Anda di halaman 1dari 17

makalah

GAMBARAN SISTEM INFORMASI


KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2:

Ameliana Fazila Nur Laila


Dinika SK Nuzuliana Ramadhani
Fitri Yani Raisatun Nabila
Khairunnisak Salsabilla Nisfira
Nisa Ulbaja Sarah Ashari
Nurhayati Sri Wahyuni
Wahdatul Wullia

PEMBIMBING: AFRIANA, SST, M.Kes

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH BANDA ACEH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat


limpahan rahmat-Nya yang telah di berikan kepada kita baik kesehatan dan
kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan
salam tidak lupa Penulis sanjungkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Adapun Proposal yang telah Penulis selesaikan yang berjudul “Gambaran Sistim
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)” sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Sarjana Kebidanan di Fakultas STIKES Kebidanan
Universitas Muhammadiyah Aceh.

Dalam menyelesaikan tugas Makalah ini tidak terlepas dari berbagai


kenndala, namu berkat dorongan dari berbagai pihak baik moral maupun
materialsehingga sedikit demi sedikit kendala itu bisa di atasi dengan baik, oleh
karena itu Penulis mengahnturkan Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam menyelesaikan
tugas Proposal ini. Terutama kepada Dosen pembimng Ibu Afriana, SST, M.Kes
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang kontruktif dari
semua pihak demi kesempurnaan Proposal ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Aceh Besar,06 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER SAMPUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Pengertian............................................................................................... 2

B. konsep Pengembangan Sistem informasi Nasional................................. 3

C. .Alur SIKNAS.......................................................................................... 4

D. Jaringan SIKNAS..................................................................................... 4

E. Perkembangan SIKNAS........................................................................... 5

F. Tantangan SIKNAS................................................................................... 7

G. Masalah SIKNAS..................................................................................... 7

H. Kendala SIKNAS...................................................................................... 8

I..Hambatan dalam Penerapan SIKNAS........................................................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa provinsi
di bawah koordinasi dari pemerintahan pusat. Dengan banyaknya provinsi
tersebut, maka dalam proses untuk melihat derajat kesehatan dari setiap
individu dalam populasi tersebut perlu sebuah sistem yang mendukung, yaitu
SIK ( Sistem Informasi Kesehatan ). Berdasarkan Permenkes
004/Menkes/SK/I/2003 tentang desentralisasi pelayanan public dan
Permenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten atau kota. Hal
tersebut mendukung atas keberadaan sistem informasi kesehatan di Indonesia.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui SIK ( Sistem Informasi Kesehatan ).
2. Untuk memahami penerapan dan fungsi SIK (Sistem Informasi
Kesehatan).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) adalah sistem informasi
yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan
bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian
dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan
bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem
informasi kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jarngan sistem-
sistem informasi kesehatan kabupaten atau kota.
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu
negara. Keenam komponen ( building block ) sistem kesehatan tersebut
adalah:
1. Service delivery ( pelaksanaan pelayanan kesehatan )
2. Medical product, vaccine, and technologies ( produk medis, vaksin,dan
teknologi kesehatan ).
3. Health worksforce ( tenaga medis ).
4. Health system finsncing ( sistem pembiayaan kesehatan ).
5. Health information system ( sistem informasi kesehatan ).
6. Leadership and governance ( kepemimpinan dan pemerintah ).
Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem
informasi kesehatan adalah:
1. Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan. Desentralisasi pelayanan publik
merupakan salah satu langkah strategis yang cukup populer dianut oleh

2
negara-negara di Eropa Timur dalam rangka mendukung terciptanya good
governance. Salah satu motivasi utama diterapkan kebijaksanaan ini
adalah bahwa pemerintahan dengan sistem perencanaan yang sentralistik
seperti yang telah dianut sebelumnya terbukti tidak mampu mendorong
terciptanya suasana yang kondusif bagi partisipasi aktif masyarakat dalam
melakukan pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan berbagai
kelemahan dan hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan struktur
pemerintahan yang sentralistik telah mendorong dipromosikannya
pelaksanaan strategi desentralisasi.
2. Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Salah satu yang menyebabkan kurang berhasilnya Sistem
Informasi Kesehatan dalam mendukung upaya-upaya kesehatan adalah
karena SIK tersebut dibangun secara terlepas dari sistem kesehatan.SIK
dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan.
Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga menyebabkan tidak
berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan di daerah

B. Konsep – konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan.Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar
yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun
sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer ( Computer Based Information System ). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi

3
adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang
mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi
dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perludisadari
bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

C. Alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait dengan
adanya jaringan SIKNAS, yaitu
1. Sumber data manual
2. Sumber data komputerisasi
3. Sistem informasi dinas kesehatan
4. Sistem informasi pemangku kepentingan
5. Bank data kesehatan nasional
6. Pengguna data oleh Kemetrian Kesehatan
7. Pengguna data

D. Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan hanya
bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan

4
infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide
Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi mencakup area yang luas serta
digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN)
yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Pengembangan
jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui Keputusan Mentri
Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

E. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Pengembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan
pengembangan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi
di setiap tingkat administrasi kesehatan, yang akan menghasilkan
data/informasi yang akurat yang dapat menunjang Indonesia Sehat.
Pengembangan sistem informasi kesehatan tersebut harus sejalan dengan
kebijakan desentralisasi sebagaimana diatur dalam UU nomor 22 tahun 1999,
yang antara lain kewenangannya dalam sistem informasi kesehatan adalah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan kabupaten/kota
2. Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan propinsi
3. Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian,
dan penyelenggraan sistem informasi kesehatan nasional.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan bagian dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, Sistem Informasi
Kesehatan di tingkat Pusat merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional,
di tingkat Provinsi merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Provinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota. SIKNAS dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-
sistem Informasi Kesehatan Provinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi
dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota. Di setiap tingkat, Sistem Informasi Kesehatan juga

5
merupakan jaringan yang memiliki Pusat Jaringan dan Anggota-anggota
Jaringan.
Untuk mewujudkan Sistem Informasi Kesehatan yang diharapkan, sampai
saat ini masih dijumpai sejumlah permasalahan yang bersifat klasik antara
lain:
1. Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi.
2. Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai
3. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal
4. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat kurang
berkembang.
5. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
6. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan terbatas
7. Kurangnya tenaga purna waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan.
Indonesia Sehat akan tercapai dengan baik apabila didukung oleh
tersedianya data dan informasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu. Atau dengan kata lain, pencapaian Indonesia Sehat memerlukan
dukungan informasi yang dapat diandalkan (reliable). Atas dasar
pertimbangan tersebut, maka Visi Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) adalah INFORMASI KESEHATAN ANDAL 2010 (Reliable
Health Information 2010).
Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, maka Misi dari pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional adalah:
1. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan, dan analisis data.
2. Mengembangkan pengemasan data dan informasi dalam bentuk
BANKDATA, Profil Kesehatan, dan kemasan-kemasan informasi khusus.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan data dan informasi
kesehatan.
4. Mengembangkan pendayagunaan data dan informasi kesehatan.
Di jajaran kesehatan terdapat berbagai macam sub sistem informasi yang
selama ini belum terintegrasi dengan baik dalam suatu SIKNAS. Oleh karena

6
itu, maka strategi pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan
SIKNAS adalah pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Pengertian
integrasi hendaknya dicermati oleh sebab di dalamnya tidak terkandung
maksud mematikan/menyatukan semua sistem informasi yang ada. Yang
disatukan hanyalah sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila digabung.
Terhadap sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa
pengembangan (1) pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas
serta (2) mekanisme saling-hubung. Dengan integrasi ini diharapkan semua
sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan sinergis
membentuk suatu SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan
memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang
baik. Otoritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan
data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda mengenai
suatu hal. (Sumber: SIKNAS dan BANK DATA disajikan SEKJEN di
Bidakara)

F. Tantangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi bukan menjadi lebih baik tetapi
malah berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya infrastruktur yang
memadai di daerah dan juga pencatatan dan pelaporan yang ada ( produk
sentralisasi ) banyak overlaps sehingga dirasaka sebagai beban oleh daerah.

G. Masalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa
menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk
Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang ada
khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap derajat
kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada. Perkembangan dan
masalah sistem informasi kesehatan antara lain :
1. Upaya kesehatan

7
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan.
Namun pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau – pulau
kecil terdepan dan terluar masih rendah.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun,
namun psersentase terhadap seluruh APBN belum meningkat.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Kesehatan
belum memadai. Baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan
yang dibutuhkan. Selain itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum
merata. Jumlah dokter Indonesia masih termasuk rendah.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan
Pasar sediaan farmasi masih di dominasi oleh produksi domestik,
sementara itu bahan baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di
Indonesia terdapat 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai efek
pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai
bahan baku. Penggunaan obat nasional belum dilaksanakan di seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan formularium.
5. Manajemen dan Informasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum
sinkron. Sistem informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan
kebijakan desentralisasi. Data dan informasi kesehatan untuk perencanaan
tidak tersedia tepat waktu. Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah mencapai tingkat kabupaten/ kota
namun belum dimanfaatkan. Hasil penelitian kesehatan belum banyak
dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan perencanaan
program. Surveilans belum dilaksanakan secara menyeluruh.

H. Kendala Sistem Informasi Kesehatan Nasional

8
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara
optimal. SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang
komprehensif belum mampu berperan dalam memberikan informasi yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem
Kesehatan, mulai dari Puskesmas di Tingkat Kecamatan sampai dengan
Kementrian Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal tersebut disebabkan karena
Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum dapat diakses
dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan dan validitasnya.
Padahal informasi tersebut sangat penting dan diperlukan keberadaannya
dalam menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan nasional.
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung
oleh data yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat
mendukung tersedianya data dan informasi kesehatan yang valid yang dapat
mendukung dalam penentuan kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai
bidang seperti yang tercantum dibawah ini :
1. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas
relatif rendah.
2. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada
ibu hamil dan anak hingga usia 2 tahun.
3. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD
dan diare serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis,
schistosomiasis.
4. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta
pengembangan jaminan pelayanan kesehatan.
5. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk
pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang
didukung oleh sistem perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan
secara sistematis dan didukung oleh peraturan perundangan.
6. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat.

9
7. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan
administrasi kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan,
penapisan teknologi kesehatan dan pengembangan sistem informasi
kesehatan.
Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan
bidang kesehatan masing-masing pemerintah daerah berbeda-beda, maka
sistem informasi kesehatan yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan
tersebut menimbulkan berbagai permasalahan dalam pengelolaan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum, diantaranya :
1. Akurasi data tidak terjamin
2. Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.
3. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.
4. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan
puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas
Kesehatan maupun ke Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang
diterima sudah tidak up to date lagi.
5. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana
kesehatan lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format
pelaporan.
6. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan
manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat
Kementrian Kesehatan.
7. file data tersimpan secara terpisah,
8. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan
tidak mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak
lengkap.
Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami
kesulitan dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus
dibuat berdasarkan permintaan dari berbagai program di Kementrian

10
Kesehatan, dimana data antara satu laporan dari satu program dengan laporan
lain dari program lainnya memiliki dataset yang hampir sama, sedangkan
aplikasi untuk membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda. Sehingga
menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang menghabiskan
banyak sumberdaya dan waktu dari petugas puskesmas.
Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi
Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang
sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat
Puskesmas hingga ke Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau
disebut Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).
Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara
cepat, akurat dan terkini sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak dalam
pengambilan keputusan manajemen.

I. Hambatan – hambatan dalam Penerapan Sistem Informasi Kesehatan


Nasional ( SIKNAS )
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa
menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk
Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang ada
khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap derajat
kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan
tetrkait penerapan Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa
masih ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak sesuai dalam proses
pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih adanya 5 Puskesmas yang
tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas
penerapan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah
yang timbul, yaitu :

11
1. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
2. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya
jumlah bayi.
3. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
4. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang
berbeda-beda dari masing-masing bagian.
5. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan
analisis data sering terlambat.
6. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data
berbeda dan keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan)
yang bersifat daerah (SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan
gambaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan
adalah faktor geografis (tempat dan lokasi), human resources medical atau
tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer, software, dan lain-lain),
dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Daerah)
maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Nasional, di tingkat Provinsi merupakan bagian dari Sistem
Kesehatan Provinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. SIKNAS dibangun dari himpunan atau
jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan Provinsi dan Sistem Informasi
Kesehatan Provinsi dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem
Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Di setiap tingkat, Sistem Informasi
Kesehatan juga merupakan jaringan yang memiliki Pusat Jaringan dan
Anggota-anggota Jaringan. Pengembangan jaringan komputer Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

B. Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan
oleh Depkes dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
yang bisa diraih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi
yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas
Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di seluruh
Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/525/jbptunikompp-gdl-tikatrisna-26206-6-
unikom_t-2.pdf, diakses tanggal 06 desember 2023
http://fseptian.mhs.uksw.edu/2012/11/sistem-informasi-kesehatan.html, diakses
tanggal 06 desember 2023
http://www.slideshare.net/zinzendorf/sistem-informasi-kesehatan, diakses tanggal
06 desember 2023
Kapita, selekta Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas
Gadja Mada Wulandari, R Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas Berbasis Komputer. Semarang: Universitas 30
PP nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan
Roadmap sistem informasi kesehatan tahun 2011-2014
Sanjoyo, R. Sistem Informasi Kesehatan. http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id
(diakses tanggal 2 Mei 2011)

Anda mungkin juga menyukai