“Pneumonia”
Clinical Preseptor :
Disusun oleh :
Nina Rishanti, S.Farm (2002071)
Putri Wahyuni, S.Farm (2002076)
Raesa Tartilla, S. Farm (2002077)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Study Report Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1 Ibu dr. Hj. Rahmi Yetti Kamal., Sp.A selaku preseptor yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan
Case Study ini dapat diselesaikan.
2 Bapak apt. Defi Oktafia, S.Si., M.Farm. Klin selaku preseptor yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan
sehingga laporan Case Study ini dapat diselesaikan.
3 Staf Bangsal Anak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Case Study ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
pengobatan penyakit “Suspect Pneumonia”. Penulis menyadari laporan kasus ini
masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
1.3. Tujuan...............................................................................................................2
2.4 CPAP................................................................................................................14
2.4.1 Indikasi...................................................................................................15
2.4.2 Kontra Indikasi......................................................................................16
2.4.3 Prinsip kerja...........................................................................................16
2.4.4 Efek Samping Pengunaan CPAP...........................................................18
2.5 Tinjauan Obat..................................................................................................19
ii
3.4. Diagnosis.........................................................................................................26
BAB V PENUTUP................................................................................................39
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................39
5.2. Saran................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah masa kehidupan pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan biokimia dan
ini bahkan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Menurut United Nations
per 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Bahkan, insiden kematian bayi baru lahir
dari semua kematian bayi baru lahir disebabkan oleh komplikasi pernafasan,
(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat.
Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak
yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada
kedalam. Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Pamungkas, 2012).
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada
1
orang dewasa, dan pada orang usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi akut
penyakit infeksi pada anak yang serius dan merupakan salah satu penyakit infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak menyebabkan kematian pada
balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia
dan 30% dari seluruh kematian yang terjadi (Dinkes RI, 2009).
1.3. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Periode bayi baru lahir atau neonatus meliputi waktu dari setelah lahir
hingga hari ke-28 kehidupan. Saat kehamilan mencapai usia matur, berbagai
system anatomis dan fisiologis janin mencapai tingkat perkembangan dan fungsi
yang memungkinkannya hidup terpisah dari ibunya. Saat lahir, bayi baru lahir
Bayi baru lahir mengalami fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama
setelah lahir. Fase-fase ini secara keseluruhan disebut periode transisi antara
kehidupan di dalam dan di luar uterus. Fase pertama periode transisi berlangsung
hingga 30 menit setelah lahir dan disebut periode pertama reaktivitas. Denyut
jantung bayi baru lahir meningkat dengan cepat dari 160-180 denyut/menit,
namun secara perlahan menurun setelah sekitar 30 menit hingga mencapai denyut
3
2.1.2 Adaptasi Fisiolgis Sistem Pernafasan
Perubahan yang kompleks harus terjadi pada jangka waktu yang tepat bagi bayi
baru lahir untuk dapat bertahan hidup dan berkembang secara normal. Bayi baru
lahir melewati beberapa fase selama beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus.
Masa transisi kehidupan dimulai saat dilahirkan yaitu ketika janin dirangsang oleh
kontraksi uterus dan perubahan tekanan akibat pecahnya ketuban. Pada saat lahir,
pernafasan harus dimulai sehingga kondisi ini memicu perubahan dan pengaturan
Sehingga, paru-paru janin tidak perlu berfungsi sebagai organ respirasi. Dengan
pemotong tali pusat, maka maturasi organ yang adekuat sangatlah penting bagi
sepanjang kehidupan janin dan masa kanak kanak awal. Saluran mulai terbentuk
pada cabang bronkial sekitar usia gestasi minggu ke-17 dan segera setelah itu,
kantong udara primitive mulai terbentuk. Pada minggu ke-24 sampai minggu ke-
kantong pernafasan. Pada saat ini, pertukaran gas mungkin terjadi, dan oleh
karena itu, kemampuan hidup mandiri juga mungkin terjadi. Namun, lipoprotein
aktif pada permukaan paru (surfaktan) belum terbentuk pada saat ini, dan
perkembangan alveolus masih terbatas. Janin cukup bulan yang terlahir normal
siap untuk memulai pernafasan efektif pada saat lahir. Gerakan pernafasan janin
telah menyiapkan paru untuk aktivitas ini dan intrrelasi kompleks antara proses
4
Banyak faktor yang kemungkinan terlibat dalam menstimulasi pernafasan
awal bayi baru lahir. Perubahan tekanan, pajanan terhadap temperature udara yang
dingin, bising, cahaya dan sensasi lainnya diperkirakan berperan penting untuk
memulai pernafasan. Selain itu, kemoreseptor di aorta dan badan karotis memulai
reaksi pernafasan berat terjadi dalam 1 menit setelah lahir, dan bayi melakukan
Seorang bayi baru lahir harus melakukan upaya yang besar untuk
mengmbangkan paru dan mengisi alveolus yang terisi cairan yang kolaps
jaringan paru, toraks, diafragma dan otot-otot respirasi harus diatasi. Selain itu,
sumbatan (misalnya, lendir) pada saluran udara harus dibersihkan. Inspirasi aktif
pertama berasal dari kontraksi diafragma yang sangat kuat. Kondisi ini
retraksi iga yang jelas karena lenturnya toraks bayi baru lahir (Kyle & Carman,
2015).
menggeser cairan. Pada proses ekspirasi, suatu volume residu hampir sekitar 20
Pada saat ini, sebagian besar jalan nafas yang kecil terbuka, dan pernafasan ketiga
akan terjadi dengan usaha yang minimal. Setelah beberapa menit melakukan
pernafasan, ekspansi paru pada umumnya menjadi sempurna. Absorpsi cairan dari
5
paru melalui drainase, menelan, evaporasi, dan sirkulasi pulmonal, kapiler, dan
limfatik biasanya terjadi pada jam pertama (Kyle & Carman, 2015).
Pada jam-jam pertama atau beberapa saat setelah dilahirkan disebut sebagai
(mencapai frekuensi 80 kali per menit), dan dapat terjadi nafas cuping hidung
sementara, retraksi dada, dan grunting. Setelah periode ini, frekuensi pernafasan
bayi baru lahir biasanya berkisar antara 30 dan 60 kali per menit tetapi kecepatan
dan kedalamannya secara kontinu menjadi tidak teratur. Gerakan nafas berhenti
sampai 20 detik juga dapat terjadi. Tetapi, berhenti nafas lebih dari 20 detik
dianggap apnea dan merupakan suatu hal yang harus menjadi perhatian ( et al.,
2014).
2.2 Pneumonia
bakteri, virus, jamur, dan parasit. Ditandai dengan adanya infiltrat pada foto
toraks atau ditemukannya perubahan suara napas dan atau ronkhi basah lokal
pada pemeriksaan fisik paru (IDSA, 2019). World ealth Organization (WHO)
6
anak <5 tahun di negara maju adalah -4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di
bakterial pada emua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak
terseing pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus,
dan Chlamydia pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya
(Gastroesophageal reflux), aspirasi, gizi buruk berat badan lahi rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya (IDAI,
2011).
a. Anamnesis
b. Sesak napas
7
c. Demam
d. Kesulitan makan/minum
e. Tampak lemah
b. Pemeriksaan Fisik
a. Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan
makan/minum
1) Pemeriksaan Radiologi
8
iii. Pemeriksaan foto dada follow up hanya dilakukan biladidapatkan adanya
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan untuk
b) Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum dengan kualitas yang baik
c) Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat jalan,
tetapi direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan ondisi berat dan
antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas tersedia
e) Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan
3) Pemeriksaan Lain
9
Pada setiap anak yangdirawat inap karena pneumonia, seharusnya dilakukan
1) Bayi
2) Anak
c) Distres pernapasan
d) Grunting
b. Tatalaksana umum
Pasien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box atau sungkup
1) Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
10
2) Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan pneumonia
memperbaiki mucocilliaryclearence
1) Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak <5
2) Meningococcus pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua
11
6) Antibiotikintravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat
pneumonia berat.
> 2 bulan :
Lini pertama ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol.
Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
Nutrisi
yang terkecil.
12
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak
Kriteria Pulang :
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
13
daripada eritromisin)
10 mg/kg/kali, S.Pneumoniae,C
Eritromisin Tiap 6 Rendah
dosis tunggal hlamydia
jam
maksimal 1,2 Pneumoniae,Myc
gram oplasma
Pneumoniae
2.3 Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman relatif
kecil (Tjay dan Raharja, 2007). Menurut Zulkifli (2005), antibiotik memiliki dua
efek utama, secara terapeutik obat ini menyerang organisme infeksius dan juga
mengeliminasi bakteri lain yang bukan penyebab penyakit. Efek lainnya adalah
menyebabkan perubahan keseimbangan ekosistem antara strain yang peka dan
yang resisten, konsekuensinya adalah gangguan ekologi mikrobial alami.
Perubahan in menyebabkan timbulnya jenis bakteri yang berbeda jenisnya atau
varian resisten dari bakteri yang sudah ada.
Menurut Neal (2005) golongan antibiotik yang sering digunakan
sebagai terapi pneumonia :
1. Golongan Penisilin, misalnya kloksasilin, amoksisilin dan ampisilin
2.4 CPAP
CPAP (Continuous Positive Airways Pressure) merupakan salah satu alat
yang digunakan untuk terapi penanganan apnea. CPAP ini bekerja dengan
memberikan tekanan positif di jalan napas pada tingkat yang konstan, fungsinya
agar faring tetap terbuka selama tidur dan mempertahankan volume udara pada
paru-paru. Tekanan yang diperlukan biasanya ditentukan oleh dokter setelah
meninjau hasil studi semalam (polysomnography) di laboratorium .
14
2.4.1 Indikasi
Kolaps jalan napas dapat terjadi dari berbagai penyebab, dan CPAP
digunakan untuk mempertahankan potensi jalan napas dalam banyak kasus ini.
Kolaps saluran napas biasanya terlihat pada orang dewasa dan anak-anak yang
memiliki masalah pernapasan seperti apnea tidur obstruktif (OSA), yaitu berhenti
atau berhentinya pernapasan saat tidur. OSA dapat timbul dari berbagai penyebab
seperti obesitas, hipotonia, hipertrofi adenotonsillar.
CPAP digunakan pada gagal napas hipoksia yang terkait dengan gagal
jantung kongestif di mana ia menambah curah jantung dan meningkatkan
pencocokan V/Q.CPAP dapat membantu oksigenasi melalui PEEP sebelum
penempatan jalan napas buatan selama intubasi endotrakeal. Ini digunakan untuk
ekstubasi pasien yang berhasil yang mungkin masih mendapat manfaat dari
tekanan positif tetapi yang mungkin tidak memerlukan ventilasi invasif, seperti
15
pasien obesitas dengan apnea tidur obstruktif (OSA) atau pasien dengan gagal
jantung kongestif.
• Penyakit jebakan udara yang parah dengan asma hiperkarbia atau penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK)
2.4.3 Prinsip kerja
Terapi CPAP menggunakan mesin yang dirancang khusus untuk
memberikan aliran tekanan konstan. Beberapa mesin CPAP juga memiliki fitur
lain, seperti pelembap berpemanas. Komponen mesin CPAP termasuk antarmuka
untuk mengirimkan CPAP. CPAP dapat diberikan dalam beberapa cara
berdasarkan antarmuka topeng yang digunakan:
• Nasal CPAP : Nasal prongs yang pas langsung ke lubang hidung atau masker
kecil yang pas di hidung
16
• Nasopharyngeal (NP) CPAP: Diberikan melalui pipa nasofaring- saluran udara
yang ditempatkan melalui hidung yang ujungnya berakhir di nasofaring. Ini
memiliki keuntungan melewati rongga hidung, dan CPAP disampaikan lebih
distal.
• CPAP melalui masker wajah: Masker wajah penuh ditempatkan di atas hidung
dan mulut dengan segel yang baik. Ini dapat digunakan untuk mereka yang
bernafas melalui mulut, atau untuk pra-oksigenasi pada pasien yang bernafas
spontan sebelum intubasi.
Mesin CPAP juga dilengkapi strap untuk memposisikan masker, selang atau
tabung yang menghubungkan masker dengan motor mesin, motor yang
meniupkan udara ke dalam tabung, dan filter udara untuk membersihkan udara
yang masuk ke hidung.
Bubble CPAP adalah mode pemberian CPAP yang digunakan pada
neonatus dan bayi di mana tekanan di sirkuit dipertahankan dengan merendam
ujung distal tabung ekspirasi dalam air. Kedalaman tubing dalam air menentukan
tekanan (CPAP) yang dihasilkan. Oksigen yang dicampur dan dilembabkan
dikirim melalui garpu hidung atau masker hidung dan saat gas mengalir melalui
sistem, ia "menggelembungkan" pipa ekspirasi ke dalam air, memberikan suara
yang khas. Tekanan yang digunakan biasanya antara 5 sampai 10 cm H2O. Hal ini
membutuhkan perawat terampil dan terapis pernapasan untuk mempertahankan
penggunaan sistem bubble CPAP yang efektif dan aman.
Untuk pasien yang menggunakan CPAP dalam pengaturan rawat jalan di
rumah, penting untuk memakainya secara teratur saat tidur semalaman dan saat
tidur siang. Beberapa unit CPAP juga dilengkapi dengan pengaturan "ramp"
tekanan berjangka waktu yang memulai aliran udara pada tingkat rendah dan
perlahan-lahan menaikkan tekanan ke tingkat yang ditetapkan yang dapat
membuatnya lebih nyaman dan lebih mudah untuk terbiasa.
Di luar pengaturan rumah sakit, pada awalnya pasien CPAP harus
dipantau di laboratorium tidur di mana tekanan optimal sering ditentukan oleh
teknolog secara manual mentitrasi pengaturan untuk meminimalkan apnea. Dokter
atau ahli paru dapat membantu menemukan masker yang paling nyaman, menguji
coba ruang pelembab udara di mesin, atau menggunakan mesin CPAP berbeda
17
yang memungkinkan pengaturan tekanan multipel atau penyesuaian otomatis.
Mesin CPAP titrasi otomatis menggunakan algoritme komputer dan sensor
transduser tekanan untuk menentukan tekanan ideal untuk menghilangkan
kejadian apnea
2.4.4 Efek Samping Pengunaan CPAP
Untuk penggunaan pertama CPAP mungkin sulit, sementara pasien
menyesuaikan diri. Banyak pasien pada awalnya merasa masker tidak nyaman,
sesak atau memalukan.Efek samping pengobatan CPAP mungkin termasuk
hidung tersumbat, pilek, mulut kering, atau mimisan; pelembapan seringkali dapat
membantu mengatasi gejala-gejala ini. Masker dapat menyebabkan iritasi atau
kemerahan pada kulit, dan penggunaan masker dan bantalan dengan ukuran yang
tepat dapat meminimalkan luka tekan akibat kontak ketat dengan kulit. Masker
dan tabung harus dijaga kebersihannya, diperiksa secara teratur dan harus diganti
setiap 3 hingga 6 bulan. Distensi abdomen atau sensasi kembung dapat terjadi
yang jarang dapat menyebabkan mual, muntah dan selanjutnya aspirasi dapat
diminimalisir dengan menurunkan tekanan atau dekompresi lambung melalui
selang pada pasien rawat inap.
Kepatuhan tetap menjadi masalah besar baik di rawat inap maupun rawat
jalan.Dokter harus memantau kepatuhan dan menindaklanjuti pasien mereka
dengan cermat terutama selama inisiasi terapi CPAP untuk memastikan
keberhasilan jangka panjang. Pasien harus mengungkapkan setiap efek samping
yang dapat membatasi kepatuhan yang kemudian harus ditangani oleh dokter.
Pasien juga memerlukan tindak lanjut jangka panjang dengan kunjungan kantor
tahunan untuk memeriksa peralatan, pengaturan titrasi sesuai kebutuhan, dan
untuk memastikan masker dan antar muka yang sesuai. Pendidikan pasien yang
berkelanjutan tentang pentingnya penggunaan rutin dan kelompok pendukung
membantu pasien mendapatkan manfaat maksimal dari terapi ini.
Mungkin timbul kasus yang jarang dari gangguan pernapasan di mana
pasien rawat inap akan sangat diuntungkan dari CPAP tetapi tidak mentolerir
masker atau tidak mengeluh karena delirium, agitasi atau faktor-faktor seperti usia
yang sangat muda pada anak-anak atau orang tua. Dalam skenario seperti itu,
sedasi ringan dengan fentanil dosis rendah atau dexmedetomidine dapat
18
digunakan untukmeningkatkan kepatuhan, sampai terapi tidak lagi diindikasikan.
Karena penggunaan obat penenang atau ansiolitik dapat menyebabkan penurunan
kesadaran dan penurunan dorongan pernapasan, pasien ini harus dipantau secara
ketat. Jika ventilasi semenit dan atau oksigenasi yang memadai tidak dapat
dicapai, maka manajemen harus mencakup eskalasi ke BiPAP atau intubasi
dengan ventilasi mekanis mengikuti status kode dan tujuan perawatan.
Ini adalah mode pengiriman PEEP yang umum digunakan di rumah sakit.
Hal ini juga biasa digunakan di lingkungan rawat jalan atau rumah untuk
mengobati apnea tidur. Manfaat memulai pengobatan CPAP termasuk kualitas
tidur yang lebih baik, pengurangan atau penghapusan mendengkur, dan kantuk di
siang hari berkurang. Orang-orang melaporkan konsentrasi dan memori yang
lebih baik dan peningkatan fungsi kognitif. Ini juga dapat meningkatkan
hipertensi pulmonal dan menurunkan tekanan darah. CPAP dapat digunakan
dengan aman aman untuk segala usia, termasuk anak-anak.
CPAP membantu dalam mencapai pencocokan V/Q yang lebih baik dan
memastikan pemeliharaan kapasitas residu fungsional. CPAP tidak terkait dengan
efek samping ventilasi mekanis invasif seperti penggunaan sedasi yang berlebihan
dan efek samping ventilasi tekanan positif (volutrauma dan barotrauma). Dalam
pengaturan rawat inap, harus dipantau sangat ketat dengan tanda-tanda vital, gas
darah, dan profil klinis. Jika ada tanda-tanda kerusakan, ventilasi mekanis harus
dipertimbangkan. (Venessa L. Pinto, Sandeep Sharma 2018)
19
Mekanisme kerja Ampicillin aktif terhadap organism gram positif dan gram
negative tertentu termasuk yang dihasilkan oleh
staphylococcus aureus dan basil gram negative yang umum
seperti Eschericia coli dan Haemophilus influenza. Bersifat
bakterisida terhadap organism gram + dan beberapa gram -
(Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).
20
darah yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah.
Metabolisme : 10 % di hati
21
larutan yang sama. Jarak dan atau lokasi injeksi terpisah
diperlukan (Panduan obat IV, RSUD Achmad Mochtar,
2018).
Gambar sediaan
2. Gentamisin
Komposisi Injeksi 40 mg/mL (2 mL)
Dosis Neonatus :
IV, IM : 5 mg/kgBB/dosisinterval
Berat badan < 1200 gram dan usia postnatal: ≤ 7 hari tiap 48
jam 8 – 30 hari tiap 36 jam > 30 hari tiap 24 jam
Berat badan ≥ 1200 gram dan usia postnatal: ≤ 7 hari tiap 36
22
jam > 7 hari tiap 24 jam. (IDAI, 2013)
23
Tremor, Kram otot, Kelemahan, Dispnea
(Medscape,2017).
ginjal
(Medscape, 2021).
24
gula invert dalam air selama 4 jam pada konsentrasi2 mg/mL.
Mochtar, 2018).
Gambar sediaan
25
3. Aminosteril® Infant 10%
Komposisi Asam amino
secara oral.
26
dapat menyebabkan terjadinya mual, kemerahan, dll.
Reaksi yang mungkin terjadi karena pemberian larutan,
meliputi respon demam, infeksi pada tempat suntikan,
trombosis vena atau flebitis dari tempat suntikan,
ekstravasasi dan hipervolemia. Jika terjadi reaksi yang
tidak diinginkan, hentikan pemberian infus. Segera
berikan terapi yang sesuai dan lakukan pemeriksaan
terhadap cairan sisa jika dibutuhkan.
Gambar sediaan
27
4. Zamel drop 16ml
Komposisi Per ml mengandung : Zn 1.5 mg, vitamin A 2,000 IU,
vitamin B1 0.5 mg, vitamin B2 0.6 mg, vitamin B12 2
mcg, vitamin C 30 mg, vitamin D3 400 IU, vitamin E 5
IU, pantothenic acid 5 mg, nicotinamide 8 mg, biotin 5
mcg (Halodoc.com)
21
Gambar sediaan
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama By. A
No. MR 555xxx
Umur 24 hari
Ruangan Perinatologi
Agama Islam
23
4. Riwayat Pengobatan
- IVFD aminofusin 10% 40cc/24jam
- IVFD coktail 14cc/jam
- Inj. Ampicillin 2x150 mg
- Inj. Gentamisin 1x15 mg
5. Riwayat Alergi
- Tidak ada
6. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada
3.3. Data Penunjang
1. Data Pemeriksaan Fisik
24
2. Data Laboratorium
a. Hematologi (Mosby’s Diagnostic Twelfth Edition, 2015)
Tanggal
Nilai
Pemeriksaan 20/09/21
Normal
Hemoglobin 14.6
12 – 20
(g/dL)
Eritrosit 4.34
4.1 – 6.1
(106/μL)
Hematokrit 42.2
39 – 59
(%)
MCV (fL) 73 – 87 H 97.2
MCH (pg) 24 – 30 H 33.6
MCHC
34.6
(g/dL) 32 – 36
RDW-CV
H 16.6
(%) 11.5 – 14.5
Leukosit
15.29
(103/μL) 6.2 – 17
Trombosit
-
(103/μL) 150 – 450
Basofil (%) 0.5 – 1 0.9
Eosinofil (%) 1–4 H 4.3
Neutrofil
L 44.7
Segmen(%) 55 – 70
Neutrofil
-
Batang (%) 10 – 18
Limfosit (%) 20 - 40 33.0
Monosit (%) 0–6 H 17.1
Kalsium 10.1
7.6 -10.4
(mg/dL)
Kreatinin 0.3-1.2 0.42
BUN 5-15 9
(mg/dL)
25
b. Kimia Klinik
Pemeriksaan Nilai
20/09/21
Normal
Albumin (dl) 2.9 - 5.3 -
Kalsium (dl) 7.6 - 10.4 10.1
Bilirubin Total
(mg/dl) <1 -
Bilirubun
< 0.2 -
(mg/dl)
c. Elektrolit Serum
Pemeriksaan Nilai
20/09/21
Normal
Natrium (Na)
135-145 137.9
(mEq/L)
Kalium (K)
3.5-5.5 5.42
(mEq/L)
Klorida (Cl)
98-108 105.8
(mEq/L)
Tabel 4. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien.
Keterangan
Kuning : rendah
Merah : tinggi
3.4. Diagnosis
Diagnosa : Suspect pneumonia
3.5. Terapi Awal yang Diberikan
- IVFD aminofusin 10% 40cc/24jam
- IVFD coktail 14cc/jam
- Inj. Ampicillin 2x150mg
- Inj. Gentamisin 1x15mg
- Pasang CPAP PEP6 F1O2 21
26
3.6 Lembar Farmakologi
3.6.1 Penyelesaian dengan metode SOAP :
1. Subjektif
Nama By. A
No. MR 555xxx
Umur 24 hari
Ruangan Perinatologi
Agama Islam
Keluhan Utama :
- Pasien datang dengan keluhan batuk-batuk dan sering memuntahkan susu
- Sesak nafas1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
- Batuk, demam, R, W
- Tidak nyeri
- A/S : 8/9
Riwayat Penyakit Terdahulu
- Tidak ada
27
Riwayat Pengobatan
- IVFD aminofusin 10% 40cc/24jam
- IVFD coktail 14cc/jam
- Inj. Ampicillin 2x150 mg
- Inj. Gentamisin 1x15 mg
Riwayat Alergi
- Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada
Paru : retraksi dada ada minimal, normochest, rhoncii (+), wheezing (-)
Diagnosis : Pneumonia
2. Objektif
A. Data Pemeriksaan Fisik
Tanggal
Data Klinik Normal
20/9 21/9 22/9 23/9 24/9 25/9 26/9 27/9
Suhu (°C) 36.5-37.5 36.5 36.7 36.7 36.6 37.2 36.9 36.5 37.3
Nadi (x/menit) 120-160 158 139 134 166 136 122 120 151
Nafas (x/menit) 30-60 62 58 84 55 52 49 49 52
Berat Badan 2700-
2980 3040
(Gram) 4000
28
B. Data Laboratorium
1. Hematologi (Mosby’s Diagnostic Twelfth Edition, 2015)
Tanggal
Pemeriksaan Nilai Normal
20/09/21
29
3. Elektrolit Serum
Pemeriksaan Nilai Normal 20/09/21
Natrium (Na) (mEq/L) 135-145 137.9
Kalium (K) (mEq/L) 3.5-5.5 5.42
Klorida (Cl) (mEq/L) 98-108 105.8
3. Assessment
- Pasien diberikan terapi IVFD aminofusin 10% 40cc/24jam sebagai nutrisi kalori
parenteral pada bayi
- Pasien terapi IVFD Cocktail IVFD cocktail 14cc/jam sebagai nutrisi kalori dan
elektrolit parenteral pada bayi
- Pada tanggal 22/9 IVFD aminofusin 10% dan IVFD Cocktail diberhentikan dan
dilanjutkan dengan pemberian vitamin Zamel Drop karena keadaan pasien sudah
membaik dan pasien sudah bisa minum sehingga asupan nutrisi kalori sudah
tercukupi karena diberikan ASI/PASI
- Pasien diberikan terapi Inj. Ampicillin 2x150 mg dan Inj. Gentamisin 1x15 mg
sebagai terapi empiris pneumonia dan juga sebagai profilaksis nosokomial.
- Pemberian Inj. Ampicillin dan Inj. Gentamicin terdapat interaksi obat.
4. Plan
- Monitoring berat badan bayi
- Monitoring efek samping penggunaan antibiotik
- Inj. Ampicillin dan Inj. Gentamicin tidak boleh dicampurkan secara bersamaan.
30
3.6.2 Terapi Farmakologi
Tanggal Pemberian Obat (21 September 2021- 4 November 2021)
Nama Obat Rute
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3
Zamel
31
3.6.3 Perhitungan Dosis
NO Nama Obat Dosis Literatur Dosis yang diberikan Komentar
32
3.6.4 Analisa Permasalahan / Drug Related Problem (DRP)
dr. R, Sp.A
Terdapat terapi tanpa indikasi medis Tidak Inj. Ampisilin merupakan first line terapi untuk mengatasi
bakteri pasien
Pasien mendapatkan terapi tambahan yang Tidak Tidak ada pasien mendapatkan terapi tambahan yang tidak
tidak di perlukan diperlukan
33
Pasien masih memungkinkan menjalani Pasien harus menjalani terapi farmakologi untuk membantu
Tidak
terapi non farmakologi penyembuhan.
Terdapat duplikasi terapi Tidak Pasien tidak mendapat terapi yang duplikasi
Pasien mendapat penanganan terhadap efek Tidak ada efek samping yang terjadi pada pasien terhadap
Tidak
samping yang seharusnya dapat dicegah penggunaan obat ini
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan yang diberikan tepat yaitu dalam bentuk
Bentuk sediaan tidak tepat Tidak
injeksi karena mempertimbangkan kondisi pasien
Terdapat kontra indikasi Tidak Tidak terdapat kontraindikasi
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan Kondisi pasien dapat diatasi oleh obat untuk mengurangi
Tidak
oleh obat keluhan pasien
Terdapat obat lain yang lebih efektif Tidak Pengobatan yang diberikan sudah efektif
3 Dosis tidak tepat
Dosis terlalu rendah Tidak Dosis yang diberikan sudah tepat
Frekuensi penggunaan tidak tepat Tidak Frekuensi yang diberikan sudah tepat
34
4 Reaksi yang tidak diinginkan
Obat aman untuk pasien dan memberikan efek yang sesuai
Obat tidak aman untuk pasien Tidak
dengan yang diharapkan
Terjadi reaksi alergi Tidak Pasien tidak menunjukan reaksi alergi dari penggunaan obat
35
6 Pasien membutuhkan terapi tambahan
Terdapat kondisi yang tidak diterapi Tidak Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan kondisinya.
Pasien membutuhkan obat lain yang Tidak Pasien telah mendapatkan obat yang bekerja sinergis.
Sinergis
Pasien membutuhkan terapi profilaksis Tidak Pasien sudah mendapatkan terapi yang tepat
Dermatitis, ruam, diare Ampicillin Monitoring kulit area popok pasien dan moitoring
BAB pasien
(basic pharmacology, 2019)
Gangguan pendengaraan, Gentamicin Monitoring BAK dan kondisi pasien, monitoring kadar
nefrotoksisitas, magnesium pasien
hipomagnesemia
(basic pharmacology, 2019)
Diare, ruam, Hiperglikemia, IVFD Monitoring BAB dan kondisi pasien, monitoring kadar
Hipotensi Aminofusin 10% glukosa dan tekanan darah pasien
(PIONAS, 2015)
Tromboflebitis, Udem, IVFD Cocktail Monitoring cairan tubuh dan Nadi pasien
Aritmia ( D10%, NaCl
(PIONAS, 2015) 0,9%,KCl, Ca
gluconas)
36
Tabel 9. Monitoring efek samping obat
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang bayi laki-laki dari ibu F lahir tanggal 26 Agustus 2021 dilahirkan
secara partus spontan dengan berat badan bayi ketika lahir yaitu 3300 gram. Pasien
datang ke IGD RSUD Achmad Mochtar pada tanggal 20 September 2021 pukul 18.53
WIB rujukan dari klinik dengan keluhan utama batuk-batuk, memuntahkan susu dan
sesak nafas 1 hari sebelum masuk rumah sakit Achmad Moechtar. Kondisi pasien saat
datang ke IGD yaitu suhu tubuh 38°C, nadi 140x/menit, laju pernafasan 62x/menit,
GCS E4 M6 V5, dan berat badan pasien 2940 g. Pasien didiagnosa suspect
Pneumonia.
Berdasarkan data fisik pasien mengalami batuk dan sesak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit dari awal masuk di IGD sampai pada tanggal 22 september 2021, untuk
kondisi nadi normal, sedangkan kondisi suhu dan pernapasan pasien diatas angka
normal, hal ini dikarenakan pasien mengalami sesak sehingga pernapasan diatas
angka normal.
Dari data laboratorium pasien pada tanggal 20 september 2021 dilihat bahwa
kadar MCV, MCH, dan RDW nya tinggi. Selain itu, nilai eosinofil, neutrofil dan
monosit pasien juga tidak normal, hal ini menandakan bahwa adanya infeksi ().
Pasien mendapatkan terapi IVFD Aminosteril infant 10% (40cc), IFVD Kogtil
(14cc), injeksi ampisillin 2x150mg (iv), dan injeksi gentamisin 1x15mg (iv).
38
Aminosteril Infant 10% mengandung asam amino digunakan untuk menambah nutrisi
secara parental mencegah dan mengobati kekurangan protein pada bayi (IDAI, 2013).
sudah tersedia, dapat diberikan terapi antibiotik empiris. Terapi empiris merupakan
terapi awal di mana antibiotik diberikan atas dugaan kuman penyebab dari keadaan
infeksi tersebut. Dugaan ini didasarkan pada peta kuman setempat (educated guess).
Bila terjadi keadaan infeksi berat yang mengancam jiwa, terapi empiris dapat
identifikasi kuman dan uji kepekaan telah diketahui, maka dilakukan terapi definitif
sesuai kuman yang didapat, menggunakan antibiotik yang paling sederhana dengan
Pada pasien ini terapi empiris yang diberikan adalah Ampisilin 2 × 150 mg iv
apabila terdapat bakteri gram positif pada antibiotik lainnya sehingga menghasilkan
efek yang sinergis. Tujuan penggunaan obat kombinasi adalah memperluas spektrum
anti kuman dengan kondisi kritis atau dengan infeksi berat dan mengatasi adanya
bakterisida yang kuat, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan ambilan obat yang
timbul karna penghambatan sintesis dinding sel. Penisilin mengubah struktur dinding
39
sel sehingga memudahkan penetrasi gentamicin pada kuman (Wahidah, L.K., dkk
2020).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan laporan case study didapatkan kesimpulan:
(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat.
2. Pasien mendapatkan terapi IVFD amino steril 10%, IVFD Kogtil, inj ampisillin
5.2. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E., dkk. (2014). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
IDAI. 2017. Pedoman Praktis Klinis. . Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
IDAI. 2011 Pedoman Pelayanan Medis. . Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2013, Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, diakses
22 Januari 2019.
Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2. Diterjemahkan
Oleh Devi Yulianti Dan Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,
41
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Venessa, L.P., Sandeep, S. 2018. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Wahidah, L.K., Wahyuni, N.T., Putri, D.M. 2020. Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Pneumonia Dengan Metode ATC/DDD Pada Pasien Pediatri Di Instalasi Rawat
Inap RSUD. Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019. JFL. 9(2) :
99-107
WHO (World Health Statistics). 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. World Bank, 2018
42