
a. Pain (Nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
d. Paralysis (lumpuh)
5. Patofisiologi
sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
15
dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik
dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun
jaringan lain, akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang
baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/
ganggren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan
amputasi.
metabolik, dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
akibatnya terjadi gangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil yang
oksigenasasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah
kaki.
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insentivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
16
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan keampuan sel darah
putih memakan dan membunuh kuma berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg% karena kekurangan suplai oksigen bakteri-bakteri yang
akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah
yang tinggi, sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya nutrisi dan
oksigen jaringan tidak cukup ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
17
DM TIPE 1 DM TIPE 2
6. Pathway
Reaksi autoimun
7. Indiopatik, usia,
genetic dll
Defisiensi insulin
Hiperglikemia
Ketidakstabila
n kadar
glukosa darah Defisit Glukosuria
Pengetahuan Angiopati
Diabetik Sel tidak
mendapatkan
Pembentukan Deuresis osmotik asupan
Glukosuria glikogen menurun Makro angiopati makanan
Produksi energy
Dehidrasi menurun
7. Epidemiologi
oleh karena perubahan gaya hidup, kurangnya aktifitas fisik, dan obesitas.
Amerika Serikat mencatat pada tahun 2013 didapatkan hampir 2,9 juta penduduk
meningkat 53% dari tahun 2006 sampai tahun 2013, yaitu dari 1,9 juta penderita
menjadi 2,9 juta orang. Masa harapan hidup (life expectancy) penderita diabetes
memendek sampai dengan 15 tahun dan 75% meninggal akibat dari komplikasi
populasi penderita diabetes tipe 1 dan 2 mencapai 3% dari total jumlah populasi
Tabel 2.2
Jumlah Penderita Diabetes Usia 20-79 tahun di Sepuluh Negara Besar tahun
2010 dan tahun 2030
2010 2030
Juml.
No Juml. Penderita
Negara Negara Penderita DM
DM (juta)
(juta)
1 India 50,8 India 87,0
2 China 43, China 62,6
3 USA 26,8 USA 36,0
4 Russian 9,6 Russian 13,8
5 Brazil 7,6 Brazil 12,7
6 Germany 7,5 Germany 12,0
7 Pakistan 7,1 Pakistan 11,9
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
19
Dikutip dari: Zubair, M., Malik, A., Ahmad, J., 2015. Diabetic Foot
penyakit diabetes melitus yang tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 1983 prevalensi DM di Indonesia mencapai 1,63% yang terus
meningkat menjadi 5,7% pada tahun 2007, dan diperkirakan menjadi 6,0% pada
mengalami komplikasi berupa ulkus kaki diabetik (Zubair et al., 2015). UKD
Amerika Serikat prevalensi ulkus diabetik adalah sebesar 11,6% pada tahun 2003
seperti dilaporkan oleh Centres For Disease Control and Prevention (CDCP).
Pada tahun yang sama prevalensinya di Inggris juga tinggi yaitu mencapai 7,4%
24%, setelah komplikasi lain berupa neuropati dan mikrovaskular (Yusuf et al.,
2016).
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
20
LEA) pada penderita diabetes melitus, yaitu mencapai 82%. Adanya infeksi pada
derajat berat (Wagner grade ≥3) Data penelitian kohort di Turki juga
pada ulkus diabetik Wagner derajat 3 sebanyak 15,9% dan Wagner derajat 4
sebanyak 31,9% (Pemayun et al., 2015). Prevalensi ulkus diabetik yang tinggi
juga ditunjukkan oleh data penelitian observasional cross sectional study di RSUP
tingkat pembedahan (debridement) pada 256 penderita ulkus kaki diabetik tahun
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
21
8. Komplikasi
yang berjenis candida albicans tanda dari infeksi jamur ini adalah gatal-gatal dan
pecah-pecah pada bagian kuku, akan terjadi perubahan warna menjadi kecoklatan
komplikasi diabetes mellitus kadar gula darah tinggi dapat yang merusak saraf-
saraf yang ada di tubuhlah yang jadi penyebab komplikasi diabetes mellitus ini
menyerang saraf tangan dan kaki. Gejala kerusakan saraf akibat komplikasi
diabetes mellitus awalnya mungkin terasa ringan, namun seiring intens bahkan
bisa menyebar sampai ke area kaki atas atau lengan. Ketika digunakan untuk
disekitar tumit atau telapak kaki. Proses penumpukan kulit akan lebih cepat terjadi
pada individu yang mengalami diabetes sehingga kapalan akan terbentuk. Kapalan
pada penderita diabetes biasanya dipicu oleh alas kaki yang tidak cocok dengan
d. Ulserasi pada kaki adalah bentuk luka terbuka pada kaki akibat
diabetic foot yang memakan waktu sangat lama sampai tertutup kembali. Borok
dapat menjadi gerbang bagi kuman dari luar yang kemudian menginfeksi kaki
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
22
tampak menekuk ke bawah kondisi ini terjadi karena otot yang melemah dan
tendon jaringan yang menghubungkan otot ke tulang menjadi lebih pendek. Hal
ini serupa juga dapat terjadi pada ibu jari kaki yang melengkung ke arah jari kaki
kedua yang dikenal dengan bunion. Gangguan diabteic foot ini menyebabkan
nyeri.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan vaskuler
Pemeriksan ankle brachial index atau toe brachial index. Nilai ABI
kurang dari 0,9 menandakan adanya obtruksi vaskuler dan skor yang kurang dari
0,4 menandakan adanya nekrosis jaringan serta merupakan resiko yang siginifikan
terjadinya amputasi.
digunakan sebagai indikator perfusi di sekitar luka atau ulkus untuk menentukan
paling sering dipilih pada ulkus kaki diabetik karena biayanya lebih murah dan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
23
artropati, osteomielitis dan adanya pembentukan gas pada jaringan lunak. Tetapi
bila akumulasi gas minimal maka sulit untuk menilai adanya perubahan pada
jaringan lunak seperti selulitis, fasciitis atau abses. Peranan imaging lainnya
seperti CT scan masih terbatas pada kaki diabetik tetapi memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan foto polos, yaitu: lebih sensitif dan spesifik dalam
menilai erosi kortek tulang, adanya sequester, gas pada jaringan lunak dan
menilai perubahan pada jaringan lunak dan sumsum tulang penderita kaki diabetik
adalah MRI. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya edema dan osteomielitis
sebagai tahap awal dari neuroartropati dengan sensitifitas dan spesifisitas yang
dengan kontras yang tinggi pada jaringan lunak sehingga dapat menilai ada
d. Pemeriksaan Laboratrium
gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan urine: hijau (+), kuning (++), dan merah bata (++++)
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
24
e. Pemeriksaan lain
tetapi biayanya mahal dan waktunya lama. Metoda bone scan yang paling sering
Pengambilan tiga fase tersebut untuk menilai adanya hiperperfusi fokal, hiperemia
radionuklida yang sering dikombinasi dengan bone scan ini adalah labeled
leucocytes imaging, yaitu mendeteksi akumulasi leukosit pada jaringan lunak dan
tulang dengan adanya uptake 99mTc. Akurasi pemeriksaan ini meningkat dengan
2012).
a. Pengobatan
dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan
yang sesaksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement
yang akan dilakukan dari penatalaknsanaan perawatan luka diabetik ada beberapa
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
25
1) Mencuci luka
nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa
metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman untuk
mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya
slough dan tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan aseptic seperti provine
iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh pada keadaan
(Wijaya, 2013).
2) Debridement
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
26
yang diikuti dengan kemampuan tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis
dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi (Wijaya, 2013).
3) Terapi antibiotika
kuman gram positif dengan gram negatif. Apabila tidak dijumpai perbaikan pada
luka tersebut, maka terapi antibiotic dapat diberikan perparenteral yang dengan
4) Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori
Tujuan pemilahan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
27
menurunkan jumlah biaya dan waktu perawatan (cost effective). Jenis balutan
albumin minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin
dari 12 g/dl dan albumin darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl dan perlu juga
dilakukan monitor glukosa darah secara ketat. Karena bila dapat peningkatan
glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah satu tanda
memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh untuk mencegah
timbulnya diabetic foot dibutuhkan kerjasama yang antara dokter, perawat dan
penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta terapi yang rasional
bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas, penderita diabetic
saling menunjang. Gunakan alas kaki yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap
saat berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan. Cucilah kaki setiap hari
dan keringkan dengan baik serta berikan perhatian khusus pada daerah sela-sela
jari kaki.
b) Suhu air yang digunakan untuk mencuci kaki antara 29,5-30 derajat
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
28
hindari merendam kaki dalam air dingin, gunakan kaos kaki yang tidak
menyebabkan tekanan pada tungkai atau daerah tertentu, periksalah kaki setiap
hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda radang,
sehingga dilakukan awal dan jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream.
a. Pengkajian Keperawatan
rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,
badan, meningkatnya nafsu makan, sering haus, banyak kencing, dan menurunya
ketajaman penglihatan.
satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
29
makan tetapi berat badanya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke
7) Pola eliminasi : Untuk buang air besar (BAB) pada klien diabetes
mellitus tidak ada perubahan yang mencolok. Sedangkan pada buang air kecil
(BAK) akan dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi maupun
volumenya.
8) Pola tidur dan istirahat : Sering muncul perasaan yang tidak enak
ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, dan seringnya mengantuk pada pagi
hari.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
30
dangkal, denyut nadi reguler atau ireguler, denyutan nadi kuat atau lemah. Suhu
pada leher.
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus dan gangren,
obesitas.
gangren di ekstermitas.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
31
b. Analisa data
Tabel 2.3
Analisa data masalah keperawatan diabetic foot
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
32
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
33
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
34
c. Diagnosa Keperawatan
sebagai berikut:
menurun 10% dibawah rentang ideal, membran mukosa pucat, otot menelan
terhadap masalah
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
35
Tabel 2.4
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
36
perlu.
3 Gangguan intergritas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Untuk menegtahui penyebab
kulit berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam intergritas kulit( mis: perubahan gangguan intergritas kulit.
dengan adanya ganggren diharapakan gangguan intergritas sirkulasi, perubahan status nutrisi,
pada ekstermitas kulit teratasi Kriteria hasi : penurunan kelembaban, suhu
1. Tidak terjadi luka lingkungan eksterm, penurunan
2. Luka kering mobilitas).
2. Lakukan perawatan luka dengan 2. Untuk mencegah infeksi dan
merawat luka.
cairan Nacl 2 x 1 sehari dengan
balutan yang menghambat
jaringan nekrotik dan push untuk
menyerap cairan. 3. Agar pasien mengetahui cara
3. Ajarkan prosedur perawatan luka melakukan perawatan luka.
dengan memberikan madu 4. Untuk mencegah luka infeksi
4. Kolaborasi prosedur pemberian dan mengangkat jaringan kulit
obat antibiotik seperti topikal dan yang mati dan penyembuhan
debridement. luka.
4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk keluhan yang dialami
fisik berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam keluhan fisik lainya. pasien.
dengan rasa nyeri pada diharapkan gangguan mobilitas 2. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan 2. Untuk melatih otot kaki sehingga
luka fisik teratasi kriteria hasil : alat bantu (mis: tongkat/kruk). berfungsi dengan baik.
1. Tidak terjadi kontraktur otot 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang 3. Agar kebutuhan pasien tetap
2. Kemampuan klien dalam harus dilakukan (mis: berjalan dari dapat terpenuhi.
melakukan aktivitasnya tempat tidur ke kursi roda, berjalan
meningkat dari tempat tidur ke kamar mandi,
3. Tidak terjadinya luka tekan berjalan sesuai toleransi).
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
37
5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui kesiapan
berhubungna dengan keperawatan selama 1 x 24 jam kemampuan informasi. dan kemampuan informasi.
ketidaktahuan diharapkan defisit pengetahuan kl 2. Sediakan materi dan media 2. Untuk mengetahui agar pasien
menemukan sumber dapat teratasi dengan pendidikan kesehatan. tahu tentang pendidikan
informasi Kriteria hasil : kesehtan.
1. Klien tahu tentang 3. Jelaskan faktor risiko yang dapat 3. Agar pasien dapat
penyakitnya mempengaruhi kesehatan mengetahui cara menjaga
2. Klien tahu penyebab kesehatan
pencetus penyakit
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
38
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Gangguan tersebut
dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat/ fungsi yang
terganggu (Brunner & Suddarth, 2016). Diabetes melitus suatu penyakit dimana
kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah tinggi (PERKENI, 2006). Diabetes
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes melitus klinis
yaitu :
diabetes yang bergantung pada insulin, ditandai dengan hilangnya sel beta
kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
39
pangkreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.
Diabetes Melitus: NIDDM), diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Terjadi
karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistennsi terhadap
jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin dimembran sel. Pada
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah.
3. Etiologi
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
40
3) Faktor imunologi
4) Faktor lingkungan
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
1) Obesitas
tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolik.
3) Riwayat keluarga.
4) Kelompok entik.
3) Obesitas.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
41
4. Manifestasi Klinis
dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu
melitus meliputi :
pengeluaran urine menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus
diaktifkan, yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak.
produksi energi menurun. Penurunan energi ini menstimulasi rasa lapar dan orang
5. Patofisiologi
adalah :
a. Diabetes tipe I
insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
42
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih dieksresikan dalam urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
kelelhan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
yang produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
b. Diabetes tipe II
insulin, yaitu resistensi insulin dan eksresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
43
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelehan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang
lama sembuh, infeksi vagina atau peradangan yang kabur (jika kadar glukosanya
Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
besar (makrovaskular) disebut makro angiopati, dan pada pembuli darah halus
6. Komplikasi
1) Koma hipoglikemia
melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah.
Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk kedalam sel.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
44
2) Ketoasidosis
alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka
dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah
sekitar. Terjadi pada penderita IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan
fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
45
penurunan protein dalam retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam
penglihatan.
3) Neuropati diabetika
5) Kaki diabetik
sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi dan hilangya fungsi saraf
sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
megakibatkan gangren.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
2) Urine
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
46
3) Kultur pus
8. Penatalaksanaan
Ada beberapa terapi/ obat-obatan dan diet yang digunakan oleh pasien
a. Obat
1) Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta
2) Golongan biguanid
biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
47
b. Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis insulin
yang penting menurut cara kerjanya, menurut Junadi, 1982, diantaranya adalah :
1) Yang kerjanya cepat: RI (regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam,
18-24 jam.
c. Diet
Prinsip umum. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
48
9. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Anamnesis
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
2) Keluhan utama
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.
Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yaitu yang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
49
6) Riwayat psikososial
penyakit penderita.
b. Pemeriksaan Fisik
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengak dan berdarah,
3) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
4) Sistem pernapasan
5) Sistem kardiovaskular
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
50
6) Sistem gastointestinal
7) Sistem urinary
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal
9) Sistem neurologis
pada ekstrimitas.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
51
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan dan membahas mengenai asuhan
keperawatan pada Tn. M (66 tahun) dengan gangguan sistem endokrin : diabetic
A. Pengkajian Keperawatan
ruang seruni RSUD Waled Cirebon. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan
data umum berupa : nama pasien Tn. M Laki-laki berusia 66 tahun pekerjaan
sudah tidak bekerja lagi pasien sudah menikah dan pasien tinggal di jln. Desa
sigong Rt/Rw 007/002 dusun 01. Pasien merupakan pasien dengan diagnosa
diabetic foot dengan keluhan nyeri di kaki bagian kiri. Pasien tampak gelisah dan
meringis, pasien mengatakan setiap kali menggerakan kaki bagian kiri itu terasa
nyeri, pasien mengatakan nyeri dirasa seperti segat-segot nyeri tidak hilang
walaupun dibawa istirahat dan tidak menggerakan posisi kaki bagian kiri. Pasien
mengatakan awal kejadian saat sebelum 3 hari masuk rumah sakit itu terjadi luka
dibagian kaki kiri dengan luas 16 cm, lebar luka 10 cm, panjang luka 12 cm dan
luka sudah termasuk grade 4 awalnya luka itu luas hanya 8 cm terdapat nanah
nyeri di bagian kaki kiri. Nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan seperti segot-segot,
51
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
52
nyeri timbul saat banyak bergerak atau beraktifitas, skala nyeri 7 (0-10). Pasien
tidak mengetahui menderita penyakit DM, pasien mengatakan tidak tahu makanan
yang harus dipantang dan pasien mengatakan lelah setelah dilakukan pemeriksaan
GDS bahwa kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal. Pasien juga
Akan tetapi pasien sudah menderita riwayat penyakit DM sudah 5 tahun. Pasien
merokok dari usia muda 1-2 bungkus perhari. Pasien mengatakan didalam
keluarganya ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan dirinya dan pasien
ada riwayat penyakit menular atau keturunan seperti hipertensi, TBC, liver,
jantung dan gagal ginjal, akan tetapi pasien mempunyai penyakit keturunan
diabetes mellitus.
pasien mengatakan dirinya sulit tidur karena merasakan nyeri di kaki sehingga
tidurnya tidak nyenyak. Disiang hari pasien tidur dari pukul 14.00 wib sampai
pukul 15.00 wib. Pasien mengatakan semalam tidur pukul 23.00 wib dan
terbangun sekitar pukul 05.00 wib. Pasien tidur selama 6 jam sehari, pasien
dirumah sakit pasien hanya terbaring ditempat tidur, ketika pasien belum tidur
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
53
atau belum ingin tidur biasanya mengobrol dengan istri dan keluarganya yang
mau banyak bergerak karena membuatnya tidak nyaman dengan keluhan yang
terbaring ditempat tidur dan pindah posisi duduk dikursi. Segala aktifitas terbatas
Saat dirawat dirumah sakit pasien makan dari makanan yang disediakan
oleh rumah sakit seperti bubur, sayur, buah, dan lauk pauk. Pasien mengatakan
mengalami penurunan berat barat, sebelum sakit berat badan 65 kg dan setelah
sakit 55 kg. Makan sehari 3x sehari, untuk pola makan pasien mengalami
mulutnya terasa hambar. Untuk minum pasien hanya minum air putih ± 1300
cc/hari. Pasien mengatakan menyukai semua jenis makanan dan minuman, tidak
ada kebisaan yang dilakukan setelah makan. Saat ditanya terkait keluhan pasien
aktivitas dilakukan secara mandiri terkecuali toileting dibantu oleh istirnya. Pola
eliminasi saat pengkajian pasien sudah BAB dan BAK. Pasien mengatakan
Sedangkan untuk BAK pasien tidak terpasang selang kateter, frekuensi 6-7 x/hari,
warna kuning, bau amoniak, volume 900-1000 cc. Saat ditanya keluhan pasien
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
54
Pola pikir dan persepsi saat pengkajian pasien mengatakan bila sedang
sakit selalu periksa dokter dekat rumah. Persepsi mengenai sakit yang diderita
tetapi klien mengetahui dan mengerti jika lukanya harus dirawat dirumah sakit.
Hubungan atau komunikasi dengan orang lain pasien mengatakan sebagai kepala
keluarga, perannya tidak dapat dilakukan selama sakit. Hubungan selama dirawat
dirumah sakit tidak ada gangguan, keluarganya selalu menemaninya. Konsep diri
pasien mengatakan selama sakit pasien merasa khawatir terhadap penyakit yang
dideritannya. Bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri pasien akan
meminta bantuan orang lain. Sistem nilai dan kepercayaan pasien mengatakan
pola spiritual pasien baik karena pasien mengatakan bahwa sakit itu datangnya
darah 130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 37,0°C. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik pada inspeksi bagian kepala bersih, terdapat uban,
rambut hitam, keriting dan tipis. Palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada
perdarahan, tidak ada benjolan dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian mata
bola mata terlihat simetris, sclera anikterik, pupil miosis, konjungtiva ananemis.
Palpasi tidak ada pembengkakan mata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema
palpebra dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian telinga bentuk telinga antara
kanan dan kiri simetris, telinga bersih, tidak ada secret. Palpasi tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembengkakan dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian
hidung bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung bentuk hidung simetris,
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
55
terdapat lubang hidung. Palpasi tidak ada pembengkak, tidak ada polip, tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian mulut tampak sisa-sisa
makanan, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, lidah bersih warna merah
muda, tidak ada edema, terdapat lubang pada gigi, palpasi tidak ada nyeri tekan
Pada pemeriksaan fisik inspeksi pada bagian leher tidak ada abnormalitas
dan distensi vena jugularis, palpasi arteri karotis berdenyut normal, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian jantung
bentuk dada simetris, tidak ada abnormalitas bentuk seperti cekung atau cembung.
Auskultasi terdapat bunyi jantung 1 dan 2, tidak ada bunyi jantung tambahan
seperti gallop atau bising jantung, CRT > 2 detik. Palpasi nadi teraba kuat, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada edema. Perkusi suara jantung pekak dan tidak ada
keluhan.
abnormalitas bentuk, bentuk dada simetris. Auskultasi tidak ada nafas tambahan.
Palpasi pengembangan paru simetris. Perkusi suara paru vesikuler. Pada bagian
abdomen inspeksi didapatkan bentuk abdomen datar, tidak ada luka, auskultasi
8x/menit. Palpasi tidak ada nyeri tekan lepas, tidak ada asites. Saat diperkusi pada
abdomen kanan atas terdengar suara pekak. Abdomen kanan bawah, kiri atas dan
bawah terdengar suara timpani, tidak ada ketegangan abdomen dan keluhan saat
ini pasien mengatakan tidak nafsu makan. Inspeksi pada area genetalia tidak
terpasang kateter, bersih palpasi tidak ada nyeri tekan. Inspeksi persyarafan reflek
pupil cepat, pupil miosis, isokor, reflek menelan ada, pendengarkan baik, orientasi
baik. Palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
56
ekstremitas atas tidak ada masalah, pada ekstremitas bawah pasien ada keluhan
3 5
pada Tn. M yaitu pemeriksaan hematologi, dan kimia. Berikut hasil pemeriksaan
Tabel 3.1
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal : 29-11-19 / Jam : 15:35
Kimia Klinik
Gds Stick 1 284 80-135 mg/dl ↑
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
57
Tabel 3.2
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 29-11-19 / Jam 18 : 48
Tabel 3.3
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 30-11-19 / Jam 7 : 39
Tabel 3.4
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 01-12-19 / Jam 10 : 12
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
58
Pemeriksaan Radiologi
- Thorak PA
- Ekstermitas
Hasil EKG
Abnormal ECG
Tabel 3.5
Terapi Medis
Cara
Nama obat Dosis Waktu Kegunaan
pemberian
Nacl 0,9% 500 ml 6 Jam IV Untuk mengatasi atau
mencegah kehilangan
sodium yang disebabkan
dehidrasi, keringat
berlebih, atau penyebab
lainya.
Vicium Sx 4 x 1,5 06.00 IV Membantu meningkatkan
12.00 massa dan kekuatan otot.
18.00
24.00
Omz 1 x 40 IV Untuk mengatasi masalah
18.00 perut dan kerongkongan
yang diakibatkan oleh
asam lambung.
Santagesik 3x1 10.00 IV Untuk mengatasi nyeri
18.00 akut atau kronik berat
02.00 seperti sakit kepala, sakit
gigi, tumor, nyeri pasca op,
nyeri pasca cedera.
Novorapid 8 Jam IV Untuk mengurangi tingkat
gula darah tinggi.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
59
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
60
B. Analisa Data
berdasarkan masalah, dalam kasus Tn. M analisa data yang ditemukan adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.6
Analisa Data
Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
1. Ds : Reaksi autoimun Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri
dibagian luka kaki kiri rasa
Sel beta pangkreas hancur
nyeri yang menetap tidak
menjalar
Defisiensi insulin
- Pasien mengatakan nyeri
timbul saat banyak bergerak
atau pindah posisi Hiperglikemia
- pasien mengatakan keluhan
nyeri dirasakan sejak 3 hari Angiopatidiabetik
sebelum masuk rumah sakit ↓
- Pasien mengatakan nyeri Makroangiopati
seperti segot-segot ↓
Terganggunya aliran darah
Do :
ke kaki
- Pasien tampak meringis
↓
- Pasien tampak gelisah
Penurunan asupan dan O2
- Pasien tampak menghindari
↓
nyeri Trauma
- Skala nyeri 7 ↓
- Tanda-tanda vital : TD : Luka sulit sembuh
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
61
Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
↓
Polineuropati diabetik
↓
Nyeri akut
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
62
Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
menanyakan tentang masalah
penyakit yang dihadapinya dan Sel beta pangkreas hancur
tidak mengetahui menderita
DM.
Defisensi insulin
- Pasien mengatakan tidak tahu
makanan yang harus dipantang
Do : Hiperglikemia
- Pasien tampak bingung ↓
Defisit pengetahuan
Pasien tampak tidak mengerti
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
63
Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
- Pasien mengatakan takut Defisiensi insulin
kakinya di amputasi
Do :
Hiperglikemia
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
Angiopatidiabetik
- Muka tampak pucat
↓
Makroangiopati
↓
Terganggunya aliran darah
ke kaki
↓
Penurunan asupan dan O2
↓
Trauma
↓
Luka sulit sembuh
↓
Ulkus
↓
Infeksi
↓
Ganggren
↓
Amputasi
↓
Ansietas
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
64
Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
makan setengah porsi saja ↓
Do : Sel tidak mendapatkan
mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri rasa nyeri yang menetap tidak menjalar,
pasien mengatakan nyeri timbul saat banyak bergerak atau pindak posisi, pasien
mengatakan keluhan nyeri dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS, pasien
BB, pasien mengatakan hanya makan setengah porsi, penurunan berat badan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
65
sebelum sakit 65 kg dan setelah sakit 55 kg, pasien tampak lemah, 1 porsi
toleransi glukosa darah d.d pasien mengatakan bahwa saat dilakukan cek gds, gula
darah naik/turun dari rentang normal, pasien mengatakan saat setelah dilakukan
pemeriksaan cek gds pasien merasa lelah, kadar glukosa dalam darah/urin tinggi,
pasien mengatakan terdapat luka di bagian kaki kiri dan terdapat nanah, luka
sudah 16 cm, pasien tampak terdapat luka di bagian kaki kiri, tampak terdapat
kulit.
yang dihadapinya, pasien mengatakan tidak tahu makanan yang harus dipantang,
d.d pasien mengatakan cemas karena akan dipindahkan di ruang OK dan akan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
66
D. Rencana Keperawatan
Tabel 3.7
Rencana Keperawatan Tinjauan Kasus
Perencanaan Keperawatan Paraf dan
Diagnosa
nama
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan (NIC) Rasional
mahasiswa
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui Sumiyati
berhubungan keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi lokasi nyeri, durasi,
dengan jam diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas
pencedra berkurang dengan kriteria intensitas nyeri nyeri
fisiologis hasil: 2. Fasilitasi istirahat dan 2. Untuk mengurangi
tidur
ditandai dengan 1. Mampu mengontrol rasa nyeri
infeksi nyeri 3. Ajarkan teknik non 3. Untuk meningkatkan
2. Melaporkan bahwa nyeri farmakologis (tarik relaksasi, dan
berkurang dengan nafas dalam) pengalihan perhatian
menggunakan manajemen 4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk
nyeri obat santagesik 3 x 1 mempertahankan
3. Menyatakan rasa sehari kadar obat,
nyaman setelah nyeri menghindari puncak
berkurang periode nyeri
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
67
dengan diabetes 2. Luka kering dengan cairan Nacl 2 x 1 infeksi dan untuk
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
68
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui Sumiyati
pengetahuan keperawatan selama 3x24 kemampuan menerima kemampuan
berhubungan jam diharapkan defisit informasi menerima informasi
dengan pengetahuan teratasi dengan 2. Sediakan materi dan 2. Untuk menambah
ketidaktahuan kriteria hasil: media pendidikan informasi tentang
menemukan 1. Klien tahu tentang kesehatan kesehatan pada
sumber penyakitnya pasien
informasi 2. Klien tahu penyebab 3. Jelaskan faktor risiko 3. Agar pasien
ditandai pecetus penyakit yang dapat mengetahui cara
dengan mempengaruhi kesehatan menjaga kesehatan
kondisi klinis
yang baru
dihadapi oleh
klien
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
69
dengan gangguan glukosa darah teratasi 2. Konsultasi dengan medis dan gejala
toleransi glukosa dengan kriteria Hasil : jika tanda dan gejala hiperglikemia
darah ditandai 1. Kadar GDS Pasien dalam hiperglikemia tetap ada
dengan rentang normal (80-135 atau memburuk 3. Untuk mencegah
hiperglikemia mg/dl) terjadinya
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga hiperglikemia
4. Untuk memantau
insulin pasien
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
70
6. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk Sumiyati
berhubungan keperawatan selama 3x24 mengidentifikasi
dengan jam diharapkan defisit derajat kurang nutrisi
kurangnya nutrisi terpenuhi dengan dan menentukan
asupan kriteria Hasil : pilihan intervensi
2. Sajikan makanan secara
makanan 1. Nafsu makan pasien 2. Untuk menambah
meningkat menarik dan suhu yang
ditandai dengan nafsu makan
2. Porsi yang disediakan sesuai
kelemahan,
habis 3. Ajarkan diet yang di 3. Untuk meningkatkan
berat badan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
71
E. Implementasi Keperawatan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
72
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Sedangkan evaluasi
ialah perbandingan sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Adapun implementasi dan evaluasi disajikan pada tabel
3.8.
Tabel 3.8
Implementasi Keperawatan Tinjauan Kasus
Diagnosa Tanggal/ Tanda
Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
1. Nyeri akut 02 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : - Pasien mengatakan nyeri di bagian luka Sumiyati
berhubungan Desember frekuensi, kualiatas, intensitas nyeri kaki kiri dengan skala 7 (0-10)
dengan 2019 S : Pasien mengatakan nyeri dibagian luka kaki - Pasien mengatakan nyeri seperti segat-
pencedra 14.00 kiri segot
fisiologis O : Pasien tampak meringis O :- Pasien tampak meringis
ditandai - Pasien tampak gelisah
dengan infeksi 14.05 2. Fasilitasi istirahat dan tidur - TD : 130/90mmHg
S : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman - N : 84x/menit
O : Pasien tampak gelisah - RR :22x/menit
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
73
2. Gangguan 02 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan S : - Pasien mengatakan terdapat luka di bagian Sumiyati
intergritas kulit Desember intergritas kulit kaki kiri
berhubungan 2019 S : Pasien mengatakan tidak tahu penyebab luka O :- Tampak tedapat luka 16 cm
dengan 14.20 di bagian kaki kirinya - Tampak terdapat luka nanah
neuropati O : Tampak luka dibagian kaki kiri - Tampak kerusakan jaringan/lapisan kulit
perifer ditandai - TD : 130/90mmHg
dengan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
74
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
75
3. Defisit 02 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : - Pasien mengatakan kurang paham tentang Sumiyati
pengetahuan Desember menerima informasi masalah penyakit yang dihadapi sekarang
berhubungan 2019 S : Pasien mengatakan tidak mengerti dengan O : - Pasien tampak bingung
dengan 14.40 penyakit yang dideritanya - TD : 130/90mmHg
ketidaktahuan O : Pasien tampak bingung - N : 84x/menit
menemukan - RR :22x/menit
sumber 2. Menyediakan materi dan media pendidikan - S : 37.OºC
informasi 14.45 kesehatan A : Defisit pengetahuan belum teratasi
ditandai S : Pasien mengatakan kurang mengerti dengan P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 3
dengan kondisi diet/makanan yang harus dihindari 2.Sediakan materi dan media
klinis yang O : Pasien tampak bingung pendidikan kesehatan
baru dihadapi 3.Ajarkan perilaku hidup bersih dan
oleh klien 14.50 3. Menjelaskan faktor risiko yang dapat sehat
mempengaruhi kesehatan
S : Pasien mengatakan mengerti dan mau untuk
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
76
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
77
5. Ansietas 02 1. Mengidentifikasi penurunan tingkat energi S : - Pasien mengatakan cemas karena akan Sumiyati
berhubungan Desember ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala dipindahkan di ruang OK dan akan dilakukan
dengan 2019 lain yang menggangu kemapuan kognitif debridement
kekhawatiran 15.15 S : Pasien mengatakan cemas saat akan - Pasien mengatakn takut kakinya di
mengalami dipindahkan di ruang OK amputasi
kegagalan O : Pasien tampak takut O : - Pasien tampak gelisah
ditandai - Pasien tampak tegang
dengan 15.20 2. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa - Pasien tampak pucat
penyakit akut gangguan dengan pencahayaan dari suhu
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
78
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
79
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
80
F. Catatan perkembangan
Catatan perkembangan merupakan catatan lanjutan terhadap tindakan keperawatan yang belum terlaksana atau modifikasi
tindak lanjut dari tindakan sebelumnya. Catatan perkembangan yang penulis lakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 03 -04
Tabel 3.9
Catatan Perkembangan Tinjauan Kasus
Tanggal/ Tanda
No. Dx Catatan perkembangan
jam tangan
03 1 S: Sumiyati
Desember Nyeri akut - Pasien mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri
2019 - Pasien mengatakan skala nyeri 7 (0-10)
08.00 O:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
81
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
82
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
83
P : Lanjutkan intervensi no 4
4.Kolaborasi pemberian santagesik 3 x 1
I:
09.00 4.Mengkolaborasi pemberian analgesik jika perlu
S :- Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O :- Pasien tampak tenang
E:
S : - Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : - Pasien tampak membaik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di hentikan pasien pulang
R : Tidak ada
03 1 S:
Desember Gangguan - Pasien mengatakan terdapat luka di bagian kaki kiri
2019 intergritas kulit
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
84
08.00 O:
- Pasien tampak terdapat luka
- Tampak terdapat luka nanah
- TD : 130/90mmHg
- N : 84x/menit
- RR :22x/menit
- S : 37.OºC
A : Gangguan intergritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 4
2. lakukan perawatan luka dengan cairan Nacl 2 x 1 hari den jaringan balutan yang
mengangkat jaringan dan push atau menyerap cairan
4.Kolaborasi prosedur pemberian obat antibiotik topikal dan debridement
I:
2. Melakukan perawatan luka 2 x 1 hari dengan cairan Nacl dengan balutan yang mengangkat
jaringan nekrotik dan push atau menyerap cairan
S :- Pasien mengatakan bersedia
O :- Pasien tampak tenang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
85
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
86
I:
2.Melakukan perawatan luka 2 x 1 hari dengan cairan Nacl dan balutan yang mengangkat jaringan
nekrotik dan push atau menyerap cairan
S : - Pasien mengatakan bersedia melakukan perawatan luka dengan balutan dan dibersihkan
dengan cairan Nacl
O :- Pasien tampak tenang
E:
S :-Pasien mengatakan luka tampak kering
O : -Tidak terdapat nanah pada luka
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan, pasien pulang
R : Tidak ada
03 1
Desember Defisit S : - Pasien mengatakan kurang paham tentang penyakit yang di deritanya
2019 pengetahuan O : - Pasien tampak bingung
08.00 A : Defisit pengetahuan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 3
2.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
87
09.00 I:
2.Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
S : -Pasien tampak bersedia
10.00 O : -Pasie tampak mengerti
3.Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
S :- Pasien mengatakan bersedia
O :- Pasien tampak mengerti
E:
S :- Pasien mengatakan menanyakan tentang penyakit yang dideritanya
O :-Pasien tampak bingung
A : Defisit pengetahuan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R : Tidak ada
04 2
Desember Defisit S :- Pasien mengatakan sedikit mengerti tentang penyakit yang dideritanya
2019 Pengetahuan O :- Pasien tampak mengerti
08.00 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 3
3.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
88
09.00 I:
3.Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
S :- Pasien mengatakan bersedia
O :- Pasien tampak mengerti
E:
S :- Pasien mengatakan mengerti tentang penyakit yang dideritanya
O :- Pasien tampak mengerti
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien pulang
R : Tidak ada
03 1
Desember Ketidakstabilan S :- Pasien mengatakan kadar glukosa darah naik/turun terus
2019 kadar glukosa O :- Pasien tampak bingung
08.00 darah - Hasil gds 1 : 234
- Hasil gds 2 : 289
- Hasil gds 3 : 223
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
89
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
90
2019 kadar glukosa S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darahnya sudah mulai turun
08.00 darah O :-Hasil gds : 102
A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensino 4
09.00 4.Kolaborasi pemberian insulin
I:
4.Mengkolaborasi pemberian insulin
S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darah turun
O :-Hasil gds terakhir : 86
E:
S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darah turun
O :- Pasien tampang senang/lega
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien pulang
R : Tidak ada
03 1
Desember Ansietas
2019 S :- Pasien mengatakan cemas saat mau dipindahkan di ruang OK
08.00 O :- Pasien tampak takut
-Pasien tampak gelisah
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
91
I:
3.Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
S :-Pasien mengatakan cemas saat mau dipindahkan di ruang OK takut kakinya diamputasi
O :-Pasien tampak takut
E:
S :-Pasien mengatakan cemas bertambah saat dipindahkan di ruang OK
04 2 O :-Pasien tampak takut
Desember Ansietas A : Masalah belum teratasi
2019 P :Lanjutkan intervensi
08.00 R : Tidak ada
S : - Pasien mengatakan sudah sedikit tidak merasa cemas setelah tindakan debridement di ruang
OK
09.00 O :-Pasien tampak tenang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
92
E:
S: -Pasien mengatakan sudah merasa tidak cemas
O :-Pasien tampak tenang
03 1 A :Masalah teratasi
Desember Defisit nutrisi P : Hentikan intervens, pasien pulang
2019 R : Tidak ada
08.00
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
93
4.Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
S :-Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
O :-Porsi makan tidak habis
E:
S :-Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
O :-BB menurun : -BB sebelum sakit 65 KG
04
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
94
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
95
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
96
BAB IV
PEMBAHASAN
yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan ini penulis membaginya, dari proses
Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah
(Decroli E, 2008). Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai
bawah yang merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes mellitus bagian
kaki (Misnadiarly, 1997). Diabetic foot adalah jaringan nekrosis atau jaringan
mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada
disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak
merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri
dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses
95
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
97
jaringan karena anoksia (ulkus). Penyebab dari terjadinya diabetic foot dibagi
Penyembuhan luka : Derajat luka, Perawatan luka, Pengendalian kadar gula darah
dibagian luka kaki kiri nyeri dirasakan seperti segot-segot yang merupakan tanda
khas dari penyakit diabetic foot. Pasien juga memiliki faktor yang menjadi pemicu
timbulnya penyakit diabetic foot seperti neuropati sensorik, hal ini dapat
yang berperan paling penting yaitu kurang lebih 45-60% dari semua penderita
ulkus diabetik neuropati, di mana 45% nya merupakan gabungan dari neuropati
dan iskemik (Pramudito, 2014). Neuropati sensorik gangguan pada saraf yang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
98
umumnya terjadi gangguan pembuluh darah atau angiopati dan kelainan pada
komplikasi. sedangkan risiko seumur hidup untuk komplikasi ini adalah 15%
ulkus lebih sering terjadi pada pasien di asia dari anak benua india. Selain itu, 60-
80% dari ulkus akan sembuh, 10-15% akan tetap aktif, dan 5-24% akan berakhir
di amputasi dalam jangka waktu 6-18 bulan setelah evaluasi pertama dan 3,5-13%
pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan
(Waspadjil, 2009).
signifikan antara kasus Tn. M dengan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli. Hal ini dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri di bagian kaki kiri.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
99
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau
infeksi.
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, sejak onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
(tiga) bulan (SDKI, 2017). Penulis menegakkan diagnosa nyeri akut menjadi
diagnosa pertama adalah karena pada pasien ditemukan data subjektif pasien
mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri rasa nyeri yang menetap tidak menjalar,
pasien mengatakan nyeri timbul saat banyak bergerak atau pindah posisi, pasien
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
100
mengatakan keluhan nyeri dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
menghindari nyeri, pasien tampak sulit tidur, skala nyeri 7, tanda-tanda vital :
keperawatan nyeri akut menjadi diagnosa prioritas, hal ini karena data yang
dalam menegakkan diagnosa perlu adanya 80% data mayor agar diagnosa dapat
ditegakkan.
Nyeri akut dapat terjadi pada pasien diabetic foot ketika neuropati
menganggu aliran darah ke kaki oleh hal ini menyebabkan penderita dapat merasa
masalah keperawatan lain seperti akan terjadi infeksi pada pasien. Dalam kondisi
tersebut dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati. Ketika
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
101
epidermis) atau jaringan membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi dan/ atau ligamen. Adapun batasan karakteristik mayor
(SDKI, 2017).
subyektif pasien mengatakan terdapat luka di bagian kaki kiri dan terdapat nanah,
luka sudah 16 cm. Data obyektif didapatkan pasien tampak terdapat luka di bagian
kaki kiri, tampak terdapat perdarahan, tampak terdapat kemerahan, pasien tampak
terjadi pada pasien diabetic foot. Komplikasi yang sering terjadi adalah kerusakan
saraf, infeksi jamur, kapalan, ulserasi pada kaki, hammer toes (Sanverdi, 2012).
sumber informasi ditandai dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien.
yang berkaitan dengan topik tertentu. adapun batasan karakteristik mayor yaitu
karakteristik minor yaitu mengeluh menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, dan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
102
2017).
dihadapinya, pasien mengatakan tidak tahu makanan yang harus dipantang. Data
obyektif didapatkan pasien tampak bingung dan tampak tidak mengerti terkait
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien diabrtic foot meliputi arti penyakit
diabetic foot, penyebab diabetic foot, gejala yang sering menyertai dan pentingnya
teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta mengetahui bahaya yang
ditimbulkan jika tidak dilakukan atau dipatuhi (Pramestutie & Siviana, 2016).
Pengolalaan atau manajemen perawatan diri diabetic foot merupakan hal yang
sangat penting bagi individu dalam pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal
(Thutsaringkarnskul, 2012).
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
103
mengeluh lelah atau lesu, sedangkan batasan karakteristik minor yaitu kadar
subyektif pasien mengatakan bahwa saat dilakukan cek GDS, gula darah
pemeriksaan cek GDS, pasien merasa lelah. Data obyektif didapatkan kadar
glukosa dalam darah/urin tinggi, Tampak hasil gds 1 : 234, Hasil gds 2 : 289,
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak
gelisah, tampak tegang, sulit tidur. Sedangkan batasan karakteristik minor yaitu
tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
104
amputasi. Data obyektif didapatkan pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang,
pasien tampak sulit tidur, Muka tampak pucat. Hal ini terjadi pada pasien diabetic
berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, sedangkan batasan
abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah,
otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
penurunan berat barat, sebelum sakit berat badan 65 kg dan setelah sakit 55 kg,
Pasien mengatakan hanya makan setengah porsi saja. Data obyektif didapatkan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
105
penurunkan berat badan, sebelum sakit berat badan 65 kg dan setelah sakit 55 kg,
Analyse)
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih
baik dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter &
dengan tim medis lain serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang
intensitas nyeri
skala, dan time) hal ini karena pada penderita penyakit diabetic foot memiliki
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
106
gejala nyeri yang khas seperti nyeri di bagian luka kaki kiri sehingga perlu dikaji
lebih dalam dan rasa nyeri sendiri bersifat subjektif (Wijaya & Putri, 2013).
di bagian kaki kiri karena terjadi terganggunya aliran darah ke kaki, keadaan
dan tidur yang cukup dapat membantu menurunkan atau mengurangi rasa sakit.
Fungsi dan tujuan tidur tidak dapat diketahui secara pasti akan tetapi
emosional, selain itu juga istirahat dan tidur berfungsi sebagai regenerasi sel-sel
tubuh yang rusak menjadi baru, menambah konsentrasi dan kemampuan fisik,
(Guyton, 2009).
terhadap nyeri dan memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
107
mengurangi rasa nyeri. tanpa mengurangi kesadaran (Tjay & Rahardja, 2015).
nyeri atau membuatnya semakin parah. Ambang batas nyeri dapat ditoleransi
(Sherwood, 2012).
panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi
luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insentivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani maka akibatnya dapat terjadi
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah
putih memakan dan membunuh kuma berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg% karena kekurangan suplai oksigen bakteri-bakteri yang
akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
108
yang tinggi, sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya nutrisi dan
oksigen jaringan tidak cukup ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
balutan yang menghambat jaringan nekrotik dan push atau untuk menyerap cairan
dan push atau menyerap cairan. Pada pasien diabetik juga bisa menggunakan
balutan atau madu. Proses tujuan dari balutan madu adalah untuk mengangkat
jaringan nekrotik dan push dari proses pencucian luka bertujuan untuk membuang
jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan
sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman
untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka
nekrosis/ slough dan tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan aseptic
seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh
cairan dan push dan atau menghilangkan faktor penyebab, optimilisasi suasana
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
109
lingkungan luka dalam kondisi lembab, dukungan kondisi klien atau host (nutrisi,
control diabetes mellitus dan control faktor penyerta), meningkatkan edukasi klien
debridement
untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu
jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang diikuti dengan kemampuan
tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis atau slough yang menempel pada
dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi (Wijaya, 2013).
sumber informasi
memenuhi tujuan yang terkait dengan masalah kesehatan sehingga individu dapat
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
110
informasi kognitif yang berhubungan dengan topik tertentu yang memadai untuk
diabetic foot juga berpengaruh pada kepatuhan pasien. Pasien dengan tingkat
tentang diabetic foot akan patuh terhadap pantangan makanan seiring dengan
dilakukan tindakan pemeriksaan cek gds, dan pasien sudah terpasan infus Nacl 20
tpm.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
111
Hasil yang didapatkan : Hasil Gds 1 : 234, Gds 2 : 289, Gds 3 : 223, Gds
4 : 202
natruim serum dikarenakan penurunan perubahan aliran air dan elektrolit dari
yang diarahkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap terkontrol
serum normal, memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap anjura diet meliputi jenis dan jumlah
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
112
ini memerlukan perhatian dan penanganan serius dari tenaga kesehatan termasuk
perawat untuk menurunkan angka kejadian diabetic foot salah satunya adalah
tambahan pada pasien diabetic foot karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin
yang cukup, dimana pangkreas masih dapat memproduksi hormon insulin tetapi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan sel tubuh juga tidak merespon
makan, latihan jasmani, pengunaan obat-obatan baik oral maupun insulin. Terapi
insulin wajib diberikan pada penderita DM tipe I dan II, sekitar 40% nya juga
harus menjalani terapi insulin. Tes gula darah dapat secara efektif menentukan
jumlah insulin yan dibutuhkan setiap harinya. Menurut Ruslianti (2008) terapi
insulin yang dianjurkan adalah saat pagi hari sebelum sarapan, dua jam setelah
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
113
perasaan tidak nyaman yang belum jelas penyebabnya serta tidak didukung oleh
amino, laktat dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis
kemudian akan diikuti oleh peningkatan glukosa darah, tentu kondisi ini
merupakan kondisi yang tidak diharapkan pada pasien yang mengalami ulkus
perilaku dan sikap positif yang diberikan kepada individu yang sakit atau
tubuh, dapat menurunkan rasa cemas dan gangguan psikologis (Taylor, 2005).
terapi nonfarmakologis, latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
114
terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah,
tertentu untuk mengatur jumlah dan jenis asupan makanan dengan maksud untuk
dibutuhkan pasien.
diabetic foot dapat mencegah kondisi pasien semakin memburuk dan mencegah
timbulnya komplikasi.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
115
medis adalah pemberian diet melalui preskripsi diet yang dibuat oleh dokter yang
bukti terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan
merupakan standart dalam perawatan luka dan masih banyak di gunakan secara
luas dalam proses perawatan luka. Perawatan luka dengan menggunakan cairan
Nacl 0,9% dan madu banyak keuntungan yang didapat seperti lebih murah, mudah
digunakan dan dapat dipakai pada area yang sulit dijangkau serta tidak bersifat
toksik terhadap jaringan cairan Nacl 0,9% bersifat isotonis, yang artinya memiliki
sifat yang sama dengan cairan yang ada pada tubuh manusia. Cairan Nacl 0,9%
lebih dianjurkan sebagai cairan perawatan luka jika dibandingkan dengan cairan
lain seperti H2O2, povidone iodhine, rivanol dan cairan lainya yang bersifat
dimana perawatan luka sudah mulai menggunakan bahan modern. Produk bahan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
116
perawatan luka kronis salah satunya luka diabetes. Prinsip dari produk perawatan
luka modern adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembab
cairan jaringan dan kematian sel (De Laune, 1998 dalam Dewi, 2008).
diabetik. Sebagai contoh enzim katalase yang berfungsi sebagai antibakteria dan
kandungan air yang kurang dari 18% memungkinkan madu untuk menarik pus
(nanah) di sekitar area luka yang dioles dengan madu alami dengan penggunaan
bagi luka yang memiliki slough dan cairan yang banyak dilakukan dressing selang
sehari sebanyak 4 kali dalam satu minggu, sedangkan untuk luka yang memiliki
slough sedikit maka dilakukan dressing luka 3 hari sekali dalam seminggu
dilakukan 2 kali perawatan luka. Selama perawatan luka, luka dilakukan secara
steril, berhati-hati dalam membuang nekrosis atau jaringan mati setelah selesai
luka ditutup dengan menggunakan madu secara merata dan dibalut dengan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
117
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan dideskripsikan tentang simpulan dan saran dari
pengelolaan kasus pada Tn. M dengan Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD
Waled Cirebon.
A. Kesimpulan
Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon pada tanggal 29 Novemver 2019, penulis
november 2019 jam 08:00 WIB, di dapatkan hasil pasien mengeluh nyeri di kaki
bagian kiri. Kemudian keluarga pasien membawa pasien ke IGD RSUD Waled
1-2 bungkus perhari, sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit. pasien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular atau keturunan seperti hipertensi,
TBC, liver, jantung dan gagal ginjal, akan tetapi pasien mempunyai penyakit
keturunan diabetes mellitus. Pasien merupakan seorang ayah dari 2 anak dan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
116
118
dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, ketidakstabilan kadar
kegagalan ditandai dengan penyakit akut dan defisit nutrisi berhubungan dengan
dan kondisi pasien pada saat penulis melakukan pengkajian, serta kemampuan
keperawatan yang muncul, baru 2 (dua) diagnosa yang teratasi sebagian yaitu
diabetes mellitus. Dan 4 (empat) diagnosa sudah teratasi yaitu defisit pengetahuan
dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, ketidakstabilan kadar
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
119
pemberian cairan Nacl 0,9% dan madu dengan balutan untuk mengangkat jaringan
B. Saran
Hasil asuhan keperawatan pada karya ilmiah ini diharapkan untuk profesi
untuk menjaga pola makan dan batasi konsumsi glukosa agar dapat mencegah
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin (diabetic foot)
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
120
sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih tepat, baik dan
spesifik.
Hasil asuhan keperawatan pada karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
keperawatan pada pasien dengan Diabetic foot sehingga dapat lebih ditingkatkan
melakukan pengkajian dan berpikir kritis dalam menilai kesenjangan antara teori
dengan kasus.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
121
DAFTAR PUSTAKA
Bilous & Donelly. (2014). Diabetes : tips pencegahan preventif dan penanganan.
Yogyakarta: Venus.
Brunner & Suddarth. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed 8).
Volume 2. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan medikal bedah (Ed 12). Jakarta: EGC.
Decroli, E & Karmi, J. (2008). Profil ulkus diabetik pada penderita rawat inap di
bagian penyakit dalam RSUP Dr.M. Djamil Padang. Volume: 58 nomor
1.
Guyton, A.C & Hall, J.E. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran (Ed 9). Jakarta:
EGC.
Lemone, P., Burke, M. K., & Bauldoff, G. (2016). Buku ajar keperawatan
medikal bedah gangguan endokrin (Ed 5). Volume 2. Jakarta : EGC.
Nair, M. & Peate, I. (2018). At a glance patofisiologi for nurser at a glance : alih
bahasa indonesia. Jakarta : Erlangga.
Nather. (2016). Diabetes distres: how diabetes and mental health go hand-in-han.
http://onedrop.today/blog/2016/12/11/diabetes-distres-mental.health-
go.hand-in-hand. Diakses hari senin, tanggal 20 april, jam: 11:53 Wib.
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
122
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses dan praktik edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC.
Rahmawati. (2017). Journal Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar
Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD
Wahidin Sudiro Husodo Makasar. http://Journal.unhas.ac.id/index.php/
mgml/article/viewvile/420/362.
Rendi, M.C & Margareth, T.H. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah
penyakit dalam. Yogyakarta: Medical Book.
http://www.academia.edu/36634988/
LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETIC_FOOT.
http://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-
manis/diabetic-foot-luka-kaki-diabetes/amp/
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
123
LAMPIRAN
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
124
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
125
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
126
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
127
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
128
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
129
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
130
Healing Dan Terapi Komplementer Nacl 0,9% dan Madu Asli Terhadap
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
131
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
132
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
133
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
134
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
135
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
136
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
137
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
138
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
139
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020