PEMBAHASAN
2.1 SIKNAS
A. Pengertian
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) adalah sistem informasi
yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat
merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi
merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten
atau kota merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota.
SIKNAS di bagun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi
kesehtan provinsi dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari
himpunan atau jarngan sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau
kota.
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu
negara. Keenam komponen ( building block ) sistem kesehatan tersebut
adalah:
1. Service delivery ( pelaksanaan pelayanan kesehatan )
2. Medical product, vaccine, and technologies ( produk medis, vaksin,dan
teknologi kesehatan ).
3. Health worksforce ( tenaga medis ).
4. Health system finsncing ( sistem pembiayaan kesehatan ).
5. Health information system ( sistem informasi kesehatan ).
6. Leadership and governance ( kepemimpinan dan pemerintah ).
Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem
informasi kesehatan adalah:
1. Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan. Desentralisasi pelayanan publik
merupakan salah satu langkah strategis yang cukup populer dianut oleh
negara-negara di Eropa Timur dalam rangka mendukung terciptanya good
governance. Salah satu motivasi utama diterapkan kebijaksanaan ini
adalah bahwa pemerintahan dengan sistem perencanaan yang sentralistik
seperti yang telah dianut sebelumnya terbukti tidak mampu mendorong
terciptanya suasana yang kondusif bagi partisipasi aktif masyarakat dalam
melakukan pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan berbagai
kelemahan dan hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan struktur
pemerintahan yang sentralistik telah mendorong dipromosikannya
pelaksanaan strategi desentralisasi.
2. Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Salah satu yang menyebabkan kurang berhasilnya Sistem
Informasi Kesehatan dalam mendukung upaya-upaya kesehatan adalah
karena SIK tersebut dibangun secara terlepas dari sistem kesehatan.SIK
dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan.
Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga menyebabkan tidak
berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan di daerah
B. Konsep SIKDA
Generik Ketersediaan informasi kesehatan sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang efektif dan efisien.Berdasarkan UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan mengenai tanggung jawab
pemerintah dalam ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi & fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup dan interaksi dari berbagai komponen dalam
SIKDA Generik dapat dilihat dalam bagan berikut:
Keterangan:
1. Fasilitas/institusi kesehatan yang masih manual/paper based, data
dientri di computer entry station Generik yang ada di kantor dinas
kesehatan kab/kota. Data yang dientri bisa berbentuk data individual
maupun agregat. Khusus untuk data puskesmas, data dientri melalui
Sub Sistem SIM Puskesmas pada SIKDA Generik sehingga data yang
diinput adalah data pasien secara individual.
2. Puskesmas yang telah memiliki perangkat komputer tetapi belum
menggunakan aplikasi SIMPUS dapat menggunakan aplikasi SIKDA
Generik, yang terhubung ke database lokal di puskesmas tersebut atau
langsung terhubung ke database SIKDA Generik di Server SIKDA
Generik yang ditempatkan di Kantor Dinkes kab/Kota melalui jaringan
internet online.
3. Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya yang sudah menggunakan komputer ataupun aplikasi sistem
informasi manajemen lainnya, dapat melakukan
eksport/sinkronisasi/migrasi file data base secara online melalui internet
melalui Sub Sistem Komunikasi Data pada SIKDA Generik. Setiap
pemangku kepentingan dapat mengakses informasi kesehatan pada
SIKDA Generik melalui Sub Sistem Executive Information
Dashboard, yang berisi indikator-indikator kesehatan kab/kota yang
merupakan rangkuman dari data-data puskesmas, rumah sakit, dan
instalasi farmasi kab/kota. Laporan/informasi disajikan secara ringkas
dalam bentuk grafik, tabel, maupun statistik, dengan berbagai kriteria
yang dapat ditentukan sesuai keinginan pengguna.
Komunikasi data
Sesuai dengan tujuan dikembangkannya SIKDA Generik, yaitu untuk
membangun suatu database kesehatan Indonesia yang komprehensif,
SIKDA Generik harus mampu menghimpun, mengolah dan
mendistribusikan semua data kesehatan dari berbagai pelaksana kesehatan
di Indonesia, baik pelaksana kesehatan yang telah memiliki sistem
informasi elektronik maupun masih paper based. Dengan berbagai sistem
pengelolaan informasi yang berbeda-beda, maka SIKDA Generik dituntut
untuk dapat berkomunikasi secara interaktif, memiliki kemampuan
interoperabilitas yang tinggi, sehingga dapat berkomunikasi dan
melakukan pertukaran data kesehatan dengan sistem lainnya yang sudah
berjalan.
Format Data
Ada beberapa bentuk format standar yang dapat digunakan untuk
melakukan pertukaran data, yang umum digunakan adalah XML. XML
atau eXtensible Markup Language merupakan format data yang sering
digunakan dalam dunia world wide web. XML terdiri atas sekumpulan tag
yang terdiri dari data. Satu set data dalam XML dimulai dengan tag
pembuka dan diakhiri dengan tag penutup.
Konten Data
Selain format data, konten data yang dipertukarkan juga harus seragam,
misalnya dalam penulisan kode dan penamaan variabel data dan definisi
operasionalnya, sehingga pada saat proses import dan eksport data, semua
data dapat tersinkronisasi dengan baik dan lengkap serta sesuai dengan
yang diinginkan. Misalnya dalam proses sinkronisasi data individu pasien
puskesmas, mulai dari penomoran rekam medik pasien, kode jenis
kunjungan, nama poliklinik, kode dan penamaan penyakit, kode obat
dan atributnya, sampai dengan jenis tenaga kesehatan yang menangani
pasien tersebut, harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Contoh
variable data dan aturan penomoran/penulisan seperti yang ditunjukan
pada tabel 9.1.
Tabel 9.1: Contoh variable data dan aturan penomoran/penulisan
Desain Sistem
Berdasarkan ruang lingkup Sistem Kesehatan Daerah, maka SIKDA
Generik dirancang mengikuti komponen pelaksana kesehatan yang ada
didalamnya yaitu Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi.
Sehingga SIKDA Generik terbagi menjadi beberapa subsistem sebagai
berikut:
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIM Puskesmas)
Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM Dinkes)
Sistem Informasi Eksekutif
Sistem Komunikasi Data
D. Tanggung jawab Sub Sistem Informasi di Puskesmas
1. mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun
luar gedung
2. mengolah data
3. membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4. memelihara BANKDATA
5. mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien
dan manajemen unit Puskesmas, serta
6. memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.
Menurut hasil dari jurnal internasional yang dilakukan oleh Maenpaa, dkk
tentang “The outcomes of regional healthcare information systems in health
care: A review of the research literature” menyatakan bahwa RHIS berfokus
pada lima bidang utama: aliran informasi, kolaborasi, perancangan ulang
proses, kegunaan sistem dan budaya organisasi. RHIS (Regional Health
Information System) meningkatkan akses data klinis, informasi tepat waktu,
dan pertukaran data klinis dan peningkatan komunikasi dan koordinasi dalam
suatu wilayah antara profesional tetapi juga ada akses yang tidak memadai
untuk data klinis pasien yang relevan. Ada perbedaan dalam budaya
organisasi, visi dan harapan kepemimpinan dan konsistensi rencana strategis.
Namun demikian, agar SIKDA dapat berfungsi optimal maka harus ada
partisipasi yang luas dari penyedia layanan kesehatan dan pasien.
F. Tim Sikda
1. Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data
dan informasi
3. Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan
informasi
4. Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isnawati, dkk tahun 2016 tentang
“Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
Generik Di UPT. Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar” didapatkan hasil
bahwa bahwa kompetensi dan jumlah SDM masih kurang sehingga
kompetensi SDM perlu ditingkatkan dan jumlah SDM perlu di tambah,
software aplikasi sering mengalami gangguan dan perlu perbaikan atau
update software SIKDA Generik, implementasi aplikasi SIKDA Generik di
Puskesmas Gambut belum memiliki SK penugasan, tidak ada koordinasi
sosialisasi sebelum pengimplementasian aplikasi dan tidak ada pelatihan atau
bimbingan terkait aplikasi menyebabkan pengetahuan SDM terhadap aplikasi
SIKDA Generik kurang.
Kualitas data yang di hasilkan aplikasi SIKDA Generik belum lengkap
namun data yang di hasilkan sudah akurat dan tepat waktu., input dan proses
implementasi aplikasi di Puskesmas Gambut masih kurang menyebabkan
output yang dihasilkan aplikasi juga kurang
Untuk daerah tersebut harus terus diberikan dorongan dan monitoring, serta
disediakan koneksi agar data yang ada dapat masuk ke bank data
nasional.Untuk program kesehatan yang selama ini telah memiliki sistem
informasi yang terpisah-pisah, perlu dilakukan advokasi agar sejalan dengan
penerapan SIKDA Generik, sistem informasi program-program yang terpisah
mulai diakhiri. Dengan demikian akan mengurangi fragmentasi.
Hebda, T., & Czar, P. 2009. Handbook of Informatics for Nurses & Health Care
Professionals (4th ed., p. 576 pp). Upper Saddle River, N.J: Upper Saddle
River, N.J.