Anda di halaman 1dari 26

KONDISI POSITIF & PELUANG

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


KONDISI POSITIF SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1. Sistem Informasi merupakan - jiwa dari suatu institusi,
2. Sistem Informasi Kesehatan merupakan - jiwa dari
institusi kesehatan.
3. Kondisi Sistem Informasi Kesehatan yang kuat akan
mampu mendukung upaya-upaya dari Institusi
Kesehatan.
Kondisi Positif Sistem Informasi Kesehatan
4. Penguatan Sistem Informasi Kesehatan secara tidak langsung akan turut pula
memperkuat Sistem Kesehatan Nasional.
5. Agar Visi dan Misi Sistem Informasi Kesehatan tercapai maka upaya
penguatan harus
a. terarah,
b. saling terkait dan dengan langkah-langkah dan
c. strategi yang jelas dan komprehensif
Oleh karena itu perlu disusun suatu Roadmap Rencana Aksi Penguatan SIK.
1. Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 192/Menkes/Sk/VI/2012
tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem
Informasi Kesehatan Indonesia maka strategi
pengembangan SIKNAS mengacu pada Keputusan
tersebut dan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/
V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Untuk itu Visi yang ditetapkan untuk pengembangan
SIKNAS mengacu pada Kepmenkes Nomor 192 Tahun
2012 dan mendukung visi Kementerian Kesehatan
yaitu: ”Terwujudnya Sistem Informasi Kesehatan
terintegrasi pada tahun 2014 yang mampu
mendukung proses pembangunan kesehatan dalam
menuju masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan.”
Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan
suatu analisis dari sistem informasi kesehatan yang
tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang
dikembangkan benar-benar dapat mendukung
terwujudnya visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”. Analisis situasi yang dilakukan salah
satunya dapat menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan
memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk
merumuskan strategi pemecahan masalah, serta
pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem
informasi kesehatan secara berkelanjutan
Kekuatan yang dimaksud adalah
kompetensi khusus yang terdapat dalam
sistem, sehingga sistem tersebut memiliki
keunggulan kompetitif di pasaran.
Kekuatan dapat berupa: sumber daya,
keterampilan, produk, jasa andalan, dan
sebagainya yang membuatnya lebih kuat
dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan
dan keinginan pelanggan dan masyarakat
di dalam atau di luar sistem.
Kelemahan adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber daya,
keterampilan dan kemampuan yang
menjadi penghalang serius bagi
penampilan kerja sistem informasi
kesehatan.
Peluang adalah berbagai situasi
lingkungan yang menguntungkan
bagi sistem tersebut, sedangkan
ancaman/tantangan merupakan
kebalikan dari peluang.
Ancaman/Tantangan yang mungkin muncul
sehubungan dengan pengembangan sistem
informasi kesehatan pada dasarnya berasal
dari dua perubahan besar yaitu tantangan
dari otonomi daerah dan tantangan dari
globalisasi.
Dengan demikian ancaman/tantangan
adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan sistem
Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga bentuk untuk
membuat keputusan strategis, yaitu:
1. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka
berfikir yang logis dan holistik yang menyangkut situasi
dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis
berbagi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan
dan menentukan pilihan alternatif yang diperkirakan
paling ampuh
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan
ancaman eksternal di satu pihak, serta kekuatan dan
kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan
organisasi pada kuadran tertentu akan tetapi
memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk
melihat posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut
secara menyeluruh dari aspek produk/ jasa/ informasi yang
dihasilkan dan pasar yang dilayani.
TABEL DESKRIPSI SWOT
STRENGTH WEAKNESSES
( KEKUATAN ) ( KELEMAHAN )
1. SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak
1. Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU sehingga terdapat “pulau-pulau informasi”.
Kesehatan, SKN, Kebijakan dan strategi pengembangan SIKNAS dan 2. Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung integrasi SIK.
SIKDA).
3. Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, masih rangkap jabatan).
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
4. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui perannya,
3. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tersedia di semua pengembangan karir tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
Provinsi dan hampir seluruh Kabupaten/kota
5. Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi dan komunikasi khususnya
4. Indikator kesehatan telah tersedia. untuk pemeliharaan.
5. Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber 6. Indikator yang digunakan sering kurang menggambarkan “subjek” yang
dari fasilitas kesehatan pemerintah dan masyarakat. diwakili.
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas 7. Belum terbangunnya mekanisme aliran data kesehatan baik lintas program
kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
8. Masih lemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan audit SIK.
7. Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir
semua Provinsi dan Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil 9. Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat, lengkap, tepat waktu)
kesehatan. 10. Penggunaan data/informasi oleh pengambil keputusan dan masyarakat
masih sangat rendah
OPPORTUNITIESTABEL DESKRIPSI SWOT THREATHS
( PELUANG ) ( ANCAMAN )
1. Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK dan
manfaat eHealth mulai meningkat pada semua pemangku
kepentingan terutama pada tingkat manajemen Kementerian
Kesehatan.
1. Dengan Otonomi daerah, terkadang pengembangan SIK tidak menjadi
2. Telah ada peraturan perundang-undangan terkait informasi prioritas.
dan TIK.
2. Rotasi tenaga SIK di fasilitas kesehatan Pemerintah tanpa perencanaan
3. Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan hambatan
fungsi, memberikan peluang dalam pengembangan jabatan dalam pengelolaan SIK.
fungsional pengelolaan SIK.
3. Sebagian program kesehatan yang didanai oleh donor mengembangkan
4. Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang sistem informasi sendiri tanpa dikonsultasikan atau dikoordinasikan
bervariasi dari diploma hingga sarjana di perguruan tinggi. sebelumnya dengan Pusat Data dan Informasi dan pemangku
5. Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK. kepentingannya.

6. Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam 4. Komputerisasi data kesehatan terutama menuju data individu
Negeri dan telah mulai dengan proyek percobaan di beberapa (disaggregate) meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan
Provinsi. sistem TIK.

7. Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal 5. Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam dimana infrastruktur
penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri yang merupakan masih sangat lemah di daerah terpencil sehingga menjadi hambatan
peluang untuk memudahkan pengelolaan data sehingga modernisasi SIK.
menjadi berkualitas.
8. Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya
PELUANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1. SIK di Dinas Kesehatan pernah dikembangkan
Dinas Kesehatan pada bebera tahun yang lalu sudah ada kegiatan
ke arah pengembangan SIK provinsi namun keberlanjutannya
perlu ditingkatkan. Oleh karena itu komitmen dari berbagai pihak
khususnya Dinas Kesehatan itu sendiri perlu ditingkatkan
sehingga pengembangan SIK itu sendiri dapat dilaksanakan dan
memberikan suatu manfaat berupa informasi yang dapat
digunakan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
2. Tersedianya SDM untuk mengelola SIK
Pelatihan bagi tenaga pengelola SIK juga telah dilaksanakan
oleh vendor yang mana pada saat itu telah dilatih tenaga
administrator dan user serta dari pihak Dinas Kesehatan
Kota serta Rumah Sakit, ditambah lagi dengan pelatihan
yang diikuti dalam pelaksanaan SIKNAS on line yang
diselenggarakan di Bandung serta tersedianya tenaga-
tenaga IT . Dengan melihat potensi SDM yang ada ini maka
pengembangan SIK sudah saatnya dilaksanakan.
3. Pemekaran beberapa Kabupaten baru
Dengan dimekarkannya beberapa kabupaten yang baru
merupakan peluang bagi pengembangan SIK tingakat kabupaten
karena dengan makin desentralisasinya maka alur pelaporan dari
kecamatan dapat lebih dipercepat waktunya, serta
keakuratannya dapat dipercaya. Data dari puskesmas tersebut di
rekap di tingkat kabupaten kemudian diteruskan ke provinsi.
Pemekaran ini juga memperpendek rentan kendali pelayanan
kesehatan dan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
4. Adanya kerja sama dengan Departemen
Kesehatan RI
Adanya kerjasama dengan Pihak Departemen Kesehatan
dalam pengadaan sarana dan prasaranan pendukung SIK
serta adanya dukungan dana merupakan peluang yang
perlu dikembangakan dan ditingkatkan kerjasama dari pihak
Dinas Kesehatan dengan Pihak Pusdatin Depkes.
Peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
pengelola SIK
5. Adanya kerja sama dengan instansi terkait
6. Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan
untukmewujudkan SIK yang terintegrasi, yang dapat menyediakan
data secara real time yang mudah diakses dan berfungsi sebagai
sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support
System).
7. Penguatan manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan
dititik-beratkan pada ketersediaan standar operasional yang jelas,
pengembangan dan penguatan kapasitas SDM, dan pemanfaatan
TIK, serta penguatan advokasi bagi pemenuhan anggaran.
8. Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk
meningkatkan statistik vital melalui upaya penyelenggaraan
Registrasi Vital di seluruh wilayah Indonesia dan upaya inisiatif
lainnya.
9. Penetapan kebijakan dan standar SIK dilakukan dalam kerangka
desentralisasi di bidang kesehatan.
10. Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan,
pengolahan, analisis, penyimpanan, diseminasi dan
pemanfaatan data/ informasi dalam kerangka kebijakan SIK
terintegrasi
11. Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai
kebutuhan dari para pemangku kepentingan dan dapat diakses
dengan mudah, serta memperhatikan prinsip-prinsip
kerahasiaan dan etika yang berlaku di bidang kesehatan dan
kedokteran.
12. Pemanfaatan TIK dilakukan dalam menuju upaya pengumpulan
data disaggregate/individu.
13. Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan
dilaksanakan dengan menjalin kerjasama dengan Perguruan
Tinggi dan lintas sektor terkait serta terpadu dengan
pengembangan SDM kesehatan lainnya.
14. Pengembangan dan penyelenggaraan SIK dilakukan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
termasuk lintas sektor dan masyarakat madani.
15. Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi
terhadap pimpinan di semua tingkat dan pemanfaatan
forum-forum informatika kesehatan yang ada.
16. Peningkatan penggunaan solusi-solusi eHealth untuk
mengatasi masalah infrastruktur, komunikasi, dan
kekurangan sumberdaya manusia dalam sistem kesehatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai