Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN

SIKNAS DAN SIKDA

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Dwi Marsela P05140419 073


Eani Gusti Sapalilie P05140419 074
Henny Mardiana P05140419 080
Ismi Novita Sari P05140419084
Ratika Yulianti P05140419101

Dosen Pembimbing : Sarkawi, S.Kom, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
ALIH JENJANG CURUP
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “SIKNAS
dan SIKDA” tepat pada waktunya.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta memberikan dukungan berupa moril maupun materil sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu.

Rejang Lebong, September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................…………………….….2


DAFTAR ISI ................................................................................................……………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................……………………….4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………5
C. Tujuan………………………………………………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian SIKNAS dan SIKDA ………………………….…………………………………7
B. Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di Indonesia
……………………………………………………………………….……………………… 8
C. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Berdasarkan Perodenya)
……………………………………………………………………………..………………..10
D. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia…………………………………12 
E. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Saat Ini
………………………………………………………………………………………………13
F. Sistem Informasi Kesehatan ……………………………………………………….……….16
G. Pembahasan Siknas Online ………………………………………………………………....18
H. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan ………………………………………………..…20
I. Pentingnya Master Plan Siknas Online …………………………………………………….22
J. Pengembangan SIKNAS dan SIKDA Saja Bentuk-Bentuk Kegiatan Sistem Informasi
Kesehatan Daerah (SIKDA) ……………………………………………………………….23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................………………….…...28
B. Saran ..................................................................................................……………………....28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan
yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua ias i baik pemerintah, swasta,
masyarakat. Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan
merupakan sumber utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan
yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era
desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik pemerintah pusat
atau daerah, sesuai dengan kebutuhan  dan karakteristik daerah masing-masing. Selain
melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah
juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya,   baik di tingkat dinas
kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.
Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) merupakan Susbsistem dari Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang mempunyai fungsi untuk memberikan informasi dalam menunjang pengambilan
keputusan pada setiap tingkat administrasi kesehataan, baik pusat, propinsi, kabupaten/ kota,
bahkan sampai unit pelaksana teknis seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas. Sistem Infomasi
Kesehatan (SIK) adalah Kumpulan komponen dan prosedur yang terorganisir dan bertujuan
untuk menghasilkan informasi yang dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan
manajemen pelayanan kesehatan di setiap tingkatnya. Maka perlu adanya pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang terintegrasi dari berbagai tingkat pelayanan kesehatan
dalam bentuk Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) maupun Sistem Informasi
Kesehatan Daerah (SIKDA).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan SIKNAS dan SIKDA?
2. Bagaimana sejarah perkembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) di
Indonesia ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional (berdasarkan
perodenya) ?
4. Bagaimana perkembangan sistem informasi kesehatan di indonesia ?
5. Bagaimana perkembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) saat ini ?
6. Apa sistem informasi kesehatan ?
7. Bagaiamana pembahasan siknas online ?
8. Apa Master Plan Sistem Informasi Kesehatan ?
9. Apa pentingnya master plan siknas online ?
10. Bagaimana pengembangan SIKNAS dan SIKDA ?
11. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan sistem informasi kesehatan
daerah (SIKDA) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengeteahui yang dimaksud dengan SIKNAS dan SIKDA
2. Untuk mengeteahui sejarah perkembangan sistem informasi kesehatan nasional
(SIKNAS) di Indonesia
3. Untuk mengeteahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional
(berdasarkan perodenya)
4. Untuk mengeteahui perkembangan sistem informasi kesehatan di indonesia 
5. Untuk mengeteahui perkembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) saat
ini
6. Untuk mengeteahui sistem informasi kesehatan
7. Untuk mengeteahui pembahasan siknas online
8. Untuk mengeteahui Master Plan Sistem Informasi Kesehatan
9. Untuk mengeteahui pentingnya master plan siknas online
10. Untuk mengeteahui pengembangan SIKNAS dan SIKDA
11. Untuk mengeteahui saja bentuk-bentuk kegiatan sistem informasi kesehatan daerah
(SIKDA)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian SIKNAS dan SIKDA


Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) merupakan Susbsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) yang mempunyai fungsi untuk memberikan
informasi dalam menunjang pengambilan keputusan pada setiap tingkat
administrasi kesehataan, baik pusat, propinsi, kabupaten/ kota, bahkan sampai
unit pelaksana teknis seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas.
Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) adalah Kumpulan komponen dan
prosedur yang terorganisir dan bertujuan untuk menghasilkan informasi yang
dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan
kesehatan di setiap tingkatnya (Siregar cit. Barsasella, 2012).
Menurut WHO (2004) definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah
Sebuah sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan,
pelaporan, dan penggunaan informasi untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan kesehatan melalui manajemen yang lebih baik pada semua
jenjang kesehatan. Sedangkan definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) menurut Pusat Data
dan Informasi Depkes RI (2006) adalah Suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi
bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan, baik di tingkat
unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat Kabupaten/Kota, di tingkat Provinsi, maupun di
tingkat Pusat.
Berdasarkan berbagai pengertian atau definisi tersebut, maka perlu
adanya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang terintegrasi dari berbagai
tingkat pelayanan kesehatan dalam bentuk Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
maupun Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA). SIKNAS adalah Sistem informasi yang
berhubungan dengan Sistem Informasi lain baik secara nasional maupun internasional dalam
kerjasama yang paling menguntungkan. SIKNAS dibangun dan dikembangkan dari berbagai
jaringan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan Propinsi dan SistemSistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sedangkan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah Suatu
Sistem Informasi yang mencakup Sub sistem informasi yang dikembangkan di unit pelayanan
kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek Swasta, Apotek, Laboratorium), Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan sistem informasi pada Dinas Kesehatan Propinsi.

B. Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di Indonesia


Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut
SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke
pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya
system informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sistem kesehatan (antar program
dan antar jenjang), dan di luar sistem kesehatan, yaitu dengan sistem jaringaninformasi
pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak Pelita I diatur
secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil dan Kandep. Dengan demikian
di beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakan komputerisasi. Sejalan
dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi pada tahun 1997 – 1998 yaitu
krisis moneter sangat berpengaruh terhadap pengembangan SIKNAS, sehingga pada tahun
2001 pengembangan SIKNAS pelaksanaannya di Desentralisasi. Namun dengan desentralisasi
pelaksanaan SIKNAS bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan
belum adanya infra struktur yang memadai di daerah dan juga Pencatatan dan Pelaporan yang
ada (produk Sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai beban oleh daerah.
Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan
tentang Kebijakan & Strategi Siknas Melalui Kepmenkes No.511 Di Kab/Kota Melalui
Kepmenkes NO.932 dengan konsep Pendekatan Baru dalam Pengembangan SIKNAS di Era
Otonomi Daerah.
Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada :
1.    Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada.
2.    Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru
3.    Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4.    Pengembangan Teknologi & Sumber Daya
5.    Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen
6.    Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat
Indikator : telah terbentuk jaringan kesehatan online dari seluruh Dinkes Kabupaten/Kota
ke Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk komunikasi data & informasi secara
terintegrasi dalam kerangka Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
1. Indikator/Target Tahunan :

a. Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan Departemen Kesehatan.
b. Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi anatara
90 % Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100% Rumah Sakit Pusat, dan 100%
UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan.
c. Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit Pusat, dan UPT Pusat dengan
Departemen Kesehatan
d. Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online antara seluruh
Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik milik pemerintah maupun
swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan UPT Pusat dengan Departemen
Kesehatan. Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki
manfaat yang optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran Pusat dan
Daerah untuk komitmen dalam penyelenggaraannya.

C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Berdasarkan


Perodenya)
1. Kelebihan
a. Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam
komponen building blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah : 
1) Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan) 
2) Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi
Kesehatan) 
3) Health Workforce (Tenaga Medis) 
4) Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan) 
5) Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan) 
6) Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan) 
b. SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia 
Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu : 
1) Upaya Kesehatan 
2) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 
3) Pembiayaan Kesehatan 
4) Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan 
5) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan 
6) Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan 
7) Pemberdayaan Masyarakat 

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6
yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi
Kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan,
adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil
gunam dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan
Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu. 
a. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan 
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para
pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua
jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal
berikut : 
1) Mendukung manajemen kesehatan 
2) Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan 
3) Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas 
4) Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti
(evidence-based decision) 
5) Mengalokasikan sumber daya secara optimal 
6) Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi 
7) Membantu penilaian transparansi 
2. Kekurangan
a. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara
lain : 
1) Faktor Pemerintah 
a) Standar SIK belum ada sampai saat 
b) Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 
c) Belum ada rencana kerja SIK nasional 
d) Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 

2) Fragmentasi 
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak
lengkap, tidak valid dan tidak sesuai dengan pusat. Kesenjangan aliran data
(terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu) 
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim
lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi
dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien,
format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara
nasional. 

D. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 


Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda
sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi – TIK). Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3
pembagian masa sebagai berikut : 
1. Era Manual (sebelum 2005) 
Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat
melalui berbagai jalan.
Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan.
a. Bentuk data : agregat.
b. Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
c. Sangat beragamnya bentuk laporan.
d. Validitas diragukan.
e. Data sulit diakses.
f. Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit
dioah dan dianalisis.
g. Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

2. Era Transisi (2005 – 2011) 


a. Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau
beberapa masih terfragmentasi).
b. Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
c. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
d. Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012) 


a. Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
b. Data disagregat
c. Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di
pusat (e-Helath).
d. Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
e. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
f. Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
g. Lebih ramah lingkungan.

E. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Saat ini


Sistem Informasi Kesehatan
Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan proseur
yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai sampai
pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam
perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu
diperlukan dalam pembuatan program kesehatan kulai dari analisis situasi, penentuan prioritas,
pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga
proses evaluasi.
Teknologi informasi member berbagai kemudahan dalam proses managemen di segala
bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat diolah dan didistribusikan secara
lebih mudah, akurat dan fleksibel.Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan
teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
WHO menilai bahwa investasi sistem sistem informasi menuai beberapa keuntungan, antara
lain:

1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah


kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya,
2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami serta melakukan
berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
3. Penguatan evidence based dalam pengambilan kebijakan yang efektif, evaluasi dan inovasi
melalui penelitian.
4. Perbaikan dalam tata kelola, mobilisasi sumber baru dan akuntabilitas cara yang digunakan.

Informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :
1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan, ekonomi
dan demografi.
2. Input sistem kesehatan yang meliputi kebijakan, pembiayaan, simber daya dan organisasi.
3. Output sistem kesehatan, meliputi informasi, kemampuan pelayanan dan kualitas.
4. Hasil sistem kesehatan, meliputi pemanfaatan pelayanan.
5. Status kesehatan meliputi angkan kematian, kesakitan atau ketidakmampuan dan
kesejahteran.
Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah dimulai PELITA I melalui
sistem informasi  kesehatan nasional pada kantor wilayah kementerian kesehatan semenjak
diterapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi kesehatan, berbagai kalangan menilai
bahwa sistem informasi kesehatan. Kementerian kesehatan selalu mengeluh bahwa input data
dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang. Di sisi lain beberapa daerah mengatakan bahwa
penerapan sistem inormasi kesehatan semenak era desentralisasi member dampak yang lebih
baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya motivasi dinas kesehatan untuk
mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas yang memiliki computer, tersedianya
jaringan LAN di dinas kesehatan mapun teknologi informasi lainnya.
Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai produk
dari era sentralisasi menjadi overlaps , hal ini tentu saja menjadi beban bagi kabupaten/kota.
melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng kebijkan dan Strategi
pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota dikembangkan beragai
strategi, yaitu :
1. Integrasi  dan simplifkasi pencatatan dan pelaporan yan ada;
2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan;
3. Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah;
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan pengambilan
keputusan;
6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.

Selanjutnya, pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa dalam setiap
tahunnya, yaitu :
1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas kesehatan
kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian kesehatan pada tahun 2007.
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 % dinas kesehatan
kabupaten/kota,  100 % dinas kesehatan provinsi, 100 % rumah sakit pusat, 100 % unit
pelaksana teknis (UPT) pusat dengan kementerian kesehatan tahun 209.
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan UPT pusat
kementeri an kesehatan pada tahun 2010.

Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya mengembangkan
sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya.Pengembangan sistem
informasi kesehatan daerah melalui software atau web. Seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan
sebagainya.
F. Pembahasan Siknas Online
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat dianalisa
beberapa hal sebagai berikut :
1. Integrated Sistem
Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi disamping itu
berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas
kuga mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya
informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem
informasi yang terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas
program yang dapat di akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi komunikasi data, dapat
dilihat bahwa data dan informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi dengan
kebutuhan baik provinsi atau kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya
mengembangkan sistem informasi sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan
puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini
mengakibatkan beban kera bagi petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam
hitungan hari, melainkan bulan.Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
baik pusat atau daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan
tepat sehingga kebiakan dapat efektif dan efisien.
2. Kemampuan Daerah
Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan sistem
informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah masih
memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan
tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem informasi
membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga memerlukan perawatan
dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih
banyak puskesmas di daerah  yang sangat terbatas akses informasinya.
3. Pemanfaatan dan informasi
Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah kebutuhan
daerah, sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego program masing-masing.Hal ini
karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh
kabupaten/kota sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.
4. Sumber daya manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga
purna waktu.
Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah memasang perangkat-perangkat, 1 buah
PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5 buah PC, 1
buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.
Untuk mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes telah
meminta kepada Dinas-dinas kesehatan untuk menunjuk/menetapkan 2 orang petugas
khusus yang mengelola Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-
petugas yang ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari di
Bandung pada bulan Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk pencapaian sasaran ke-
14, dari 17 sasaran Departemen Kesehatan yang berbunyi “Berfungsinya Sistem Informasi
Kesehatan yang Evidence Based di Seluruh Indonesia”.

G. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan


Langkah Departemen Keseshatan dalam mengembangkan SIKNAS Online harus mendapat
sebuah penghargaan dan dukungan semua pihak. Pengembangan jaringan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. SIKNAS Online mempunya tujuan untuk
mengintegrasikan semua komunikasi data yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta
menghapus hirarki antar instansi. Sebenarnya pengembangan SIKNAS Online ini dilakukan
sejak PELITA I tetapi pada saat itu masih bersifat sentralistis.
Berdasarkan informasi dari Departemen Kesehatan melalui situsnya tanggal 15 Januari 2008
Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari 440
Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan Provinsi,
melalui jaringan komputer (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah memasang
perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di
Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5
buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.
Jaringan komputer yang dirancang oleh Departemen Kesehatan ini merupakan upaya untuk
memfasilitasi dan memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
Jaringan ias ic (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan untuk keperluan Komunikasi
Data Terintegrasi atau jaringan pelayanan bank-bank data (intranet dan internet). Diluar dari
permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-aplikasi untuk keperluan-keperluan lain.
Seharusnya kebijakan dari pusat ditindak lanjuti dengan pembuatan kebijakan di daerah.Ada
pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan SIKNAS
online ini.Berdasarkan presentase dari bapak kepala Pusat Data dan Informasi Departemen
Kesehatan Bambang Hartono dalam pelatihan SIKNAS online di Bandung yang dilaksanakan
pada bulan November 2007 menjelaskan peran tersebut. Peran pusat yaitu ; menerbitkan
kebijakan, standar, pedoman, dan lainnya yang sejenis dalam rangka SIKNAS/SIKDA,
membantu pengadaan beberapa perangkat untuk membangun jaringan nasional online sebagai
pemicu dan pemacu, membangun jaringan nasional online dan membayarkan sewa jaringannya
sebagai pemicu dan pemacu, menyediakan software “komputer” untuk komunikasi data, melatih
petugas pengelola SIKNAS online (pusat, provinsi, dan kab/kota), mengupayakan insentif untuk
pengelola SIKNAS online sebagai pemicu bagi adanya tunjangan jabatan fungsional oleh
daerah, membantu dan mengkoordinasikan penerapan aplikasi-aplikasi misalnya konsultasi
eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, dan membantu melakukan advokasi kepada
stakeholders daerah utk pengembangan SIKDA.
Sedangkan untuk daerah perannya yaitu menjabarkan kebijakan, standar, pedoman, dan
lainnya sejenis jika diperlukan dan menetapkan surat keputusan Gubernur / Bupati / Walikota
atau Peraturan Daerah, melengkapi perangkat keras untuk Dinas Kesehatan dan jaringan
wilayahnya termasuk unit pelaksanan teknisnya, membangun jaringan online wilayahnya yaitu
jaringan antara Dinas Kesehatan dan unit pelaksanan teknisnya serta swasta, mengembangkan
software dan software untuk komunikasi data dalam jaringan wilayahnya, merekrut petugas
pengelola SIKNAS online yang fulltime, mengangkat mereka ke dalam jababatan fungsional
dan membayar tunjangannya, mengembangkan dan menerapkan aplikasi-aplikasi diantarannya
informasi eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, terutama untuk wilayahnya,
memantau, mengevaluasi dan mengembangan SIKDA (Provinsi: SIKDA Provinsi,
Kabupaten/Kota: SIKDA Kabupaten/Kota).
H. Pentingnya Master Plan SIKNAS Online
Hal yang harus dilakukan oleh daerah dalam menindak lanjuti kebijakan Departemen
Kesehatan adalah dengan membuat Master Plan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional disetiap daerah . Dalam sebuah artikel di blog tanggal 16 Nopember 2006 seorang
pakar jaringan yang juga adalah seorang dosen di S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada minat Sistem Informasi Kesehatan menjelaskan tentang pentingnya master plan
sistem informasi berdasarkan pengalaman beliau sebagai konsultan di berbagai perusahaan.
Beliau menemukan banyak perusahaan yang tidak mempunyai master plan sistem informasi dan
langsung mengembangkan sistem informasi dengan bantuan sataf teknologi informasi (TI) baik
internal maupun dengan bantuan vendor (Eksternal).Hal tersebut menimbulkan adanya sekat-
sekat sistem informasi dalam suatu perusahaan karena masing-masing bagian mengembangkan
sistem informasinya sendiri, dan apabila perusahaan berkembang semakin besar, maka semakin
sulit pula dalam pengintegrasian antar satu sistem, sehingga output yang didapatkan pun
berbeda-beda pula.
Dalam tulisannya beliau menganalogikan pentingnya pembuatan master plan ini ibarat
membangun sebuah rumah, karena sangat riskan apabila membangun sebuah rumah tanpa
adanya gambar rencana pembangunannya. Beliau juga menjelaskan mengenai pengertian master
plan sistem informasi yaitu suatu perencanaan jangka panjang dalam pengembangan SI di
perusahaan tersebut, yang dengan baik ias menterjemahkan keinginan baik dari manajemen
(Sistem Owner), pengguna (Sistem User) maupun perubahan – perubahan yang terjadi di dalam
maupun di luar organisasi.
Dalam bukunya World Health Organization (WHO) berjudul “Developing Health
Management Information Sistem : A Practical Guide For Developing Countries” menyebutkan
ada 10 langkah dalam mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan yaitu :
1. Meninjau kembali sistem yang telah berjalan, dengan prinsip bahwa jangan merubah sistem
yang ada dan bangun kekuatan-kekuatan yang ada serta pelajari kelemahan-kelemahan dari
sistem yang telah ada.
2. Gambarkan kebutuhan- kebutuhan data yang relavan dari unit –unit dalam sistem kesehatan,
dengan prinsip, dengan prinsip tingkatan administrasi yang berbeda dalam suatu sistem
kesehatan mempunyai peran- peran yang berbeda – beda pula, oleh karena itu keperluan
data berbeda – beda pula. Tidak semua data yang dibutuhkan siap dalam pengumpulan data
rutin.Data yang tidak sering dibutuhkan atau diperlukan hanya untuk bagian dari populasi
dapat dihasilkan melalui studi-studi khusus dan survey sampel.
3. Menentukan sebagian besar data yang tepat dan aliran data yang efektif, dengan prinsip
bahwa tidak semua data yang dikumpulkan pada suatu tingkatan tertentu diperlukan dan
disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan data yang lebih rinci pencariannya
langsung ke sumber data, dan persyaratan pelaporan ke tingkatan yang lebih tinggi
sebaiknya dicari ke tingkatan yang lebih rendah.
4. Melakukan desain pengumpulan data dan perangkat pelaporan, dengan prinsip kemampuan
pengumpul data yang akan ditugaskan dengan mengisi formulir yang harus dipertimbangkan
dalam mengembangkan pengumpul data. Kebanyakan pengumpulan data yang efektif dan
perangkat pelaporan adalah yang sederhanan dan lebih singkat.
5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data, dengan prinsip bahwa
arah data sistem informasi manajemen kesehatan adalah prosesnya sebaiknya konsisten
dengan sasaran untuk pengumpulan data dan perencanaan untuk analisis data erta
pemanfaatannya.
6. Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan untuk penyedia data dan pengguna
data, dengan prinsip program-program pelatihan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan
tingkatan kelompok yang akan dilatih.
7. Melakukan pre test dan jika diperlukan melakukan perancangan ulang sistem untuk
pengumpulan data, aliran data, proses dan pemanfaatan data, dengan prinsip sebelum sistem
diuji sistem harus menggambarkan kondisi yang nyata dan umum selama pelaksanaannya.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi sistem yang ada, dengan prinsip bahwa hasil akhir dari
monitoring dan evaluasi tidak bersifat menghukum atau mencari-cari kesalahan, dan lebih
mencari hal-hal yang positif yang dapat membuat sistem bekerja, serta mengidentifikasi apa
yang menjadi penyebab masalah sebagai dasar untuk meningkatkan sistem.
9. Mengembangkan penyebaran data yang efektif dan mekanisme umpan balik, dengan prinsip
bahwa suatu cara yang efektif untuk memberikan motivasi kepada penghasil data agar terus
menerus menyediakan data adalah dengan memberikan feedback yang positif dan negative
mengenai keadaan data yang mereka berikan.
10. Meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan, dengan prinsip bahwa
pengembangan sistem informasi kesehatan adalah selalu berusaha memberikan kemajuan.,
hal ini merupakan suatu usaha yang dinamis di mana para manajer dan para pekerja
berusaha memberikan kemajuan terus menerus.

I. Pengembangan SIKNAS dan SIKDA


Berdasarkan analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) meliputi:
1. Integrasi Sistem Informasi Kesehatan yang ada.
2. Penyelenggaraan Pengumpulan dan Pemanfaatan Bersama Data dan Informasi yang
Terintegrasi.
3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4. Pemngembangan Pelayanan Data dan Informasi untuk Manajemen
5. Pengembangan Pelayanan Data dan Informasi untuk Masyarakat
6. Pengembangan Teknologidan Sumber Daya Informasi

J. Bentuk-Bentuk Kegiatan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)


1. Kegiatan Sistem Informasi Kesehatan di Tingkat Puskesmas
Di unit pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, tenaga kesehatan bertugas
melaksanakan manajemen pasien/klien agar dapat dicapai pelayanan kesehatan kuratif dan
preventif yang efektif. Oleh karena itu tugas-tugas administratif, termasuk pencatatan data,
haruslah sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu tugas melayani pasien/klien.
Mengumpulkan data yang dapat dan harus digunakan setempat untuk menjaga dan
meningkatkan pelayanan kesehatan adalah tugas utama dari pengelola Sistem Informasi
Kesehatan di unit itu. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berupa:
a. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung
b. Mengolah data
c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. Memelihara arsip/file/ bank data Puskesmas
e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan
manajemen unit Puskesmas
f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.
2. Kegiatan Sistem Informasi Kesehatan di Tingkat Rumah Sakit
Rumah Sakit memerlukan Sistem Informasi Kesehatan yang tugas
utamanya melayani fungsi-fungsi klinik dan administratif yang secara langsung dapat
meningkatkan mutu pelayanan. Fungsi klinik mencakup rekam medik, hasil diagnosis, akses
kepada kode diagnosis (misalnya ICD-10) dan prosedur standar, catatan untuk informasi
esensial tentang pasien,atau peringatan bila terjadi ketidaksesuaian obat dan kontraindikasi.
Sedangkan fungsi administratif mencakup arus pasien antara registrasi dan instalasi-
instalasi, akuntansi dan penagihan, serta inventarisasi perbekalan farmasi. Sistem Informasi
Kesehatan di Rumah Sakit memantau kondisi keuangan Rumah Sakit, mutu pelayanan, jenis
dan volume pelayanan, lama perawatan, angka kematian, dan angka kesakitan. Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) di Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berupa:
a. Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit (penerimaan pasien, lama
rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu, dan lain-lain)
b. Memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery)
c. Memantau pelaksanaan sistem rujukan
d. Mengolah data
e. Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota/ Provinsi/ Pusat
f. Memelihara bank data
g. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan
manajemen unit rumah sakit
h. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.

3. Kegiatan Sistem Informasi Kesehatan di Tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan Pusat Jaringan dari Sistem Informasi
Kesehatan Kabupaten/Kota. Anggota-anggota jaringannya adalah:
a. Puskesmas,
b. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten/Kota,
c. Institusi-institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan,
d. Gudang Perbekalan Farmasi,
e. Unit-unit Lintas Sektor terkait (BKKBN Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten/Kota, Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota, Dinas
Sosial, dan lain-lain),
f. Rumah Sakit Swasta,
g. Sarana Kesehatan Swasta lain,
h. Organisasi Profesi Kesehatan,
i. Lembaga Swadaya Masyarakat, dan
j. Lain-lain. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yan berupa:
1) Ada Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan dan sumbersumber lain
Menyelenggarakan survei/penelitian bilamana diperlukan
2) Membuat Profil Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memantau dan mengevaluasi
pencapaian Kabupaten/Kota Sehat
3) Mengirim laporan berkala/Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan
Provinsi setempat dan Pemerintah Pusat.
4) Memelihara bank data
5) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen
unit, dan manajemen Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
6) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya
7) Melakukan bimbingan dan supervisi kegiatan informasi kesehatan di unit – unit
kesehatan.

4. Kegiatan Sistem Informasi Kesehatan di Tingkat Dinas Kesehatan Propinsi.


Dinas Kesehatan Provinsi bertugas mengkoordinasikan, mengawasi dan membimbing
Dinas-dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Demikian juga dalam hal pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan. Informasi yang dihasilkan juga harus dapat memenuhi kebutuhan
untuk penyelenggaraan manajemen. Sistem Kesehatan Provinsi, yaitu kebutuhan dari
Kepala Dinas Kesehatan, para Kepala Subdinas Kesehatan, dan Forum Kerjasama Lintas
Sektor.Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Dinas Kesehatan Propinsi mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berupa:
a. Mengolah data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit-unit pelayanan kesehatan
milik Daerah Provinsi, dan sumber-sumber lain
b. Menyelenggarakan survei/penelitian bilamana diperlukan
c. Membuat Profil Kesehatan Provinsi untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian
Provinsi Sehat
d. Mengirim laporan berkala/Profil Kesehatan Provinsi ke Pemerintah Pusat
e. Memelihara bank data
f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen unit dan manajemen
Sistem Kesehatan Provinsi
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.
h. Melakukan bimbingan dan supervisi kegiatan informasi kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan unit-unit pelayanan kesehatan milik Daerah Provinsi.
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
SIKNAS adalah Sistem informasi yang berhubungan dengan sistem informasi lain baik
secara nasional maupun internasional dalam kerjasama yang paling menguntungkan. SIKNAS
dibangun dan dikembangkan dari berbagai jaringan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan
Propinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan Sistem Informasi
Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah Suatu Sistem Informasi yang mencakup Sub sistem
informasi yang dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek
Swasta, Apotek, Laboratorium), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sistem informasi pada
Dinas Kesehatan Propinsi.
Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online
ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun
2007. SIKNAS ONLINE mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data
yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.

C. Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes dengan
menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan adanya fasilitas
tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes
Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di
seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Barsasella, D. 2012. Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta. Mitra Wacana Medika

Departemen Kesehatan RI. 2006. Standar Tenaga Sistem Informasi Kesehatan.


Jakarta. Pusat Data dan Informasi Depkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peta Jalan Standarisasi Data dan Informasi
Kesehatan. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Depkes RI.

Setyawan, Dodiet Aditya. 2014. Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan SIKNAS dan SIKDA.
Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta.
PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
DALAM PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI PADA
DINAS KESEHATAN KOTA PAGAR ALAM
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Kasman
Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam
JalanMasik Siagim No.75 Simpang Mbacang Kec.Dempo Tengah Kota Pagar Alam
Sur-el :

Abstrak : Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan informasi
berbasis teknologi informasi dengan mengunakan Aplikasi Komunikasi Data (Komdat) yang
merupakan terobosan dalam pelayanan publik untuk mewujudkan pengelolan data dan informasi yang
baik. Objek penelitan ini adalah pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data
dan informasi dengan mengunakan Aplikasi Komunikasi Data (Komdat). Metode yang digunakan
dalam tesis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitan diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan informan, dokumentasi dan teknik observasi. Dalam penelitan ini Penulis juga
melihat tahapan proses pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan
informasi dengan mengunakan Aplikasi Komunikasi Data (Komdat) yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Pada Prinsipnya proses pelaksanan Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan informasi dilaksanakan melalui jaringan
SIKNAS online (VPN) dengan melalui media internet.
Dari hasil penelitan ini juga menunjukan walaupun baru dua tahun diterapkan namun pelaksanan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan informasi pada Dinas Kesehatan Kota
Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan mempunyai sisi keungulan dalam penyelengaran pengelolan
data dan informasi kesehatan.

Keywords: Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Pengelolan Data dan Informasi,
Efektivitas, Efisiensi, transparansi, akuntabiltas

Abstract : Implementation of Health Information System (HIS) in the management of data and
information by using information technology-based Data Communications Application (Komdat)
which is a breakthrough in the management of public services to achieve good data and information.
The object of this research is the implementation of Health Information System (SIK) in the
management of data and information by using Data Communication Application (Komdat). The
method used in this thesis is descriptive qualitative method. Research data was obtained through in-
depth interviews with informants, documentation and observation techniques. In this research the
authors also look at the implementation stage of the Health Information System (HIS) in the
management of data and information by using Data Communications Application (Komdat) carried
out by the Health Service Pagar Alam South Sumatra province. In principle the process of
implementing Health Information System (SIK) in the management of data and information
implemented through online network SIKNAS (VPN) through the internet media. From the results of
this research also shows for more than two years implemented but the implementation of Health
Information System (HIS) in the management of data and information on the Health Service Pagar
Alam South Sumatra Province has a forte in penyelengaran the management of data and health
information..

Keywords: Implementation of Health Information System (SIK), Data and Information Management,
Effectiveness, Efficiency, transparency, accountability

1. PENDAHULUAN bertujuan untuk meningkatkan kualitas


Kesehatan merupakan salah satu aspek layanan publik secara efektif, efisien,
yang mengalami banyak perkembangan dan transparan dan akuntabel. Salah satu bagian
perubahan terutama pada masa reformasi sat dari penerapan e- government adalah dalam
ini. Dengan adanya reformasi dibidang bidang kesehatan yang biasa dikenal dengan
kesehatan maka sat ini paradigma pelayanan istilah Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
kesehatan lebih difokuskan pada upaya – Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
upaya promotif dan preventif. Paradigma bertujuan untuk mengembangkan Sistem
sehat ini merupakan modal pembangunan Informasi Kesehatan yang komprehensif
kesehatan yang dalam jangka panjang akan berhasil guna dan berdaya guna dalam
mampu mendorong masyarakat bertindak mendukung pembangunan kesehatan
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan
terutama kesadaran akan pentingnya upaya berkeadilan. Sasaranya adalah tersedianya
kesehatan yang bersifat promotif dan informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap
proventif. dan sesuai dengan kebutuhan sebagai bahan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun dalam proses pengambilan keputusan untuk
2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan perumusan kebijakan, perencanan, pegerakan
(SIK) yang menjelaskan bahwa Sistem pelaksanan, pengendalian, pengawasan dan
Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu penilaian program kesehatan disemua tingkat
sistem pengelolan data dan informasi administrasi di unit pelayanan kesehatan.
kesehatan di semua tingkat pemerintah secara Dari pernyatan diatas Penulis ingin melihat
sistematis dan terintegrasi untuk mendukung apakah pelaksanan Sistem Informasi
manajemen kesehatan dalam rangka Kesehatan dalam pengelolan data dan
peningkatan pelayanan kesehatan kepada informasi yang dilakukan dilngkungan Dinas
masyarakat. Pemanfatan teknologi informasi Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi
dan komunikasi akan mendorong setiap Sumatera Selatan telah mencapai sasaran dan
instansi pemerintah untuk mengembangkan tujuan yang diharapkan, hal ini dapat dilhat
penyelengaran kepemerintahan yang berbasis dari proses serta pelaksanan Sistem Informasi
elektronik atau lebih dikenal dengan istilah Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan
electronic government government) yang

informasi pada Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam.


Sebagai bahan penelitan, penulis juga berkeadilan. Sasaranya adalah tersedianya
akan melihat bagaimana proses pelaksanan informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam dan sesuai dengan kebutuhan sebagai bahan
pengelolan data dan informasi pada Dinas dalam proses pengambilan keputusan untuk
Kesehatan Kota Pagar Alam, sebagaimana perumusan kebijakan, perencanan, pegerakan
diketahui selama ini pelaksanan Sistem pelaksanan, pengendalian, pengawasan dan
Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan penilaian program kesehatan disemua tingkat
data dan informasi di Kota Pagar Alam belum administrasi di unit pelayanan kesehatan.
dikelola secara optimal sehinga Dari pernyatan diatas Penulis ingin
mengakibatkan kurang akuratnya data dan melihat apakah pelaksanan Sistem Informasi
lambatnya pengiriman laporan data. Dalam Kesehatan dalam pengelolan data dan
era komputerisasi sat ini maka ada kewajiban informasi yang dilakukan dilngkungan Dinas
untuk melaksanakan pengelolan data yang Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi
merupakan sebagai bentuk reformasi Sumatera Selatan telah mencapai sasaran dan
pelayanan publik dalam pemanfatan Sistem tujuan yang diharapkan, hal ini dapat dilhat
Informasi Kesehatan di Kota Pagar Alam, dari proses serta pelaksanan Sistem Informasi
maka didalam pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan data dan
Kesehatan di Kota Pagar Alam, perlu dikaji informasi pada Dinas Kesehatan Kota Pagar
apakah telah berjalan sesuai dengan (e- Alam.
government) yang bertujuan untuk Sebagai bahan penelitan, penulis juga
meningkatkan kualitas layanan publik secara akan melihat bagaimana proses pelaksanan
efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam
Salah satu bagian dari penerapan e- pengelolan data dan informasi pada Dinas
government adalah dalam bidang kesehatan Kesehatan Kota Pagar Alam, sebagaimana
yang biasa dikenal dengan istilah Sistem diketahui selama ini pelaksanan Sistem
Informasi Kesehatan (SIK). Informasi Kesehatan (SIK) dalam pengelolan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) data dan informasi di Kota Pagar Alam belum
bertujuan untuk mengembangkan Sistem dikelola secara optimal sehinga
Informasi Kesehatan yang komprehensif mengakibatkan kurang akuratnya data dan
berhasil guna dan berdaya guna dalam lambatnya pengiriman laporan data. Dalam
mendukung pembangunan kesehatan era komputerisasi sat ini maka ada kewajiban
mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan untuk melaksanakan pengelolan data yang
merupakan sebagai bentuk reformasi
pelayanan publik dalam pemanfatan Sistem

Informasi Kesehatan di Kota Pagar Alam, maka didalam pelaksanan Sistem Informasi
Kesehatan di Kota Pagar Alam, perlu dikaji Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi
apakah telah berjalan sesuai dengan ketentuan Sumatera Selatan. Adapun Sistem Informasi
– ketentuan didalam pengelolan data dan Kesehatan (SIK) yang dimaksud penulis
informasi dengan memanfatkan Sistem hanya membatasi pada pengelolan data dan
Informasi Kesehatan (SIK). informasi kesehatan. Untuk lebih jelasnya,
Adapun tujuan diadakanya penelitan aspek - aspek penelitan dapat dilhat sebagai
ini adalah Untuk mengetahui bagaimana berikut :
pencapaian pelaksanan Sistem Informasi Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan
Kesehatan dalam pengelolan data dan dalam pengelolan data dan informasi
informasi pada Dinas Kesehatan Kota Pagar kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Pagar
Alam dan Untuk mengetahui kendala yang Alam, dilhat dari :
menjadi hambatan dalam pelaksanan Sistem a) Efektivitas pelaksanan SIK dalam
Informasi Kesehatan dalam pengelolan data pengelolan data dan informasi;
dan informasi pada Dinas Kesehatan Kota b) Efisensi pelaksanan SIK dalam pengelolan
Pagar Alam. data dan informasi;
2. METODE PENELITIAN c) Transparansi pelaksanan SIK dalam
Jenis penelitan ini adalah penelitan pengelolan data dan informasi;
deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu suatu d) Akuntabiltas pengelolan data dan
metode penelitan yang dilakukan dengan informasi dalam pemanfatan SIK.
tujuan utama untuk membuat gambaran atau Dalam penelitan ini prosedur
deskripsi tentang suatu keadan secara objektif pengumpulan data yang akan dilakukan
(Notoatmojo,202:34). Kualitatif yaitu suatu adalah sebagai berikut : Pengamatan /
jenis penelitan yang menghasilkan penemuan observation, wawancara / interview,
– penemuan yang tidak dapat dicapai dengan dokumentasi /document. Dalam menganalisis
mengunakan prosedur – prosedur statistik data, penelitan ini mengunakan analisis
atau dengan cara kuantifikasi lainya. Dalam deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
hal ini penelitan kualitatif mencoba kualitatif merupakan suatu teknik yang
menganalisis permasalahan yang terjadi mengambarkan dan menginterpretasikan arti
(Suwandi, dk, 208:5). data – data yang telah terkumpul dengan
Penelitan ini di fokuskan pada pelaksanan memberikan perhatian dan merekam
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam sebanyak mungkin aspek situasi yang terjadi
pengelolan data dan informasi pada Dinas pada sat itu, sehinga memperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh tentang keadan
yang sebenarnya.

2.1. Efisiensi Pada dasarnya pemerintah dituntut untuk


menyediakan pelayanan yang baik bagi petangungjawaban. Sedangkan indikator
warganya. Salah satu cara untuk menyediakan minimal dari akutabiltas adalah adanya
layanan yang baik dapat dilakukan melalui kesesuaian antara pelaksanan dengan standar
penerapan pengelolan data dibidang prosedur pelaksanan, adanya sangsi yang
kesehatan dengan mengunakan Sistem ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian
Informasi Kesehatan (SIK). Menurut dalam pelaksanan kegitan. Sedangkan
Mulyamah (1987:3) pengertian efisiensi perangkat pendukung indikator antara lain
adalah “Efisiensi merupakan suatu ukuran adanya mekanisme pertangungjawaban,
dalam membandingkan rencana pengunan laporan bulanan, triwulan, tahunan, laporan
masukan dengan pengunan yang pertangungjawaban sistem pemantauan
direalisasikan atau perkatan lain pengunan kinerja, sistem pengawasan dan mekanisme
yang sebenarnya”. reward and punishmenst.
2.2. Transparasi
Menurut Mardiasmo (201:24), 3. HASILDAN PEMBAHSAN (Font 12)
transparansi berarti keterbukan (openses),
3.1. Hasil Penelitian
pemerintah dalam memberikan informasi
Untuk mencerminkan upaya pelayanan
yang terkait dengan aktivitas pengelolan
publik yang baik sebagai bentuk reformasi
sumber daya publik kepada pihak – pihak
birokrasi dalam pengelolan data dan
yang membutuhkan informasi. Pemerintah
informasi di bidang kesehatan, selanjutnya
berkewajiban memberikan informasi
penelitan ini mencermati proses pelaksanan
keuangan dan informasi lainya yang akan
Sistem Informasi Kesehatan dalam
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh
pengelolan data dan informasi melalui
pihak – pihak berkepentingan.
dimensi – dimensi atau indikator prinsip –
2.3. Akuntabilitas
prinsip pengelolan Sistem Informasi
Menurut Mardiasmo (201:28)
Kesehatan yang baik sesuai dengan yang
akuntabiltas publik adalah kewajiban pihak
diamanahkan dalam Undang – undang nomor
pemegang amanah untuk memberikan
36 tahun 209 tentang kesehatan dan Peraturan
pertangungjawaban, menyajikan, melaporkan
Walikota Pagar Alam nomor 09 tahun 2015
dan mengungkapkan segala aktivitas dan
tentang penyelengaran sistem elektronik
kegiatan yang menjadi tangungjawabnya
pemerintahan (E-Government) di lingkungan
kepada pemberi amanah yang memilki hak
Pemerintah Kota Pagar Alam yaitu untuk
dan kewenangan untuk meminta
meningkatkan efektif, efisien, transparan dan
bisa dipertangung jawabkan (akuntabiltas)

dalam penyelengaran pemerintah. Efektivitas Sistem Informasi


3.1.1. Aspek Efektivitas Kesehatan didalam pengelolan data
dan informasi dari hasil penelitan ini proses pengelolan data dan informasi.
terlihat dari proses pengelolan data dan Efisiensi biaya yang tadinya manual
informasi kesehatan yang berjalan sangat menjadi otomatis, dan hal ini dapat
simpel dan sederhana. Tidak melalui mengurangi biaya salah satunya dengan
proses yang berbelit – belit. Pada Sistem penerapan Aplikasi Komunikasi Data
Informasi Kesehatan pengelola cukup pada pengelolan data dan informasi
melaksanakan semua proses dengan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota
menjalankan aplikasi melalui sistem Pagar Alam yang akan dapat menghemat
yang telah dirancang sedemikian rupa biaya pengiriman data dan
untuk menghindari terjadinya penyebarluasanya, karena lewat website
penyimpangan ataupun kesalahan data akan sangat murah dan penguna (user)
dan informasi kesehatan di dalam dapat melihat data kesehatan tersebut
pengelolan data dan informasi, tampilan dari mana saja diseluruh dunia dengan
menu utama pengelolan data dan browsing internet dengan alamat
informasi dapat dilhat pada gambar htp:/komdat.kemkes.go.id. Untuk
berikut ini : melihat efisiensi biaya, Penulis
melakukan wawancara dengan salah satu
pengelola sekaligus selaku sekretaris
pengelola Sistem Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam sdr.
Tomas Setiyadi, SKM, menyatakan :
“Di dalam pengoperasian proses
pengelolan data dan informasi kesehatan
Gambar 1. Tampilan Menu Utama pengelola cukup melaksanakan proses
Pengelolan Data dan Informasi dengan mengunakan aplikasi yang telah
disediakan, sehinga dalam hal ini dapat
3.1.2. Aspek Efisiensi menghemat biaya dalam pengelolan
maupun pengiriman data dan informasi”.
Pelaksanan Sistem Informasi Berdasarkan yang didapat dari
Kesehatan dalam pengelolan data dan hasil penelitan pada Dinas Kesehatan
informasi dimaksudkan agar terjadinya Kota Pagar Alam mengenai tercapainya
efisiensi dalam biaya dan waktu dalam efisiensi waktu pelakasanan Sistem
Informasi Kesehatan dalam pengelolan
data dan informasi kesehatan dimana
sebelumnya pengelolan data dan
informasi dalam pembuatan laporan

bulanan sering terlambat kadang kerja di bulan berikutnya, namun dengan


mencapai 20 sampai dengan 30 hari pengunan Sistem Informasi Kesehatan
dalam pengelolan data dan informasi tahap proses pengelolan data dan
dalam laporan bulanan dapat selesai 5 informasi kesehatan dari jenjang
hari kerja dibulan beriktutnya, begitu tingkat Puskesmas, tingkat Dinas
juga dalam proses pelaksanan Kesehatan Kota dalam bentuk laporan,
pengolahan laporan triwulan maupun segala tangung jawab pelaporan secara
tahunan. otomatis telah tersimpan di dalam
sistem (bank data) dan setiap
3.1.3 Aspek Transparansi masyarakat dapat melihat atau
Dari hasil penelitan pelaksanan mengakses pelaporan tersebut sebagai
Sistem Informasi Kesehatan bentuk pertangungjawaban dari
dalamvpengelolan data dan informasi pengelola Sistem Informasi Kesehatan,
kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota tampilan pengajuan data dan informasi
Pagar Alam yang didapat, transparansi kesehatan.
pengelolan data dan informasi
kesehatan telah dicapai dalam 3.2. Pembahasan Hasil Penelitian
penerapan Sistem Informasi Kesehatan. Mencermati aktivitas dan proses
Hal ini terlihat dari ketersedian data pengelolan data dan informasi yang
dan informasi bagi semua pihak dilaksanakan dilngkungan Dinas
didalam pengelolan data dan informasi Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi
dibidang kesehatan. Ketersedian data Sumatera Selatan dengan mengunakan
dan informasi kesehatan ini dibuktikan Sistem Informasi Kesehatan, maka dapat
dengan dapat diakses melalui browsing dikatakan bahwa berbagai aktivitas
internet dengan alamat tersebut telah memenuhi ketentuan
htp:/komdat.kemkes.go.id. sebagaimana yang telah diatur di dalam
3.1.4. Aspek Akuntabiltas Undang – undang nomor 36 tahun 209
Akuntabiltas Sistem Informasi tentang kesehatan dengan ketentuan lebih
Kesehatan dalam pengelolan data dan lanjut mengenai Sistem Informasi
informasi kesehatan pada Dinas Kesehatan diatur dengan Peraturan
Kesehatan Kota Pagar Alam dapat Pemerintah nomor 46 tahun 2014 tentang
dilhat dari adanya laporan dari setiap Sistem Informasi Kesehatan. Dari aspek –
aspek yang terkandung dalam prinsip –
prinsip pengelolan data dan informasi
kesehatan dengan Sistem Informasi

Kesehatan hasil penelitan yang dilakukan 3.1. Pencapaian Aspek Efektivitas


menunjukan : Menurut Sondang (201:24)
Efektivitas adalah pemanfatan sumber Undang – Undang nomor 36 tahun
daya, sarana dan prasarana dalam 209 pasal 168 ayat (1) menyebutkan
jumlah tertentu yang secara sadar untuk menyelengarakan upaya
ditetapkan sebelumnya untuk kesehatan yang efisien diperlukan
menghasilkan sejumlah data dan informasi kesehatan dan Peraturan
informasi yang dijalankanya. Walikota Pagar Alam nomor 09 tahun
Efektivitas menunjukan keberhasilan 2015 pasal 1 ayat (4) menyebutkan E-
dari segi tercapai tidaknya sasaran yang Government adalah pemanfatan
telah ditetapkan, jika hasil kegiatan teknologi informasi untuk
semakin mendekati sasaran, berarti meningkatkan efisiensi penyelengaran
makin tingi efektivitasnya. pemerintah. Efisiensi dapat terjadi
Efektivitas di dalam pengelolan dengan adanya proses elektronik,
data dan informasi kesehatan dalam tingkat efisiensi dapat dilhat dari segi
Sistem Informasi Kesehatan juga waktu dan biaya. Menurut Mulyamah
terlihat dari proses pengelolan data dan (1987:3) efisiensi merupakan suatu
informasi kesehatan yang berjalan ukuran dalam membandingkan rencana
sangat simpel dan sederhana. Hal ini pengunan masukan dengan pengunan
menunjukan bahwa penerapan Sistem yang direalisasikan atau perkatan lain
Informasi Kesehatan dalam pengelolan pengunan yang sebenarnya.
data dan informasi kesehatan pada Dalam perkembangan teknologi
Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam informasi ini, pengunan teknologi
Provinsi Sumatera Selatan telah komputer baik berupa software,
mencapai tujuan penyelengaran upaya denstop base, web base, media online
kesehatan dan penyelengaran E- atau internet sangat berpengaruh pada
Government pemerintahan yaitu efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Hal
tercapainya efektivitas Sistem yang tadinya dilakukan manual
Informasi Kesehatan dalam pengelolan menjadi otomatis dan hal ini sangat
data dan informasi kesehatan. mengurangi pemakaian waktu, tenaga
3.2. Pencapaian Aspek Efisiensi serta biaya untuk tenaga kerja.
Penerapan ilmu IT ini juga akan dapat
mempercepat kemajuan di bidang
kesehatan dengan semakin
meningkatnya pengelolan data dan

informasi kesehatan dengan waktu 3.3. Pencapaian Aspek Transparansi


yang lebih cepat. Transparansi didalam pengelolan
data dan informasi berarti semua 3.4. Pencapaian Aspek Akuntabiltas
ketentuan dan informasi mengenai Akuntabiltas publik adalah
kesehatan terbuka dan tersedia bagi kewajiban pihak pemegang amanah
semua penguna atau pengelola serta untuk memberikan pertangungjawaban,
masyarakat pada umumnya. Menurut menyajikan, melaporkan dan
Mardiasmo (201:24) transparansi mengungkapkan segala aktivitas dan
berarti keterbukan (openses) kegiatan yang menjadi tangung jawab
pemerintah dalam memberikan kepada pemberi amanah yang memilki
informasi yang terkait dengan aktivitas hak dan kewenangan untuk meminta
pengelolan sumber daya publik kepada pertangungjawaban sebagaimana yang
pihak – pihak yang membutuhkan data dikemukakan oleh Mardiasmo
dan informasi. Pemerintah (201:28). Data dan Informasi kesehatan
berkewajiban memberikan data dan tersebut sebelum disajikan, laporan
informasi lainya dibidang kesehatan dari Puskesmas terlebih dahulu
yang akan digunakan untuk dikonsulidasikan oleh pengelola Sistem
pengambilan keputusan oleh pihak – Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan
pihak yang berkepentingan. Kabupaten / Kota kepada bidang dan
Dari hasil pelaksanan Sistem subidang terkait setelah itu laporan
Informasi Kesehatan dalam pengelolan tersebut dikirim ke Dinas Kesahatan
data dan informasi kesehatan yang Provinsi untuk divalidasiyang akan
didapat, transparansi pengelolan data didapatkan hasil disetujui dan tidak
dan informasi kesehatan telah dicapai disetujui, apabila tidak disetujui akan
dalam penerapan Sistem Informasi dikembalikan ke Dinas Kesehatan
Kesehatan. Hal ini terlihat dari Kabupaten / Kota untuk diperbaiki dan
ketersedian data dan informasi bagi apabila disetujui langsung dapat di
semua pihak didalam pengelolan data kirim ke Departemen Kesehatan selaku
dan informasi kesehatan. Ketersedian pengelola Komunikasi Data (Komdat)
data dan informasi kesehatan ini untuk di verifikasi setelah itu data dan
dibuktikan dengan dapat diakses informasi kesehatan dapat di sajikan
melalui browsing website. atau dipublikasikan. Hal ini
menunjukan salah satu indikator
tercapainya segi akuntabiltas
pelaksanan Sistem Informasi
Kesehatan sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan.


4. SIMPULAN mendayagunakan tekhnologi informasi
Salah satu solusi untuk memperbaiki dan komunikasi masih kurang;
proses pengelolan data dan informasi  Fasiltas pendukung belum memadai
kesehatan adalah melalui penerapan Sistem pada pelaksanan Sistem Informasi
Informasi Kesehatan (SIK). Kementrian Kesehatan dalam pengelolan data dan
Kesehatan Republik Indonesia merupakan informasi melalui sarana teknologi
salah satu lembaga negara yang nformasi dan komunikasi serta;
menyelengarakan kegiatan pengelolan data  Komitmen dari pimpinan kegiatan yang
dan informasi kesehatan melalui Sistem belum maksimal dalam mewujudkan
Informasi Kesehatan yang telah di pengelolan data dan informasi yang baik.
laksanakan pada Dinas Kesehatan Kota
Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Dari DAFTAR RUJUKAN
hasil penelitan yang di lakukan, maka
Amirin, Tatang. M, 195, “Menyusun Rencana
kesimpulan yang di dapat dalam penelitan Penelitan”, cet, II, PT. Raja Grafindo
ini adalah : Persada :Jakarta.
Amsyah, Zulkifli, 197, “Manajemen Sistem
1. Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan Informasi”, Gramedia Pustaka Utama
dalam pengelolan data dan informasi :Jakarta.
Bambang, Wahyudi, 198, “Manajeman Sumber
pada Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam Daya Manusia”, cetakan pertama penerbit
Provinsi Sumatera Selatan menunjukan Sulita Bandung.
Dwiyanto, Agus, 205. “Pelayanan Publik” : PT.
telah tercapainya aspek efektivitas, Raja Grafindo Persada”, Jakarta.
efisiensi, transparansi dan akuntabiltas Gaspersz, Vincent, 197. “Manajemen Bisnis”.
Gramedia Pustaka Utama :Jakarta.
didalam pelaksananya. Gordon. B. Davis, 199, “Sistem Informasi
2. Sistem Informasi Kesehatan dalam Manajemen”, PT. Gramedia :Jakarta.
Indiahono, Dwiyanto, 209. “Teknologi Informasi
pengelolan data dan informasi yang Administrasi”, penerbit PSKK-UGM
mengunakan aplikasi Komunikasi Data :Jakarta.
Islamy, M. Irfan, 202. “Analisis Kebijakan
secara online merupakan inovasi baru Publik”. CV. Pustaka Setia : Bandung.
didalam memberikan pelayanan yang J.D.Steword, Nico, 207. “Transparansi dan
Akuntabiltas publik melalui E-
baik kepada publik, namun di dalam Govermnent”. Bayu Media Publising
penerapanya menghadapi beberapa :Malang.
Kurniawan, Agung, 205. “Transformasi
kendala seperti : Pelayanan Publik”. Penerbit Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
 Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal
Mahmudi, 205. “Manajemen Kenerja Sektor
ini pengelola yang memilki keterampilan Publik”. Yogyakarta : UP AMP YKPN.
Mardiasmo, 201. “Akuntansi Sektor Publik”.
Penerbit Andi :Jakarta.
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 64
2016

Moenir, H.A.S, 206. “Teori Organisasi”. Ghalia


Indonesia :Jakarta.
Moeleong, Lexy, 206. “Metodelogi Penelitan
Kualitatif”. PT. Remaja Rosdakarya
:Jakarta.
Muhammad Mahsun, 206. “Pengukuran Kinerja
Sektor Publik”. BPFE :Jakarta.
Mulyamah, 1987. “Manajemen Perubahan”. PT.
Pustaka Panjimas, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 202. “Metodologi
Penelitan Kesehatan”. PT. Rineka Cipta
:Jakarta.
Ratminto, Winarsih, 205. “Manajemen
Pelayanan”. Pustaka Utama : Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu. S.P, 1984. “Manajemen Dasar”.
Penerbit Gunung Agung : Jakarta. Sianipar, J.P.G,
198. “Manajemen Pelayanan Masyarakat”.
Lembaga Administrasi
Negara :Jakarta.
Siagian, P. Sondang., 201. “Analisis serta
Perumusan Kebijakan dan Strategi
Organisasi”. PT. Gunung Agung, Jakarta,
Sugiyono, 2014, Metode Penelitan Kombinasi,
Cetakan Kelima, Penerbit Alfabeta, Bandung
Susilo, Martoyo, 207. “Manajemen Sumber Daya
Manusia”. Pustaka Pelopor : Yogyakarta.
Tata Sutabri, 205. “Sistem Informasi Manajeman”,
Andi Ofset, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy, 202. “Strategi Pemasaran” penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama
:Jakarta.
Kumorotomo, Wahyudi 202. “Transformasi
Pelayanan Publik”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Waworuntu, Bob, 197. “ Sistem Administrasi
Negara”. Pustaka Pelajar : nYogyakarta.

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 65
2016

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 66
2016
Journal of Information Systems for Public Health Volume 1 No. 1 April 2016 Halaman 64 - 71

Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah


(SIKDA) Generik Di UPT. Puskesmas Gambut Kabupaten
Banjar
Khairina Isnawati1, Eko Nugroho2, Lutfan Lazuardi3
1
Seksi Data dan Informasi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
2
Program Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta 3Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta 1khairina.isna@gmail.com, 2nugroho@ugm.ac.id 3lutfanl@yahoo.com

Received: 8 Mei 2015 Accepted: 14 Desember 2015 Published online : 18 April 2016

ABSTRAK
Latar Belakang: Puskesmas sebagai pelaksana ABSTRACT
kesehatan terendah mengalami kesulitan dalam Background: Primary Health Care(PHC), the lowest
melakukan pelaporan karena banyaknya laporan yang healthcare operational units, have difficulties in
harus dibuat berdasarkan permintaan dari berbagai reporting things due to enormous number of reports to be
program di Kementerian Kesehatan. Aplikasi untuk completed based on the requirements of various
membuat berbagai laporan yang berbeda-beda programs available in the Ministry of Health. There were
menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, various overlapping applications for reporting, so it
sehingga menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu spend a lot of time and human resources. To meet the
dari petugas puskesmas. Untuk memenuhi kebutuhan reporting needs, Gambut PHC implemented applications
pelaporan tersebut, Puskesmas Gambut SIKDA Generik (Generic District Healthcare Information
mengimplementasikan aplikasi Sistem Informasi System).
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik). Methods: This research was a descriptive case study
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian design using qualitative methods, the data collected by in-
deskriptif rancangan studi kasus menggunakan metode depth interviews, filling the questionnaire by respondents,
kualitatif, data di kumpulkan dengan wawancara observation and document analysis. The subjects included
mendalam, pengisian kuisioner oleh responden, 16 people selected by purposive sampling, data analysis
observasi, dan telaah dokumen. Subyek penelitian using the method of constant comparative method.
berjumlah 16 orang dipilih secara purposive sampling, Results: The survey results revealed that the competence
Analisis data menggunakan metode constant comparative and number of human resources were still lacking so that
method. the competence of human resources need to be increased
Hasil: Dari hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi and the amount of human resources need to be added, the
dan jumlah SDM masih kurang sehingga kompetensi software application was often impaired and in need of
SDM perlu ditingkatkan dan jumlah SDM perlu di repair or updating software SIKDA Generik, application
tambah, software aplikasi sering mengalami gangguan implementation SIKDA Generik in Gambut Public
dan perlu perbaikan atau update software SIKDA Healthcare Center yet have decree of assignment, there
Generik, implementasi aplikasi SIKDA Generik di was no coordination socialization prior to the
Puskesmas Gambut belum memiliki SK penugasan, tidak implementation of the application, and no training or
ada koordinasi sosialisasi sebelum pengimplementasian guidance related applications led to the lack of
aplikasi dan tidak ada pelatihan atau bimbingan terkait knowledge of SIKDA Generik., quality of stillincomplete
aplikasi menyebabkan pengetahuan SDM terhadap but the data produced is accurate and timely, input and
aplikasi SIKDA Generik kurang. Kualitas data yang di implementation process of the application was still
hasilkan aplikasi SIKDA Generik belum lengkap namun lacking cause the lack of output.
data yang di hasilkan sudah akurat dan tepat waktu., Concluions: There needs to be a better governance for
input dan proses implementasi aplikasi di Puskesmas the implementation of SIKDA Generic.
Gambut masih kurang menyebabkan output yang
dihasilkan aplikasi juga kurang. Keywords : Routine performance information
Kesimpulan: Perlu adanya tata kelola yang lebih baik management, SIKDA Generik, Management information
untuk implementasi SIKDA Generik. system Primary Health Center.

Kata Kunci : Kinerja rutin manajemen informasi, SIKDA


Generik, Sistem informasi manajemen puskesmas.

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 67
2016
PENDAHULUAN Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan
Penerapan teknologi informasi dalam Dinas Kesehatan) yang disebut Sistem Informasi
pengelolaan data kesehatan sangat penting, sehingga Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).6(8).
memerlukan perhatian dan kerangka konseptual Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan
menyeluruh dalam kaitannya dengan pelaksanaan Health juga ingin mengembangkan sistem informasi kesehatan
Information Technology (HIT).1(2). Meningkatnya yang berbasis komputer dengan harapan data dan
penggunaan informasi membutuhkan peningkatan informasi yang dihasilkan dapat terintegrasi agar efisiensi
kualitas data dan produk informasi, yang pada gilirannya dan efektifitas kerja meningkat. Melihat gambaran latar
membutuhkan sistem informasi kesehatan yang lebih belakang tersebut peneliti ingin mengekplorasi
baik.2(10). Routine Health Information Systems (RHIS) implementasi Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan
dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan, Daerah (SIKDA) Generik di UPT. Puskesmas Gambut
memperkuat strategi sistem kesehatan di tingkat Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
kabupaten yang meliputi kualitas data yang relevan,
kelengkapan, ketepatan waktu, akurasi dan penggunaan METODE PENELITIAN
informasi untuk membantu pengambilan keputusan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
Routine Health Information Systems (RHIS) merupakan dengan rancangan studi kasus, menggunakan metode
rutinitas sistem yang luas, seperti sistem surveilans untuk kualitatif, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gambut
mengidentifikasi kejadian penyakit; catatan medis Kabupaten Banjar pada bulan Januari hingga Maret 2015.
individu (berbasis kertas atau elektronik) yang dapat Informan utama dalam penelitian ini yaitu Kepala Seksi
digunakan oleh dokter, perawat, dan jenis-jenis tenaga Data dan Informasi Kesehatan, Staff Seksi Data dan
kesehatan untuk meningkatkan kualitas layanan bagi Informasi Kesehatan, Kepala UPT. Puskesmas Gambut,
individu yang dapat digunakan oleh pejabat kabupaten Kepala TU. UPT. Puskesmas Gambut, dan 1 orang
untuk mengetahui layanan kesehatan yang diberikan dan Koordinator Pengelola SIKDA Generik di UPT.
sistem pendukung terkait, termasuk peralatan dan Puskesmas Gambut. Sedangkan informan pendukung
perlengkapan, keuangan, pembayaran, infrastruktur, dan terdiri atas 11 orang pemegang program di UPT.
sumber daya manusia.3(5). Puskesmas Gambut yaitu : 1 orang di bagian pendaftaran,
Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian 3 orang di bagian rawat jalan (poli umum, poli KIA, poli
Kesehatan Tahun 2015-2019, terdapat target strategis gigi), 1 orang di bagian IGD, 1 orang di bagian apotik, 1
untuk meningkatkan pengembangan Sistem Informasi orang di bagian laboratorium, 1 orang di bagian radiologi,
Kesehatan (SIK). Perencanaan kesehatan di tingkat 1 orang di bagian inventory medis, 1 orang di bagian non
Kementerian Kesehatan pada dasarnya sudah berjalan inventory medis, 1 orang di bagian kasir) yang diambil
dengan baik yang ditandai dengan pemanfaatan IT secara purposive sampling sebanyak 16 orang, Analisis
melalui sistem e-planning, e-budgeting dan e-monev. data menggunakan metode constant comparative method.
Permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan Data diperoleh dengan teknik Triangulasi yaitu
kesehatan antara lain adalah kurang tersedianya data dan wawancara mendalam dan pengisian kuisioner, 5 orang
informasi yang memadai, sesuai kebutuhan dan tepat informan akan di wawancara secara mendalam, 16 orang
waktu. Permasalahan juga muncul karena belum adanya informan (semua subyek penelitian) diminta untuk
mekanisme yang dapat menjamin keselarasan dan mengisi kuisioner pada lembar kuisioner yang telah
keterpaduan antara rencana dan anggaran Kementerian disediakan.
Kesehatan dengan rencana dan anggaran
kementerian/lembaga terkait serta Pemerintah Daerah
atau Pemda (Kabupaten, Kota, dan Provinsi), termasuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kompleksitas Formulir Prosedur Pengisian
pemanfaatan hasil evaluasi atau kajian untuk input dalam
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
proses penyusunan perencanaan.4(6). Menurut Kepmenkes
diketahui bahwa formulir isian pada aplikasi SIKDA
Nomor 551 tahun 2002 tentang kebijakan dan strategi
Generik ini memang sangat kompleks dan merepotkan
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
pengguna aplikasi di UPT. Puskesmas karena mereka
(SIKNAS) adalah memfasilitasi pengembangan Sistem
harus mengisi beberapa tabel yang berbeda dan cukup
Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).5 (3).
rumit, seperti kutipan hasil wawancara berikut :
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia
“nah… itu salah satu kendala dari aplikasi sikda
tidak berjalan secara optimal dan belum maksimal dalam
generik ini… kami nilai memang kalau… mungkin
memberikan informasi yang diperlukan dalam proses
mereka… untuk kelengkapan data…tapi untuk
pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem
kompleksitasnya itu yang sangat me…. me…
kesehatan. Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan
merepotkan pengguna di puskesmas… karena harus
terendah mengalami kesulitan dalam melakukan
mengisi beberapa tabel… yang berbeda dan cukup
pelaporan, dimana data antara satu laporan dari satu
rumit… mungkin itu…” (WM-Informan 5).
program dengan laporan lain dari program lainnya
Berdasarkan hasil analisis wawancara mendalam
memiliki dataset yang hampir sama. Di sisi lain, aplikasi
diketahui bahwa kompleksnya formulir prosedur isian
untuk membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda
pada aplikasi SIKDA Generik ini disebabkan banyaknya
sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam
menu dalam aplikasi yang membuat pengguna aplikasi di
pengerjaannya, maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi
Puskesmas Gambut kesulitan. Pengguna harus mengisi

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 68
2016
beberapa tabel yang berbeda dan cukup rumit, selain itu Kesehatan berisi agregasi pelaporan yang berasal dari
juga pengelola harus meminta atau membagikan formulir Puskesmas (baik menggunakan SIKDA elektronik
isian tersebut ke seluruh pemegang program untuk di isi maupun secara manual).
kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi SIKDA Formulir isian pada aplikasi SIKDA Generik
Generik. merupakan format isian yang tidak bisa dirubah atau
Aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas ditambah sesuai kebutuhan pelaporan di puskesmas.
Gambut adalah aplikasi SIKDA Generik versi terbaru. Hambatan lain pada pengisian form di aplikasi SIKDA
Versi terbaru dari SIKDA Generik ini memiliki konten Generik seperti di KIA, stok obat yang tidak terbaca,
yang telah disempurnakan dengan beberapa loading aplikasi pada saat menginput juga bermasalah,
fungsionalitas pendukung untuk pendataan kesehatan dan pengguna aplikasi SIKDA Generik di UPT.
daerah. Versi terbaru dari SIKDA Generik ini dihadirkan Puskesmas Gambut tidak diajari atau diberi pelatihan
guna menyempurnakan aplikasi SIKDA yang lalu. mengenai bagaimana cara mengisi formulir isian pada
SIKDA Generik versi terbaru ini dikenalkan dengan aplikasi ini, langkah-langkah menginput bagaimana cara
nama SIKDA Generik versi 1.3 . Fitur dan tampilan (user menginput data ke aplikasi pun sudah dapat mereka
interface) yang dihadirkan dalam SIKDA Generik 1.3 pahami.
adalah fitur dashboard yang lebih detail, menu yang lebih
kompleks, form fill-in yang telah dilengkapi, data yang 2. Kompetensi Petugas Sistem Informasi Kesehatan
secara otomatisasi tergeneralisasi, dan masih banyak lagi Sumber Daya Manusia yang
fitur yang disediakan dalam SIKDA Generik 1.3 guna mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik tidak
mempermudah pengguna dalam pengoperasiannya.7(7) memiliki keahlian khusus di bidang tersebut. selain itu
Beberapa fitur tambahan dalam aplikasi SIKDA belum ada upaya untuk meningkatkan kompetensi
Generik 1.3 ini adalah fasilitas untuk minimize dan petugas sistem informasi kesehatan.
maximize tampilan menu dan header yang terdapat pada Kompetensi merupakan seperangkat
samping kiri dan pada bagian atas. Menu tambahan yang pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dihadirkan dalam aplikasi SIKDA Generik 1.3 adalah dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan dalam
penyempurnaan dari versi sebelumnya. Penyempurnaan melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari hasil analisis
fasilitas ini adalah terdapat pada menu Transaksi, yaitu wawancara mendalam diketahui bahwa pada dasarnya
ditambah dengan sub menu Sarana. Bukan hanya dalam pengelola dan pemegang program yang
menu transaksi yang ditambah, akan tetapi pada versi ini mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini telah
SIKDA Generik juga ditambah dengan menu Kegiatan menguasai dasar aplikasi, selain itu rata-rata para
Luar Gedung untuk mendapatkan data kegiatan luar yang pemegang program atau staf puskesmas sudah mengetahu
lebih lengkap, misalnya kegiatan imunisasi, kesehatan cara mengoperasikan komputer yang merupakan dasar
lingkungan, dan posyandu. Kegiatan luar gedung tersebut dari pengimplementasian aplikasi SIKDA Generik ini,
mencakup semua kegiatan dalam kegiatan pendataan karena sebenarnya aplikasi SIKDA Generik ini mudah
tingkat kesehatan daerah baik kesehatan rumah sakit, untuk di operasikan. Untuk mengimplementasikan
imunisasi, restoran, beserta semua data yang terlibat di aplikasi SIKDA Generik ini Kementerian Kesehatan telah
dalamnya. Tambahan sub menu juga dihadirkan dalam menyiapkan panduan aplikasi SIKDA Generik dan
Laporan, dalam menu Laporan ini bukan hanya ada panduan pengguna SIKDA Generik di puskesmas.
Laporan Bulanan dan Laporan Jamkesmas, akan tetapi SDM yang mengimplementasikan aplikasi
ada juga Laporan Kunjungan guna mengupdate informasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut tidak
yang akan tergeneresisasi dalam SIKDA Generik untuk memiliki keahlian khusus di bidang komputerisasi,
pelaporan evaluasi. karena mereka adalah tenaga kesehatan yang diminta
Selain aplikasi SIKDA Generik 1.3 modul membantu mengimplementasikan aplikasi ini, namun
Puskesmas dikembangkan pula aplikasi SIKDA Generik ketertarikan serta hobby terhadap komputer juga adanya
1.3 modul Dinas Kesehatan. Modul ini bertujuan untuk tuntutan organisasi karena merupakan program
mengintegrasikan data dan informasi pada pelayanan pemerintah membuat mereka termotivasi. Upaya untuk
kesehatan yang telah menggunakan aplikasi SIKDA meningkatkan kompetensi petugas SIK tergantung dari
Generik 1.3 modul Puskesmas. kebijakan pimpinan/organisasi serta ketersediaan sarana
Fitur Transaksi pada aplikasi SIKDA Generik dan prasarana, pembiayaan, juga ketersediaan dan
1.3 modul Dinas Kesehatan berisi tentang stok obat kesiapan SDM.
masuk dan keluar pada gudang obat/instalasi farmasi Petugas, pengelola, pemegang program yang
Kabupaten/Kota serta sarana yang masuk dan keluar di mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini rata-
tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada SIKDA rata sudah paham dan bisa menggunakan komputer
Generik 1.3. Fitur Data Kesehatan pada SIKDA Generik semuanya, semuanya sudah menggunakan komputer
1.3 modul Dinas Kesehatan, berfungsi untuk untuk mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik.
mengakomodir data dari Puskesmas yang belum Petugas, pengelola, pemegang program yang
menggunakan SIKDA secara elektronik. Fitur pada mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini harus
SIKDA Generik 1.3 di tingkat Dinas Kesehatan lebih teliti lagi, karena kadang-kadang mereka harus
Kabupaten/Kota dikemas dalam bentuk data agregat. menyediakan waktu khusus atau meluangkan waktu
Fitur Laporan pada SIKDA Generik 1.3 modul Dinas untuk mengentry data ke aplikasi, sedangkan seharusnya

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 69
2016
data tersebut di entry langsung pada saat pasien datang. “yakanya tu kan… kembali sosialisasi dulu…
Agar tidak ada tumpukan pekerjaan karena tupoksi utama kayaapa cara menggunakan… manfaatnya kan ya
pekerjaan mereka adalah melakukan pelayanan kesehatan lo… gasan meringankan pekerjaan kita jua neh…
terhadap pasien puskesmas yang berkunjung atau berobat. yo lo…” (WM-Informan 1).
Untuk sementara petugas hanya membantu (seandainya saja… kembali sosialisasi dulu…
dalam hal entry data saja dan belum bisa melakukan seperti apa cara menggunakan… manfaatnya kan
instalasi aplikasi ini. Aplikasi SIKDA Generik dapat ya… untuk meringankan pekerjaan kita juga ini…
diinstall secara otomatis (khusus dengan OS Windows) ya kan…).
dan dapat diinstal secara manual. Belum ada upaya untuk
meningkatkan kemampuan atau kompetensi petugas Tidak ada Surat Keputusan (SK) yang menyatakan
sistem informasi kesehatan, petugas atau pengelola penunjukkan kepengurusan atau siapa saja pengelola atau
pemegang program aplikasi SIKDA Generik yang pernah petugas yang mengimplementasikan aplikasi SIKDA
melakukan pelatihan atau dikirim pelatihan oleh dinas Generik di UPT. Puskesmas Gambut. Hal tersebut
kesehatan kabupaten hanya 1 orang yaitu staf seksi data menyebabkan kesimpang siuran nama pengurus,petugas,
dan informasi kesehatan, itu pun pada saat akan dan pengelola aplikasi SIKDA Generik yang
mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik tersebut mengimplementasikan.Dinas Kesehatan Kabupaten
saja, padahal di dalam Undang-Undang Republik seharusnya membuatkan Surat Keputusan (SK)
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pengimplementasian aplikasi tersebut yang minimal
pasal 7 menyebutkan bahwa setiap orang berhak ditanda tangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan Banjar, agar sistem tata kelola aplikasi SIKDA Generik di
yang seimbang dan bertanggung jawab. Sistem Informasi UPT. Puskesmas Gambut mempunyai dasar
Kesehatan (SIK) nasional bertugas menjawab tantangan ketatakelolaan dari segi kepengurusan dan keanggotaan
ini. team pengimplementasian aplikasi SIKDA Generik.
Berdasarkan hasil telaah dokumen yaitu Tidak ada sosialisasi ke UPT. Puskesmas
dokumen telaahan staf dari Kepala Seksi Data dan Gambut sebelum adanya pengimplementasian aplikasi
Informasi Kesehatan Kab. Banjar kepada Kepala Dinas SIKDA Generik ini baik itu dari Dinas Kesehatan
Kesehatan Kab. Banjar perihal : mohon persetujuan untuk Kabupaten Banjar maupun dari Dinas Kesehatan Provinsi
konsultasi dan pembelajaran SIKDA Generik ke Kalimantan Selatan. Tidak ada advokasi dengan
PUSDATIN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pemerintah daerah (PEMDA) Kabupaten Banjar terkait
di Jakarta di ketahui bahwa satuorang pengelola aplikasi pengimplementasian aplikasi SIKDA Generik ini,
SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut ikut Advokasi adalah suatu bentuk tindakan yang menjurus
berangkat mengikuti konsultasi dan pembelajaran SIKDA pada pembelaan, dukungan, atau suatu bentuk
Generik ke PUSDATIN Kementerian Kesehatan rekomendasi, yaitu dukungan aktif.Advokasi adalah
Republik Indonesia di Jakarta, sebagai dasar sebuah upaya atau proses untuk mendapatkan komitmen
mendapatkan aplikasi SIKDA Generik dan upaya yang dalam hal ini di lakukan dengan cara persuasif yang
mendukung pemerintah dalam perwujudan program menggunakan keakuratan dan ketepatan suatu informasi.
eGovernment serta upaya menyediakan data yang real Misalkan advokasi kesehatan guna mendapatkan
time dengan pembuatan jaringan komputer. Semua komitmen di bidang kesehatan.8(1).
responden menilai bahwa Petugas SIK atau pengelola Advokasi dengan PEMDA Kabupaten Banjar
Aplikasi SIKDA Generik ini perlu dibekali keterampilan diharapkan dapat berupa pemasangan jaringan internet
atau keahlian khusus misalnya di bidang komputerisasi langsung online ke puskesmas, maupun pembuatan
(100 %). peraturan daerah mengenai segala sesuatu tentang
pelaporan online. Dukungan atau peranan pimpinan
3. Tata Kelola dalam tata kelola implementasi aplikasi SIKDA Generik
Tata kelola pengimplementasian aplikasi SIKDA di UPT. Puskesmas Gambut ini cukup berperan,
Generik di UPT. Puskesmas Gambut dianggap sudah meskipun seharusnya ada sistem evaluasi implementasi
cukup baik, hanya saja dalam pengimplementasiannya aplikasi, kemudian sarana prasarana yang harus
belum memiliki Surat Keputusan (SK) dilengkapi, serta pimpinan organisasi di tuntut untuk
pengimplementasian dan tidak ada sosialisasi terlebih tidak tanggung-tanggung dalam mendukung
dahulu sebelum adanya pengimplementasian aplikasi mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini dan
SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut, seperti harus menyeluruh di semua puskesmas, responden
kutipan hasil wawancara berikut ini : menilai bahwa ada dukungan dari pimpinan (dukungan
organisasi) (75 %). Komitmen yang kuat dari pimpinan
“kadada nah… kadada pang dasar SK nya… bahwa organisasi untuk tetap mengimplementasikan aplikasi
Gambut kena dianukan menjalankan ini… kadada SIKDA Generik juga sangat diperlukan.
pang lah samalam tuh…” (WM-Informan 1). Tata kelola aplikasi SIKDA Generik di UPT.
(tidak ada… tidak ada dasar SK nya… bahwa Puskesmas Gambut ini diharapkan dapat berjalan lebih
Gambut nantinya menjalankan ini… kemarin itu baik, karena nantinya jika aplikasi tersebut dapat berjalan
tidak ada…). dengan baik, maka akan menjadi tolak ukur untuk dapat
Pendapat informan lain : mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 70
2016
puskesmas lain di Kabupaten Banjar, karena di (18,8 %). Responden juga menilai implementasi aplikasi
Kabupaten Banjar Baru 1 puskesmas yang SIKDA Generik tidak sesuai dengan harapan (100 %).
mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik dari 23
puskesmas yang ada. Tata kelola pengimplementasian 4. Pelatihan dan Bimbingan
aplikasi SIKDA Generik ini lebih banyak oleh Dinas Tidak ada pelatihan khusus mengenai aplikasi
Kesehatan Kabupaten Banjar, sedangkan UPT. bagi petugas pengelola aplikasi SIKDA Generik di UPT.
Puskesmas Gambut hanya menjalankan atau Puskesmas Gambut, seperti kutipan hasil wawancara
mengimplementasikan kebijakan dari pimpinan saja. dengan informan berikut ini :
Pola tata kelola yang dapat diterapkan di UPT.
Puskesmas Gambut yaitu berdasarkan Pasal 13 Peraturan “untuk… yang ada hubungan dengan SIKDA…
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang kadada…”(WM-Informan 2).
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan (untuk… yang ada hubungan dengan SIKDA…
Umum Daerah (BLUD), pola tata kelola merupakan tidak ada…).
peraturan internal Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) atau Unit Kerja yang akan menerapkan Pola Bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD. Selanjutnya dalam Banjar sudah ada kepada UPT. Puskesmas Gambut
pasal 31 dan 32 Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 namun dirasa masih kurang dan dan sifatnya insidentil
disebutkan, BLUD beroperasi berdasarkan pola tata (tidak secara rutin) saja tidak bersifat bimbingan khusus,
kelola atau peraturan internal, yang memuat antara lain jika ada masalah baru mereka datang, seperti kutipan
adanya struktur organisasi, prosedur kerja, hasil wawancara berikut :
pengelompokan fungsi yang logis dan pengelolaan
sumber daya manusia. “ada… Cuma kan… sifatnya… apa ya… insidentil
Kebijakan atau regulasi mengenai aja gitu lho… nggak khsusus… misalnya kalo ada
pengimplementasian aplikasi SIKDA Generik di UPT. masalah baru mereka datang… kalo ada laporan
Puskesmas Gambut ini tidak begitu diketahui, baik itu kita… “ (WM-Informan 3).
oleh petugas pengelola pemegang program dari dinas
kesehatan maupun puskesmas, sebesar 25 % responden Dalam konteks perkembangan ekonomi global,
tidak mengetahui akan adanya kebijakan atau regulasi sumber daya manusia merupakan elemen penting dari
tersebut, responden menilai bahwa kebijakan mengenai kompetisi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
aplikasi SIKDA Generik ini tidak berjalan dengan baik Sejauh persaingan global ekonomi komputerisasi,
dan perlu direvisi serta perlu penguatan lagi (18,8 %), kualitas dan sumber daya manusia inventif akan menjadi
sedangkan 13 orang responden menilai bahwa kebijakan faktor utama yang membuat perbedaan antara negara-
tersebut sudah berjalan dengan baik (18,8 %). Beberapa negara di dunia. Statistik menunjukkan bahwa negara-
kebijakan terkait pengimplementasian aplikasi SIKDA negara Eropa menaruh perhatian khusus untuk pelatihan
Generik diantaranya: yang berkesinambungan dari sumber daya manusia,
1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 terutama karena perbedaan spesifik antara sumber daya
kewajiban pemerintah terhadap akses informasi; pasal manusia dari negara-negara anggota.
168 sistem informasi dan LS (mengamanatkan PP); Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan
pasal 169 kemudahan akses informasi. Adalah Pusat observasi tidak ada pelatihan khusus mengenai aplikasi
Data dan Informasi Kesehatan, unsur pendukung bagi petugas pengelola aplikasi SIKDA Generik di UPT.
pelaksanaan tugas Kementerian Kesehatan di bidang Puskesmas Gambut. Keikutsertaan petugas pengelola
data dan informasi kesehatan yang berada di bawah aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut
dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan pada pelatihan mengenai aplikasi SIKDA Generik ini
melalui Sekretaris Jenderal yang akan mengawal dan tergantung pada dikirim tidaknya peserta pelatihan
melaksanakan kebijakan SIKDA Generik Puskesmas; tersebut ke pelatihan yang diadakan, karena yang
2. Kepmenkes Nomor 551 tahun 2002 tentang kebijakan mengirim peserta untuk ikut pelatihan adalah dari Dinas
dan strategi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Banjar.
Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah memfasilitasi Tidak adanya pelatihan mengenai
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah pengimplementasian aplikasi dikarenakan terbatasnya
(SIKDA). Efektifnya SIKNAS tergantung oleh sarana prasarana, kesiapan dan tersediaan SDM yang
efektifnya SIKDA-SIKDA di provinsi maupun akan memberikan pelatihan juga SDM yang diberikan
kabupaten/kota; pelatihan. Keikutsertaan SDM pada pelatihan maupun
3. Kepmenkes Nomor 392 tahun 2002 tentang Petunjuk bimbingan yang diberikan kepada UPT. Puskesmas
Pelaksaaan Pengembangan Sistem Informasi Gambut terkait implementasi aplikasi ini tergantung pada
(SIKDA). kebijakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Dinas
Berdasarkan data distribusi frekuensi responden Kesehatan Kabupaten Banjar merupakan pihak yang
menilai tata kelola implementasi aplikasi SIKDA Generik lebih berperan menyelenggarakan pelatihan,
ini tidak berjalan dengan baik (87,5%), sedangkan mengirimkan atau mengikutsertakan SDM ke pelatihan
responden menilai bahwa tata kelola implementasi maupun memberikan bimbingan secara rutin. Kualitas
aplikasi SIKDA Generik ini telah berjalan dengan baik pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan SDM,

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 71
2016
bermakna strategis bagi pembangunan nasional. Artinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar untuk bertanya cara
masa depan sangat bergantung pada kualitas pendidikan menangani masalah dalam mengimplementasikan
masa kini.9(4) Pengembangan sikap dan skill serta aplikasi ini, agar langsung ada tanggapan dari Dinas
kemampuan yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan Kesehatan Kabupaten Banjar dan tidak merepotkan Seksi
membantu tujuan pegawai mencapai kariernya dengan Data dan Informasi Kesehatan untuk datang langsung ke
pengelolaan karier dan melakukan penilaian untuk UPT. Puskesmas Gambut. Satuorang pengelola aplikasi
dicarikan kekurangan kemudian diperbaiki.10 (9) SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut juga
Pelatihan mengenai sistem pencatatan pelaporan melakukan bimbingan kepada rekan-rekannya sesama
juga sangat diperlukan, apalagi jika sistem pencatatan pemegang program yang mengimplementasikan aplikasi
pelaporan tersebut berbasis teknologi informasi SIKDA Generik ini di puskesmas, di dampingi oleh seksi
(IT). Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu data dan informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar.
puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data Dari hasil analisa wawancara juga diketahui
umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di bimbingan yang diharapkan atau diinginkan oleh petugas
puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang pengelola pemegang program aplikasi SIKDA Generik di
ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan UPT. Puskesmas Gambut adalah bimbingan yang sesuai
Republik Indonesia Nomor 63/Menkes/SK/II/1981. dengan program puskesmas yang dijalankan di aplikasi
Hasil analisis data distribusi frekuensi SIKDA Generik, contohnya pemegang program gizi
keikutsertaan dalam pelatihan SIKDA Generik responden masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
menilai bahwa tidak pernah diikutkan pelatihan melakukan pelatihan kepada pemegang program gizi
sebelumnya (56,3%), sedangkan responden lain menilai masyarakat di UPT. Puskesmas Gambut, tujuannya agar
bahwa mereka pernah mengikuti pelatihan Aplikasi mereka memahami dengan jelas maksud atau istilah-
SIKDA Generik (43,8%), berdasarkan hasil observasi istilah dari inputan masing-masing program kesehatan di
responden yang menyatakan pernah ikut pelatihan adalah aplikasi SIKDA Generik puskesmas.
mereka yang mengikuti pelatihan dari 1 orang pengelola Semua resonden menilai bahwa perlunya
aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut, bimbingan untuk mengimplementasikan aplikasi SIKDA
bukan pelatihan khusus untuk aplikasi tersebut, karena Generik (100%) mereka juga menilai bahwa waktu dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar hanya mengirim 1 bimbingan khusus sangat diperlukan untuk
(satu) orang pengelola aplikasi SIKDA Generik UPT. mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik (100%).
Puskesmas Gambut untuk konsultasi pengenalan aplikasi
SIKDA Generik langsung ke PUSDATIN Kementerian 5. Ketersediaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Republik Indonesia di Jakarta. Sedangkan Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
berdasarkan hasil penilaian, responden menilai bahwa informan diketahui bahwa jumlah sumber daya manusia
mereka bersedia mengikuti pelatihan Aplikasi SIKDA yang ada di UPT. Puskesmas Gambut sebanyak
Generik lagi (75 %). enamorang pemegang program puskesmas dengan satu
Dari hasil analisis wawancara dan observasi orang pengelola atau koordinator aplikasi SIKDA
diketahui bahwa bimbingan dari Dinas Kesehatan Generik ini di puskesmas, di tambah Kepala UPT.
Kabupaten Banjar sudah ada kepada UPT. Puskesmas Puskesmas Gambut dan Kepala TU. UPT. Puskesmas
Gambut namun di rasa masih kurang dan sifatnya Gambut. seperti kutipan hasil wawancara dibawah ini :
insidentil (tidak secara rutin) saja tidak bersifat
bimbingan khusus. Jika ada masalah atau kerusakan “tiap ruangan ada… berapa yu… semalam tu kan
aplikasi SIKDA Generik saja maka dilakukan komputer yang disediakan pertama empat… kita
penanganan atau perbaikan dari Seksi Data dan Informasi tambah dua… enamorang mungkin… bisa…”
Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. (WM-Informan 2).
Dari hasil analisis wawancara mendalam
diketahui bahwa bimbingan yang diberikan dari Dinas Tidak ada petugas khusus di tiap ruangan yang
Kesehatan Kabupaten Banjar terutama dari Seksi Data bertugas untuk mengimplementasikan aplikasi SIKDA
dan Informasi Kesehatan, adalah bimbingan bagimana Generik di UPT. Puskesmas Gambut ini, padahal
cara menginput data hingga bagaimana cara mencetak seharusnya ditiap ruangan itu ada petugas khusus untuk
data dengan terjun langsung kelapangan. Fungsi terjun mengimplementasikan aplikasi ini.
langsung kelapangan adalah untuk mengetahui kondisi Program pokok puskesmas merupakan program
atau keadaan sebenarnya dari pengimplementasian pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan karena
aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut. mempunyai daya yang besar terhadap peningkatan derajat
Hasil analisis wawancara bimbingan yang telah kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6
dilakukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu:
kepada UPT. Puskesmas Gambut sudah bagus asalkan program pengobatan (kuratif dan rehabilitative), promosi
tidak ada kendala atau kerusakan pada aplikasi SIKDA kesehatan, pelayanan KIA KB, pencegahan dan
Generik itu sendiri. pengendalian penyakit menular dan tidak menular,
Dalam hasil analisis wawancara didapat kesehatan lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat.Ke
informasi bahwa pengelola aplikasi SIKDA Generik 6 pokok program itu seharusnya ada SDM yang
UPT. Puskesmas Gambut kadang datang langsung ke menyiapkan pelaporan terkait program yang mereka

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 72
2016
pegang dan data tersebut juga harus di input ke dalam SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut ini yang
aplikasi SIKDA Generik puskesmas. dapat digunakan hanya data kesakitan atau LB1. Semua
Sumber daya manusia yang memberikan data kesakitan terekam baik di aplikasi SIKDA Generik
pelayanan profesional untuk promosi kesehatan ini, kualitas data dari aplikasi SIKDA Generik ini sudah
masyarakat setempat, termasuk pemeriksaan kesehatan berkualitas, akan tetapi belum bisa menggambarkan
sindrom metabolik, konseling dan pendidikan kesehatan, tingkat kesehatan di wilayah Gambut, dengan adanya
rujukan dan manajemen tindak lanjut, dan evaluasi. SDM aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut ini
ini akan membantu memperkuat layanan perawatan maka diharapkan aplikasi dapat membantu untuk
multidisiplin, dan tanggung jawab utama mereka membuat kesimpulan mengenai kondisi kesehatan
termasuk membangun jaringan profesional, bersama ataupun kriteria suatu penyakit di wilayah Gambut.
dengan koordinasi dan manajemen. Dari hasil analisis wawancara mendalam
Idealnya satu ruangan itu satu orang khusus diketahui kualitas data yang dihasilkan aplikasi SIKDA
menangani aplikasi SIKDA Generik di puskesmas, Generik di UPT. Puskesmas Gambut ini tidak sesuai
namun karena SDM tidak mencukupi akhirnya yang dengan laporan yang diminta oleh Dinas Kesehatan
ditugaskan hanya beberapa orang saja. Sumber daya Kabupaten Banjar, sehingga ada double dalam
manusia yang seharusnya mengimplementasikan aplikasi mengerjakan laporan oleh petugas pengelola data
SIKDA Generik ini adalah berdasarkan konsep software informasi kesehatan di puskesmas. Data informasi yang
SIKDA Generik yang di dalamnya terdapat beberapa dihasilkan aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas
modul yang mana masing-masing modul tersebut Gambut ini belum lengkap namun sudah cukup akurat
seharusnya ada yang melakukan input data. . dan tepat waktu, akan tetapi jika ada kerusakan lagi pada
Sumber daya manusia yang hardware maupun software maka para petugas pengelola
mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini aplikasi SIKDA Generik tidak lagi mengimplementasikan
harusnya disesuaikan dengan jenis pelayanan di UPT. aplikasi SIKDA Generik ini. Berdasarkan wawancara
Puskesmas Gambut. Sebuah komponen kunci dari mendalam diketahui juga bahwa agar data yang di
kapasitas sistem kesehatan publik untuk memberikan hasilkan berkualitas, akurat, lengkap dan tepat waktu
layanan adalah sumber daya manusia, dan kekurangan maka yang paling penting adalah harus ada komitmen
tenaga kesehatan dapat menjadi penghalang untuk dan ketekunan serta kedisiplinan petugas.
mencapai tujuan pembangunan milenium.
Sumber daya manusia yang
mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini
KESIMPULAN DAN SARAN
Input implementasi aplikasi SIKDA Generik :
sebaiknya memiliki kemampuan mengoperasikan
kompleksnya formulir prosedur isian aplikasi
komputer khususnya aplikasi SIKDA Generik ini dan
dikarenakan banyaknya menu-menu/fitur baru aplikasi
memiliki latar belakang ilmu yang sesuai misalnya tenaga
SIKDA Generik, kompetensi petugas SIK masih kurang,
rekam medis, selain itu SDM harus sudah dilatih dan
Tata kelola sudah berjalan cukup baik hanya saja tidak
diberikan pendidikan terkait aplikasi SIKDA Generik ini,
ada SK kepengurusan pengimplementasian aplikasi serta
sehingga SDM di puskesmas tidak hanya sekedar
tidak ada koordinasi sosialisasi terlebih dahulu sebelum
mengetahui cara mengoperasikan aplikasi tetapi juga
pengimplementasian aplikasi, pelatihan dan bimbingan
mengetahui tujuan manfaat dari aplikasi SIKDA Generik.
juga masih kurang; Sedangkan dari proses implementasi
Berdasarkan data distribusi frekuensi
aplikasi SIKDA Generik, kurangnya SDM menyebabkan
responden menilai bahwa perlu tambahan SDM untuk
proses yang ada dalam pengimplementasian aplikasi ini
mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini
juga kurang; Output yang dihasilkan kualitas datanya
(81,3%). Kurangnya jumlah SDM disebabkan karena
sudah baik, akurat dan tepat waktu, laporan atau output
mayoritas SDM puskesmas adalah tenaga kesehatan yang
yang dihasilkan aplikasi SIKDA Generik kurang karena
tupoksi utamanya memberikan pelayanan kesehatan
proses dan input kurang.
kepada masyarakat, karena itu dibutuhkan SDM
Untuk pengimplementasian aplikasi SIKDA
tambahan untuk membantu mengimplementasikan
Generik selanjutnya sebaiknya dibuat tata kelola yang
aplikasi ini. SDM yang mengimplementasikan aplikasi
lebih baik. Perlu ada SOP yang jelas dan SK penunjukkan
harus memiliki kemauan, keterampilan, kemampuan
kepengurusan SDM dengan begitu koordinasi dan
mengoperasikan komputer serta lebih diutamakan
sosialisasi akan ke Puskesmas bisa lebih baik.
memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai misalnya
tenaga rekam medis. Jumlah SDM yang kurang
menyebabkan tenaga yang melakukan input serta proses KEPUSTAKAAN
pengimplementasian aplikasi juga kurang. 1. Cresswell, K., & Sheikh, A. Organizational issues in
the implementation and adoption of health
6. Kualitas Data Yang Baik (Lengkap, Tepat information technology innovations: an interpretative
Waktu Dan Akurat) review. International Journal of Medical
Kualitas data yang baik merupakan modal utama Informatics, 2013; 82(5), e73–86. Retrieved from
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S13
mencapai tujuannya. Dari hasil analisis wawancara 86505612001992
mendalam dan observasi, data yang dihasilkan aplikasi
2. United States Government. GHI: Building on and Expanding Existing Platforms. 2011. Retrieved from
Jurnal Sistem Informasi Kesehatan
Masyarakat
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 73
2016
http://www.ghi.gov/what/platforms/index.html. Internationale Zussamenarbeite) Pusat Data dan
3. Hotchkiss, D. R., Diana, M. L., & Foreit, K. G. F. Informasi Kementerian Kesehatan Republik
How can routine health information systems improve Indonesia. 2011.
health systems functioning in low- and middle- 7. Kemenkes RI. SIKDA GENERIK Hadir Dengan
income countries? Assessing the evidence base. Versi Terbaru. 2014. Retrieved from
2015; p. 50. Amerika Serikat. Retrieved from http://sikda.depkes.go.id/?p=289
http://www.cpc.unc.edu/measure/publications/sr-11- 8. Anggraeni, D. Pengertian Advokasi. 2014. Retrieved
65 from
4. Kemenkes RI. Rencana Strategis Kementerian http://www.teksdrama.com/2014/02/pengertian-
Kesehatan Tahun 2015 - 2019. Jakarta; 2015.
advokasi.html
5. Depkes RI. Kebijakan dan Strategi Pengembangan
9. Hariandja, M. T. E. Manajemen Sumber Daya
Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Jakarta:
Manusia, Pengadaan Pengembangan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002.
Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas
6. Saparingga, R. SIKDA Generik Persyaratan Sistem
Pegawai. (Y. Hardiwati, Ed.). Jakarta: PT. Grasindo.
& Dataset Minimum. Jakarta: Bidang Sistem
2007.
Informasi Kesehatan GIZ (Gesselschaft fur
10. Suprapto, T. Pengantar Teori & Manajemen
Komunikasi. (Ratino, Ed.). Yogyakarta: Media
Pressindo. 2009.

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan


Masyarakat
J Int Comp & He Inf. pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186

Vol. 1, No. 1, March https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jichi

Korespondensi Khairina Isnawati


khairina.isna@gmail.com
Gedung Berintan Lantai 1, Jalan A Yani Km. 40, Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan

Journal of Intelligent Computing and Health Informatics

Evaluation of Optima Regional Health Information


System with HOT-Fit on Technology Aspects Approach
in Johar Baru Health Center Jakarta

Research Article

Ahmad Fauzan, Noviandi*

Department of Statistics, Akademi Ilmu Statistika Muhammadiyah Semarang, Semarang 50185, Indonesia

*
noviandi@esaunggul.ac.id (coresponden author) ahmadfauzan.af.19@gmail.com

Article history: Received: 28 Dec


2019
Accepted: 22 Mar 2020
Available online: 31 Mar 2020

ABSTRACT
The Information technology development has affected various sectors, including health services. The several technologies have been used to impro
quality of system, information, and services that is used at Johar Baru Health Center have a significant influence on the satisfaction of SIKDA Optima
Keywords : Health services tecnology, SIKDA optima, hot fit.

This is an open access article under the CC–BY-SA license. rights reserved

Copyright © 2019 Journal of Intelligent Computing and Health Informatics. All


J Int Comp & He Inf. pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186

Vol. 1, No. 1, March https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jichi

J Int Comp & He Inf. @JICHI 2020


https://doi.org/10.26714/jichi.v1i1.5397
10
Ahmad Fauzan &
Noviandi

1. INTRODUCTION and organizational environment to the organizational


structure.
The health information system (HIS) is an important aspect Report by (Jannah & Salsabila, 2019), to evaluate SIKDA
in supporting health development in Indonesia. According optima from the aspect of human resources (HR). From 79
to Indonesian Government Regulation No. 46 of 2014, HIS samples of users who use SIKDA Optima from the HR
is a set of structures that includes integrated data, aspect shows that there is a significant influence with the
information, indicators, procedures, tools, technology and real benefit equation of 5.716 - 0.016 system users + 0.776
human resources to direct actions or decisions that are SIKDA Optima user satisfaction and system user
beneficial to support health development (Indonesia, satisfaction by 66.6%.
2014). In this research we use HOT-Fit is an evaluation method
The government by the ministry of health has developed that can be used to measure four aspects of technology.
HIS nationally which aims to provide useful information Why? because based on two previous researchers Jannah
for decision making in carrying out each health program and Putri who evaluated the system from the aspects of HR
(Thenu et al., 2016). One of the developments of HIS in and the organization of the benefits.
Indonesia is the Regional Health Information System or
SIKDA. SIKDA was developed by health service unit
2. THE MATERIAL AND METHOD
nationally, or namely SIKDA generic. SIKDA generic can
connect online and be integrated in all public health center 2.1 Health Information System (HIS)
or often called puskesmas, hospitals and other health
facilities. However, the application of generic SIKDA in The Health Information System (HIS) is a system that
every puskesmas is considered unable to cover all needs, integrates data collection, processing, reporting and use of
therefore each puskesmas optimizes SIKDA (SIKDA information to improve the effectiveness and efficiency of
optima). More than that, SIKDA Optima needs to be health services through better management at all levels of
evaluated, it is related to information needs that have an health (Susanto & Sukakdi, 2011).
impact on the quality of data and production of information In achieving good health status, it is necessary to develop
generated from existing information systems (Isnawati et HIS. Integrated HIS by level of health services such as
al., 2016). SIKNAS and SIKDA can help with good health.
System evaluation methods have been widely reported 2.2 SIKDA
including Technology Acceptance Model (TAM) (Kamal
et al., 2020). Unified Theory of Acceptance and Use of The Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) is an
Technology (UTAUT) (Anwar et al., 2012), Human, information system that includes information systems
Organization and Technology-Fit (HOT-Fit) (Erlirianto et developed in health service units (Puskesmas, Hospitals,
al., 2015), Performance, Information, Economics, Polyclinics, Private Practices, Pharmacies, Laboratories),
Controls, Efficiency and Service (PIECES) (Tullah & District / City Health Office information systems, and
Hanafri, 2014), and many more in the fields of education, Provincial Health Office information systems. The
data retrieval and health information systems. development of SIKDA, facilitation of its development is
The TAM’s evaluation method have advantages in carried out by first helping regions reorganize their health
evaluating systems, such as, seeing two aspects of systems and reformulate Health Management in Regional
perceived usefulness and perceived of use (Ayanlade et al., Health Systems (SKD). In this case cooperation forums
2019), UTAUT of performance expectancy, effort will be developed both at the provincial level and at the
expectancy, social influences, and facilitating conditions district / city level. Afterwards, information, indicators and
(Gunawan, 2018). Both methods only assess whether the data needs as well as the information system are
system being evaluated is acceptable to the user, but it is formulated (Isnawati et al., 2016). In this research, SIKDA
not seen from the aspects of human, organization, are grouped according to their nature, namely generic
technology and the benefits provided. HOT-Fit is a method SIKDA and SIKDA Optima.
used to measure these four aspects.
The HOT-Fit method is used to evaluate systems that have 2.2.1 SIKDA Generic
long been used. By (Sibuea et al., 2017) reported that Generic SIKDA was developed in order to improve health
evaluated a system that has been used for 8 years at a love services through the use of communication information
group hospital. Data collected were analyzed quantitatively technology. This application is the application of Health
using multiple regression. The results of his research show Information System standardization so that it is expected
the impact on system user satisfaction, positive influence that data and information on health that is fast, precise and
of users on the system, positive user satisfaction on the accurate are available by utilizing information and
quality of information produced, service quality, system communication technology in decision making/policy in
quality on organizational structure, service quality on user the health sector (RI, 2011) (Fig. 1).
satisfaction, system quality on organizational structure,
service quality on organization
Evaluation of Optima Regional Health Information System with HOT-Fit on Technology Aspects Approach in Health Center 11
Area

of Johar Baru Health Center

assesses the system from the aspect of user satisfaction.


The organizational component evaluates the system from
aspects of the structure and environment of the
organization. The technology component consists of
system quality, information quality and service quality
(Hakam, 2016).
The variables and indicators used in this study are:
1) Technology as measured by the system quality
• system quality: user friendly system,
completeness of the system (functionality or
features), performance, and security;
• information quality: content usefulness;
• service quality: system response and technical
support.
Fig. 1. Workflow of the SIKDA generic model. 2) Net Benefit
• measured from the efficiency and effectiveness
2.2.2 SIKDA Optima of the work;
• assist in decision making.
SIKDA Optima is a SIKDA generic that is optimized
according to the needs of the puskesmas involving third
parties, namely vendors. SIKDA generic is used to
2.4 Frame of Mind
facilitate puskesmas staff when reporting to various The influence factors of Net Benefit (benefits of SIKDA
programs within the Ministry of Health. The SIKDA Optima) in the framework of thinking are only seen from
Generik is expected to flow data from the lowest level to the technological aspects that can affect the success of the
the central level to run smoothly, standardized, on time, SIKDA Optima application, see Fig. 3.
and accurately as expected.
2.3 HOT-Fit Model
HOT-Fit is a system evaluation model that provides a new
framework from the aspects of human, organization and
technology. This framework is built based on the IS
Success model and the IT organization Fit model (Yusof et
al., 2006), see Fig. 2. The Important components such as
human, organization and technology in the IS Success
model will be discussed in the HOT-Fit model.

Fig. 3. The frame of mind of the proposed method


2.5 Research Hypothesis
Based on the model theory that has been described in Fig.
3 can be drawn research hypotheses, as follows:
H1: There is an influence of the quality of the system (SIKDA
Fig. 2. Framework of the HOT-Fit model. optima) on the tangible benefits of SIKDA optima in the
Johar Baru Health Center Area, Jakarta.
HOT-Fit models have been used successfully to identify H2: There is an influence of information quality on the real
factors, dimensions and measurement indicators, and able benefits of SIKDA Optima in the Johar Baru Health Center
to identify the relationship and conceptual appropriateness Area, Jakarta.
of human, technological and organizational factors. H3: There is an effect of service quality on the real
The human component is assessing an information system benefits of SIKDA Optima in the Johar Baru Health Center
in terms of the system users, the level of its users, Area, Jakarta
training, knowledge, expectations, and attitudes towards System evaluation using the HOT-Fit model was carried
or against the system. In addition, this component also out in the Johar Baru I, II and III Puskesmas with a
population of 98 SIKDA Optima users consisting of
12 Ahmad Fauzan &
Noviandi

doctors, nurses, midwives, pharmacy, PMIK and admin. SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central
From the total population, determined the sample that will Jakarta in 2019.
be used in this study. Determination of the sample using
the slovin method (Singh & Masuku, 2014). Costumer satisfaction Total %
𝑁
𝑛= (1) Less satisfied 15 18,99
1+(𝑒2)
Quite satisfied 12 27,85
where
Satisfied 31 39,24
N : population
Very satisfied 11 13,92
n : sample
e : error value.
we use 0,05 as value of p-value. 3.2 System Quality
The number of samples we used based on Equation 1 is 79
users. The application of SIKDA Optima system in the Johar
Baru Health Center Area, Central Jakarta is said to be
2.6 Data Analysis good. It can be seen from 79 users, 47 users with 59.50%
stated that the quality of the SIKDA Optima system is
There are two techniques used in this study, namely
good (see, Table 2). Based on the results of the calculation
univariate analysis and multivariate analysis:
of the score of user answers to the quality of the SIKDA
1) univariate analysis: this technique aims to Optima system shows that the average deviation of the
explain each of the research variables. This sample is said to be good with an accuracy value of 2.305
analysis describes or describes the dependent and an average value of 16.09.
variable (real benefit) and the independent
Table 2. Frequency distribution of system quality for
variable (system usage and user satisfaction)
SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central
2) multivariate analysis: Multivariate analysis is Jakarta in 2019.
used for processing a large number of variables
which aim to find the effect of these variables System of quality Total %
on an object simultaneously or simultaneously. Less 16 20,25
In this study multivariate analysis was used to Enough 10 12,66
determine the quality of the system, the quality
Well 47 59,50
of information and the quality of services to the
real benefits (Net Benefits) of SIKDA Optima. Very good 6 7,59
The statistical test used in this study is multiple
linear regression to measure the effect of more
than one independent variable on the dependent 3.3 Information Quality
variable. Table 3. Frequency distribution of information quality for
𝑌 = + 𝑏1. 𝑥1 + 𝑏 2. 𝑥 2 + 𝑏3 𝑥3 (2) SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central
Where: Jakarta in 2019.
Y : Dependent variable System of quality Total %
X1 : Independent variable (system quality) Less 9 11,39
X2 : Independent variable (information quality) X3 : Enough 21 26,58
Independent variable (service quality)
a : Constants Well 34 43,04
b : Regression coefficients for each variable Very good 15 18,99

3. RESULT AND DISCUSSION As you can see in Table 3, it shows the quality of Optima
Information SIKDA in the Johar Baru Jakarta Health
3.1 Costumer Satisfaction Center, which is 11.39% less, 26.58% sufficient, 43.04%
In Table 1 shows the satisfaction of SIKDA Optima users good and 18.99% very good. So, it can be concluded that
in the Johar Baru Health Center Area of Central Jakarta it the information quality of SIKDA Optima in Johar Baru
is concluded that users are satisfied with SIKDA Optima is Health Center is already good in the application of SIKDA
39.24% and the number of users is 31 out of 79 users. Optima.
Based on questionnaire answers from 79 respondents who The information quality generated by SIKDA Optima
used SIKDA Optima obtained SIKDA user satisfaction based on system users is good performance at 62.03% with
results expressed satisfaction of 53.16% with satisfaction three categories:
categories are: 1. SIKDA Optima can be accounted for at 87.3%
1. SIKDA Optima is easy to use (81.0%) 2. Information generated in accordance with the data
2. SIKDA Optima helps in completing work (81.0%) entered in SIKDA Optima is 84.8%
3. SIKDA Optima improves the works quality. 3. Ease to reading information is 83.5%
Table 1. Frequency distribution of information quality for
Evaluation of Optima Regional Health Information System with HOT-Fit on Technology Aspects Approach in Health Center 13
Area of Johar Baru Health Center
pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186, Vol. 1, No. 1, March 2020, pp.9-14

3.4 Service Quality 0.757 and 0.358 respectively. The results of multiple linear
Table 4. Frequency distribution of service quality for regression tests are = -3,832 + 0,549(KS) + 0,757(KI) +
SIKDA Optima in Johar Baru health center area of central 0,359(KL).
Jakarta in 2019. Increasingly a system quality value (X1) will increase the
value of user satisfaction. The p-value is 0.001 <0.05, so
Service quality Total %
the quality of the system has a significant influence on user
Less 15 18,99 satisfaction. Increasing the value of information quality
Enough 24 30,38 will increase the value of user satisfaction with a p-value of
0.00 <0.05 so that the information quality variable
Well 30 37,97
significantly influences user satisfaction. Service quality
Very good 10 12,66 has a significant influence on user satisfaction with a p-
value of 0.09 <0.05.
As you can see in Table 4, that the quality of SIKDA The results of determination's coefficient indicate a
Optima services in the Johar Baru Jakarta Health Center significant effect between the variables of system quality,
Area is in the good category, namely lacking (18.99%), information quality, service quality on user satisfaction
sufficient (30.38%), good (37.97%) and very good with R2 of 0.62.
(12.66%). It can be concluded that the quality of the
SIKDA Optima services in the Johar Baru Health Center 4. CONCLUSION
area is already good to apply.
According to the user's system that services quality that The SIKDA Optima user satisfaction in the Johar Baru
provided by SIKDA Optima is a good service that is equal Jakarta Health Center area was said to be satisfied by
to 50.63%, where there are three evaluation criteria: 53.16% and unsatisfied by 46.84% this is because the
1. System can be accessed from anywhere is 72.2% information generated was not accurate as needed (30.4%),
2. Ease of guidance for user’s system on is 67.1% and SIKDA Optima was not in accordance with user
3. IT team has good empathy attitude to helping user’s expectations (27.8%). In addition, the quality of the SIKDA
system is 64.6% Optima system in the Johar Baru Jakarta Health Center area
was already said to be good at 67.09% and not good at
3.5 Service Quality Influence of system quality, 32.91% this is because the SIKDA Optima System
information quality, and service quality to user experienced an error (53.2%). The information quality
satisfaction of SIKDA Optima systems category also showed a good performance of 62.03% and
not good at 37.97%, this is because the information
generated by SIKDA Optima was incomplete and not
detailed (29.1%).
For service’s quality by SIKDA Optima in Johar Baru
Health Center Area of Central Jakarta also shows the best
performance is good at 50.63% and not good at 49.37%,
this is because the user is not given a guarantee of quality
and service by the IT (39.2 %).
The results of the study from the Simultaneous Test (Test
F) are 0,000 <0.005, it can be concluded that this value
indicates a significant influence between the quality of the
information quality system and the quality of SIKDA
Optima services to user satisfaction in the Johar Baru
Health Center Area, Central Jakarta.

REFERENCES
Anwar, N., Masrek, M. N., & Rambli, Y. R. (2012).
Visitor Management system by applying the model of
UTAUT. 2012 IEEE Symposium on Business, Engineering
and Industrial Applications, 223–228.
Fig. 4 Normal p-p plot of regression. https://doi.org/10.1109/ISBEIA.2012.6422874
Ayanlade, O. S., Oyebisi, T. O., & Kolawole, B. A. (2019).
As you can see in Fig. 4 shows that the data distribution at Health Information Technology Acceptance Framework for
the diagonal source satisfies the normality assumption or diabetes management. Heliyon, 5(5), e01735.
the resulting regression model is said to meet the normality https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e01735 Erlirianto,
assumption. L. M., Ali, A. H. N., & Herdiyanti, A. (2015).
The value of user satisfaction in SIKDA Optima is - 3,832 The Implementation of the Human, Organization, and
where the regression coefficient values are 0.549, Technology–Fit (HOT–Fit) Framework to
14 Ahmad Fauzan &
Noviandi

Evaluate the Electronic Technology in Society, 60(February), 101212.


Medical Record (EMR) https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2019.101212
System in a Hospital. RI, K. K. (2011). SIKDA Generik. Buletin Jendela
Procedia Computer Data dan Informasi Kesehatan Triwulan III ISSN 2088-
Science, 72, 580–587. 270X.
https://doi.org/10.1016/ Sibuea, G. H. C., Napitupulu, T. A., & Condrobimo, A.
j.procs.2015.12.166 R. (2017). An evaluation of information system using
Gunawan, H. (2018). HOT-FIT model: A case study of a hospital information
Identifying Factors system. 2017 International Conference on Information
Affecting Smart Management and Technology (ICIMTech), 106–
City Adoption Using 111.
The Unified Theory of https://doi.org/10.1109/ICIMTech.2017.8273520
Acceptance and Use of Singh, A., & Masuku, M. (2014). Sampling Techniques
Technology (UTAUT) &
Method. 2018 Determination of Sample Size in Applied Statistics
International Research: an Overview. Ijecm.Co.Uk, II(11), 1–22.
Conference on Orange http://ijecm.co.uk/wp-
Technologies (ICOT), content/uploads/2014/11/21131.pdf
1–4. Susanto, G., & Sukakdi. (2011). Sistem Informasi
https://doi.org/10.1109/ Rekam Medis Pada Rumah Sakit Umum Daerah
ICOT.2018.8705803 (RSUD) Pacitan Berbasis Web Base. Journal Speed –
Hakam, F. (2016). Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi, 3(4), 18–
Analisis, Perancangan 24.
dan Evauasi Sistem Thenu, V. J., Sediyono, E., & Purnami, C. T. (2016).
Informasi kesehatan. Evaluation of Health Center Management Information
Indonesia, P. R. (2014). System to Support the Implementation of Generic
Peraturan Pemerintah SIKDA using HOT (fit) method in District of
Republik Indonesia Purworejo. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia,
Nomor 46 Tahun 2014 4(2), 129–
Tentang Sistem 138. https://doi.org/10.14710/JMKI.4.2.2016.129-138
Informasi Kesehatan Tullah, R., & Hanafri, M. I. (2014). Evaluasi Penerapan
www.depkes.go.id/dow Sistem Informasi Pada Politeknik LP3I Jakarta Dengan
nload.php Metode Pieces. Jurnal Sisfotek Global, 4(1), 22–28.
Isnawati, K., Nugroho,
E., & Lazuardi, L.
(2016). Implementasi
Aplikasi Sistem
Informasi Kesehatan
Daerah ( SIKDA )
Generik Di UPT .
Puskesmas Gambut
Kabupaten. Journal of
Information Systems for
Public Health, 1(1),
64–71.
Jannah, L. M., &
Salsabila, S. (2019).
Evaluasi Penerapan
SIKDA Optima Dengan
Pendekatan HOT-Fit
pada Aspek Sumber
Daya Manusia di
Wilayah Puskesmas
Johar Baru Jakarta
Pusat. Indonesian of
Health Information
Management Journal,
7(1), 16–21.
Kamal, S. A., Shafiq,
M., & Kakria, P.
(2020). Investigating
acceptance of
telemedicine services
through an extended
technology acceptance
model (TAM).
14 Ahmad Fauzan &
journal.stmikglobal.ac.i Noviandi
d/index.php/sisfotek/arti
cle/ download/36/37
Yusof, M.
M., Paul,
R. J., &
Stergioula
s, L. K.
(2006).
Towards a
Framewor
k for
Health
Informatio
n Systems
Evaluatio
n.
Proceedin
gs of the
39th
Annual
Hawaii
Internatio
nal
Conferenc
e on
System
Sciences (HICSS’06)
,95a-95a.
https://doi.
org/10.11
09/HICSS
.2006.491
14 Ahmad Fauzan &
Noviandi
J Int Comp & He pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-
Inf. Vol. 1, No. 1, 9186
Maret 2020 https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ji
chi
Jurnal Komputasi Cerdas dan Informatika Kesehatan

Evaluasi Informasi Kesehatan Daerah Opima SystemwithHOT-


Fit onTechnologyAspects Approach inJohar BaruHealthCenter
Jakarta

Artikel Penelitian

Ahmad Fauzan, Noviandi *

Jurusan Statistika, Akademi Ilmu Statistika Muhammadiyah Semarang, Semarang 50185, Indonesia

* noviandi@esaunggul.ac.id
(penulis koresponden)
ahmadfauzan.af.19@gmail.com

Sejarah artikel:
Diterima: 28 Des 2019 Diterima:
22 Mar 2020 Tersedia online: 31 Mar
2020

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi berbagai sektor termasuk

pelayanan kesehatan. Beberapa teknologi telah digunakan untuk meningkatkan kinerja

fasilitas kesehatan. Di Puskesmas Johar Baru, Jakarta Pusat, aplikasi SIKDA (Sisitem

Informasi Kesehatan Daerah) Optima telah diterapkan. Sementara implementasi SIKDA

Optima tidak sebaik yang diharapkan. Masih banyak gangguan selama penggunaan aplikasi

ini seperti keterlambatan pelayanan dan penyampaian laporan yang tidak secara real time

sehingga perlu dilakukan evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kualitas sistem, informasi, dan pelayanan yang mempengaruhi kepuasan pengguna SIKDA

Optima di Puskesmas Johar Baru Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan survey observasional dan desain cross-sectional. Populasi dalam


14 Ahmad Fauzan &
penelitian ini adalah 98 orang dan sampelnya adalah 79 orang pengguna SIKDAOptima,
Noviandi

terdiri dari 19 dokter, 22 perawat, 17 bidan, 9 apotek, 2 perekam medis dan 10 staf

administrasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIKDA

Optima = -3,832 + 0,549 (KS) + 0,757 (KI) + 0,359 (KL) dengan p-value KS 0,001 <0,05),

p-value KI 0,000 <0,05), dan p-value KL adalah 0,009

<0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sistem, informasi, dan pelayanan

yang digunakan di Puskesmas Johar Baru berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pengguna SIKDA Optima. 2 orang perekam medis dan 10 orang staf administrasi. Analisis

data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil uji regresi linier

berganda menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIKDA Optima = -3,832 + 0,549 (KS) +

0,757 (KI) + 0,359 (KL) dengan p-value KS 0,001 <0,05), p-value KI 0,000 <0,05), dan p-

value KL adalah 0,009 <0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sistem,

informasi, dan pelayanan yang digunakan di Puskesmas Johar Baru berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pengguna SIKDA Optima. 2 orang perekam medis dan 10 orang staf

administrasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil uji

regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIKDA Optima = -3,832 +

0,549 (KS) + 0,757 (KI) + 0,359 (KL) dengan p-value KS 0,001 <0,05), p-value KI 0,000 <0,05), dan
p-value KL adalah 0,009 <0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sistem, informasi,
dan pelayanan yang digun

Kata kunci: Teknologi pelayanan kesehatan, SIKDA optima, hot fit.

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah CC – BY-SA lisensi.

Hak Cipta © 2019 Journal of Intelligent Computing dan Health Informatics. Seluruh hak cipta

J Int Comp & He Inf. @Bayu_joo 2020


https://doi.org/10.26714/jichi.v1i1.5397
10
Ahmad Fauzan & Noviandi

1. PERKENALAN dan lingkungan organisasi


hingga struktur organisasi.

Sistem informasi kesehatan (HIS) Laporkan oleh (Jannah & Salsabila, 2019) ,
merupakan aspek penting dalam untuk mengevaluasi
SIKDA optima dari aspek sumber daya
mendukung pembangunan kesehatan di
manusia (SDM). Dari 79 sampel
Indonesia. Menurut Peraturan pengguna yang menggunakan SIKDA
Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Optima dari aspek SDM menunjukkan
Tahun 2014, HIS adalah seperangkat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dengan persamaan manfaat nyata 5,716 -
struktur yang meliputi data, informasi,
0,016 pengguna sistem + 0,776 kepuasan
indikator, prosedur, alat, teknologi dan pengguna SIKDAOptima dan
sumber daya manusia yang terintegrasi
untuk mengarahkan tindakan atau
keputusan yang bermanfaat untuk mendukung pembangunan kesehatan.
(Indonesiak,epuasan pengguna sistem sebesar 66,6%.
2014) .
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Namun
Pemerintah oleh kementerian kesehatan penerapan SIKDA generik di setiap puskesmas
telah mengembangkan HIS secara dinilai belum dapat memenuhi semua
nasional yang bertujuan untuk kebutuhan, oleh karena itu setiap puskesmas
memberikan informasi yang berguna bagi mengoptimalkan SIKDA (SIKDA optima). Lebih dari
pengambilan keputusan dalam itu, SIKDA Optima perlu dievaluasi, terkait dengan
melaksanakan setiap program kebutuhan informasi yang berdampak pada
kesehatan (Thenu et al., 2016) . Salah satu kualitas data dan produksi informasi yang
perkembangan HIS di Indonesia adalah dihasilkan dari sistem informasi yang ada.
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (Isnawati dkk., 2016) .
atau SIKDA. SIKDA dikembangkan oleh
unit pelayanan kesehatan secara nasional
atau disebut SIKDA generik. SIKDA
Metode evaluasi sistem telah banyak dilaporkan
generik dapat terkoneksi secara online
termasuk
dan terintegrasi di seluruh puskesmas Technology Acceptance Model (TAM) (Kamal
atau sering disebut puskesmas, rumah dkk., 2020) . Teori Terpadu Penerimaan dan
Penggunaan Teknologi (UTAUT) (Anwar et adanya pengaruh terhadap kepuasan
al., 2012) , Manusia, Organisasi dan pengguna sistem, pengaruh positif pengguna
Teknologi-Fit (HOT-Fit) (Erlirianto et al., 2015) terhadap sistem, kepuasan pengguna positif
, Kinerja, Informasi, Ekonomi, Kontrol, terhadap kualitas informasi yang dihasilkan,
Efisiensi dan Layanan (PIECES) (Tullah &
kualitas layanan, kualitas sistem pada struktur
Hanafri, 2014) , dan masih banyak lagi
organisasi, kualitas layanan terhadap kepuasan
di bidang pendidikan,
pengguna, kualitas sistem pada organisasi.
pengambilan data dan sistem informasi
kesehatan. struktur, kualitas layanan pada organisasi

Metode evaluasi TAM memiliki


keunggulan dalam mengevaluasi
sistem, antara lain melihat dua aspek
yaitu persepsi kegunaan dan persepsi
penggunaan (Ayanlade dkk.,
2019) , UTAUT harapan kinerja, harapan
usaha, pengaruh sosial, dan kondisi
fasilitasi
(Gunawan, 2018) . Kedua metode tersebut
hanya menilai apakah sistem yang
dievaluasi dapat diterima oleh
pengguna, namun tidak dilihat dari
aspek manusia, organisasi, teknologi
dan manfaat yang diberikan. HOT-Fit
merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur keempat aspek tersebut.

Metode HOT-Fit digunakan untuk


mengevaluasi sistem yang telah lama
digunakan. Oleh (Sibuea et al., 2017)
melaporkan bahwa mengevaluasi sistem
yang telah digunakan selama 8 tahun di
rumah sakit kelompok cinta. Data yang
terkumpul dianalisis secara kuantitatif
dengan menggunakan regresi berganda.
Hasil penelitiannya menunjukkan
Dalam penelitian ini kami
menggunakan HOT-Fit yaitu Sistem Informasi Kesehatan Daerah

metode evaluasi yang dapat (SIKDA) adalah sistem informasi yang

digunakan untuk mengukur empat meliputi sistem informasi yang

aspek teknologi. Mengapa? Karena dikembangkan di unit pelayanan

berdasarkan dua peneliti kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit,

sebelumnya Jannah dan Putri Poliklinik, Praktik Swasta, Apotek,

yang mengevaluasi sistem dari Laboratorium), sistem informasi Dinas

aspek SDM dan pengorganisasian Kesehatan Kabupaten / Kota, dan sistem

manfaat. informasi Dinas Kesehatan Provinsi. .


Pengembangan SIKDA, fasilitasi
pengembangannya dilakukan dengan
2. BAHAN DAN METODE terlebih dahulu membantu daerah

2.1 Sistem Informasi Kesehatan (HIS) menata kembali sistem


kesehatannya dan merumuskan
Sistem Informasi Kesehatan (HIS) kembali Manajemen Kesehatan dalam
adalah sistem yang Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Dalam
mengintegrasikan pengumpulan, hal ini akan dikembangkan forum

pemrosesan, pelaporan, dan kerjasama baik di tingkat provinsi


maupun di tingkat kabupaten / kota.
penggunaan informasi untuk
Selanjutnya dirumuskan informasi,
meningkatkan efektivitas dan
indikator dan kebutuhan data serta
efisiensi pelayanan kesehatan sistem informasi (Isnawati dkk.,
melalui manajemen yang lebih 2016) . Dalam penelitian ini SIKDA
baik di semua tingkat dikelompokkan menurut sifatnya yaitu

kesehatan. (Susanto & Sukakdi, SIKDA generik dan SIKDA Optima.

2011) .

2.2.1 SIKDA Generik


Untuk mencapai derajat kesehatan
SIKDA Generik dikembangkan dalam
yang baik perlu dikembangkan HIS.
rangka meningkatkan pelayanan
HIS yang terintegrasi menurut
kesehatan melalui pemanfaatan
tingkat pelayanan kesehatan teknologi informasi komunikasi. Aplikasi
seperti SIKNAS dan SIKDA dapat ini merupakan penerapan standardisasi
membantu kesehatan yang Sistem Informasi Kesehatan sehingga

baik. diharapkan data dan informasi kesehatan


yang cepat, tepat dan akurat tersedia
2.2 SIKDA
dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam
pengambilan keputusan / kebijakan
di bidang kesehatan. (RI, 2011)
(Gambar 1).
Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah Optima dengan Pendekatan HOT-Fit pada Aspek Teknologi di Wilayah Puskesmas
11
Puskesmas Johar Baru

pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186, Jil. 1, No.1, Maret 2020, hlm. 9-14

menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna. Komponen organisasi mengevaluasi


sistem dari aspek struktur dan lingkungan organisasi. Komponen teknologi terdiri dari
kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan

(Hakam, 2016) .
Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Teknologi yang diukur dengan kualitas
sistem
• sistem kualitas: pengguna
ramah sistem, kelengkapan
sistem (fungsionalitas atau
fitur), kinerja, dan keamanan;
• kualitas informasi: kegunaan konten;
• kualitas layanan: respon sistem dan
dukungan teknis.

Gambar 1. Alur kerja model generik


2) Manfaat Bersih
SIKDA.
• diukur dari efisiensi dan efektivitas
2.2.2 SIKDA Optima pekerjaan;

SIKDA Optima merupakan SIKDA generik • membantu dalam pengambilan keputusan.


yang dioptimalkan sesuai kebutuhan
2.4 Kerangka Pikiran
puskesmas dengan melibatkan pihak ketiga
yaitu vendor. SIKDA generik digunakan Adapun faktor pengaruh Net Benefit
untuk memfasilitasi staf puskesmas saat (manfaat SIKDA Optima) dalam kerangka

melapor ke berbagai program di berpikir hanya dilihat dari aspek


teknologi yang dapat mempengaruhi
lingkungan Kementerian Kesehatan.
keberhasilan penerapan SIKDA Optima,
SIKDA Generik diharapkan dapat
lihat Gambar 3.
mengalirkan data dari tingkat paling bawah
hingga tingkat pusat agar berjalan dengan
lancar, terstandarisasi, tepat waktu, dan
akurat sesuai dengan yang diharapkan.

2.3 Model HOT-Fit baru dari aspek manusia, organisasi dan teknologi.
HOT-Fit merupakan model evaluasi Kerangka kerja ini dibangun berdasarkan model
sistem yang memberikan kerangka Kesuksesan IS dan model Fit organisasi TI
(Yusof et al., 2006) , lihat Gambar 2. Komponen
Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah Optima dengan Pendekatan HOT-Fit pada Aspek Teknologi di Wilayah Puskesmas
12
Puskesmas Johar Baru

pISSN: 2715-6923, eISSN: 2721-9186, Jil. 1, No.1, Maret 2020, hlm. 9-14

penting seperti manusia, organisasi dan


teknologi dalam model IS Success akan
dibahas dalam model HOT-Fit.

Gambar 3. Kerangka pikiran metode yang


diusulkan

Gambar 2. Kerangka model HOT-Fit. 2.5 Hipotesis Penelitian

Model HOT-Fit telah berhasil digunakan Berdasarkan teori model yang telah

untuk mengidentifikasi faktor, dimensi dijelaskan pada Gambar 3 dapat ditarik


dan indikator pengukuran, serta mampu hipotesis penelitian, sebagai berikut:
mengidentifikasi hubungan dan H1: Ada pengaruh kualitas sistem
kesesuaian konseptual. (SIKDA optima) tentang manfaat nyata
dari manusia,
teknologi SIKDA optima di Wilayah Puskesmas
dan
Johar Baru, Jakarta. H2: Ada
faktor organisasi.
pengaruh kualitas informasi terhadap
Komponen manusia menilai suatu sistem
Manfaat nyata SIKDA Optima di Wilayah
informasi dalam hal pengguna sistem,
tingkat penggunanya, pelatihan, Puskesmas Johar Baru Jakarta.
H3: Ada pengaruh kualitas pelayanan di nyata
pengetahuan, harapan, dan sikap
Manfaat SIKDA Optima di Wilayah
terhadap atau terhadap sistem. Selain
Puskesmas Johar Baru Jakarta
itu, komponen ini juga
Evaluasi sistem menggunakan model
HOT-Fit dilakukan di Puskesmas Johar
Baru I, II dan III dengan populasi 98
pengguna SIKDA Optima yang terdiri
dari
dokter, perawat, bidan, apotik, PMIK dan SIKDA Optima di wilayah
admin. Dari jumlah populasi tersebut Puskesmas JoharTotal
Baru Jakarta
Kepuasan pelanggan %
ditentukan sampel yang akan digunakan Pusat tahun 2019.
Kurang puas 15 18,99

dalam penelitian ini. Penentuan sampel Cukup puas 12 27,85

Puas 31 39,24
menggunakan metode slovin (Singh &
Sangat Puas 11 13,92

Masuku, 2014) .


•= (1)
1+
dima •
na (•2)

N: populasi secara bersamaan atau bersamaan.


n: Sampel Dalam penelitian ini analisis multivariat
e: nilai kesalahan. digunakan untuk mengetahui kualitas
kami menggunakan 0,05 sebagai nilai p- sistem, kualitas informasi dan kualitas
value. layanan terhadap manfaat nyata (Net
Benefits) SIKDA Optima. Uji statistik yang
Jumlah sampel yang kami gunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
berdasarkan Persamaan 1 adalah 79
linier berganda untuk mengukur pengaruh
pengguna.
lebih dari satu variabel independen terhadap
variabel dependen.
2.6 Analisis Data

Ada dua teknik yang digunakan dalam


• = • + •1. •1 + • 2. • 2 + •3 •3 (2)
penelitian ini yaitu analisis univariat dan
analisis multivariat: Dimana:

1) analisis univariat: teknik ini


bertujuan untuk menjelaskan
masing-masing variabel penelitian. Analisis
ini menggambarkan atau mendeskripsikan
variabel dependen (manfaat nyata) dan
variabel independen (penggunaan
sistem dan kepuasan pengguna)
2) Analisis Multivariat: Analisis
multivariat digunakan untuk
memproses sejumlah besar
variabel yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel-
variabel ini pada suatu objek
Tabel 2. Distribusi frekuensi kualitas sistem
3.2 Kualitas Sistem untuk
Penerapan sistem SIKDA SIKDA Optima di wilayah Puskesmas

Optima di Wilayah Puskesmas Johar Baru Jakarta Pusat tahun

Johar Baru Jakarta Pusat 2019.

dikatakan sudah baik. Hal ini Sistem kualitas Total %


terlihat dari 79 pengguna, 47 Kurang 16 20,25
pengguna dengan 59,50% Cukup 10 12,66
menyatakan bahwa kualitas Baik 47 59,50
sistem SIKDA Optima baik Baik sekali 6 7,59
(lihat Tabel 2). Berdasarkan
hasil perhitungan skor jawaban 3.3 Kualitas Informasi
pengguna terhadap kualitas
Tabel 3. Distribusi frekuensi kualitas informasi
sistem SIKDA Optima
untuk
menunjukkan bahwa rata-rata SIKDA Optima di wilayah Puskesmas
deviasi sampel dikatakan baik
Johar Baru Jakarta Pusat tahun
dengan nilai akurasi 2.305 dan 2019.
nilai rata-rata 16.09.

Y : Variabel tak bebas Sistem kualitas Total %

X1: Variabel independen (kualitas Kurang 9 11,39

Cukup 21 26,58
sistem) Berdasarkan jawaban kuisioner
34
dari 43,04
79 responden yang
Baik
X2: Variabel Bebas (Kualitas menggunakan
Baik sekali SIKDA Optima
15 diperoleh
18,99 hasil
Informasi) X3: Variabel Bebas kepuasan pengguna SIKDA menyatakan kepuasan
(Kualitas Pelayanan) a sebesar 53,16% dengan kategori kepuasan yaitu:
: Konstanta
b : Koefisien regresi untuk setiap
1. SIKDA Optima mudah digunakan (81.0%)
variabel
2. SIKDA Optima membantu menyelesaikan
pekerjaan (81,0%)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. SIKDA Optima meningkatkan kualitas
3.1 Kepuasan Konsumen pekerjaan.
Pada Tabel 1 menunjukkan kepuasan Tabel 1. Distribusi frekuensi kualitas informasi
untuk
pengguna SIKDA Optima di Wilayah
Puskesmas Johar Baru Jakarta Pusat
diperoleh kesimpulan bahwa pengguna
yang puas dengan SIKDA Optima
adalah 39,24% dan jumlah pengguna
31 dari 79 pengguna.
Tabel 3 menunjukkan
kualitas Optima Information
SIKDA di Puskesmas Johar
Baru Jakarta yaitu 11,39%
kurang, 26,58% cukup,

43,04% baik dan 18,99%


sangat baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kualitas
informasi SIKDA Optima di
Puskesmas Johar Baru
sudah baik dalam
penerapan SIKDA Optima.

Kualitas informasi yang dihasilkan


SIKDA Optima menurut pengguna
sistem adalah kinerja yang baik
sebesar 62,03% dengan tiga
kategori:

1. SIKDA Optima dapat dihitung


sebesar 87,3%
2. Informasi yang
dihasilkan sesuai
dengan data yang
dimasukkan di SIKDA
Optima adalah 84,8%
3. Kemudahan membaca
informasi adalah 83,5%
3.4 Kualitas Layanan 0,757 dan 0,358 masing-
masing. Hasil uji regresi linier berganda adalah
= -3,832 + 0,549 (KS) +
Tabel 4. Distribusi frekuensi kualitas kualitas pelayanan yang diberikan SIKDA Optima
layanan untuk termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 50,63%,
SIKDA Optima di wilayah Puskesmas
dimana terdapat tiga kriteria evaluasi:
1. Sistem dapat diakses dari manapun
adalah 72,2%
2. Kemudahan pedoman untuk sistem
pengguna adalah 67,1%
3. Tim TI memiliki sikap empati yang baik
dalam membantu sistem pengguna 64.6%

3.5 Kualitas Layanan Pengaruh kualitas sistem,


kualitas informasi, dan kualitas layanan terhadap
kepuasan pengguna sistem SIKDA Optima

Gambar. 4 plot pp normal regresi.

Seperti yang terlihat pada Gambar 4 terlihat


Johar Baru Jakarta Pusat tahun
bahwa sebaran data pada sumber diagonal
2019.
memenuhi asumsi normalitas atau model regresi
Kualitas layanan Total % yang dihasilkan dikatakan memenuhi asumsi
Kurang 15 18,99 normalitas.
Cukup 24 30,38
Baik 30 37,97 Nilai kepuasan pengguna di SIKDA Optima

Baik sekali 10 12,66 adalah - 3,832 dengan nilai koefisien


regresi 0,549,
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4,
bahwa kualitas pelayanan SIKDA Optima
di Wilayah Puskesmas Johar Baru
Jakarta termasuk dalam kategori baik
yaitu kurang (18,99%), cukup (30,38%),
baik (37,97%) dan sangat baik. (12,66%).
Dapat disimpulkan bahwa kualitas
pelayanan SIKDA Optima di wilayah
Puskesmas Johar Baru sudah baik untuk
diterapkan.

Menurut sistem pengguna bahwa


0,757 (KI) + 0,359 (KL). tidak akurat sesuai kebutuhan (30,4%),
Semakin tinggi nilai kualitas dan SIKDA Optima tidak sesuai dengan
sistem (X1) akan meningkatkan harapan pengguna (27,8%). Selain itu,
nilai kepuasan pengguna. kualitas sistem SIKDA Optima di wilayah
Nilai p 0,001 <0,05, sehingga Puskesmas Johar Baru Jakarta sudah
kualitas sistem berpengaruh dikatakan baik yaitu 67.09% dan
signifikan terhadap kepuasan kurang baik sebesar 32.91% hal ini
pengguna. Peningkatan nilai dikarenakan Sistem SIKDAOptima
kualitas informasi akan mengalami error (53.2%). Kategori
meningkatkan nilai kepuasan kualitas informasi juga menunjukkan
pengguna dengan p-value 0,00 kinerja yang baik sebesar 62,03% dan
<0,05 sehingga variabel tidak baik sebesar 37,97% hal ini
kualitas informasi berpengaruh dikarenakan informasi yang dihasilkan
signifikan terhadap kepuasan oleh SIKDA Optima kurang lengkap dan
pengguna. Kualitas tidak rinci (29,1%).
pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan
pengguna dengan p-value 0,09
Untuk kualitas pelayanan oleh SIKDA
<0,05.
Optima di Wilayah Puskesmas Johar Baru
Hasil koefisien determinasi Jakarta Pusat juga menunjukkan
menunjukkan adanya kinerja terbaik yaitu baik sebesar
pengaruh yang signifikan 50,63% dan kurang baik sebesar 49,37%
antara variabel kualitas sistem, hal ini dikarenakan pengguna tidak
kualitas informasi, kualitas diberikan jaminan kualitas dan
layanan terhadap kepuasan pelayanan oleh IT ( 39,2%).
pengguna dengan R2
sebesar 0,62. Hasil penelitian dari Uji Simultan (Uji F)
sebesar 0,000 <0,005, dapat disimpulkan
bahwa nilai tersebut menunjukkan adanya
4. KESIMPULAN pengaruh yang signifikan antara kualitas
kualitas sistem informasi dan kualitas
Kepuasan pengguna SIKDA
layanan SIKDA Optima terhadap
Optima di wilayah Puskesmas
kepuasan pengguna di Johar.
Johar Baru Jakarta dikatakan
Kawasan Puskesmas Baru, Jakarta
puas oleh
Pusat.
53,16% dan kurang puas
46,84% hal ini dikarenakan
informasi yang dihasilkan
REFERENSI

Anwar, N., Masrek, MN, & Rambli, YR


(2012).
Sistem Manajemen
Pengunjung dengan
menerapkan model UTAUT.
Simposium IEEE 2012 tentang
Aplikasi Bisnis, Teknik dan
Industri, 223–228.
https://doi.org/10.1109/ISB
EIA.2012.6422874
Ayanlade, OS, Oyebisi, TO, & Kolawole,
BA (2019).
Kesehatan Informasi Teknologi
Penerimaan
Kerangka manajemen diabetes.
Heliyon, 5 ( 5), e01735.

https://doi.org/10.1016/j.he
liyon.2019.e01735
Erlirianto, LM, Ali, AHN,
& Herdiyanti, A. (2015).
Penerapan Framework Human,
Organisation, and Technology –
Fit (HOT – Fit) ke
Evaluasi Sistem Rekam Medis Elektronik journal.stmikglobal.ac.id/index.php/
(EMR) di Rumah Sakit. Procedia Computer sisfotek/article/ unduh / 36/37
Science,
72, 580– Yusof, MM, Paul, RJ, & Stergioulas, LK (2006).
587.
Menuju Kerangka Evaluasi Sistem
https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.1
2.166 Informasi Kesehatan. Prosiding Konferensi
Internasional Hawaii Tahunan ke-39 tentang
Gunawan, H. (2018). Mengidentifikasi
Faktor yang Mempengaruhi Cerdas Ilmu Sistem
(HICSS'06), 95a-95a.
Adopsi Kota Dengan Metode Unified https://doi.org/10.1109/HICSS.2006.491
Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT). Konferensi
Internasional 2018 tentang Orange
Technologies
(ICOT), 1–
4.
https://doi.org/10.1109/ICOT.2
018.8705803 Hakam, F.
(2016). Analisis, Perancangan
dan Evauasi
Sistem Informasi kesehatan.
Indonesia, PR (2014). Peraturan
Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang
Sistem Informasi
Kesehatan.
www.depkes.go.id
/download.php
Isnawati, K.,
Nugroho, E., &
Lazuardi, L. (2016).
Implementasi Aplikasi
Sistem Informasi Kesehatan
Daerah (SIKDA) Generik Di
UPT. Puskesmas Gambut
Kabupaten. Jurnal Sistem
Informasi Kesehatan Masyarakat,
1 ( 1), 64–71.

Jannah, LM, & Salsabila, S. (2019). Evaluasi Penerapan


SIKDA Optima Dengan Pendekatan
HOT-Fit pada Aspek Sumber
DayaManusia di Wilayah Puskesmas
Johar Baru Jakarta Pusat. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia,
7 ( 1), 16–21.

Kamal, SA, Shafiq, M., & Kakria, P. (2020).


Investigasi penerimaan
layanan telemedicine
melalui model penerimaan
teknologi diperpanjang
(TAM). Teknologi dalam
Masyarakat, 60 ( Februari),
101212.
https://doi.org/10.101
6/j.techsoc.2019.101
212 RI, KK (2011).
SIKDA Generik.
Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan Triwulan III ISSN 2088270X.

Sibuea, GHC, Napitupulu, TA, & Condrobimo, AR


(2017). Evaluasi sistem
informasi menggunakan model
HOT-FIT: Studi kasus sistem
informasi rumah sakit.
Konferensi Internasional 2017
tentang Manajemen dan
Teknologi Informasi (ICIMTech),

106–111.
https://doi.org/10.1109/I
CIMTech.2017.8273520
Singh, A., & Masuku,
M. (2014). Teknik
Pengambilan Sampel
&
Penentuan Ukuran Sampel
dalam Riset Statistik Terapan:
sebuah Tinjauan. Ijecm.Co.Uk,
II ( 11), 1–22.
http://ijecm.co.uk/wp-

konten / unggahan / 2014/11 / 21131.pdf


Susanto, G., & Sukakdi. (2011). Sistem Informasi Rekam
Basis Web Medis Pada
Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Pacitan Berbasis.
Journal Speed - Sentra Penelitian
Engineering Dan Edukasi, 3 ( 4),
18–24.
Thenu, VJ, Sediyono, E., & Purnami, CT (2016).
Evaluasi dari
Kesehatan
Pusat
Pengelolaan
Sistem Informasi untuk
Mendukung Penerapan SIKDA
Generik dengan metode
HOT (fit) di Kabupaten
Purworejo. Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia,
4 ( 2), 129–138.
https://doi.org/10.14710/J
MKI.4.2.2016.129-138
Tullah, R., & Hanafri,
MI (2014). Evaluasi
Penerapan
Sistem Informasi Pada
Politeknik LP3I Jakarta Dengan
Metode Potongan. Jurnal Sisfotek Global, 4 ( 1), 22–
28.
Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia
Volume 4 No. 3 Desember 2016

Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Dalam


Rangka Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Endah Sri Lestaril, Sutopo Patria Jati2, Aris Puji Widodo3
l
) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang
Telp. 024-35ll35l, e-mail : endarifah@gmail.com
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
3
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang

Title : Evaluation of Central Java Provincial berada dalam kategori “adekuat”. Untuk
Health Information Systems on meningkatkan pengelolaan SIK di Provinsi Jawa
Strengthening National Health Information Tengah, direkomendasikan untuk membuat suatu
System standar tata kelola SIK sebagai acuan pengelolaan
SIK di Provinsi Jawa Tengah.
Abstrak
Evaluasi SIK bertujuan untuk memastikan Kata kunci : Evaluasi, komponen SIK, Provinsi,
SIK berjalan secara efisien, mampu HMN
mengumpulkan informasi yang relevan dan Kepustakaan : 14 (2005-2014)
berkualitas sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh pemangku kebijakan. Hasil penilaian SIK Abstract
sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja Evaluation of Health Information System
SIK. SIK Provinsi Jawa Tengah merupakan sub (HIS) aims to ensure the HIS run efficiently, able
sistem dari SIKNAS sehingga pengembangan SIK to collect relevant information and qualified as a
Provinsi Jawa Tengah akan berpengaruh terhadap basis for decision making by policy makers.
penguatan SIKNAS. Tujuan dari penelitian ini Results ratings HIS is needed to improve the
adalah untuk mengevaluasi SIK di Provinsi Jawa performance of the HIS. Central Java provincial
Tengah dalam rangka Penguatan SIKNAS. HIS is a sub-system of the National Health
Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif Information System so that the development of
evaluatif dengan pendekatan kuantitatif dan Central Java provincial HIS will affect the
kualitatif. Subyek penelitian adalah 35 petugas strengthening of the National Health Information
SIK DKK dan enam petugas SIK Dinas System. The purpose of this study was to evaluate
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pengumpulan the Central Java provincial HIS on strengthening
data kuantitatif melalui pengisian kuesioner, the National Health Information System.
pengumpulan data kualitatif melalui FGD dan This study is an evaluative descriptive
wawancara. Analisis data penelitian dilakukan research with quantitative and qualitative
dengan menggunakan perangkat Evaluasi SIK approaches. Subjects were 35 HIS officers of
Provinsi yang merupakan modifikasi dari District Health Offices and six officers HIS
Assessment Tool HMN Versi 4.00. Central Java Provincial Health Office. The
Modifikasi Assessment Tool HMN Versi 4.00 collection of quantitative data through
dilakukan dengan cara menghapus item questionnaires, qualitative data collection
pertanyaan yang tidak relevan dengan SIK di through focus group discussions and interviews.
provinsi dan menambahkan item pertanyaan Research data analysis done by using the
berdasarkan PP no 46/2016 tentang SIK. Hasil Provincial HIS evaluation tools which is a
evaluasi terhadap tujuh komponen SIK, empat modification of the HMN Assessment Tool Version
diantaranya dinilai “ada tapi tidak adekuat” yaitu 4:00.
komponen pengelolaan (54,7%), sumber daya Modification HMN Assessment Tool Version
(54,2%), sumber data (58%) dan manajemen data 4:00 is done by deleting the irrelevant question to
(41,3%). Sementara tiga komponen lainnya dinilai Provincial HIS and add questions based on PP
“adekuat”, yaitu komponen indikator (74,3%), No.. 46/20l6 about HIS. The results of an
produk informasi (71,3%) dan diseminasi dan evaluation of the seven HIS components, four of
penggunaan informasi (74,5%). Disimpulkan which were rated "present but inadequate" ie
bahwa secara umum SIK Provinsi Jawa Tengah component management (54.7%), resources
222
(54.2%), the source of the data (58%) and data Pengelolaan SIK di tingkat provinsi
management (4l.3%). While the three other berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 yang
components rated "adequate", ie the component menjelaskan bahwa pemerintah daerah
indicators (74.3%), product information (7l.3%) provinsi bertanggung jawab dalam
and the dissemination and use of information
pengelolaan SIK skala provinsi6 dan PP
(74.5%).Concluded that in general the Central
Java Provincial HIS is in the category "adequate".
Nomor 46 tahun 2014 pasal 34 yang
To improve the management of the Central Java menyebutkan bahwa SIK provinsi dikelola
Provincial HIS, it is recommended to create a oleh unit kerja struktural atau fungsional pada
governance standards of HIS as a reference for satuan kerja perangkat daerah provinsi yang
the HIS management in Central Java Province. menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.3
Keywords: Evaluation, HIS component, Province, Pengelolaan SIK di Provinsi Jawa
HMN Tengah dilaksanakan oleh Seksi Manajemen
Bibliography: l4 (2005-20l4) Informasi dan Pengembangan Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 29
Pendahuluan
kabupaten dan 6 kota, mempunyai 75 RS
Pengambilan keputusan di bidang
pemerintah, 203 RS Swasta dan 875
kesehatan menjadi lebih mudah jika semua
puskesmas.
informasi yang dibutuhkan sudah tersedia,
SIK bertujuan untuk mengatasi
untuk tujuan itu suatu sistem informasi
terfragmentasinya data kesehatan,
kesehatan perlu dibangun.1 Sistem Informasi
mengurangi redudansi dan inkonsistensi,
Kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan
mempercepat proses pengolahan data, serta
yang meliputi data, informasi, indikator,
memperbaiki mekanisme pelaporan,
prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber
kelengkapan dan integrasi data pada tingkat
daya manusia yang saling berkaitan dan
administrasi yang lebih tinggi, namun
dikelola secara terpadu yang menyediakan
beberapa pengalaman menunjukkan masih
dukungan informasi bagi proses pengambilan
lemahnya proses-proses tersebut sehingga
keputusan, perencanaan program kesehatan,
data kesehatan belum dapat dipercaya untuk
monitoring pelaksanaan dan evaluasi2 di digunakan dalam pengambilan keputusan.7
setiap jenjang administrasi kesehatan.1–3 Meskipun data yang dikumpulkan sudah lebih
Dasar hukum pelaksanaan SIK di baik, permasalahan lain adalah kemampuan
Indonesia adalah PP Nomor 46 tahun 2014 dalam menganalisis dan mengelola data masih
tentang SIK. Penyelengaraan SIK mencakup lemah serta kurangnya pemanfaatan data dan
(i) pelaksanaan SIK, yang meliputi data informasi untuk pengambilan keputusan.8
kesehatan, informasi kesehatan, indikator Penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa
kesehatan, sumber data dan informasi, lemahnya pengumpulan data kesehatan dan
pengumpulan data dan informasi, pengolahan kurangnya informasi pengambilan keputusan
data dan informasi, penyimpanan data dan di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
informasi, keamanan dan kerahasiaan
faktor sulitnya pengembangan SIK.2
informasi; (ii) pengelolaan SIK; (iii) sumber
Hasil penilaian terhadap SIK Indonesia
daya SIK; (iv) pengembangan SIK; dan (v)
yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan
penyebarluasan dan penggunaan Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Informasi Kesehatan.3 Indonesia pada tahun 2007 dengan
Penguatan SIK di Indonesia dilakukan menggunakan Health Metrics Network (HMN)
dengan mengembangkan model SIK nasional Framework secara umum menunjukkan
yaitu SIK yang terintegrasi, yang bahwa semua komponen "ada tapi tidak
menyediakan mekanisme saling hubung antar adekuat" (51%). Dari enam komponen dan
sub sistem informasi dengan berbagai cara standar SIK, lima diantaranya dinilai “ada tapi
yang sesuai.4 SIKNAS dibangun dari tidak adekuat” yaitu sumber daya (47%),
himpunan atau jaringan SIK Provinsi dan SIK indikator (61%), sumber data (51%), kualitas
Provinsi dibangun dari himpunan atau data (55%), dan diseminasi dan penggunaan
jaringan SIK Kabupaten/Kota.5
223
informasi (57%). berkualitas sebagai akan berpengaruh di 35 DKK, enam
Sementara ada satu dasar pengambilan terhadap penguatan orang pengelola SIK
komponen yang keputusan oleh SIKNAS. Saat ini Dinas Kesehatan
dinilai “tidak pemangku belum ada Provinsi Jawa
adekuat sama kebijakan.12 Hasil dokumen roadmap Tengah dan Kepala
sekali”, yaitu penilaian SIK sangat pengembangan SIK Seksi Manajemen
komponen dibutuhkan dalam Provinsi Jawa Informasi dan
manajemen data meningkatkan kinerja Tengah. Untuk Pengembangan
(35%).9 SIK secara terus- menyusun Kesehatan
Penelitian yang menerus.8 Untuk roadmap maka Cara pengumpulan
dilakukan oleh mengevaluasi SIK diperlukan datanya adalah
Utami, et al., (2013) dalam rangka informasi mengenai dengan pengisian
tentang Evaluasi memperkuat SIK di situasi SIK di kuesioner,
Kinerja Sistem tingkat nasional, Provinsi Jawa wawancara, FGD
Informasi Kesehatan maka dibentuklah Tengah saat ini. dan telaah dokumen.
di Propinsi Bangka HMN pada tahun Sehingga penelitin Analisa data
Belitung di peroleh 2005 yang ini bertujuan untuk kuantitatif pada
hasil bahwa secara merupakan hasil mengevaluasi penelitian ini
teknis dan organisasi kesepakatan global. Sistem Informasi menggunakan
masih lemah, HMN telah Kesehatan di Assessment Tool
kompleksitas mengembangkan Provinsi Jawa HMN Versi 4.00
pelaporan dan referensi standar Tengah dalam yang telah
prosedur pengisian untuk pengembangan rangka Penguatan dimodifikasi.
rendah, SIK yang selanjutnya Sistem Informasi Analisa data
pengumpulan dan disebut HMN Kesehatan kualitatif digunakan
pelaporan Framework. Nasional. sebagai bahan untuk
terfragmentasi dan Komponen dan melengkapi analisa
tumpang tindih.10 standar yang Metode Penelitian kuantitatif.
Budi et al., (2010) mempengaruhi Jenis penelitian
dalam penelitiannya kinerja dari SIK ini adalah Hasil
tentang Analisis diantaranya adalah deskriptif evaluatif Karakteristik
Sumber Daya sumber daya SIK, dengan sequential Responden
Sistem Informasi indikator, sumber explanatory design. Responden dalam
Kesehatan data, manajemen Objek penelitian penelitian ini
Kabupaten Ketapang data, produk adalah SIK di sebanyak
dengan Pendekatan informasi, diseminasi Provinsi Jawa 41 orang dengan
HMN diperoleh dan penggunaan Tengah yang rincian 35 orang
hasil pada umumnya data.13 difokuskan pada petugas SIK DKK
adalah ”ada tetapi SIK Provinsi pelaksanaan dan 6 orang petugas
tidak adekuat”, Jawa Tengah penyelenggaraan SIK Dinas
merupakan sub SIK di DKK Kesehatan Provinsi
tetapi sistem dari SIKNAS (DKK) dan Dinas Jawa Tengah.
sehingga Kesehatan Provinsi Karakteristik
infrastrukturnya pengembangan SIK Jawa Tengah. responden penelitian
yang ”adekuat”.11 Provinsi Jawa Subjek ini secara lengkap
Evaluasi SIK Tengah penelitiannya dapat dilihat pada
bertujuan untuk adalah petugas SIK Tabel 1.
memastikan bahwa
SIK berjalan secara Tab
efisien, mampu el
mengumpulkan 1.
informasi yang Dis
relevan dan
224
tri dasar dalam menghapus beberapa item
bu pertanyaan adalah sebagai berikut :
si a, Jika pertanyaan tersebut ditujukan untuk
Fr penilaian terhadap Biro Pusat Statistik.
ek b, Jika pertanyaan tersebut kurang relevan
ue karena merupakan kewenangan pemerintah
nsi pusat.
Ka Instrumen evaluasi SIK provinsi yang
ra sudah disusun diuji validitas dan reliabilitas
kt dan diperoleh jumlah pertanyaan sebanyak 98
eri item pertanyaan yang dapat dilihat pada Tabel
sti 2.
k Tabel 2. Modifikasi
Re jumla
sp h
on pertan
de yaan
n dalam
No Karakteristik Asses
1 Jenis Kelamin sment
- Laki-laki Tool
- Perempuan
HMN
2 Tingkat Pendidikan 14
- S2
- S1
menja
- D4
di
- D3 kuesi
3 Jenis Pendidikan oner
- Komputer dalam
- Kesehatan Masyarakat Evalu
- Manajemen asi
- Lainnya SIK
4 Jabatan Provi
- Kepala Seksi nsi
- staff
5 Lama menjadi petugas SIK J sess
- <5 tahun Kategori u men
- 5 – 10 tahun m t
- >10 tahun la Too
h l
Modifikasi Assessment Tool HMN Versi 4.00 p HM
Menjadi Perangkat Evaluasi SIK Provinsi e N14
Assessment Tool HMN Versi 4.00 yang rt
dikembangkan oleh HMN digunakan untuk a
n
mengevaluasi SIK di tingkat nasional,
y
sementara pada penelitian ini bertujuan untuk a
melakukan evaluasi SIK di tingkat provinsi, a
sehingga diperlukan modifikasi instrumen. n
Modifikasi dilakukan pada item pertanyaan d
dengan cara menghapus item pertanyaan al
yang tidak sesuai dengan kondisi SIK di a
provinsi dan menambahkan item pertanyaan m
berdasarkan pada PP no 46 Tahun 2014
tentang SIK. Kriteria yang digunakan sebagai A
s
225
Juml dalam Pro 1 13
ah Kuesi vins 0 11
perta oner i 13
nyaa Evalua 0
n si SIK
I, Pengelolaan
5
II, Sumber Daya
A, Kebijakan dan perencanaan

B, Institusi, SDM & Anggaran

C, Infrastruktur

III, Indikator
5
IV, Sumber Data
A duk
,
S
e
n
s
u
s
B
,
S
t
a
t
i
s
t
i
k

v
i
t
a
l
C
,
S
u
r
v
e
i
p
e
n
d
u
226
V, Manajemen Data
VI, Produk Informasi 6
VII, Diseminasi dan Penggunaan 1
Total 1

Langkah selanjutnya setelah memperoleh


item pertanyaan yang valid dan reliabel adalah
melakukan modifikasi HMN Assessment Tool
version 4.00 menjadi perangkat evaluasi SIK
Provinsi dalam bentuk spreadsheet Microsoft
Excel.
Evaluasi SIK di Provinsi Jawa Tengah

227
Evaluasi SIK di Provinsi Jawa Tengah dilakukan terhadap 7 komponen SIK, yaitu
pengelolaan SIK, Sumber Daya SIK, Indikator SIK, Sumber Data SIK, Manajemen Data SIK,
Produk Informasi dan Diseminasi dan Penggunaan Informasi. Hasil evaluasi 7 komponen SIK di
Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Evaluasi 7 Komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

Skor
Total Skor
No Kategori Rata- % Kategori
Maksimum
rata
1 Pengelolaan SIK 15 8,2 54,7 Ada tapi tidak adekuat
2 Sumber Daya SIK 36 19,5 54,2 Ada tapi tidak adekuat
- SDM & Pendanaan 18 7,2 40,1 Ada tapi tidak adekuat
- Infrastruktur 18 12,3 68,3 Adekuat
3 Indikator SIK 15 11,1 74,3 Adekuat
4 Sumber Data SIK 72 41,7 58,0 Ada tapi tidak adekuat
5 Manajemen Data SIK 12 5,0 41,3 Ada tapi tidak adekuat
6 Produk Informasi 114 81,2 71,3 Adekuat
- Indikator
Status Kesehatan 54 43,4 80,4 Sangat
- Indikator Sistem
Kesehatan adekuat 42 31,5 75,0 Adekuat

- Indikator Faktor Risiko 18 6,3 35 Tidak Adekuat sama sekali


,1
Informasi Diseminasi dan Penggunaan 22,4 74 Adekuat
7 30
,5
- Diseminasi Informasi 9 7,2 79 Adekuat

Pembahasan
Sebagian besar komponen SIK Provinsi Jawa Tengah berada dalam kategori ”Ada tapi tidak
adekuat” yaitu komponen Pengelolaan, Sumber Daya, Sumber Data dan Manajemen Data. Tiga
komponen lainnya yaitu komponen indikator, komponen produk informasi dan komponen
diseminasi dan penggunaan informasi berada dalam kategori ”Adekuat”. Hasil secara
keseluruhan evaluasi 7 komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah adalah berada dalam
kategori ”Adekuat”. Hasil evaluasi masing-masing komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah
adalah sebagai berikut :
Evaluasi Pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah
Evaluasi pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan memberikan penilaian
terhadap keberadaan peraturan dan prosedur SIK, dokumen renstra SIK, sistem rutin pemantauan
kinerja SIK, kebijakan pertemuan rutin SIK dan unit kerja struktural atau fungsional SIK di
DKK dan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah
termasuk dalam kategori ”ada tapi tidak adekuat” (54,7%).
Tidak ada kebijakan khusus yang mengatur pengelolaan SIK baik dalam bentuk peraturan
maupun prosedur di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh
Kepala Seksi Manajemen Informasi dan Pengembangan Kesehatan (Mibangkes) Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berikut ini.
“…kebijakan SIK di Provinsi Jawa Tengah…kalau khusus untuk Jawa Tengah nggak ada, tapi
kebijakan secara nasional pasti ya…”

Pelaksanaan pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah mengacu pada PP no 46 Tahun 2014.
PP tentang SIK tersebut telah mengatur kerangka kerja untuk SIK, yang meliputi pengumpulan,
pengolahan dan penggunaan data kesehatan, perencanaan pembangunan dan pengembangan
infrastruktur SIK dan komponen SIK lainnya. Implementasi PP tentang SIK di Provinsi Jawa
Tengah belum optimal, hal ini bisa dilihat pada kondisi SDM dan anggaran SIK yang belum
memadai di tingkat kabupaten/kota.
Berdasarkan hasil FGD diperoleh informasi bahwa saat ini baik di provinsi dan kabupaten
tidak ada peraturan khusus tentang SIK, yang ada peraturan tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Mereka mengharapkan ada Peraturan Daerah tentang SIK di tingkat provinsi yang
menjadi acuan maupun dasar untuk membuat peraturan SIK di tingkat kabupaten/kota. Dalam
pedoman SIK disampaikan bahwa pelaksanaan SIK di tingkat provinsi/kabupaten/kota juga
harus didukung oleh suatu kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan pelaksanaan bagi
pengelola SIK di daerah, dengan membuat peraturan daerah mengenai SIK yang sejalan dengan
SIK Nasional.1
Dokumen renstra SIK belum tersedia secara khusus di Provinsi Jawa Tengah, baru menjadi
bagian dari renstra di Dinas Kesehatan tapi sudah ada upaya untuk integrasi sumber data yang
berbeda. Salah satu upaya integrasi sumber data yang berbeda adalah LIKES Jateng yang
merupakan dashboard layanan informasi kesehatan yang memuat 12 program nasional dan
daerah. Melalui sistem ini pengelola program kesehatan bisa menginputkan datanya kemudian
hasilnya bisa dilihat dan dimanfaatkan oleh lintas program, lintas sektor, institusi pendidikan,
pengambil kebijakan dan masyarakat.
Sistem rutin untuk memantau kinerja SIK dan subsistemnya di Provinsi Jawa Tengah telah
tersedia tetapi jarang digunakan. Kebijakan pertemuan rutin sudah ada, tetapi implementasinya
tidak sesuai karena pertemuan tidak dilaksanakan secara rutin hanya berdasarkan kebutuhan pada
saat itu. Hasil monev SIK kadang tidak ditindaklanjuti maupun jarang digunakan untuk
merencanakan kegiatan selanjutnya.
Evaluasi Sumber Daya SIK di Provinsi Jawa Tengah
Keberhasilan pelaksanaan suatu sistem bergantung pada sumber daya yang mendukung
sistem tersebut. Sumber daya SIK di Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam kategori ”ada tapi
tidak adekuat” (54,2%).
Kualitas sumber daya manusia SIK di Provinsi Jateng belum optimal. Hal ini disebabkan
rendahnya apresiasi akan pentingnya informasi sehingga sumber daya manusia yang ditugaskan
untuk SIK belum mempunyai kapasitas yang memadai. Berdasarkan PP 46 tentang SIK pasal 51
ayat (2) disebutkan bahwa sumber daya manusia yang mengelola SIK harus memiliki
kompetensi paling sedikit di bidang statistik, komputer dan epidemiologi. Petugas SIK di
Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai latar belakang pendidikan komputer dan kesehatan
masyarakat sebesar 63,4%. Untuk memenuhi kekurangan kompetensi tersebut perlu dilakukan
pelatihan peningkatan kapasitas petugas secara berkala. Upaya untuk meningkatkan kapasitas
petugas SIK baik di tingkat kabupaten/kota maupun di provinsi juga belum terencana dengan
baik.
Kuantitas sumber daya manusia SIK juga belum optimal, masih ada kabupaten/kota yang
petugasnya sangat kurang bahkan beberapa dari mereka juga melaksanakan tugas sebagai
pengelola program kesehatan lainnya. Kurangnya petugas SIK yang fulltime dan tingkat mutasi
yang cepat juga menambah masalah yang ada.
Anggaran yang tersedia untuk SIK dinilai belum memadai, meskipun ada peningkatan tapi
belum signifikan. Adanya peraturan penggunaan anggaran APBD yang kurang mendukung
untuk pengembangan SIK di beberapa kabupaten/kota sehingga belum bisa memenuhi
kebutuhan pengembangan SIK di daerah. Proporsi terbesar anggaran adalah untuk memenuhi
kebutuhan infrastruktur SIK, namun peningkatan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas SDM pengelola SIK.
Infrastruktur menjadi penunjang dalam pengelolaan SIK di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
penilaian terhadap sub komponen infrastruktur ini masuk dalam kategori ”adekuat” (68,3%).
Perangkat keras elektronik dan non elektronik tersedia di hampir semua DKK dan Dinas
Kesehatan Provinsi, bahkan di sebagian besar puskesmas sudah tersedia. Perangkat lunak yang
mampu menerima, mengirimkan, memproses dan mempublikasikan dokumen elektronik sudah
memadai di semua DKK. Perangkat keras dan perangkat lunak yang ada belum semuanya mudah
beradaptasi dengan SIKNAS dan mampu menyimpan data maupun membuat cadangan data
secara otomatis dan terpisah. Ketersediaan dukungan berupa anggaran untuk pemeliharaan
perangkat lunak dan keras di Dinas Kesehatan Provinsi dan DKK di Jawa Tengah dinilai telah
memadai.
Evaluasi Indikator SIK di Provinsi Jawa Tengah
Hasil penilaian terhadap indikator SIK adalah masuk dalam kategori ”adekuat” (74,3%).
Artinya bahwa pemilihan dan penetapan indikator SIK di Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai
dengan ketentuan dalam PP nomor 46 tahun 2014 dan kerangka HMN.
Indikator inti minimal di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sudah mencakup semua
kategori dalam indikator kesehatan, dipilih berdasarkan kegunaan, ilmiah, reliabilitas,
representatif, kelayakan dan aksesibilitas. Indikator kesehatan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan oleh kepala daerah dan mengacu pada indikator di atasnya. Pemilihan
indikator dilakukan bersama-sama dengan lintas program dan selanjutnya didiskusikan dengan
lintas sektor terkait yaitu Bappeda, BPS, BKKBN, Organisasi Profesi.
Evaluasi Sumber Data SIK di Provinsi Jawa Tengah
Data dan Informasi Kesehatan dalam penyelenggaraan SIK bersumber dari fasilitas
kesehatan, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
swasta; dan masyarakat, baik perorangan maupun kelompok.3 Berdasarkan hasil evaluasi
diketahui bahwa komponen sumber data SIK di Provinsi Jawa Tengah masuk dalam
kategori ”ada tapi tidak adekuat” (58,0%).
Sumber data SIK di Provinsi Jawa Tengah diperoleh dari hasil survei, pencatatan kesehatan
dan penyakit, pencatatan pelayanan kesehatan, dan pencatatan administrasi. Survei nasional yang
diselenggarakan dalam lima tahun terakhir adalah Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset
Fasilitas Kesehatan dan Survei Diet Total. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa data yang
diperoleh dari hasil survei belum menjadi sumber data yang memadai untuk kebutuhan SIK di
Provinsi Jawa Tengah. Pemilahan data berdasarkan status ekonomi dan pendidikan belum
tersedia secara memadai.
Sumber data pencatatan kesehatan dan penyakit secara umum sudah memadai, tetapi masih
ada beberapa hal yang tidak memadai diantaranya tentang pemetaan populasi berisiko dan
penyebarluasan serta umpan balik data surveilans tentang penyakit rawan epidemi. Data yang
bersumber dari fasilitas layanan kesehatan umum dan swasta belum semua berbasis sistem
informasi sehingga belum bisa disatukan dan belum ada mekanisme untuk memverifikasi
kelengkapan dan konsistensi datanya.
Sumber data yang berasal dari pencatatan administrasi terdiri dari database SDM, data
persediaan, peralatan dan infrastruktur, data pasokan dan komoditas (obat-obatan, vaksin dan
alat kontrasepsi) dan SDM pengelola data tersebut. Secara umum hasil evaluasi sumber data
yang berasal dari pencatatan administrasi adalah memadai, dimana update database SDM telah
dilakukan setiap tahun, laporan data persediaan, peralatan, infrastruktur, pasokan dan komoditas
ke sektor publik setidaknya setiap tahun sekali.
Evaluasi Manajemen Data SIK di Provinsi Jawa Tengah
Secara keseluruhan hasil evaluasi manajemen data SIK di Provinsi Jawa Tengah masuk
dalam kategori ”ada tapi tidak adekuat” (41,3%). Prosedur tertulis untuk pengelolaan data yang
meliputi pengumpulan data, penyimpanan, cleaning, quality control, analisis dan penyajian
belum tersedia dalam bentuk SPO di tk provinsi dan kabupaten/kota, sebagai mana yang
disampaikan oleh Kepala Seksi Mibangkes berikut ini :
”...kalo kita di sini secara tertulis tidak ada....kita tidak mengotak-atik manajemen data yang di
kabupaten/kota, karena masing-masing kabupaten beda-beda, hanya untuk ll5 variabel yang
dari pusat yang kita atur proses pengumpulan datanya. ”

Berdasarkan hasil FGD diperoleh informasi bahwa tidak adanya kesamaan prosedur
pengumpulan data di provinsi dan kabupaten/kota sehingga data sering berbeda antara data di
provinsi dan di kabupaten. Provinsi menerapkan cut of point pengumpulan data di setiap tanggal
10 pada bulan berikutnya, sementara pada tanggal tersebut belum semua laporan dari puskesmas
masuk ke DKK, sehingga data yang masuk ke provinsi belum data terakhir dan data yang masuk
setelah tanggal tersebut dianggap tidak ada.
Di tingkat provinsi sudah tersedia bank data tetapi pemanfaatannya belum optimal,
sosialisasi dan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan terus dilakukan oleh pengelola SIK di
Provinsi Jawa Tengah.
Evaluasi Produk Informasi SIK di Provinsi Jawa Tengah
Hasil evaluasi terhadap produk informasi SIK di Provinsi Jawa Tengah secara umum
adalah ”adekuat” (71,3%). Evaluasi dilakukan pada enam indikator yaitu 1) kematian balita,
2) kematian ibu, 3) Prevalensi HIV, 4) Cakupan Vaksinasi Campak, 5) Persalinan oleh tenaga
kesehatan dan 6) Prevalensi merokok (>15 tahun). Evaluasi terhadap metode pengumpulan data
yang meliputi ketepatan waktu, periodisitas, konsistensi, keterwakilan dan pemilahan, semuanya
masuk dalam kategori ”adekuat” dengan prosentase skor 62% - 73%.
Indikator status kesehatan dan indikator sistem kesehatan di Provinsi Jawa Tengah
dikumpulkan melalui laporan rutin puskesmas dan rumah sakit yang dilaporkan secara
berjenjang ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Evaluasi terhadap indikator faktor risiko
dilakukan terhadap indikator prevalensi merokok (>15 tahun) dan hasilnya adalah masuk dalam
kategori “tidak adekuat sama sekali”. Sebagian besar kabupaten/kota tidak mempunyai data rutin
maupun hasil survei populasi tentang jumlah perokok. Karakteristik merokok sebagai faktor
risiko penting hanya dikumpulkan melalui Riskesdas yang juga menggunakan kuesioner estimasi.
Evaluasi Diseminasi dan Penggunaan Informasi di Provinsi Jawa Tengah
Hasil evaluasi terhadap Diseminasi dan Penggunaan Informasi pada SIK di Provinsi Jawa
Tengah adalah “adekuat” (74,5%) artinya bahwa penyebaran dan penggunaan data dan informasi
hasil dari SIK di Provinsi Jawa Tengah sudah baik. Dinas Kesehatan telah menyediakan website
sebagai sarana untuk menyebarkan informasi ke masyarakat.
Hasil evaluasi terhadap diseminasi informasi pada SIK di Provinsi Jawa Tengah
adalah ”adekuat” (79,5%). Kebutuhan akan informasi SIK yang lengkap, tepat waktu, akurat,
relevan dan valid sangat tinggi sebagai bahan untuk pengambilan keputusan dengan berdasarkan
bukti yang kuat. Hasil analisis SIK disajikan dalam bentuk narasi, grafik dan peta baik di fasilitas
kesehatan maupun dinas kesehatan. Penyebaran informasi kesehatan di Dinas Provinsi Jawa
Tengah adalah melalui website, seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi Mibangkes berikut
ini :
”...bentuknya adalah melalui website ya...semua produk sosialisasinya harus lewat
website...data kita publikasi lewat situ...kemudian yang cetak ya melalui cetakan, melalui
elektronik dan non elektronik...semua ada di bank data dan masyarakat bisa mengunduhnya
secara bebas...”

Hasil evaluasi terhadap penggunaan informasi SIK di Provinsi Jawa Tengah secara umum
adalah “adekuat” (72,4%). Masih ada beberapa hal yang tidak adekuat, diantaranya adalah
penggunaan informasi SIK untuk mengatur alokasi sumber daya dalam proses penyusunan
anggaran tahunan dan penggunaan informasi SIK dalam advokasi untuk keadilan dan
peningkatan sumber daya bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Penggunaan informasi kesehatan untuk perencanaan anggaran oleh lintas program dan lintas
sektor di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dinilai sudah memadai meskipun belum pernah
dilakukan kajian khusus untuk menghitung seberapa besar penggunaan informasi SIK bagi
penurunan kejadian kesakitan maupun kematian, seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi
Mibangkes berikut ini :
...kami belum ada kajian secara khusus untuk menilai bagaimana pemanfaatan data dan berapa
besar anggaran yang berdasarkan evidence base tersebut mempunyai daya ungkit terhadap
penurunan kesakitan dan kematian...
Penggunaan informasi SIK lebih sering digunakan untuk manajemen pelayanan kesehatan,
monitoring dan evaluasi program kesehatan..
Berdasarkan evaluasi SIK yang telah dilakukan maka diketahui bahwa dari tujuh komponen
SIK yang perlu mendapat perhatian adalah pada komponen yang masuk dalam kategori ”ada tapi
tidak adekuat” yaitu komponen Pengelolaan SIK, Sumber Daya SIK, Sumber Data SIK dan
Manajemen Data SIK. Berdasarkan masukan beberapa partisipan dalam FGD dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa lemahnya regulasi SIK di daerah mengakibatkan posisi pengelola SIK kurang
diakui, sehingga ada kesulitan dalam mengusulkan SDM yang sesuai kompetensi SIK dan
rendahnya pendanaan SIK di beberapa kabupaten/kota. Rendahnya kualitas dan kuantitas SDM
SIK dan pendanaan SIK mengakibatkan komponen manajemen data SIK tidak memadai
pelaksanaannya.
Rekomendasi yang dapat dirumuskan untuk SIK di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka
Penguatan SIKNAS, sebagai berikut :
/ , Pembuatan standar tata kelola SIK berdasarkan PP no 46/2014 sebagai bahan acuan untuk
pengelolaan SIK di DKK dan Provinsi Jawa Tengah.
0, Membuat Perencanaan SIK dengan menyusun rencana strategis jangka pendek, menengah
dan panjang.
1, Pelatihan peningkatan kapasitas petugas SIK di Provinsi Jawa Tengah yang lebih
terencana berdasarkan hasil kajian tentang tingkat kompetensi petugas SIK di Provinsi
Jawa Tengah.
2, Pertemuan di tingkat provinsi untuk perencanaan anggaran SIK di Provinsi Jawa Tengah
untuk pembuatan menu-menu kegiatan SIK yang bisa dijadikan acuan DKK dalam
mengusulkan anggaran SIK di daerahnya masing-masing.
3, Sosialisasi pemanfaatan bank data di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
terus dilakukan.

Kesimpulan
/ , Modifikasi HMN Assessment Tools version 4.0 menjadi perangkat Evaluasi SIK Provinsi
dilakukan pada item pertanyaan dengan cara menghapus item pertanyaan yang tidak sesuai
dengan kondisi SIK di provinsi dan menambahkan item pertanyaan berdasarkan pada PP no
46 Tahun 2014 tentang SIK.
0, Hasil evaluasi terhadap 7 komponen SIK di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa
empat komponen berada dalam kategori “Ada tapi tidak Adekuat” yaitu komponen
Pengelolaan SIK, Sumber Daya SIK, Sumber Data SIK dan Manajemen Data SIK.
Sementara tiga komponen lainnya berada dalam kategori ”Adekuat”, yaitu komponen
Indikator SIK, Produk Informasi SIK dan Diseminasi dan Penggunaan Informasi.

Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: 2011.
2. Nyamtema, AS. Bridging the gaps in the Health Management Information System in the
Context of a Changing Health Sector. BMC Med Inform Decis Mak. 2010 Jan;10;36.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 20l4 Tentang Sistem
Informasi Kesehatan. Jakarta: 2014.
4. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
l92/MENKES/SK/VI/20l2 tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem
Informasi Kesehatan. Jakarta: 2012.
5. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) : Keputusan Menkes No : 5ll/MENKES/SK/V/2002.
Jakarta: 2007.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

230
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta: 2007.

230
7. Odhiambo-Otieno, GW. Evaluation of Existing District Health Management Information
Systems a Case Study of the District Health Systems in Kenya. Int J Med Inform. 2005
Sep;74(9):733–744.
8. Hotchkiss DR, Aqil A, Lippeveld T, Mukooyo E. Evaluation of the Performance of
Routine Information System Management (PRISM) Framework: Evidence from Uganda.
BMC Health Serv Res. 2010 Jan;10;188.
9. Hartono B, Bambang S, Tjahjoso D. Indonesia Health Information System Review and
Assessment. 2007.
10. Utami AD, Lazuardi L. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Universitas Gadjah Mada: 2013.
11. Budi DK, Lazuardi L. Analisis Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten
Ketapang dengan Pendekatan Kerangka Health Metrics Network. Universitas Gadjah
Mada: 2010.
12. Garrib A, Stoops N, McKenzie A, Dlamini L, Govender T, Rohde J, et al. An Evaluation
of the District Health Information System in Rural South Africa. S Afr Med J. 2008
Jul;98(7):549–552.
13. WHO (World Health Organization). Framework and Standards for Country Health
Information Systems. World Health. 2008; 2nd Edition(June); 72.
14. WHO HMN. Assessing the National Health Information System An Assessment Tool.
2008.

14

Anda mungkin juga menyukai