Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA APLASTIK

DI RUANG GOLEK RSUD KABUPATEN INDRAMAYU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Lisah Agustin R220416063


2. Niko Najmudin R220416035
3. Rindiani R220416041
4. Sintia Ade S R220416047
5. Wiwi Hidayani R220416060
6. Sulastri R220416053
7. Siti Nurjanah R220416049
8. Setiyani R220416044

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM PROFESI NERS
INDRAMAYU
2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan Diagnosa
Medis Anemia Aplastik di Ruang Golek RSUD Kabupaten Indramayu ”
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak oleh karena
itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu yang
mendukung sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik di antaranya:
1. Drs. H. Turmin, B.Sc, selaku Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada
Indramayu.
2. Yati Nurhayati, S.S.T., M.Keb. selaku Ketua STIKes Indramayu.
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners
STIKes Indramayu.
4. Eleni Kenanga P., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An. selaku koordinator stase
Keperawatan Anak serta pembimbing akademik lainnya
5. Seluruh dosen dan staf karyawan Stikes Indramayu
6. Yuliasih, S.Kep., Ners & Iis Anisah, S.Kep., Ners selaku pembimbing
klinik/CI di Ruang Golek RSUD Kabupaten Indramayu
7. Rekan – rekan seperjuangan program studi profesi ners angkatan 16
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca sekalian. Jika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kami
sangat berterimakasih apabila ada saran dan kritik bagi penulis yang sifatnya
membangun sehingga akan memperbaiki kualitas kami ini.

Indramayu, Januari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 6


A. Pengertian ........................................................................................................ 6
B. Etiologi............................................................................................................. 7
C. Patofisiologi ..................................................................................................... 9
D. Manifestasi klinis ........................................................................................... 12
E. Komplikasi ..................................................................................................... 13
G. Pengkajian...................................................................................................... 16
H. Pemeriksaan penunjang ................................................................................. 20
I. Analisa Data................................................................................................... 21
J. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas ..................................................... 23
K. Intervensi Keperawatan ................................................................................. 24

BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 28


BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 62
A. Analisi Penyakit (Disease Analyze) ........................................................... 62
B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyze) ................. 63
D. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation Analyze) ........ 67
E. Analisis Evaluasi Keperawatan (Nurshing Evaluation Analyze) ............... 68

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 70
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia aplastik adalah kegagalan proses pembentukan dan perkembangan

sel-sel darah yang ditandai oleh tidak aktifnya sumsum tulang dan jaringannya

digantikan oleh jaringan lemak, menyebabkan penurunan atau tidak adanya faktor

pembentukan sel-sel darah dalam sumsum tulang sehingga dapat menyebabkan

anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Keadaan kekurangan sel-sel darah ini

disebut pansitopenia.

Kejadian anemia aplastik yang didapat bervariasi di seluruh dunia

Berdasarkan data Kemenkes RI, angka kejadian anemia aplastik di Indonesia pada

tahun 2011 diperkirakan sebesar 2 sampai 5 kasus per 1.000.000 penduduk.

Meskipun prevalensi penyakit ini jarang terjadi, tetapi anemia aplastik berpotensi

menyebabkan kematian.

Frekuensi tertinggi penyakit ini muncul pada usia 15 sampai 25 tahun dan

muncul kembali setelah usia 65 sampai 69 tahun. Wanita lebih jarang terkena

anemia aplastik dibandingkan dengan pria. Perjalanan penyakit pada pria juga lebih

berat dibandingkan dengan wanita.

Anemia aplastik diduga berhubungan dengan paparan langsung terhadap

bahan-bahan toksik seperti senyawa benzena, paparan insektisida, radiasi,

obatobatan, dan kemoterapi. Faktor risiko lainnya yaitu infeksi virus, kehamilan,

kongenital, dan idiopatik. Benzena merupakan karsinogenik pada

1
2

manusia yang bisa didapat melalui paparan inhalasi, digunakan sebagai pelarut

dan digunakan dalam pembuatan bahan kimia, obat-obatan, pewarna, dan bahan

peledak. Risiko paparan tertinggi diduga terjadi pada pekerja karet dan kulit

dalam industri sepatu yang terpapar benzena dengan konsentrasi tinggi dan durasi

yang lama. Pada industri petroleum, konsentrasi benzena relatif rendah. Senyawa

benzena di lingkungan kerja telah dikaitkan terutama dengan peningkatan insiden

anemia aplastik dan leukemia di antara para pekerja. Banyak obat kemoterapi

yang memiliki penekanan sumsum tulang sebagai efek toksisitas yang utama,

contohnya seperti zat alkilasi, antimetabolit, antimitotik, dan beberapa antibiotik.

Efeknya tergantung pada dosis dan biasanya terjadi pada semua penerima obat ini.

Obat-obat lainnya seperti kloramfenikol terbukti dapat mensupresi sumsum tulang

dan mengakibatkan aplasia sumsum tulang sehingga diperkirakan menjadi

penyebab tingginya insiden.

Diklorodifeniltrikloroetana (DDT), lindane, dan chlordane adalah

insektisidayang juga dikaitkan dengan kasus anemia aplastik. Kasus terjadi setelah

paparan yang berat di pabrik-pabrik industri atau setelah penggunaannya sebagai

insektisida. Bahan fisik radiasi juga dapat menyebabkan anemia aplastik.

Infeksi virus seperti infeksi oleh human immunodificiency virus (HIV),

epstein-barr virus (EBV), sitomegalovirus, dan hepatitis dapat menimbulkan

hipoplasia sumsum tulang. Pada beberapa kasus kehamilan dapat terjadi anemia

aplastik tetapi mekanisme dan penyebab pastinya masih belum jelas, diduga bahwa

kehamilan dapat memicu hipoplasia eritiroid. Hal ini mungkin disebabkan oleh

esterogen yang meningkatkan volume plasma lebih dari produksi sel darah
3

merah. Saat anemia aplastik terjadi sebelum konsepsi, biasanya memburuk selama

kehamilan dan dilaporkan penurunan yang signifikan dalam jumlah trombosit di

hampir semua wanita dengan anemia aplastik sebelum kehamilan.

Anemia aplastik juga bisa disebabkan oleh kongenital yaitu anemia

Fanconi yang diduga disebabkan oleh ketidakstabilan DNA. Akibatnya, pasien

dengan anemia fanconi memiliki risiko tinggi untuk terjadi aplasia, leukemia

mieloid akut dan sindrom mielodisplasia. Jika pada pasien tidak diketahui

etiologinya maka digolongkan kepada anemia aplastik idiopatik Diagnosa pasti

ditegakkan dari hasil pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang.

Penegakkan diagnosa secara dini sangatlah penting sebab semakin cepat penyakit

ini terdiagnosis kemungkinan sembuh secara spontan atau parsial semakin besar.

Semakin berat hipoplasia sumsum tulang yang terjadi maka prognosis

akan semakin buruk, sebelum ditemukan adanya transplantasi sumsum tulang,

25% dari pasien meninggal dalam waktu 4 bulan dan 50% meninggal dalam waktu

1 tahun. Pada 168 pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang, hanya

sekitar 69% yang bertahan selama 15 tahun dan pada 227 pasien yang

mendapatkan terapi imunosupresif, hanya 38% yang bertahan dalam 15 tahun.

Angka kematian setelah dua tahun dengan perawatan suportif saja untuk pasien

anemia aplastik berat atau sangat berat dapat mencapai 80% dengan infeksi jamur

dan sepsis bakterial merupakan penyebab kematian paling utama.

Melihat ringkasan kasus diatas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan

Keperawatan An. H dengan diagnosa medis Anemia Aplastik di Ruang Golek

RSUD Kabupaten Indramayu.


4

B. Rumusan masalah

Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada An. H dengan diagnosa

medisAnemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tujuan Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosamedis Anemia Aplastik

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi Anemia Aplastik

2. Untuk mengetahui faktor penyebab Anemia Aplastik

3. Untuk mengetahui Patofisiologi Anemia Aplastik

4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Anemia Aplastik

5. Untuk mengetahui Komplikasi Anemia Aplastik

6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia Aplastik

7. Apa saja penatalaksanaan Medis Anemia Aplastik

8. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien

AnemiaAplastik
5

D. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Bagi Penulis

Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosa medis Anemia Aplastik di Ruang Golek RSUD Indramayu agar dapat

dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan keadaan /kondisi pasien.

b. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan dengan adanya Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosa medis Anemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu dapat menjadi

referensi tambahan dalam mengembangkan keilmuan, serta sebagai acuan untuk

melakukan peneitian dalam penegakkan diagnosa dan intervensi yang tepat.

c. Manfaat Bagi Instituti

Diharapkan dengan adanya Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosa medis Anemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu dapat menjadi

informasi tambahan dalam ilmu keperawatan bagi akademisi dalam

mengembangkan keilmuan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb

sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah istilah

yang menunjukkan hitungan sel darah merah dan kadar hematokrit dibawah normal.

Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan

suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila

terdapat kekurangan jumlah Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia

tidak merupakan suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses

patologi yang mendasari (Wijaya & Putri, 2013).

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau

bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum

tulang dalam bentuk aplasia atau hypoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau

pendesakkan sumsum tulang (Bakta, 2017).

Anemia aplastik adalah anemia yang ditandai dengan pansitopenia

(anemia, leukopenia dan trombositopenia) dalam darah tepi disertai

hiposeluleritas dari sumsum tulang. Keluhan dan komplikasi anemia aplastik

disebabkan oleh keadaan sitopenia dengan akibat anemia dan gejala yang

diakibatkannya, infeksi, maupun tanda perdarahan (Sugianto, 2015).

Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum tulang

belakang yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini berkurangnya

6
7

sel darah tepi sebagai akibat berhentinya pembentukkan sel homopoetik dalam

sum- sum tulang (Wijaya & Putri, 2013).

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan, anemia aplastik

merupakan anemia yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk

menghasilkan sel darah. Sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau

seluruh sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan platelet, hal itu

disebut pansitopenia.

B. Etiologi

Etiologi anemia aplastik menurut (Handayani & Hariwibowo, 2014).

Berikut ini adalah berbagai faktor yang menjadi etiologi anemia aplastik :

a. Faktor genetik

Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan

sebagianbesar darinya diturunkan.

b. Obat-obatan dan bahan kimia

Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat

berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah kloramfenikol.

Sedangkan bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia apalastik adalah

senyawa benzen.

c. Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen.

1) Sementara
8

1) Mononucleosis infeksiosa

2) Tuberculosis

3) Influenza

4) Bruselosis

5) Dengue

2) Permanen

Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non – A dan non – B.

virus ini dapat menyebabkan anemia. Umumnya anemia aplastik pasca – hepatitis

ini mempunyai prognosis yang buruk.

d. Radiasi

Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X.

peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan terjadinya

pansitopenia. Bila penyinaran dihentikan, sel–sel akan berptoliferasi kembali.

Radiasi dapat menyebabkan anemia aplastik berat atau ringan.

e. Kelainan imunologi

Zat anti terhadap sel–sel hematopoetik dan lingkungan mikro dapat

menyebabkan aplastik.

f. Idopatik

Sebagian besara (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak diketahuai atau

bersifat idiopatik.

g. Penyakit lain

Seperti leukemia akut, hemoglobinuria noktural proksimal, dan kehamilan

dimana semua keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pansitopenia.


9

C. Patofisiologi

Penyebab anemia aplastik adalah kongenital, faktor didapat antara lain:

bahan kimia, obat, radiasi, faktor individu, infeksi, idiopatik. Apabila pajanan

dilanjutkan setelah tanda hypoplasia muncul, maka depresi sum- sum tulang akan

berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan irreversible.

Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada klien yang

mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat

menyebabkan anemia aplastik. (Brunner and Suddarth, 2010).

Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sum-sum tulang, aspirasi sum-

sum tulang sering hanya menghasilkan bebereapa tetes darah.Maka perlu dilakukan

biopsi untuk menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum normal dan

pergantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor

granulosit, eritrosit dan trombosit,akibatnya terjadi pansitoipenia. (Brunner and

Suddarth, 2010).

Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan

trombosit. Penurunan sel darah merah (anemia) ditandai dengan menurunnya

tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah (hemoglobin)

menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan, biasanya

ditandai dengan kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardi, ekstremitas dingin dan

pucat. (Brunner and Suddarth, 2010).

Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah

sel darah putih (leukosit) kurang dari 4.500-10.000/mm3 penurunan sel darah

putih ini akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon


10

inflamasi. Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan

penurunan sistem imunitas fisik mekanik dimana dapat menyerang pada selaput

lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena

makan akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring, sehingga

mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan penurunan masukan diet

dalam tubuh. (Brunner and Suddarth, 2010).

Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu trombositopenia,

trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.

Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epitaksis, perdarahan

saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala

dari perdarhan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan

stomatitis (sariawan pada lidah dan mulut) perdarahan saluran cerna dapat

menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia

mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun (Brunner and Suddarth, 2010).


11
12

D. Manifestasi klinis

Pada aplastik terdapat pasitopenia sehingga keluhan dan gejala yang

timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hypoplasia eritropoietik akan

menimbulkan anemia dimana timbul gejala – gejalaanemia antara lain lemah,

dispnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain – lain. Pengurangan

elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan

penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mangakibatkan keluhan dan

gejala infeksi baik bersifat local sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi

baik bersifat local maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat

mengakibatkan perdarahan di kulit, selaput lender atau perdarahan di organ – organ

lain.

Manifestasi klinis pada klien anemia aplastik Menurut (Rukman Kiswari,

2014) dapat berupa :

1. Sindrom anemia

a. Sistem kardiovaskuler : rasa lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak napas

intolransi terhadap aktivitas fisik, angina pectoris hinggagejala payah jantung.

b. Susunan saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang – kunang terutama pada waktu perubahan posisi dariposisis jongkok ke

posisi berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada ekstremitas.

c. Sistem percernaan : anoreksia, mual dan muntah, flaturensi, perut

kembung, enek di ulu hati, diare atau konstipasi.

d. Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.


13

e. Epitel dan kulit : kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang

cerah, rambut tipis dan kekuning-kuningan.

2. Gejala perdarahan: ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan

subkonjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis/melena atau menorrhagia pada

wanita. Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi

perdarahan otak sering bersifat fatal.

3. Tanda – tanda infeksi: ulserasi mulut atau tenggorokan, selulitis leher,

febris, sepsis atau syok septik.

E. Komplikasi

a. Infeksi parah

Infeksi yang parah, dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya

b. Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang disertai

penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh.

c. Penumpukan zat besi dalam tubuh

penyakit ketika kadar zat besi di dalam tubuh terlalu berlebihan. Apabila

tidak ditangani, zat besi akan menumpuk di dalam organ tubuh dan memicu

penyakit serius, seperti gagal jantung.

d. Kanker darah

Kanker darah atau blood cancer adalah kondisi ketika sel darah berubah

menjadi abnormal atau ganas. Sebagian besar kanker ini bermula di sumsum tulang

tempat seldarah diproduksi. Kanker darah terbagi menjadi tiga, yaitu leukemia,
14

limfoma, dan multiplemyeloma

e. Kanker kelenjar getah bening

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) adalah kanker yang disebabkan

oleh sel darah putih yang berubah menjadi ganas. Sel darah putih tersebut

memperbanyak diri dengan tidak terkendali pada kelenjar getah bening atau di

organ-organ pembentuk sel darah putih.

F. Penatalaksanaan medis

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik menurut (Rukman Kiswari,

2014) terdiri atas:

1. Terapi kausal

Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab, tetapi

sering hal ini sulit dilakukan karena etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya

yang tidak dapat dikoreksi.

2. Terapi supportif

Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pensitopenia.

a. Untuk mengatasi infeksi antara lain :

- Hygiene mulut

- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan

adekuat. Sebelum ada hasil tes sensitivitas, antibiotik yang biasa diberikan adalah

ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin generasi ketiga.

- Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat kuman


15

gram negative, dengan neutropenia berat yang tidak memberikan respon pada

antibiotik adekuat

b. Untuk mengatasi anemia

Transfusi PRC (packed red cell) jika Hb < 7 gdL atau ada tanda payah

jantung atau anemia yang sangat simtomatik. Koreksi sampai Hb 9 – 10 gdL,

tidak perlu sampai Hb normal, karena akan menekan eritropoiesis internal.

c. Untuk mengatasi perdarahan

Transfusi konsentrat trombosit jika terdapt perdarahan mayor atau

trombosit < 20.000/mm3. Pemberian trombosit berulang dapat menurunkan

efektivitas trombosit karena timbulnya antibodi antitrombosit. Kortikosteroid

dapat mengurangi perdarahan kulit.

3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang

a. Anabolik steroid: oksimetolon atau atanozol. Efek terapi diharapkan

muncul dalam 6 -12 minggu.

b. Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah: prednisone 40 –

100 mg/hari, jika dalam 4 minggu tidak ada perbaikan maka pemakaian barus

dihentikan karena efek sampingnya cukup serius.

c. GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah

netrofil.

4. Terapi definitive

Terapi definitive adalah terapi yang dapat memberikan kesembuhan

jangka panjang, terapi tersebut terdiri dari dua macam pilihan :


16

a. Terapi imunosupresif

- Pemberian anti lymphocyte globuline : anti lymphocyte globuline

(ALG) atau anti thymocyte globuline (ATG). Pemberian ALG merupakan

pilihan utama untuk klien yang berusia diatas 40tahun.

- Pemberian methylperednisoloe dosis tinggi

b. Transplantasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitive yang

memberikan harapan kesembuhan, tetapi biaya yang sangat mahal, memerlukan

peralatan yang sangat canggih, serta adanya kesulitan tersendir i dalam mencari

donor yang kompatibel.

G. Pengkajian

1. Identitas klien

Pengkajian identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS,tanggal rencana operasi,

nomor medrek, diagnosa medis dan alamat (Rohmah, 2010)

2. Identitas penanggung jawab

Identitas penangguang jawab baik ayah, ibu, suami, istri, ataupun anak yang

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan

dengan klien dan alamat (Rohmah, 2010).


17

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Keluhan yang biasanya dikeluhkan oleh klien anemia aplastik adalah cepat

lelah, penurunan kadar hemoglobin dalam darah, kepala terasa pusing, lesu, susah

berkonsentrasi, penglihatan berkunang-kunang, prestasi kerja fisik pikiran

menurun.

b. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit

yang sama dengan klien atau apakah ada penyakit yang sifatnya keturunan

maupun menular (Rohmah, 2010).

4. Pola aktivitas sehari-hari

a. Pola nutrisi

Kaji kebiasaan makan, minum sehari-hari, adakah pantangan atau tidak,

frekuensi jumlah makan dan minum dalam sehari. Pada klien anemia aplastik sering

mengalami anoreksia/nafsu makan berkurang.

b. Pola eliminasi

Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah, konsistensi, serta

warna feses dan urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan pola

eliminasi atau tidak. Pola eliminasi pada klien dengan anemia aplastik biasanya

tidak terganggu.

c. Pola istirahat tidur

Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada
18

masalah yang berhubungan dengan pola istirahat tidur. Pola istirahat tidur pada

klien anemia aplastik biasanya suah tidur dan sering terjaga dimalam hari

(insomnia).

d. Personal hygiene

Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan

memotong kuku. Pada klien dengan anemia aplastik akan terjadi penurunan

kemampuan peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Aktivitas

Kaji kebiasaan klien sehari-hari dilingkungan keluarga dan masyarakat.

Apakah klien mandiri atau masih bergantung dengan orang lain. Pada klien anemia

aplastik aktivitas klien akan terbatas karena terjadi kelemahan otot.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Pada klien dengan anemia aplastik akan didapatkan gejala pucat, kepala

pusing, tampak lesu, penglihatan berkunang-kunang, aktivitas berkurang, susah

berkonsentrasi dan cepat lelah. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital sering

ditemukan nadi meningkat (takikardi) dan hipertensi/hipotensi sesuai dengan

kondisifluktuatif.

b. Pemeriksaan fisik persistem

1) Sistem Pernafasan

Pada klien anemia aplastik akan ditemukan pernafasan nafas pendek pada

istirahat dan aktivitas.


19

2). Sistem Kardiovaskular

Pada klien anemia aplastik akan ditemukan peningkatan sistolikdengan

diastolik stabil.

3) Sistem Pencernaan

Disfagia kesulitan menelan, anoreksia nafsu makan menurun, membran

mukosa kering, konstipasi diare, dan BAB menghitam.

4) Sistem Perkemihan

Terdapat hematuria atau kencing yang ditandai adanya darah pada

urine, warna urine gelap.

5). Sistem Endokrin

Sistem endokrin biasanya jarang terjadi gangguan pada kasus anemia

aplastik.

6). Sistem Integumen

Konjungtiva pucat, perdarahan pada gusi dan hidung, adanya petekie

(keunguan), ekimosis (luka memar) pada kulit, turgor kulit kurang, kulit kering.

Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang.

7). Sistem Muskuloskeletal

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.

Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang

menunjukkan keletihan.

8). Sistem Persarafan

Pemeriksaan sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,

ketidakmampuan berkonsentrasi. Penurunan penglihatan, dan kelemahan, serta


20

keseimbangan buruk.

H. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Anemia normokromik nomositer disertai retikusitopenia. Jumlah Hb lebih

rendah dari normal (12-14/gdL). Leukopenia dengan relative limfositosis, tidak

dijumpai sel muda dalam darah tepi. Trombositopenia, yang bervariasi dari ringan

sampai sangat berat.

b. MRI

Pada pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) memberikan

gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen seluler dan digantikan oleh

jaringan lemak
21

I. Analisa Data

DATA SENJANG MASALAH


ETIOLOGI
DS DAN DO KEPERAWATAN

DS: Berkurangnya volume


-Parastesia Perfusi perifer tidak
Darah,hb/eritrosit
- Nyeri ekstremitas efektif
(klaudikasi
intermiten) Kadar hb turun

DO :
Penurunan kadar O2
-pengisian k
apiler >3 detik kejaringan
-nadi perifer
Perifer
menurun atau tidak
teraba
-akral teraba dingin Perubahan fungsi tubuh
-warna kulit pucat
akibat mekanisme
-turgor kulit
kompensasi terhadap
menurun
anemia

Perfusi perifer tidak

efektif

Ds : Abnormalitas pada sel


- Cepat kenyang setelah stem,prekusor Defisit nutrisi
makan granulosit,eritrosit,dan
- Kram atau nyeri trombosit
abdomen
22

DATA SENJANG MASALAH


ETIOLOGI
DS DAN DO KEPERAWATAN

pansintopenia
Do :
-porsi makan tidak trombositopenia
habis (platelet<100.000/mm3)
-berat badan
menurun Gangguan dalam
-diare pembekuan darah
-membran mukosa
pucat Perdarahan : -
-membran mukosa ekinosis,epistaksis
pucat perdarahan
-sariawan ssp,perdarahan seluruh
kemih,

Penurunan darah dalam


Penurunan aliran darah

Nusea,anoreksia,stomatis

Defisit nutrisi
Ds : Faktor konginital dll
Resiko infeksi

Pajanan dilanjutkan

Do :

-penurunan HB Depresi sumsum tulang

-leukoponia
23

DATA SENJANG MASALAH


ETIOLOGI
DS DAN DO KEPERAWATAN

-leukositopenia Kegagalan sempurna dan

-imuno supresi ireversiberl

Penuruna jumlah sel


dalam sumsum tulang

Abnormalitas pada sel


stem,prekusor
granulosit,eritrosit,dan
trombosit

pansitopenia

leukopenia

(leukosit<4500-
10.000/mm3)

Sel darah putih turun

Resiko infeksi

J. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel


24

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau

ketidak mampuan mencerna makanan/absorbsi nutrisi yang di perlukan untuk

pembentukan sel darah merah (sdm )normal

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

sekunder leucopenia,penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen dan kebutuhan

K. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
NO Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
Keperawatan

1 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Observasi :


keperawatan selama 3x24
tidak efektif -Periksa sirkulasi perifer
jam di harapkan perfusi
-monitor panas,
perifer meningkat dengan
kemerahan, nyeri, atau
kriteria hasil :
bengkak pada ekstremitas
1. warna kulit pucat
Terapeutik
menurun
-lakukan pencegahan
2. edema perifer menurun
infeksi
3. kelemahan otot membaik
-lakukan hidrasi
4. pengisian kapiler
Edukasi
membaik
-anjurkan berolahrga
rutin
25

Diagnosa
NO Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
Keperawatan

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan selama 3x24
(D0019) -identifikasi status nutrisi
jam di harapkan status
-monitor asupan makanan
nutrisi terpenuhi dengan
kriteria hasil : -monitor berat badan
1. porsi makanan yang di
habiskan meningkat
Terapeutik
2. berat badan atau IMT
meningkat -lakukan oral hygine
3. frekuensi makan cukup sebelum makam jika
meningkat perlu
4. nafsu makan meningkat -hentikan pemberian
5. perasaan cepat kenyang selang nasogastrik jika
menurun asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi
-anjurkan posisi duduk
jika mampu
-anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori
26

Diagnosa
NO Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
Keperawatan

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan selama 3x24
(D0142) -minitor tanda dan gejala
jam di harapkan glukosa
infeksi lokal dan sistemik
derajat infeksi menurun
dengan kriteria hasil :
1. demam menurun
Terapeutik
2. kemerahan sedang
-cuci tangan sebelum dan
3. nyeri menurun
sesudah kontak dengan
4.kadar sel darah putih
pasien dan lingkungan
membaik
pasien

Edukasi
-jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
27

Diagnosa
NO Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
Keperawatan

4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan selama 3x24
aktivitas(D.00 -identifikasi gangguan
jam di harapkan toleransi
fungsi tubuh yang
56)
aktivitas meningkat dengan
mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil :
1. kemudahan dalam
Edukasi
melakukan aktivitas sehari-
-anjurkan tirah baring
hari meningkat
2. keluhan lelah menurun
Terapeutik
3.dispnea saat aktivitas
-sediakan lingkungan
menurun
nyaman dan rendah
stimulus

Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
BAB III

LAPORAN KASUS

Ibu pasien mengatakan sekitar pukul 09:00 WIB, datang ke IGD dengan

keluhan lemas, mual muntah serta kulit tampak kuning. Ibu pasien juga

mengatakan anaknya sesak napas dan sebelum dibawa ke RSUD juga anaknya

pingsan dirumah. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa terlalu capek, setiap

pulang sekolah ataupun main anak selalu kelehan serta anak tampak lemas dan

suka mengeluh lelah, kadang sampai pingsan.

Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 17 Januari 2023 jam 13:00

WIB ibu pasien mengatakan anaknya sulit untuk duduk hanya bisa berbaring

karena lemas. Lemas disebabkan karena HB rendah yaitu 1,8 mg/dl, yang

dilakukan pasien saat lemas hanya berbaring, Lemas bertambah ketika pasien

melakukan kegiatan seperti berpindah posisi dari berbaring ke posisi duduk.

Lemas dirasakan keseluruh badanya dan lemas dirasakan terus menerus. Ibu

pasien mengatakan ± 3 bulan yang lalu dokter memberitahu anaknya didiagnosa

anemia aplastik, 2 bulan yang lalu waktu dirawat di RSUD pasien hanya

menjalani 1x transfusi darah sebanyak ±13 labu. Namun setelah transfusi 2 bulan

yang lalu itu, bapak pasien mengatakan pasien tidak dibawa untuk transfusi lagi

yang harusnya dilakukan transfusi rutin setengah bulan sekali. Ibu dan bapak

pasien juga mengatakan selama 2 bulan tidak membawa anaknya untuk menjalani

transfusi, anaknya dibawa ke pengobatan tradisional yaitu dengan mengkonsumsi

28
29

jamu-jamu tradisional. 2 bulan telah menjalani pengobatan tradisional pasien tidak

ada perubahan namun kondisinya makin memburuk sampai dengan muntah darah.

Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan Gangguan Sistem Hematologi Di


Ruang Golek RSUD Kabupaten Indramayu
Tahun 2023

Kelompok : 4 (Empat)

Tanggal Pengkajian : Jumat, 19 Januari 2022, Jam: 13:00

Tanggal Masuk Rs : Jumat, 19 Januari 2022, Jam: 08: 15

No Medial Record : 173817

I. BIOBATA

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : An. H

Umur : 7 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Sekolah Dasar kelas 1

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Suku Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Belum menikah

Diagnosa Medis : Anemia Aplastik


30

Alamat : Karangampel

b. Identitas Penanggungjawab

Nama : Tn. N

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Karangampel

Hubungan Keluarga : Ayah

II. RIWAYAT KESEHTAN KLIEN

1. Keluhan Utama

Lemas

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu pasien mengatakan sekitar pukul 09:00 WIB, datang ke IGD dengan

keluhan lemas, mual muntah serta kulit tampak kuning. Ibu pasien juga

mengatakan anaknya sesak napas dan sebelum dibawa ke RSUD juga anaknya

pingsan dirumah. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa terlalu capek, setiap

pulang sekolah ataupun main anak selalu kelehan serta anak tampak lemas dan

suka mengeluh lelah, kadang sampai pingsan.

Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 17 Januari 2023 jam 13:00

WIB ibu pasien mengatakan anaknya sulit untuk duduk hanya bisa berbaring

karena lemas. Lemas disebabkan karena HB rendah yaitu 1,8 mg/dl, yang
31

dilakukan pasien saat lemas hanya berbaring, Lemas bertambah ketika pasien

melakukan kegiatan seperti berpindah posisi dari berbaring ke posisi duduk.

Lemas dirasakan keseluruh badanya dan lemas dirasakan terus menerus. Ibu

pasien mengatakan ± 3 bulan yang lalu dokter memberitahu anaknya didiagnosa

anemia aplastik, 2 bulan yang lalu waktu dirawat di RSUD pasien hanya

menjalani 1x transfusi darah sebanyak ±13 labu. Namun setelah transfusi 2 bulan

yang lalu itu, bapak pasien mengatakan pasien tidak dibawa untuk transfusi lagi

yang harusnya dilakukan transfusi rutin setengah bulan sekali. Ibu dan bapak

pasien juga mengatakan selama 2 bulan tidak membawa anaknya untuk menjalani

transfusi, anaknya dibawa ke pengobatan tradisional yaitu dengan mengkonsumsi

jamu-jamu tradisional. 2 bulan telah menjalani pengobatan tradisional pasien tidak

ada perubahan namun kondisinya makin memburuk sampai dengan muntah darah.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu pasien mengatakan satu tahun yang lalu pada saat anaknya umur 6

tahun pasien pasien di diagnosa penyakit liver dan DBD. Tetapi 3 bulan yang lalu

pasien di diagnosa anemia aplastik.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ibu pasien mengatakan dalam riwayat kesehatan keluarganya tidak ada

yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien maupun penyakit menular

dan turun temurun.


32

IV. STRUKTUR KELUARGA

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal Serumah

: Garis Hubungan Keluarga

: Pasien

Ibu pasien mengatakan pasien anak kedua dari dua bersaudara, anak

pertamanya laki-laki umur 13 tahun, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya

dan beserta kakanya.

V. RIWAYAT IMUNISASI

Ibu pasien mengatakan saat anaknya masih bayi untuk imunisasinya

lengkap.
33

VI. RIWAYAT PERTUMUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pasien sudah berumur lebih dari 5 tahun.

VII. RIWAYAT SOSIAL

Ibu pasien mengatakan rumahnya diwilayah perkampungan dan masuk

gang, untuk ventilasi udara mencukupi, tidak ada pencemaran lingkungan seperti

rumah dekat kandang ataupun dekat pabrik.

VIII. KELUARGA

Klien anak yang diharapkan : Ya

Dukungan keluarga lain : Ada

Tempat tinggal anak : Rumah

Anak dirawat oleh : Ibu

IX. DATA BIOLOGIS

No Pola Kehidupan Sehari-Hari Saat Sehat Saat Sakit


1. Pola Nutrisi
a. Makan
1) Jenis Nasi, bubur, sayur, Nasi
lauk pauk
2) Frekuensi ± 2-3x /hari ± 2-3x /hari
3) Porsi ± 1/2 - 1 porsi ± 1/2 porsi
4) Cara makan Makan sendiri Disuapin
5) Puasa Tidak Tidak
6) Pantangan Tidak ada Tidak ada
7) Keluhan Mual muntah Mual muntah
34

No Pola Kehidupan Sehari-Hari Saat Sehat Saat Sakit

b. Minum
1) Jenis Air putih, susu Air putih, susu
2) Frekuensi ± 3-7x /hari ± 3-7x /hari
3) Porsi ± 1 gelas kecil ± 1 gelas kecil
4) Cara minum Oral Oral
5) Pantangan Tidak ada Tidak ada
6) Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
a. Urin (BAK)
1) Frekuensi ± 3-4x / hari ± 3-4x / hari
2) Produksi Urin Keluarga pasien
mengatakan tidak
tahu
3) Jumlah ± 3-4x / hari ± 3-4x / hari
4) Warna Jernih Jernih
5) Bau Amoniak Amoniak
6) Total produksi urin Keluarga pasien
mengatakan tidak
tahu
7) Keluhan Tidak ada Selama sakit
aktivitas anaknya
dibantu orang
tuanya
b. Alvi (BAB)
1) Frekuensi 1x /hari 1x /hari
2) Warna Kuning Kuning
3) Konsistensi Lembek kadang Lembek kadang
padat padat
35

No Pola Kehidupan Sehari-Hari Saat Sehat Saat Sakit

4) Bau Khas Khas


5) Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola Istirahat dan Tidur
a. Tidur siang
1) Lamanya 1-2 jam <1 jam
2) Kualitas Nyenyak nyenyak kadang
tidak nyenyak
3) Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
dan saat tidur
(penghantar tidur)
4) Keadaan setelah bangun Segar Lemas
tidur
5) Keluhan Tidak ada Tidur kurang
nyenyak, bangun
tidur dirasakan
lemas
b. Tidur malam
1) Lamanya ±7-8 jam ±7-8 jam
2) Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
3) Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
dan saat tidur
(penghantar tidur)
4) Keadaan setelah bangun Segar Lemas
tidur
5) Keluhan Tidak ada Tidur kurang
nyenyak, bangun
tidur dirasakan
lemas
36

No Pola Kehidupan Sehari-Hari Saat Sehat Saat Sakit


4 Pola Aktivitas dan Kebersihan
Diri
a. Personal Hygiene
1) Mandi
a) Frekuensi 2x / hari Kadang hanya di
seka
b) Sarana Mandi Sabun, air bersih Sabun, air bersih

2) Gosok gigi
a) Frekuensi 2x/ hari Belum gosok gigi
b) Sarana Gosok gigi Sikat gigi, pasta Belum gosok gigi
gigi
3) Keramas
a) Frekuensi 2x seminggu Belum keramas
selama di rs
b) Sarana Keramas Shampo, air bersih Belum keramas
selama di rs
4) Kuku
a) Keadaan Kuku Bersih Bersih
b) Frekuensi Potong 1x seminggu 1x seminggu
Kuku

5) Berhias Iya Tidak


6) Keluhan Tidak ada Lemas
37

X. DATA PSIKOLOGIS

1. Pola Kognisi dan Presepsi Sensori

a. Status Mental : Sadar


b. Orientasi : Baik, ada respon
c. Keadaan emosional : Murung
d. Bicara : Normal
e. Bahasa : Jawa / Indonesia
f. Kemampuan Membaca : Belum bisa membaca
G Kemampuan Interaksi : Sesuai
H Pengetahuan Tentang : Ibu pasien mengatakan tidak tahu
Penyakitnya penyebab penyakit anaknya apa
Ibu pasien tampak bingung dan banyak
bertanya sampai kapan anaknya akan
seperti ini
I Respon Klien Terhadap : Menerima penyakitnya

2. Pola Konsep Diri

a. Gambaran Diri

Pasien tampak lemas, pasien tampak pucat, ibu pasien mengatakan

anaknya sulit untuk duduk hanya bisa berbaring karena lemas, aktivitasnya

dibantu orang tua (seperti ke kamar mandi)

b. Ideal Diri

Ibu pasien mengatakan pasien kadang murung, dan terlihat sedih, pasien

kadang suka mengeluh ingin aktivitasnya seperti anak-anak pada umumnya yang

bisa sekolah setiap hari. Ibu pasien juga mengatakan anaknya sudah hampir 2

bulan tidak masuk sekolah


38

c. Harga Diri

Ibu pasien mengatakan dengan kondisi anaknya seperti sekarang, ibu

pasien sedikit membatasi aktivitas pasien yang terlalu berat dan sering bermain

karna kondisinya yang cukup kurang memungkinkan, karna setiap pulang sekolah

saja pasien terlihat lemas dan pucat

d. Peran Diri

Ibu pasien berharap anaknya segera sembuh dan membaik agar anaknya

bisa beraktivitas seperti anak-anak pada umumnya

e. Identitas Diri

Ibu pasien mengatakan pasien anak laki- laki berusia 7 tahun, anak kedua

dari dua bersaudara, pasien baru sekolah kelas 1 SD

3. Pola Peran Hubungan

Ibu pasien mengatakan anaknya paling dekat dengan kedua orang tuanya

4. Pola Seksual dan Seksualitas

Dirumah pasien suka bermain dan belajar seperti anak-anak pada

umumnya tetapi setelah selesai aktivitas yg berlebih pasien mengeluh lemas dan

muka seperti mudah lelah

5. Pola Mekanisme Koping

Pengambilan keputusan pengobatan dan yang lainnya klien dibantu oleh

orang tuanya

6. Pola Nilai Kepercayaan

Ibu pasien mengatakan anaknya rajin solat dan ngaji, ibu pasien

menganggap sakit anaknya sebagai ujian keluarga dan anaknya


39

XI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis E: 4 V:5 M:6

b. Kesadaran : Composmentis

c. Penampilan : Bersih

d. Orientasi : Baik

e. Berat badan :

- Sebelum sakit : 21 kg

- Saat sakit : 20 kg

f. Tinggi Badan : 100 cm

g. Lingkar kepala : _cm

h. Lingkar dada : _cm

i. Lingkar perut : _cm

j. Tanda-tanda vital :

TD= 90/70 mmHg Pulse = 113 x/menit

RR= 35 x/menit, S= 36,4 OC SPO2 = 95%

2. Kepala atau leher

a) Fontanel anterior : -

b) Sutura Sagitalis : -

c) Gambaran Wajah : Simetris


40

3. Sistem Pernapasan

Tipe pernapasan menggunakan hidung, bentuk dada normal, bentuk tulang

belakang normal, pergerakan dada simetris, terdapat pernapasan cuping hidung,

RR: 35 x/menit, irama napas reguler, kedalaman napas dalam, tidak terdapat nyeri

tekan dada, SPO2: 95%, terpasang nasal kanul 3 liter.

4. Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva anemis, sclera ikterik, mukosa bibir kering, tidak terdapat

sianosis, irama jantung reguler, bunyi jantung normal, tidak terdapat bunyi

jantung tambahan, crt >5 detik, kekuatan nadi lemah, akral teraba dingin dingin.

5. Sistem Persyarafan

Fungsi penciuman baik, bentuk normal, ibu pasien mengatakan fungsi

penglihatan baik tetapi kadang penglihatannya kabur, reflek pupil cepat, pupil

isokor, gerakan bola mata atas bawah baik, reflek mengunyah baik, wajah klien

simetris, fungsi pendengaran baik, fungsi menelan baik, lidah simetris, fungsi

pengecapan baik, orientasi tempat waktu dan orang baik.

6. Sistem Penglihatan

Bola mata simetris, sclera mata ikterik, reflek cahaya pada pupil baik,

reflek lapang pandang baik, tidak ada pembengkakan mata, tidak ada edema

palpebra, tidak ada sekret pada mata, tidakada strabismus.

7. Sistem Pendengaran

Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada

pembengkakan pada telinga, telinga bersih, tidak ada nyeri tekan tulang mastoid,

tidak ada sekret pada telinga


41

8. Sistem Perkemihan dan Genitalia

Genitalia normal, kebersihan baik, tidak ada pembegkakan ginjal, tidak

ada distensi kandung kemih, tidak terpasang kateter urine, tidak ada keluhan

BAK.

9. Sistem Pencernaan

Mulut bersih, bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, lidah bersih,

terdapat caries gigi, tidak ada tonsilitis, reflek mengunyah baik, reflek menelan

baik, tidak ada nyeri menelan, bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi, tidak ada

jaringan parut, terdapat bising usus, bising usus 12x/menit, pasien tampak pucat,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, turgor kulit kurang baik, tidak

terdapat assites, tidak ada pembesaran hepar, perkusi tympani

10. Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atas: warna kulit sawo matang ikterius, terpasang infus Nacl

sebelah tangan kanan dengan tetes 16 tpm, bentuk kedua tangan simetris,tidak

terdapat pitting bedema, kekuatan otot kanan dan kiri 5│5, jari-jari utuh, tidak

terdapat polidaktili ataupun syndactili, tulang bekang normal, tidak terdapat

fraktur, tonus otot baik,

Ekstremitas baawah: Bentuk kaki kanan dan kiri simetris, turgor kulit

kurang elastis, kekuatan otot kanan dan kiri 5│5, tidak terdapat piting edema pada

kaki, tidak terdapat jari- jari fraktur, jari-jari utuh, tonus otot baik.
42

11. Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan

kelenjar getah bening, tidak ada tremor ekstremitas, tidak ada keringat telapak

tangan berlebih, tidak ada penonjolan bola mata.

12. Sistem Integumen

Warna kulit sawo matang ikterius, turgor kulit kurang baik, kelembaban

kulit kering dingin, tidak ada kelainan kulit, keadaan kulit bersih, tidak ada

edema, rambut bersih.

XII. DATA PENUNJANG


Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN KET
HEMATOLOGI
Leukosit 2,520* 5,000 -14,500 /uL ↓
Eritrosit 0,6* 3.8 - 5.8 10^6µL ↓
Hemoglobin 1,8* 10.8 -15.6 g/dL ↓
Hematokrit 5,0* 33 - 45 % ↓
Trombosit 5.000* 181,000 -521,000 µL ↓
MCV 83 69-93 fL
MCH 30,0 22-34 pg
MCHC 36,2* 32-36 g/dL ↑
RDW-CV 14.0 13.0 – 14.2 %
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah
Glukosa Sewaktu 142 74-180 Mg/dl
Jam Pengambilan : 19/01/2023 09:00:59
Jam cetak hasil : 19/01/2023 11:13:05
43

Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN KET
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Leukosit 2,730* 5,000 -14,500 /uL ↓
Eritrosit 3,5* 3.8 - 5.8 10^6µL ↓
Hemoglobin 10,3* 10.8 -15.6 g/dL ↓
HematoKrit 29,1* 33 - 45 % ↓
Trombosit 37,000* 181,000 -521,000 µL ↓
MCV 81 69-93 fL
MCH 28,7 22-34 pg
MCHC 35,3 32-36 g/dL
RDW-CV 13,3 13.0 – 14.2 %
Jam Pengambilan : 21/01/2023 11:55:27
Jam cetak hasil : 22/01/2023 12:51:09

XIII. PENGOBATAN

Nama
No Dosis Waktu Cara Keterangan
Obat

Untuk mengembalikan
1. Inf Nacl 16 tpm IV keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi.
Omeprazole adalah obat
untuk mengatasi asam lambung
berlebih dan keluhan yang
mengikutinya. Obat ini umumnya
2. Omeprazole 1x20 mg 12 IV
digunakan untuk
mengatasi gastroesophageal reflux
disease (GERD), sakit maag
(gastritis), atau tukak lambung.

PRC 1: 100
Transfusi
3 PRC 2: 250 IV
darah
PRC 3: 250
44

XIV. ANALISA DATA

Tanggal Data Senjang (DS dan DO) Penyebab/ Masalah Kep TTD
Etiologi
Jum’at Ds : Berkurangnya Perfusi Perifer Kel 4
19-01- - Ibu pasien mengatakan volume darah, Tidak Efektif
23 lemas, mual, muntah Hb/ eritrosit (D.0009)
13.00 serta kulit tampak
WIB kuning. Kadar Hb Turun
Do :
- Akral teraba dingin Penurunan kadar
- Pasien tampak pucat O2 kejaringan
- Konjuntiva anemis perifer
- HB didapatkan hasil :
1.8 → nilai rujukan HB Perubahan fungsi
: 10.8 -15.6 tubuh akibat
- Trombosit didapatkan mekanisme
5.000 → nilai rujukan kompensasi
trombosit 181.000 - terhadap anemia
521.000
- Crt >5 detik Perfusi Perifer
- Pada saat dipalapasi Tidak Efektif
nadi teraba lemah

Jum’at Ds : Hbt oksigen Pola Napas Kel 4


19-01- - Ibu pasien mengatakan menurun Tidak Efektif
23 anaknya sesak napas
13.00 Do : Kompensasi
WIB - Terdapat pernapasan perut
cuping hidung
- RR : 35 x/menit Kompensasi
45

Tanggal Data Senjang (DS dan DO) Penyebab/ Masalah Kep TTD
Etiologi
- SPO2 : 95 % perut
- Terpasang nasal kanul 3
liter Respirasi
meningkat

Napas pendek

Pola Napas Tidak


Efektif

Jum’at Ds : Anemia Aplastik Intoleransi Kel 4


19-01- - Ibu pasien mengatakan (HB 1,8 g/dl) Aktivitas
23 anaknya tidak bisa
13.00 terlalu capek, setiap Sirkulasi oksigen
WIB pulang sekolah ataupun yang dikirim
main anak selalu kejaringan
kelelahan serta anak menurun
tampak lemas dan suka
mengeluh lelah Kelemahan,
- Pada saat di kaji ibu keleahan
pasien mengatakan
anaknya sulit untuk Intoleransi
duduk hanya bisa Aktivitas
berbaring karena lemas
- Ibu pasien mengatakan
anaknya sering pingsan
Do :
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak pucat
46

