Anda di halaman 1dari 155

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M (66 TAHUN) DENGAN


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN: DIABETIC FOOT
DI RUANG SERUNI RSUD WALED
CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Elektif pada


Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Oleh :
SUMIYATI, S.Kep
NIM. R.19.04.13.032

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JUNI 2020

1
2

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Karya Tulis ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Sumiyati

NIM : R.19.04.13.032

Tanggal : Maret 2020

Tanda Tangan :
Materai
Rp. 6000

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
ii
3

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Sumiyati

NIM : R.19.04.13.032

Program Studi : Profesi Ners

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. M (66 Tahun) Dengan

Gangguan Sistem Endokrin: Diabetic Foot Di Ruang Seruni

RSUD Waled Cirebon.

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan siap untuk dipertahankan
di depan penguji

Indramayu, Mei 2020

Pembimbing Akademik

Novi Dwi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 043 213 158

iii
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
4

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Sumiyati

NIM : R.19.04.13.032

Program Studi : Program Profesi Ners

Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa, diuji dan disahkan oleh penguji guna

memenuhi tugas mata kuliah Elektif pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Indramayu, Juni 2020

Pembimbing : Novi Dwi Irmawati , S.Kep., Ns., M.Kep ………………

Penguji : Wayunah, S.Kp., M.Kep .………………

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Wayunah, S.Kp., M.Kep.


NIP 19760307 200501 2 001

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iv
Nama : Sumiyati

Tempat / Tanggal Lahir : Indramayu, 25 Desember 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karangsong, Blok Kalencawang RT/RW

05/01 Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Indramayu 45219

Pendidikan :

1. Mahasiswa Profesi Ners : Tahun 2019 – Sekarang

2. Sarjana Keperawatan : Lulus Tahun 2019

3. SMK Widya Utama : Lulus Tahun 2015

4. SMP Negri 2 Indramayu : Lulus Tahun 2012

5. SDN Pabean Udik 3 : Lulus Tahun 2009

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
v
6

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
KARYA TULIS ILMIAH, MEI 2020

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM ENDOKRIN: DIABETIC FOOT DI RUANG
SERUNI RSUD WALED CIREBON

SUMIYATI

xv + 118 Halaman + 13 Tabel + 1 Bagan + Gambar 8

Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes mellitus bagian kaki. Penyebab
diabetic foot adalah neuropati, buruknya sirkulasi dan menurunya resistensi
terhadap infeksi Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien diabetic foot di RSUD Waled Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah data
dikumpulkan dengan cara wawancara kepada pasien dan keluarga pasien serta
melakukan observasi kepada pasien.
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ilmiah ini adalah diagnosa
yang didapatkan dari hasil pengkajian sebanyak enam diagnosa, diantaranya yaitu
nyeri akut, defisit nutrisi, ketidakstabilan glukosa darah, gangguan intergritas
kulit, defisit pengetahuan, ansietas. Perencanaan intervensi disesuaikan dengan
diagnosa prioritas dan implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan
keperawatan. Hasil evaluasi yang didapatkan dari keenam diagnosa keperawatan
yaitu teratasi semua.

Kata Kunci : Asuhan keperawatan, Diabetic foot.


Jumlah Kata : 131 kata
Kepustakaan : 21 (2002-2018)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
vi
7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang

telah memberikan karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan KTI

dengan judul“Asuhan Keperawatan pada Tn. M (66 tahun) dengan Gangguan

Sistem Endokrin: Diabetic Foot Di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon”

yang merpakan persyaratan untuk mencapai gelar Profesi Ners pada Program

Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang

telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan KTI ini, khususnya kepada:

1. Drs. H. Turmin, B.Sc., Selaku Ketua Pengurus Yayasan Indra

Husada Indramayu yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

kuliah di STIKes Indramayu.

2. Heri Sugiarto, S.KM., M.Kes., Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Indramayu, yang telah memberikan motivasi kepada kami.

3. Wayunah, S.Kp., M.Kep., Selaku Ketua Program Profesi Ners

STIKes Indramayu dan selaku penguji 1 penulis yang telah memberikan motivasi

kepada penulis untuk menyusun KTI.

4. Ibu Novi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing

Akademik yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis

selama menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI).

5. Direktur RSUD Waled, yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk menyelesaikan studi kasus.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
vii
8

6. Seluruh dosen beserta seluruh staf karyawan Program Studi Profesi

Ners STIKes Indramayu atas pembekalan ilmu dan bimbingan sangat berguna.

7. Perawat – perawat di Ruang Seruni RSUD Waled yang telah

bersedia memberikan informasi dan bekerjasama dalam proses penyusunan karya

tulis ilmiah.

8. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas curahan kasih sayang,

doa dan dukungan baik secara moril dan materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan KTI.

9. Teman – teman seperjuangan di Program Profesi Ners STIKes

Indramayu angkatan XII, yang senantiasa saling memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis.

10. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam proses

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan segala rahmat dan karunia-

Nya. Atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Indramayu, Juni 2020

Penulis

viii
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
9

DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. v

ABSTRAK.................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL...................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penulis ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Ulkus diabetic foot.............................................................. 8


1. Pengertian Ulkus diabetic foot................................................. 8
2. Klasifikasi ................................................................................ 9
3. Etiologi...................................................................................... 13
4. Manifestasi Klinis..................................................................... 14
5. Patofisiologi.............................................................................. 14
6. Pathway..................................................................................... 17

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
ix
10

7. Epidemiologi............................................................................. 18
8. Komplikasi................................................................................ 21
9. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 22
10. Penatalaksanaan Medis............................................................. 24
11. Konsep Asuhan Keperawatan................................................... 28
B. Konsep Diabetes Melitus................................................................. 38
1. Pengertian Diabetes Melitus..................................................... 38
2. Klasifikasi Diabetes Melitus..................................................... 38
3. Etiologi...................................................................................... 39
4. Manifestasi Klinis..................................................................... 41
5. Patofisiologi.............................................................................. 41
6. Komplikasi................................................................................ 43
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 45
8. Penatalaksanaan ....................................................................... 46
9. Pengkajian Keperawatan.......................................................... 48
10. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 50

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 51
B. Analisa Data..................................................................................... 50
C. Rumusan Diagnosa Keperawayan Berdasarkan Prioritas................ 64
D. Rencana Keperawatan...................................................................... 66
E. Implementasi Keperawatan.............................................................. 72
F. Catatan perkembangan..................................................................... 79

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Penyakit (Disease Analyse)................................................ 95


B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)........ 98
C. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation
Analyse)............................................................................................ 104
D. Evidence Based Prtactice................................................................. 104

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 116
B. Saran................................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
x
11

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Wagner (2012) .......................................... 10

Tabel 2.2 Jumlah Penderita Diabetes Usia 20-79 tahun di Sepuluh

Negara Besar tahun 2010 dan tahun 2030................................... 18

Tabel 2.3 Analisa data masalah keperawatan diabetic foot......................... 31

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan diabetic foot........................................... 35

Tabel 3.1 Pemeriksaan Hematologi dan Kimia........................................... 56

Tabel 3.2 Pemeriksaan Hematologi dan Kimia........................................... 57

Tabel 3.3 Pemeriksaan Hematologi dan Kimia........................................... 57

Tabel 3.4 Pemeriksaan Hematologi dan Kimia........................................... 57

Tabel 3.5 Terapi Medis................................................................................ 58

Tabel 3.6 Analisa Data................................................................................. 60

Tabel 3.7 Rencana Keperawatan Tinjauan Kasus........................................ 66

Tabel 3.8 Implementasi Keperawatan Tinjauan Kasus................................ 72

Tabel 3.9 Catatan Perkembangan Tinjauan Kasus....................................... 80

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xi
12

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway....................................................................................... 17

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xii
13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Ulkus Kaki Diabetikum Wagner-Meggit ............. 9

Gambar 2.2 Kaki yang normal..................................................................... 10

Gambar 2.3 Kaki dengan risiko tinggi......................................................... 11

Gambar 2.4 Kaki dengan luka terbuka......................................................... 11

Gambar 2.5 Kaki dengan luka terinfeksi..................................................... 11

Gambar 2.6 Kaki dengan luka disertai jaringan nekrosis............................ 12

Gambar 2.7 Kaki yang tidak terselamatkan................................................. 12

Gambar 3.1 Foto Luka Diabetic foot.......................................................... 59

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xiii
14

DAFTAR SINGKATAN

ABI : Ankle Brachial Index

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

CDCP : Centres For Disease Control and Prevention

CRT : Capiler Refil Time

DM : Diabetes Mellitus

GCS : Glasglow Coma Scale

GDS : Gula Darah Sewaktu

IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus

IDF : Internasional Diabetes Mellitus

KAD : Ketoasidosis

LEA : Lower Leg Amputation

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes mellitus

OHO : Obat-Obat Hipoglikemik

O2 : Oksigen

PZI : Protamme Zinc Insulin

RR : Respiration Rate

RSUD : Rumah Sakit Daerah Indramayu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xiv
15

SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

TB : Tinggi Badan

TD : Tekanan Darah

WHO : World Health Organization

xv
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jurnal Efektifitas Pengobatan Terhadap Penyembuhan Luka Infeksi

Kaki Diabetik (IKD)

Lampiran 2 : Jurnal Perbandingan Efektifitas Perawatan Luka Modern Moist

Wound Healing Dan Terapi Komplementer Nacl 0,9% dan Madu

Asli Terhadap Penyembuhan Luka Kaki Diabetik

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

defisiensi atau berkurangnya efektivitas insulin yang ditandai dengan peningkatan

kadar gula darah atau disebut hiperglikemia. DM dibagi menjadi dua yaitu, DM

tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena kerusakan sel beta pankreas, sehingga

menyebabkan defisiensi insulin, sedangkan DM tipe 2 terjadi karena resistensi

insulin. DM tipe 2 umumnya terjadi pada orang yang berusia 30 tahun, namun

belakangan pada anak-anak dan remaja juga banyak yang mengalami penyakit ini

(Nair & Peate, 2018).

Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol menyebabkan

respon imunya menurun. Akibatnya penderita rentan terhadap infeksi yang

beresiko tinggi mengalami masalah kerusakan intergritas jaringan pada penderita

diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau kaki diabetes ( diabetic

foot ). Diabetic foot merupakan infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat

dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada

tungkai bawah (Decroli, 2008). Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan

pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Diabetes juga

menjadi penyebab amputasi kaki paling sering diluar kecelakaan. Penanganan dan

perawatan luka kaki diabetes ( diabetic foot ) dengan tepat diharapkan dapat

1
2

menekan serendah-rendahnya dampak negatif yang ditimbulkan dan

mengantisipasi terjadinya amputasi (Nurhayati & Adriani, 2017).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) edisi ke-8

menyebutkan bahwa pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 425 juta di dunia

hidup dengan diabetes. Jumlah tersebut diprediksi akan meningkat menjadi 629

juta pada tahun 2045. Data penderita DM di Asia Tenggara didapatkan sebanyak

82 juta, sedangkan data penderita DM di Indonesia sebanyak 10.276,1. Data

kematian penderita DM di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 114.069, dimana

dari jumlah tersebut terjadi pada usia 20-79 tahun. Berdasarkan data tersebut

penderita DM tipe 2 sebanyak 90% dari jumlah seluruh penderita DM di dunia.

Umumnya, penyakit ini disebabkan oleh kelebihan berat badan (obesitas),

kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, merokok, dan konsumsi

alkohol, gaya hidup yang kurang baik, serta kebiasaan konsumsi makanan tinggi

karbohidrat, jika tidak ditangani dengan baik tentu saja angka kejadian komplikasi

kronik DM juga akan meningkat, salah satu komplikasi DM yang dapat

menimbulkan masalah besar adalah ulkus diabetik (IDF, 2017).

Prevelensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat sebesar 15-20%,

risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM.

Sedangkan prevelensi penderita ulkus diabetik di indonesia sekitar 15%, angka

amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan sebab

perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus

(Marizka, 2014).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
3

Menurut penelitian Infodatin (2014), jumlah presentase komplikasi

akibat diabetes mellitus di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) pada

tahun 2011 menunjukan komplikasi terbanyak adalah neuropati yang dialami oleh

54% dan ulkus kaki sebanyak 8,7%. DM tipe 2 mengakibatkan komplikasi

jaringan, terutama komplikasi mikrovaskular (retinopati, nefropati, dan neuropati)

dan penyakit makrovaskular (aterosklerosis). Pada berbagai usia dengan tekanan

darah yang bervariasi sehingga dapat terjadi tiga hingga lima kali lipat lebih tinggi

pada pasien diabetes dibandingkan dengan bukan penderita diabetes. Penyakit ini

dapat mengenai semua gender, baik pria maupun wanita (Bilous & Donelly,

2014).

Menurut Fitria (2009) menyebutkan bahwa penderita diabetes yang

kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi pada tubuh. Kadar gula darah yang

tinggi secara terus-menerus akan berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf, dan

struktur internal lainya. Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding

pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami

kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang terutama yang

akan menuju ke kulit dan saraf. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih

sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat merasakan perubahan

tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga dapat

menyebabkan ulkus (borok) yang akan berakibat rusaknya intergritas jaringan

akibat infeksi dan proses penyembuhan luka berjalan lambat.

Upaya penangan luka kaki diabetes ( diabetic foot ) adalah pencegahan

terhadap terjadinya infeksi dengan perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
4

dari 3 komponen utama yaitu debridement, penurangan beban tekanan pada kaki

dan penangan infeksi selain itu pemberian edukasi terhadap klien juga sangat

penting. Dalam hal ini peran perawat meliputi edukasi kepada pasien tentang

perawatan kaki, konseling nutrisi, menejemen berat badan, perawatan kulit, kuku

maupun perawatan luka di kaki dan penggunaan alas kaki yang dapat melindungi

manajemen hiperglikemia dan hipoglikemia. Perawatan luka diabetes meliputi

mencuci luka, debridement, terapi antibiotik, konseling keluarga tentang nutrisi

dan pemilihan jenis balutan (Rahmawati, 2017).

Berdasarkan kasus yang di dapat diruang seruni seorang laki-laki Tn. M

berumur 66 tahun dengan gangguan diabetic foot dengan keluhan nyeri di kaki

bagian kiri, kesadaran compos mentis, akral hangat, pasien terpasang infus (Nacl

0,9%) 20 TPM, TD ; 130/90 mmHg, N : 84x/menit, RR : 22x/menit S : 37,0ºC,

dan hasil GDS tinggi yaitu 284mg/dl normalnya (80-135mg/dl), trombosit tinggi

yaitu 428mm^3 normalnya (150-400mm^3), kreatinin tinggi yaitu 1.45mg/dl

normalnya (0,62-1,1mg/dl) pemeriksaan radiologi thorak PA/ekstermitas, dari

hasil EKG normal sinus Rhythm nonspecific ST and T wave abnormaly abnormal

ECG.

Berdasarkan alasan diatas penulis tertarik untuk menggambil judul dalam

karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M (66 Tahun) dengan

Gangguan Sistem Endokrin: Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD Waled

Cirebon”.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
5

B. Rumusan Masalah

Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi diabetes mellitus (DM).

Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang

berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah

yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan

diagnosis penyakit ini membutuhkan penanganan yang tepat untuk mencegah

amputasi dan menjaga kualitas hidup penderita.

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah

ini adalah belum diketahuinya pola asuhan keperawatan pada Tn. M dengan

diabetic foot sehingga pertanyaan karya tulis ilmiah adalah bagaimana asuhan

keperawatan pada Tn. M dengan gangguan sistem endokrin: diabetic foot di

Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon”.

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah

mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Diabetic foot di

Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam karya tulis ini diharapkan mampu :

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. M dengan Diabetic

foot di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
6

b. Mampu menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan yang

terjadi pada pasien Tn. M berdasarkan data-data yang diperoleh.

c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Tn. M

dengan diabetic foot di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditetapkan.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilakukan pada pasien Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.

f. Mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien

dengan diabetic foot di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.

g. Mampu mengidentifikasi Evidence Bases Pratactice (EBP) untuk

penanganan kasus pada pasien dengan Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD

Waled Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pelayanan dan Masyarakat

Hasil penulisan ini dapat memberikan gambaran asuhan keperawatan

dengan Diabetic foot, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih spesifik,

intervensi keperawatan yang optimal sehingga dapat meningkatkan informasi

pengetahuan.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
7

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dan

sumber informasi bagi mahasiswa yang ingin menyusun karya tulis ilmiah lanjut

tentang asuhan keperawatan dengan Diabetic foot.

3. Ilmu Keperawatan

Semoga dari hasil penulisan ini dapat menjadi pedoman bagi ilmu

keperawatan dan dapat diterapkan dalam praktik keperawatan secara baik atau

kolaborasi bersama bidang kesehatan lain, khususnya mengenai asuhan

keperawatan dengan Diabetic foot. di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon.

4. Bagi Penulis

Semoga dari penulisan ini dapat melatih untuk mengembangkan

keterampilan membaca yang efektif, melatih untuk menggabungkan hasil bacaan

dari berbagai sumber, dapat mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan,

meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis,

memperoleh kepuasan intelektual, memperluas cakrawala ilmu pengetahuan dan

sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Ulkus diabetic foot

1. Pengertian Ulkus diabetic foot

Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi diabetes mellitus (DM).

Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang

berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah

(Decroli E, 2008). Tiga faktor penyebab utama masalah diabetic foot adalah

neuropati, buruknya sirkulasi dan menurunya resistensi terhadap infeksi

(Maryunani, 2013). Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai

bawah yang merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes mellitus bagian

kaki (Misnadiarly, 1997). Diabetic foot adalah jaringan nekrosis atau jaringan

mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada

bagian tubuh sehingga suplai darah berhenti (Andyagreeni, 2010).

Kesimpulanya adalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi

yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini

terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu

panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
8
9

2. Klasifikasi

Gambar 2.1 Klasifikasi Ulkus Kaki Diabetikum Wagner-Meggit

(Sumber: Nather, 2016)

Klasifikasi Wagner-Meggit menjadi sistem penilaian yang paling banyak

digunakan secara universal untuk lesi pada ulkus kaki diabetikum. Sistem

penilaian lesi ini memiliki enam kelas penilaian. Empat kelas pertama (Kelas

0,1,2, dan 3) didasarkan kedalaman pada fisik lesi dan jaringan lunak kaki. Dua

nilai terakhir (kelas 4 dan 5) didasarkan tingkat gangren dan perfusi yang hilang.

Kelas 4 mengacu pada gangren kaki parsial dan kelas 5 mengacu pada gangren

keseluruhan. Luka superfisial yang terinfeksi atau disvaskular tidak dapat

diklasifikasikan oleh sistem ini. Klasifikasi ini terbatas untuk identifikasi serta

menggambarkan penyakit vaskular sebagai faktor risiko independen. (Jain, 2012).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
10

Tabel 2.1

Klasifikasi Menurut Wagner (2012) yaitu :

Derajat Lesi Penanganan


Grade 0 Tidak terdapat ulkus kaki Pencegahan
risiko tinggi
Grade 1 Ulkus superfisial Kontrol gula darah dan
melibatkan seluruh pemberian antibiotik
lapisan kulit tanpa
menyebar ke jaringan
Grade 2 Ulkus dalam, menyebar Kontrol gula darah,
hingga mencapai Debridement, dan
ligament serta otot, pemberian antibiotik
namun tidak terdapat
keterlibatan dengan
tulang dan pembentukan
abses
Grade 3 Ulkus dalam dengan Debridement dan
pembentukan abses atau amputasi kecil
selulitis sering disertai
osteomyelitis
Grade 4 Gangren pada satu lokasi Debridement dan
kaki amputasi luas
Grade 5 Gangren meluas hingga Amputasi dibawah lutut
melibatkan seluruh kaki

(Muhartono et.al., 2017)

a. Stage 0 : Normal foot

Gambar 2.2 Kaki yang normal

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
11

b. Stage 1 : High risk foot

Gambar 2.3 Kaki dengan risiko tinggi

c. Stage 2 : Ulcerated foot

Gambar 2.4 Kaki dengan luka terbuka

d. Stage 3 : Infected foot

Gambar 2.5 Kaki dengan luka terinfeksi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
12

e. Stage 4 : Necrotic foot

Gambar 2.6 Kaki dengan luka disertai jaringan nekrosis

f. Stage 5 : Unsalvable foot

Gambar 2.7 Kaki yang tidak terselamatkan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
13

3. Etiologi

Etiologi ulkus diabetik termasuk neuropati, penyakit pembuluh darah

(vasukolapati, tekanan dan deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang

berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik (Singh et al., 2013). Secara umum

faktor-faktor tersebut dibagi menjadi :

a. Faktor Presdiposisi

1) Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma

seperti kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan

neuropati otonom.

2) Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti

neuropati motorik, neuropati sensorik, dan komplikasi DM yang lain seperti (Mata

kabur).

3) Neuropati sensorik pada kaki bisa menyebabkan terjadinya trauma

yang tidak disadari. Neuropati motorik juga menyebabkan otot intrinsik lemah

untuk menampung berat badan seseorang dan seterusnya terjadilah trauma

b. Faktor Presipitasi

1) Perlukaan dikulit (jamur)

2) Trauma

3) Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.

c. Faktor yang memperlambat Penyembuhan luka

1) Derajat luka

2) Perawatan luka

3) Pengendalian kadar gula darah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
14

4. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddarth (2005) Kaki diabetes (diabetic foot) akibat

mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah

akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba

pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki.

Proses mikroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Sedangkan

secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 4 P yaitu :

a. Pain (Nyeri)

b. Paleness (kepucatan)

c. Parethesia (parestesia dan kesemutan)

d. Paralysis (lumpuh)

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis :

a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat

d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)

5. Patofisiologi

Terjadinya masalah pada kaki diawali hiperglikemia pada penyandang

DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat

sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang

sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
15

dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik

dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun

jaringan lain, akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang

baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/

ganggren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan

amputasi.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,

metabolik, dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)

ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme

karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat

menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),

akibatnya terjadi gangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil yang

mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan

oksigenasasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah

kaki.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insentivitas atau hilangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita

neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan

yang tidak disadari akibat adanya insentivitas. Apabila cedera kecil ini tidak

ditangani maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan

bahkan amputasi.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
16

Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita

diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan keampuan sel darah

putih memakan dan membunuh kuma berkurang pada kondisi kadar gula darah

(KGD) diatas 200 mg% karena kekurangan suplai oksigen bakteri-bakteri yang

akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah

penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (vikositas)

yang tinggi, sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya nutrisi dan

oksigen jaringan tidak cukup ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman

anaerob berkembang biak (Wijaya, 2013).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
17

DM TIPE 1 DM TIPE 2

6. Pathway
Reaksi autoimun
7. Indiopatik, usia,
genetic dll

Sel beta pangkreas hancur Jumlah sel beta pangkreas


menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia
Ketidakstabila
n kadar
glukosa darah Defisit Glukosuria
Pengetahuan Angiopati
Diabetik Sel tidak
mendapatkan
Pembentukan Deuresis osmotik asupan
Glukosuria glikogen menurun Makro angiopati makanan
Produksi energy
Dehidrasi menurun

Sintesis protein Terganggunua aliran


Deuresis osmotik menurun darah ke kaki Konversi asam
Hemokonsentras amino dalam hati
i
Kerusakan Penurunan
Poliuri Arteroskleros asupan& O2 Polifagia
antibodi
is
Antibodi Trauma Glukosa hanya
Kekurangan Makrovaskul sampai ke pembuluh
menurun
cairan elektrolit er darah
Luka sulit
Ekstremitas
Resiko Infeksi sembuh
Berat badan
Ketidakseimbangan
menurun
cairan kurang dari
kebutuhan tubuh Viskositas darah Kaki diabetik Iskenik
meningkat Defisit nutrisi
Diskontinuitas Polineuropati
Aliran darah jaringan diabetik
Ulkus
lambat
Ketidakseimbangan Kelemahan Infeksi
perfusi jaringan Nyeri Akut
& atropi otot
perifer Iskemik
jaringan Gangren
Kekauan gerak Kerusakan
sendi integritas kulit Amputasi
Bagan 2.1 Pathway
Ansietas
Gangguan
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
mobilitas fisik
18

7. Epidemiologi

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis metabolik yang paling

umum dijumpai di seluruh dunia dengan prevalensi yang cenderung meningkat,

oleh karena perubahan gaya hidup, kurangnya aktifitas fisik, dan obesitas.

Amerika Serikat mencatat pada tahun 2013 didapatkan hampir 2,9 juta penduduk

menderita diabetes melitus. Di Inggris tercatat jumlah penderita diabetes melitus

meningkat 53% dari tahun 2006 sampai tahun 2013, yaitu dari 1,9 juta penderita

menjadi 2,9 juta orang. Masa harapan hidup (life expectancy) penderita diabetes

memendek sampai dengan 15 tahun dan 75% meninggal akibat dari komplikasi

miksovaskular (NICE Guidelines, 2015). Organisasi kesehatan dunia (World

Health Organization/WHO) memperkirakan pada tahun 2000, jumlah total

populasi penderita diabetes tipe 1 dan 2 mencapai 3% dari total jumlah populasi

penduduk di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian dari Zubair et al didapatkan

bahwa sepuluh Negara besar berikut memiliki prevalensi DM dan jumlah

penderita DM usia 29-70 tahun yang ditunjukkan pada tabel 2.2:

Tabel 2.2
Jumlah Penderita Diabetes Usia 20-79 tahun di Sepuluh Negara Besar tahun
2010 dan tahun 2030
2010 2030
Juml.
No Juml. Penderita
Negara Negara Penderita DM
DM (juta)
(juta)
1 India 50,8 India 87,0
2 China 43, China 62,6
3 USA 26,8 USA 36,0
4 Russian 9,6 Russian 13,8
5 Brazil 7,6 Brazil 12,7
6 Germany 7,5 Germany 12,0
7 Pakistan 7,1 Pakistan 11,9

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
19

8 Japan 7,1 Japan 10,4


9 Indonesia 7,0 Indonesia 10,3
10 Mexico 6,8 Mexico 8,6

Dikutip dari: Zubair, M., Malik, A., Ahmad, J., 2015. Diabetic Foot

Ulcer: A review. American Journal of Internal Medicine 3(2): 28-49, Feb,2015.

Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara yang memiliki prevalensi

penyakit diabetes melitus yang tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke

tahun. Pada tahun 1983 prevalensi DM di Indonesia mencapai 1,63% yang terus

meningkat menjadi 5,7% pada tahun 2007, dan diperkirakan menjadi 6,0% pada

tahun 2030 (Yusuf et al., 2016).

Pada populasi penderita diabetes diperkirakan sebanyak 15% akan

mengalami komplikasi berupa ulkus kaki diabetik (Zubair et al., 2015). UKD

merupakan penyebab tersering pasien mendapat perawatan di rumah sakit dan

meningkatkan kejadian amputasi non traumatik. Prevalensinya sekitar 4-10% di

antara populasi penderita diabetes melitus, dengan insiden mengalami ulkus

selama masa hidup penderitanya mencapai 25% (Pemayun et al., 2015) Di

Amerika Serikat prevalensi ulkus diabetik adalah sebesar 11,6% pada tahun 2003

seperti dilaporkan oleh Centres For Disease Control and Prevention (CDCP).

Pada tahun yang sama prevalensinya di Inggris juga tinggi yaitu mencapai 7,4%

(Zubair et al, 2015). Di Indonesia sendiri prevalensi ulkus diabetik mencapai

24%, setelah komplikasi lain berupa neuropati dan mikrovaskular (Yusuf et al.,

2016).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
20

Ulkus kaki diabetik yang kronis dan sulit disembuhkan menjadi

penyebab tersering dilakukannya non traumatik amputasi (lower leg amputation/

LEA) pada penderita diabetes melitus, yaitu mencapai 82%. Adanya infeksi pada

ulkus ditambah dengan gangguan aliran darah ke bagian distal ekstremitas

menyebabkan ulkus menjadi resisten terhadap terapi konvensional dan

meningkatkan resiko penderita diabetes mengalami amputasi kaki. Penelitian di

Pakistan melaporkan kejadian amputasi kaki meningkat pada ulkus diabetik

derajat berat (Wagner grade ≥3) Data penelitian kohort di Turki juga

menyebutkan bahwa derajat keparahan ulkus diabetik menjadi faktor prediktor

kuat terjadinya amputasi kaki. Penelitian observasional terhadap 94 penderita

diabetes di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.

Menemukan bahwa kejadian amputasi ekstremitas bawah meningkat

pada ulkus diabetik Wagner derajat 3 sebanyak 15,9% dan Wagner derajat 4

sebanyak 31,9% (Pemayun et al., 2015). Prevalensi ulkus diabetik yang tinggi

juga ditunjukkan oleh data penelitian observasional cross sectional study di RSUP

Sanglah Denpasar , dimana didapatkan dari 32 penderita diabetes yang menjadi

subyek penelitian sebanyak 12% mengalami komplikasi ulkus diabetik Wagner

derajat 4 (Dwikayana et al., 2016). Data lainnya juga menunjukkan tingginya

tingkat pembedahan (debridement) pada 256 penderita ulkus kaki diabetik tahun

2014, dimana 92 orang atau sebanyak 35,9% mengalami amputasi ektresmitas

bawah (Semadi, 2016).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
21

8. Komplikasi

a. Infeksi jamur yang biasa menyerang kaki penderita diabetes adalah

yang berjenis candida albicans tanda dari infeksi jamur ini adalah gatal-gatal dan

bercak-bercak kemerahan pada permukaan kulit, selain itu menyebabkan kulit

pecah-pecah pada bagian kuku, akan terjadi perubahan warna menjadi kecoklatan

yang pekat atau memicu pecah kuku.

b. Kerusakan saraf adalah jenis kerusakan saraf yang terjadi akibat

komplikasi diabetes mellitus kadar gula darah tinggi dapat yang merusak saraf-

saraf yang ada di tubuhlah yang jadi penyebab komplikasi diabetes mellitus ini

menyerang saraf tangan dan kaki. Gejala kerusakan saraf akibat komplikasi

diabetes mellitus awalnya mungkin terasa ringan, namun seiring intens bahkan

bisa menyebar sampai ke area kaki atas atau lengan. Ketika digunakan untuk

beraktivitas seperti berjalan biasanya kaki akan terasa nyeri.

c. Kapalan adalah bentuk gangguan diabetic foot yang menimbulkan

penumpukan kulit hingga akhirnya mengeras. Gangguan ini biasanya muncul

disekitar tumit atau telapak kaki. Proses penumpukan kulit akan lebih cepat terjadi

pada individu yang mengalami diabetes sehingga kapalan akan terbentuk. Kapalan

pada penderita diabetes biasanya dipicu oleh alas kaki yang tidak cocok dengan

bentuk kaki yang berubah karena hammertoes.

d. Ulserasi pada kaki adalah bentuk luka terbuka pada kaki akibat

diabetic foot yang memakan waktu sangat lama sampai tertutup kembali. Borok

dapat menjadi gerbang bagi kuman dari luar yang kemudian menginfeksi kaki

apabila tidak ditangani sedini mungkin.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
22

e. Hammertoes adalah masalah yang menyebabkan jari-jemari kaki

tampak menekuk ke bawah kondisi ini terjadi karena otot yang melemah dan

tendon jaringan yang menghubungkan otot ke tulang menjadi lebih pendek. Hal

ini serupa juga dapat terjadi pada ibu jari kaki yang melengkung ke arah jari kaki

kedua yang dikenal dengan bunion. Gangguan diabteic foot ini menyebabkan

penderita diabetes dapat mengalami kesulitan berjalan dan menimbulkan rasa

nyeri.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan vaskuler

Pemeriksan ankle brachial index atau toe brachial index. Nilai ABI

kurang dari 0,9 menandakan adanya obtruksi vaskuler dan skor yang kurang dari

0,4 menandakan adanya nekrosis jaringan serta merupakan resiko yang siginifikan

terjadinya amputasi.

b. Pemeriksaan pulse oksimetri

Pemeriksaan pulse oksimetri merupakan parameter yang efektif dalam

menilai perfusi ke jaringan. Pengukuran kadar oksigen transkutaneus dapat

digunakan sebagai indikator perfusi di sekitar luka atau ulkus untuk menentukan

kesembuhan luka. TcPo2 yang kurang dari 20 mmHg menandakan penyembuhan

luka yang sulit (Singh et al., 2013).

c. Pemeriksaan foto polos radiologi

Pemeriksaan foto polos radiologi adalah pemeriksaan imaging yang

paling sering dipilih pada ulkus kaki diabetik karena biayanya lebih murah dan

mudah dikerjakan. Pemeriksaan ini dapat memberi informasi adanya perubahan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
23

artropati, osteomielitis dan adanya pembentukan gas pada jaringan lunak. Tetapi

bila akumulasi gas minimal maka sulit untuk menilai adanya perubahan pada

jaringan lunak seperti selulitis, fasciitis atau abses. Peranan imaging lainnya

seperti CT scan masih terbatas pada kaki diabetik tetapi memiliki beberapa

keuntungan dibandingkan foto polos, yaitu: lebih sensitif dan spesifik dalam

menilai erosi kortek tulang, adanya sequester, gas pada jaringan lunak dan

kalsifikasi. Sedangkan modalitas pemeriksaan imaging yang paling baik dalam

menilai perubahan pada jaringan lunak dan sumsum tulang penderita kaki diabetik

adalah MRI. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya edema dan osteomielitis

sebagai tahap awal dari neuroartropati dengan sensitifitas dan spesifisitas yang

tinggi (90-100% dan 40-100%). MRI memiliki kemampuan multiplanar imaging

dengan kontras yang tinggi pada jaringan lunak sehingga dapat menilai ada

tidaknya infeksi (Sanverdi, 2012).

d. Pemeriksaan Laboratrium

Pemeriksaan Laboratrium adalah

1) Pemeriksaan darah: pemeriksaan darah meliputi GDS > 200 mg/dl,

gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl

2) Urine: pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui

perubahan urine: hijau (+), kuning (++), dan merah bata (++++)

3) Kultur push: mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan

antibiotoc yang sesuai dengan jenis kuman.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
24

e. Pemeriksaan lain

Pemeriksaan lain yang memiliki sensitifitas lebih baik untuk menilai

adanya perubahan awal neuroartropati maupun osteomielitis adalah radioisotope ,

tetapi biayanya mahal dan waktunya lama. Metoda bone scan yang paling sering

digunakan adalah nuclear medicine scintigraphy (NMS) yaitu scintigraphy tiga

fase pada tulang menggunakan 99m-technetium (99mTc) phosphonates.

Pengambilan tiga fase tersebut untuk menilai adanya hiperperfusi fokal, hiperemia

fokal dan imaging dari tulang untuk mengetahui adanya oesteomielitis.

Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas 94% dan spesifisitas 95%. Prosedur

radionuklida yang sering dikombinasi dengan bone scan ini adalah labeled

leucocytes imaging, yaitu mendeteksi akumulasi leukosit pada jaringan lunak dan

tulang dengan adanya uptake 99mTc. Akurasi pemeriksaan ini meningkat dengan

sensitifitasnya menjadi 72-100% dan spesifitasnya menjadi 72-98% (Sanverdi,

2012).

10. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan

Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan

dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan

yang sesaksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement

yang akan dilakukan dari penatalaknsanaan perawatan luka diabetik ada beberapa

yang ingin di capai antara lain :

1) Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab

2) Optimilisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
25

3) Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, control diabetes mellitus

dan control faktor penyerta)

4) Meningkatkan edukasi klien dan keluarga perawatan luka diabetes

b. Perawatan luka diabetes

1) Mencuci luka

Merupakan hal pokok untuk meningkatkan memperbaiki dan

mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan

terjadinya infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan

nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa

metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman untuk

mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya

Nacl 0,9%) penggunaan hydrogenperoxida, hypoclorite solution dan beberapa

cairan debridement lainya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan nekrosis/

slough dan tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan aseptic seperti provine

iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh pada keadaan

penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan kembali dengan saline

(Wijaya, 2013).

2) Debridement

Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada

luka. Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis,

karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah

bakteri. Setelah debdridement, jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
26

yang diikuti dengan kemampuan tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis

atau slough yang menempel pada luka (peristiwa autolysis).

Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan nekrotik

oleh leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistemautolysis dengan

menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien

dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi (Wijaya, 2013).

3) Terapi antibiotika

Pemberian antibiotika biasanya diberi peroral yang bersifat menghambat

kuman gram positif dengan gram negatif. Apabila tidak dijumpai perbaikan pada

luka tersebut, maka terapi antibiotic dapat diberikan perparenteral yang dengan

kepekaan kuman (Wijaya, 2013).

4) Nutrisi

Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam

penyembuhan luka. Penderita dengan gangren diabetik biasanya diberikan diet B1

dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori

protein (Wijaya, 2013).

5) Pemilahan jenis balutan

Tujuan pemilahan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat

mempertahankan suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat

proses penyembuhan hingga 50% absorb eksudat/cairan luka yang keluar

berlebiha, membuang jaringan nekrosis/slough (support autolysis), control

terhadap infeksi/ menghindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
27

menurunkan jumlah biaya dan waktu perawatan (cost effective). Jenis balutan

absorbent dressin, hydroactive gel, hydrocoloi (Wijaya, 2013).

Selain pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan

albumin minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin

akan sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih

dari 12 g/dl dan albumin darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl dan perlu juga

dilakukan monitor glukosa darah secara ketat. Karena bila dapat peningkatan

glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah satu tanda

memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh untuk mencegah

timbulnya diabetic foot dibutuhkan kerjasama yang antara dokter, perawat dan

penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta terapi yang rasional

bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas, penderita diabetic

foot dapat ditekan serendah-rendahnya. Upaya untuk pencegahan dapat dilakukan

dengan cara penyuluhan dimana masing-masing profesi mempunyai peran yang

saling menunjang. Gunakan alas kaki yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap

saat berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan. Cucilah kaki setiap hari

dan keringkan dengan baik serta berikan perhatian khusus pada daerah sela-sela

jari kaki.

a) Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki

atau pada jamur pada kuku kaki.

b) Suhu air yang digunakan untuk mencuci kaki antara 29,5-30 derajat

celcius dan diukur dulu dengan thermometer.

c) Jangan menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
28

d) Langkah-langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada

ektermitas bawah yang harus dilakukan, yaitu : hindari kebiasaan merokok,

hindari merendam kaki dalam air dingin, gunakan kaos kaki yang tidak

menyebabkan tekanan pada tungkai atau daerah tertentu, periksalah kaki setiap

hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda radang,

sehingga dilakukan awal dan jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream.

11. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

1) Keluhan Utama : Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah,

rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,

adanya nyeri pada luka.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Adanya gatal pada kulit disertai luka

tidak sembuh-sembuh, terjadinya kesemutan pada ekstermitas, menurunya berat

badan, meningkatnya nafsu makan, sering haus, banyak kencing, dan menurunya

ketajaman penglihatan.

3) Riwayat kesehatan dahulu : Adanya riwayat penyakit DM atau

penyakit-penyakit lain yang ada kaitanya dengan defisiensi insulin misalnya

penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun,

arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang

biasa digunakan oleh penderita.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Dari keluarga biasanya terdapat salah

satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang

dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
29

5) Pola Persepsi : Mengambarkan persepsi terhadap penyakitnya

tentang pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes mellitus dengan

gangren kaki (diabetic foot).

6) Pola nutrisi : Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu

makan tetapi berat badanya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke

dalam sel dan terjadi penurunan massa sel.

7) Pola eliminasi : Untuk buang air besar (BAB) pada klien diabetes

mellitus tidak ada perubahan yang mencolok. Sedangkan pada buang air kecil

(BAK) akan dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi maupun

volumenya.

8) Pola tidur dan istirahat : Sering muncul perasaan yang tidak enak

efek dari gangguan yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia).

9) Pola aktivitas : Pola pasien dengan diabetes mellitus gejala yang

ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, dan seringnya mengantuk pada pagi

hari.

10) Nilai dan keyakinan : Gambaran pasien diabetes mellitus tentang

penyakit yang dideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan

kesembuhan tujuan dan harapan akan sakitnya.

11) Pengkajian fisik

a) Keadaan umum : Meliputi keadaan umun yang nampak pada

penderita (baik, cukup, atau lemah).

b) Tanda-tanda vital : Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi.

Pernapasan reguler ataukah ireguler, respirasi normal, pernapasan dalam atau

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
30

dangkal, denyut nadi reguler atau ireguler, denyutan nadi kuat atau lemah. Suhu

tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.

c) Kepala dan leher : Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran

pada leher.

d) Sistem integumen : Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

e) Sistem pernapasan : Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.

Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

f) Sistem kardiovaskular : Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah

dan berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

g) Sistem gastointestinal : Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah,

diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,

obesitas.

h) Sistem muskuloskeletal : cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya

gangren di ekstermitas.

i) Sistem neurologis : Terjadi penurunan sensoris, parathesia, anastesia,

letargi, mengantuk, refleks lambat, kacau mental, disorientasi.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
31

b. Analisa data

Tabel 2.3
Analisa data masalah keperawatan diabetic foot

Data Senjang Etiologi Masalah


(DS dan DO) Keperawatan
DS : - Mengeluh nyeri Reaksi auto imun Nyeri akut
DO : ↓ (D.0077)
1. Bersikap protektifSel beta pankreas hancur
(Mis.waspada, posisi ↓
menghindari nyeri) Defisensi insulin
2. Gelisah ↓
3. Sulit tidur Hiperglikemia
4. Tampak meringis ↓
Angiopati diabetik

Makroangiopati

Terganggunya aliran darah ke
kaki

Penurunan asupan dan O2

Trauma

Luka sulit sembuh

Iskemik

Polineuropati diabetik

Nyeri akut
DS : - mengeluh gatal Reaksi autoimun Gangguan intergritas
DO : ↓ kulit
1. Kerusakan jaringan Sel beta pankreas hancur (D.0129)
dan / atau lapisan ↓
akut Defisensi insulin
2. Nyeri ↓
3. Kemerahan Hiperglikemia
4. Hematoma ↓
5. Perdarahan Glukosuria

Deurosis osmotik

Dehidrasi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
32

Data Senjang Etiologi Masalah


(DS dan DO) Keperawatan

Hemokonsentrasi

Arterosklerosis

Makrovaskuler

Ekstermitas

Kaki diabetik

Diskontiunitas jaringan

Gangguan intergritas kulit

DS : Reaksi autoimun Gangguan mobilitas


1. Mengeluh sulit ↓ fisik
menggerakan Sel beta pankreas hancur (D.0054)
ekstermitas ↓
2. Nyeri saat bergerak Defisiensi insulin
3. Enggan melakukan ↓
pergerakan Hiperglikemia
4. Merasa cemas saat ↓
bergerak Glukosuria
DO : ↓
1. Kekuatan otot Deuresis osmotik
menurun ↓
2. Rentang gerak Dehidrasi
(ROM) menurun ↓
3. Gerakan terbatas Hemokonsentrasi
4. Fisik lemah ↓
Makrovaskuler

Ekstermitas

Kelemahan dan atropi otot

Kekakuan gerak sendi

Gangguan mobilitas fisik

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
33

Data Senjang Etiologi Masalah


(DS dan DO) Keperawatan
DS : Reaksi autoimun Defisit nutrisi
1. Mengeluh nafsu ↓ (D.0019)
makan berkurang Sel beta pangkreas hancur
2. Nyeri/ kram ↓
abdomen Defisiensi insulin
DO : ↓
1. BB menurun min Hiperglikemia
10% dibawah ↓
rentang ideal Sel tidak mendapatkan
2. Membran mukosa asupan
pucat ↓
3. Otot menelan lemah Produksi energy menurun
4. Otot mengunyah ↓
lemah Konversi asam amino dalam
hati

Polifagia

Glukosa hanya sampai ke
pembuluh darah

Berat badan menurun

Defisit nutrisi

DS :- Menanyakan Reaksi autoimun Defisit pengetahuan


masalah yang dihadapi ↓ (D.0111)
DO : Sel beta pangkreas hancur
1. Menunjukan ↓
perilaku tidak sesuai Defisiensi insulin
anjuran ↓
2. Menunjukan Hiperglikemia
persepsi yang keliru ↓
terhadap masalah Defisit pengetahuan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
34

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada diabetic foot adalah

sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan

mengeluh nyeri, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur, tampak meringis

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang

ditandai dengan mengeluh nafsu makan berkurang, nyeri/kram abdomen, BB

menurun 10% dibawah rentang ideal, membran mukosa pucat, otot menelan

lemah, otot mengunyah lemah

c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren

pada ekstermitas ditandai dengan mengeluh gatal, kerusakan jaringan/lapisan

akut, nyeri, kemerahan, hematoma, perdarahan

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka

ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan ekstermitas, nyeri saat bergerak,

enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, kekuatan otot

menurun, rentang gerak (ROM), gerakan terbatas, fisik lemah

e. Defisit pengetahuan berhubungna dengan ketidaktahuan menemukan

sumber informasi ditandai dengan menanyakan masalah yang digadapi,

menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru

terhadap masalah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
35

d. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2.4

Intervensi keperawatan diabetic foot

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Keperawatan Rasional


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuahan 1. Kaji lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
dengan iskemik keperawatan selama 1 x 24 jam frekuensi, kualitas, intensitas karakteristik, kualitas,
jaringan diharapkan nyeri akut berkurang nyeri. intensitas nyeri yang dialami
kriteria hasil : pasien.
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Fasilitasi istirahat dan tidur 2. Untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis tarik 3. Untuk mengurangi rasa nyeri.
berkurang dengan nafas dalam
menggunakan manajemen 4. Kolaborasi pemberian obat 4. Unutuk mengurangi rasa
nyeri
santagesik 3 x 1 sehari. nyeri.
3. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi. 1. Untuk mengetahui tentang
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien.
intake makanan yang diharapkan defisit nutrisi terpenuhi 2. Sajikan makanan secara menarik dan 2. Untuk menambah nafsu
kurang
kriteria
hasil : suhu yang sesuai. makan pasien.
1. Nafsu makan pasien 3. Ajarkan diet yang diprogramkan. 3. Mengetahui perkembangan berat
meningkat badan pasien. apakah pasien
2. Porsi yang disediakan habis telah melaksanakan program diet
3. Menujukan berat badan yang ditetapkan.
stabil atau menunjukan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 4. Untuk mengetahui jumlah
peningkatan menetukan jumlah kalori dan jenis kalori dan jenis nutrient yang
nutrient yang dibutuhkan jika dibutuhakan pada pasien.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
36

perlu.

3 Gangguan intergritas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Untuk menegtahui penyebab
kulit berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam intergritas kulit( mis: perubahan gangguan intergritas kulit.
dengan adanya ganggren diharapakan gangguan intergritas sirkulasi, perubahan status nutrisi,
pada ekstermitas kulit teratasi Kriteria hasi : penurunan kelembaban, suhu
1. Tidak terjadi luka lingkungan eksterm, penurunan
2. Luka kering mobilitas).
2. Lakukan perawatan luka dengan 2. Untuk mencegah infeksi dan
merawat luka.
cairan Nacl 2 x 1 sehari dengan
balutan yang menghambat
jaringan nekrotik dan push untuk
menyerap cairan. 3. Agar pasien mengetahui cara
3. Ajarkan prosedur perawatan luka melakukan perawatan luka.
dengan memberikan madu 4. Untuk mencegah luka infeksi
4. Kolaborasi prosedur pemberian dan mengangkat jaringan kulit
obat antibiotik seperti topikal dan yang mati dan penyembuhan
debridement. luka.

4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk keluhan yang dialami
fisik berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam keluhan fisik lainya. pasien.
dengan rasa nyeri pada diharapkan gangguan mobilitas 2. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan 2. Untuk melatih otot kaki sehingga
luka fisik teratasi kriteria hasil : alat bantu (mis: tongkat/kruk). berfungsi dengan baik.
1. Tidak terjadi kontraktur otot 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang 3. Agar kebutuhan pasien tetap
2. Kemampuan klien dalam harus dilakukan (mis: berjalan dari dapat terpenuhi.
melakukan aktivitasnya tempat tidur ke kursi roda, berjalan
meningkat dari tempat tidur ke kamar mandi,
3. Tidak terjadinya luka tekan berjalan sesuai toleransi).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
37

5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui kesiapan
berhubungna dengan keperawatan selama 1 x 24 jam kemampuan informasi. dan kemampuan informasi.
ketidaktahuan diharapkan defisit pengetahuan kl 2. Sediakan materi dan media 2. Untuk mengetahui agar pasien
menemukan sumber dapat teratasi dengan pendidikan kesehatan. tahu tentang pendidikan
informasi Kriteria hasil : kesehtan.
1. Klien tahu tentang 3. Jelaskan faktor risiko yang dapat 3. Agar pasien dapat
penyakitnya mempengaruhi kesehatan mengetahui cara menjaga
2. Klien tahu penyebab kesehatan
pencetus penyakit

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
38

B. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Gangguan tersebut

dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat/ fungsi yang

terganggu (Brunner & Suddarth, 2016). Diabetes melitus suatu penyakit dimana

kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah tinggi (PERKENI, 2006). Diabetes

melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonalyang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes melitus klinis

adalah suatu sindromagangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak

semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya

efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.(Rendi & Margareth, 2012).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut Guyton & Hall (2007) Ada beberapa tipe

diabetes melitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab

yaitu :

a. Diabetes Melitus tipe I

Diabetes meliitus tipe (Insulin Dependent Diabetes Melitus: IDDM),

diabetes yang bergantung pada insulin, ditandai dengan hilangnya sel beta

penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pangkreas sehingga terjadi

kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
39

DM tipe I adalah kesalah reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel bet

pangkreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada

tubuh.

b. Diabetes Melitus tipe II

Diabetes melitus tipe II tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus: NIDDM), diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Terjadi

karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistennsi terhadap

insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya efek respon

jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin dimembran sel. Pada

tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas

terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah.

c. Diabetes Melitus Gestasional

Menurut Black & Hawks (2014) Diabetes melitus gestasional merupakan

diagnosis DM yang menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi gluksa atau

ditemukan pertama kali selama kehamilan. DM gestasional terjadi pada 2-5%

perempuan hamil namun mengehilang ketika kehamilannya berakhir.

3. Etiologi

Menurut Rendi & Margareth (2012), etiologi dari Diabetes melitus :

a. Diabetes Melitus tipe I

1) Faktor Genetik/ herediter

Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibodi

autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
40

2) Faktor infeksi virus

Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetik.

3) Faktor imunologi

Respon autoimun abnormal, antibodi menyerang jaringan normal yang

dianggap jaringan asing.

4) Faktor lingkungan

Faktor-faktor eksternal juga dapat memicu destruksi sel beta, seperti

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan

destruksi sel beta.

b. Diabetes Melitus tipe II

1) Obesitas

Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh

tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek

metabolik.

2) Usia (cenderung meningkat diatas usia 65 tahun).

3) Riwayat keluarga.

4) Kelompok entik.

c. Diabetes Melitus Gestasional

1) Umur ibu hamil > 30 tahun.

2) Riwayat DM dalam keluarga.

3) Obesitas.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
41

4. Manifestasi Klinis

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan

dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu

mendapat perhatian. Menurut Lemone (2016) Gejala klinis penderita diabetes

melitus meliputi :

a. Poliuria (peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah

ginjal dan hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik osmosis

yang dihasilkan meningkatkan pengeluaran urine.

b. Glukosuria (ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas

glukosa biasanya sekitar 180 mg/dl, glukosa dieksresikan kedalam urine.

c. Polidipsia (penurunan volume intraseluler dan peningkatan

pengeluaran urine menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus

diaktifkan, yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak.

d. Polifagia (karena glukosa tidak masuk kedalam sel tanpa insulin,

produksi energi menurun. Penurunan energi ini menstimulasi rasa lapar dan orang

akan makan lebih banyak.

5. Patofisiologi

Menurut Brunner & Suddarth (2015) patofisiologi dari diabetes melitus

adalah :

a. Diabetes tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan

insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
42

Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam

hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup

tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang

berlebih dieksresikan dalam urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera

makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup

kelelhan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut

turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak

yang produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.

Badan merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh

apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat

menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah,

hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan

prubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

b. Diabetes tipe II

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan eksresi insulin. Normalnya insulin akan terikat

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
43

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin

dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang

berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan

tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat

ringan dan dapat mencakup kelelehan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang

lama sembuh, infeksi vagina atau peradangan yang kabur (jika kadar glukosanya

sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui

kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik.

Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah

besar (makrovaskular) disebut makro angiopati, dan pada pembuli darah halus

(mikrovaskular) disebut mikrongiopati.

6. Komplikasi

Menurut Riyadi & Sukarmin (2013). Ada beberapa komplikasi yang

disebabkan oleh penyakit Diabetes Melitus, yaitu :

a. Komplikasi yang bersifat akut

1) Koma hipoglikemia

Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic yang

melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah.

Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk kedalam sel.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
44

2) Ketoasidosis

Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber

alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka

benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan

penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang

dapat mengakibatkan asidosis.

3) Koma hiperosmolar nonketotik

Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan

ekstrasel karena banyak diekresi lewat urin.

b. Komplikasi yang bersifat kronik

1) Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh

darahjantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada

pembuluh darah besardapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada

NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit

arteri koronaria dan penyakit vaskuler perifer.

2) Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati

diabetika, nefropati diabetic. Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai

dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah

sekitar. Terjadi pada penderita IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan

retinopati. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan

fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan

glomerulus penyakit ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan kr ginjal.

Sedangkang retinopati terjadi karena adanya perubahan dalam retina karena

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
45

penurunan protein dalam retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam

penglihatan.

3) Neuropati diabetika

Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik

mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensori

mngakibatkan penurunan persepsi nyeri.

4) Rentan infeksi seperti TBC, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.

5) Kaki diabetik

Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan

perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan

sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi dan hilangya fungsi saraf

sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang

megakibatkan gangren.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120

mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl.

2) Urine

Pemeriksaan yang didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan

warna pada urine : hijau (+), kuning (+ + ), merah bata (+ + + +).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
46

3) Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuai dengan jenis kuman.

8. Penatalaksanaan

Ada beberapa terapi/ obat-obatan dan diet yang digunakan oleh pasien

Diabetes melitus. Menurut Riyadi & Sukarmin (2013).

a. Obat

Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

1) Golongan sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk

mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta

utuh, menghalangi peningkatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan terhadap

insulin dan menekan pengeluaran glukagon.

2) Golongan biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan

biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya

tidak pernah mengakibatkan hipoglikemia.

3) Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidae didalam

saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan

hiperglikemia post prandial.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
47

4) Insulin Sensitizing Agent

Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai

masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

b. Insulin

Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis insulin

yang penting menurut cara kerjanya, menurut Junadi, 1982, diantaranya adalah :

1) Yang kerjanya cepat: RI (regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam,

contoh obatnya : Actrapid.

2) Yang kerjanya sedang: NPN, dengan masa kerja 6-12 jam.

3) Yang kerjanya lambat: PZI (Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya

18-24 jam.

c. Diet

Prinsip umum. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes

diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

1) Memberikan semua unsur makanan esensial (vitamin, mineral)

2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal

3) Memenuhi kebutuhan energi

4) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini menigkat.

5) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang

aman dan praktis.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
48

9. Pengkajian Keperawatan

a. Pengkajian Anamnesis

1) Kaji identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah

sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri

pada luka.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta

upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat

penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah

didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yaitu yang

juga menderita DM atau penyakit keturunan yang menyebabkan terjadinya

defisiensi insulin misalnya hipertensi, jantung.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
49

6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami

penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap

penyakit penderita.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat

badan dan tanda-tanda vital.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran pada leher, telinga

kadang-kadang berdenging, gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,

ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengak dan berdarah,

penglihatan kabur, diplopia, lensa mata keruh.

3) Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit

sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

4) Sistem pernapasan

Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM

mudah terjadi infeksi.

5) Sistem kardiovaskular

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah dan berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
50

6) Sistem gastointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,

perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7) Sistem urinary

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

8) Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat

lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstermitas.

9) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parathesia, anastesia, letargi, mengantuk,

refleks lambat, kacau mental, disorientasi.

10. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

b. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

d. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
51

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan dan membahas mengenai asuhan

keperawatan pada Tn. M (66 tahun) dengan gangguan sistem endokrin : diabetic

foot di ruang seruni RSUD Waled Cirebon.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada hari jumat tanggal 29 november 2019 di

ruang seruni RSUD Waled Cirebon. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan

data umum berupa : nama pasien Tn. M Laki-laki berusia 66 tahun pekerjaan

sudah tidak bekerja lagi pasien sudah menikah dan pasien tinggal di jln. Desa

sigong Rt/Rw 007/002 dusun 01. Pasien merupakan pasien dengan diagnosa

diabetic foot dengan keluhan nyeri di kaki bagian kiri. Pasien tampak gelisah dan

meringis, pasien mengatakan setiap kali menggerakan kaki bagian kiri itu terasa

nyeri, pasien mengatakan nyeri dirasa seperti segat-segot nyeri tidak hilang

walaupun dibawa istirahat dan tidak menggerakan posisi kaki bagian kiri. Pasien

mengatakan awal kejadian saat sebelum 3 hari masuk rumah sakit itu terjadi luka

dibagian kaki kiri dengan luas 16 cm, lebar luka 10 cm, panjang luka 12 cm dan

luka sudah termasuk grade 4 awalnya luka itu luas hanya 8 cm terdapat nanah

dibagian luka dan langsung dibawa ke rumah sakit.Pasien mengatakan

sebelumnya belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Pasien mengatakan

nyeri di bagian kaki kiri. Nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan seperti segot-segot,

51
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
52

nyeri timbul saat banyak bergerak atau beraktifitas, skala nyeri 7 (0-10). Pasien

selalu menanyakan masalah penyakit yang dihadapinya juga, pasien mengatakan

tidak mengetahui menderita penyakit DM, pasien mengatakan tidak tahu makanan

yang harus dipantang dan pasien mengatakan lelah setelah dilakukan pemeriksaan

GDS bahwa kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal. Pasien juga

mengatakan cemas karena akan dipindahkan di ruang OK dan akan dilakukan

debridement dan takut kakinya di amputasi.

Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit.

Akan tetapi pasien sudah menderita riwayat penyakit DM sudah 5 tahun. Pasien

mengatakan tidak suka minuman alcohol tetapi pasien mempunyai riwayat

merokok dari usia muda 1-2 bungkus perhari. Pasien mengatakan didalam

keluarganya ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan dirinya dan pasien

mengatakan tidak pernah menjalani riwayat pengobatan.. Pasien mengatakan tidak

ada riwayat penyakit menular atau keturunan seperti hipertensi, TBC, liver,

jantung dan gagal ginjal, akan tetapi pasien mempunyai penyakit keturunan

diabetes mellitus.

Setelah sehari dirawat pasien mengatakan waktu tidurnya tidak tentu,

pasien mengatakan dirinya sulit tidur karena merasakan nyeri di kaki sehingga

tidurnya tidak nyenyak. Disiang hari pasien tidur dari pukul 14.00 wib sampai

pukul 15.00 wib. Pasien mengatakan semalam tidur pukul 23.00 wib dan

terbangun sekitar pukul 05.00 wib. Pasien tidur selama 6 jam sehari, pasien

mengatakan tidak mempunyai kebiasaan penghantar tidur. Selama dirawat

dirumah sakit pasien hanya terbaring ditempat tidur, ketika pasien belum tidur

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
53

atau belum ingin tidur biasanya mengobrol dengan istri dan keluarganya yang

menjenguk. Saat ditanya keluhan terkait aktivitasnya pasien mengatakan tidak

mau banyak bergerak karena membuatnya tidak nyaman dengan keluhan yang

dirasakan yaitu nyeri. Kegiatan sehari-hari pasien mengatakan hanya bisa

terbaring ditempat tidur dan pindah posisi duduk dikursi. Segala aktifitas terbatas

dibantu oleh istrinya.

Saat dirawat dirumah sakit pasien makan dari makanan yang disediakan

oleh rumah sakit seperti bubur, sayur, buah, dan lauk pauk. Pasien mengatakan

mengalami penurunan berat barat, sebelum sakit berat badan 65 kg dan setelah

sakit 55 kg. Makan sehari 3x sehari, untuk pola makan pasien mengalami

penurunan nafsu makan. Pasien mengatakan hanya menghabiskan setengah porsi,

saat ditanya kenapa tidak menghabiskan makanannya pasien mengatakan

mulutnya terasa hambar. Untuk minum pasien hanya minum air putih ± 1300

cc/hari. Pasien mengatakan menyukai semua jenis makanan dan minuman, tidak

ada kebisaan yang dilakukan setelah makan. Saat ditanya terkait keluhan pasien

mengatakan nafsu makannya berkurang.

Personal hygiene pasien mengatakan melakukan perawatan diri segala

aktivitas dilakukan secara mandiri terkecuali toileting dibantu oleh istirnya. Pola

eliminasi saat pengkajian pasien sudah BAB dan BAK. Pasien mengatakan

frekuensi BAB teratur 1x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek.

Sedangkan untuk BAK pasien tidak terpasang selang kateter, frekuensi 6-7 x/hari,

warna kuning, bau amoniak, volume 900-1000 cc. Saat ditanya keluhan pasien

mengatakan tidak ada keluhan.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
54

Pola pikir dan persepsi saat pengkajian pasien mengatakan bila sedang

sakit selalu periksa dokter dekat rumah. Persepsi mengenai sakit yang diderita

pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit yang dideritanya akan

tetapi klien mengetahui dan mengerti jika lukanya harus dirawat dirumah sakit.

Hubungan atau komunikasi dengan orang lain pasien mengatakan sebagai kepala

keluarga, perannya tidak dapat dilakukan selama sakit. Hubungan selama dirawat

dirumah sakit tidak ada gangguan, keluarganya selalu menemaninya. Konsep diri

pasien mengatakan selama sakit pasien merasa khawatir terhadap penyakit yang

dideritannya. Bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri pasien akan

meminta bantuan orang lain. Sistem nilai dan kepercayaan pasien mengatakan

pola spiritual pasien baik karena pasien mengatakan bahwa sakit itu datangnya

dari Allah SWT, kita hanya bisa berusaha untuk sembuh.

Saat pengkajian penampilan umum pasien lemah dengan tingkat

kesadaran komposmentis (E : 4, M : 6, V : 5), TB 167 cm, BB 55 kg. Tekanan

darah 130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 37,0°C. Saat

dilakukan pemeriksaan fisik pada inspeksi bagian kepala bersih, terdapat uban,

rambut hitam, keriting dan tipis. Palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada

perdarahan, tidak ada benjolan dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian mata

bola mata terlihat simetris, sclera anikterik, pupil miosis, konjungtiva ananemis.

Palpasi tidak ada pembengkakan mata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

palpebra dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian telinga bentuk telinga antara

kanan dan kiri simetris, telinga bersih, tidak ada secret. Palpasi tidak ada nyeri

tekan, tidak ada pembengkakan dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian

hidung bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung bentuk hidung simetris,

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
55

terdapat lubang hidung. Palpasi tidak ada pembengkak, tidak ada polip, tidak ada

nyeri tekan dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian mulut tampak sisa-sisa

makanan, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, lidah bersih warna merah

muda, tidak ada edema, terdapat lubang pada gigi, palpasi tidak ada nyeri tekan

dan tidak ada keluhan.

Pada pemeriksaan fisik inspeksi pada bagian leher tidak ada abnormalitas

dan distensi vena jugularis, palpasi arteri karotis berdenyut normal, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada keluhan. Inspeksi pada bagian jantung

bentuk dada simetris, tidak ada abnormalitas bentuk seperti cekung atau cembung.

Auskultasi terdapat bunyi jantung 1 dan 2, tidak ada bunyi jantung tambahan

seperti gallop atau bising jantung, CRT > 2 detik. Palpasi nadi teraba kuat, tidak

ada nyeri tekan, tidak ada edema. Perkusi suara jantung pekak dan tidak ada

keluhan.

Pemeriksaan bagian paru-paru inspeksi didapatkan tidak ada

abnormalitas bentuk, bentuk dada simetris. Auskultasi tidak ada nafas tambahan.

Palpasi pengembangan paru simetris. Perkusi suara paru vesikuler. Pada bagian

abdomen inspeksi didapatkan bentuk abdomen datar, tidak ada luka, auskultasi

8x/menit. Palpasi tidak ada nyeri tekan lepas, tidak ada asites. Saat diperkusi pada

abdomen kanan atas terdengar suara pekak. Abdomen kanan bawah, kiri atas dan

bawah terdengar suara timpani, tidak ada ketegangan abdomen dan keluhan saat

ini pasien mengatakan tidak nafsu makan. Inspeksi pada area genetalia tidak

terpasang kateter, bersih palpasi tidak ada nyeri tekan. Inspeksi persyarafan reflek

pupil cepat, pupil miosis, isokor, reflek menelan ada, pendengarkan baik, orientasi

baik. Palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
56

ekstremitas atas tidak ada masalah, pada ekstremitas bawah pasien ada keluhan

dibagian kaki kiri dengan kekuatan otot 5 5

3 5

Untuk menegakkan diagnose pasien dlakukan pemeriksaan penunjang

pada Tn. M yaitu pemeriksaan hematologi, dan kimia. Berikut hasil pemeriksaan

penunjang pada Tn. M :

Tabel 3.1
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal : 29-11-19 / Jam : 15:35

Pemeriksaan Tanggal Hasil Hasil Rujukan Keterangan


Hematologi 29-11-2019
Darah rutin
Hemoglobin 9,6 13.5-17.5 gr % ↓
Hematokrit 27 40-54 % ↓
Trombosit 428 150-400 mm3 ↑
Leukosit 7.4 4-10/mm^3 Normal
MCV 83.7 82-98 mikrom3 Normal
MCH 29.7 >= 27 pg Normal
MCHC 35.6 32-36 g/dl Normal
Eritrosit 3-34 4.5-5.8 mm^3 ↓
Basofil 0 0-1 % Normal
Eosinofil 2 2-4 % Normal
Neutrofil Batang 0 3-5% ↓
Neutrofil Segmen 71 50-80 % Normal
Limfosit% 20 25-40 % ↓
Monosit% 7 2-8 % Normal

Kimia Klinik
Gds Stick 1 284 80-135 mg/dl ↑

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
57

Tabel 3.2
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 29-11-19 / Jam 18 : 48

Pemeriksaan Tanggal Hasil Hasil Rujukan Keterangan


Kimia Klinik 29-11-2019
Elektrolit
NA 135.9 136-145 mg/dl Normal
K 3.35 3.5-5.1 mg/dl ↓
CI 97.5 98-106 mg/dl ↓
SGOT 15.3 0-50 u/l Normal
SGPT 20.8 0-50 u/l Normal
Ureum 16.4 10-50 mg/dl Normal
Kreatinin 1.45 0.62-1.1 mg/dl ↑
Calsium 7.60 8.8-10.2 mg/dl ↓

Tabel 3.3
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 30-11-19 / Jam 7 : 39

Pemeriksaan Tanggal Hasil Hasil Rujukan Keterangan


Kimia Klinik

Kalsium 30-11-2019 7.86 8.8-10.2 mg/dl ↓

Tabel 3.4
Pemeriksaan Hematologi dan Kimia
Hasil Pemeriksaan Lab Tanggal 01-12-19 / Jam 10 : 12

Pemeriksaan Tanggal Hasil Hasil Rujukan Keterangan


Kimia Klinik

Ureum 1-12-2019 19.2 10-50 mg/dl Normal


Kreatinin 1.42 0,52-1,1 mg/dl ↑
GDS Stick 4
GDS Stick 1 234 80-135 mg/dl ↑

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
58

Pemeriksaan Tanggal Hasil Hasil Rujukan Keterangan


GDS Stick 2 289 80-135 mg/dl ↑
GDS Stick 3 223 80-135 mg/dl ↑
GDS Stick 4 202 80-135 mg/dl ↑

 Pemeriksaan Radiologi

- Thorak PA

- Ekstermitas

 Hasil EKG

- Normal Sinus Rhythm

Nonspecific ST and T Wave Abnormaly

Abnormal ECG

Tabel 3.5
Terapi Medis

Cara
Nama obat Dosis Waktu Kegunaan
pemberian
Nacl 0,9% 500 ml 6 Jam IV Untuk mengatasi atau
mencegah kehilangan
sodium yang disebabkan
dehidrasi, keringat
berlebih, atau penyebab
lainya.
Vicium Sx 4 x 1,5 06.00 IV Membantu meningkatkan
12.00 massa dan kekuatan otot.
18.00
24.00
Omz 1 x 40 IV Untuk mengatasi masalah
18.00 perut dan kerongkongan
yang diakibatkan oleh
asam lambung.
Santagesik 3x1 10.00 IV Untuk mengatasi nyeri
18.00 akut atau kronik berat
02.00 seperti sakit kepala, sakit
gigi, tumor, nyeri pasca op,
nyeri pasca cedera.
Novorapid 8 Jam IV Untuk mengurangi tingkat
gula darah tinggi.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
59

KSR 2 X 600 12. 00 IV Untuk pengobatan kadar


24.00 kalium yang terdapat
didalam darah rendah.
Asam Folat 2x1 12.00 IV Untuk memproduksi sel-
24.00 sel darah merah.
Renoguard 3x1 08.00 IV Sebagi terapi pada
16.00 penurunan fungsi ginjal
24.00 kronik, sebagai terapi
insufiensi ginjal kronik
dalam hubunganya dengan
diet tinggi kalori, rendah
protein.
Ca Glukonas 3 gr/100 IV Untuk mencegah atau
cc mengobati kadar kalsium
darah yang rendah untuk
orang-orang yang tidak
punya kalsium yang cukup
dari makanan yang di
konsumsi.
Kalk 2 x 1 tab 12.00 Oral Untuk memenuhi
24.00 kebutuhan kalsium.

Gambar 3.1 Foto Luka Diabetic foot

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
60

B. Analisa Data

Analisa data merupakan proses pengumpulan dan pengelompokkan data

berdasarkan masalah, dalam kasus Tn. M analisa data yang ditemukan adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.6

Analisa Data

Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
1. Ds : Reaksi autoimun Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri
dibagian luka kaki kiri rasa
Sel beta pangkreas hancur
nyeri yang menetap tidak
menjalar
Defisiensi insulin
- Pasien mengatakan nyeri
timbul saat banyak bergerak
atau pindah posisi Hiperglikemia
- pasien mengatakan keluhan
nyeri dirasakan sejak 3 hari Angiopatidiabetik
sebelum masuk rumah sakit ↓
- Pasien mengatakan nyeri Makroangiopati
seperti segot-segot ↓
Terganggunya aliran darah
Do :
ke kaki
- Pasien tampak meringis

- Pasien tampak gelisah
Penurunan asupan dan O2
- Pasien tampak menghindari

nyeri Trauma
- Skala nyeri 7 ↓
- Tanda-tanda vital : TD : Luka sulit sembuh

1300/90 mmHg, Nadi : 84 ↓


Iskemik
Suhu : 37,0 ºC, RR : 22 x/menit

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
61

Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan

Polineuropati diabetik

Nyeri akut

2. Ds : Reaksi autoimun Gangguan intergritas


- Pasien mengatakan terdapat kulit/jaringan
luka di bagian kaki kiri dan Sel beta pangkreas hancur
terdapat nanah, luka sudah 16
cm.
Defisensi insulin
Do :
- Pasien tampak terdapat luka di
bagian kaki kiri Glukosuria
- Tampak terdapat kemerahan
- Pasien tampak nyeri Deurisis osmotik
- Tampak terdapat kerusakan ↓
jaringan/ lapisan kulit Dehidrasi

Hemokonsentrasi

Arterosklerosis

Makrovaskuler

Ekstermitas

Kaki diabetik

Dikontinuitas jaringan

Gangguan intergritas
kulit/jaringan

3. Ds : Reaksi autoimun Defisit pengetahuan


- Pasien mengatakan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
62

Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
menanyakan tentang masalah
penyakit yang dihadapinya dan Sel beta pangkreas hancur
tidak mengetahui menderita
DM.
Defisensi insulin
- Pasien mengatakan tidak tahu
makanan yang harus dipantang
Do : Hiperglikemia
- Pasien tampak bingung ↓
Defisit pengetahuan
Pasien tampak tidak mengerti

4. Ds : Reaksi autoimun Ketidakstabilan


- Pasien mengatakan bahwa kadar glukosa darah
saat dilakukan cek GDS, gula
Sel beta pangkreas hancur
darah naik/turun dari rentang
normal
Defisiensi insulin
- Pasien mengatakan saat
setelah dilakukan
pemeriksaan cek GDS, pasien Hiperglikemia
merasa lelah
Do : Ketidakstabilan kadar
- Kadar glukosa dalam glukosa darah
darah/urin tinggi
- Tampak hasil gds 1 : 234
- Hasil gds 2 : 289
- Hasil gds 3 : 223
- Hasil gds 4 : 202

5. Ds : Reaksi autoimun Ansietas


- Pasien mengatakan cemas
karena akan dipindahkan di Sel beta pangkreas hancur
ruang OK dan akan dilakukan
tindakan debridement

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
63

Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
- Pasien mengatakan takut Defisiensi insulin
kakinya di amputasi
Do :
Hiperglikemia
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
Angiopatidiabetik
- Muka tampak pucat

Makroangiopati

Terganggunya aliran darah
ke kaki

Penurunan asupan dan O2

Trauma

Luka sulit sembuh

Ulkus

Infeksi

Ganggren

Amputasi

Ansietas

6. Ds : Reaksi autoimun Defisit nutrisi


- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan Sel beta pangkreas hancur
- Pasien mengatakan mengalami
penurunan berat barat, sebelum
Defisiensi insulin
sakit berat badan 65 kg dan
setelah sakit 55 kg
- Pasien mengatakan hanya Hiperglikemia

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
64

Masalah
No. Data Senjang (Ds dan Do) Etiologi
Keperawatan
makan setengah porsi saja ↓
Do : Sel tidak mendapatkan

- Penurunkan berat badan, asupan

sebelum sakit berat badan ↓


Produksi energy menurun
65 kg dan setelah sakit 55

kg Konversi asam amino dalam
- Pasien tampak lemah hati
- 1 porsi makanan tidak habis ↓
Polifagia

Glukosa hanya sampai ke
pembuluh darah

Berat badan menurun

Defisit nutrisi

C. Rumusan Diagnosa Keperawayan Berdasarkan Prioritas

1. Nyeri akut berhubungan dengan pencedra fisiologis d.d pasien

mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri rasa nyeri yang menetap tidak menjalar,

pasien mengatakan nyeri timbul saat banyak bergerak atau pindak posisi, pasien

mengatakan keluhan nyeri dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS, pasien

mengatakan nyeri seperti segot-segot, pasien tampak meringis, pasien tampak

gelisah, pasien tampak menghindari nyeri, skala nyeri 7.

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan d.d

pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan mengalami penurunan

BB, pasien mengatakan hanya makan setengah porsi, penurunan berat badan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
65

sebelum sakit 65 kg dan setelah sakit 55 kg, pasien tampak lemah, 1 porsi

makanan tidak habis.

3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan

toleransi glukosa darah d.d pasien mengatakan bahwa saat dilakukan cek gds, gula

darah naik/turun dari rentang normal, pasien mengatakan saat setelah dilakukan

pemeriksaan cek gds pasien merasa lelah, kadar glukosa dalam darah/urin tinggi,

tampak hasil gds 1 : 234. Gs 2 :289, 3 :223, 4 :202.

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer d.d

pasien mengatakan terdapat luka di bagian kaki kiri dan terdapat nanah, luka

sudah 16 cm, pasien tampak terdapat luka di bagian kaki kiri, tampak terdapat

kemerahan, pasien tampak nyeri, tampak terdapat kerusakan jaringan/lapisan

kulit.

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan

sumber informasi d.d pasien mengatakan menanyakan tentang masalah penyakit

yang dihadapinya, pasien mengatakan tidak tahu makanan yang harus dipantang,

pasien tampak bingung, pasien tampak tidak mengerti.

6. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

d.d pasien mengatakan cemas karena akan dipindahkan di ruang OK dan akan

dilakukan tindakan debridement, pasien mengatakan takut kakinya diamputasi,

pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang, muka tampak pucat.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
66

D. Rencana Keperawatan
Tabel 3.7
Rencana Keperawatan Tinjauan Kasus
Perencanaan Keperawatan Paraf dan
Diagnosa
nama
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan (NIC) Rasional
mahasiswa
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui Sumiyati
berhubungan keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi lokasi nyeri, durasi,
dengan jam diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas
pencedra berkurang dengan kriteria intensitas nyeri nyeri
fisiologis hasil: 2. Fasilitasi istirahat dan 2. Untuk mengurangi
tidur
ditandai dengan 1. Mampu mengontrol rasa nyeri
infeksi nyeri 3. Ajarkan teknik non 3. Untuk meningkatkan
2. Melaporkan bahwa nyeri farmakologis (tarik relaksasi, dan
berkurang dengan nafas dalam) pengalihan perhatian
menggunakan manajemen 4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk
nyeri obat santagesik 3 x 1 mempertahankan
3. Menyatakan rasa sehari kadar obat,
nyaman setelah nyeri menghindari puncak
berkurang periode nyeri

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
67

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui Sumiyati


intergritas kulit keperawatan selama 3x24 gangguan intergritas kulit penyebab intergritas
berhubungan jam diharapkan gangguan (mis: perubahan sirkulasi, kulit
dengan intergritas kulit teratasi suhu lingkungan eksterm,
neuropati dengan kriteria hasil: penurunan mobilitas)
perifer ditandai 1. Tidak terjadi luka 2. Lakukan perawatan luka 2. Untuk mencegah

dengan diabetes 2. Luka kering dengan cairan Nacl 2 x 1 infeksi dan untuk

mellitus sehari dengan balutan yang membantu merawat


menghambat jaringan luka
nekrotik dan push untuk
menyerap cairan
3. Ajarkan prosedur 3. Agar pasien
perawatan luka dengan mengetahui cara
memberikan madu melakukan perawatan
luka
4. Kolaborasi prosedur 4. Untuk mencegah luka
pemberian obat antibiotik
infeksi dan
seperti topikal dan
mengangkat jaringan
debridement
kulit yang mat

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
68

3. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui Sumiyati
pengetahuan keperawatan selama 3x24 kemampuan menerima kemampuan
berhubungan jam diharapkan defisit informasi menerima informasi
dengan pengetahuan teratasi dengan 2. Sediakan materi dan 2. Untuk menambah
ketidaktahuan kriteria hasil: media pendidikan informasi tentang
menemukan 1. Klien tahu tentang kesehatan kesehatan pada
sumber penyakitnya pasien
informasi 2. Klien tahu penyebab 3. Jelaskan faktor risiko 3. Agar pasien
ditandai pecetus penyakit yang dapat mengetahui cara
dengan mempengaruhi kesehatan menjaga kesehatan
kondisi klinis
yang baru
dihadapi oleh
klien

4. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Untuk mengetahui Sumiyati


kadar glukosa keperawatan selama 3x24 penyebab hiperglikemia penyebab hiperglikemia
darah jam diharapkan
berhubungan 2. Untuk memantau tanda
ketidakstabilan kadar

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
69

dengan gangguan glukosa darah teratasi 2. Konsultasi dengan medis dan gejala
toleransi glukosa dengan kriteria Hasil : jika tanda dan gejala hiperglikemia
darah ditandai 1. Kadar GDS Pasien dalam hiperglikemia tetap ada
dengan rentang normal (80-135 atau memburuk 3. Untuk mencegah
hiperglikemia mg/dl) terjadinya
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga hiperglikemia
4. Untuk memantau

4. Kolaborasi pemberian kadar glukosa darah

insulin pasien

5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penurunan 1. Untuk mengetahui Sumiyati


berhubungan keperawatan selama 3x24 tingkat tinggi, penurunan tingkat
dengan jam diharapkan ansietas ketidakmampuan energi,
kekhawatiran teratasi dengan kriteria berkonsentrasi atau gejala ketidakmampuan
mengalami Hasil : lain yang menggangu berkonsentrasi atau
kegagalan 1. Cemas berkurang kemampuan kognitif gejala lain yang
ditandai dengan menggangu
penyakit akut kemampuan kognitif
2. Ciptakan lingkungan 2. Agar pasien merasa

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
70

tenang dan tanpa relaksasi dan nyaman


gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
3. Agar pasien merasa
3. Demonstrasikan dan latih
rileks dan nyaman
teknik relaksasi (mis:
napas dalam, penegangan,
atau imajinasi terbimbing

6. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk Sumiyati
berhubungan keperawatan selama 3x24 mengidentifikasi
dengan jam diharapkan defisit derajat kurang nutrisi
kurangnya nutrisi terpenuhi dengan dan menentukan
asupan kriteria Hasil : pilihan intervensi
2. Sajikan makanan secara
makanan 1. Nafsu makan pasien 2. Untuk menambah
meningkat menarik dan suhu yang
ditandai dengan nafsu makan
2. Porsi yang disediakan sesuai
kelemahan,
habis 3. Ajarkan diet yang di 3. Untuk meningkatkan
berat badan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
71

menurun 3. Menunjukan berat badan programkan pengetahuan dan


stabil atau menunjukan kepatuhan untuk
peningkatan menjalankan program
diet sesuai aturan
4. Kolaborasi dengan ahli 4. Untuk membantu
gizi untuk menentukan pasien memilih
jumlah kalori dan jenis makanan sesuai
nutrien yang dibutuhkan keadaan sakitnya
jika perlu

E. Implementasi Keperawatan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
72

Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Sedangkan evaluasi

ialah perbandingan sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Adapun implementasi dan evaluasi disajikan pada tabel

3.8.

