Anda di halaman 1dari 13

Teori Rekam Medis

H. Triyo Rachmadi, S.Kep., M.H (Kes)

1. Teori – teori Penunjang Penulisan Laporan


1. Pengertian Prosedur
Prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas untuk metode
langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.(KBBI,2010).
Sedangkan arti kata prosedur menurut pendapat saya adalah pola dan langkah yang akan
digunakan untuk suatu kegiatan secara pasti.
2. Pengertian Sistem Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan nomor yang
diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien
yang bersangkutan.
Tujuan dan kegunaan nomor rekam medis :
a. Sebagai petunjuk pemilik berkas rekam medis pasien yang bersangkutan.
b. Untuk pedoman dalam tata-cara penyimpanan (penjajaran) berkas rekam medis .
c. Sebagai petunjuk dalam pencarian berkas rekam medis yang telah tersimpan di filling.
Nomor rekam medis terdiri dari 6 angka (digit) yang terbagi menjadi tiga kelompok,masing-
masing kelompok terdiri dari dua angka. Dengan demikian maka dijumpai kelompok angka
awal, angka tengah dan akhir. Enam angka tersebut mulai dari 00-00-01 s/d 99-99-99.
Contoh untuk membedakan kelompok angka tersebut, misalnya pada nomor rekam medis 48-
12-06, berarti kelompok awal angka 48, kelompok tengah 12 dan kelompok akhir 06.
4 8 1 2 0 6
Kel Kel Kel
Angka Angka Angka
Awal Tengah Akhir

Ketika pasien datang berobat, petugas rekam medis harus memberikan nomor rekam medis
dan mencatatnya ke dalam beberapa formulir rekam medis yaitu
1. Kartu Identitas Berobat (KIB)
2. Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
3. Formulir data dasar pasien
4. Formulir masuk – keluar pasien
5. Buku register pendaftaran pasien,
Selanjutnya oleh petugas pada pelayanan pasien berikutnya, nomor rekam medis tersebut
akan dicatat pada setiap lembar formulir.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sistem Rekam
Kesehatan ada tiga sistem pemberian nomor pasien (Administrasion Numbering System)
adalah sebagai berikut :
1) Pemberian nomor cara Serial Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah sakit atau
puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu
petugas lebih mudah mengerjakan, namun kerugiannya yaitu membutuhkan waktu lama
untuk mencari atau mendapatkan berkas rekam medis pasien lama karena satu pasien
mendapatkan lebih dari satu nomor rekam medis sehingga informasi pelayanan klinisnya
menjadi tidak berkesinambungan dan dapat merugikan pasien.
2) Pemberian nomor cara Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam medis pada pasien
berobat jalan, pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi baru lahir. Kelebihan sistem ini
adalah informasi klinis dapat berkesinambungan, tetapi pengambilan data pasien akan lebih
lama karena semua data dan informasi mengenai pasien dan pelayanan pendaftaran pasien
pernah berkunjung (berobat) atau sebagai pasien lama hanya memiliki satu nomor.
Kekurangan ini dapat diatasi dengan sistem pelayanan yang terpisah antara pendaftaran
pasien lama atau baru.
Kekurangannya adalah untuk pelayanan pasien lama akan lebih lama dibanding dengan
sistem penomoran seri. Hal ini karena pada pasien lama akan dicarikan berkas rekam
medisnya yang lama setelah ketemu baru pasien akan mendapatkan pelayanannya. Pada
sistem ini pelayanan pendaftaran akan lebih cepat jika ada pemisahan antara loket
pendaftaran pasien baru dan pasien lama. Untuk proses pendaftaran manual, pasien yang
tidak membawa KIB, dapat menggunakan petunjuk mencari berkas rekam medis lama
dengan KIUP. Dengan cara menanyakan nama pasien yang bersangkutan, kemudian dicari
nomor rekam medisnya di dalam KIUP.
3) Pemberian nomor cara Serial Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dengan menggabungkan sistem seri dansistem unit. Setiap pasien
yang berkunjung pada sarana pelayanan kesehatan diberikan nomor baru, tetapi dokumen
rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu dibawah nomor yang paling baru.
Kekurangannya yaitu petugas menjadi lebih repot setelah selesai pelayanan informasi klinis
tidak berkesinambungan.
Dari ketiga sistem pemberian nomor pada berkas rekam medis pasien datang, sistem
yang paling dianjurkan adalah sistem pemberian nomor unit, karena memiliki kelebihan
yaitu:
1. Semua berkas rekam medis satu pasien memiliki satu nomor dan terkumpul dalam satu
folder,
2. Secara tepat memberikan informasi kepada klinisi dan menegemen, satu gambaran yang
lengkap mengenai riwayat penyakit dan pengobatan seorang pasien.
3. Menghilangkan kerepotan mencari dan mengumpulkan rekam medis seorang pasien yang
terpisah-pisah dalam sistem seri.
4. Menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis lama, untuk disimpan ke nomor baru
dalam sistem seri unit.