Tanggal Data Senjang (DS dan DO) Penyebab/ Masalah Kep TTD
Etiologi
- Aktivitasnya dibantu
orang tua (seperti ke
kamar mandi)
Jum’at Ds : Orang tua pasien Defisit Kel 4
19-01- - Ibu pasien mengatakan merasa Pengetahuan
23 satu tahun yang lalu pengobatan di Rs
13.00 pada saat anaknya umur lama sembuh
WIB 6 tahun pasien pasien di
diagnosa penyakit liver Kurang sumber
dan DBD. Tetapi 3 informasi tentang
bulan yang lalu pasien proses penyakit
di diagnosa anemia
aplastik. Kurang sumber
- Ibu dan bapak pasien informasi tentang
juga mengatakan selama pengobatan
2 bulan tidak membawa
anaknya untuk Defisit
menjalani transfusi, Pengetahuan
anaknya dibawa ke
pengobatan tradisional
yaitu dengan
mengkonsumsi jamu-
jamu tradisional, karena
orang tua pasien merasa
pengobatan di Rs lama
sembuh.
- Ibu pasien mengatakan
tidak tahu penyebab
penyakit anaknya apa
47

Tanggal Data Senjang (DS dan DO) Penyebab/ Masalah Kep TTD
Etiologi
- Ibu pasien juga
mengatakan sudah lama
anaknya tidak dibawa
kontrol ± 2 bulan

Do :
- Ibu pasien tampak
bingung dan banyak
bertanya sampai kapan
anaknya akan seperti ini

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan kosentrasi

hemoglobin dibuktikan dengan Ds dan Do

2. Pola napas tidak efektif berhubungan denganhambatan upaya napas

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen dan kebutuhan

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


48

XVI. INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx TTD
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Jum’at Perfusi Setelah 1. Monitor nadi 1. Untuk Kel
4
19-01 perifer tidak dilakukan (frekuensi, mengetahui
2023 efektif tindakan kekuatan, irama) ritme dan
14.00 keperawatan kekuatan detak
WIB selama 2x24 jantung
jam diharapkan permenit
perfusi perifer 2. Monitor tekanan 2. Untuk
membaik darah mendeteksi
dengan kriteria perubahan
hasil : Tekanan darah
(L.02011) 3. Monitor suhu 3. Untuk
- Warna kulit tubuh mengetahui
pucat peningkatan
berkurang atau penurunan
- Akral cukup suhu tubuh
membaik pasien
- Turgor kulit 4. Identifikasi 4. Untuk
membaik penyebab mengetahui
perubahan tanda perubahan
vital tanda vital
pasien
5. Atur interval 5. Untuk
pemantauan mengetahui
sesuai kondisi perubahan
pasien kondisi pasien
secara
perwaktu
6. Dokumentasi 6. Untuk
49

Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx TTD
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
hasil pemantauan mengidentifika
si status
kesehatan
pasien lebih
lanjut
7. Jelaskan tujuan 7. Agar orang tua
dan prosedur pasien
pemantauan mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantauan
8. Pemberian 8. Untuk
trasfusi darah meningkatkan
total 600cc hasil dari darah
diberikan 3x: rutin
PRC 1: 100
PRC 2: 250
PRC 3: 250
(Jarak antar PRC
12 jam, tidak
boleh masuk jam
22:00-04:00)
Jum’at Pola Napas Setelah 1. Monitor pola 1. Untuk Kel
4
19-01 Tidak dilakukan napas (frekuensi, mengetahui
2023 Efektif tindakan kedalaman, usaha frekuensi,
14.00 keperawatan napas) kedalaman dan
WIB selama 2x24 usaha napas
jam diharapkan 2. Monitor bunyi 2. Untuk
pola napas napas tambahan mengetahui
50

Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx TTD
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
membaik (mis gurgling, sumbatan jalan
dengan kriteria mengi, wheezing, napas
hasil : ronkhi kering)
(L.01004) 3. Posisikan semi 3. Untuk
1. Dipsnea fowler atau mengurangi
berkurang fowler sesak napas
2. Frekuensi 4. Berikan oksigen 4. Untuk
napas
jika perlu membantu
membaik
mencukupi
3. Pernapasan
kebutuhan O2
cuping hidung
dalam tubuh
berkurang
4. Kedalaman
napas
membaik

Jum’at Intoleransi Setelah 1. Identifikasi 1. Untuk Kel


4
19-01 aktivitas dilakukan gangguan fungsi menetahui
2023 tindakan tubuh yang gangguan dari
14.00 keperawatan mengakibatkan fungsi tubuh
WIB selama 2x24 kelelahan yang kelelahan
jam diharapkan 2. Monitor 2. Untuk
toleransi kelelahan fisik mengetahui
aktivitas hal yang
membaik membuat
dengan kriteria kelehan fisik
hasil : 3. Monitor pola dan 3. Untuk
(L.05047) jam tidur mengetahui
1. Keluhan lelah kecukupan
berkurang istirahat tidur
51

Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx TTD
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
2. Perasaan 4. Sediakan 4. Untuk
lemah lingkungan meningkatkan
berkurang nyaman dan rasa nyaman
rendah stimulus
(mis. Cahaya,
suara,
kunjungan)
5. Fasilitasi duduk 5. Untuk
disisi tempat perlahan
tidur, jika tidak meingkatkan
dapat berpindah aktivitas fisik
atau berjalan

6. Anjurkan tirah 6. Untuk


baring mengistirahan
pasien dari
rasa kelehan,
lemas
7. Kolaborasi 7. Untuk
dengan ahli gizi memenuhi
tentang cara kebutuhan
peningkatan nutrisi
asupan makan
Jum’at Defisit Setelah 1. Identifikasi 1. Untuk Kel
4
19-01 Pengetahuan dilakukan pengetahuan mengetahui
2023 tindakan tentang sejauh mana
14.00 keperawatan pengobatan yang pengetahuan
WIB selama 2x24 direkomendasika orang tua pasien
jam diharapkan n
52

Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx TTD
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
pengetahuan 2. Identifikasi 2. Untuk
orang tua penggunaaan mengetahui
meningkat pengobatan apakah
dengan kriteria tradisional dan menggunakan
hasil : kemungkinan pengobatan
(L.12111) efek terhadap tradisional
1. Perilaku pengobatan
sesuai anjuran 3. Berikan 3. Untuk
meningkat dukungan untuk meingkatkan
2. Perilaku
menjalani rasa percaya
sesuai dengan
program melakukan rutin
pengetahuan
pengobatan pengobatan ke
meningkat
dengan baik dan Rs
3. Kemampuan
benar
menjelaskan
pengetahuan 4. Jelaskan manfaat 4. Agar orang tua
tentang dan efek mengetahui
pengobatan samping manfaat dan
meningkat pengobatan efek samping
dari pengobatan
yang dilakukan
5. Anjurkan
5. Agar keluarga
memonitor
pasien dapat
perkembangan
mengetahui
keefektifan
perkembangan
pengobatan
dan keefektifan
pasien setelah
pengobatan
53

XVII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

No Tanggal Implementasi TTD Tanggal Evaluasi TTD


1 Jumat Tindakan: Kel Jumat S: Pasien mengatakan Kel
20/01/23 1. Monitor nadi 4 20/01/23 masih lemas dan pusing 4
15.00 (frekuensi, kekuatan, 20.00
WIB irama) WIB O: Pasien masih
Respon: 113 tampak lemas,
konjungtiva anemis
15:15 2. Monitor tekanan
WIB darah A: Masalah belum
Respon: 90/70 teratasi
mmHg
15:30 3. Monitor suhu tubuh P: Lanjutkan Intervensi
WIB Respon: 36,4 Pemberian transfuse
darah
15:45 4. Memberikan
WIB transfusi darah
(PRC)
Respon: konjungtiva
anemis, CRT >
3detik

2 Jumat Tindakan: Kel Jumat S: Pasien mengatakan Kel


20/01/23 1. Memonitor pola 4 20/01/23 sesak 4
15.00 napas (frekuensi, 20.00
WIB kedalaman, usaha WIB O: RR: 35x/menit,
napas) Pernapasan cuping
Respon: RR: hidung, terpasang O2
35x/menit, Terdapat 3Lt.
54

No Tanggal Implementasi TTD Tanggal Evaluasi TTD


pernapasan cuping
hidung A: Masalah sedang
diatasi
15:15 2. Memposisikan semi
WIB fowler atau fowler P: Lanjutkan Intervensi
Respon: Pasien - Monitor pola napas
masih sesak - Pemberian
Oksigen
15:30 3. Memberikan oksigen
WIB jika perlu
Respon: sebanyak 3
Lt, pasien masih
tampak sesak
3 Jumat Tindakan: Kel Jumat S: Ibu pasien Kel
20/01/23 1. Mengidentifikasi 4 20/01/23 mengtakan anaknya 4
15.00 gangguan fungsi 20.00 hanya dapat berbaring
WIB tubuh yang WIB saja belum bisa untuk
mengakibatkan duduk ditempat tidur
kelelahan karena masih lemas.
Respon: HB: 1,8*
g/dl O: Pasien tampak
lemas, Pasien tampak
15:15 2. Memonitor pucat. Aktivitasnya
WIB kelelahan fisik dibantu orang tua
Respon: Hanya (seperti ke kamar
dapat berbaring, mandi, makan)
untuk duduk belum
bisa A: Masalah sedang
diatasi
15:30 3. Memonitor pola dan
55

