BANGSAL NEUROLOGI
“STROKE INFARK”
Preseptor :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Case Study
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
M. Zein Painan.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak
mendapatkanbantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Mella Berti Adriyani, Sp.N dan ibu apt. Ida Asnalida, S. Farm
selaku preseptor yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan Case Study ini dapat
diselesaikan.
2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M. Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan
arahan sehingga laporan case study ini dapat di selesaikan.
3. Ibu apt. Sanubari Rela Tobat M.Farm dan Ibu apt. Lola Azyenela M.Farm
selaku dosen pembimbing PKPA RSUD M. Zein Painan
4. Ibu apt. Okta Fera, S.Si., M. Farm selaku ketua Progam Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia.
5. Staf instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Zein Painan
yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan Case Study ini.
6. Staf perawat yang bertugas di bangsal neurologi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. M. Zein Painan yang telah memberikan bantuan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Case Study ini.
i
Penulis menyadari laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Umum................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Khusus .................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
2.1 Definisi Stroke Infark ....................................................................................... 5
2.2 Klasifikasi Stroke Infark .................................................................................. 6
2.3 Etiologi Stroke Infark ....................................................................................... 6
2.4 Faktor Resiko ................................................................................................... 6
2.4.1 Faktor Risiko Potentially Modifiable (berpotensi dapat dimodifikasi) ..................... 7
2.5 Patofisiologi Stroke Infark ............................................................................... 8
2.6 Etiologi Stroke Infark ..................................................................................... 10
2.7 Manifestasi Klinis........................................................................................... 10
2.8 Diagnosis ........................................................................................................ 11
2.9 Terapi.............................................................................................................. 12
2.9.1 Tujuan Terapi ......................................................................................................... 12
2.9.2 Pendekatan Umum ................................................................................................. 13
2.9.3 Terapi Non Farmakologi ........................................................................................ 13
2.9.4 Terapi Farmakologi ................................................................................................ 14
2.10 Tinjauan Obat ............................................................................................... 16
BAB III TINJAUAN KHUSUS ............................................................................... 25
4.1 Identitas Pasien ............................................................................................... 25
3.2 Riwayat Penyakit ............................................................................................ 25
3.2.1 Keluhan Utama ...................................................................................................... 25
3.2.2 Riwayat Pemeriksaan ............................................................................................. 25
3.2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu .................................................................................. 25
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................... 26
3.4 Data Laboratorium ......................................................................................... 26
3.4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................... 26
3.5 Diagnosis ........................................................................................................ 27
iii
3.6 Penatalaksanaan.............................................................................................. 27
3.7 Follow up ........................................................................................................ 28
3.8 Analisa Terapi ................................................................................................. 34
3.8.1 Lembar Pengobatan Pasien di Bangsal Neurologi .................................................. 34
3.9 Analisa Drug Related Problem (DRP) ........................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 39
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................... 41
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 41
4.2 Saran ………………………………………………………………………………..41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
miokard dan kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia.
Dampak stroke tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke
mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7 persennya disebabkan oleh stroke non
berkembang cepat berupa defisit neurologic fokal dan global, yang dapat
memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat
demensia dan depresi. Stroke dibagi menjadi 2, yaitu stroke hemoragik dan
1
pencetus dan sering kali berhubungan dengan penyakit kronis yang
klien yang datang ke rumah sakit dalam keadaan kesadaran yang sudah jauh
terjadi ketika sebagaian sel – sel otak mengalami kematian akibat gangguan
aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke
penyebab utama nomor tiga dari kelumpuhan fisik di dunia (Johson, Onuma,
Owolabi&Sachdev, 2016).
diagnose tenaga kesehatan adalah pada usia >75 tahun sebesar (43,1%)
sedangkan menurut Riskesdas tahun 2018 kasus stroke pada usia >75 tahun
meningkat sebesar (7,1%) menjadi (50,2%). Sama hal nya dengan kasus
stroke terendah berdasar diagnosa tenaga kesehatan pada rentang usia 15-24
tahun juga mengalami peningkatan sebesar (0,4%), pada tahun 2013 sebesar
(0,2%) menjadi (0,6%) pada tahun 2018. Prevalensi stroke berdasarkan jenis
2
meningkat (3,9%) menjadi (11,0%) di tahun 2018, sedangkan pada
2018.
oleh tersumbatnya pembuluh darah pada otak oleh plak (materi yang terdiri
dari protein, kalsium, serta lemak) sehingga aliran oksigen yang melewati
kronis degeneratif dan bukan disebabkan oleh infeksi kuman. Penyakit lain
(Kemenkes, 2019).
factor risiko terjadinya stroke terbagi lagi menjadi faktor risiko yang dapat
dirubah dan faktor risiko yang tidak dapat dirubah. Faktor risiko yang tidak
diantaranya yaitu faktor keturunan, ras, umur dan jenis kelamin. Sedangkan
penyakit Stroke Ifark , serta terapi yang tepat diberikan kepada pasien selama
3
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan saraf tersebut
menimbulkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak
lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan,
setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah (Dipiro, 2015). Stroke
merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang
dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
5
2.2 Klasifikasi Stroke Infark
Berdasarkan etiologinya, stroke diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi arteri serebral; trombotik atau
terutama disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau aneurisma spontan atau sekunder
akibat trauma.
Stroke iskemik disebabkan oleh pembentukan trombus lokal atau oleh fenomena
merupakan penyebab utama stroke iskemik. Emboli dapat timbul baik dari arteri
intrakranial atau ekstrakranial (termasuk lengkung aorta) atau seperti halnya pada 20%
dari semua stroke iskemik. Emboli kardiogenik diduga terjadi jika pasien mengalami
fibrilasi atrium secara bersamaan, penya kit jantung valvular, atau kondisi jantung lainnya
dan penyebab lain stroke iskemik penting dalam menentukan farmakoterapi jangka
faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang
normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini antara lain usia,
6
jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga, serta riwayat serangan transient
ischemic attack atau stroke sebelumnya. Kelompok faktor risiko yang dapat dimodifikasi
merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi, yang meliputi
narkoba dan alkohol, radang dan infeksi, dan tingginya kadar lipoprotein. (Dipiro et al.,
2017).
a) Migrain
Terjadinya migrain yang sering ini memiliki hubungan dengan faktor risiko
serangan stroke (PERDOSSI, 2011). Migrain atau sakit kepala terjadi karena tegangan
(kontraksi otot) yang disebabkan oleh hipertensi, peningkatan tekanan intrakranial, trauma
atau tumor kepala, dan perdarahan atau aneurisma intrkranial (Kowalak J, 2014).
tekanan darah atau hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke hemoragik
(PERDOSSI, 2011). Karena terjadinya stroke hemoragik dipengaruhi oleh faktor tekanan
arthritis (RA) harus diwaspadai terkait dengan faktor risiko terjangkit stroke yang tinggi
(PERDOSSI, 2011).
7
d) Kadar lipoprotein tinggi
Pada pasien dengan kadar lipoprotein yang tinggi dengan diberikannya terapi
niacin dapat bermanfaat sebagai pencegahan stroke iskemik (PERDOSSI, 2011). Niacin
pembuluh darah pada stroke iskemik. Niacin memiliki mekanisme kerja dengan
dalam arteri yang terkena, dikombinasikan dengan hipertrofi sel otot polos arteri dan
menghasilkan plak. Akhirnya, stres dapat menyebabkan pecahnya plak, paparan kolagen,
agregasi trombosit, dan pembentukan gumpalan. Jika gumpalan tetap berada didalam
pembuluh darah, maka dapat menyebabkan penyumbatan lokal atau emboli masuk
kedalam aliran darah yang akhirnya bermuara di pembuluh darah otak. Dikasus emboli
gumpalan lokal yang bisamenjadi lepas dan melakukan perjalanan langsung melalui aorta
kesirkulasi otak. Hasil akhir dari pembentukan kedua thrombus dan emboli adalah oklusi
arteri, mengurangi aliran darah otak dan menyebabkan iskemia distal ke oklusi.
Aliran darah otak normal rata-rata 50 mL / 100 g per menit, danini dipertahankan
melalui berbagai tekanan darah (arteri rata-rata tekanan 50 hingga 150 mmHg) dengan
proses yang disebut autoregulasi otak. Pembuluh darah otak melebar dan menyempit
sebagai respons terhadap perubahan tekanan darah, tetapi proses ini dapat terganggu oleh
aterosklerosis dan cedera akut seperti stroke. Saat aliran darah otak lokal berkurang
dibawah 20 mL / 100 g per menit, terjadi iskemia dan ketika pengurangan lebih lanjut di
bawah 12 mL / 100 g per menit bertahan. Kerusakan permanen pada otak terjadi dan ini
8
disebut infark. Jaringan yang iskemik tetapi mempertahankan integritas membran disebut
penipisan fosfat berenergi tinggi misalnya adenosin triphosphate (ATP) diperlukan untuk
yang sama natrium dan air disaring secara intraseluler, menyebabkan pembengkakan sel
dan akhirnya lisis. Ketidak seimbangan elektrolit juga menyebabkan depolarisasi sel dan
lipase, protease, endonuklease dan pelepasan asam lemak bebas dari fosfolipid membran.
dan aspartat yang menyebabkan kerusakan total pada neuron saat dilepaskan secara
produksi radikal bebas melebihi sistem pengikatan normal. Hal ini meninggalkan molekul-
molekul reaktif untuk menyerang membran sel dan berkontribusi pada asidosis intraseluler
pemasangan. Semua peristiwa ini terjadi dalam 2 hingga 3 jam sejak awal iskemia dan
iskemia serebral termasuk teraktivasi sel inflamasi, mulai dari 2 jam setelah timbulnya
iskemia dan berlangsung selama beberapa hari. Juga, inisiasi apoptosis (kematian sel yang
9
2.6 Etiologi Stroke Infark
Stroke infark terjadi karena adanya obstruksi pada pembuluh yang mensuplai darah
ke otak. Hal yang mendasari terjadinya obstruksi adalah peningkatan deposit lemak yang melapisi
pembuluh darah atau biasa disebut sebagai ateroskelrosis. Kondisi ini kemudian menyebabkan dua
obstruksi yaitu trombosis serebral dan emboli serebral. Trombosis serebral mengacu pada trombus
(bekuan darah) yang berkembang di bagian pembuluh darah yang tersumbat. Emboli serebral
mengacu pada bekuan darah yang umumnya terbentuk 10 pada lokasi lain pada sistem peredaran
darah, biasanya jantung dan arteri besar di dada bagian atas dan leher. Sebagian dari pecahan
bekuan darah lepas, memasuki aliran darah dan berjalan melalui pembuluh darah otak hingga
mencapai pada pembuluh darah yang lebih kecil untuk dimasuki oleh plak tersebut. Penyebab
penting kedua terjadinya emboli adalah denyut jantung yang tidak teratur, yang dikenal sebagai
fibrilasi atrium. Ini menyebabkan kondisi dimana bekuan darah terbentuk di jantung kemudian
penurunan kemampuan kognitif atau bahasanya. Informasi ini di dapatkan dari anggota
keluarga dan saksi lain. Pasien mengalami kelemahan pada satu sisi tubuh,
biasanya tidak menyakitkan, tapi sakit kepala dapat terjadi dan lebih parah pada stroke
pendarahan. Pasien biasanya memiliki berbagai pertanda disfungsi sistem syaraf pada
pemeriksaan fisik. Penurunan spesifik bergantung pada daerah otak yang berpengaruh.
Penurunan hemi- atau monoparesis dan hemisensori biasa terjadi. Pasien dengan pengaruh
sirkulasi posterior dapat mengalami vertigo dan diplipia. Stroke sirkulasi anterior biasanya
terjadi dalam aphasia. Pasien juga dapat mengalami dysarthria, kerusakan daerah
10
2.8 Diagnosis
penyebab stroke tidak dapat ditentukan berdasarkan adanya faktor risiko yang
diketahui. Protein C, protein S dan antitrombin III paling baik diukur pada kondisi
stabil dari pada pada tahap akut. Antibodi antifosfolipid memiliki hasil yang lebih
tinggi tetapi harus dicadangkan untuk pasien berusia kurang dari 50 tahun dan
penderita yang memiliki beberapa kejadian trombotik vena atau arteri atau livedo
reticularis.
hanya perubahan halus atau sering tidak sama sekali. Pemindaian kepala tomografi
perdarahan dan akan menjadi normal atau hipointense (gelap) di area infark. Area
infark mungkin tidak terlihat pada CT scan selama 24 jam (dan jarang lebih lama).
lain, magnetic resonance imaging (MRI) adalah metode investigasi yang lebih
disukai untuk stroke iskemik dan TIA. Kerugian MRI termasuk kurangnya
gambar, terutama karena fakta bahwa perawatan dalam therapeutic window akut
yang tersedia saat ini sangat penting untuk hasil pasien yang baik. Angiografi MR
pembuluh darah.
11
3. Pencitraan resonansi magnetic kepala akan mengungkapkan area iskemia dengan
resolusi lebih tinggi dan lebih awal dari CT scan. Pencitraan dengan pembobotan
4. Study Dopler karotis akan menentukan apakah ada stenosis derajat tinggi diarteri
informasi lebih lanjut dan sangat berguna dalam merekomendasikan pasien untuk
ultrasonografi Doppler.
2.9 Terapi
kematian dan cacat jangka panjang. Mencegah komplikasi sekunder untuk imobilitas dan
12
2.9.2 Pendekatan Umum
CT-scan:
akut (7 hari pertama) setelah stroke iskemia karena resiko penurunan aliran darah
ke otak dan gejala yang lebih buruk. Tekanan seharusnya diturunkan jika
meningkat hingga 220/120 atau terdapat pembedahan aortic, infark miokard akut,
edema pulmonary, atau ensefalopati hipersensitif. Jika tekanan darah diobati dalam
fase akut, senyawa parenteral kerja cepat (labetalol, nikardipin, nitrofusid) lebih
baik digunakan.
yang tepat.
a. Terapi Akut
Intervensi pada pasien stroke iskemik akut yaitu dilakukan bedah. Dalam
beberapa kasus edema iskemik cerebral karena infark yang besar, dilakukan kraniektomi
untuk mengurangi beberapa tekanan yang meningkat. Dalam kasus pembengkakan yang
signifikan yang terkait dengan infark cerebral dekompresi bedah bisa menyelamatkan
nyawa pasien.
13
Pada fase pendarahan subarachnoid oleh rusaknya ancurisme intracranial atau
cacat arteriovenosus, operasi untuk memotong atau memindahkan pembuluh darah penting
b. Terapi Pemeliharaan
Terapi non farmakologi juga diperlukan pada pasien pasca stroke pendekatan
interdisiplinier untuk penanganan stroke yang mencakup rehabilitasi awal sangat efek
dalam pengurangan stroke berulang pada pasien tertentu selain itu modifikasi gaya hidup
dan faktor resiko juga penting untuk menghindari adanya kekambuan stroke, misalnya
Stroke Association yaitu rekomendasi grade A adalah tPA intravena dalam waktu 3 jam
setelah onset dan aspirin dalam waktu 48 jam setelah onset. Reperfusi dini (<3 jam sejak
onset) dengan t-PA intravena telah terbukti mengurangi kecacatan utama yang disebabkan
oleh iskemik stroke. Perhatian harus dilakukan saat menggunakan terapi ini, dan
kepatuhan terhadap protokol yang ketat sangat penting untuk mencapai hasil yang positif.
Inti dari protokol pengobatan dapat diringkas sebagai aktivasi tim stroke, timbulnya gejala
dalam waktu 3 jam, CT scan untuk menyingkirkan perdarahan, memenuhi inklusi dan
eksklusi kriteria, berikan t-PA 0,9 mg / kg selama 1 jam, dengan 10% diberikan sebagai
bolus awal selama 1 menit, hindari antitrombotik (antikoagulan atau antiplatelet) selama
24 jam, dan monitor pasien dekat untuk respon dan perdarahan. Terapi aspirin dini juga
telah terbukti mengurangi jangka panjang kematian dan kecacatan tetapi tidak boleh
14
diberikan dalam waktu 24 jam dari administrasi t-PA karena dapat meningkatkan risiko
perdarahan pada pasien tersebut. Asosiasi Jantung Amerika / Asosiasi Stroke Amerika
sekunder stroke iskemik dan diperbarui setiap 3 tahun. Jelas bahwa terapi antiplatelet
adalah hal terpenting terapi antitrombotik untuk pencegahan sekunder iskemik stroke dan
harus digunakan pada stroke nonkardiembolik. Ketiganya agen yang saat ini digunakan,
aspirin, clopidogrel, dan pelepasan yang diperpanjang dipyridamole plus aspirin (ERDP-
ASA), dianggap sebagai lini pertama agen antiplatelet oleh American College of Chest
Physicians (ACCP). Pada pasien dengan fibrilasi atrium dan dugaan jantung sumber
emboli, warfarin adalah agen antitrombotik pertama pilihan. Farmakoterapi lain yang
dan terapi statin. Rekomendasi terkini mengenai pengobatan akut dan pencegahan
Terapi aspirin terlebih dahulu dapat mengurangi mortalitas jangka lama dan cacat,
namun pemberian t-PA tidak pernah dilakukan dalam 24 jam karena dapat meningkatkan
risiko pendarahan pada beberapa pasien. Hal ini sangat jelas bahwa terapi antiplatelet
merupakan landasan terapi antitrombotik untuk pencegahan sekunder untuk stroke iskemik
dan harus digunakan pada stroke nonkardioembolik. Tiga obat yang kini digunakan, yaitu
15
aspirin, clopidogrel, dan dipiridamole dengan pelepasan diperlambat disertai aspirin (ASA
(American Stroke Association)), merupakan antiplatelet first line yang disetujui oleh
American College of Chest Physicians (ACCP). Pada pasien dengan fibrilasi atrium dan
16
Nama Obat 2. CITICOLINE INJ
Dosis Keadaan akut : 1-2 kali sehari secara drip IV atau bolus IV
Keadaan kronik : 1-2 kali sehari secara IV atau Im
Gangguan serebrovaskular : dapat diberikan IV atau IM
sampai 1000 mg. Pemberian IV harus selambat mungkin.
(Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Indikasi Keadaan akut ( kehilangan kesadaran akibat trauma serebral
dan operasi otak), keadaan kronik (gangguan psikiatrik atau
saraf akibat apopleksia, trauma kepala dan operasi otak),
memperbaiki sirkulasi darah otak termasuk stroke iskemik
(Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap citicoline (Basic Pharmacology
and Drug, 2019).
Bentuk Sediaan Ampul 250 mg / 2 ml (Basic Pharmacology and Drug,
2019).
Mekanisme Kerja Merangsang pembentukan Phosphatidylcholine di otak,
selain itu dapat menghambat aktivasi fosfolipase
Efek Samping Ruam kulit, insomnia, sakit kepala, pusing, kejang, mual,
anoreksia, hasil tes fungsi hati abnormal, diplopia, sensasi
hangat, perubahan tekanan darah sementara, rasa tidak enak
badan (Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Peringatan Harus diberikan bersama dengan obat yang menurunkan
tekanan intrakranial atau anti hemoragik pada kondisi yang
gawat dan akut. Jaga agar suhu tubuh tetap rendah.
Pemberian secara IV harus diberikan secara sangat perlahan
(Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Gambar Sediaan
17
Nama Obat 3. PARACETAMOL
Komposisi Omeprazole 20 mg
Dosis Tukak lambung dan doudenum : dosis awal 1x20 mg/ hari
18
selama 4-8 minggu dapat ditingkatkan menjadi 40 mg/hari
pada kasus berat atau kambuh. Dosis pemeliharaan 1x20
mg/hari
Refluks gastroesofageal: 1x20 mg sehari selama 4-8 minggu
Sindroma Zollinger – Ellison : 1x60 mg sehari (Basic
Pharmacology and Drug, 2019).
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum GERD, hipersekresi
patologis (misal: sindroma Zollinger Ellison) (Basic
Pharmacology and Drug, 2019).
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitivitas terhadap Omeprazole
(Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Bentuk Sediaan Kapsul 20 mg (Basic Pharmacology and Drug, 2019).
19
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum GERD, hipersekresi
patologis (misal: sindroma Zollinger Ellison) (Basic
Pharmacology and Drug, 2019).
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitivitas terhadap Omeprazole
(Basic Pharmacology and Drug, 2019).
Bentuk Sediaan Sediaan injeksi (vial) 40 mg (Basic Pharmacology and
Drug, 2019).
Mekanisme Kerja Bekerja dengan cara mengurangi produksi asam lambung
Efek Samping Urtikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, paraestesia, nyeri otot dan sendi, pandangan
kabur, edema perifer, perubahan hematologik (termasuk
eosinofilia, trombositopenia, leukopenia), perubahan enzim
hati dan gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering (Basic
Pharmacology and Drug, 2019).
Peringatan Pasien dengan penyakit hati, kehamilan, menyusui.
Singkirkan terlebih dahulu kemungkinan kanker lambung
sebelum pemberian omeprazole (Basic Pharmacology and
Drug, 2019).
Gambar Sediaan
Drug, 2019).
Gambar Sediaan
Komposisi Piracetam 3 gr
23
Toksisitas digitalis
Efek Samping Hiperglikemia (kadar gula darah lebih tinggi dari nilai
normal), anuria (tubuh tidak mampu memproduksi urine),
oliguria (jumlah urine yang keluar sedikit),
tromboflebitis (peradangan pada pembuluh darah vena),
edema (pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi
karena penimbunan cairan di dalam jaringan),
hipokalemia (kekurangan kalium dalam darah),
hipomagnesemia (kadar magnesium dalam tubuh rendah),
hipofosfatemia (kadar fosfat yang terlalu tinggi dalam
darah)
Peringatan Jangan menggandakan dosis penggunaan Asering tanpa
anjuran dari dokter atau tenaga ahli medis lainnya.
Tidak diperbolehkan membuang Asering di saluran
pembuangan karena dapat merusak lingkungan, kecuali
diinstruksikan untuk membuangnya lewat drainase.
Hindari mengonsumsi minuman alkohol selama
menggunakan Asering.
Larutan ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu
yang panjang atau lama.
Informasikan dokter jika akan menggunakan obat ini
untuk pengguna lanjut usia dan anak-anak. Penggunaan
harus dilakukan hati-hati dengan pengawasan penuh.
Gambar Sediaan
24
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
- Tidak bisa berkomunikasi, sulit menelan dan kaku anggota gerak kiri
- Hipertensi (+)
25
3.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal Pemeriksaan Hasil Keterangan
Tanda Vital
04-07-2022 Nadi 97x/menit Normal
Pernapasan 20x/menit Normal
T (Suhu ᵒC) 36,5oC Normal
26
3.5 Diagnosis
Diagnosa Utama : Stroke infark
3.6 Penatalaksanaan
1. Terapi di IGD
- Asering 12 j/kolf
- Injeksi Omeprazol 2x1 (IV)
- Injeksi Citicoline 2x1g (IV)
- Paracetamol 3x500 mg (PO)
- Aspilet 2x80 mg (PO)
2. Terapi di Bangsal Neuro
- Asering 12 j/kolf
- Injeksi Omeprazol 2x1 IV
- Injeksi Citicoline 2x1 g IV
- Paracetamol 3x500 mg (PO)
- Aspilet 2x80 mg (PO)
- Injeksi Piracetam 4x3 g (IV)
3. Terapi Pulang
- Citicoline 4x500 mg (PO)
- Omeprazol 2x20 mg (PO)
- Aspilet 2x80 mg (PO)
- Paracetamol 2x500 mg (PO)
- Piracetam 3x800 mg (PO)
27
3.7 Follow up
Nama: Tn. Sy Diagnosa: Stroke Infark Dokter : dr. Mella Berti Adriyani, Sp.N
Umur :74 th Ruangan: Neurologi Apoteker: apt. Ida Asnalida, S. Farm
Tanggal S O A P
04-07-2022 Keluarga mengatakan - KU : Sedang - Pemberian asering - Monitoring
anngota gerak terasa agak - Kes : cmc untuk melancarkan keadaan pasien
berat / kebas - TD: 107/60 penyumbatan aliran - Monitering efek
mmHg darah samping obat
- Nafas: 20 - Injeksi Omeprazol
- Nadi: 81 diberikan untuk
- Suhu: 36,7ᵒC mengatasi Stres Ulcer
28
05-07-2022 - Pasien sadar - KU : Sedang - Pemberian asering - Monitoring
- Lemah anggota gerak - TD: 104/62 mmHg untuk melancarkan keadaan pasien
kiri - Nafas: 20 penyumbatan aliran - Monitoring efek
- Nadi: 75 darah samping obat
- Suhu: 36,6ᵒC - Injeksi Omeprazol
mg PO - Aspilet diberikan
- Injeksi Piracetam
4x3g IV
06-07-2022 - Pasien sadar - KU : sedang - Pemberian asering - Monitoring efek
- Lemah anggota gerak - Kes : CMC untuk melancarkan samping obat
kiri - TD: 104/62 mmHg penyumbatan aliran - Monitoring keadaan
- Tidak bisa bicara - Nafas: 20 darah pasien
29
- Nadi: 75 - Injeksi Omeprazol
- Suhu: 36,6ᵒC diberikan untuk
g IV saraf tepi
mg PO untuk Antiplatelet
- Aspilet 2x80mg PO
- Injeksi Piracetam
4x3g IV
- Fisioterapi
07-07-2022 - Pasien sadar - KU : Sedang - Pemberian asering - Monitoring efek
- Tidak bisa bicara - Kes : CMC untuk melancarkan samping obat
- lemah anggota gerak - TD: 119/73mmHg penyumbatan aliran - Pantau keadaan pasien
kiri - Nafas: 22 darah
- Nadi: 76 - Injeksi Omeprazol
30
- Suhu: 36,5ᵒC diberikan untuk
g IV saraf tepi
mg PO untuk Antiplatelet
- Aspilet 2x80mg PO
- Injeksi Piracetam
4x3g IV
08-07-2022 - Pasien sadar - KU : sedang - Pemberian asering - Monitoring efek
- Bicara masih sulit, - Kes : CMC untuk melancarkan samping obat
sesekali bisa - TD: 112/67mmHg penyumbatan aliran - Monitoring keadaan
- Nafas: 20 darah pasien
- Nadi: 74 - Injeksi Omeprazol
- Suhu: 36,5ᵒC diberikan untuk
31
- Injeksi Citicolin dan
Terapi Piracetam diberikan
- IVFD Asering 12j/k sebagai
- Injeksi Omeprazole neuroprotector
2x1 IV - Paracetamol diberikan
- Injeksi Citicolin 2x1 untuk analgesik pada
g IV saraf tepi
- Paracetamol 3x500 - Aspilet diberikan
mg PO untuk Antiplatelet
- Aspilet 2x80mg PO
- Injeksi Piracetam
4x3g IV
08-07-2022 - Pasien sadar Terapi Pulang - Terapi dilanjutkan - Pasien diberikan
- Keluarga mengatakan - Citicolin 4x500 mg dengan : edukasi terkait
pasien bisa bicara PO - Citicolin & piracetam paracetamol digunakan
- Omeprazole 2x20 mg PO untuk bila nyeri/demam
PO neuroprotector - Diberikan edukasi
- Aspilet 2x80mg PO - Omeprazole PO kepada pasien terkait
- Paracetamol 2x500 diberikan untuk obat citicolin,
mg PO mengatasi stres ulcer omeprazole, aspilet,
- Piracetam 3x800 mg - Aspilet PO diberikan paracetamol,
32
PO untuk antiplatelet piracetam.
- Paracetamol PO
diberikan untuk
analgesik pada saraf
tepi
33
3.8 Analisa Terapi
S S S S
P S M P S M P S Sr M P S M P S M
r r r r
1 IVFD 12 j/k IV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Asering
2 Injeksi 2x1 IV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Omeprazole
3 Injeksi 2x1 g IV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Citicolin
4 Paracetamol 3x500 PO √ √ √√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mg √
5 Aspilet 2x80 PO √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mg
6 Injeksi 4x3g IV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Piracetam
4x3g IV
34
3.9 Analisa Drug Related Problem (DRP)
Check
No Drug Therapy Problem Rekomendasi
List
1. Terapi obat yang tidak diperlukan
Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Pasien telah mendapat terapi sesuai dengan indikasi.
Pasien mendapatkan terapi tambahan yang tidak Pasien tidak memerlukan terapi tambahan, pasien telah mendapatkan
-
diperlukan terapi sesuai dengan kondisi medis.
Pasien masih memungkinkan menjalani terapi non Pasien diobati dengan terapi farmakologi
-
farmakologi
Terdapat duplikasi terapi Terdapat duplikasi terapi yaitu obat citicolin dan piracetam yang
merupakan neuroprotector, namun kedua obat ini bekerja secara
√
sinergis, dan piracetam merupakan drug of choice untuk afasia pada
pasien.
Pasien mendapat penanganan terhadap efek Pasien tidak mendapatkan penanganan terhadap efek samping yang
samping yang seharusnya dapat dicegah. - seharusnya dapat dicegah, karena pasien tidak mengalami efek samping
yang signifikan.
2. Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat - Bentuk sediaan yang diberikan pada saat rawatan sudah tepat.
Terdapat kontra indikasi - Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan.
35
Kondisi pasien tidak dapat Kondisi pasien masih bisa disembuhkan dengan obat dengan syarat
disembuhkan oleh obat pasien rajin untuk kontrol kondisinya secara berkala, teratur dan disiplin
-
mengkonsumsi obat, dan menghindari faktor-faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Obat tidak diindikasikan untuk kondisi pasien Setiap obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi suatu penyakit
-
yang diderita pasien.
Terdapat obat lain yang lebih efektif Terapi obat yang diberikan telah efektif dalam proses penyembuhan
- dimana terapi obat yang diberikan telah sesuai dengan literatur pada
terapi Stroke Infark.
3. Dosis tidak tepat
Dosis terlalu rendah - Dosis telah sesuai
Dosis terlalu tinggi - Dosis yang diberikan sudah tepat.
Frekuensi penggunaan tidak tepat Frekuensi penggunaan sudah tepat.
-
Penyimpanan tidak tepat Penyimpanan obat sudah tepat karena telah disimpan pada suhu ruangan,
- kering dan terhindar dari matahari. Obat yang diserahkan disertai dengan
informasi penggunaan obat.
Administrasi obat tidak tepat - Administrasi sudah tepat.
Terdapat interaksi obat Lihat pada tabel 2.
-
36
4. Reaksi yang tidak diinginkan
Obat tidak aman untuk pasien Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan dosis yang tepat
untuk pasien. Obat yang diberikan telah aman digunakan pada pasien.
-
Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan dosis yang tepat
untuk pasien.
Terjadi reaksi alergi - Pasien tidak mengalami alergi selama pengobatan.
Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan obat - Keluarga pasien mengerti instruksi penggunaan obat.
37
Tabel 4. Interaksi Obat
Interaksi obat Jenis Interaksi Efek Management
Aspilet + = Minor Aspilet+omeprazole bila Monitoring kondisi
Omeprazole digunakan bersama-sama klinis pasien.
maka aspilet dapat
mengiritasi lambung
karena omeprazole
belum bekerja dengan
baik, sehingga
omeprazole harus
diberikan terlebih dahulu
untuk melindungi
lambung dari aspilet.
Sumber: drugs.com/interactions
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tanggal 4 Juli 2022 Pukul 12.45 WIB, seorang pasien neurologi berinisial Tn.
Sy berumur 74 tahun masuk IGD di RSUD Dr. M Zein Painan dengan keluhan utama
pasien adalah anggota gerak sebelah kiri terasa agak berat/tebal dan pasien mengalami
kesulitan dalam bicara. Pasien diketahui memiliki riwayat penyakit sebelumnya adalah
hipertensi dan langsung dilakukan pemeriksaan laboratorium, dari data yang diperoleh
hasil laboratorium semua normal tetapi tekanan darah pada pasien diatas batas normal
dengan nilai 124/71 mmHg dan kadar natrium pasien di bawah batas normal yaitu 135
mmol/l. Pasien diperiksa kembali ke laboratorium pada tanggal 6 Juli, data yang didapat
semua normal tetapi kadar asam urat pasien di atas dengan nilai 7,1 mg/dL.
Di IGD pada tanggal 4 Juli pasien mendapat pengobatan Infus Asering 12j/kolf
yaitu cairan calcium chloride yang bertujuan untuk memperlancar penyumbatan aliran
menangani stres ulcer karena penggunaan aspilet dan piracetam yang merupakan obat
yang dapat mengiritasi lambung dan pemberian Citicolin injeksi 2x1 g IV kepada pasien
membran sel di otak (neurorepair), citicolin dapat bermanfaat dalam terapi stroke infark
yaitu dengan memperbaiki sirkulasi darah otak dan membantu dalam memperbaiki
penurunan daya pikir setelah serangan stroke (Basic Phamacology and Drug, 2019).
. Pemberian Paracetamol 3x500 mg (PO) untuk analgesik pada saraf tepi pasien.
Paracetamol bekerja pada pusat pengatur suhu dihipotalamus untuk menurunkan suhu
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Sedangkan aspilet diberikan per oral untuk terapi
antiplatelet yang dapat meredakan nyeri ringan sampai sedang, dan membantu mencegah
infark miokard atau kerusakan pada otot jantung dengan cara menghambat aktivitas COX-
39
1 yang berperan untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan
pemeriksaan laboratorium dan pemberian terapi di IGD, dan diberikan terapi tambahan
berupa Injeksi Piracetam 4x3 g IV dengan tujuan untuk mengatasi keadaan susah bicara
pada pasien (afasia motorik) karena piracetam adalah drug of choice untuk terapi afasia
motorik. Selain itu piracetam juga merupakan nootropik dan neurotropik untuk pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan dapat mengatasi kedutan pada otot,
disleksia, vertigo, serta cedera pada kepala dengan mekanisme kerja melancarkan aliran
darah dan oksigen ke otak khsus nya ke bagian otak bernama korteks.
yang baik. Pasien mulai dapat bicara sedikit,dan tanda tanda vital membaik serta anggota
gerak bagian kiri mulai dapat digerakan. Dan setelah diperiksa oleh dokter, pasien
dinyatakan membaik dan sehat sehingga di izinkan untuk pulang dan melanjutkan
perawatan di rumah dengan diberikan obat terapi pulang berupa Citicolin 4x 500 mg PO,
Omeprazole 2x20 mg PO, Aspilet 2x80 mg PO, Paracetamol 2x500 mg PO dan piracetam
3x800 mg PO.
40
BAB V
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari laporan kasus pasien bangsal neurologi ini dapat disimpulkan bahwa:
2. Dari pengobatan yang diterima pasien tidak terdapat Drug Relatade Problem
4.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Bakara, D.M dan Warsito, S. 2016. Latihan Range of Motion (ROM) Pasif Terhadap
Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke Exercise Range of Motion (ROM) Passive to
Increase Joint Range of Post-Stroke Patients. Idea Nursing Journal, VII (2)
York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2005. Chapter 34, Cerebrovascular Disease; p.660-
770