Anda di halaman 1dari 21

ANTENATAL CARE (ANC)

A. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Antenatal


1. Perubahan fisiologis pada masa kehamilan
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
Trimester I : uterus membesar sampai dengan ukuran telur
bebek
Trimester II : uterus akan memasuki rongga pelvis dan
menyentuh dinding abdomen dan mendesak usus kedua sisi
abdomen
Trimester III : dinding uterus menipis, lebih lembut dan mulai
ada kontraksi dua atau seminggu sebelum persalinan
2) Vagina
Trimester I : peningkatan vaskularisasi pembuluh darah dan Ph
cairan vagina lebih asam dengan nilai 4-6,5
Trimester II : pembuluh darah alat genital membesar dan sekresi
cairan vagina meningkat
Trimester III : dinding vagina mengalami peregangan, lapisan
otot membesar dan vagina lebih elastis
3) Mamae/payudara
Trimester I : mamae membesar, tegang dan berat, puting susu
membesar dan warnanya lebih gelap, munculnya tubercel
montgomery
Trimester II : payudara semakin besar dan mengeluarkan
kolostrum, areola payudara makin hitam, glandulla montgomery
makin menonjol
Trimester III : mamae semakin besar dan tegang, hormon
prolaktin meningkat, colostrum mulai keluar
b. Sistem integumen
Perubahan yang terjadi pada sistem integumen terutama pada
daerah muka dan perut. Wajah pasien mengalami hiperpigmentasi
yang disebut dengan cloasma gravidarum, pada perut mengalami
hiperpigmentasi berbentuk garis yang disebut linea nigra dan
terdapat striae gravidarum.
c. Sistem kardiovaskular
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular yaitu volume
darah meningkat tetapi tekanan darah tetap, pembentukan sel-sel
darah merah meningkat kemudian mengalami lisis, penekanan
pada vena kava menyebabkan hipotensi orthostatik.
d. Sistem pencernaan
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
peningkatan kadar HcL yang sehingga ibu mengalami mual dan
muntah terutama pada pagi hari yangdisebut dengan morning
sickness. Akibat dari peningktan hormon estrogen dan progesteron
juga menyebabkan ibu mengalami konstipasi karena peristaltik
usus menurun.
e. Sistem perkemihan
Uterus yang membesar menyebabkan terjadinya penekanan pada
kandung kemih sehingga menyebabkan ibu sering BAK.
f. Sistem pernafasan
Diafragma tertekan oleh pembesaran janin dan membran mukosa
hidung bengkak.
g. Sistem muskuloskeletal
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron berpengaruh
terhadap dekolsifikasi yang mengakibatkan ibu hamil mengalami
karies gigi serta sering mengalami kram pada otot terutama pada
ekstremitas
h. Sistem endokrin
1) Ovarium : membentuk estrogen dan progesteron
2) Placenta : hCG
3) Kelenjar pituitari : hormon prolaktin dan oksitosin
2. Perubahan psikologis pada masa kehamilan
a. Trimester I
Ibu : terbuka atau diam-diam, perasaan ambivalen pada
kehamilannya, berkembang perasaan khusus (tertarik karena akan
menjadi ibu), antipati karena ada perasaan tidak nyaman, perasaan
gembira, perasaan cemas, menolak atau menerima perubahan fisik.
Ayah : berbeda tergantung dari usia, jumlah anak, interest terhadap
anak, stabilitas ekonomi, menerima atau menolak keadaan istrinya,
toleransi terhadap kebutuhan seksual (dorongan seksual dapat
meningkat atau menurun), ayah dapat menjadi stress.
b. Trimester II
Ibu : perubahan fisik nyata, merasakan gerakan janin, dorongan
seksual meningkat atau menurun, mencari perhatian suami,
konsentrasi pada diri dan bayinya, perasaan lebih stabil, perasaan
menjadi ibu berkembang
Ayah : senang dengan pergerakan janin, melibatkan diri dalam
kehamilan istri, memberikan perhatian lebih
c. Trimester III
Ibu : semakin cemas, tegang dan takut, merasa tidak feminim,
perasaan tidak nyaman dan susah tidur, menyibukkan diri dalam
persiapan persalinan.
Ayah : meningkatnya perhatian pada kehamilan istri,
meningkatnya tanggung jawab finansial, perasaan takut kehilanga
istri dan bayinya, adaftasi terhadap pilihan senggama. (Ariani
Fatmawati, 2017)
B. Pengertian
Antenatal Care atau dikenal dengan ANC merupakan pelayanan
antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil. Pelayanan tersebut dapat diberikan oleh doker, bidan, perawat, dan
tenaga medis lain yang terlatih dan profesional. Pemerintah Indonesia
membuat kebijakan program pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas
dan berkuantitas yaitu pelaynan antenatal harus menerapkan standar
pelayanan “7T” dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali selama
kehamilan.(Ayu Indah Rachmawati, 2017)
Pelayanan antenatal juga dapat digunakan untuk memberikan
informasi kepada ibu hamil dan keluarganya untuk melakukan penanganan
yang tepat serta segera memeriksakan kehamilannya apabila terdapat
tanda-tanda bahaya selama kehamilan. (Ayu Indah Rachmawati, 2017)
(Ayu Indah Rachmawati, dkk. Vol 7, No 1 (2017).
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada wanita selama hamil, misalnya melakukan pemantauan kesehatan
secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan
janinserta untuk mepersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu
siap menghadapi peran baru sebagai orang tua. (Bobak & Jensen, 1996:
145, dalam Wagiyo, dkk, 2016) (Asuhan keperawatan antenatal, intranatal
dan bayi baru lahir fisiologis dan patologis, Wagiyo, Ns, dkk. 2016.
yogyakarta: CV ANDI OFFSET)

C. Patofisilogi (Etiologi, proses penyakit, manifestasi klinis, dan komplikasi)


1. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, dan
sikap ibu hamill
b. Faktor pemungkin
Faktor jarak tempat tinggal, penghasilan keluarga, serta sarana
media informasi yang ada
c. Faktor penguat
Dukungan suami, dukungan keluarga, dan sikap serta dukungan
dari petugas kesehatan.(Ayu Indah Rachmawati, 2017)(Ayu Indah
Rachmawati, dkk. Vol 7, No 1 (2017). Faktor-faktor yang
memengaruhi kunjungan antenatal care (ANC) ibu hamil)
2. Proses penyakit
3. Manifestasi klinis
4. Komplikasi
D. Penatalaksanaan medis
E. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan ANC Trimester I
a. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
intake akibat penurunan selera makan
b. Resti defisit volume cairan b.d perubahan peningkatan status
metabolik, penurunan nafsu makan dan mual-mual serta muntah
c. Gangguan pola istirahat tidur b.d perubahan eliminasi urin.
Pembesaran uterus, peningktan GFR, peningkatan sensitifitas
fundus uteri
2. Diagnosa keperawatan ANC Trimester II
a. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh b.d persepsi
perubahan biofisik, respon orang lain
b. Resiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih b.d statis urinarius
praktik hygiene yang buruk
c. Resti obstipasi b.d penurunan peristaltik, penekanan uterus
terhadap usus besar dan peningkatan kebutuhan cairan
3. Diagnosa Keperawatan ANC trimester III
a. Perubahan pola seksual b.d perubahan hasrat seksual,
ketidaknyamanan salah pengertian/merasa takut
b. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai persiapan
untuk persalinan/kelahiran perawatan bayi b.d kurangnya
pemahan/pengalaman dan kesalahan interpretasi informasi
INTRANATAL

A. Adaftasi fisiologis dan psikologis intranatal


1. Adaftasi fisiologis intranatal
a. Sistem hematologi
Peningkatan Hb akibat hemokonsentrasi. Peningkatan jumlah
leukosit karena peningkatan berkaitan dengan respon stress (sering
didiagnosis infeksi). Kehilangan darah maksimum yaitu 500 ml
Hb. 10,5 g/dl dan hematokrit 33% atau lebih memungkinkan
adanya perdarahan normal untuk kelahiran pervaginam.
b. Sistem kardiovaskular
Peningkatan cardiac output oleh karena kontraksi uterus, nyeri,
kecemasan, dan posisi ibu. Pada kala I persalinan, setiap kontraksi
sekitar 400 mL darah dikosongkan dari rahim dan masuk dalam
sistem vaskular ibu, meningkatkan cardiac output sebesar 10%
sampai 15%. Pada kala II persalinan peningkatan curah jantung
adalah 30% sampai 50%. (Blackburn & Loper, 1992 dalam
Engebreston J & Littlelon L, 2002)
c. Sistem pencernaan
Lebih sering haus, mukosa bibir kering, mual dan muntah
d. Sistem perkemihan
Penurunan sensasi penuh pada vesika urinaria, proteinuria ringan
(+1) umum terjadi pada sepertiga perempuan. ( Ariani Fatmawati,
2017)
Kala dalam Persalinan
1. Kala I
Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
Kala Idinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan artus
dimulai bila timbul hisdan wanita tersebut mengeluarkan lender
yang bersemu darah disertai denganpendataran (effacement).
Lender bersemu darah berasal dari lender kanalisservikalis karena
seviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal
daripembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis
servikalis (kanalisservikalis pecah karena pergesekan-pergesekan
ketika serviks membuka).Proses pembukaan serviks dibagi dalam
2 macam:
a. Fase Laten
Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase Aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3
macam yaitu:
1) Fase akselarasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm
3) Fase deselarasi
Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cmmenjadi lengkap.Fase-fase tersebut
dijumpai pada primigravida. Pada multigravidapun terjadi
demikian, namun fase laten, fase aktif terjadi lebih pendek.
Mekanismemembukanya serviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Padaprimigravida Ostium
Uteri Interna (OUI) akan membuka terlebih dahulu
sehinggaserviks akan mendatar dan menipis, baru
kemudian Ostium Uteri Eksterna (OUE)membuka. Pada
multigravida OUI sudah sedikit membuka, OUI dan OUE
sertapenipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat
yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan
hampir lengkapatau telah lengkap. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks uteri telah lengkap.Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 13 jam dan pada muligravida
kirakira7 jam (Kuswanti, Melina, 2014:5).
2. Kala II
Kala ini disebut juga sebagai kala pengeluran. Kala ini dimulai
daripembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini his
menjadi lebih kuat danlebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Pada fase ini dirasakan tekanan padaotot-otot dasar panggul
yang dapat menimbulkan rasa mengedan. Wanita jugamersakan
tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineummulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka.Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala
janin tampak dalamvulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi maka kepala janintidak masuk lagi di luar
his, dan dengan his dan kekuatan mengejan maksimal,kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka
dandagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai
lagi untukmengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung ratarata1,5 jam dan pada
multigravida rata-rata 0,5 jam (Kuswanti, Melina, 2014:7).
3. Kala III
Disebut juga sebagai kala uri. Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras denganfundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit,
kemudian uterus berkontraksi lagiuntuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plesenta lepas dalam 6sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
padafundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah, kira-kira100-200 cc (Kuswanti, Melina,
2014:8).
4. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan
uri lahiruntuk mengawasi keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum.Pada primigravida, lama kala I yaitu 13
jam, kala II 1 jam, kala III ½ jam, dan lamapersalinan 14 ½ jam.
Pada multigravida, lama kala I yaitu 7 jam, kala II ½ jam, kalaIII
¼ jam, dan lama persalinan 7 ¾ jam (Kuswanti, Melina, 2014:8,
dalam Nurjayanti, 2017) (manajemen asuhan kebidanan intranatal
carepada ny “a” dengan inersia uteridi rsud haji Makassartahun
2017)

2. Adaftasi psikologis intranatal


a. Cemas dan takut yang dapat mempengaruhi persalinan dengan
adanya katekolamin yang menghambat kontraksi uterus dan aliran
darah plasenta
b. Pengalaman dan harapan. Pengalaman beresiko
meningkatkan/menurunkan kecemasan. Harapan yang tidak
realistis dapat menyebabkan meningkatnya kecemasan. (Ariani
Fatmawati, 2017)
B. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan,
lahirsecara spontan dengan presentasi belakang kepala, disusul dengan
pengeluaranplasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi
baik ibu maupunjanin (Nurasiah, Rukmawati, Badrih, 2012:3, dalam
Nurjayanti, 2017)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukupbulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yangberlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibatkontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang
nampaknya tidak salingberhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk
melahirkan bayi (Walyani,Purwoastuti, 2015:5, dalam Nurjayanti, 2017)
C. Patofisilogi (Etiologi, proses penyakit, manifestasi klinis, dan komplikasi)
1. Etiologi
Ada beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persalinan yaitu:
a. Faktor kekuatan his (Power)
His adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos
rahim bekerjadengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik
adalah kontraksi simetris, fundusdominan, terkoordinasi dan
relaksasi. Walaupun his itu kontraksi yang fisiologisakan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, seperti nyeri.
Kontraksi uterus juga bersifat intermiten sehingga ada periode
relaksasi uterusdiantara kontraksi, fungsi penting relaksasi,
yaitu mengistirahatkan otot uterus,memberi kesempatan
istirahat bagi ibu, mempertahankan kesejahteraan bayi
karenakontraksi uterus menyebabkan kontriksi pembuluh darah
plasenta (Nurasiah,2014:21)
b. Faktor jalan lahir (Passage)
Passage atau jalan lahir merupakan salah satu faktor yang
berperan dalamproses persalinan. Passage atau jalan lahir
dibagi menjadi dua yaitu bagian keras dan bagian lunak.
Bagian keras yaitu tulang panggul dan bagian lunak itu otot-
ototdan ligament-ligament. Faktor jalan lahir yang dapat
berpengaruh terhadapterjadinya persalinan abnormal antara
lain: panggul sempit, kelainan pada vulva,kelainan pada
vagina, kelainan uterus (Nurasiah, 2014:26).Kelainan-kelainan
ini dapat terdeteksi secara dini dengan pemeriksaankehamilan
yang adekuat. Oleh karena itu faktor pemeriksaan kehamilan
sangatpenting dalam memperkirakan proses persalinan
(Nurasiah, 2014:26).
c. Faktor bayi (Passenger)
Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses
persalinan. Padakeadaan normal, bentuk bayi, berat badan,
posisi, dan letak dalamperkembangannya sampai pada akhir
kehamilannya dan siap untuk dilahirkan. Bayimempunyai
kekuatan mendorong dirinya keluar sehingga sehingga
persalinanberjalan spontan (Nurasiah, 2014:32)
Distosia atau penyulit persalinan yang disebabkan oleh
kelainan janin ataubayi antara lain: kelainan pada letak kepala,
letak sungsang, letak melintang.Kelainan janin selama dalam
kandungan dapat terdeteksi secara dini apabila ibumelakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC) secara rutin miniml 4 kali
selamakehamilan. Mulai awal kehamilan pada tenaga kesehatan
(Nurasiah, 2014:33, Nurjayanti, 2017)
2. Proses penyakit
Dalam mekanisme persalinan normal terjadi gerakan-gerakan
penting darijanin, yaitu penurunan, fleksi, putaran paksi dalam
(rotasi internal), ekstensi,putaran paksi luar (rotasi eksternal), dan
ekspulsi.

Gambar 1.1 Mekanisme Persalinan Normal


Sumber: Eniyati, Sholihah. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Patologi. 2013:33
a. Penurunan
Para primipara kepala janin turun dalam rongga panggul,
masuk ke PAPpada akhir minggu 36 kehamilan sedangkan
pada multipara terjadi saat mulainyapersalinan. Masuknya
kepala janin melintasi PAP dapat dalam keadaan
sinklitismusatau asinklitismus, dalam juga dalam keadaan
melintang atau serong, dengan fleksiringan (dengan diameter
kepala janin oksitofrontalis 11,75 cm) atau fleksi
sedang(dengan diameter kepala janin terjadi selama
suboksipitofrontalis 11,25 cm).Penurunan kepala janin terjadi
selama persalinan karena daya dorong dari kontraksidan posisi
serta peneranan (selama kala II) oleh ibu. Fiksasi (engagement)
ialahtahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari
kepala janin telah masukpanggul ibu (Lailiyana dkk, 2012:50).
Sinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidangPAP (sutura sagitalis berada di tengah-tengah
jalan lahir atau PAP). Asinklitismusadalah bila arah sumbu
kepala janin miring dengan bidang PAP (sutura
sagitalismendekati promontorium atau simpisis pubis).
Asinklitismus anterior yaitu bilasutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendahdaripada
os parietal belakang. Asinklitismus posterior yaitu bila sutura
sagitalismendekati simfisis pubis sehingga os parietal belakang
lebih rendah daripada osparietal depan (Lailiyana dkk,
2012:50).
b. Fleksi
Semakin turun ke rongga panggul, kepala janin semakin fleksi,
sehinggamencapai fleksi maksimal (biasanya di hodge III)
dengan ukuran diameter kepalajanin yang terkecil, yaitu
diameter suboksipitobregmatika (9,5 cm). MenurutHokum
Koppel, fleksi kepala janin terjadi akibat sumbu kepala janin
yang eksentrikatatu tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati sub oksiput, maka tahanan olehjaringan di
bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan
bahwakepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul.
Fleksi sangat penting dalampenurunan selama kala II.Melalui
fleksi ini, diameter dari kepala janin dapat masuk ke dalam
pangguldan terus menuju ke dasar panggul. Pada saat kepala
berada di dasar panggultahanannya akan meningkat sehingga
akan terjadi fleksi yang beryambah besaryang sangat di
perlukan agar diameter terkecil dapat terus turun (Lailiyana
dkk,2012:51).
c. Putaran Paksi Dalam
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan daribelakang atas ke arah depan. Akibat kombinasi
elestasitas diafragma pelvis dantekanan intra-uterin yang
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepalamengadakan
rotasi atau putaran paksi dalam, yaitu UUK memutar ke arah
depan(UUK berada dibawah simfisis) (Lailiyana dkk,
2012:51).
d. Ekstensi
Sesudah kepala janin berada di dasar panggul dan UUK berada
di bawahsimfisis sebagai hipomoklion, kepala mengadakan
gerakan defleksi/ekstensi untukdapat dilahirkan, maka lahirlah
berturut-turut UUB, dahi, muka dan akhirnya dagu(Lailiyana
dkk, 2012:51).
e. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala janin lahir, kepala segera mengadakan rotasi
(putaran paksiluar), yaitu gerakan kembali sebelum puritan
paksi dalam terjadi untukmenyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung anak (Lailiyana dkk, 2012:51).
f. Ekspulsi
Setelah kepala lahir, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang.Selanjutnya bahu depan dilahirkan terlebih dahulu
baru kemudian bahu belakang.Menyusul trochanter depan
terlebih dahulu, kemudian trochanter bekalang. Makalahirlah
bayi seluruhnya (ekspulsi) (Lailiyana dkk, 2012:51, dalam
Nurjayanti, 2017) (manajemen asuhan kebidanan intranatal
carepada ny “a” dengan inersia uteridi rsud haji makassartahun
2017, nurjayanti )

3. manifestasi klinis
4. komplikasi
D. penatalaksanaan medis
E. Diagnosa keperawatan
1. Resiko terjadi distres pernafasan pada bayi b.d distosia kala II
2. Resiko trauma pada bayi dan jalan lahir b.d molase atau penyusupan
yang berlebihan sekunder terhadap tindakan vacum atau vorcep
ekstraksi
3. Resiko terjadi perdarahan pada kala III b.d plasenta belum lahir dan
perineum ruptur grade IV (Wagiyo, dkk, 2016)

POSTNATAL

A. Adaftasi fisiologis dan psikologis postnatal


1. Perubahan fisiologis postnatal
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
Setelah mengeluarkan plasenta, uterus memulai proses involusi
yang mana
uterus kembali ke ukuran, bentuk dan lokasi seperti sebelum
masa kehamilan dan menyembuhkan tempat plasenta berada.
Uterus harus berkontraksi selama dalam periode postnatal, hal
ini untuk mengurangi resiko perdarahan postpartum
2) Endometrium
Selaput lendir yang melapisi rahim mengalami regenerasi
setelah mengeluarkan plasenta melalui proses nekrosis lapisan
superfisial dari desidua dan regenerasi desidua basalis menjadi
jaringan endometrium. Proses regenrasi ini menghasilkan
lochia yang merupakan darah yang dikeluarkan dari uterus dan
terdiri dari jaringan nekrotik serta mengalami perubahan-
perubahan yang menunjukkan tahap penyembuhan
endometrium.
3) Vagina dan perineum
Selama awal postpartum, jaringan sekitar perineum mengalami
edema dan laserasi akan menimbulkan edema dan laserasi. Jika
ada episisotomy atau laserasi akan menimbulkan rasa takut
untuk berkemih dan buang air besar. Pada postpartum hari ke-
5, perineum sudah mulai kembali seperti keadaan semula
namun kekuatan tonusnya tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan. Vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.
4) Payudara
Sekitar hari ke-3 periode postpartum semua wanita menyusui
ataupun tidak menyusui akan mengalami pembengkakan
payudara primer (Primary Engorgement). Primary
Engorgement merupakan peningkatan pembuluh darah dan
sistem limfatik dari payudara. Pada tahap ini payudara akan
menjadi lebih besar, tegas, hangat dan lembut. Primary
Engorgement akan reda dalam waktu 24-48 jam.
b. Sistem kardivaskular
Wanita akan kehilangan darah normalnya sekitar 400-500 mL
terkait dengan melahirkan secara normal. Ada peningkatan curah
jantung selama beberapa jam pertama di periode postpartum, hal
ini terkait dengan darah yang telah didorong ke utero plasenta
kembali ke sistem maternal. Curah jantung akan kembali normal
dalam waktu 48 jam.
c. Sistem perkemihan
Distensi kandung kemih, pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna, dan ketidakmampuan buang air merupakan hal yang
biasa terjadi pada beberapa hari pertama di periode postpartum.
Hal ini berhubungan dengan penurunan sensasi untuk buang air
dan atau edema disekitar uretra. Diuresis disebabkan menurunnya
kadar estrogen dan oksitosin, terjadi dalam waktu 12 jam pasca
melahirkan dan mengurangi kelebihan cairan pada jaringan.
d. Sistem endokrin
Perubahan mendadak pada sistem endokrin setelah pengeluaran
plasenta. Penurunan level estrogen, progesteron dan prolaktin.
Estrogen kembali meningkat setelah minggu pertama pasca
melahirkan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin terus
menurun sepanjang 3 minggu pertama periode postpartum. Pada
wanita menyusui kadar prolaktin meningkat sebagai respon bayi
menyusu.
e. Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan tonus otot dan motalitas gastrointestinal pasca
melahirkan, dan akan kembali normal pada akhir minggu ke 2
periode postpartum.
f. Sistem muskuloskeletal
Setelah melahirkan, otot-otot perut mengalami pengurangan dan
perut tampak lembut dan kendur. Beberapa wanita mengalami
pemisahan dari otot rektus yang disebut diastasis recti abnominis,
dan hal ini kurang terlihat jelas karena tubuh kembali seperpi
sebelim melahirkan.

2. Perubahan psikologis postnatal


Menurut Rubbin (1977 dalam Pilliteri 2003) ada 3 fase yang terjadi
pada ibu postartum (Rubbin Maternal Phase) yaitu:
a. Taking-in (fase Ketergantungan)
Dimulai segera setelah persalinan, ibu masih berfokus dengan
dirimya sendiri, bersikap pasif dan masih sangat tergantung pada
orang lain.
b. Taking Hold (Fase Transisi antara Ketergantungan dan
Kemandirian)
Terjadi hari kedua dan ketiga postpartum, ibu mulai menunjukkan
perhatian pada bayinya, berminat belajar memenuhi kebutuhan
bayinya, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat
antusias dalam merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam
perawatan diri, merupakan saat yang tepat untuk memberi
informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri, pada fase ini
terdapat kemungkinan postpartum blues.
c. Letting-go (Fase Mandiri)
Berlangsung antara 2 sampai 4 minggu setelah persalinan, ibu
mulai menerima peran barunya, pada fase ini tidak semua ibu
postpartum mampu beradaftasi secara psikologis sehingga muncul
gangguan mood yang berkepanjangan. (Ariani Ftmawati, 2017)
B. Pengertian
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu.

C. Patofisilogi (Etiologi, proses penyakit, manifestasi klinis, dan komplikasi)


1. Etiologi
Adapun beberapa factor-faktor predisposisi, dengan banyak factor
yang diduga berperan pada sindrom post partum blues antara lain :
Faktor hormonal dimana terjadi perubahan kadar estrogen dan
progesterone yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, Faktor
demografi yaitu usia dan paritas. Untuk pengalaman dalam proses
kehamilan dan persalinan, latar belakang psikososial mengenai
tingkat pendidikan, status perkawinan, riwayat gangguan jiwa.
Instrumen penelitian yang digunakan pada post partum blues
adalah Endinburg Postnatal Depression Scale atau EPDS. (Yuke
Kirana, 2015)

2. Proses penyakit
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini
dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik
hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

3. Manifestasi klinis
4. Komplikasi
D. Penatalaksanaan medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

E. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dgn terputusnya kontinuitas jaringan
2. Potensial kekurangan volume cairan
3. Retensi urine
4. Konstipasi
5. Gangguan rasa nyaman : nyeri
6. Intoleransi aktifitas
7. Gangguan konsep diri
8. Kurangnya perawatan diri
9. Gg laktasi
10. Resiko infeksi b/d terdapat luka di perineum dan luka di uterus bekas
pelepasan plasenta
11. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi
uterus, distensi abdomen,luka episiotomi
12. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum
berpengalaman menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting
susu,kurangnya produksi ASI.
13. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung
kemih, perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
14. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.
15. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan)
16. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan
dengan kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.

Anda mungkin juga menyukai