No Tanggal Implementasi TTD Tanggal Evaluasi TTD


WIB jam tidur P: Lanjutkan Intervensi
Respon: Tindur - Fasilitasi duduk
nyenyak disisi tempatat
15:45 4. Menyediakan tidur, jika tidak
WIB lingkungan nyaman dapat berpindah
dan rendah stimulus atau berjalan
(mis. Cahaya, suara, - Anjurkan tirah
kunjungan) baring
Respon: Kadang - Kolaborasi dengan
ruangan ramai ahli gizi tentang
dengan tangisan cara peningkatan
pasien anak lainnya asupan makan

4 Jumat Tindakan: Kel Jumat S: Ibu pasien Kel


20/01/23 1. Mengidentifikasi 4 20/01/23 mengatakan tidak tahu 4
15.00 pengetahuan 20.00 penyebab penyakitnya
WIB tentang pengobatan WIB apa, Ibu pasien merasa
yang pengobatan tradisional
direkomendasikan lebih membuat anaknya
Respon: Ibu pasien cepat sembuh namun
mengatakan ternyata membuat
pengobatan di Rs anaknya makin down
lama sembuhnya
O: Ibu pasien tampak
15:15 2. Mengidentifikasi bingung dan banyak
WIB penggunaaan bertanya sampai kapan
pengobatan anaknya akan seperti ini
tradisional dan
kemungkinan efek A: Masalah sedang
terhadap diatasi
56

No Tanggal Implementasi TTD Tanggal Evaluasi TTD


pengobatan
Respon: Ibu pasien P: Lanjutkan Intervensi
mengatakan selama - Berikan dukungan
2 bulan tidak untuk menjalani
kontrol ke Rs program
karena melakukan pengobatan dengan
pengobatan baik dan benar
tradisional - Jelaskan manfaat
dan efek samping
pengobatan

XVIII. CATATAN PERKEMBANGAN I

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD


1. Sabtu S: Ibu pasien mengatakan lemas anaknya sudah mulai Kel
21/01/2023 berkurang, perlahan sudah dapat duduk diatas tempat tidur 4
08.00 WIB
O: Pasien masih tampak lemas, konjungtiva anemis

A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

I:
- Memberikan transfuse darah
Respon : Pasien tampak lemas dan berbaring.

08:15 WIB E: S: Pasien mengatakan lemasnya membaik


O: Pasien sudah tampak lebih baik dan masih sedikit lemas
A: Masalah teratasi sebagian
57

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD


P: Lanjutkan Intervensi
R: -
2. Sabtu S: Pasien mengatakan sesak berkurang Kel
21/01/2023 4
08.00 WIB O: RR: 32x/menit, terpasang O2 3Lt.

A: Pola napas tertatasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

I:
- Memonitor pola napas
Respon: Sesak tampak berkurang
- Pemberian Oksigen
Respon: -

08.15 WIB E: S :Pasien mengatakan sesak berkurang


O : RR: 30x/menit
SPO: 96%
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
R: -

3. Sabtu S: Ibu pasien mengtakan anaknya perlahan sudah dapat duduk Kel
21/01/2023 diatas tempat tidur 4
08.00 WIB
O: Lemas tampak berkurang

A: Intoleransi tertatasi sebagian


58

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD


P: Lanjutkan Intervensi

I:
- Fasilitasi duduk disisi tempatat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Respon: sudah bisa duduk di sisi tempat tidur
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan
asupan makan
Respon: Makah 1 porsi dari Rs dihabiskan

08:20 WIB E: S : Ibu pasien mengatakan anaknya perlahan sudah


membaik
O : Tampak sudah dapat duduk disisi tempat tidur, namun
belum dapat berpindah sendiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
R: -

4. Sabtu S: Ibu pasien mengatakan tidak tidak akan membawa anaknya Kel
21/01/2023 untuk melakukan pengobatan tradisional. 4
08.00 WIB
O: Ibu pasien tampak lebih mengerti tentang penyakit
anaknya dari pada sebelumnya

A: Defisit pengetahuan teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

I:
- Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan
59

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD


dengan baik dan benar.
Respon: ibu pasien mengatakan akan rutin membawa
anaknya kontrol ke Rs.

08:15 WIB E: S: Orang tua pasien mengatakan sudah mengetahui efek


dari telat kontrol, efek dari pengobatan tradisional yang telah
dijalaninya dan dan akan lebihrutin untuk membawa anaknya
kontrol
O: Ibu pasien tampak sudah memahaminyaA: Masalah
sudah teratasi
A : Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
R: -

XIX. CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD


1. Minggu S: Ibu pasien mengatakan lemas anaknya sudah berkurang, Kel
22/01/2023 anaknya sudah dapat duduk sendiri diatas tempat tidur 4
08.00 WIB
O: Pasien sudah tampak segar, tampak sudah dapat duduk
sendiri. Konjungtiva ananemis, CRT ≤ 2 detik, HB: 10,3 g/dl

A: Perfusi perifer teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

I:
- Dokumentasi hasil pemantaun
Respon: Kondisi pasien sudah membaik
60

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD

08:15 WIB E: S: Pasien mengatakan sudah tidak lemas


O: Pasien sudah tampak membaik dan dapat berpindah dari
tempat tidur ke kursi
A: Masalah sudah teratasi
P: Hentikan Intervensi
R: -

2. Minggu S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak Kel


22/01/2023 4
08.00 WIB O: RR: 25x/menit, sudah tidak terpasang O2

A: Pola napas sudah teratasi

P: Hentikan Intervensi (Pasien BLPL)

I: -

E: S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak


O: sudah tidak menggunakan O2
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
R: -
3. Minggu S: Ibu pasien mengtakan anaknya sudah tidak lemas. Kel
22/01/2023 4
08.00 WIB O: Sudah tampak jauh lebih mambaik, sudah tidak pucat,
tampak dapat berpindah sendiri dari tempat tidur ke kursi

A: Intoleransi aktivitas sudah teratasi


61

No Dx Tanggal Catatan perkembangan TTD


P: Hentikan Intervensi

I:-

08.00 WIB E : S : Orangtua pasien mengatakan akan rutin membawa


anaknya untuk kontrol ker Rs dan tidak lagi membawa
anaknya ke pengobatan tradisional
O : Pasien tampak mengerti
A : Defisit pengetahuan teratasi
P : Hentikan intervensi
R: -
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada An. H

dengan diagnosa Anemia Aplastik di Ruang Golek RSUD Kabupaten Indramayu.

Maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan teori dan juga akan

membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan terhadap An.H

dalam penyusunan Asuhan Keperawatan kami merencanakan keperawatan yang

meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian

sebagai berikut:

A. Analisi Penyakit (Disease Analyze)

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau

bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum

tulang dalam bentuk aplasia atau hypoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau

pendesakkan sumsum tulang (Bakta, 2017).

Anemia aplastik adalah anemia yang ditandai dengan pansitopenia

(anemia, leukopenia dan trombositopenia) dalam darah tepi disertai

hiposeluleritas dari sumsum tulang. Keluhan dan komplikasi anemia aplastik

disebabkan oleh keadaan sitopenia dengan akibat anemia dan gejala yang

diakibatkannya, infeksi, maupun tanda perdarahan (Sugianto, 2015).

Penyebab anemia aplastik adalah faktor genetik, obat-obatan bahan

kimia, infeksi, radiasi, kelainan imunologi, idiopatik dan penyakit lain. Tanda dan

gejala pada pasien yang terdiagnosa anemia aplastik adalah: rasa lesu, cepat lelah,

62
63

palpitasi, sesak napas intolransi terhadap aktivitas fisik, angina pectoris hingga

gejala payah jantung, sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang –

kunang terutama pada waktu perubahan posisi dariposisis jongkok ke posisi

berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada ekstremitas.

Pada anemia aplastik terdapat pasitopenia sehingga keluhan dan gejala

yang timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hypoplasia eritropoietik

akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala – gejala anemia antara lain

lemah, dispnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain – lain.

Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan

menyebabkan penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mangakibatkan

keluhan dan gejala infeksi baik bersifat local sehingga mengakibatkan keluhan dan

gejala infeksi baik bersifat local maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu

dapat mengakibatkan perdarahan di kulit, selaput lender atau perdarahan di organ –

organ lain.

Hasil pengkajian pada An. H didapatkan rendahnya nilai Hb mencapai 1,8

g/dL adalah salah satu tanda gejala dari anemia aplastik.

B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyze)

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada

resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa keperawatan

merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk

membantu klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI, 2016). Dalam kasus ini
64

diagnosa yang muncul berdasarkan hasil pengkajian yang didapat penulis

menegakan 4 diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Perfusi perifer tidak efektif

Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level

kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh ( SDKI, 2017). Adapun

batasan karakteristik dari diagnosis perfusi perifer tidak efektif adalah nadi perifer

menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit

menurun, paresthesia, dan nyeri ekstremitas (SDKI, 2017).

Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif: pasien

mengatakan pusing dan lemas seluruh badan. Data objektif: Akral teraba dingin,

pasien tampak pucat, konjuntiva anemis, HB didapatkan hasil : 1.8 → nilai

rujukan HB : 10.8 -15.6, Trombosit didapatkan 5.000 → nilai rujukan trombosit

181.000 -521.000 Crt >3 detik, Nadi teraba lemah

2. Pola napas tidak efektif

Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi adekuat (SDKI, 2017). Adapun batasan karakteristik dari

diagnosis pola napas tidak efektif adalah sesak napas atau dyspnea, penggunaan

otot bantu napas, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal, pernapasan

cuping hidung, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,, ekskursi

dada berubah (SDKI, 2017).

Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif: pasien

mengatakan sesak napas. Data objektif: tampak pernapasan cuping hidung, RR

35X/menit, SPO2 95%, terpasang O2 Nasal kanul 3 Lpm.


65

3. Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017). Adapun batasan karakteristik dari diagnosa

intoleransi aktivitas adalah: mengeluh lelah, merasa lemah, merasa tidak nyaman

setelah beraktivitas, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,

tekanan darah berubah, sianosis, gambaran EKG menunjukan iskemia, aritmia

saat atau setelah aktivitas.

Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif: ibu pasien

mengatakan anaknya tidak bisa terlalu capek setiap pulang sekolah ataupun main

anaknya selalu kelelahan, mengeluh lemas dan lelah. Ibu pasien mengatakan

anaknya sering pngsan. Data objektif: pasien tampah lemas, pasien tampak pucat

dan aktivitasnya dibantu sama orang tua seperti ke kamar mandi.

4. Defisit pengetahuan

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik (SDKI, 2017). Adapun batasan karakteristik dari

deficit pengetahuan adalah: menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan

prilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah,

menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, dan menunjukan prilaku berlebihan

seperti apatis, bermusuhan dan agitasi.

Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif: ibu pasien

mengatakan tidak tahu penyebab penyakit anaknya, ibu pasien juga mengatakan

tidak membawa anaknya kontrol kurang lebih 2 bulan, ibu pasien mengatakan
66

anaknya diberi obat-obatan herbal saja. Data objektif: ibu pasien tampak bingung

dan bertanya mengenai penyakit yang diderita anaknya.

C. Analisis Intervensi Keperawatan (Nursing Intervention Analyze)

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan.

Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.

Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan

besarnya menunjukkan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi

keperawatan dapat di bagi menjadi dua yaitu mandiri atau dilakukan oleh perawat

dan kolaboratif atau yang dilakukan bersama dengan pemberi perawatan lainnya.

Tahap perencanaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan

dan kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan, dan mendokumentasikan

rencana asuhan keperawatan. Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan

keperawatan adalah meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan

keperawatan, memberikan asuhan secara langsung dan di dokumentasikan, catatan

dapat digunakan untuk evaluasi penelitian dan aspek legal serta sebagai

dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2011).

Dalam penulisan makalah ini penulis membuat 4 intervensi sesuai dengan

diagnosa yang penulis tegakan. Diagnosa pertama yaitu perfusi perifer tidak

efektif dengan tujuan dilakukan intervensi dapat teratasi masalah keperawatan

tersebut dengan indikator warna kulit pucat, turgor kulit, dan akral dapat membaik
67

atau berkurang. Diagnose kedua yaitu pola napas tidak efektif dengan tujuan

dilakukan intervensi dapat teratasi masalah keperawatan tersebut dengan indikator

dyspnea, frekuensi napas, dan ortopnea dapat membaik atau berkurang. Diagnosa

yang ketiga yaitu intoleransi aktivitas dengan tujuan dilakukan intervensi dapat

teratasi masalah keperawatan tersebut dengan indikator keluhan lelah dan

perasaan lemah dapat membaik atau berkurang. Dan diagnosa yang keempat yaitu

deficit pengetahuan dengan tujuan dilakukan intervensi dapat teratasi masalah

keperawatan tersebut dengan indikator perilaku sesuai anjuran dan perilaku sesuai

kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang pengobatan dapat membaik.

D. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation

Analyze)

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih

baik dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter &

Perry, 2010). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkaloborasi

dengan tim medis lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Adapun tindakan keperawatan yang penulis susun berdasarkan diagnosa

yang diangkat adalah sebagai berikut :

1. Perfusi perifer tidak efektif

Implementasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama adalah Perfusi

perifer tidak efektif yaitu identifikasi penyebab perubahan tanda vital, mengatur

interval pemantauan sesuai kondisi pasien, mendokumentasi hasil pemantauan


68

menlaskan tujuan dan prosedur pemantauan serta pemberian trasfusi darah total

600cc diberikan 3 kali selama masa perawatan dirumah sakit di ruang Golek

RSUD Kabupaten Indramayu

2. Pola napas tidak efektif

Implementasi untuk diagnosa keperawatan yang kedua adalah pola napas

tidak efektif, memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas),

memonitor bunyi napas tambahan (mis gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)

dan memposisikan semi fowler atau fowler serta pemberian oksigen jika perlu.

3. Intoleransi aktivitas

Implementasi untuk diagnosa keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi

aktivitas dengan mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan pada pasien, memonitor kelelahan fisik, memonitor pola dan jam tidur,

menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,

kunjungan), memfasilitasi duduk disisi tempatat tidur, jika tidak dapat berpindah

atau berjalan, menganjurkan tirah baring selama masa perawatan.

4. Defisit pengetahuan

Implementasi untuk diagnosa keperawatan yang keempat adalah Defisit

pengetahuan mengidentifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang

direkomendasikan, penggunaaan pengobatan tradisional dan kemungkinan efek

terhadap pengobatan, memberikan dukungan untuk menjalani program

pengobatan dengan baik dan benar serta melaskan manfaat dan efek samping

pengobatan.

E. Analisis Evaluasi Keperawatan (Nurshing Evaluation Analyze)


69

Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pertama adalah Perfusi perifer

tidak efektif , pasien menerima tindakan pemberian trasfusi darah yang sudah

diberikan sehingga kadar hemoglobin meningkat saat perawatan diruang Golek

RSUD Kabupaten Indramayu.

Diagnosa keperawatan yang kedua adalah pola napas tidak efektif,

memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), pasien masih merasa

sesak dan pasien diberikan oksigen 3 liter didapati pernafasan cuping hidung.

Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi aktivitas dengan

mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan pada

pasien, kadar HB: 10,3 g/dl yang mengakibatkan pasien sulit untuk aktivitas

sehingga aktivitas ADL pasien dibantu oleh keluarga.

Diagnosa keperawatan yang keempat adalah Defisit pengetahuan

mengidentifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang direkomendasikan,

penggunaaan pengobatan tradisional dan kemungkinan efek terhadap pengobatan,

memberikan dukungan untuk menjalani program pengobatan serta keluarga sudah

menerima informasi yang diberikan oleh perawat dan keluarga lebih rutin untuk

membwa anaknya kontrol argar lebih rutin.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh

kesimpulan yang dapat di ambil dari kasus mengenai Asuhan keperawatan yang di

lakukan pada An.H dengan diagnose Anemia Aplastik di Ruang Golek RSUD

Kabupaten indramayu sebagai berikut :

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau

bisitopenia, Penyebab anemia aplastic adalah faktor genetik, obat obatan bahan

kimia, infeksi, radiasi, kelainan imunologi, idiopatik dan penyakit lain, Anemia

plastik juga ditandai dengan pansitopenia (anemia, leukopenia dan

trombositopenia) dalam darah tepi yang disertai hiposeluleritas dari sumsum

tulang belakang, Tanda dan Gejala pada pasien anemia plastik adalah rasa lesu,

cepat lelah, palpitasi, sesak napas intolransi terhadap aktivitas fisik, angina

pectoris hingga gejala payah jantung, sakit kepala, pusing, telinga mendenging,

mata berkunang – kunang terutama pada waktu perubahan posisi dariposisis

jongkok ke posisi berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada ekstremitas.,

Berdasarkan hasil pengkajian pada An.H di dapatkan hasil rendahnya nilai Hb

yang mencapai 1,8 g/dl, dalam kasus ini diagnosa yang muncul menegakan 4

diagnosa keperawatan yaitu Perfusi perifer tidak efektif, Pola napas tidak efektif,

Intoleransi aktifitas dan Defisit pengetahuan.

70
71

B. Saran

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil kasus ini diantaranya adalah :

1. Bagi pasien

Klien diharapkan mampu mengikuti arahan yang telah diajarkan perawat

agar proses penyembuhan dapat terlaksana dengan baik dan tidak timbul keluhan

lagi.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memperbanyak sumber buku maupun referensi tentang

buku keperawatan.

3. Bagi Rumah sakit

Diharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan dapat meberikan

pelayanan kepada keluarga dengan seoptimal mungkin serta meningkatkan

fasilitas yang di rumah sakit.


72

DAFTAR PUSTAKA

Bakta , I. (2017). Pendekatan Diagnosis Dan Terapi Terhadap Penderita Anemia .


Bali Health Jurnal , 40-48.

Brunner. & Suddarth. (2010). Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi kedelapan :
Jakarta: Binapura Akasara

Handayani, W dan Haribowo, A.S 2014. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi & Tranfusi. Jakarta : Erlangga.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rohmah Nikmatur & Saiful. (2010). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Jogjakarta : Media.

Sugianto, 2015, Teori dan Contoh Askep anemia, Yogyakarta, CV Frisna


Indonesia

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai