Anda di halaman 1dari 17

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi
Kesehatan

Yang diampu oleh Bapak Heri Sugianto, S.K.M.,M.Kes

Nama : LESTARI KURNIAWATI NAZARA (024211019)

Prodi : KESEHATAN MASYARAKAT

Semester : III

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan pertolongan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada
kami sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia” untuk pemenuhan tugas pada mata kuliah “Sistem
Informasi Kesehatan”.

Makalah ini membahas tentang pengertian SIK, Konsep-konsep pengembangan SIK,


perkembangan SIK di Indonesia, dilengkapi dengan tantangan, masalah dan kendala SIK
serta kelebihan dan kekurangan SIK nasional. Tujuan utama tugas ini untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan, Bapak Heri Sugianto,
S.K.M.,M.Kes dan sekaligus untuk menambah wawasan penulis.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Semoga
makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri khususnya.
Terima kasih.

Semarang, Desember 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Kata pengantar ………………………………………………………………………..…. i

Daftar isi …………………………………………………………………………….…… ii

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………………. 1

A. Latar belakang ……………………………………………………………………..… 1


B. Rumusan Masalah…………………………….……………………………………… 2
C. Tujuan ……………………………….…………………………………………….…. 3

Bab II Pembahasan ……………………………………………………………….……… 3

A. Pengertian ……………………………………………………………………….…… 3
B. Konsep – konsep Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan…………………………………………………………………………..… 4
C. Alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
………………………………………………………………………….……………. 5
D. Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
……………………….……………………………………….……………………… 6
E. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )
……………………………………………….………………………………………. 6
F. Tantangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) ………………..……. 8
G. Masalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) ……………….………. 8
H. Kendala Sistem Informasi Kesehatan Nasional …………………………………….. 9
I. Hambatan – hambatan dalam Penerapan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS) ……………………………………………………………..…. 11

Bab III Penutup …………………………………………………………………...…..…13

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….… 13
B. Saran …………………………………………………………………………….….. 13

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………..… 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa provinsi di bawah
koordinasi dari pemerintahan pusat. Dengan banyaknya provinsi tersebut, maka dalam
proses untuk melihat derajat kesehatan dari setiap individu dalam populasi tersebut perlu
sebuah sistem yang mendukung, yaitu SIK ( Sistem Informasi Kesehatan ). Berdasarkan
Permenkes 004/Menkes/SK/I/2003 tentang desentralisasi pelayanan public dan
Permenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten atau kota. Hal tersebut
mendukung atas keberadaan sistem informasi kesehatan di Indonesia.

Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak bisa di
pisahkan dari sistem kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran sistem informasi
kesehatan selalu berkolerasi dan mengikuti perkembangan sistem kesehatan, kemajuan
teknologi informasi (TIK) bahkan mempengaruhi sistem pemerintahan yang berlaku di suatu
negara. Suatu sisyem yang terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan aoutput
yang baik juga. Sistem informasi kesehatan, merupakan salah satu bebtuk pokok sistem
kesehatan(SKN) yanng dioergunakan sebagai dasar dan acuan dalam bebagai tindakan
pedoman atau penyelengaraan pembangun kesehatan serta pembangunan berwawasan
kesehatan

Dengan sistem informasi kesehatan yang baik akan membuat masyarakat tidak buta
dengan semua permasalahan kesehatan dan mau membawa keluarga nya berobat dengan
mudah bukan lagi dengan berkolaborasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan untuk
berobat di oelayan kesehatan dan teknologi seharusnya membuat masyarakat dan khususnya
pada mahasiswa kesehatan masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistetm
kesehatan informasi indonesia.

Berlandaskan dengan fakta yang terjadi di masyarakat pada saat ini seharusnya nisa di
jadikan bahwa evaluasi dari pertimbangan untuk dapat membuat sistem informasi kesehatan

1
yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan bayaknya referensi yang ada
pada saat ini hingga dijadikan rumusa yang dapat dan membuat sistem nformasi kehehatan
berguna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari SIKNAS?
2. Bagaimana perkembangan SIKNAS saat ini?
3. Bagaimana penerapan dan fungsi SIK?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui SIK ( Sistem Informasi Kesehatan ).
2. Untuk mengetahui perkembangan SIKNAS saat ini.
3. Untuk memahami penerapan dan fungsi SIK (Sistem Informasi Kesehatan).

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) adalah sistem informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. SIKNAS bukanlah
suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem
kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan
nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di
tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota.
SIKNAS di bagun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi
dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jarngan sistem-
sistem informasi kesehatan kabupaten atau kota.
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara. Keenam komponen
( building block ) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery ( pelaksanaan pelayanan kesehatan )
2. Medical product, vaccine, and technologies ( produk medis, vaksin,dan teknologi
kesehatan ).
3. Health worksforce ( tenaga medis ).
4. Health system finsncing ( sistem pembiayaan kesehatan ).
5. Health information system ( sistem informasi kesehatan ).
6. Leadership and governance ( kepemimpinan dan pemerintah ).
Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah:
1. Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan. Desentralisasi pelayanan publik merupakan salah
satu langkah strategis yang cukup populer dianut oleh negara-negara di Eropa Timur
dalam rangka mendukung terciptanya good governance. Salah satu motivasi utama
diterapkan kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan dengan sistem perencanaan
yang sentralistik seperti yang telah dianut sebelumnya terbukti tidak mampu

3
mendorong terciptanya suasana yang kondusif bagi partisipasi aktif masyarakat dalam
melakukan pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan berbagai kelemahan dan
hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan struktur pemerintahan yang
sentralistik telah mendorong dipromosikannya pelaksanaan strategi desentralisasi.
2. Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Salah satu yang
menyebabkan kurang berhasilnya Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung
upaya-upaya kesehatan adalah karena SIK tersebut dibangun secara terlepas dari
sistem kesehatan.SIK dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen
kesehatan. Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga menyebabkan tidak
berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan di daerah

B. Konsep – konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan.Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep
tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer ( Computer
Based Information System ). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan
dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting
yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam
sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
4
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perludisadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

C. Alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait dengan adanya
jaringan SIKNAS, yaitu
1. Sumber data manual
2. Sumber data komputerisasi
3. Sistem informasi dinas kesehatan
4. Sistem informasi pemangku kepentingan
5. Bank data kesehatan nasional
6. Pengguna data oleh Kemetrian Kesehatan
7. Pengguna data

5
D. Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi kesehatan
elektronik yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data
terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi
mencakup area yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local
Area Network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.
Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui Keputusan
Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

E. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Pengembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan
pengembangan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di setiap
tingkat administrasi kesehatan, yang akan menghasilkan data/informasi yang akurat yang
dapat menunjang Indonesia Sehat. Pengembangan sistem informasi kesehatan tersebut
harus sejalan dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana diatur dalam UU nomor 22
tahun 1999, yang antara lain kewenangannya dalam sistem informasi kesehatan adalah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
kabupaten/kota
2. Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan propinsi
3. Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian, dan
penyelenggraan sistem informasi kesehatan nasional.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian
dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat
merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional, di tingkat Provinsi merupakan bagian
dari Sistem Kesehatan Provinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. SIKNAS dibangun dari himpunan atau jaringan
Sistem-sistem Informasi Kesehatan Provinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi
dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota. Di setiap tingkat, Sistem Informasi Kesehatan juga merupakan jaringan
yang memiliki Pusat Jaringan dan Anggota-anggota Jaringan.

6
Untuk mewujudkan Sistem Informasi Kesehatan yang diharapkan, sampai saat ini
masih dijumpai sejumlah permasalahan yang bersifat klasik antara lain:
1. Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi.
2. Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai
3. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal
4. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat kurang berkembang.
5. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
6. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan terbatas
7. Kurangnya tenaga purna waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan.
Indonesia Sehat akan tercapai dengan baik apabila didukung oleh tersedianya data dan
informasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. Atau dengan kata lain,
pencapaian Indonesia Sehat memerlukan dukungan informasi yang dapat diandalkan
(reliable). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Visi Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS) adalah INFORMASI KESEHATAN ANDAL 2010 (Reliable Health
Information 2010).
Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, maka Misi dari pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional adalah:
1. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengumpulan, penyimpanan,
pengolahan, dan analisis data.
2. Mengembangkan pengemasan data dan informasi dalam bentuk BANKDATA, Profil
Kesehatan, dan kemasan-kemasan informasi khusus.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan data dan informasi kesehatan.
4. Mengembangkan pendayagunaan data dan informasi kesehatan.
Di jajaran kesehatan terdapat berbagai macam sub sistem informasi yang selama ini
belum terintegrasi dengan baik dalam suatu SIKNAS. Oleh karena itu, maka strategi
pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan SIKNAS adalah
pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Pengertian integrasi hendaknya
dicermati oleh sebab di dalamnya tidak terkandung maksud mematikan/menyatukan
semua sistem informasi yang ada. Yang disatukan hanyalah sistem-sistem informasi yang
lebih efisien bila digabung. Terhadap sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian
lebih berupa pengembangan (1) pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas
serta (2) mekanisme saling-hubung. Dengan integrasi ini diharapkan semua sistem
informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan sinergis membentuk suatu SIKNAS.
Pembagian tugas dan tanggung jawab akan memungkinkan data yang dikumpulkan
7
memiliki kualitas dan validitas yang baik. Otoritas akan menyebabkan tidak adanya
duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-
beda mengenai suatu hal. (Sumber: SIKNAS dan BANK DATA disajikan SEKJEN di
Bidakara)

F. Tantangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi bukan menjadi lebih baik tetapi malah
berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah dan
juga pencatatan dan pelaporan yang ada ( produk sentralisasi ) banyak overlaps sehingga
dirasaka sebagai beban oleh daerah.

G. Masalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada. Perkembangan dan masalah sistem informasi kesehatan antara lain :
1. Upaya kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan. Namun
pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau – pulau kecil terdepan dan
terluar masih rendah.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun
psersentase terhadap seluruh APBN belum meningkat.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Kesehatan belum
memadai. Baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan.
Selain itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Jumlah dokter Indonesia
masih termasuk rendah.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan
Pasar sediaan farmasi masih di dominasi oleh produksi domestik, sementara itu bahan
baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di Indonesia terdapat 9.600 jenis tanaman
berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah
digunakan sebagai bahan baku. Penggunaan obat nasional belum dilaksanakan di
8
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak
sesuai dengan formularium.
5. Manajemen dan Informasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum sinkron. Sistem
informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan desentralisasi. Data
dan informasi kesehatan untuk perencanaan tidak tersedia tepat waktu. Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah mencapai
tingkat kabupaten/ kota namun belum dimanfaatkan. Hasil penelitian kesehatan belum
banyak dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan perencanaan program.
Surveilans belum dilaksanakan secara menyeluruh.

H. Kendala Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara optimal. SIK
sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang komprehensif belum mampu
berperan dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari Puskesmas di Tingkat
Kecamatan sampai dengan Kementrian Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal tersebut
disebabkan karena Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum dapat
diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan dan validitasnya.
Padahal informasi tersebut sangat penting dan diperlukan keberadaannya dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan nasional.
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh data
yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya data
dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan kebijakan
pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum dibawah ini :
1. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas relatif rendah.
2. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu hamil
dan anak hingga usia 2 tahun.
3. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare
serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis.
4. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta pengembangan
jaminan pelayanan kesehatan.
9
5. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk pemenuhan
kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung oleh sistem
perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan didukung oleh
peraturan perundangan.
6. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat.
7. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan administrasi
kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan teknologi kesehatan
dan pengembangan sistem informasi kesehatan.
Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan
sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan bidang kesehatan masing-masing
pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi kesehatan yang dibangun pun
berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan dalam
pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum, diantaranya
:
1. Akurasi data tidak terjamin
2. Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.
3. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.
4. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan puskesmas/rumah
sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas Kesehatan maupun ke
Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang diterima sudah tidak up to date lagi.
5. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan
lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format pelaporan.
6. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan
manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat Kementrian
Kesehatan.
7. file data tersimpan secara terpisah,
8. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan tidak
mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak lengkap.
Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami kesulitan
dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus dibuat berdasarkan
permintaan dari berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data antara satu
laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya memiliki dataset
yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk membuat berbagai laporan tersebut berbeda-
10
beda. Sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang menghabiskan
banyak sumberdaya dan waktu dari petugas puskesmas.
Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi Kesehatan
untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang sesuai dan dapat
memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga ke
Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).
Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara cepat, akurat
dan terkini sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak dalam pengambilan keputusan
manajemen.

I. Hambatan – hambatan dalam Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (


SIKNAS )
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan tetrkait penerapan
Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa
puskesmas yang tidak sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan
masih adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang
ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan SIK
(Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu :
1. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
2. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah bayi.
3. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
4. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang berbeda-
beda dari masing-masing bagian.
5. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis data
sering terlambat.
11
6. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data berbeda
dan keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah
(SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),
human resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer,
software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan
Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat merupakan bagian dari Sistem Kesehatan
Nasional, di tingkat Provinsi merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Provinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota.
SIKNAS dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan
Provinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi dibangun dari himpunan atau jaringan
Sistem-sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Di setiap tingkat, Sistem Informasi
Kesehatan juga merupakan jaringan yang memiliki Pusat Jaringan dan Anggota-anggota
Jaringan. Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

B. Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes
dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan adanya
fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar tentunya
antara Depkes Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar
Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan
harapan akan dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang
kesehatan.

13
Daftar Pustaka

Anonym 2014, SIKNAS dan SIKDA.


https://bidankomunitas.files.wordpress.com/2012/01/siknas-sikda-monev-si=2014.pdf

Edu, Academia.2015. Tugas Makalah SIK.

https://www.academia.edu/19639255/TUGAS_MAKALAH_sik

Edu, Academia.2019. SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional)

https://www.academia.edu/5312688/SIKNAS-Sistem_Informasi_Kesehatan_Nasional

Edu, Academia.2014. Contoh Makalah SIK Perkembangan SIKNAS

https://www.academia.edu/8338296/contoh_MAKALAH_SIK_PERKEMBANGAN_SIKNA
S

14

Anda mungkin juga menyukai