Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

(ABORTUS IMMINENS)

PETRONELA KANA

NIM

KEPERAWATAN MATERNITAS

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MARANATHA KUPANG

2022
1. PENGERTIAN
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan
yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal.
261).Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan sauatu kehamilan.Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan.(Syaifudin.Bari Abdul, 2000)Abortus imminen adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda
dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 1999).Abortus imminen adalah
pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan (William
Obstetri, 1990).

2. ETIOLOGI
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan
masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut.
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
3) Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
4) Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi,
atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
3. MANIFESTASI KLINIS

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah
beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus
dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa;
serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai
perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa
pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di
daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan
dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun
demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus,
perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah
banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau
beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar,
kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda
kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum
ada atau ringan saja. Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot Rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
4. PATOFISIOLOGI  

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

5. KLASIFIKASI
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut.Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,
perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia
berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil.Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan
dinding menipis.Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas
ostium uteri eksternum teraba jaringan.Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan
busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis
servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan


sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi
dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

6. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperetrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati
dengan teliti.Jika ada tanda bahaya,perlu segera dilakukan laparatomie,dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomie.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang
awammenimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atauusus.Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,laparatomie harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi 
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada
genetalia.Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan
tanda infeksi alat genital, seperti panas,takikardia,perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan
karena infeksi berat (syok Endoseptik).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
b. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2) Data laboratorium
a. Tes urine
b. Hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan
hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. Menghitung trombosit
d. Kultur darah dan urine
8. PENATALAKSANAAN
a. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
b. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan
hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus
didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak
banyak manfaatnya.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
g. Bila perdarahan
Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
9. Pathway

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma Gangguan faal


endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Abortus Spontan Retensi Janin Abortus Resiko


Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang


pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
10. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Data dasar yang meliputi :
 Aspek biologi
 Aspek psikologis
 Aspek sosial kultural
 Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :
Riwayat kehamilan
 Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat
kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang
meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
 Pengkajian fisik meliputi :
- Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
- Perhatian pendarahan yang terjadi
- Adanya infeksi
- Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
- Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
 Masalah psikologis
 danya dukungan dari keluarga
 Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
 Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
 Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan
muda
b. Risiko hipovolemia ditandai dengan adanya pendarahan
c. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Tingkat nyeri menurun MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: Observasi
agen pencedera fisik - Keluhan nyeri menurun
1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
ditandai dengan: - Meringis menurun intensitas nyeri
- Mengeluh nyeri - Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis - Tekanan darah membaik 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Frekuensi nadi - Pola napas membaik
memperingan nyeri
meningkat 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- Tekanan darah nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
meningkat
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Pola napas 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
berubah sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Risiko hipovolemia Status cairan membaik dengan MANAJEMEN HIPOVOLEMIA


ditandai dengan adanya kriteria hasil: Observasi
pendarahan - Kekuatan nadi meningkat
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
- Pengisisan vena meningkat frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Turgor kulit meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa
- Tekanan darah membaik
kering, volume urine menurun, hematokrit
- Tekanan nadi membaik meningkat, haus dan lemah)
2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

3. Hitung kebutuhan cairan


4. Berikan posisi modified trendelenburg
5. Berikan asupan cairan oral

Edukasi

6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis.


cairan NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk darah

3. Risiko Infeksi Tingkat infeksi menurun dengan MANAJEMEN PENCEGAHAN INFEKSI


dibuktikan dengan kriteria hasil:
Observasi:
ketidakadekuatan
- Demam menurun
pertahanan tubuh 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
- Kemerahan menurun
sekunder (penurunan
- Nyeri menurun Terapeutik
hemoglobin)
- Kadar sel darah putih
2. Batasi jumlah pengunjung
membaik
3. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi

Edukasi

6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


7. Ajarkan cara memeriksa luka
8. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian antibiotic (jika perlu)


DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


2. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
4. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan
praktiskontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of
medical care in diabetes.Diabetes Care2011: 34(1); S11-61.
8. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
9. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
10. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai