Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

Ny. D SECTIO CAESAREA


DENGAN JARAK KEHAMILAN DEKAT
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI

Disusun Oleh:
NAMA : SISKA HIDAYANTI
NIM : G1B220021
KELOMPOK : 1
RUANGAN : RAWAT INAP KEBIDANAN
PERIODE : MINGGU KE- 2

PEMBIMBING AKADEMIK:
Dr.Muthia Mutmainah, M.Kep, Sp.Mat
Sri Mulyani, S.Kep.,M.Kep
Ns. Meinarisa, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING KLINIK:
Ns. Radna Vilusa, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021
A. SECTIO CAESAREA
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Section caesaria adalah persalinan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding rahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Sectio Caesarea adalah cara melahirkan anak dengan cara melakukan
pembedahan / operasi lewat dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan
anak yang tidak bisa dilakukan pervaginam atau oleh karena keadaan lain yang
mengancam ibu atau bayi yang mengharuskan kelahiran dengan cara segera
sedangkan persyaratan pervaginam tidak memungkinkan.
Jadi dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa section caesaria adalah
suatu persalinan kelahiran janin yang dilakukan dengan adanya pembuatan
insisi pada dinding rahim.

2. Etiologi
Indikasi SC yaitu :
a. Panggul Sempit
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
c. Stenosis serviks uteri atau vagina
d. Plasenta previa
e. Disproporsi janin panggul
f. Prolog labour (partus lama) sampai neglected labour (persalinan terhambat).
g. Ruptura uteri imminen
h. Fetal distress / Gawat Janin
i. Janin besar
j. Perdarahan antepartum
k. Anemia berat

2
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio
adalah :
a. Malpersentasi janin
1) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang
janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak
lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih
dulu ditolong dengan cara lain.
2) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Distosia serviks (leher rahim gagal melebar)

3. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta
previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi
pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu,
sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah
mati.

4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada
corpus uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.

3
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10 cm.
1) Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
2) Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan
pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10 cm.

4
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru

5
3) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah
sectio caesarea klasik.

6. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

6
7. Pathway

Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan


Misalnya : plasenta previa sentralis / lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, ruptur uteri mengancam, partus
lama / tidak maju, preeklamsia, distonia serviks, malpresentasi
janin

Sectio Caesarea (SC) Kurang Informasi Ansietas

Insisi dinding
Luka post op. SC Tindakan anastesi
abdomen

Terputusnya
Risiko Infeksi Imobilisasi
inkonuitas jaringan,
pembuluh darah, dan
Gangguan
saraf - saraf di sekitar
Mobilitas Fisik
daerah insisi

Merangsang Defisit
pengeluaran histamin Perawatan
dan prostaglandin Diri

Nyeri Akut

7
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit

9. Penatalaksanaan Medis Post SC


a. Pemberian cairan dan diet
Pasca operasi, pasien yang menjalani pembiusan spinal atau
epidural selama operasi diperbolehkan minum clear fluid (air putih atau
teh) pasca operasi selesai. Bila tidak ada keluhan mual atau muntah,
pasien dapat langsung mengonsumsi makanan padat setalah 2 jam pasca
operasi. Hal ini dimungkinkan karena cara kerja obat anestesi lokal tidak
memengaruhi saluran pencernaan. Namun pada kasus tertentu saat
dilakukan pembiusan umum selama operasi caesar, pasien baru diizinkan
minum dan makan setelah pasien dapat buang angin atau flatus. Hal ini
disesuaikan dengan efek obat bius terhadap kerja saluran cerna.
Keluarnya gas menandakan bahwa saluran pencernaan mulai normal
untuk bekerja kembali. Pengeluaran gas biasanya terjadi 6-12 jam setelah
operasi. Selama menunggu waktu tersebut, pasien hanya diperbolehkan
minum. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan
b. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 1-2 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

8
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien bisa dipulangkan
c. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti. Insisi diperiksa setiap hari.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan 6 jam setelah pembedahan untuk memantau
kondisi klien terutama perdarahan.
f. Perawatan rutin

9
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

B. Jarak Kehamilan Dekat


1. Definisi kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana seseorang wanita membawa embrio
atau fetus didalam tubuhnya. Kehamilan didefinisikan sebagai konsepsi
dimana bertemunya antara sel telur matang dengan sperma yang sehat dan
dilanjutkan dengan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum,
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, yaitu masuknya atau tertanamnya
hasil konsepsi ke dalam endometrium sampai lahirnya janin.
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
2012). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan merupakan
proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi
(Monika, 2009).
Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio
dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada
saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu
membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi
dan fertilisasi sampai lahirnya janin.

2. Definisi Jarak Kehamilan


Jarak Kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan
kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes RI 2010).
Jarak kehamilan dibagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu jarak kehamilan yang kuramg dari 2
tahun.
b. Jarak kehamilan ideal yaitu jarak kehamilan yang memiliki batas waktu
yang normal.

10
c. Jarak kehamilan terlalu jauh yaitu jarak kehamilan yang memiliki kurun
waktu lebih dari 10 tahun dari kehamilan yang lalu.

3. Definisi jarak kehamilan terlalu dekat


Jarak kehamilan terlalu dekat adalah jarak antara kehamilan satu
dengan berikutnya < 2 tahun (24 bulan). Pada saat tersebut kondisi rahim ibu
belum pulih sempurna serta waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayinya
menjadi berkurang.
Jarak kehamilan ternyata juga dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Jarak kehamilan terlalu dekat dapat menimbulkan komplikasi yang
serius pada kehamilan maupun proses kelahiran. World Health Organization
(WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menyatakan bahwa jarak antar kehamilan sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika
kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan ibu
maupun janin. Penelitian yang dilaporkan dalam Journal Of The American
Medical Association mengatakan bahwa ibu yang sudah hamil kembali
setelah 6 bulan kelahiran meningkatkan 40% risiko melahirkan ankan
prematur dan meningkatkan 61% risiko anak lahir dengan berat badan yang
rendah.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa jarak kehamilan yang dekat tidak
memberikan ibu cukup waktu untuk pulih dari stress fisik yang terjadi akibat
kehamilan sebelumnya, misalnya kehamilan akan menguras dan
menghabiskan zat gizi yang ada di dalam tubuh ibu karena berbagi dengan
janin, seperti zat besi, dan asam folat.maka ketika ibu mengalami kehamilan
berikutnya dengan jarak yang dekat, akan mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin karena tidak dapat memenuhi kebutuhan masing- masing.

4. Faktor faktor risiko yang dapat terjadi


Menurut (BKKBN 2013) jarak kehamilan terlalu dekat memiliki
berbagai macam faktor risiko yang mungkin terjadi, yaitu :
a. Keguguran

11
b. Anemia
c. Bayi lahir belum waktunya
d. Berat badan lahir rendah (BBLR)
e. Cacat bawaan
f. Tidak optimalnya tumbuh kembang balita.
Alasan yang perlu diketahui adalah sebagi berikut,
a. Kondisi rahim ibu belum seluruhnya pulih
b. Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan
c. Waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kuran

5. Tujuan
Menjaga jarak antara kehamilan memiliki beberapa tujuan, di antaranya
adalah :
a. Memberikan waktu istirahat untuk mengembalikan otot-otot tubuhnya
seperti semula.
b. Untuk memulihkan organ kewanitaan wanita setelah melahirkan.
c. Rahim wanita setelah melahirkan, beratnya 2 kali lipat dari sebelum
hamil. Untuk mengembalikannya ke berat semula membutuhkan waktu
sedikitnya 3 bulan, itu pun dengan kehamilan normal. Untuk kelahiran
dengan cara caesar membutuhkan waktu lebih lama lagi.
d. Menyiapkan kondisi psikologis ibu yang mengalami trauma pasca
melahirkan karena sakit saat melahirkan atau saat dijahit. Ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat wanita siap lagi
hamil dan melahirkan.
e. Bagi wanita dengan riwayat melahirkan secara caesar, bayi lahir cacat,
pre eklamsia, di anjurkan untuk memberi jarak antar kehamilan yang
cukup. Karena memiliki risiko lebih besar dari pada wanita dengan
riwayat kelahiran normal dan supaya bayi yang sudah lahir mendapatkan
ASI eksklusif dari ibunya.

12
6. Jarak ideal kehamilan
Sejumlah sumber mengatakan bahwa jarak ideal kehamilan sekurang-
kurangnya 2 tahun. Menurut Ahmad Rofiq (2008) proporsi kematian terjadi
pada ibu dengan prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
ternyata jarak kehamilan < 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal
lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
mempunyai waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar
bisa kembali ke kondisi sebelumnya.
Jarak antara persalinan terakhir dengan kehamilan berikutnya
(pregnancy spacing) sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun. Sementara menurut
pendapat Supriyady (2006), jarak kehamilan terlalu dekat bisa
membahayakan ibu dan janin, idealnya jarak kehamilan tak kurang dari 9
bulan hingga 24 bulan sejak kelahiran sebelumnya.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a) Identitas klien dan penanggung jawab
b) Keluhan utama klien
c) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
d) Riwayat penyakit keluarga
e) Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.

13
a. Makanan dan cairan : Abdomen lunak dengan tidak ada distensi
(diet ditentukan).
b. Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat
anestesi spinal epidural.
c. Nyeri / ketidaknyamanan : Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai
sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih, efek - efek
anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
d. Pernapasan : Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
e. Keamanan : Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering
dan utuh.
f. Seksualitas : Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
Lochea rubra.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
b. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri abdomen post op
SC
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
kering bekas operasi
d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
NO. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah 1. Lakukan 1. Mempengaruhi pilihan /
berhubungan diberikan asuhan pengkajian secara pengawasan keefektifan
dengan keperawatan komprehensif intervensi.
pelepasan selama 1 x 24 tentang nyeri 2. Tingkat ansietas dapat
mediator nyeri jam diharapkan meliputi lokasi, mempengaruhi persepsi /
(histamin, nyeri klien karakteristik, reaksi terhadap nyeri.
prostaglandin) berkurang / durasi, frekuensi, 3. Mengetahui sejauh mana
akibat trauma terkontrol
kualitas, intensitas pengaruh nyeri terhadap
jaringan dalam dengan kriteria
nyeri dan faktor kualitas hidup pasien.
pembedahan hasil :

14
(section a. Klien presipitasi. 4. Memfokuskan kembali
caesarea) melaporkan 2. Observasi respon perhatian, meningkatkan
nyeri nonverbal dari kontrol dan meningkatkan
berkurang / ketidaknyamanan harga diri dan kemampuan
terkontrol (misalnya wajah koping
b. Wajah tidak meringis) 5. Memberikan ketenangan
tampak terutama kepada pasien sehingga
meringis ketidakmampuan nyeri tidak bertambah
c. Klien tampak untuk 6. Analgetik dapat
rileks, dapat berkomunikasi mengurangi pengikatan
berisitirahat, secara efektif. mediator kimiawi nyeri
dan 3. Kaji efek pada reseptor nyeri
beraktivitas pengalaman nyeri sehingga dapat
sesuai terhadap kualitas mengurangi rasa nyeri
kemampuan hidup (ex:
beraktivitas,
tidur, istirahat,
rileks, kognisi,
perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan klien
menggunakan
teknik
nonanalgetik
(relaksasi
progresif, latihan
napas dalam,
imajinasi,
sentuhan
terapeutik.)
5. Kontrol faktor -
faktor lingkungan
yang yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(ruangan, suhu,
cahaya, dan
suara)
6. Kolaborasi untuk
penggunaan
kontrol analgetik,
jika perlu.

15
2. Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat 1. Diharapkan dapat
Mobilitas Fisik dilakukan asuhan mobilitas dari meningkatkan
bd nyeri pada keperawatan pasien kenyamanan dan
abdomen post selama 2 x 24 2. Motivasi pasien ambulasi.
op SC jam gangguan untuk melakukan 2. Dapatkan meningkatkan
mobilitas fisik mobilitas secara posisi fungsional pada
teratasi dengan bertahap. tubuh pasien
kriteria hasil :
Pertahankan 3. Memampukan
Pasien sudah
posisi tubuh yang keluarga/orang terdekat
bias melakukan
tepat untuk aktifitas dalam
aktifitas sendiri,
pasien 3. Berikan perawatan pasien
mengatakan dukungan dan perasaan senang dan
sudah bisa bantuan nyaman pada pasien
bergerak. keluarga/orang
terdekat pada
latihan gerak
pasien.
3. Risiko tinggi Setelah 1. Tinjau ulang 1. Kondisi dasar seperti
terhadap infeksi diberikan asuhan kondisi dasar / diabetes / hemoragi
berhubungan keperawatan faktor risiko yang menimbulkan potensial
dengan trauma selama 3x 24 ada sebelumnya. risiko infeksi /
jaringan / luka jam diharapkan Catat waktu pecah penyembuhan luka yang
bekas operasi klien tidak ketuban. buruk. Pecah ketuban yang
(SC) mengalami 2. Kaji adanya tanda terjadi 24 jam sebelum
infeksi dengan
infeksi (kalor, pembedahan dapat
kriteria hasil :
rubor, dolor, tumor, menimbulkan
1. Tidak terjadi
fungsio laesa) koriamnionitis sebelum
tanda - tanda
3. Lakukan perawatan intervensi bedah dan dapat
infeksi
luka dengan teknik mempengaruhi proses
(kalor,
aseptik penyembuhan luka
rubor, dolor,
4. Inspeksi balutan 2. Mengetahui secara dini
tumor,
abdominal terhadap terjadinya infeksi sehingga
fungsio
eksudat / rembesan. dapat dilakukan pemilihan
laesea)
Lepaskan balutan intervensi secara tepat dan
2. Suhu dan
sesuai indikasi cepat
nadi dalam
5. Anjurkan klien dan 3. Meminimalisir adanya
batas normal
keluarga untuk kontaminasi pada luka
( suhu =
mencuci tangan yang dapat menimbulkan
36,5 -37,50
sebelum / sesudah infeksi
C, frekuensi
menyentuh luka 4. Balutan steril menutupi
nadi = 60 -
6. Pantau peningkatan luka dan melindungi luka
100x/ menit)
suhu, nadi, dan dari cedera / kontaminasi.
3. WBC dalam
pemeriksaan Rembesan dapat
batas normal
laboratorium menandakan terjadinya

16
(4,10-10,9 jumlah WBC / sel hematoma yang
10^3 / uL) darah putih memerlukan intervensi
7. Kolaborasi untuk lanjut
pemeriksaan Hb 5. Cuci tangan menurunkan
dan Ht. Catat resiko terjadinya infeksi
perkiraan nosokomial
kehilangan darah 6. Peningkatan suhu, nadi,
selama prosedur dan WBC merupakan
pembedahan salah satu data penunjang
8. Anjurkan intake yang dapat
nutrisi yang cukup mengidentifikasi adanya
9. Kolaborasi bakteri di dalam darah.
penggunaan Proses tubuh untuk
antibiotik sesuai melawan bakteri akan
indikasi meningkatkan produksi
panas dan frekuensi nadi.
Sel darah putih akan
meningkat sebagai
kompensasi untuk
melawan bakteri yang
menginvasi tubuh.
7. Risiko infeksi pasca
melahirkan dan proses
penyembuhan akan buruk
bila kadar Hb rendah dan
terjadi kehilangan darah
berlebihan.
8. Mempertahankan
keseimbangan nutrisi
untuk mendukung perpusi
jaringan dan memberikan
nutrisi yang perlu untuk
regenerasi selular dan
penyembuhan jaringan
9. Antibiotik dapat
menghambat proses
infeksi

4. Defisit Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui


Perawatan diri dilakukan asuhan kemampuan diri kemampuan klien dalam
bd kelemahan kepearwatan 2. Motivasi klien personal hygiene
fisik selama 2 x 24 untuk melakukan 2. Mengajarkan klien untuk
jam klien tidak aktivitas secara memenuhi secara mandiri
mengalami bertahap 3. Keluarga adalah orang

17
defisit perawatan 3. Libatkan keluarga yang paling penting dan
diri teratasi dalam pemenuhan tepat untuk masalah ini
dengan kriteria kebutuhan klien dan membuat klien lebih
hasil : 4. Kaji karakter dan diperhatikan
pasien bisa jumlah aliran 4. Aliran lokea seharusnya
menjaga lochea tidak banyak
personal 5. Ajarkan pasien 5. Dapat meningkatkan
hygienenya,
latihan bertahap kemampuan klien
kekuatan tubuh
pasien bisa
kembali normal
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah
disusun

18
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.


Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi


dan KB. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana


Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT


Gramedia

19
FORMAT PENGKAJIAN POSNATAL
KEPERAWATAN MATERNITAS
Nama Mahasiswa :Siska Hidayanti NIM : G1B220021
Tempat Praktek : Rawat Inap Kebidanan Tgl : 30 Maret 2021

1. DATA UMUM
Inisial Klien : Ny. D
Usia : 24 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu
Alamat : Rt 12 Tanjung Sari
Inisial Suami : Tn. A
Usia Suami : 27 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Suami : SLTA
Pekerjaan : Sales
A. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU
No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Komplikasi
Persalinan Kelamin Lahir Bayi Saat Nifas
Lahir
1 2019 Sectio Dokter Perempuan 3000 Sehat Tidak Ada
Caesar Gram
2 Ini
Pengalaman menyusui: Ya/Tidak Berapa Lama: ± 2 bulan

B. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


1. Berapa Kali Pemeriksaan Kehamilan : 8x
2. Masalah Kehamilan : Jarak kehamilan dengan
kehamilan sebelumnya < 2 tahun

20
C. RIWAYAT PERSALINAN
1. Jenis Persalinan : Sectio Caesaria a.i (atas indikasi)
: Jarak Kehamilan Dekat
2. Jenis Kelamin Bayi : P/L BB: 2900 gram PB: 49 Cm
3. Perdarahan : ± 100 cc
4. Masalah dalam Persalinan : tidak ada
D. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah Ginekologi : Tidak Ada
2. Riwayat KB : KB suntik 3 bulan
2. DATA UMUM KESAHATAN SAAT INI
A. Status Obstetri : G2P1A0 H 38 Minggu
Bayi Rawat Gabung : Ya/Tidak
Jenis Kelamin Bayi : P/L BB: 2900 gram PB: 49 Cm
B. Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos Mentis
BB: 57 Kg TB: 155 Cm
Tanda Vital : TD : 108/80 mmHg Nadi : 85 x/Menit
Suhu : 360C RR : 20 x/Menit
C. Kepala Leher
1. Kepala : Simetris, Tidak terdapat benjolan
2. Mata : Pupil Isokor, Konjungtiva am-anemis
3. Hidung : Tidak ada cuping hidung
4. Mulut : Mukosa lembab
5. Telinga : Simetris
6. Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar getah bening
7. Masalah Lain : Tidak ada
D. Dada
1. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 normal
2. Paru : Vesikuler dan Tidak ada suara tambahan
3. Payudara : Simetris
4. Puting Susu : Uninverted

21
5. Pengeluaran ASI : Asi dapat keluar dengan baik
6. Masalah Khusus : Tidak ada
E. Abdomen
1. Involusi Uterus : Uterus teraba keras
2. Kandung Kemih : Penuh/Kosong
3. Diastasis Rektur Abdomen: ± 2 cm
4. Fungsi Pencernaan : Tidak memiliki masalah dalam pencernaan
5. Masalah Khusus : terdapat luka post op sc sekitar ±10 cm
F. Perineum dan Genittal
1. Vagina
Integritas Kulit : Tidak berminyak
Edema : Tidak ada pembengkakan
Memar : Tidak ada memar
Hematom : Tidak ada hematom
2. Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur
Tanda REEDA : R: Kemerahan : Ya/Tidak
E: Bengkak : Ya/Tidak
E: Echimosis : Ya/Tidak
D: Discharge : Ya/Tidak
A: Approximate : Ya/Tidak
Kebersihan : Terjaga dengan baik, pembalut diganti 2x sehari
3. Lokhea
Jumlah : ± 80 cc
Jenis/Warna : Cair/Merah segar
Konsistensi : Cair
4. Hemoroid
Derajat : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Berapa Lama : Tidak ada
Nyeri/Tidak : Tidak ada
5. Masalah Khusus : Tidak ada

22
G. Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas : Edema: Ya/Tidak
2. Ekstremitas Bawah : Nyeri: Ya/Tidak
Varises : Ya/Tidak, Lokasi
Tanda Hormon (Horman’s Sign): +/-
3. Masalah Khusus : Tidak ada
H. Elimiasi
1. Urine
Kebiasaan BAK : Klien mengatakan memiliki kebiasaan buang air
kecil ± 10kali saat hamil
BAK Saat Ini : Klien saat ini menggunakan kateter dengan
volume ± 1000 cc
2. BAB
Kebiasaan BAB : Klien mengatakan memiliki kebiasaan buang air
besar sehari ± 1 kali
BAB Saat Ini : Klien mengatakan belum ada BAB
I. Istirahat Dan Kenyamanan
1. Pola Tidur
Kebiasaan : Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan tidur
Lama : ±6 jam
Frekuensi : 2 kali
Pola Tidur Saat Ini : Klien mengatakan klien biasa tidur ± 6 jam dan
tidak memiliki kebiasaan
2. Keluhan Ketidaknyamanan: Ya/Tidak
Lokasi : Sekitar luka operasi
Sifat : Terasa seperti tertusuk tusuk
Intensitas : skala nyeri 4

J. Mobilisasi Dan Latihan


1. Tingkat Mobilisasi : Miring kiri dan kanan
2. Latihan senam : Tidak melakukan senam

23
3. Masalah Khusus : Tidak ada
K. Nutrisi Dan Cairan
1. Asupan Nutrisi : Saat ini mengonsumsi bubur dan buah yang
lembut
2. Asupan Cairan : Minum air hangat, air biasa, dan teh hangat
3. Masalah Khusus : Tidak ada
L. Status Mental
1. Adaptasi Psikologis : Klien dan keluarga sangat senang atas
kehadiran bayi
2. Penerimaan Thd Bayi : Klien mengatakan klien dan semua
memang merencanakan kehamilan ini dan kakak dari bayi sangat
senang memiliki adik
3. Masalah Khusus : Tidak ada
M. Kemampuan Menyusui : Saat dikaji ibu sudah menyusui bayinya
N. Obat-Obatan
- Ceftriaxone : obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi
bakteri yang terjadi pada tubuh.
- Ketorolac : obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini
sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri.
- Pronalges
O. Keadaan Umum Ibu
Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg Nadi : 85x/menit
S: 36º RR : 20x/menit
P. Jenis Persalinan : Sectio Caesaria
Q. Proses Persalinan : Kala I: - Jam
Kala II: - Menit
Kala III: - Menit

24
R. Komplikasi Persalinan
Ibu :- Janin :-
S. Lamanya Ketuban Pecah
Kondisi Ketuban :-
3. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR
1. Lahir Tanggal : 29 Maret 2021
2. Kelahiran : Tunggal/Gemeli
3. Tindakan Resusitasi : Tidak ada
4. Plasenta
Berat : ± 500 gr Ukuran : Normal
Kelainan : Tidak ada Jumlah Pembuluh Darah :
Panjang Tali Pusat : 15-20 cm
NILAI APGAR
Tanda Nilai Jumlah
0 1 2 1´ 2´
Denyut ( )Tidak ada ( )<100 ( )>100 2 2
Jantung
Usaha ( )Tidak ada ( )Lambat ( ) Menangis 1 2
Nafas Kuat
Tonus Otot ( )Lumpuh ( ) Ekstremitas ( ) Gerakan 1 1
Fleksi Sedikit Aktif
Reflex ( ) Tidak ( ) Gerakan ( ) Reaksi 2 2
Bereaksi Sedikit Melawan
Warna ( ) Biru/Pucat ( ) Tubuh ( ) Kemerahan 2 2
Kemerahan

4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hemoglobin 11,0 g/dL 11.-15.0
^
Leukosit 19.42 H 10 3/mm3 4.000-10.000
Hematokrit 33.0 L % 36-47

25
Eritrosit 3.96 L 10^3/mm3 4.00-5.00 juta
Neutrophil % 90.2 H % 50-70
Limfosit % 4.6 L % 20-40

5. PERENCANAAN PULANG
a. Klien dianjurkan untuk menjaga luka sayatan operasinya tetap kering, jika
ingin mandi pelan-pelan saja tidak dianjurkan untuk mandi menggunakan
air hangat menghidari luka menjadi basah
b. Klien dianjurkan banyak mengonsumsi protein seperti putih telur untuk
mempercepat proses penyembuhan luka operasi
c. Klien dianjurkan untuk kontrol ulang luka operasi
d. Klien tidak dianjurkan untuk mengangkat benda-benda berat

26
Analisa Data
MASALAH
NO DATA PENYEBAB KEPERAWATAN
1 DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada (prosedur operasi)
saat bergerak
- Klien mengatakan nyeri skala
4, pada luka post op sc
DO :
- Klien tampak meringis saat
bergerak
2 DS : Nyeri Hambatan mobilitas
- Klien mengatakan sulit untuk fisik
bergerak
- Klien mengatakan nyeri saat
bergerak
DO :
- klien tampak meringis saat
bergerak
3 DO : Efek prosedur invasif Risiko infeksi
- Adanya luka bekas operasi Caesar
dengan panjang sayatan ±0 cm
N

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa
1. 30 Maret Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d
2021 klien mengeluh nyeri pada saat bergerak, klien mengatakan
nyeri pada skala 4, dan klien tampak meringis saat bergerak

2. 30 Maret Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri d.d klien mengatakan


2021 sulit untuk bergerak, klien mengatakan nyeri saat bergerak,
dan klien tampak meringis saat bergerak

3. 30 Maret Risiko infeksi b.d Efek prosedur invasive d.d Adanya luka
2021 bekas operasi Caesar dengan panjang sayatan ± 10 cm

27
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan keperawatan
keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera tindakan durasi, frekuensi, kualitas,
fisik (prosedur keperawatan selama intensitas nyeri
operasi) ±2x24 jam 2. Identifikasi skala nyeri
diharapkan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non
dapat berkurang verbal
dengan kriteria hasil 4. Identifikasi faktor yang
: memperberat dan memperingan
nyeri
- Klien
5. Ajarkan teknik non
mengatakan
farmakologis untuk mengurangi
nyeri berkurang
rasa nyeri
menjadi ringan
6. Demonstrasikan dan latih teknik
(1-2)
relaksasi misalnya Tarik napas
- Klien
dalam
melakukan
7. Anjurkan klien untuk istirahat
tindakan control
yang cukup
nyeri
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
mobilitas fisik b.d tindakan keluhan fisik lainnya
nyeri keperawatan selama 2. Identifikasi toleransi fisik
±2x24 jam melakukan pergerakan
diharapkan 3. Monitor kondisi umum selama
hambatan mobilitas melakukan mobilisasi
fisik klien dapat 4. Libatkan keluarga untuk
teratasi dengan membantu klien dalam
kriteria hasil : meningkatkan pergerakan
5. Jelaskan tujuan dan prosedur
Klien mengatakan
mobilisasi
sudah bisa bergerak
6. Anjurkan melakukan mobilisasi
Klien sudah bisa dini
melakukan aktifitas 7. Ajarkan mobilisasi sederhana
sendiri yang harus dilakukan (misalnya:
anjurkan untuk miring kekiri
Dapat mengontrol

28
nyeri saat dan kekanan, duduk ditempat
beraktifitas tidur, duduk disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke
kursi, anjurkan untuk belajar
jalan dan anjurkan untuk
kekamar mandi) anjurkan untuk
melakukan secara bertahap
8. Ajarkan klien menerapkan
teknik nafas dalam disetiap
aktivitas untuk mengurangi
nyeri
3. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
efek prosedur tindakan 2. Jelaskan tanda dan gejala
invasif keperawatan selama infeksi
±1x24 jam 3. Menuci tangan sebelum
diharapkan tidak membersihkan luka
terdapat tanda-tanda 4. Membantu dalam personal
infeksi dengan hygiene
kriteria hasil : 5. Ganti perban luka dengan
perawatan steril
- Tidak ada
6. Anjurkan untuk meningkatkan
kenaikan suhu
asupan nutrisi, misalnya
tubuh
menganjurkan untuk
- Keadaan luka
mengkonsumsi putih telur, ikan,
sayatan tidak
perbanyak makan buah dan
ada kalor/panas,
sayur
rubor/
7. Anjurkan meningkatkan asupan
kemerahan,
cairan, misalnya menganjurkan
tumor/
untuk minum banyak air putih
pembengkakan
8. Kolaborasi dalam pemberian
dan dolor/
antibiotik jika diperlukan
peradangan.
9. Monitor tanda-tanda vital

29
D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI
HARI/TANGGAL JAM NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI

Selasa 30-03-2021 10:00 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : klien masih mengeluh nyeri
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - P : luka post op SC
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Q : nyeri terasa tertusuk
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - R : nyeri pada bagian sayatan
4. Mengidentifikasi faktor yang - S : nyeri skala sedang (4)
memperberat dan memperingan nyeri - T : klien mengeluh nyeri saat bergerak
5. Mengajarkan teknik non farmakologis O : klien tampak meringis
untuk mengurangi rasa nyeri A : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
6. Mendemonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (misalnya tarik napas dalam) (prosedur operasi)
7. Menganjurkan klien untuk istirahat yang (masalah teratasi sebagian )
cukup
P : intervensi lanjutan
8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
(pronalges 3x1 ) 1. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri misalnya
mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi
misalnya Tarik napas dalam
2. Menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Selasa 30-03-2021 10:00 2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : klien mengatakan nyeri saat bergerak
keluhan fisik lainnya
O : klien dapat melakukan miring kekiri dan
2. Mengidentifikasi toleransi fisik
miring kanan
melakukan pergerakan (dengan meminta
klien untuk miring kiri dan kanan) A : Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri

30
3. Memonitor kondisi umum selama Masalah teratasi sebagian
melakukan mobilisasi
P : intervensi lanjutan
4. Melibatkan keluarga untuk membantu
klien dalam meningkatkan 1. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan/melakukan mobilisasi (ex: pergerakan
duduk, miring kanan dan kiri) 2. Memonitor kondisi umum selama melakukan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
mobilisasi (tujuan mobilisasi untuk 3. Melibatkan keluarga untuk membantu klien
memperlancar peredaran darah, dalam meningkatkan pergerakan melakukan
mempertahankan tonus otot, mobilisasi
mempercepat penutupan jahitan operasi) 4. Menganjurkan klien untuk belajar duduk dan
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang berjalan
harus dilakukan (misalnya : anjurkan
untuk miring kekiri dan kekanan, serta
duduk)
Selasa 30-03-2021 10:00 3 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi S : klien mengatakan badannya tidak panas
2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
O : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/mnt
3. Menganjurkan untuk meningkatkan
asupan nutrisi, misalnya menganjurkan N : 86 x/mnt S : 36,5 0C
untuk mengkonsumsi putih telur, ikan,
Terdapat luka post sc di bagian bawah perut.
perbanyak makan buah dan sayur
4. Menganjurkan meningkatkan asupan A: Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
cairan, misalnya menganjurkan untuk
(infeksi tidak terjadi)
minum banyak air putih
5. Memonitor tanda-tanda vital P : Intervensi lanjutan

1. Memonitor tanda dan gejala infeksi


2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Mencuci tangan sebelum membersihkan luka

31
4. Membantu dalam personal hygiene
5. Mengganti perban luka dengan perawatan
steril
6. Memonitor ttv
Rabu 31-03-2021 09:00 1 1. Mengajarkan teknik non farmakologis S : klien mengatakan nyeri berkurang
untuk mengurangi rasa nyeri misalnya
- P : luka post op SC
mendemonstrasikan dan latih teknik
- Q : nyeri terasa tertusuk
relaksasi misalnya Tarik napas dalam
- R : nyeri pada bagian sayatan
2. Menganjurkan klien untuk istirahat yang
- S : nyeri skala ringan (skala 2)
cukup
- T : klien mengeluh nyeri saat bergerak
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
O : klien tampak rileks
(pronalges 3x1 )
A : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
(masalah teratasi)
P : Intervensi dihentikan

Rabu 31-03-2021 09:00 2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : klien mengatakan nyeri saat bergerak namun
keluhan fisik lainnya sudah jauh berkurang
2. Mengidentifikasi toleransi fisik
O : klien dapat belajar duduk dan berjalan
melakukan pergerakan (dengan meminta
klien untuk belajar duduk dan berjalan) A : Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
3. Memonitor kondisi umum selama
Masalah teratasi
melakukan mobilisasi
4. Melibatkan keluarga untuk membantu P : intervensi dihentikan
klien dalam meningkatkan
pergerakan/melakukan mobilisasi (ex:

32
belajar duduk dan berjalan)
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi (tujuan mobilisasi untuk
memperlancar peredaran darah,
mempertahankan tonus otot,
mempercepat penutupan jahitan operasi)
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (misalnya : belajar duduk
dan berjalan)
Rabu 31-03-2021 09:00 3 6. Memonitor tanda dan gejala infeksi S : klien mengatakan badannya tidak panas
7. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
O : TD : 120/85 mmHg RR : 20 x/mnt
8. Menganjurkan untuk meningkatkan
asupan nutrisi, misalnya menganjurkan N : 84 x/mnt S : 36,8 0C
untuk mengkonsumsi putih telur, ikan,
Terdapat luka post sc di bagian bawah perut.
perbanyak makan buah dan sayur
9. Menganjurkan meningkatkan asupan A: Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
cairan, misalnya menganjurkan untuk
(infeksi tidak terjadi)
minum banyak air putih
10. Memonitor tanda-tanda vital P : Intervensi dihentikan

33

Anda mungkin juga menyukai