3. Pengertian Klinik
Klinik adalah bagian rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan
memperoleh pelayanan medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan
terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien. Klinik juga bisa diartikan sebagai
organisasi kesehatan yang bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis
dan pengobatan), biasanya terhadap satu macam gangguan kesehatan.(KBBI,2010).

4. Pengertian Rekam Medis


Rekam medis di definisikan sebagai berikut :
a. Menurut Permenkes No.269 / Menkes / Per / 111/ 2008
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.
b. Menurut surat keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medis No.78 tahun 1991
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas,
anamesis, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada seorang pasien selama dirawat baik di unit rawat jalan maupun unit rawat inap dan
gawat darurat.
c. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Rekam Medis adalah sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas
pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik atau kesehatan kepada seorang
pasien.

5. Tujuan Rekam Medis


Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didikung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah
sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu
faktor yang menetukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Direktorat
Jendral Pelayanan Medik, 2006).

6. Kegunaan Rekam Medis


Rekam medis dilaksanakan dengan tujuan tercapainya tertib administrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Beberapa kegunaan
rekam medis sebagai berikut :
a. Aspek Administration
Suatu berkas rekam medis yang berisi tentang tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan.
b. Aspek Legal
Suatu berkas rekam medis yang berisi tentang adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan pelayanan kesehatan, sebagai usaha menegakkan hukum serta penyediaan
tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
c. Aspek Financial
Suatu berkas rekam medis yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk
menetapkan biaya pembayaran jasa pelayanan kesehatan.Tanpa adanya bukti catatan tindakan
atau pelayanan maka pembayaran tidak dapat dipertanggung jawabkan.
d. Aspek Research
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai penelitian karena isinya menyangkut
data atau infomasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
e. Aspek Education
Suatu berkas rekam medis yang berisi data-data yang dapat digunakan untuk mengetahui
kronologis suatu tindakan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien dan mengetahui
sistem pengelolaan rekam medis.
f. Aspek Documentation
Suatu berkas rekam medis yang digunakan sebagai sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan sarana
kesehatan.

7. Dasar Hukum Rekam Medis di Indonesia


a. UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. UU RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. UU RI No.43 tahun 2009 tentang Kearsipan.
d. UU RI No.29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
e. UU RI No.11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik.
f. Permenkes RI No.269 tahun 2008 tentang Rekam Medis.
g. Permenkes RI No.1045 tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Depkes.
h. Permenkes RI No.55 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis.
i. Kepmenkes RI No.377 tahun 2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan.
j. Keputusan Dirjen Yanmed No.78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di
Rumah Sakit.

8. Sistem dan Subsistem Rekam Medis


Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerjasama secara bebas dan terikat
untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. Sistem terbentuk
dari dua atau lebih subsistem yang ada di bawahnya. Sistem di unit rekam medis meliputi
sistem penerimaan pasien, sistem pengelolaan rekam medis, dan sistem statistik.
Di bawah ini diuraikan masing-masing dari sistem dan subsistem yang ada.
a. Sistem Pemberian Nomor Pasien ( Patient Numbering System)
Dalam system pemberian nomor pasien pada saat pasien datang ke unit pelayanan kesehatan,
(Admission Numbering System) yang umumnya dipakai yaitu:
1) Subsistem Pemberian Nomor Cara Seri (Serial Numbering System)
Dengan sistim ini setiap penderita mendapat nomor baru setiap kunjungan / berobat
baik itu ke rumah sakit. Jika ia berkunjung lima kali. Maka ia akan mendapatkan lima
nomor yang berbeda.Semua nomor yang telah diberikan kepada penderita tersebut harus
dicatat pada “Kartu Indeks Utama Pasien” yang bersangkutan. Sedangkan rekam medisnya
disimpan diberbagai tempat sesuai dengan nomor yang diperolehnya.
2) Subsistem Pemberian Nomor Cara Unit (Unit Numbering System)
Didalam sistem pemberian nomor secara unit ini, pada saat pasien datang pertama kali
untuk berobat jalan maupun rawat inap, maka pasien tersebut akan mendapatkan satu
nomor rekam medis yang mana nomor tersebut akan dipakai selamanya untuk kunjungan-
kunjungan selanjutnya ke unit-unit penunjang medis dan instalasi lain untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit. Dan berkas rekam medis pasien tersebut akan
tersimpan didalam satu berkas dengan satu nomor pasien.
3) Subsistem Pemberian Nomor Cara Seri-Unit (Serial Unit Numbering System)
Sistem pemberian nomor ini merupakan sintesis/gabungan antara sistem pemberian
nomor secara seri dan unit. Setiap pasien berkunjung ke rumah sakit ,kepadanya diberikan
satu nomor baru, tetapi berkas rekam medisnya yang terdahulu digabungkan dan disimpan
dibawah nomor yang paling baru. Dengan cara ini terciptalah satu unit berkas rekam medis.
Apabila satu berkas rekam medis lama diambil dan dipindahkan tempatnya ke nomor baru,
di tempatnya yang lama tersebut harus diberi tanda petunjuk (out guide)yang menunjukan
kemana berkas rekam medis tersebut telah dipindahkan. Tanda petunjuk tersebut
diletakkan menggantikan tempat berkas rekam medis yang lama. Hal ini sangat membantu
ketertiban sistem penyimpanan berkas rekam medis.
b. Sistem Pengolahan Rekam Medis
Sistem pengolahan rekam medis terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: pendaftaran
pasien, assembling, coding, indexing, dan penyimpanan berkas rekam medis.
1) Subsistem assembling
Kegiatan assembling adalah kegiatan analisa dan penataan/perakitan berkas rekam medis
yang telah selesai dipergunakan dalam kegiatan rawat jalan dan rawat inap. Untuk kegiatan
evaluasi pengisian berkas rekam medis, berkas rekam medis yang tidak lengkap harus segera
dilengkapi dan dikembalikan ke unit rekam medis.
2) Subsistem coding
Kegiatan pengkodean adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf dan
angka atau kombinasi antara huruf dan angka yang mewakili komponen data. Tenaga rekam
medis sebagai pemberi kode bertanggungjawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis
yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis.
3) Subsistem indexing
Kegiatan pengkodean adalah pembuatan tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke
dalam kartu indek. Hasil pengumpulan kode yang berasal dari data penyakit, operasi pasien
dan pengumpulan data dari indeks yang lain dilaporkan kepada kepala bagian rekam medis
sebagai bahan untuk penyajian data statistik.
4) Subsistem penyimpanan berkas rekam medis
Cara pengurusan penyimpanan berkas rekam medis ada dua, yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Cara pengurusan sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien dalam
satu kesatuan baik catatan kunjungan poliklinik maupun catatan selama pasien dirawat.
Sedangkan cara pengurusan desentralisasi adalah penyimpanan berkas rekam medis pasien
dengan cara memisahkan antara berkas rekam medis poliklinik dengan berkas rekam medis
pasien ketika rawat inap.
c. Sistem Statistik
Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat
diartikan sebagai alat. Aalat untuk analisis dan alat untuk membuat keputusan.
Statistik dibedakan menjadi 2 :
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi).
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan)untuk populasi di mana sampel diambil.
Terdapat dua macam statistik inferensial yaitu :
1) Statistik Parametris digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio, yang diambil
dari populasi yang berdistribusi normal .
2) Statistik Non-Parametris, digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari
populasi yang bebas distribusi.

d. Sistem Penamaan
Sistem penamaan dalam pelayanan medis yaitu tata cara penulisan nama pasien yang
bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien yang lain dan untuk memudahkan
dalam pengindeksan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP).
Penulisan nama dalam formulir rekam medis harus memenuhi persyaratan penulisan
untuk diindeks dan memenuhi kelengkapan nama seseorang. Menurut Bambang Shofari
dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Sistem Rekam Medis-1 tahun edisi 2004 cara
menulis dan mengindeks nama dalam formulir rekam medis adalah sebagai berikut:
a. Menulis nama orang Indonesia.
1) Nama Tunggal
Nama orang dapat terdiri dari satu suku kata, dua kata atau lebih. Nama orang hanya terdiri
dari satu suku kata, diindeks sebagaimana nama itu disebut.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Sumaryono Sumaryono
Sugeng Sugeng

2) Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan oleh si pemilik nama itu ditulis menjadi satu,
diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Dwi Rahmat Dwi Rahmat
3) Nama Keluarga
Nama orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga, yang diutamakan nama
keluarganya.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Gading Martin Martin Gading
Rohman Koderi Koderi Rohman
4) Bukan Nama Keluarga
Di Indonesia nama keluarga belum dikenal secara luas. Banyak nama orang Indonesia yang
terdiri lebih dari satu atau dua kata, akan tetapi nama itu adalah nama sebenarnya, bukan
nama keluarga. Hal ini akan membingungkan petugas. Untuk menghindari hal tersebut, maka
untuk nama orang Indonesia yang terdiri kebih dari satu lata atau dua kata,kata terakhir
dijadikan kata tangkap utama, atau dianggap sebagai nama leluarga.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Bagus Nugroho Nugroho Bagus
5) Nama Marga, Suku, Clan
Nama orang Indonesia yang mempergunakan nama marga, suku dan clan, yang diutamakan
nama marga, suku, dan nama clan(kaum).
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Angel Siahaan Siahaan Angel
Hadi Sumpeno Sumpeno Hadi
6) Nama Wanita yang Mempergunakan Nama Laki-laki
Banyak wanita Indonesia yang mempergunakan nama laki-laki. Nama laki-laki itu mungkin
nama ayahnya, nama suaminya, atau mungkin namanya sendiri (bukan nama ayah dan
suami). Tanpa memperhatikan apakah laki-laki yang dipergunakan itu nama suaminya, nama
ayahnya atau namanya sendiri,bagi wanita Indonesia yang mempergunakan laki-laki diindeks
& ditulis nama laki-laki dijadikan kata tangkap utama dalam mengindeks.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
Rita Ahmad Ahmad Rita
7) Nama Permandian
Orang-orang Kristen biasanya menggunakan nama permandian atau nama baptis. Bagi orang
Indonesia yang menggunakan nama permandian atau nama baptis, maka nama tersebut
diindeks dan ditulis menurut nama terakhir.
Contoh:
Nama Diindeks akan ditulis
Florensius Suhardi Suhardi Florensius
Ignatius Hadi Sukarto Sukarto Hadi Ignatius
8) Nama Gelar
a) Gelar dapat dibedakan menjadi:
Gelar kesarjanaan, misalnya:
B.Sc. : Bachelor of Science
B.A : Bachelor of Art
B.St : Bachelor of Statistic
Drs. : Doktorandus
Dra : Doktoranda
S.H. : Sarjana Hukum
dr : Dokter
Prof. : Profesor
Ir : Insinyur

Gelar Kepangkatan, misalnya:


Mayor Direktur
Letnan Kolonel Direktur Utama
Kolonel Direktur Jendral
Gelar Keagamaan, misalnya:
Pendeta
Pastur/Romo
Haji
Kyai Haji
Biksu
Gelar Kebangsawanan, misalnya:
R : Raden
R.M : Raden Mas
R.A : Raden Ayu
Sultan
Gelar Kekeluargaan, misalnya:
Tn. : Tuan
Nn :Nona
Ny : Nyonya
b) Nama-nama yang diikuti dengan gelar-gelar seperti diatas dalam menulis gelar-gelar tersebut
ditempatkan dibelakang tanda kurung.
Contoh :
Nama Diindeks akan ditulis
R.R Musdalifah Musdalifah (R.R)
R.M Nassar Nasaar (R.M)
Dra. Nawang Pertiwi Nawang Pertiwi (Dra)
Haji Muhamad Haikal Muhamad Haikal (Haji)
Ny. Tafrijiyah Farhan Tafrijiyah Farhan (Ny)
Nn. Toyibah Toyibah (Nn. S.H)
e. Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka setiap folder
harus disimpan dan dilindungi dengan baik karena bertujuan untuk :
1) Mempermudah dan mempercepat ditemukannya kembali dokumen yang disimpan dalam
rak filing.
2) Mempermudah mengambil dari tempat penyimpanan.
3) Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian, kerusakan fisik, kimiawi dan
biologis.
Syarat dokumen rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada lembar
formulir rekam medis telah terisi dengan lengkap dan telah dirakit sehingga riwayat pasien
urut secara kronologis. Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka
cara penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu:
a) Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan dengan cara
menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam satu kesatuan dimana dokumen
rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien menjadi satu dalam
satu folder (map).
b) Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara
memisahkan formulir rekam medis milik pasien dimana dokumen rekam medis rawat jalan,
rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien dipisahkan pada folder (map) yang berbeda.
f. Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak ditumpuk
melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK)
tahun edisi 1998 penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :

1. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)


Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.
Contoh :
Seksi 01 Seksi 02 Seksi 03
01-11-89 02-05-45 03-99-97
01-11-90 02-05-46 03-99-98
2. Sistem Angka Tengah (Middle Digit Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka kelompok tengah.
Contoh :
Seksi 17 Seksi 70 Seksi 99
12-17-55 60-70-99 04-99-97
12-17-56 61-70-00 04-99-98
3. Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka kelompok akhir.

Contoh :
Seksi 42 Seksi 89 Seksi 99
00-00-42 98-60-89 98-24-99
01-00-42 99-60-89 99-24-99
g. Sistem Pemusnahan
Setelah dilakukan penilaian terhadap nilai guna rekam medis dari dokumen rekam medis
inaktif, tim pemusnahan dokumen rekam medis kemudian mengabadikan formulir rekam
medis yang harus diabadikan sesuai dengan nilai gunanya dan memusnahkan formulir yang
sudah tidak ada nilai gunanya. Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 rangkuman kegiatan
pemusnahan tersebut meliputi :
1. Membuat berita acara pemusnahan rekam medis yang ditandatangani Ketua, Sekretaris, dan
diketahui direktur rumah sakit.
2. Melaksanakan pemusnahan dokumen rekam medis dengan cara dibakar dan dicacah.
3. Membuat daftar penelaahan.
Khusus untuk formulir rekam medis yang sudah rusak atau yang tidak terbaca dapat langsung
dimusnahkan dengan terlebih dahulu membuat pernyataan di atas kertas segel oleh direktur rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai