Disusun Oleh :
Kelompok 9
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “SIKNAS
dan SIKDA” tepat pada waktunya.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta memberikan dukungan berupa moril maupun materil sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan
yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua ias i baik pemerintah, swasta,
masyarakat. Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan
merupakan sumber utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan
yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era
desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik pemerintah pusat
atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain
melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah
juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat dinas
kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.
Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) merupakan Susbsistem dari Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang mempunyai fungsi untuk memberikan informasi dalam menunjang pengambilan
keputusan pada setiap tingkat administrasi kesehataan, baik pusat, propinsi, kabupaten/ kota,
bahkan sampai unit pelaksana teknis seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas. Sistem Infomasi
Kesehatan (SIK) adalah Kumpulan komponen dan prosedur yang terorganisir dan bertujuan
untuk menghasilkan informasi yang dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan
manajemen pelayanan kesehatan di setiap tingkatnya. Maka perlu adanya pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang terintegrasi dari berbagai tingkat pelayanan kesehatan
dalam bentuk Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) maupun Sistem Informasi
Kesehatan Daerah (SIKDA).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan SIKNAS dan SIKDA?
2. Bagaimana sejarah perkembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) di
Indonesia ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional (berdasarkan
perodenya) ?
4. Bagaimana perkembangan sistem informasi kesehatan di indonesia ?
5. Bagaimana perkembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) saat ini ?
6. Apa sistem informasi kesehatan ?
7. Bagaiamana pembahasan siknas online ?
8. Apa Master Plan Sistem Informasi Kesehatan ?
9. Apa pentingnya master plan siknas online ?
10. Bagaimana pengembangan SIKNAS dan SIKDA ?
11. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan sistem informasi kesehatan
daerah (SIKDA) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengeteahui yang dimaksud dengan SIKNAS dan SIKDA
2. Untuk mengeteahui sejarah perkembangan sistem informasi kesehatan nasional
(SIKNAS) di Indonesia
3. Untuk mengeteahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional
(berdasarkan perodenya)
4. Untuk mengeteahui perkembangan sistem informasi kesehatan di indonesia
5. Untuk mengeteahui perkembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) saat
ini
6. Untuk mengeteahui sistem informasi kesehatan
7. Untuk mengeteahui pembahasan siknas online
8. Untuk mengeteahui Master Plan Sistem Informasi Kesehatan
9. Untuk mengeteahui pentingnya master plan siknas online
10. Untuk mengeteahui pengembangan SIKNAS dan SIKDA
11. Untuk mengeteahui saja bentuk-bentuk kegiatan sistem informasi kesehatan daerah
(SIKDA)
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan Departemen Kesehatan.
b. Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi anatara
90 % Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100% Rumah Sakit Pusat, dan 100%
UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan.
c. Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit Pusat, dan UPT Pusat dengan
Departemen Kesehatan
d. Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online antara seluruh
Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik milik pemerintah maupun
swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan UPT Pusat dengan Departemen
Kesehatan. Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki
manfaat yang optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran Pusat dan
Daerah untuk komitmen dalam penyelenggaraannya.
Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6
yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi
Kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan,
adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil
gunam dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan
Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu.
a. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para
pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua
jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal
berikut :
1) Mendukung manajemen kesehatan
2) Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
3) Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
4) Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti
(evidence-based decision)
5) Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6) Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7) Membantu penilaian transparansi
2. Kekurangan
a. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara
lain :
1) Faktor Pemerintah
a) Standar SIK belum ada sampai saat
b) Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
c) Belum ada rencana kerja SIK nasional
d) Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam
2) Fragmentasi
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak
lengkap, tidak valid dan tidak sesuai dengan pusat. Kesenjangan aliran data
(terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim
lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi
dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien,
format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara
nasional.
Informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :
1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan, ekonomi
dan demografi.
2. Input sistem kesehatan yang meliputi kebijakan, pembiayaan, simber daya dan organisasi.
3. Output sistem kesehatan, meliputi informasi, kemampuan pelayanan dan kualitas.
4. Hasil sistem kesehatan, meliputi pemanfaatan pelayanan.
5. Status kesehatan meliputi angkan kematian, kesakitan atau ketidakmampuan dan
kesejahteran.
Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah dimulai PELITA I melalui
sistem informasi kesehatan nasional pada kantor wilayah kementerian kesehatan semenjak
diterapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi kesehatan, berbagai kalangan menilai
bahwa sistem informasi kesehatan. Kementerian kesehatan selalu mengeluh bahwa input data
dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang. Di sisi lain beberapa daerah mengatakan bahwa
penerapan sistem inormasi kesehatan semenak era desentralisasi member dampak yang lebih
baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya motivasi dinas kesehatan untuk
mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas yang memiliki computer, tersedianya
jaringan LAN di dinas kesehatan mapun teknologi informasi lainnya.
Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai produk
dari era sentralisasi menjadi overlaps , hal ini tentu saja menjadi beban bagi kabupaten/kota.
melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng kebijkan dan Strategi
pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota dikembangkan beragai
strategi, yaitu :
1. Integrasi dan simplifkasi pencatatan dan pelaporan yan ada;
2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan;
3. Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah;
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan pengambilan
keputusan;
6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.
Selanjutnya, pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa dalam setiap
tahunnya, yaitu :
1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas kesehatan
kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian kesehatan pada tahun 2007.
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 % dinas kesehatan
kabupaten/kota, 100 % dinas kesehatan provinsi, 100 % rumah sakit pusat, 100 % unit
pelaksana teknis (UPT) pusat dengan kementerian kesehatan tahun 209.
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan UPT pusat
kementeri an kesehatan pada tahun 2010.
Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya mengembangkan
sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya.Pengembangan sistem
informasi kesehatan daerah melalui software atau web. Seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan
sebagainya.
F. Pembahasan Siknas Online
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat dianalisa
beberapa hal sebagai berikut :
1. Integrated Sistem
Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi disamping itu
berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas
kuga mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya
informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem
informasi yang terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas
program yang dapat di akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi komunikasi data, dapat
dilihat bahwa data dan informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi dengan
kebutuhan baik provinsi atau kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya
mengembangkan sistem informasi sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan
puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini
mengakibatkan beban kera bagi petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam
hitungan hari, melainkan bulan.Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
baik pusat atau daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan
tepat sehingga kebiakan dapat efektif dan efisien.
2. Kemampuan Daerah
Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan sistem
informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah masih
memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan
tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem informasi
membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga memerlukan perawatan
dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih
banyak puskesmas di daerah yang sangat terbatas akses informasinya.
3. Pemanfaatan dan informasi
Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah kebutuhan
daerah, sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego program masing-masing.Hal ini
karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh
kabupaten/kota sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.
4. Sumber daya manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga
purna waktu.
Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah memasang perangkat-perangkat, 1 buah
PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5 buah PC, 1
buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.
Untuk mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes telah
meminta kepada Dinas-dinas kesehatan untuk menunjuk/menetapkan 2 orang petugas
khusus yang mengelola Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-
petugas yang ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari di
Bandung pada bulan Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk pencapaian sasaran ke-
14, dari 17 sasaran Departemen Kesehatan yang berbunyi “Berfungsinya Sistem Informasi
Kesehatan yang Evidence Based di Seluruh Indonesia”.
B. Kesimpulan
SIKNAS adalah Sistem informasi yang berhubungan dengan sistem informasi lain baik
secara nasional maupun internasional dalam kerjasama yang paling menguntungkan. SIKNAS
dibangun dan dikembangkan dari berbagai jaringan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan
Propinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan Sistem Informasi
Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah Suatu Sistem Informasi yang mencakup Sub sistem
informasi yang dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek
Swasta, Apotek, Laboratorium), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sistem informasi pada
Dinas Kesehatan Propinsi.
Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online
ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun
2007. SIKNAS ONLINE mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data
yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.
C. Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes dengan
menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan adanya fasilitas
tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes
Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di
seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peta Jalan Standarisasi Data dan Informasi
Kesehatan. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Depkes RI.
Setyawan, Dodiet Aditya. 2014. Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan SIKNAS dan SIKDA.
Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta.
PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
DALAM PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI PADA
DINAS KESEHATAN KOTA PAGAR ALAM
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Kasman
Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam
JalanMasik Siagim No.75 Simpang Mbacang Kec.Dempo Tengah Kota Pagar Alam
Sur-el :
Abstrak : Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan informasi
berbasis teknologi informasi dengan mengunakan Aplikasi Komunikasi Data (Komdat) yang
merupakan terobosan dalam pelayanan publik untuk mewujudkan pengelolan data dan informasi yang
baik. Objek penelitan ini adalah pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data
dan informasi dengan mengunakan Aplikasi Komunikasi Data (Komdat). Metode yang digunakan
dalam tesis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitan diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan informan, dokumentasi dan teknik observasi. Dalam penelitan ini Penulis juga
melihat tahapan proses pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan
informasi dengan mengunakan Aplikasi Komunikasi Data (Komdat) yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Pada Prinsipnya proses pelaksanan Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan informasi dilaksanakan melalui jaringan
SIKNAS online (VPN) dengan melalui media internet.
Dari hasil penelitan ini juga menunjukan walaupun baru dua tahun diterapkan namun pelaksanan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan informasi pada Dinas Kesehatan Kota
Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan mempunyai sisi keungulan dalam penyelengaran pengelolan
data dan informasi kesehatan.
Keywords: Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Pengelolan Data dan Informasi,
Efektivitas, Efisiensi, transparansi, akuntabiltas
Abstract : Implementation of Health Information System (HIS) in the management of data and
information by using information technology-based Data Communications Application (Komdat)
which is a breakthrough in the management of public services to achieve good data and information.
The object of this research is the implementation of Health Information System (SIK) in the
management of data and information by using Data Communication Application (Komdat). The
method used in this thesis is descriptive qualitative method. Research data was obtained through in-
depth interviews with informants, documentation and observation techniques. In this research the
authors also look at the implementation stage of the Health Information System (HIS) in the
management of data and information by using Data Communications Application (Komdat) carried
out by the Health Service Pagar Alam South Sumatra province. In principle the process of
implementing Health Information System (SIK) in the management of data and information
implemented through online network SIKNAS (VPN) through the internet media. From the results of
this research also shows for more than two years implemented but the implementation of Health
Information System (HIS) in the management of data and information on the Health Service Pagar
Alam South Sumatra Province has a forte in penyelengaran the management of data and health
information..
Keywords: Implementation of Health Information System (SIK), Data and Information Management,
Effectiveness, Efficiency, transparency, accountability
Informasi Kesehatan di Kota Pagar Alam, maka didalam pelaksanan Sistem Informasi
Kesehatan di Kota Pagar Alam, perlu dikaji Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi
apakah telah berjalan sesuai dengan ketentuan Sumatera Selatan. Adapun Sistem Informasi
– ketentuan didalam pengelolan data dan Kesehatan (SIK) yang dimaksud penulis
informasi dengan memanfatkan Sistem hanya membatasi pada pengelolan data dan
Informasi Kesehatan (SIK). informasi kesehatan. Untuk lebih jelasnya,
Adapun tujuan diadakanya penelitan aspek - aspek penelitan dapat dilhat sebagai
ini adalah Untuk mengetahui bagaimana berikut :
pencapaian pelaksanan Sistem Informasi Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan
Kesehatan dalam pengelolan data dan dalam pengelolan data dan informasi
informasi pada Dinas Kesehatan Kota Pagar kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Pagar
Alam dan Untuk mengetahui kendala yang Alam, dilhat dari :
menjadi hambatan dalam pelaksanan Sistem a) Efektivitas pelaksanan SIK dalam
Informasi Kesehatan dalam pengelolan data pengelolan data dan informasi;
dan informasi pada Dinas Kesehatan Kota b) Efisensi pelaksanan SIK dalam pengelolan
Pagar Alam. data dan informasi;
2. METODE PENELITIAN c) Transparansi pelaksanan SIK dalam
Jenis penelitan ini adalah penelitan pengelolan data dan informasi;
deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu suatu d) Akuntabiltas pengelolan data dan
metode penelitan yang dilakukan dengan informasi dalam pemanfatan SIK.
tujuan utama untuk membuat gambaran atau Dalam penelitan ini prosedur
deskripsi tentang suatu keadan secara objektif pengumpulan data yang akan dilakukan
(Notoatmojo,202:34). Kualitatif yaitu suatu adalah sebagai berikut : Pengamatan /
jenis penelitan yang menghasilkan penemuan observation, wawancara / interview,
– penemuan yang tidak dapat dicapai dengan dokumentasi /document. Dalam menganalisis
mengunakan prosedur – prosedur statistik data, penelitan ini mengunakan analisis
atau dengan cara kuantifikasi lainya. Dalam deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
hal ini penelitan kualitatif mencoba kualitatif merupakan suatu teknik yang
menganalisis permasalahan yang terjadi mengambarkan dan menginterpretasikan arti
(Suwandi, dk, 208:5). data – data yang telah terkumpul dengan
Penelitan ini di fokuskan pada pelaksanan memberikan perhatian dan merekam
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam sebanyak mungkin aspek situasi yang terjadi
pengelolan data dan informasi pada Dinas pada sat itu, sehinga memperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh tentang keadan
yang sebenarnya.
Received: 8 Mei 2015 Accepted: 14 Desember 2015 Published online : 18 April 2016
ABSTRAK
Latar Belakang: Puskesmas sebagai pelaksana ABSTRACT
kesehatan terendah mengalami kesulitan dalam Background: Primary Health Care(PHC), the lowest
melakukan pelaporan karena banyaknya laporan yang healthcare operational units, have difficulties in
harus dibuat berdasarkan permintaan dari berbagai reporting things due to enormous number of reports to be
program di Kementerian Kesehatan. Aplikasi untuk completed based on the requirements of various
membuat berbagai laporan yang berbeda-beda programs available in the Ministry of Health. There were
menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, various overlapping applications for reporting, so it
sehingga menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu spend a lot of time and human resources. To meet the
dari petugas puskesmas. Untuk memenuhi kebutuhan reporting needs, Gambut PHC implemented applications
pelaporan tersebut, Puskesmas Gambut SIKDA Generik (Generic District Healthcare Information
mengimplementasikan aplikasi Sistem Informasi System).
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik). Methods: This research was a descriptive case study
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian design using qualitative methods, the data collected by in-
deskriptif rancangan studi kasus menggunakan metode depth interviews, filling the questionnaire by respondents,
kualitatif, data di kumpulkan dengan wawancara observation and document analysis. The subjects included
mendalam, pengisian kuisioner oleh responden, 16 people selected by purposive sampling, data analysis
observasi, dan telaah dokumen. Subyek penelitian using the method of constant comparative method.
berjumlah 16 orang dipilih secara purposive sampling, Results: The survey results revealed that the competence
Analisis data menggunakan metode constant comparative and number of human resources were still lacking so that
method. the competence of human resources need to be increased
Hasil: Dari hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi and the amount of human resources need to be added, the
dan jumlah SDM masih kurang sehingga kompetensi software application was often impaired and in need of
SDM perlu ditingkatkan dan jumlah SDM perlu di repair or updating software SIKDA Generik, application
tambah, software aplikasi sering mengalami gangguan implementation SIKDA Generik in Gambut Public
dan perlu perbaikan atau update software SIKDA Healthcare Center yet have decree of assignment, there
Generik, implementasi aplikasi SIKDA Generik di was no coordination socialization prior to the
Puskesmas Gambut belum memiliki SK penugasan, tidak implementation of the application, and no training or
ada koordinasi sosialisasi sebelum pengimplementasian guidance related applications led to the lack of
aplikasi dan tidak ada pelatihan atau bimbingan terkait knowledge of SIKDA Generik., quality of stillincomplete
aplikasi menyebabkan pengetahuan SDM terhadap but the data produced is accurate and timely, input and
aplikasi SIKDA Generik kurang. Kualitas data yang di implementation process of the application was still
hasilkan aplikasi SIKDA Generik belum lengkap namun lacking cause the lack of output.
data yang di hasilkan sudah akurat dan tepat waktu., Concluions: There needs to be a better governance for
input dan proses implementasi aplikasi di Puskesmas the implementation of SIKDA Generic.
Gambut masih kurang menyebabkan output yang
dihasilkan aplikasi juga kurang. Keywords : Routine performance information
Kesimpulan: Perlu adanya tata kelola yang lebih baik management, SIKDA Generik, Management information
untuk implementasi SIKDA Generik. system Primary Health Center.
Research Article
Department of Statistics, Akademi Ilmu Statistika Muhammadiyah Semarang, Semarang 50185, Indonesia
*
noviandi@esaunggul.ac.id (coresponden author) ahmadfauzan.af.19@gmail.com
ABSTRACT
The Information technology development has affected various sectors, including health services. The several technologies have been used to impro
quality of system, information, and services that is used at Johar Baru Health Center have a significant influence on the satisfaction of SIKDA Optima
Keywords : Health services tecnology, SIKDA optima, hot fit.
This is an open access article under the CC–BY-SA license. rights reserved
doctors, nurses, midwives, pharmacy, PMIK and admin. SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central
From the total population, determined the sample that will Jakarta in 2019.
be used in this study. Determination of the sample using
the slovin method (Singh & Masuku, 2014). Costumer satisfaction Total %
𝑁
𝑛= (1) Less satisfied 15 18,99
1+(𝑒2)
Quite satisfied 12 27,85
where
Satisfied 31 39,24
N : population
Very satisfied 11 13,92
n : sample
e : error value.
we use 0,05 as value of p-value. 3.2 System Quality
The number of samples we used based on Equation 1 is 79
users. The application of SIKDA Optima system in the Johar
Baru Health Center Area, Central Jakarta is said to be
2.6 Data Analysis good. It can be seen from 79 users, 47 users with 59.50%
stated that the quality of the SIKDA Optima system is
There are two techniques used in this study, namely
good (see, Table 2). Based on the results of the calculation
univariate analysis and multivariate analysis:
of the score of user answers to the quality of the SIKDA
1) univariate analysis: this technique aims to Optima system shows that the average deviation of the
explain each of the research variables. This sample is said to be good with an accuracy value of 2.305
analysis describes or describes the dependent and an average value of 16.09.
variable (real benefit) and the independent
Table 2. Frequency distribution of system quality for
variable (system usage and user satisfaction)
SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central
2) multivariate analysis: Multivariate analysis is Jakarta in 2019.
used for processing a large number of variables
which aim to find the effect of these variables System of quality Total %
on an object simultaneously or simultaneously. Less 16 20,25
In this study multivariate analysis was used to Enough 10 12,66
determine the quality of the system, the quality
Well 47 59,50
of information and the quality of services to the
real benefits (Net Benefits) of SIKDA Optima. Very good 6 7,59
The statistical test used in this study is multiple
linear regression to measure the effect of more
than one independent variable on the dependent 3.3 Information Quality
variable. Table 3. Frequency distribution of information quality for
𝑌 = + 𝑏1. 𝑥1 + 𝑏 2. 𝑥 2 + 𝑏3 𝑥3 (2) SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central
Where: Jakarta in 2019.
Y : Dependent variable System of quality Total %
X1 : Independent variable (system quality) Less 9 11,39
X2 : Independent variable (information quality) X3 : Enough 21 26,58
Independent variable (service quality)
a : Constants Well 34 43,04
b : Regression coefficients for each variable Very good 15 18,99
3. RESULT AND DISCUSSION As you can see in Table 3, it shows the quality of Optima
Information SIKDA in the Johar Baru Jakarta Health
3.1 Costumer Satisfaction Center, which is 11.39% less, 26.58% sufficient, 43.04%
In Table 1 shows the satisfaction of SIKDA Optima users good and 18.99% very good. So, it can be concluded that
in the Johar Baru Health Center Area of Central Jakarta it the information quality of SIKDA Optima in Johar Baru
is concluded that users are satisfied with SIKDA Optima is Health Center is already good in the application of SIKDA
39.24% and the number of users is 31 out of 79 users. Optima.
Based on questionnaire answers from 79 respondents who The information quality generated by SIKDA Optima
used SIKDA Optima obtained SIKDA user satisfaction based on system users is good performance at 62.03% with
results expressed satisfaction of 53.16% with satisfaction three categories:
categories are: 1. SIKDA Optima can be accounted for at 87.3%
1. SIKDA Optima is easy to use (81.0%) 2. Information generated in accordance with the data
2. SIKDA Optima helps in completing work (81.0%) entered in SIKDA Optima is 84.8%
3. SIKDA Optima improves the works quality. 3. Ease to reading information is 83.5%
Table 1. Frequency distribution of information quality for
Evaluation of Optima Regional Health Information System with HOT-Fit on Technology Aspects Approach in Health Center 13
Area of Johar Baru Health Center
pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186, Vol. 1, No. 1, March 2020, pp.9-14
3.4 Service Quality 0.757 and 0.358 respectively. The results of multiple linear
Table 4. Frequency distribution of service quality for regression tests are = -3,832 + 0,549(KS) + 0,757(KI) +
SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central 0,359(KL).
Jakarta in 2019. Increasingly a system quality value (X1) will increase the
value of user satisfaction. The p-value is 0.001 <0.05, so
Service quality Total %
the quality of the system has a significant influence on user
Less 15 18,99 satisfaction. Increasing the value of information quality
Enough 24 30,38 will increase the value of user satisfaction with a p-value of
0.00 <0.05 so that the information quality variable
Well 30 37,97
significantly influences user satisfaction. Service quality
Very good 10 12,66 has a significant influence on user satisfaction with a p-
value of 0.09 <0.05.
As you can see in Table 4, that the quality of SIKDA The results of determination's coefficient indicate a
Optima services in the Johar Baru Jakarta Health Center significant effect between the variables of system quality,
Area is in the good category, namely lacking (18.99%), information quality, service quality on user satisfaction
sufficient (30.38%), good (37.97%) and very good with R2 of 0.62.
(12.66%). It can be concluded that the quality of the
SIKDA Optima services in the Johar Baru Health Center 4. CONCLUSION
area is already good to apply.
According to the user's system that services quality that The SIKDA Optima user satisfaction in the Johar Baru
provided by SIKDA Optima is a good service that is equal Jakarta Health Center area was said to be satisfied by
to 50.63%, where there are three evaluation criteria: 53.16% and unsatisfied by 46.84% this is because the
1. System can be accessed from anywhere is 72.2% information generated was not accurate as needed (30.4%),
2. Ease of guidance for user’s system on is 67.1% and SIKDA Optima was not in accordance with user
3. IT team has good empathy attitude to helping user’s expectations (27.8%). In addition, the quality of the SIKDA
system is 64.6% Optima system in the Johar Baru Jakarta Health Center area
was already said to be good at 67.09% and not good at
3.5 Service Quality Influence of system quality, 32.91% this is because the SIKDA Optima System
information quality, and service quality to user experienced an error (53.2%). The information quality
satisfaction of SIKDA Optima systems category also showed a good performance of 62.03% and
not good at 37.97%, this is because the information
generated by SIKDA Optima was incomplete and not
detailed (29.1%).
For service’s quality by SIKDA Optima in Johar Baru
Health Center Area of Central Jakarta also shows the best
performance is good at 50.63% and not good at 49.37%,
this is because the user is not given a guarantee of quality
and service by the IT (39.2 %).
The results of the study from the Simultaneous Test (Test
F) are 0,000 <0.005, it can be concluded that this value
indicates a significant influence between the quality of the
information quality system and the quality of SIKDA
Optima services to user satisfaction in the Johar Baru
Health Center Area, Central Jakarta.
REFERENCES
Anwar, N., Masrek, M. N., & Rambli, Y. R. (2012).
Visitor Management system by applying the model of
UTAUT. 2012 IEEE Symposium on Business, Engineering
and Industrial Applications, 223–228.
Fig. 4 Normal p-p plot of regression. https://doi.org/10.1109/ISBEIA.2012.6422874
Ayanlade, O. S., Oyebisi, T. O., & Kolawole, B. A. (2019).
As you can see in Fig. 4 shows that the data distribution at Health Information Technology Acceptance Framework for
the diagonal source satisfies the normality assumption or diabetes management. Heliyon, 5(5), e01735.
the resulting regression model is said to meet the normality https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e01735 Erlirianto,
assumption. L. M., Ali, A. H. N., & Herdiyanti, A. (2015).
The value of user satisfaction in SIKDA Optima is - 3,832 The Implementation of the Human, Organization, and
where the regression coefficient values are 0.549, Technology–Fit (HOT–Fit) Framework to
14 Ahmad Fauzan &
Noviandi
Artikel Penelitian
Jurusan Statistika, Akademi Ilmu Statistika Muhammadiyah Semarang, Semarang 50185, Indonesia
* noviandi@esaunggul.ac.id
(penulis koresponden)
ahmadfauzan.af.19@gmail.com
Sejarah artikel:
Diterima: 28 Des 2019 Diterima:
22 Mar 2020 Tersedia online: 31 Mar
2020
ABSTRAK
fasilitas kesehatan. Di Puskesmas Johar Baru, Jakarta Pusat, aplikasi SIKDA (Sisitem
Optima tidak sebaik yang diharapkan. Masih banyak gangguan selama penggunaan aplikasi
ini seperti keterlambatan pelayanan dan penyampaian laporan yang tidak secara real time
sehingga perlu dilakukan evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kualitas sistem, informasi, dan pelayanan yang mempengaruhi kepuasan pengguna SIKDA
Optima di Puskesmas Johar Baru Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan pendekatan
terdiri dari 19 dokter, 22 perawat, 17 bidan, 9 apotek, 2 perekam medis dan 10 staf
Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIKDA
Optima = -3,832 + 0,549 (KS) + 0,757 (KI) + 0,359 (KL) dengan p-value KS 0,001 <0,05),
<0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sistem, informasi, dan pelayanan
pengguna SIKDA Optima. 2 orang perekam medis dan 10 orang staf administrasi. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil uji regresi linier
berganda menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIKDA Optima = -3,832 + 0,549 (KS) +
0,757 (KI) + 0,359 (KL) dengan p-value KS 0,001 <0,05), p-value KI 0,000 <0,05), dan p-
value KL adalah 0,009 <0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sistem,
informasi, dan pelayanan yang digunakan di Puskesmas Johar Baru berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pengguna SIKDA Optima. 2 orang perekam medis dan 10 orang staf
administrasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil uji
regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIKDA Optima = -3,832 +
0,549 (KS) + 0,757 (KI) + 0,359 (KL) dengan p-value KS 0,001 <0,05), p-value KI 0,000 <0,05), dan
p-value KL adalah 0,009 <0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sistem, informasi,
dan pelayanan yang digun
Hak Cipta © 2019 Journal of Intelligent Computing dan Health Informatics. Seluruh hak cipta
Sistem informasi kesehatan (HIS) Laporkan oleh (Jannah & Salsabila, 2019) ,
merupakan aspek penting dalam untuk mengevaluasi
SIKDA optima dari aspek sumber daya
mendukung pembangunan kesehatan di
manusia (SDM). Dari 79 sampel
Indonesia. Menurut Peraturan pengguna yang menggunakan SIKDA
Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Optima dari aspek SDM menunjukkan
Tahun 2014, HIS adalah seperangkat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dengan persamaan manfaat nyata 5,716 -
struktur yang meliputi data, informasi,
0,016 pengguna sistem + 0,776 kepuasan
indikator, prosedur, alat, teknologi dan pengguna SIKDAOptima dan
sumber daya manusia yang terintegrasi
untuk mengarahkan tindakan atau
keputusan yang bermanfaat untuk mendukung pembangunan kesehatan.
(Indonesiak,epuasan pengguna sistem sebesar 66,6%.
2014) .
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Namun
Pemerintah oleh kementerian kesehatan penerapan SIKDA generik di setiap puskesmas
telah mengembangkan HIS secara dinilai belum dapat memenuhi semua
nasional yang bertujuan untuk kebutuhan, oleh karena itu setiap puskesmas
memberikan informasi yang berguna bagi mengoptimalkan SIKDA (SIKDA optima). Lebih dari
pengambilan keputusan dalam itu, SIKDA Optima perlu dievaluasi, terkait dengan
melaksanakan setiap program kebutuhan informasi yang berdampak pada
kesehatan (Thenu et al., 2016) . Salah satu kualitas data dan produksi informasi yang
perkembangan HIS di Indonesia adalah dihasilkan dari sistem informasi yang ada.
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (Isnawati dkk., 2016) .
atau SIKDA. SIKDA dikembangkan oleh
unit pelayanan kesehatan secara nasional
atau disebut SIKDA generik. SIKDA
Metode evaluasi sistem telah banyak dilaporkan
generik dapat terkoneksi secara online
termasuk
dan terintegrasi di seluruh puskesmas Technology Acceptance Model (TAM) (Kamal
atau sering disebut puskesmas, rumah dkk., 2020) . Teori Terpadu Penerimaan dan
Penggunaan Teknologi (UTAUT) (Anwar et adanya pengaruh terhadap kepuasan
al., 2012) , Manusia, Organisasi dan pengguna sistem, pengaruh positif pengguna
Teknologi-Fit (HOT-Fit) (Erlirianto et al., 2015) terhadap sistem, kepuasan pengguna positif
, Kinerja, Informasi, Ekonomi, Kontrol, terhadap kualitas informasi yang dihasilkan,
Efisiensi dan Layanan (PIECES) (Tullah &
kualitas layanan, kualitas sistem pada struktur
Hanafri, 2014) , dan masih banyak lagi
organisasi, kualitas layanan terhadap kepuasan
di bidang pendidikan,
pengguna, kualitas sistem pada organisasi.
pengambilan data dan sistem informasi
kesehatan. struktur, kualitas layanan pada organisasi
2011) .
pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186, Jil. 1, No.1, Maret 2020, hlm. 9-14
(Hakam, 2016) .
Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Teknologi yang diukur dengan kualitas
sistem
• sistem kualitas: pengguna
ramah sistem, kelengkapan
sistem (fungsionalitas atau
fitur), kinerja, dan keamanan;
• kualitas informasi: kegunaan konten;
• kualitas layanan: respon sistem dan
dukungan teknis.
2.3 Model HOT-Fit baru dari aspek manusia, organisasi dan teknologi.
HOT-Fit merupakan model evaluasi Kerangka kerja ini dibangun berdasarkan model
sistem yang memberikan kerangka Kesuksesan IS dan model Fit organisasi TI
(Yusof et al., 2006) , lihat Gambar 2. Komponen
Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah Optima dengan Pendekatan HOT-Fit pada Aspek Teknologi di Wilayah Puskesmas
12
Puskesmas Johar Baru
pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186, Jil. 1, No.1, Maret 2020, hlm. 9-14
Model HOT-Fit telah berhasil digunakan Berdasarkan teori model yang telah
Puas 31 39,24
menggunakan metode slovin (Singh &
Sangat Puas 11 13,92
Masuku, 2014) .
•
•= (1)
1+
dima •
na (•2)
Cukup 21 26,58
sistem) Berdasarkan jawaban kuisioner
34
dari 43,04
79 responden yang
Baik
X2: Variabel Bebas (Kualitas menggunakan
Baik sekali SIKDA Optima
15 diperoleh
18,99 hasil
Informasi) X3: Variabel Bebas kepuasan pengguna SIKDA menyatakan kepuasan
(Kualitas Pelayanan) a sebesar 53,16% dengan kategori kepuasan yaitu:
: Konstanta
b : Koefisien regresi untuk setiap
1. SIKDA Optima mudah digunakan (81.0%)
variabel
2. SIKDA Optima membantu menyelesaikan
pekerjaan (81,0%)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. SIKDA Optima meningkatkan kualitas
3.1 Kepuasan Konsumen pekerjaan.
Pada Tabel 1 menunjukkan kepuasan Tabel 1. Distribusi frekuensi kualitas informasi
untuk
pengguna SIKDA Optima di Wilayah
Puskesmas Johar Baru Jakarta Pusat
diperoleh kesimpulan bahwa pengguna
yang puas dengan SIKDA Optima
adalah 39,24% dan jumlah pengguna
31 dari 79 pengguna.
Tabel 3 menunjukkan
kualitas Optima Information
SIKDA di Puskesmas Johar
Baru Jakarta yaitu 11,39%
kurang, 26,58% cukup,
https://doi.org/10.1016/j.he
liyon.2019.e01735
Erlirianto, LM, Ali, AHN,
& Herdiyanti, A. (2015).
Penerapan Framework Human,
Organisation, and Technology –
Fit (HOT – Fit) ke
Evaluasi Sistem Rekam Medis Elektronik journal.stmikglobal.ac.id/index.php/
(EMR) di Rumah Sakit. Procedia Computer sisfotek/article/ unduh / 36/37
Science,
72, 580– Yusof, MM, Paul, RJ, & Stergioulas, LK (2006).
587.
Menuju Kerangka Evaluasi Sistem
https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.1
2.166 Informasi Kesehatan. Prosiding Konferensi
Internasional Hawaii Tahunan ke-39 tentang
Gunawan, H. (2018). Mengidentifikasi
Faktor yang Mempengaruhi Cerdas Ilmu Sistem
(HICSS'06), 95a-95a.
Adopsi Kota Dengan Metode Unified https://doi.org/10.1109/HICSS.2006.491
Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT). Konferensi
Internasional 2018 tentang Orange
Technologies
(ICOT), 1–
4.
https://doi.org/10.1109/ICOT.2
018.8705803 Hakam, F.
(2016). Analisis, Perancangan
dan Evauasi
Sistem Informasi kesehatan.
Indonesia, PR (2014). Peraturan
Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang
Sistem Informasi
Kesehatan.
www.depkes.go.id
/download.php
Isnawati, K.,
Nugroho, E., &
Lazuardi, L. (2016).
Implementasi Aplikasi
Sistem Informasi Kesehatan
Daerah (SIKDA) Generik Di
UPT. Puskesmas Gambut
Kabupaten. Jurnal Sistem
Informasi Kesehatan Masyarakat,
1 ( 1), 64–71.
106–111.
https://doi.org/10.1109/I
CIMTech.2017.8273520
Singh, A., & Masuku,
M. (2014). Teknik
Pengambilan Sampel
&
Penentuan Ukuran Sampel
dalam Riset Statistik Terapan:
sebuah Tinjauan. Ijecm.Co.Uk,
II ( 11), 1–22.
http://ijecm.co.uk/wp-
Title : Evaluation of Central Java Provincial berada dalam kategori “adekuat”. Untuk
Health Information Systems on meningkatkan pengelolaan SIK di Provinsi Jawa
Strengthening National Health Information Tengah, direkomendasikan untuk membuat suatu
System standar tata kelola SIK sebagai acuan pengelolaan
SIK di Provinsi Jawa Tengah.
Abstrak
Evaluasi SIK bertujuan untuk memastikan Kata kunci : Evaluasi, komponen SIK, Provinsi,
SIK berjalan secara efisien, mampu HMN
mengumpulkan informasi yang relevan dan Kepustakaan : 14 (2005-2014)
berkualitas sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh pemangku kebijakan. Hasil penilaian SIK Abstract
sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja Evaluation of Health Information System
SIK. SIK Provinsi Jawa Tengah merupakan sub (HIS) aims to ensure the HIS run efficiently, able
sistem dari SIKNAS sehingga pengembangan SIK to collect relevant information and qualified as a
Provinsi Jawa Tengah akan berpengaruh terhadap basis for decision making by policy makers.
penguatan SIKNAS. Tujuan dari penelitian ini Results ratings HIS is needed to improve the
adalah untuk mengevaluasi SIK di Provinsi Jawa performance of the HIS. Central Java provincial
Tengah dalam rangka Penguatan SIKNAS. HIS is a sub-system of the National Health
Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif Information System so that the development of
evaluatif dengan pendekatan kuantitatif dan Central Java provincial HIS will affect the
kualitatif. Subyek penelitian adalah 35 petugas strengthening of the National Health Information
SIK DKK dan enam petugas SIK Dinas System. The purpose of this study was to evaluate
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pengumpulan the Central Java provincial HIS on strengthening
data kuantitatif melalui pengisian kuesioner, the National Health Information System.
pengumpulan data kualitatif melalui FGD dan This study is an evaluative descriptive
wawancara. Analisis data penelitian dilakukan research with quantitative and qualitative
dengan menggunakan perangkat Evaluasi SIK approaches. Subjects were 35 HIS officers of
Provinsi yang merupakan modifikasi dari District Health Offices and six officers HIS
Assessment Tool HMN Versi 4.00. Central Java Provincial Health Office. The
Modifikasi Assessment Tool HMN Versi 4.00 collection of quantitative data through
dilakukan dengan cara menghapus item questionnaires, qualitative data collection
pertanyaan yang tidak relevan dengan SIK di through focus group discussions and interviews.
provinsi dan menambahkan item pertanyaan Research data analysis done by using the
berdasarkan PP no 46/2016 tentang SIK. Hasil Provincial HIS evaluation tools which is a
evaluasi terhadap tujuh komponen SIK, empat modification of the HMN Assessment Tool Version
diantaranya dinilai “ada tapi tidak adekuat” yaitu 4:00.
komponen pengelolaan (54,7%), sumber daya Modification HMN Assessment Tool Version
(54,2%), sumber data (58%) dan manajemen data 4:00 is done by deleting the irrelevant question to
(41,3%). Sementara tiga komponen lainnya dinilai Provincial HIS and add questions based on PP
“adekuat”, yaitu komponen indikator (74,3%), No.. 46/20l6 about HIS. The results of an
produk informasi (71,3%) dan diseminasi dan evaluation of the seven HIS components, four of
penggunaan informasi (74,5%). Disimpulkan which were rated "present but inadequate" ie
bahwa secara umum SIK Provinsi Jawa Tengah component management (54.7%), resources
222
(54.2%), the source of the data (58%) and data Pengelolaan SIK di tingkat provinsi
management (4l.3%). While the three other berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 yang
components rated "adequate", ie the component menjelaskan bahwa pemerintah daerah
indicators (74.3%), product information (7l.3%) provinsi bertanggung jawab dalam
and the dissemination and use of information
pengelolaan SIK skala provinsi6 dan PP
(74.5%).Concluded that in general the Central
Java Provincial HIS is in the category "adequate".
Nomor 46 tahun 2014 pasal 34 yang
To improve the management of the Central Java menyebutkan bahwa SIK provinsi dikelola
Provincial HIS, it is recommended to create a oleh unit kerja struktural atau fungsional pada
governance standards of HIS as a reference for satuan kerja perangkat daerah provinsi yang
the HIS management in Central Java Province. menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.3
Keywords: Evaluation, HIS component, Province, Pengelolaan SIK di Provinsi Jawa
HMN Tengah dilaksanakan oleh Seksi Manajemen
Bibliography: l4 (2005-20l4) Informasi dan Pengembangan Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 29
Pendahuluan
kabupaten dan 6 kota, mempunyai 75 RS
Pengambilan keputusan di bidang
pemerintah, 203 RS Swasta dan 875
kesehatan menjadi lebih mudah jika semua
puskesmas.
informasi yang dibutuhkan sudah tersedia,
SIK bertujuan untuk mengatasi
untuk tujuan itu suatu sistem informasi
terfragmentasinya data kesehatan,
kesehatan perlu dibangun.1 Sistem Informasi
mengurangi redudansi dan inkonsistensi,
Kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan
mempercepat proses pengolahan data, serta
yang meliputi data, informasi, indikator,
memperbaiki mekanisme pelaporan,
prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber
kelengkapan dan integrasi data pada tingkat
daya manusia yang saling berkaitan dan
administrasi yang lebih tinggi, namun
dikelola secara terpadu yang menyediakan
beberapa pengalaman menunjukkan masih
dukungan informasi bagi proses pengambilan
lemahnya proses-proses tersebut sehingga
keputusan, perencanaan program kesehatan,
data kesehatan belum dapat dipercaya untuk
monitoring pelaksanaan dan evaluasi2 di digunakan dalam pengambilan keputusan.7
setiap jenjang administrasi kesehatan.1–3 Meskipun data yang dikumpulkan sudah lebih
Dasar hukum pelaksanaan SIK di baik, permasalahan lain adalah kemampuan
Indonesia adalah PP Nomor 46 tahun 2014 dalam menganalisis dan mengelola data masih
tentang SIK. Penyelengaraan SIK mencakup lemah serta kurangnya pemanfaatan data dan
(i) pelaksanaan SIK, yang meliputi data informasi untuk pengambilan keputusan.8
kesehatan, informasi kesehatan, indikator Penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa
kesehatan, sumber data dan informasi, lemahnya pengumpulan data kesehatan dan
pengumpulan data dan informasi, pengolahan kurangnya informasi pengambilan keputusan
data dan informasi, penyimpanan data dan di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
informasi, keamanan dan kerahasiaan
faktor sulitnya pengembangan SIK.2
informasi; (ii) pengelolaan SIK; (iii) sumber
Hasil penilaian terhadap SIK Indonesia
daya SIK; (iv) pengembangan SIK; dan (v)
yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan
penyebarluasan dan penggunaan Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Informasi Kesehatan.3 Indonesia pada tahun 2007 dengan
Penguatan SIK di Indonesia dilakukan menggunakan Health Metrics Network (HMN)
dengan mengembangkan model SIK nasional Framework secara umum menunjukkan
yaitu SIK yang terintegrasi, yang bahwa semua komponen "ada tapi tidak
menyediakan mekanisme saling hubung antar adekuat" (51%). Dari enam komponen dan
sub sistem informasi dengan berbagai cara standar SIK, lima diantaranya dinilai “ada tapi
yang sesuai.4 SIKNAS dibangun dari tidak adekuat” yaitu sumber daya (47%),
himpunan atau jaringan SIK Provinsi dan SIK indikator (61%), sumber data (51%), kualitas
Provinsi dibangun dari himpunan atau data (55%), dan diseminasi dan penggunaan
jaringan SIK Kabupaten/Kota.5
223
informasi (57%). berkualitas sebagai akan berpengaruh di 35 DKK, enam
Sementara ada satu dasar pengambilan terhadap penguatan orang pengelola SIK
komponen yang keputusan oleh SIKNAS. Saat ini Dinas Kesehatan
dinilai “tidak pemangku belum ada Provinsi Jawa
adekuat sama kebijakan.12 Hasil dokumen roadmap Tengah dan Kepala
sekali”, yaitu penilaian SIK sangat pengembangan SIK Seksi Manajemen
komponen dibutuhkan dalam Provinsi Jawa Informasi dan
manajemen data meningkatkan kinerja Tengah. Untuk Pengembangan
(35%).9 SIK secara terus- menyusun Kesehatan
Penelitian yang menerus.8 Untuk roadmap maka Cara pengumpulan
dilakukan oleh mengevaluasi SIK diperlukan datanya adalah
Utami, et al., (2013) dalam rangka informasi mengenai dengan pengisian
tentang Evaluasi memperkuat SIK di situasi SIK di kuesioner,
Kinerja Sistem tingkat nasional, Provinsi Jawa wawancara, FGD
Informasi Kesehatan maka dibentuklah Tengah saat ini. dan telaah dokumen.
di Propinsi Bangka HMN pada tahun Sehingga penelitin Analisa data
Belitung di peroleh 2005 yang ini bertujuan untuk kuantitatif pada
hasil bahwa secara merupakan hasil mengevaluasi penelitian ini
teknis dan organisasi kesepakatan global. Sistem Informasi menggunakan
masih lemah, HMN telah Kesehatan di Assessment Tool
kompleksitas mengembangkan Provinsi Jawa HMN Versi 4.00
pelaporan dan referensi standar Tengah dalam yang telah
prosedur pengisian untuk pengembangan rangka Penguatan dimodifikasi.
rendah, SIK yang selanjutnya Sistem Informasi Analisa data
pengumpulan dan disebut HMN Kesehatan kualitatif digunakan
pelaporan Framework. Nasional. sebagai bahan untuk
terfragmentasi dan Komponen dan melengkapi analisa
tumpang tindih.10 standar yang Metode Penelitian kuantitatif.
Budi et al., (2010) mempengaruhi Jenis penelitian
dalam penelitiannya kinerja dari SIK ini adalah Hasil
tentang Analisis diantaranya adalah deskriptif evaluatif Karakteristik
Sumber Daya sumber daya SIK, dengan sequential Responden
Sistem Informasi indikator, sumber explanatory design. Responden dalam
Kesehatan data, manajemen Objek penelitian penelitian ini
Kabupaten Ketapang data, produk adalah SIK di sebanyak
dengan Pendekatan informasi, diseminasi Provinsi Jawa 41 orang dengan
HMN diperoleh dan penggunaan Tengah yang rincian 35 orang
hasil pada umumnya data.13 difokuskan pada petugas SIK DKK
adalah ”ada tetapi SIK Provinsi pelaksanaan dan 6 orang petugas
tidak adekuat”, Jawa Tengah penyelenggaraan SIK Dinas
merupakan sub SIK di DKK Kesehatan Provinsi
tetapi sistem dari SIKNAS (DKK) dan Dinas Jawa Tengah.
sehingga Kesehatan Provinsi Karakteristik
infrastrukturnya pengembangan SIK Jawa Tengah. responden penelitian
yang ”adekuat”.11 Provinsi Jawa Subjek ini secara lengkap
Evaluasi SIK Tengah penelitiannya dapat dilihat pada
bertujuan untuk adalah petugas SIK Tabel 1.
memastikan bahwa
SIK berjalan secara Tab
efisien, mampu el
mengumpulkan 1.
informasi yang Dis
relevan dan
224
tri dasar dalam menghapus beberapa item
bu pertanyaan adalah sebagai berikut :
si a, Jika pertanyaan tersebut ditujukan untuk
Fr penilaian terhadap Biro Pusat Statistik.
ek b, Jika pertanyaan tersebut kurang relevan
ue karena merupakan kewenangan pemerintah
nsi pusat.
Ka Instrumen evaluasi SIK provinsi yang
ra sudah disusun diuji validitas dan reliabilitas
kt dan diperoleh jumlah pertanyaan sebanyak 98
eri item pertanyaan yang dapat dilihat pada Tabel
sti 2.
k Tabel 2. Modifikasi
Re jumla
sp h
on pertan
de yaan
n dalam
No Karakteristik Asses
1 Jenis Kelamin sment
- Laki-laki Tool
- Perempuan
HMN
2 Tingkat Pendidikan 14
- S2
- S1
menja
- D4
di
- D3 kuesi
3 Jenis Pendidikan oner
- Komputer dalam
- Kesehatan Masyarakat Evalu
- Manajemen asi
- Lainnya SIK
4 Jabatan Provi
- Kepala Seksi nsi
- staff
5 Lama menjadi petugas SIK J sess
- <5 tahun Kategori u men
- 5 – 10 tahun m t
- >10 tahun la Too
h l
Modifikasi Assessment Tool HMN Versi 4.00 p HM
Menjadi Perangkat Evaluasi SIK Provinsi e N14
Assessment Tool HMN Versi 4.00 yang rt
dikembangkan oleh HMN digunakan untuk a
n
mengevaluasi SIK di tingkat nasional,
y
sementara pada penelitian ini bertujuan untuk a
melakukan evaluasi SIK di tingkat provinsi, a
sehingga diperlukan modifikasi instrumen. n
Modifikasi dilakukan pada item pertanyaan d
dengan cara menghapus item pertanyaan al
yang tidak sesuai dengan kondisi SIK di a
provinsi dan menambahkan item pertanyaan m
berdasarkan pada PP no 46 Tahun 2014
tentang SIK. Kriteria yang digunakan sebagai A
s
225
Juml dalam Pro 1 13
ah Kuesi vins 0 11
perta oner i 13
nyaa Evalua 0
n si SIK
I, Pengelolaan
5
II, Sumber Daya
A, Kebijakan dan perencanaan
C, Infrastruktur
III, Indikator
5
IV, Sumber Data
A duk
,
S
e
n
s
u
s
B
,
S
t
a
t
i
s
t
i
k
v
i
t
a
l
C
,
S
u
r
v
e
i
p
e
n
d
u
226
V, Manajemen Data
VI, Produk Informasi 6
VII, Diseminasi dan Penggunaan 1
Total 1
227
Evaluasi SIK di Provinsi Jawa Tengah dilakukan terhadap 7 komponen SIK, yaitu
pengelolaan SIK, Sumber Daya SIK, Indikator SIK, Sumber Data SIK, Manajemen Data SIK,
Produk Informasi dan Diseminasi dan Penggunaan Informasi. Hasil evaluasi 7 komponen SIK di
Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Evaluasi 7 Komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
Skor
Total Skor
No Kategori Rata- % Kategori
Maksimum
rata
1 Pengelolaan SIK 15 8,2 54,7 Ada tapi tidak adekuat
2 Sumber Daya SIK 36 19,5 54,2 Ada tapi tidak adekuat
- SDM & Pendanaan 18 7,2 40,1 Ada tapi tidak adekuat
- Infrastruktur 18 12,3 68,3 Adekuat
3 Indikator SIK 15 11,1 74,3 Adekuat
4 Sumber Data SIK 72 41,7 58,0 Ada tapi tidak adekuat
5 Manajemen Data SIK 12 5,0 41,3 Ada tapi tidak adekuat
6 Produk Informasi 114 81,2 71,3 Adekuat
- Indikator
Status Kesehatan 54 43,4 80,4 Sangat
- Indikator Sistem
Kesehatan adekuat 42 31,5 75,0 Adekuat
Pembahasan
Sebagian besar komponen SIK Provinsi Jawa Tengah berada dalam kategori ”Ada tapi tidak
adekuat” yaitu komponen Pengelolaan, Sumber Daya, Sumber Data dan Manajemen Data. Tiga
komponen lainnya yaitu komponen indikator, komponen produk informasi dan komponen
diseminasi dan penggunaan informasi berada dalam kategori ”Adekuat”. Hasil secara
keseluruhan evaluasi 7 komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah adalah berada dalam
kategori ”Adekuat”. Hasil evaluasi masing-masing komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah
adalah sebagai berikut :
Evaluasi Pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah
Evaluasi pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan memberikan penilaian
terhadap keberadaan peraturan dan prosedur SIK, dokumen renstra SIK, sistem rutin pemantauan
kinerja SIK, kebijakan pertemuan rutin SIK dan unit kerja struktural atau fungsional SIK di
DKK dan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah
termasuk dalam kategori ”ada tapi tidak adekuat” (54,7%).
Tidak ada kebijakan khusus yang mengatur pengelolaan SIK baik dalam bentuk peraturan
maupun prosedur di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh
Kepala Seksi Manajemen Informasi dan Pengembangan Kesehatan (Mibangkes) Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berikut ini.
“…kebijakan SIK di Provinsi Jawa Tengah…kalau khusus untuk Jawa Tengah nggak ada, tapi
kebijakan secara nasional pasti ya…”
Pelaksanaan pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah mengacu pada PP no 46 Tahun 2014.
PP tentang SIK tersebut telah mengatur kerangka kerja untuk SIK, yang meliputi pengumpulan,
pengolahan dan penggunaan data kesehatan, perencanaan pembangunan dan pengembangan
infrastruktur SIK dan komponen SIK lainnya. Implementasi PP tentang SIK di Provinsi Jawa
Tengah belum optimal, hal ini bisa dilihat pada kondisi SDM dan anggaran SIK yang belum
memadai di tingkat kabupaten/kota.
Berdasarkan hasil FGD diperoleh informasi bahwa saat ini baik di provinsi dan kabupaten
tidak ada peraturan khusus tentang SIK, yang ada peraturan tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Mereka mengharapkan ada Peraturan Daerah tentang SIK di tingkat provinsi yang
menjadi acuan maupun dasar untuk membuat peraturan SIK di tingkat kabupaten/kota. Dalam
pedoman SIK disampaikan bahwa pelaksanaan SIK di tingkat provinsi/kabupaten/kota juga
harus didukung oleh suatu kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan pelaksanaan bagi
pengelola SIK di daerah, dengan membuat peraturan daerah mengenai SIK yang sejalan dengan
SIK Nasional.1
Dokumen renstra SIK belum tersedia secara khusus di Provinsi Jawa Tengah, baru menjadi
bagian dari renstra di Dinas Kesehatan tapi sudah ada upaya untuk integrasi sumber data yang
berbeda. Salah satu upaya integrasi sumber data yang berbeda adalah LIKES Jateng yang
merupakan dashboard layanan informasi kesehatan yang memuat 12 program nasional dan
daerah. Melalui sistem ini pengelola program kesehatan bisa menginputkan datanya kemudian
hasilnya bisa dilihat dan dimanfaatkan oleh lintas program, lintas sektor, institusi pendidikan,
pengambil kebijakan dan masyarakat.
Sistem rutin untuk memantau kinerja SIK dan subsistemnya di Provinsi Jawa Tengah telah
tersedia tetapi jarang digunakan. Kebijakan pertemuan rutin sudah ada, tetapi implementasinya
tidak sesuai karena pertemuan tidak dilaksanakan secara rutin hanya berdasarkan kebutuhan pada
saat itu. Hasil monev SIK kadang tidak ditindaklanjuti maupun jarang digunakan untuk
merencanakan kegiatan selanjutnya.
Evaluasi Sumber Daya SIK di Provinsi Jawa Tengah
Keberhasilan pelaksanaan suatu sistem bergantung pada sumber daya yang mendukung
sistem tersebut. Sumber daya SIK di Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam kategori ”ada tapi
tidak adekuat” (54,2%).
Kualitas sumber daya manusia SIK di Provinsi Jateng belum optimal. Hal ini disebabkan
rendahnya apresiasi akan pentingnya informasi sehingga sumber daya manusia yang ditugaskan
untuk SIK belum mempunyai kapasitas yang memadai. Berdasarkan PP 46 tentang SIK pasal 51
ayat (2) disebutkan bahwa sumber daya manusia yang mengelola SIK harus memiliki
kompetensi paling sedikit di bidang statistik, komputer dan epidemiologi. Petugas SIK di
Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai latar belakang pendidikan komputer dan kesehatan
masyarakat sebesar 63,4%. Untuk memenuhi kekurangan kompetensi tersebut perlu dilakukan
pelatihan peningkatan kapasitas petugas secara berkala. Upaya untuk meningkatkan kapasitas
petugas SIK baik di tingkat kabupaten/kota maupun di provinsi juga belum terencana dengan
baik.
Kuantitas sumber daya manusia SIK juga belum optimal, masih ada kabupaten/kota yang
petugasnya sangat kurang bahkan beberapa dari mereka juga melaksanakan tugas sebagai
pengelola program kesehatan lainnya. Kurangnya petugas SIK yang fulltime dan tingkat mutasi
yang cepat juga menambah masalah yang ada.
Anggaran yang tersedia untuk SIK dinilai belum memadai, meskipun ada peningkatan tapi
belum signifikan. Adanya peraturan penggunaan anggaran APBD yang kurang mendukung
untuk pengembangan SIK di beberapa kabupaten/kota sehingga belum bisa memenuhi
kebutuhan pengembangan SIK di daerah. Proporsi terbesar anggaran adalah untuk memenuhi
kebutuhan infrastruktur SIK, namun peningkatan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas SDM pengelola SIK.
Infrastruktur menjadi penunjang dalam pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
penilaian terhadap sub komponen infrastruktur ini masuk dalam kategori ”adekuat” (68,3%).
Perangkat keras elektronik dan non elektronik tersedia di hampir semua DKK dan Dinas
Kesehatan Provinsi, bahkan di sebagian besar puskesmas sudah tersedia. Perangkat lunak yang
mampu menerima, mengirimkan, memproses dan mempublikasikan dokumen elektronik sudah
memadai di semua DKK. Perangkat keras dan perangkat lunak yang ada belum semuanya mudah
beradaptasi dengan SIKNAS dan mampu menyimpan data maupun membuat cadangan data
secara otomatis dan terpisah. Ketersediaan dukungan berupa anggaran untuk pemeliharaan
perangkat lunak dan keras di Dinas Kesehatan Provinsi dan DKK di Jawa Tengah dinilai telah
memadai.
Evaluasi Indikator SIK di Provinsi Jawa Tengah
Hasil penilaian terhadap indikator SIK adalah masuk dalam kategori ”adekuat” (74,3%).
Artinya bahwa pemilihan dan penetapan indikator SIK di Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai
dengan ketentuan dalam PP nomor 46 tahun 2014 dan kerangka HMN.
Indikator inti minimal di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sudah mencakup semua
kategori dalam indikator kesehatan, dipilih berdasarkan kegunaan, ilmiah, reliabilitas,
representatif, kelayakan dan aksesibilitas. Indikator kesehatan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan oleh kepala daerah dan mengacu pada indikator di atasnya. Pemilihan
indikator dilakukan bersama-sama dengan lintas program dan selanjutnya didiskusikan dengan
lintas sektor terkait yaitu Bappeda, BPS, BKKBN, Organisasi Profesi.
Evaluasi Sumber Data SIK di Provinsi Jawa Tengah
Data dan Informasi Kesehatan dalam penyelenggaraan SIK bersumber dari fasilitas
kesehatan, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
swasta; dan masyarakat, baik perorangan maupun kelompok.3 Berdasarkan hasil evaluasi
diketahui bahwa komponen sumber data SIK di Provinsi Jawa Tengah masuk dalam
kategori ”ada tapi tidak adekuat” (58,0%).
Sumber data SIK di Provinsi Jawa Tengah diperoleh dari hasil survei, pencatatan kesehatan
dan penyakit, pencatatan pelayanan kesehatan, dan pencatatan administrasi. Survei nasional yang
diselenggarakan dalam lima tahun terakhir adalah Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset
Fasilitas Kesehatan dan Survei Diet Total. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa data yang
diperoleh dari hasil survei belum menjadi sumber data yang memadai untuk kebutuhan SIK di
Provinsi Jawa Tengah. Pemilahan data berdasarkan status ekonomi dan pendidikan belum
tersedia secara memadai.
Sumber data pencatatan kesehatan dan penyakit secara umum sudah memadai, tetapi masih
ada beberapa hal yang tidak memadai diantaranya tentang pemetaan populasi berisiko dan
penyebarluasan serta umpan balik data surveilans tentang penyakit rawan epidemi. Data yang
bersumber dari fasilitas layanan kesehatan umum dan swasta belum semua berbasis sistem
informasi sehingga belum bisa disatukan dan belum ada mekanisme untuk memverifikasi
kelengkapan dan konsistensi datanya.
Sumber data yang berasal dari pencatatan administrasi terdiri dari database SDM, data
persediaan, peralatan dan infrastruktur, data pasokan dan komoditas (obat-obatan, vaksin dan
alat kontrasepsi) dan SDM pengelola data tersebut. Secara umum hasil evaluasi sumber data
yang berasal dari pencatatan administrasi adalah memadai, dimana update database SDM telah
dilakukan setiap tahun, laporan data persediaan, peralatan, infrastruktur, pasokan dan komoditas
ke sektor publik setidaknya setiap tahun sekali.
Evaluasi Manajemen Data SIK di Provinsi Jawa Tengah
Secara keseluruhan hasil evaluasi manajemen data SIK di Provinsi Jawa Tengah masuk
dalam kategori ”ada tapi tidak adekuat” (41,3%). Prosedur tertulis untuk pengelolaan data yang
meliputi pengumpulan data, penyimpanan, cleaning, quality control, analisis dan penyajian
belum tersedia dalam bentuk SPO di tk provinsi dan kabupaten/kota, sebagai mana yang
disampaikan oleh Kepala Seksi Mibangkes berikut ini :
”...kalo kita di sini secara tertulis tidak ada....kita tidak mengotak-atik manajemen data yang di
kabupaten/kota, karena masing-masing kabupaten beda-beda, hanya untuk ll5 variabel yang
dari pusat yang kita atur proses pengumpulan datanya. ”
Berdasarkan hasil FGD diperoleh informasi bahwa tidak adanya kesamaan prosedur
pengumpulan data di provinsi dan kabupaten/kota sehingga data sering berbeda antara data di
provinsi dan di kabupaten. Provinsi menerapkan cut of point pengumpulan data di setiap tanggal
10 pada bulan berikutnya, sementara pada tanggal tersebut belum semua laporan dari puskesmas
masuk ke DKK, sehingga data yang masuk ke provinsi belum data terakhir dan data yang masuk
setelah tanggal tersebut dianggap tidak ada.
Di tingkat provinsi sudah tersedia bank data tetapi pemanfaatannya belum optimal,
sosialisasi dan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan terus dilakukan oleh pengelola SIK di
Provinsi Jawa Tengah.
Evaluasi Produk Informasi SIK di Provinsi Jawa Tengah
Hasil evaluasi terhadap produk informasi SIK di Provinsi Jawa Tengah secara umum
adalah ”adekuat” (71,3%). Evaluasi dilakukan pada enam indikator yaitu 1) kematian balita,
2) kematian ibu, 3) Prevalensi HIV, 4) Cakupan Vaksinasi Campak, 5) Persalinan oleh tenaga
kesehatan dan 6) Prevalensi merokok (>15 tahun). Evaluasi terhadap metode pengumpulan data
yang meliputi ketepatan waktu, periodisitas, konsistensi, keterwakilan dan pemilahan, semuanya
masuk dalam kategori ”adekuat” dengan prosentase skor 62% - 73%.
Indikator status kesehatan dan indikator sistem kesehatan di Provinsi Jawa Tengah
dikumpulkan melalui laporan rutin puskesmas dan rumah sakit yang dilaporkan secara
berjenjang ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Evaluasi terhadap indikator faktor risiko
dilakukan terhadap indikator prevalensi merokok (>15 tahun) dan hasilnya adalah masuk dalam
kategori “tidak adekuat sama sekali”. Sebagian besar kabupaten/kota tidak mempunyai data rutin
maupun hasil survei populasi tentang jumlah perokok. Karakteristik merokok sebagai faktor
risiko penting hanya dikumpulkan melalui Riskesdas yang juga menggunakan kuesioner estimasi.
Evaluasi Diseminasi dan Penggunaan Informasi di Provinsi Jawa Tengah
Hasil evaluasi terhadap Diseminasi dan Penggunaan Informasi pada SIK di Provinsi Jawa
Tengah adalah “adekuat” (74,5%) artinya bahwa penyebaran dan penggunaan data dan informasi
hasil dari SIK di Provinsi Jawa Tengah sudah baik. Dinas Kesehatan telah menyediakan website
sebagai sarana untuk menyebarkan informasi ke masyarakat.
Hasil evaluasi terhadap diseminasi informasi pada SIK di Provinsi Jawa Tengah
adalah ”adekuat” (79,5%). Kebutuhan akan informasi SIK yang lengkap, tepat waktu, akurat,
relevan dan valid sangat tinggi sebagai bahan untuk pengambilan keputusan dengan berdasarkan
bukti yang kuat. Hasil analisis SIK disajikan dalam bentuk narasi, grafik dan peta baik di fasilitas
kesehatan maupun dinas kesehatan. Penyebaran informasi kesehatan di Dinas Provinsi Jawa
Tengah adalah melalui website, seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi Mibangkes berikut
ini :
”...bentuknya adalah melalui website ya...semua produk sosialisasinya harus lewat
website...data kita publikasi lewat situ...kemudian yang cetak ya melalui cetakan, melalui
elektronik dan non elektronik...semua ada di bank data dan masyarakat bisa mengunduhnya
secara bebas...”
Hasil evaluasi terhadap penggunaan informasi SIK di Provinsi Jawa Tengah secara umum
adalah “adekuat” (72,4%). Masih ada beberapa hal yang tidak adekuat, diantaranya adalah
penggunaan informasi SIK untuk mengatur alokasi sumber daya dalam proses penyusunan
anggaran tahunan dan penggunaan informasi SIK dalam advokasi untuk keadilan dan
peningkatan sumber daya bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Penggunaan informasi kesehatan untuk perencanaan anggaran oleh lintas program dan lintas
sektor di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dinilai sudah memadai meskipun belum pernah
dilakukan kajian khusus untuk menghitung seberapa besar penggunaan informasi SIK bagi
penurunan kejadian kesakitan maupun kematian, seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi
Mibangkes berikut ini :
...kami belum ada kajian secara khusus untuk menilai bagaimana pemanfaatan data dan berapa
besar anggaran yang berdasarkan evidence base tersebut mempunyai daya ungkit terhadap
penurunan kesakitan dan kematian...
Penggunaan informasi SIK lebih sering digunakan untuk manajemen pelayanan kesehatan,
monitoring dan evaluasi program kesehatan..
Berdasarkan evaluasi SIK yang telah dilakukan maka diketahui bahwa dari tujuh komponen
SIK yang perlu mendapat perhatian adalah pada komponen yang masuk dalam kategori ”ada tapi
tidak adekuat” yaitu komponen Pengelolaan SIK, Sumber Daya SIK, Sumber Data SIK dan
Manajemen Data SIK. Berdasarkan masukan beberapa partisipan dalam FGD dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa lemahnya regulasi SIK di daerah mengakibatkan posisi pengelola SIK kurang
diakui, sehingga ada kesulitan dalam mengusulkan SDM yang sesuai kompetensi SIK dan
rendahnya pendanaan SIK di beberapa kabupaten/kota. Rendahnya kualitas dan kuantitas SDM
SIK dan pendanaan SIK mengakibatkan komponen manajemen data SIK tidak memadai
pelaksanaannya.
Rekomendasi yang dapat dirumuskan untuk SIK di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka
Penguatan SIKNAS, sebagai berikut :
/ , Pembuatan standar tata kelola SIK berdasarkan PP no 46/2014 sebagai bahan acuan untuk
pengelolaan SIK di DKK dan Provinsi Jawa Tengah.
0, Membuat Perencanaan SIK dengan menyusun rencana strategis jangka pendek, menengah
dan panjang.
1, Pelatihan peningkatan kapasitas petugas SIK di Provinsi Jawa Tengah yang lebih
terencana berdasarkan hasil kajian tentang tingkat kompetensi petugas SIK di Provinsi
Jawa Tengah.
2, Pertemuan di tingkat provinsi untuk perencanaan anggaran SIK di Provinsi Jawa Tengah
untuk pembuatan menu-menu kegiatan SIK yang bisa dijadikan acuan DKK dalam
mengusulkan anggaran SIK di daerahnya masing-masing.
3, Sosialisasi pemanfaatan bank data di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
terus dilakukan.
Kesimpulan
/ , Modifikasi HMN Assessment Tools version 4.0 menjadi perangkat Evaluasi SIK Provinsi
dilakukan pada item pertanyaan dengan cara menghapus item pertanyaan yang tidak sesuai
dengan kondisi SIK di provinsi dan menambahkan item pertanyaan berdasarkan pada PP no
46 Tahun 2014 tentang SIK.
0, Hasil evaluasi terhadap 7 komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa
empat komponen berada dalam kategori “Ada tapi tidak Adekuat” yaitu komponen
Pengelolaan SIK, Sumber Daya SIK, Sumber Data SIK dan Manajemen Data SIK.
Sementara tiga komponen lainnya berada dalam kategori ”Adekuat”, yaitu komponen
Indikator SIK, Produk Informasi SIK dan Diseminasi dan Penggunaan Informasi.
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: 2011.
2. Nyamtema, AS. Bridging the gaps in the Health Management Information System in the
Context of a Changing Health Sector. BMC Med Inform Decis Mak. 2010 Jan;10;36.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 20l4 Tentang Sistem
Informasi Kesehatan. Jakarta: 2014.
4. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
l92/MENKES/SK/VI/20l2 tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem
Informasi Kesehatan. Jakarta: 2012.
5. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) : Keputusan Menkes No : 5ll/MENKES/SK/V/2002.
Jakarta: 2007.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
230
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta: 2007.
230
7. Odhiambo-Otieno, GW. Evaluation of Existing District Health Management Information
Systems a Case Study of the District Health Systems in Kenya. Int J Med Inform. 2005
Sep;74(9):733–744.
8. Hotchkiss DR, Aqil A, Lippeveld T, Mukooyo E. Evaluation of the Performance of
Routine Information System Management (PRISM) Framework: Evidence from Uganda.
BMC Health Serv Res. 2010 Jan;10;188.
9. Hartono B, Bambang S, Tjahjoso D. Indonesia Health Information System Review and
Assessment. 2007.
10. Utami AD, Lazuardi L. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Universitas Gadjah Mada: 2013.
11. Budi DK, Lazuardi L. Analisis Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten
Ketapang dengan Pendekatan Kerangka Health Metrics Network. Universitas Gadjah
Mada: 2010.
12. Garrib A, Stoops N, McKenzie A, Dlamini L, Govender T, Rohde J, et al. An Evaluation
of the District Health Information System in Rural South Africa. S Afr Med J. 2008
Jul;98(7):549–552.
13. WHO (World Health Organization). Framework and Standards for Country Health
Information Systems. World Health. 2008; 2nd Edition(June); 72.
14. WHO HMN. Assessing the National Health Information System An Assessment Tool.
2008.
14