Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Asuhan
Keperawatan Hiperbilirubin.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Hiperbilirubin
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 19 Oktober 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. TUJUAN.................................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................................................3

A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT................................................................................3


1. Definisi........................................................................................................ 3
2. Anatomi dan Fisiologi.................................................................................3
3. Etiologi........................................................................................................ 4
4. Patofisiologi................................................................................................. 4
5. WOC.........................................................................................................................5
6. Manifestasi Klinis........................................................................................ 6
7. Klasifikasi................................................................................................... 6
8. Komplikasi.........................................................................................................6
9. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................6
10. Penatalaksaan..................................................................................................7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................8
1. Pengkajian........................................................................................................8
2. Diagnosa...........................................................................................................9
3. Intervensi.................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................18

KESIMPULAN.....................................................................................................................................18

SARAN................................................................................................................................................18

REFERENSI........................................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Angka kematian bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya yang meninggal
sebelum usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat (SDKI, 2011).
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dilihat dari sisi penyebabnya
kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Faktor yang dapat dikaitkan
dengan kematian bayi endogen dan eksogen adalah kematian endogen atau yang umum
disebut kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir yang diperoleh
dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sedangkan kematian
eksogen atau kematian postnatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan
sampai menjelang usia 1 tahun yang disebabkan faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar akibat dari kurangnya pengetahuan orang tua dalam merawat bayinya
(Depkes, 2007).
Menurut WHO 2009 angka kematian bayi di Negara tetangga tahun 2007 seperti
singapura 3% per 1.000 kelahiran hidup, Malaysia 6,5% per 1.000 kelahiran hidup, Thailand
17% per 1.000 kelahiran hidup, Vietnam 18% per 1.000 kelahiran hidup dan philipina 26% per
1.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yakni 46,5%
per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2011).
Ikterus merupakan salah satu fenomena yang sering ditemukan pada bayi baru lahir,
kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 25-50% pada bayi cukup bulan 80% pada
bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan sebagian
bersifat patologis (hiperbilirubinemia) yang dapat menimbulkan dampak yang buruk (SDKI,
2011). Dampak buruk yang diderita bayi seperti : kulit berwarna kuning sampai jingga, klien
tampak lemah, urine menjadi berwarna gelap sampai berwarna coklat dan apabila penyakit ini
tidak ditangani dengan segera maka akan menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi yaitu
kernicterus (kerusakan pada otak) yang ditandai dengan bayi tidak mau menghisap, letargi,
gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot kaku, leher kaku (Suriadi, 2006).
Peran perawat dalam keperawatan ini sebagai innovator, fasilitator dan pendidik
dan sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam melakukan
asuhan keperawatan kepada klien secara menyeluruh baik biologis, psikologis, social,
budaya dan spiritual yang meliputi beberapa aspek antara lain aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dari aspek promotif adalah dimana perawat berperan sebagai
promotor kesehatan yang perlu memberikan informasi ataupun pendidikan kesehatan tentang
pentingnya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Perawat
sebagai aspek preventif adalah menganjurkan kepada ibu hamil untuk berhati-hati terhadap
penggunaan obat-obatan dan pemenuhan gizi yang baik untuk bayi. Aspek kuratif perawat
berkolaborasi dalam pemberian terapi (fototherapi,transfuse pengganti, infus albumin dan
therapy obat). Peran perawat sebagai rehabilitatif adalah perawat mengembalikan kondisi
klien setelah mengalami penurunan kadar bilirubin dan menginformasikan kepada ibu.

ii
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa
hiperbilirubin. Pada kenyataannya kita lihat dilapangan banyak pasien hiperbilirubin yang
pemberian asuhan keperawatan yang kurang maksimal, contohnya pada fototerapi,
seharusnya mempunyai kontrol atau pengawasan, tetapi banyak perawat yang lalai dalam hal
tersebut. Pada saat pengkajian ditemukan tiga dari sepuluh bayi yang di rawat inap
perinatology dengan diagnosa ikterus neonatum, dimana ketiga bayi tersebut sedang di
fototerapi.

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hiperbilirubin.
2. Tujuan Khusus
 Mampu memahami kasus hiperbilirubin.
 Mampu menganalisa dan menegakan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan hiperbilirubin.
 Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin.
 Mampu melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun sesuai
dengan rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin.
 Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada pasien dengan hiperbilirubin.
 Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien
dengan hiperbilirubin.

ii
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT

1. Definisi

Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bylirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari
normal.
Hiperbilirubin adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor
fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus. (Jurnal
Biomedik) Hiperbilirubinemia / Ikterus neonatorum) adalah keadaan ikterus yang terjadi pada
bayi baru lahir yaitu meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga
kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning ( Ngastiyah, 1997).

2. Anatomi dan Fisiologi

Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak di sebelah atas dalam
rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Berwarna merah kecoklatan, lunak dan
mengandung amat banyak vaskularisasi. Hepar terdiri dari lobus kanan yang besar dan lobus
kiri yang kecil.
Fungsi hepar adalah 1).Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak 2). Sintesa
kolesterol dan steroid, pembentukan protein plasma (fibrinogen, protrombin dan globulin) 3).
Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K) dan zat besi (Ferritin) 4). Detoksikasi
menghancurkan hormon – hormon steroid dan berbagai obat-obatan 5). Pembentukan dan
penghancuran sel-sel darah merah, pembentukan terjadi hanya pada 6 bulan masa kehidupan
awal fetus 6). Sekresi bilirubin (pigmen empedu) dari bilirubin unconjugated menjadi c
onjugated
Kantung atau kelenjar empedu merupakan kantung berbentuk buah pir dengan
panjang sekitar 7,5 cm dan dapat menampung ± 50 ml cairan empedu. Cairan empedu adalah
cairan kental berwarna kuning keemasan atau kehijauan yang dihasilkan terus menerus dalam
jumlah 500  – 1000 ml/hari, merupakan zat esensial dalam pencernaan dan penyerapan lemak,
suatu media yang dapat mengekskresikan zat-zat tertentu yang tidak dapat diekskresikan oleh
ginjal.
Metabolisme bilirubin terdiri dari empat tahap :
1. Produksi. Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat pemecahan haemoglobin
(menjadi globin dan hem) pada sistem retikulo endoteal (RES). Hem dipecah oleh
hemeoksigenase menjadi bilverdin, dan oleh bilirubin reduktase diubah menjdai bilirubin.
Merupakan bilirubin indirek / tidak terkonjugasi.
2. Transportasi.  Bilirubin indirek kemudian ditransportasikan dalam aliran darah hepatik.
Bilirubin diikat oleh protein pada plasma (albumin), selanjutnya secara selektif dan efektif
bilirubin diambil oleh sel parenkim hepar atau protein intraseluler (ligandin sitoplasma atau
protein Y) pada membran dan ditransfer menuju hepatosit.

ii
 Berikan plester
untuk menutup
 Berikan salep
antiseptik
 Lepaskan jahitan,
steples, sesuai
indikasi

Pengecekan Kulit
Aktivitas :
 Periksa kulit dan
selaput lendir terkait
adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema dan drainase
 Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulpasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
 Periksa kondisi luka
operasi, dengan
tepat
 Gunakan alat
pengkajian untuk
mengidentifikasi
pasien yang berisiko
mengalami
kerusakan kulit
 Monitor warna dan
suhu kulit
 Monitor sumber
tekanan dan gesekan
 Monitor infeksi
terutama daerah
edema

ii
4. Konflik peran Kinerja Pengasuhan Dukungan Pengasuhan
orang tua b/d Indikator : Aktivitas :
 Menyediakan kebutuhan  Mengkaji tingkat
perpisahan dari
fisik anak pengetahuan
anak karena
 Menyediakan nutrisi yang caregiver
penyakit kronik
sesuai usia  Mengkaji tingkat
 Menghilangkan bahaya penerimaan
lingkungan yang bisa caregiver terkait
dikontrol dengan perannya
 Menyediakan pencegahan untuk menyediakan
perawatan kesehatan perawatan
 Menyediakan episode  Menerima ekspresi
perawatan kesehatan negatif dari
 Memberikan rutinitas caregiver
harian anak  Tidak
 Menstimulasi menyepelekan
perkembangan kognitif peran sulit caregiver
 Menstimulasi  Menelusuri lebih
perkembangan sosial lanjut kelebihan dan
kekurangan
 Menstimulasi
caregiver
perkembangan
 Mengakui tingkat
emosi
ketergantungan
 Menstimulasi
pasien terhadap
perkembangan
caregiver sesuai
spiritual
dengan kebutuhan
 Menstimulasi pertumbuhan
 Monitor interaksi
moral
keluarga dalam
 Meningkatkan nilai-nilai
permasalahan
yang bisa meningkatkan
terkait pasien
fungsi bermasyarakat

Pemeliharaan Proses
Keluarga
Aktivitas :
 Tentukan proses
keluarga yang khas
 Tentukan gangguan
khas pada proses
keluarga
 Dukung untuk tetap
kontak dengan
anggota keluarga,
 jika diperlukan
 Berikan kesempatan
berkunjung dalam
memenuhi
kebutuhan anggota
keluarga dan pasien

ii
 Diskusikan strategi
untuk menormalkan
kehidupan keluarga
dengan seluruh
anggota keluarga
 Bantu anggota
keluarga untuk
menggunakan
mekanisme
dukungan yang ada

Peningkatan Pengasuhan
Aktivitas :
 Identifikasi dan
daftarkan keluarga
risiko tinggi dalam
program tindak
lanjut
 Dorong para ibu
untuk menerima
perawatan parental
lebih awal dan
teratur
 Kunjungi ibu di
rumah sakit
sebelum ibu pulang
dalam rangka
mulai membangun
hubungan saling
percaya dan
menjadwalkan
kunjungan tindak
lanjut
 Buat kunjungan
rumah sesuai
dengan tingkat
resiko
 Bantu orang tua
untuk memiliki
harapan yang
realistis sesuai
dengan tingkat
perkembangan dan
kemampuan anak

ii
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hipersensitivitas merupakan suatu reaksi hipersensitivitas biasanya tidak akan terjadi sesudah
kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada kotak-ulang sesudah seseorang
yang memiliki predisposisi mengalami sensitisasi . Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap suatu
reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1). Anafilaksis adalah repon berlebihan system imun
yang melibatkan seluruh tubuh. Tipe anfilaksia ada beberapa yaitu : Local, reaksi anafilaksis local
biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada tempat kontak dengan antigen dan dapat
merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal. Sistemik, reaksi sistemik terjadi dalam tempo
kurang lebih 30 menit sesudah kontak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler,
respiratorius, gastrointestinal dan integument.

Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena ; polycetlietnia, isoimmun hemolytic disease,


kelainan sruktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat (hemolisis kimia: salisilat
kartikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskular; cephahematoma, ecchymosis. Gangguan
fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu/ atresia biliari, infeksi, masalah
inetabolik; galaktosemia hypothyroidisme, jaundeice ASI.

SARAN

Hal – hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipersensitivitas.

 Menghindari zat yang dicurigai sebagai allergen


 Melakukan tes alergi dan melihat riwayat keluarga serta riwayat frekuensi serangan terjadi.
 Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara
 Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali
 Konsultasi dengan dokter dan melakukan tes alergi untuk mengetahui allergen-allergen yang

harus dihindari

ii
REFERENSI

Behrman, dkk. 1997. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta : EGC.

Muscari, Mary E. 2001. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta :

EGC. http://ekahidayati41.blogspot.co.id/2014/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://blognyadanizfikhri.blogspot.co.id/2015/06/askep-pada-pasien-hiperbilirubin.html

ii

Anda mungkin juga menyukai