Tabel 3.8
Implementasi Keperawatan Tinjauan Kasus
Diagnosa Tanggal/ Tanda
Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
1. Nyeri akut 02 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : - Pasien mengatakan nyeri di bagian luka Sumiyati
berhubungan Desember frekuensi, kualiatas, intensitas nyeri kaki kiri dengan skala 7 (0-10)
dengan 2019 S : Pasien mengatakan nyeri dibagian luka kaki - Pasien mengatakan nyeri seperti segat-
pencedra 14.00 kiri segot
fisiologis O : Pasien tampak meringis O :- Pasien tampak meringis
ditandai - Pasien tampak gelisah
dengan infeksi 14.05 2. Fasilitasi istirahat dan tidur - TD : 130/90mmHg
S : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman - N : 84x/menit
O : Pasien tampak gelisah - RR :22x/menit

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
73

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
- S : 37.OºC
3. Mengajarkan teknik non farmakologi A : Nyeri akut belum teratasi
14.10 S : Pasien mengatakan mau mengikuti perintah P : Lanjutkan intervensi 1-4
tarik nafas dalam 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,
O : Pasien tampak rileks durasi frekuensi, kualitas, intensitas
4. Mengkolaborasi pemberian santagesik 3 x 1 nyeri
14.15 hari 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
S : Pasien mengatakan nyeri dibagian luka 3. Ajarkan teknik non farmakologis
O : Pasien tampak gelisah (tarik nafas dalam)
4. Kolaborasi pemberian santagesik 3 x
1 hari

2. Gangguan 02 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan S : - Pasien mengatakan terdapat luka di bagian Sumiyati
intergritas kulit Desember intergritas kulit kaki kiri
berhubungan 2019 S : Pasien mengatakan tidak tahu penyebab luka O :- Tampak tedapat luka 16 cm
dengan 14.20 di bagian kaki kirinya - Tampak terdapat luka nanah
neuropati O : Tampak luka dibagian kaki kiri - Tampak kerusakan jaringan/lapisan kulit
perifer ditandai - TD : 130/90mmHg
dengan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
74

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
diabetes - N : 84x/menit
mellitus 14.25 2. Melakukan perawatan luka 2 x 1 hari dengan - RR :22x/menit
cairan Nacl dengan balutan yang mengangkat - S : 37.OºC
jaringan nekrotik dan push atau menyerap A : Gangguan intergritas kulit belum teratasi
cairan P : Lanjutkan intervensi no 1-4
S : Pasien mengatakan lukanya terdapat nanah 1. Identifikasi penyebab gangguan
14.30 O : luka tampak terdapat nanah intergritas kulit (mis: perubahan
sirkulasi, suhu lingkungan eksterm,
3. Mengajarkan prosedur perawatan luka penurunan mobilita)
dengan madu 2. Lakukan perawatan luka 2 x 1 hari
S : Pasien mengatakan tidak mengerti cara dengan cairan Nacl atau dengan
perawatan luka secara mandiri balutan yang mengangkat jaringan
14.35 O : Pasien tampak bingung nekrotik dan push atau menyerap
cairan
4. Mengkolaborasi prosedur pemberian obat 3. Ajarkan Prosedur perawatan luka
antibiotik dan debridement dengan madu
S : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri 4. Kolaborasi prosedur pemberian obat
saat dilakukan debridement antibiotik topikal dan debridement

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
75

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
O : Pasien tampak bingung

3. Defisit 02 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : - Pasien mengatakan kurang paham tentang Sumiyati
pengetahuan Desember menerima informasi masalah penyakit yang dihadapi sekarang
berhubungan 2019 S : Pasien mengatakan tidak mengerti dengan O : - Pasien tampak bingung
dengan 14.40 penyakit yang dideritanya - TD : 130/90mmHg
ketidaktahuan O : Pasien tampak bingung - N : 84x/menit
menemukan - RR :22x/menit
sumber 2. Menyediakan materi dan media pendidikan - S : 37.OºC
informasi 14.45 kesehatan A : Defisit pengetahuan belum teratasi
ditandai S : Pasien mengatakan kurang mengerti dengan P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 3
dengan kondisi diet/makanan yang harus dihindari 2.Sediakan materi dan media
klinis yang O : Pasien tampak bingung pendidikan kesehatan
baru dihadapi 3.Ajarkan perilaku hidup bersih dan
oleh klien 14.50 3. Menjelaskan faktor risiko yang dapat sehat
mempengaruhi kesehatan
S : Pasien mengatakan mengerti dan mau untuk
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
76

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
O : Pasien tampak mengerti
4. Ketidakstabila 02 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab S :- Pasien mengatakan setiap kali dilakukan Sumiyati
n kadar Desember hiperglikemia pemeriksaan cek gds atau gula darah nilainya
glukosa darah 2019 S : Pasien mengatakan tidak tahu penyebab selalu naik/turun dari rentang normal
berhubungan 14.55 glukosa darah naik/turun - Pasien mengatakan lelah setiap dilakukan
dengan O : Pasien tampak bingung tindakan pemeriksaan cek gds atau gula
gangguan darah
toleransi 15.00 2. Mengkonsultasi dengan medis jika tanda dan O : - Kadar glukosa dalam darah/urin tinggi
glukosa darah gejala hiperglikemia tetap ada atau - Hasil gds 1 : 234
ditandai memburuk - Hasil gds 2 : 289
dengan S: Pasien mengatakan bahwa glukosa darah - Hasil gds 3 : 223
hiperglikemia hasilnya naik/turun - Hasil gds 4 : 202
O : Gds 1 : 234 - TD : 130/90mmHg
Gds 2 : 289 - N : 84x/menit
Gds 3 : 223 - RR :22x/menit
Gds 4 : 202 - S : 37.OºC
15.05 3. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah belum
olahraga teratasi
S : Pasien mengatakan mengikuti perintah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
77

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
terhadap diet dan olahraga P : Lanjutankan intervensi no 1-4
O : Pasien tampak mengerti 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
4. Mengkolaborasi pemberian insulin 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
15.10 S : Pasien mengatakan mau diberikan gejala hiperglikemia tetap ada atau
pemberian insulin memburuk
O : Pasien tampak tenang 3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
4. Kolaborasi pemberian insulin

5. Ansietas 02 1. Mengidentifikasi penurunan tingkat energi S : - Pasien mengatakan cemas karena akan Sumiyati
berhubungan Desember ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala dipindahkan di ruang OK dan akan dilakukan
dengan 2019 lain yang menggangu kemapuan kognitif debridement
kekhawatiran 15.15 S : Pasien mengatakan cemas saat akan - Pasien mengatakn takut kakinya di
mengalami dipindahkan di ruang OK amputasi
kegagalan O : Pasien tampak takut O : - Pasien tampak gelisah
ditandai - Pasien tampak tegang
dengan 15.20 2. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa - Pasien tampak pucat
penyakit akut gangguan dengan pencahayaan dari suhu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
78

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
ruangan nyaman, jika memungkinkan - TD : 130/90mmHg
S : Pasien mengatakan merasa cemas takut - N : 84x/menit
kakinya di amputasi - RR :22x/menit
O : Pasien tampak takut - S : 37.OºC
A : Ansietas belum teratasi
3. Mendemonstrasikan dan latih teknik P : Lanjutkan intervensi no 1-3
15.25 relaksasi 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
S : Pasien mengatakan mau mengikuti yang ketidakmampuan berkonsentrasi atau
diperintahkan untuk relaksasi gejala lain yang menggangu kemampuan
O : Pasien tampak tenang kognitif
2. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
3. Demonstrasikan dan latihan teknik
relaksasi (mis: nafas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing)
6. Defisit nutrisi 02 1. Mengidentifikasi status nutrisi S : - Pasien mengatakan tidak nafsu makan Sumiyati
berhubungan Desember S : Pasien mengatakan nafsu makan hanya makan ½ porsi saja
dengan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
79

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
kurangnya 2019 berkurang O : - BB setelah sakit 55 kg
asupan 15.30 O : BB saat sakit : 55 kg, BB saat sehta : - Pasien mendapatkan nutrisi sesuai
makanan 65 kg kebutuhan
ditandai A : Defisit nutrisi belum teratasi
dengan 16.35 2.Memsajikan makanan secara menarik S : P : Lanjutkan intervensi no 1-4
kelemahan, Pasien mengatakan setiap makan porsi 1. Identifikasi status nutrisi
berat badan makan tidak pernah habis 2. Sajikan makanan secara menarik
menurun O : Pasien tampak mual 3. Ajarkan diet yang di programkan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
16.40 3.Mengajarkan diet yang diprogramkan menentukan jumlah kalori dan jenis
S : Pasien mengatakan tidak tahu makanan nutrisi yang dibutuhkan jika perlu
diet yang harus diprogramkan
O : Pasien tampak bingung

16.45 4.Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan jika perlu
S : Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
80

Diagnosa Tanggal/ Tanda


Tindakan Evaluasi
Keperawatan Jam Tangan
O : Porsi makan tampak tidak habis

F. Catatan perkembangan

Catatan perkembangan merupakan catatan lanjutan terhadap tindakan keperawatan yang belum terlaksana atau modifikasi

tindak lanjut dari tindakan sebelumnya. Catatan perkembangan yang penulis lakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 03 -04

Desember 2019. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9
Catatan Perkembangan Tinjauan Kasus

Tanggal/ Tanda
No. Dx Catatan perkembangan
jam tangan
03 1 S: Sumiyati
Desember Nyeri akut - Pasien mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri
2019 - Pasien mengatakan skala nyeri 7 (0-10)
08.00 O:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
81

- Skala nyeri 7 (0-10)


- TD : 130/90mmHg
- N : 84x/menit
- RR :22x/menit
- S : 37.OºC
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, dan 4
1. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Ajarkan teknik non farmakologis (tarik nafas dalam)
4. Kolaborasi pemberian santagesik 3 x 1 hari
I:
09.00 1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
S:-
O : - Pasien tampak kesakitan
10.00 2. Memfasilitasi istirahat dan tidur
S : - Pasien mengatakan bersedia
O ; - Pasien tampak mengerti
11.00 3. Mengajarkan teknik non farmakologis (tarik nafas dalam)
S :- Pasien mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
82

O : - Pasien tampak mengikuti perintah


12.00 4. Mengkolaborasi pemberian santagesik 3 x 1 hari
S : - Pasien mengtakan nyeri di bagian luka kaki kiri
O : - Pasien tampak meringis
E:
S :- Pasien mengatakan masih merasakan nyeri dibagian luka kaki kiri
O : - Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
R : Tidak ada

04 Nyeri akut S : - Pasien mengatakan nyeri dibagian kaki kiri


Desember 2 O : - Pasien tampak meringis
2029 Pasien tampak gelisah
08.00 TD : 130/90mmHg
N : 84x/menit
RR :22x/menit
S : 37.OºC
A : Nyeri akut belum teratasi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
83

P : Lanjutkan intervensi no 4
4.Kolaborasi pemberian santagesik 3 x 1
I:
09.00 4.Mengkolaborasi pemberian analgesik jika perlu
S :- Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O :- Pasien tampak tenang
E:
S : - Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : - Pasien tampak membaik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di hentikan pasien pulang
R : Tidak ada

03 1 S:
Desember Gangguan - Pasien mengatakan terdapat luka di bagian kaki kiri
2019 intergritas kulit

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
84

08.00 O:
- Pasien tampak terdapat luka
- Tampak terdapat luka nanah
- TD : 130/90mmHg
- N : 84x/menit
- RR :22x/menit
- S : 37.OºC
A : Gangguan intergritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 4
2. lakukan perawatan luka dengan cairan Nacl 2 x 1 hari den jaringan balutan yang
mengangkat jaringan dan push atau menyerap cairan
4.Kolaborasi prosedur pemberian obat antibiotik topikal dan debridement
I:
2. Melakukan perawatan luka 2 x 1 hari dengan cairan Nacl dengan balutan yang mengangkat
jaringan nekrotik dan push atau menyerap cairan
S :- Pasien mengatakan bersedia
O :- Pasien tampak tenang

4.Mengkolaborasi prosedur pemberian obat antibiotik topikal dan debridement

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
85

S :- Pasien mengatakan bersedia


O :- Pasien tampak meringis
E:
S : -Pasien mengatakan luka terdapat dibagian kaki kiri dan terdapat nanah
O : - Luka tampak kemerahan
- Tampak terdapat nanah
A :Gangguan intergritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R : Tidak ada
04 2
Desember Gangguan S : - Pasien mengatakan luka dibagian kakinya sudah semakin membaik dan kering
2019 intergritas kulit O : - Tidak terdapat nanah
08.00 -TD : 130/90mmHg
-N : 84x/menit
-RR :22x/menit
-S : 37.OºC
A : Gangguan intergritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 2
2.lakukan perawatan luka 2 x 1 hari dengan cairan Nacl dan balutan yang mengangkat
09.00 jaringan nekrotik dan push atau menyerap cairan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
86

I:
2.Melakukan perawatan luka 2 x 1 hari dengan cairan Nacl dan balutan yang mengangkat jaringan
nekrotik dan push atau menyerap cairan
S : - Pasien mengatakan bersedia melakukan perawatan luka dengan balutan dan dibersihkan
dengan cairan Nacl
O :- Pasien tampak tenang
E:
S :-Pasien mengatakan luka tampak kering
O : -Tidak terdapat nanah pada luka
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan, pasien pulang
R : Tidak ada
03 1
Desember Defisit S : - Pasien mengatakan kurang paham tentang penyakit yang di deritanya
2019 pengetahuan O : - Pasien tampak bingung
08.00 A : Defisit pengetahuan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 3
2.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
87

09.00 I:
2.Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
S : -Pasien tampak bersedia
10.00 O : -Pasie tampak mengerti
3.Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
S :- Pasien mengatakan bersedia
O :- Pasien tampak mengerti
E:
S :- Pasien mengatakan menanyakan tentang penyakit yang dideritanya
O :-Pasien tampak bingung
A : Defisit pengetahuan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R : Tidak ada
04 2
Desember Defisit S :- Pasien mengatakan sedikit mengerti tentang penyakit yang dideritanya
2019 Pengetahuan O :- Pasien tampak mengerti
08.00 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 3
3.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
88

09.00 I:
3.Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
S :- Pasien mengatakan bersedia
O :- Pasien tampak mengerti

E:
S :- Pasien mengatakan mengerti tentang penyakit yang dideritanya
O :- Pasien tampak mengerti
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien pulang
R : Tidak ada

03 1
Desember Ketidakstabilan S :- Pasien mengatakan kadar glukosa darah naik/turun terus
2019 kadar glukosa O :- Pasien tampak bingung
08.00 darah - Hasil gds 1 : 234
- Hasil gds 2 : 289
- Hasil gds 3 : 223

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
89

- Hasil gds 4 :202


A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 3 dan 4
3.Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4.Kolaborasi pemberian insulin
09.00 I:
3.Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
S :- Pasien mengatakan bersedia untuk diet dan olahraga apa yang diperintahkan oleh tenaga
medis
10.00 O :- Pasien tampak mengerti
4.Mengkolaborasi pemberian insulin
S :- Pasien mengatakan kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
O :-Pasien tampak bingung
E:
S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
O:- Pasien tampak bingung
A :Ketidakstabilan kadar glukosa darah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R : Tidak ada
04 2
Desember Ketidakstabilan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
90

2019 kadar glukosa S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darahnya sudah mulai turun
08.00 darah O :-Hasil gds : 102
A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensino 4
09.00 4.Kolaborasi pemberian insulin
I:
4.Mengkolaborasi pemberian insulin
S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darah turun
O :-Hasil gds terakhir : 86
E:
S :-Pasien mengatakan kadar glukosa darah turun
O :- Pasien tampang senang/lega
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien pulang
R : Tidak ada
03 1
Desember Ansietas
2019 S :- Pasien mengatakan cemas saat mau dipindahkan di ruang OK
08.00 O :- Pasien tampak takut
-Pasien tampak gelisah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
91

A : Ansietas belum teratasi


P :Lanjutkan intervensi no 3
09.00 3.Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik nafas dalam)

I:
3.Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
S :-Pasien mengatakan cemas saat mau dipindahkan di ruang OK takut kakinya diamputasi
O :-Pasien tampak takut
E:
S :-Pasien mengatakan cemas bertambah saat dipindahkan di ruang OK
04 2 O :-Pasien tampak takut
Desember Ansietas A : Masalah belum teratasi
2019 P :Lanjutkan intervensi
08.00 R : Tidak ada

S : - Pasien mengatakan sudah sedikit tidak merasa cemas setelah tindakan debridement di ruang
OK
09.00 O :-Pasien tampak tenang

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
92

A : Ansietas teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi no 3
3.Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
I:
3.Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
S :-Pasien mengatakan sudah tidak merasa cemas
O :-Pasien tampak tenang

E:
S: -Pasien mengatakan sudah merasa tidak cemas
O :-Pasien tampak tenang
03 1 A :Masalah teratasi
Desember Defisit nutrisi P : Hentikan intervens, pasien pulang
2019 R : Tidak ada
08.00

S :- Pasien mengatakan nafsu makan berkurang


O :- BB sebelum sakit :65 kg
-BB saat sakit :55 kg
- Porsi makan tidak habis

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
93

A : Defisit nutrisi belum teratasi


09.00 P :Lanjutkan intervensi no 2 dan 4
2.Sajikan makanan secara menarik
4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutukan jika perlu
I:
2.Mensajikan makanan secara menarik
10.00 S :-Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
O :-BB sebelum sakit : 65 kg
-BB saat sakit : 55 kg
-Porsi makan tidak habis

4.Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
S :-Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
O :-Porsi makan tidak habis

E:
S :-Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
O :-BB menurun : -BB sebelum sakit 65 KG
04

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
94

Desember 2 -BB saat sakit 55 kg


2019 Defisit nutrisi A :Defisit nutrisi belum teratasi
08.00 P :Lanjutkan intervensi
R : Tidak ada

S :-Pasien mengatakan sudah mulai nafsu makan


09.00 O :- Porsi makan habis
A :Defisit nutrisi teratasi sebagian
P :Lnjutkan intervensi no 4
4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menunjukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
jika perlu
I:
4.Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
S ;-Pasien mengatakan sudah mulai nafsu makan
O :-Porsi makan habis
E:
S :-Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
O :-Porsi makan habis
A : Defisit nutrisi teratasi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
95

P : Hentikan intervensi, pasien pulang


R : Tidak ada

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
96

BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan membahas persamaan dan kesenjangan yang ada pada

“Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Gangguan Sistem Endokrin (Diabetic

foot) di Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon”. Berdasarkan pengkajian yang

penulis lakukan pada Tn. M pada tanggal 29 November 2019, penulis

mengangkat 6 (Enam) diagnosa keperawatan berdasarkan data-data pendukung

yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan ini penulis membaginya, dari proses

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Analisis Penyakit (Disease Analyse)

Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi diabetes mellitus (DM).

Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang

berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah

(Decroli E, 2008). Diabetic foot (kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai

bawah yang merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes mellitus bagian

kaki (Misnadiarly, 1997). Diabetic foot adalah jaringan nekrosis atau jaringan

mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada

bagian tubuh sehingga suplai darah berhenti (Andyagreeni, 2010).

1. Adapun tanda dan gejala diabetic foot akibat mikroangiopatik

disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak

merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri

dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses

95
STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
97

mikroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Sedangkan secara akut

emboli akan memberikan gejala klinis 4 P yaitu :Pain (Nyeri), Paleness

(kepucatan), Parethesia (parestesia dan kesemutan), Paralysis (lumpuh). Bila

terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis : Stadium I : asimptomatis

atau gejala tidak khas (kesemutan), Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten,

Stadium III : timbul nyeri saat istirahat, Stadium IV : terjadinya kerusakan

jaringan karena anoksia (ulkus). Penyebab dari terjadinya diabetic foot dibagi

menjadi beberapa faktor seperti: 1) Faktor Presdiposisi : Faktor yang

mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti kelainan

makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan neuropati

otonom, 2) faktor Presipitasi : Perlukaan dikulit (jamur),Trauma, Tekanan

berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama, 3) faktor yang memperlambat

Penyembuhan luka : Derajat luka, Perawatan luka, Pengendalian kadar gula darah

(Brunner & Suddarth, 2005).

Hasil pengkajian pada Tn. M didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri

dibagian luka kaki kiri nyeri dirasakan seperti segot-segot yang merupakan tanda

khas dari penyakit diabetic foot. Pasien juga memiliki faktor yang menjadi pemicu

timbulnya penyakit diabetic foot seperti neuropati sensorik, hal ini dapat

dijelaskan bahwa neuropati sensorik merupakan penyebab utama diabetic foot

yang berperan paling penting yaitu kurang lebih 45-60% dari semua penderita

ulkus diabetik neuropati, di mana 45% nya merupakan gabungan dari neuropati

dan iskemik (Pramudito, 2014). Neuropati sensorik gangguan pada saraf yang

mengirim sinyal sensasi seperti sensai sentuhan, suhu, atau nyeri.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
98

Diabetic foot merupakan komplikasi kronis pada Diabetes Melitus pada

umumnya terjadi gangguan pembuluh darah atau angiopati dan kelainan pada

saraf atau neuropati. Angiopati pada pembuluh darah besar disebut

makroangiopati dan bila kena pembuluh darah kecil disebut mikroangiopati,

sedangkan neuropati bisa merupakan neuropati perifer maupun neuropati otonom.

Pada penelitian UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study) umumnya

penderita Diabetes Melitus yang datang berobat 50 % sudah mengalami

komplikasi. sedangkan risiko seumur hidup untuk komplikasi ini adalah 15%

ulkus lebih sering terjadi pada pasien di asia dari anak benua india. Selain itu, 60-

80% dari ulkus akan sembuh, 10-15% akan tetap aktif, dan 5-24% akan berakhir

di amputasi dalam jangka waktu 6-18 bulan setelah evaluasi pertama dan 3,5-13%

dari pasien dengan ulkus aktif akan meninggal.

Dimana terjadinya masalah diawali adanya hiperglikemia pada

penyandang Diabetic foot yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan

pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan

autonomik akan menyakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot

(Waspadjil, 2009).

Berdasarkan data yang ada secara spesifik ada kesenjangan yang

signifikan antara kasus Tn. M dengan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa

ahli. Hal ini dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri di bagian kaki kiri.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
99

B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok. Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,

mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah Nyeri akut

berhubungan dengan iskemik jaringan, defisit nutrisi berhubungan dengan intake

makanan yang kurang, gangguan intergritas kulit berhubungan dengan adanya

ganggren pada ekstermitas, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa

nyeri pada luka, defisit pengetahuan berhubungna dengan ketidaktahuan

menemukan sumber informasi.

Sementara itu berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan, penulis

menegakkan 6 (Enam) diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan pencedra fisiologis ditandai dengan

infeksi.

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, sejak onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

(tiga) bulan (SDKI, 2017). Penulis menegakkan diagnosa nyeri akut menjadi

diagnosa pertama adalah karena pada pasien ditemukan data subjektif pasien

mengatakan nyeri dibagian luka kaki kiri rasa nyeri yang menetap tidak menjalar,

pasien mengatakan nyeri timbul saat banyak bergerak atau pindah posisi, pasien

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
100

mengatakan keluhan nyeri dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,

pasien juga mengatakan nyeri seperti segot-segot. Sedangkan data obyektif

didapatkan Pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak

menghindari nyeri, pasien tampak sulit tidur, skala nyeri 7, tanda-tanda vital :

TD : 1300/90 mmHg, Nadi : 84 Suhu : 37,0 ºC, RR : 22 x/menit. Pada diagnosa

keperawatan nyeri akut menjadi diagnosa prioritas, hal ini karena data yang

didapatkan pada hasil pengkajian sangat mendukung. Menurut SDKI (2017)

dalam menegakkan diagnosa perlu adanya 80% data mayor agar diagnosa dapat

ditegakkan.

Nyeri akut dapat terjadi pada pasien diabetic foot ketika neuropati

menyebabkan gangguan sensorik yang menghilangkan atau menurunkan sensasi

nyeri kaki. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai sehingga

mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi kaki. Angiopati akan

menganggu aliran darah ke kaki oleh hal ini menyebabkan penderita dapat merasa

nyeri tungkai sesudah berjalan dalam jarak tertentu. (Kartika,2017).

Diagnosa keperawatan ini apabila tidak diprioritaskan maka akan terjadi

masalah keperawatan lain seperti akan terjadi infeksi pada pasien. Dalam kondisi

tersebut dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati. Ketika

Adanya infeksi pada bagian distal ekstremitas menyebabkan ulkus, meningkatkan

resiko penderita diabetes mengalami amputasi kaki.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
101

2. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer

ditandai dengan diabetes mellitus.

Gangguan intergritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis, dan/atau

epidermis) atau jaringan membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi dan/ atau ligamen. Adapun batasan karakteristik mayor

yaitu mengeluh kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, sedangkan batasan

karakteristik minor yaitu mengeluh nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma

(SDKI, 2017).

Diagnosa keperawatan ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan data

subyektif pasien mengatakan terdapat luka di bagian kaki kiri dan terdapat nanah,

luka sudah 16 cm. Data obyektif didapatkan pasien tampak terdapat luka di bagian

kaki kiri, tampak terdapat perdarahan, tampak terdapat kemerahan, pasien tampak

nyeri, tampak terdapat kerusakan jaringan/ lapisan kulit. Kondisi tersebut

merupakan komplikasi dari diabetic foot, komplikasi adalah komplikasi yang

terjadi pada pasien diabetic foot. Komplikasi yang sering terjadi adalah kerusakan

saraf, infeksi jamur, kapalan, ulserasi pada kaki, hammer toes (Sanverdi, 2012).

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan

sumber informasi ditandai dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien.

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik tertentu. adapun batasan karakteristik mayor yaitu

mengeluh menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan perilaku tidak sesuai

anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah, sedangkan batasan

karakteristik minor yaitu mengeluh menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, dan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
102

menunjukan perilaku berlebihan (mis:apatis, bermusuhan, agitasi, histeria) (SDKI,

2017).

Diagnosa keperawatan ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan data

subyektif pasien mengatakan menanyakan tentang masalah penyakit yang

dihadapinya, pasien mengatakan tidak tahu makanan yang harus dipantang. Data

obyektif didapatkan pasien tampak bingung dan tampak tidak mengerti terkait

penyakit diabetic foot.

Pengetahuan merupakan tingkat perilaku penderita dalam melaksanakan

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh petugas kesehatan. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien diabrtic foot meliputi arti penyakit

diabetic foot, penyebab diabetic foot, gejala yang sering menyertai dan pentingnya

melakukan makanan yang harus dipantang dan melakukan pengobatan perawatan

teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta mengetahui bahaya yang

ditimbulkan jika tidak dilakukan atau dipatuhi (Pramestutie & Siviana, 2016).

Pengolalaan atau manajemen perawatan diri diabetic foot merupakan hal yang

sangat penting bagi individu dalam pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal

terpenting dalam mengendalikan dan mencegah komplikasi diabetic foot

(Thutsaringkarnskul, 2012).

4. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan

toleransi glukosa darah ditandai dengan hiperglikemia.

Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi kadar glukosa darah

naik/turun dari rentang normal. Adapun batasan karakteristik mayor yaitu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
103

mengeluh lelah atau lesu, sedangkan batasan karakteristik minor yaitu kadar

glukosa dalam darah/urin tinggi (SDKI, 2017).

Diagnosa keperawatan ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan data

subyektif pasien mengatakan bahwa saat dilakukan cek GDS, gula darah

naik/turun dari rentang normal, pasien mengatakan saat setelah dilakukan

pemeriksaan cek GDS, pasien merasa lelah. Data obyektif didapatkan kadar

glukosa dalam darah/urin tinggi, Tampak hasil gds 1 : 234, Hasil gds 2 : 289,

Hasil gds 3 : 223, Hasil gds 4 : 202

Hal ini terjadi pada pasien terdapat reaksi autoimun dimana

mengakibatkan sel beta pangkreas hancur sehingga defisensi insulin

mengakibatkan hiperglikemia menjadi ketidakstabilan kadar glukosa darah.

5. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

ditandai dengan penyakit akut.

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu

terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Adapun batasan karakteristik mayor yaitu mengeluh merasa bingung, merasa

khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak

gelisah, tampak tegang, sulit tidur. Sedangkan batasan karakteristik minor yaitu

mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, frekuensi napas

meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis,

tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,

berorientasi pada masa lalu (SDKI, 2017).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
104

Diagnosa keperawatan ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan

data subyektif pasien mengatakan cemas karena akan dipindahkan di ruang OK

dan akan dilakukan tindakan debridement, pasien mengatakan takut kakinya di

amputasi. Data obyektif didapatkan pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang,

pasien tampak sulit tidur, Muka tampak pucat. Hal ini terjadi pada pasien diabetic

foot terdapat terganggunya aliran darah ke kaki dimana mengakibatkan

penurunan asupan dan O2 sehingga mengakibatkan trauma luka sulit sembuh

dapat menimbulkan ulkus menjadi infeksi dan ganggren dapat menimbulkan

amputasi sehingga menyebabkan rasa cemas/ansietas.

6. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.

Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme. Adapun batasan karakterisitik mayor yaitu mengeluh

berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, sedangkan batasan

karakteristik minor yaitu mengeluh cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri

abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah,

otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,

rambut rontok berlebihan, diare (SDKI, 2017).

Diagnosa keperawatan ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan data

subyektif pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan mengalami

penurunan berat barat, sebelum sakit berat badan 65 kg dan setelah sakit 55 kg,

Pasien mengatakan hanya makan setengah porsi saja. Data obyektif didapatkan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
105

penurunkan berat badan, sebelum sakit berat badan 65 kg dan setelah sakit 55 kg,

pasien tampak lemah, 1 porsi makanan tidak habis.

Defisit nutrisi ini terjadi dikarenakan terjadinya sel tidak mendapatkan

asupan sehingga menimbulkan produksi energy menurun dan konversi asam

amino dalam hati menimbulkan polifogia sehingga glukosa hanya sampai ke

pembuluh darah menimbulkan berat badan menurun menjadi defisit nutrisi.

C. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation

Analyse)

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih

baik dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter &

Perry, 2005). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkolaborasi

dengan tim medis lain serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Adapun tindakan yang penulis sussun berdasarkan diagnosa yang

diangkat adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan pencedra fisiologis

Pada diagnosa nyeri akut tindakan yang sudah dilakukan yaitu :

a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut tindakan yang dilakukan adalah

mengkaji nyeri secara komperhensif atau PQRST (paliatife, quality, regional,

skala, dan time) hal ini karena pada penderita penyakit diabetic foot memiliki

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
106

gejala nyeri yang khas seperti nyeri di bagian luka kaki kiri sehingga perlu dikaji

lebih dalam dan rasa nyeri sendiri bersifat subjektif (Wijaya & Putri, 2013).

Rasional dilakukanya intervensi klien diabetic foot mengalami nyeri luka

di bagian kaki kiri karena terjadi terganggunya aliran darah ke kaki, keadaan

tersebut akan menyebabkan nyeri.

b. Memfasilitasi istirahat dan tidur

Rasional dilakukanya intervensi tersebut karena dengan klien beristirahat

dan tidur yang cukup dapat membantu menurunkan atau mengurangi rasa sakit.

Fungsi dan tujuan tidur tidak dapat diketahui secara pasti akan tetapi

diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional, selain itu juga istirahat dan tidur berfungsi sebagai regenerasi sel-sel

tubuh yang rusak menjadi baru, menambah konsentrasi dan kemampuan fisik,

memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh, mengistirahatkan tubuh yang

letih akibat aktivitas seharian, menyimpan energi, meningkatkan kekebalan tubuh

dari serangan penyakit, dan menambah konsentrasi dan kemampuan fisik

(Guyton, 2009).

c. Mengajarkan teknik non farmakologi tarik nafas dalam untuk

mengurangi rasa nyeri di kaki

Rasional dilakukanya intervensi tersebut hal ini dapat membantu

menurunkan persepsi respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh

terhadap nyeri dan memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang

singkat untuk mengatasi nyeri dalam beberapa menit (Nurarif, 2015).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
107

d. Kolaborasi pemberian santagesik, 3 x 1 hari

Adapun pemberian obat santagesik bertujuan untuk mengobati

mengurangi rasa nyeri. tanpa mengurangi kesadaran (Tjay & Rahardja, 2015).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang menggangu, berhubungan

dengan ancaman timbulnya gangguan atau kerusakan jaringan. Keadaan

psikologis seseorang sangat berpengaruh, misalnya emosi dapat menumbulkan

nyeri atau membuatnya semakin parah. Ambang batas nyeri dapat ditoleransi

seseorang berbeda-beda karena nyeri merupakan suatu perasaan subjektif

(Sherwood, 2012).

2. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer

a. Mengidentifikasi penyebab gangguan intergritas kulit (mis:

perubahan sirkulasi, suhu lingkungan eksterm, penurunan mobilitas)

Rasional dilakukanya intervensi tersebut hal Neuropati diabetik dapat

menyebabkan insentivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri,

panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi

luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya

insentivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani maka akibatnya dapat terjadi

komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita

diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah

putih memakan dan membunuh kuma berkurang pada kondisi kadar gula darah

(KGD) diatas 200 mg% karena kekurangan suplai oksigen bakteri-bakteri yang

akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah

penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (vikositas)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
108

yang tinggi, sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya nutrisi dan

oksigen jaringan tidak cukup ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman

anaerob berkembang biak (Wijaya, 2013).

b. Melakukan perawatan luka dengan cairan Nacl 2 x 1 hari dengan

balutan yang menghambat jaringan nekrotik dan push atau untuk menyerap cairan

Rasional dilakukanya intervensi tersebut merupakan hal pokok untuk

meningkatkan memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta

menghindari kemungkinan terjadinya infeksi dan mengangkat jaringan nekrotik

dan push atau menyerap cairan. Pada pasien diabetik juga bisa menggunakan

balutan atau madu. Proses tujuan dari balutan madu adalah untuk mengangkat

jaringan nekrotik dan push dari proses pencucian luka bertujuan untuk membuang

jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan

sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman

untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka

(misalnya Nacl 0,9%) penggunaan hydrogenperoxida, hypoclorite solution dan

beberapa cairan debridement lainya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan

nekrosis/ slough dan tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan aseptic

seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh

pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan kembali

dengan saline (Wijaya, 2013).

c. Mengajarkan prosedur perawatan luka dengan memberikan madu

Rasional dilakukanya intervensi tersebut mengurangi menyerap

cairan dan push dan atau menghilangkan faktor penyebab, optimilisasi suasana

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
109

lingkungan luka dalam kondisi lembab, dukungan kondisi klien atau host (nutrisi,

control diabetes mellitus dan control faktor penyerta), meningkatkan edukasi klien

dan keluarga perawatan luka diabetes (Wijaya, 2013).

d. Mengkolaborasi prosedur pemberian antibiotik topikal dan

debridement

Rasional dilakukanya intervensi tersebut Debridement adalah

pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka. Debridement dilakukan

untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu

berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri. Setelah debdridement,

jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang diikuti dengan kemampuan

tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis atau slough yang menempel pada

luka (peristiwa autolysis).

Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan nekrotik

oleh leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistemautolysis dengan

menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien

dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi (Wijaya, 2013).

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan

sumber informasi

a. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Rasional dilakukanya intervensi tersebut untuk mengetahui tingkat

pengetahuan klien. Kesiapan peningkatan pengetahuan adalah keberadaan atau

diperolehnya informasi secara kognitif berhubungan dengan topik spesifik untuk

memenuhi tujuan yang terkait dengan masalah kesehatan sehingga individu dapat

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
110

mengantisipasi. Kesiapan peningkatan pengetahuan adanya atau pemerolehan

informasi kognitif yang berhubungan dengan topik tertentu yang memadai untuk

memenuhi tujuan terkait kesehatan dan dapat ditingkatkan (Bluchek, 2017).

b. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan

Adapun hal ini dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai

diabetic foot juga berpengaruh pada kepatuhan pasien. Pasien dengan tingkat

pengetahuan kurang akan tidak mengetahui penyakitnya, penyebabnya dan

pantangan untuk penyakit tersebut. Pasien dengan tingkat pengetahuan baik

tentang diabetic foot akan patuh terhadap pantangan makanan seiring dengan

meningkatnya pengetahuan tentang diabetic foot, pasien diabetic foot dapat

melakukan penatalaksanaan penyakitnya sehingga pasien menjadi lebih baik

(Elania & Maria, 2017).

c. Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Rasional dilakukanya intervensi tersebut menerapkan dalam pola hidup

sehat merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang

terutama pada pasien diabetic foot. Kepatuhan terhadap pantangan makanan

pasien diabetic foot dapat melakukan penatalaksanaan penyakitnya sehingga

pasien menjadi lebih baik (Elania & Maria, 2017).

4. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan

toleransi glukosa darah

a. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia

Saat ditanya terkait keluhan, pasien hanya mengeluh lelah/lemas setelah

dilakukan tindakan pemeriksaan cek gds, dan pasien sudah terpasan infus Nacl 20

tpm.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
111

Rasional dilakukanya intervensi tersebut adalah ketika tubuh mengalami

hiperglikemia melebihi ambang ginjal maka timbul glisuria. Glukosuria

menyebabkan ketidakseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar

(polifagia) penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi

metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah.

b. Mengkonsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia

tetap ada atau memburuk

Hasil yang didapatkan : Hasil Gds 1 : 234, Gds 2 : 289, Gds 3 : 223, Gds

4 : 202

Rasional dilakukanya intervensi tersebut adalah peningkatan kadar

natruim serum dikarenakan penurunan perubahan aliran air dan elektrolit dari

ruang intravaskuler menuju ektravaskuler akibat adanya hiperglikemia. Kadar

kalium serum dapat mengalami peningkatan karena perpindahan kalium

ekstraseluler akibat defisensi insulin, hipertonisitas dan asidemia.

c. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

Salah satu komponen yang cukup penting adalah penatalaksanaan diet,

yang diarahkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap terkontrol

dan dipertahankan mendekati normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipid

serum normal, memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal, menangani atau menghindari komplikasi akut pasien dan

meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal.

Arsana (2011) menyebutkan bahwa kontrol glikemik pasien sangat

dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap anjura diet meliputi jenis dan jumlah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
112

makanan yang dikonsumsi dan ketidakpatuhan merupakan salah satu hambatan

untuk tercapainya tujuan pengobatan dan juga akan mengakibatkan pasien

memerlukan pemeriksaan atau pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal

ini memerlukan perhatian dan penanganan serius dari tenaga kesehatan termasuk

perawat untuk menurunkan angka kejadian diabetic foot salah satunya adalah

dengan patuh dalam melaksanakan program diet.

d. Mengkolaborasi pemberian insulin

Rasional dilakukanya intervensi tersebut pemberian terapi insulin

tambahan pada pasien diabetic foot karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin

yang cukup, dimana pangkreas masih dapat memproduksi hormon insulin tetapi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan sel tubuh juga tidak merespon

dengan baik, maka pemberian insulin tambahan diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan insulin tubuh.

Menurut Rulianti (2008) pengobatan diabetic foot harus dikelola

melalui beberapa tahapan yang paling terkait meliputi edukasi, perencanaan

makan, latihan jasmani, pengunaan obat-obatan baik oral maupun insulin. Terapi

insulin wajib diberikan pada penderita DM tipe I dan II, sekitar 40% nya juga

harus menjalani terapi insulin. Tes gula darah dapat secara efektif menentukan

jumlah insulin yan dibutuhkan setiap harinya. Menurut Ruslianti (2008) terapi

insulin yang dianjurkan adalah saat pagi hari sebelum sarapan, dua jam setelah

makan dan malam hari sebelum tidur.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
113

5. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

a. Mengidentifikasi penurunan tingkat tinggi, ketidakmampuan

berkonsentrasi atau gejala lain yang menggangu kemampuan kognitif

Rasional dilakukanya intervensi tersebut bahwa cemas merupakan

perasaan tidak nyaman yang belum jelas penyebabnya serta tidak didukung oleh

situasi bila cemas tidak diatasi akan mengakibatkan meningkatkan norepinephrine

diikuti pula oleh peningkatan dopamine, kortisol serta serotonin (Videbeck,2011).

Peningkatan hormon kortiso juga berakibat pada meningkatnya konversi asam

amino, laktat dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis

kemudian akan diikuti oleh peningkatan glukosa darah, tentu kondisi ini

merupakan kondisi yang tidak diharapkan pada pasien yang mengalami ulkus

diabetic dengan neuropati perifer.

b. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan

pencahayaan dari suhu ruangan nyaman, jika memungkinkan

Rasional dilakukanya intervensi tersebut merupakan segala bentuk

perilaku dan sikap positif yang diberikan kepada individu yang sakit atau

mengalami kesehatan, sehingga dapat memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis karena dapat mempecepat pemulihan sakit, meningkatkan kekebalan

tubuh, dapat menurunkan rasa cemas dan gangguan psikologis (Taylor, 2005).

c. Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis: napas dalam,

penegangan, atau imajinasi terbimbing teknik relaksasi merupakan salah satu

terapi nonfarmakologis, latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
114

terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah,

Indriyana, & Suratun, 2012).

Rasionalnya mengajarkan teknik non farmakologi yaitu merupakan

tindakan menurunkan rasa cemas tanpa menggunakan agen farmakologi dalam

melakukan implementasi keperawatan tindakan no farmakologi adalah tindakan

untuk mengatasi rasa cemas (Sulistyo, 2013).

6. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

a. Mengidentifikasi status nutrisi

Rasional dilakukanya intervensi tersebut adalah pola makan suatu cara

tertentu untuk mengatur jumlah dan jenis asupan makanan dengan maksud untuk

mempertahankan kesehatan, status gizi, serta mencegah atau membantu proses

penyembuhan (Depkes, 2009).

b. Mensajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

Rasional dilakukanya intervensi tersebut membantu memenuhi

kebutuhan pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

c. Mengajarkan diet yang di programkan

Rasional dilakukanya intervensi tersebut pengaturan diet pada pasien

diabetic foot dapat mencegah kondisi pasien semakin memburuk dan mencegah

timbulnya komplikasi.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
115

d. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu

Rasional dilakukanya intervensi tersebut salah satu penatalaksanaan gizi

medis adalah pemberian diet melalui preskripsi diet yang dibuat oleh dokter yang

kemudian akan diterjermahkan oleh ahli gizi ke dalam menu makanan.

D. Evidence Based Prtactice

Evidence Bases Pratactice (EBP) merupakan proses penggunaan bukti-

bukti terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan

klinik dalam merawat individu pasien (Nurhayati, 2015).

Pada hasil penelitian Harman (2007) penggunaan balutan kassa

merupakan standart dalam perawatan luka dan masih banyak di gunakan secara

luas dalam proses perawatan luka. Perawatan luka dengan menggunakan cairan

Nacl 0,9% dan madu banyak keuntungan yang didapat seperti lebih murah, mudah

digunakan dan dapat dipakai pada area yang sulit dijangkau serta tidak bersifat

toksik terhadap jaringan cairan Nacl 0,9% bersifat isotonis, yang artinya memiliki

sifat yang sama dengan cairan yang ada pada tubuh manusia. Cairan Nacl 0,9%

lebih dianjurkan sebagai cairan perawatan luka jika dibandingkan dengan cairan

lain seperti H2O2, povidone iodhine, rivanol dan cairan lainya yang bersifat

toksik terhadap jaringan.

Saat ini teknik perawatan luka telah banyak mengalami perkembangan

dimana perawatan luka sudah mulai menggunakan bahan modern. Produk bahan

perawatan luka modern membawa konstribusi yang besar dalam metode

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
116

perawatan luka kronis salah satunya luka diabetes. Prinsip dari produk perawatan

luka modern adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembab

untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan

cairan jaringan dan kematian sel (De Laune, 1998 dalam Dewi, 2008).

Madu alami memiliki kandungan yang dapat menyembuhkan infeksi kaki

diabetik. Sebagai contoh enzim katalase yang berfungsi sebagai antibakteria dan

kandungan air yang kurang dari 18% memungkinkan madu untuk menarik pus

(nanah) di sekitar area luka yang dioles dengan madu alami dengan penggunaan

bagi luka yang memiliki slough dan cairan yang banyak dilakukan dressing selang

sehari sebanyak 4 kali dalam satu minggu, sedangkan untuk luka yang memiliki

slough sedikit maka dilakukan dressing luka 3 hari sekali dalam seminggu

dilakukan 2 kali perawatan luka. Selama perawatan luka, luka dilakukan secara

steril, berhati-hati dalam membuang nekrosis atau jaringan mati setelah selesai

luka ditutup dengan menggunakan madu secara merata dan dibalut dengan

menggunakan kassa steril (Surtanto, 2007).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
117

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dideskripsikan tentang simpulan dan saran dari

pengelolaan kasus pada Tn. M dengan Diabetic foot di Ruang Seruni RSUD

Waled Cirebon.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan Diabetic foot pada Tn. M di

Ruang Seruni RSUD Waled Cirebon pada tanggal 29 Novemver 2019, penulis

membandingkan teori dengan tinjauan kasus, maka dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan Pengkajian dilakukan pada hari jumat tanggal 29

november 2019 jam 08:00 WIB, di dapatkan hasil pasien mengeluh nyeri di kaki

bagian kiri. Kemudian keluarga pasien membawa pasien ke IGD RSUD Waled

Cirebon. Pada pengkajian riwayat dahulu diketahui pasien mengkonsumsi rokok

1-2 bungkus perhari, sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit. pasien

mengatakan tidak pernah menjalani riwayat pengobatan diabetic foot, Pasien

mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular atau keturunan seperti hipertensi,

TBC, liver, jantung dan gagal ginjal, akan tetapi pasien mempunyai penyakit

keturunan diabetes mellitus. Pasien merupakan seorang ayah dari 2 anak dan

seorang kakek dari 2 orang cucu.

2. Diagnosa keperawatan pada kasus Tn. M didapatkan 6 (Enam)

diagnosa keperawatan diantaranya yaitu Nyeri akut berhubungan dengan pencedra

fisiologis ditandai dengan infeksi, gangguan intergritas kulit berhubungan dengan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
116
118

neuropati perifer ditandai dengan diabetes mellitus, defisit pengetahuan

berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber informasi ditandai

dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, ketidakstabilan kadar

glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa darah ditandai

dengan hiperglikemia, Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami

kegagalan ditandai dengan penyakit akut dan defisit nutrisi berhubungan dengan

kurangnya asupan makanan ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.

3. Perencanaan keperawatan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi pasien pada saat penulis melakukan pengkajian, serta kemampuan

keluarga dalam bekerja sama dengan penulis. Dalam melakukan asuhan

keperawaan pada Tn. M penulis telah berusaha melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang ditujukan untuk

mengatasi masalah yang dialami pasien.

4. Implementasi yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi masalah

yang dihadapi pasien dengan intervensi yang telah direncakan.

5. Evaluasi yang didapatkan setelah penulis melakukan implementasi

dari tanggal 02 sampai 04 Desember 2019, dari ke 6 (Enam) diagnosa

keperawatan yang muncul, baru 2 (dua) diagnosa yang teratasi sebagian yaitu

nyeri akut berhubungan dengan pencedra fisiologis ditandai dengan infeksi,

gangguan intergritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer ditandai dengan

diabetes mellitus. Dan 4 (empat) diagnosa sudah teratasi yaitu defisit pengetahuan

berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber informasi ditandai

dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, ketidakstabilan kadar

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
119

glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa darah ditandai

dengan hiperglikemia, ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami

kegagalan ditandai dengan penyakit akut, defisit nutrisi berhubungan dengan

kurangnya asupan makanan ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.

6. Evidence Bases Pratactice (EBP) yang dilakukan yaitu dengan

cara pemberian perawatan luka dilakukan 2 x 1 hari dalam seminggu dengan

pemberian cairan Nacl 0,9% dan madu dengan balutan untuk mengangkat jaringan

nekrotik dan push atau menyerap cairan.

B. Saran

Dengan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Diabetic foot

yang telah penulis lakukan, saran yang dapat diberikan adalah :

1. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil asuhan keperawatan pada karya ilmiah ini diharapkan untuk profesi

keperawatan dapat berperan aktif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

dengan melakukan pendidikan kesehatan baik pada pasien maupun masyarakat

untuk menjaga pola makan dan batasi konsumsi glukosa agar dapat mencegah

terjadinya penyakit diabetic foot.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Saran untuk institusi pendidikan yang akan mencetak tenaga perawat

diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam hal memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin (diabetic foot)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
120

sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih tepat, baik dan

spesifik.

3. Bagi Lahan Praktik

Hasil asuhan keperawatan pada karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat

menjadi bekal dan menambah keterampilan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Diabetic foot sehingga dapat lebih ditingkatkan

untuk menumbuhkan daya analisis mahasiswa profesi keperawatan dalam

melakukan pengkajian dan berpikir kritis dalam menilai kesenjangan antara teori

dengan kasus.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
121

DAFTAR PUSTAKA

Andyagreeni. (2010). Tanda klinis penyakit diabetes mellitus. Jakarta:CV. Trans


Info Medika.

Bilous & Donelly. (2014). Diabetes : tips pencegahan preventif dan penanganan.
Yogyakarta: Venus.

Black, M. J & Hawks, H. J. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen


klinis untuk hasil yang diharapkan, edisi 8 ; Buku 2. Jakarta : Cv
Penatasada Media Edukasi.

Brunner & Suddarth. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed 8).
Volume 2. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan medikal bedah (Ed 12). Jakarta: EGC.

Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta : EGC.

Decroli, E & Karmi, J. (2008). Profil ulkus diabetik pada penderita rawat inap di
bagian penyakit dalam RSUP Dr.M. Djamil Padang. Volume: 58 nomor
1.

Guyton, A.C & Hall, J.E. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran (Ed 9). Jakarta:
EGC.

Internasional Diabetes Federation (IDF). (2017). Edisi ke-8 http://www.IDF.org.


Diakses pada hari rabu, tanggal 8 april 2020, jam 18:01 Wib.

Lemone, P., Burke, M. K., & Bauldoff, G. (2016). Buku ajar keperawatan
medikal bedah gangguan endokrin (Ed 5). Volume 2. Jakarta : EGC.

Maryunani, A. (2013). Perawatan luka (modern woundcare) terlengkap dan


terkini. Jakarta: in medi.

Nair, M. & Peate, I. (2018). At a glance patofisiologi for nurser at a glance : alih
bahasa indonesia. Jakarta : Erlangga.

Nather. (2016). Diabetes distres: how diabetes and mental health go hand-in-han.
http://onedrop.today/blog/2016/12/11/diabetes-distres-mental.health-
go.hand-in-hand. Diakses hari senin, tanggal 20 april, jam: 11:53 Wib.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
122

Nurhayati, T. (2017). Analisis Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Pasien DM Tipe 2 Dalam Melakukan Perawatan Luka. http://.
Journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/viewfile/377/353. Diakses pada
hari senin, tanggal 20 april 2020, jam 11:21 Wib.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses dan praktik edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC.

Rahmawati. (2017). Journal Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar
Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD
Wahidin Sudiro Husodo Makasar. http://Journal.unhas.ac.id/index.php/
mgml/article/viewvile/420/362.

Rendi, M.C & Margareth, T.H. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah
penyakit dalam. Yogyakarta: Medical Book.

Riyadi, Sujono. Sukarman. (2013). Asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan eksorin dan endokrin pada pankreas edisi pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wijaya, A.S. (2013). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Mediaka.

http://www.academia.edu/36634988/
LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETIC_FOOT.

http://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-
manis/diabetic-foot-luka-kaki-diabetes/amp/

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
123

LAMPIRAN

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
124

Lampiran 1 Jurnal Efektifitas Pengobatan Terhadap Penyembuhan Luka Infeksi

Kaki Diabetik (IKD)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
125

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
126

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
127

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
128

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
129

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
130

Jurnal 2 Jurnal Perbandingan Efektifitas Perawatan Luka Modern Moist Wound

Healing Dan Terapi Komplementer Nacl 0,9% dan Madu Asli Terhadap

Penyembuhan Luka Kaki Diabetik

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
131

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
132

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
133

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
134

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
135

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
136

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
137

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
138

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
139

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020

Anda mungkin juga menyukai