Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Kelompok

Anggota :

STIkes Karsa Husada Garut

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kkami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Informasi Kesehatan
Nasional” dengan tepat waktu.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami buat untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan
kita semua. Semoga bermanfaat.

Garut,16November 2019

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan ..................................................................... 2
B. DASAR HUKUM SISTEM INFORMASI KESEHATAN ......................................... 2
C. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional ....................................................... 3
D. Konsep-konsep pengembangan sistem informasi kesehatan ....................................... 4
E. Masalah Sistem Imformasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS) .................................... 6
F. Kendala Sitem Imformasi Kesehatan Nasional ........................................................... 7
G. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi ..................................... 8
H. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. ................................ 8
I. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup system ............... 8
J. Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ................................... 10
K. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional........................... 11
L. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia ......................................... 14
M.Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ............................................... 15
N. Pembahasan siknas online .......................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 22
Kesimpulan ..................................................................................................................... 22
Saran ............................................................................................................................... 22

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 23


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan
yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua baik pemerintah, swasta, masyarakat.
Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan
sumber utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan
yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era
desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik pemerintah pusat
atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain
melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah
juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat dinas
kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini berdasarkan latar belakang masalah
diatas adalah :

1. Apakah pengertian sistem informasi kesehatan nasional ?


2. Bagaimana sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional ?
4. Bagaimana Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Saat sekarang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetehahui apa pengertian sistem informasi kesehatan nasional!
2. Untuk menjelaskan sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia!
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional!
4. Untuk menjelaskan perkembangan sistem informasi kesehatan nasional saat sekarang !
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak bisa di
pisahkan dari sistem kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran sistem informasi
kesehatan selalu berkolerasi dan mengikuti perkembangan sistem kesehatan, kemajuan
teknologi informasi (TIK) bahkan mempengaruhi sistem pemerintahan yang berlaku di suatu
negara. Suatu sisyem yang terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan aoutput
yang baik juga. Sistem informasi kesehatan, merupakan salah satu bebtuk pokok sistem
kesehatan(SKN) yanng dioergunakan sebagai dasar dan acuan dalam bebagai tindakan
pedoman atau penyelengaraan pembangun kesehatan serta pembangunan berwawasan
kesehatan

Dengan sistem informasi kesehatan yang baik akan membuat masyarakat tidak buta
dengan semua permasalahan kesehatan dan mau membawa keluarga nya berobat dengan
mudah bukan lagi dengan berkolaborasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan untuk
berobat di oelayan kesehatan dan teknologi seharusnya membuat masyarakat dan khususnya
pada mahasiswa kesehatan masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistetm
kesehatan informasi indonesia.

Berlandaskan dengan fakta yang terjadi di masyarakat pada saat ini seharusnya nisa di
jadikan bahwa evaluasi dari pertimbangan untuk dapat membuat sistem informasi kesehatan
yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan bayaknya referensi yang ada
pada saat ini hingga dijadikan rumusa yang dapat dan membuat sistem nformasi kehehatan
berguna .

B. DASAR HUKUM SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Dasar hukum pengembangan sistem informasi sistem informasi kesehatan di


indonesia adalah :
1. UUD 19945, pasal 28 : setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak
untuk mencari, memperoleh ,memiliki, menyimpan, mengola dan menyampaikan
informasi dan penyampaian informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
2. Undang-Undang republik indonesia Nomor 36 tentang kesehatan;
3. Peraturan pemerintah RI Nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi
kesehatan;
4. Peraturan MentriKesehatan Nomor; 1144/MENKES/PER/2010 tentang organisai
dan tata kerja informasi (PUDATIN) sebagai pelaksana tugas kementrian
kesehatan di bidang data dan informasikesehatan;
5. Kepmenkes RI Nomor 511 tanun 2002 tentang kebijakan strategi pengembangan
sistem informasi kesehatan nasional(SIKNAS)
6. Kepmenkes RI Nomor: 932 /Menkes /SK/I/2003 Tentang kebijakan dan strategi
desentralisai bidang kesehatn;
7. Keputusan mentri kesehatan RI nomor 837 Tahun 2007 pengembangan jaringan
komputer (SIKNAS) online sistem informasi kesehatan nasional.

C. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional

SIKNAS adalah sistem informasi yang berhubungan dengan sitem-sistem informasi


lain yang baik secara nasional maupun internasional dalam rangka kerja sama yang saling
menguntungkan. Kerjasana di atur sedemikian rupa hingga tidak dapat mengabaikan
kepentingan bangsa yang lebih luas dan rahasia-rahasia negara. Pengembangan SIKNAS
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan mendayagunakan kemajuan di
bidang teknologi imformatika. Pengembangan SIKNAS dilakukan dengan mengembangkan
sumber daya dan imprastruktur imformatika,dengan menggutamakan pengembangan sumber
daya manusia(SDM).pengembangan SDMpengelola data dan imformasi kesehatan di
laksanakan secara terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan pada umumnya serta di
arahkan untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan.

Pengembangan sistim imformasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan


pengembangan sistim imformasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di setiap tingkat
administrasi kesehatan,yang akan menghasilkan data/imformasi yang akurat yang dapat
menunjang indonesia sehat,pengembangan sistim imformasi kesehatan tersebut harus sejalan
dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana di atur dalam UU nomber 22 tahun 1999,yang
antara lain kewenangan nya dalam sistem imformasi adalah dapat dirumuskan sebaga berikut
:

1.pemerintah kabupaten/kota melakukan penyelenggaraan sistem imformasi ksehatan


kabupaten/kota

2.pemerintah provinsi melakukan bimbingan dan penegendalian dan penyelengaraan s


istem imformasi kesehatan provinsi

3.pemerintah pusat membuat kebijakan nasional,bimbingan pengendalian,dan


penyelenggaraan sistem imformasi kesehatan nasional
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri,melainkan merupakan bagian dari
sistem kesehatan.oleh karena itu ,sistem imformasi kesehatan di tingkat pusat merupakan
bagian dari sistem kesehatan nasional,di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem
kesehatan kabupaten /kota,di tingkat kabupaten/kota merupakan bagian dari sistem
kesehatan kabupaten/kota.SIKNAS di bangun dari dihimpunan atau jaringan sistem-
sistem imformasi kesehatan privinsi dan sistem kesehatan provinsi di bangun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem imformasi kesehatan kabupaten/kota.di setiap
tingkat,sistem imformasi kesehatan juga merupakan jaringan yang memiliki pusat
jaringan dan anggota-anggota jaringan.
Untuk mewujudkan sistem imformasi kesehatan yang di harapkan ,sampai saat
inimasih di jumpai sejumlah permasalahan yang bersifat klasik antara lain :
1.sistem imformasi kesehatan masih terfragmentasi
2.sebagian besar daerah belum memiliki kemampuasn memadai
3.pemanfaatan data dan imformasi oleh manajemen belum optimal
4.pemanfaatan data dan imformasi kesehatan oleh masyarakat kurang berkembang
5.pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
6.data untuk pengembangan sistem imformasi kesehatan terbatas
7.kurangnya tenaga purna waktu untuk sistem imformasi kesehatan

Untuk mendapatkan visi tersebut,maka misi dai pengembangan sistem imformasi


kesehatan nasional adalah
1.mengembangkan pengelolaan data yang meliputi
pengumpulan,penyimpanan,pengolahan,dan analisi data
2.pengembangkan pengemasan data dan imformasi dalam bentuk BANKDATA,profil
kesehatan,dan pengemasan-pengemasan data dan imformasi khusu.
3.mengembangan kan jaringan kerjasama pengolaan data dan imformasi kesehatan
4.pengembangan pendaya gunaan data dan imformasi kesehatan.

https://www.kompasiana.com/asnawiok/54fd1a38a33311111d50f878/sistem-
informasi-kesehatan

D. Konsep-konsep pengembangan sistem informasi kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidak kompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep
tersebut anatara lain :

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi


komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan terkonolgi komputer dalam
implementasinya disebut dengan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based
Information System). Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer
atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :

1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.


2. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
3. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
4. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
5. Terlalu banyak informasi.
6. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
7. Adanya duplikasi data.
8. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2.Sistem organisasi organisasi adalah suatu isitem yang dinamis.

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan
sistem informasi tidak pernah berhenti.

1. Alur Sistem Informasi Keseshatan Nasional ( SIKNAS)


Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait dengan adanya
jaringan SIKNAS, yaitu
1. Sumber data manual.
2. Sumber daya komputerisasi.
3. Sistem informasi dinas kesehatan.
4. Sistem informasi pemangku kepentingan.
5. Bank data kesehatan nasional.
6. Pengguna data oleh Kementrian Kesehatan.
7. Pengguna data.
2. Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur
jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network
(WAN), jaringan telekomunikasi mencakup area yang luas serta digunakan untuk
mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN)
Yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Pengmebangan
jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui Keputusan Mentri
Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.
3. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
Pengembanngan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan
pengembangan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di
setiap tingkat administrasi kesehtan, yang akan menghasilkan data/informasi yang
akurat yang dapat menunjang Indonesia Sehat. Pengembangan sistem informasi
kesehatan tersebut harus sejalan dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana.
Diatur dalam UU nomor 23 tahun 1999, yang antara lain kewenangannya dalam sistem
informasi kesehatan adalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi


kesehatan kabupaten/kota
2. Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan propinsi
3. Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian, dan
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional

4. Tantangan sistem kesehatan nasional (SIKNAS)

Pelaksanaa SIKNAS di era desentralisasi bukan menjadi lebih baik tetapi malah
berantakan. Hal ini di karenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah
juga pencatatan dan pelaporan yang ada ( produk sentralisasi ) banyak overlaps
sehingga di rasakan sebagai beban oleh daerah.

E. Masalah Sistem Imformasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS)

Melihat sistem imformasi kesehatan yang ada di indonesia,maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang.khusunya umtuk surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi
yang ada.perkembangan dan masalah sistem imformasi antara lain :

1. Upaya Kesehatan

Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan


.Namun daerah terpencil,tertinggal,perbatasan ,srta pulau-pulau kecil
terdepan dan terluar masih terendah.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ketahun

3. Sumber daya Manusia Kesehatan


Upaya pemenuhan kebutuhna sumber daya manusia (SDM) kesehatan belum
memadai .baik jumlah ,jenis,maupun kualitas tenaga kesehatan yang di
butuhkan.selain itu,distribusi tenaga kesehatan masih belum merata.jumlah dokter
indonesia masih cukup rendah.
4. Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan
Pengunaan obat nasional belum dilakukan di seluruh fasilitas pelayanan
kesehtan,masih banyak pengobatan yang di lakukan tidak sesuai dengan
formularium.
5. Manajemen dan Imformasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah belum
sinkron.sitem imformasi kesehtan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan
dentralisasi.Data dan imformasi kesehatan nasional (SIKNAS) yang berbasis
fasilitas sudah mencapai tingkatkabupaten/kota namun belum di manfaatkan.
Hasil penelitian kesehatan belum banyak do manfaatkan sebagai dasar perumusan
kebijakan dan perencanaan program. Survelans belum dilaksanakan secara
menyeluruh.

F. Kendala Sitem Imformasi Kesehatan Nasional

Sistem imformasi kesehetan di indonesia berjalan secara optimal. SIK sebagai


bagian fungsional daei sistem kesehatan yang komprehensif belum mampu berperan dalam
memberikan imformasi yang di pelukan dalam proses pengambilan keputusan di bebagai
tingkat sitem kesehatan,mulai dari puskesmas di tingkat kecamatan samapi dengan
kementrian kesehatan di tingkat pusat.hal tersebut di sebabkan karena imformasi kesehatan
saat ini masih terfragmentasi, belum dapat di akses dengan cepat ,tepat,setiap saat belum
teruji keakuratan dan validitasnya.padahal imformasi tersebut sangat penting dan di
perlukan keberadaanya dalam menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan kesehatan nasional.

Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum di dukung oleh data
yang kuat,pengelolaan sistem imformasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung
dalam penentuan kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang
tercantum di bawah ini :

1.Peningkatan jumlah,jaringan dan kualitas saran dan pransarana pelayanan kesehatan


dasar dan rujukan,terutama pada daerah dengan akselibitas relatif rendah.

2. perbaikan dan penangulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu hamil
dan anak hingga usia 2 tahun

3.pengendalian penyakit menular,tertama TB,malaria,HIV/AIDS,DBD,dan diare serta


penyakit zoonotik,seprti kusta,frambusia,filariasis,schistosomiasis.

4.pembiayaan dan efisiensi pengunaan anggaran kesehatan,serta pengembangan


jaminan pelayanan kesehatan.

5. peningkatan jumlah,jenis,mutu dan penyebaran tenaga kesehatan umtuk


pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang di dukung oleh
sistem perencanaan dua pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan di
dukung oleh peraturan perundangan.

6.peningkatan ketersediaan,keterjangkauan,mutu,dan pengunaan obat

7.manajemen kesehatan pengembangan di bidang hukum dan administrasi


kesehatan,penelitian dan pengembangan sistem imformasi.

https://www.kompasiana.com/asnawiok/54fd1a38a33311111d50f878/sistem-
informasi-kesehatan
G. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi


computer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi computer dalam implementasinya
disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
Padapembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem
informasi yang sudah berbasis computer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi
atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a.Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b.Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c.Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d.Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e.Terlalu banyak informasi.
f.Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g.Adanya duplikasi data (data redundancy).
h.Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
H. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan
sistem informasi tidak pernah berhenti.
I. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem
yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memilikiumur layak guna. Panjang pendeknya
umur layak guna sistem informasitersebut ditentukan diantaranya oleh:
a.Perkembangan organisasi tersebut
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan
berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah
tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut
b.Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun
perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa
berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
a. Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena teknologinya
ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi
dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
b. Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi
terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan
optimasi proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras
yang juga telah berkembang.

Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak
tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi
efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini disebabkan
karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan
teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.

Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:


a. Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.
b. Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukungnya, apabila diperlukan.
c. Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.

Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang adalah
sebagai berikut:

a. Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat


keras:
- Peningkatan kecepatan.
- Peningkatan kemampuan.
- Penurunan harga.
- Turn over alat yang semakin cepat.

Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras


yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola
terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di
pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang
berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di komputer pengguna
(client), desain ini disebut sebagai client-server achitecture.

b. Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data


(database), juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada
server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat lunak front-
end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data (database
management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak
yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau
dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open
database connectivity).

c.Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.


Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari
para pemakai, baik dari sisi :
a. Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
b. Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
c. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.

Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai yang
melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya
kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC,
maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam
pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang paling serius
adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi.

http://blogkesmas.blogspot.com/2011/05/konsep-konsep-pengembangan-sistem.html

J. Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di


Indonesia
DepartemenKesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang
disebutSIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai darikabupaten
sampai ke pusat.Namun demikian dengan keterbatasansumberdaya yang dimiliki, SIKNAS
belum berjalan sebagaimana mestinya.Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali
dibangunnya sistem informasikesehatan yang terintegrasi baik di dalam 13ias13i kesehatan
(antar program danantar jenjang), dan di luar 13ias13i kesehatan, yaitu dengan sistem
jaringaninformasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak Pelita I diatur
secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil dan Kandep.Dengan
demikian di beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakan komputerisasi.
Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi pada tahun 1997 –
1998 yaitu krisis moneter sangat berpengaruh terhadap pengembangan SIKNAS, sehingga
pada tahun 2001 pengembangan SIKNAS pelaksanaannya di Desentralisasi.Namun dengan
desentralisasi pelaksanaan SIKNAS bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal
ini dikarenakan belum adanya infra struktur yang memadai di daerah dan juga Pencatatan dan
Pelaporan yang ada (produk Sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai beban
oleh daerah.
Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan
tentang KEBIJAKAN & STRATEGI SIKNAS melalui KEPMENKES NO.511 DI
KAB/KOTA melalui KEPMENKES NO.932 dengan konsep Pendekatan Baru dalam
Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah.
Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada :
1. Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada.
2. Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru
3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4. Pengembangan Teknologi & Sumber Daya
5. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen
6. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat
Indikator : telah terbentuk jaringan 14ias14ic14 online dari seluruh Dinkes
Kabupaten/Kota ke Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk komunikasi data
& informasi secara terintegrasi dalam kerangka Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS).
1. Indikator/Target Tahunan :

 Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan Departemen Kesehatan.
 Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi anatara 90
% Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100% Rumah Sakit Pusat, dan 100% UPT
Pusat dengan Departemen Kesehatan.
 Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit Pusat, dan UPT Pusat dengan
Departemen Kesehatan
 Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online antara seluruh
Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik milik pemerintah maupun
swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan UPT Pusat dengan Departemen
Kesehatan
Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki manfaat yang
optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran Pusat dan Daerah untuk
komitmen dalam penyelenggaraannya.
K. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Berdasarkan
Perodenya)
1.Kelebihan
A.Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan

Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen
Sistem Kesehatan tersebut ialah :
1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan)
2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi
Kesehatan)
3. Health Workforce (Tenaga Medis)
4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan)
5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan)
6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan)

B.SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia

Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu :


1. Upaya Kesehatan
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
7. Pemberdayaan Masyarakat
Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6
yaitu :

Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi


Kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan,
adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan 15ias15 kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil
gunam dan mendukung

penyelenggaraan keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu
kesatuan yang terpadu.
C. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para
pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua
jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut
:
1. Mendukung manajemen kesehatan
2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti
(evidence-based decision)
5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7. Membantu penilaian transparansi

2.Kekurangan
A.Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :

a. Faktor Pemerintah

 Standar SIK belum ada sampai saat


 Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
 Belum ada rencana kerja SIK nasional
 Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam

b. Fragmentasi

Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau
kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan
tidak 16ias16ic dengan pusat.
Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300
laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu
tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien, format pencatatan dan pelaporan
masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional.

c. Sumber daya masih minim


L. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian
masa sebagai berikut :
1. Era manual (sebelum 2005)
2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)
Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda
sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi – TIK).

1. Era Manual (sebelum 2005)


Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat
melalui berbagai jalan.
Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan.
 Bentuk data : agregat.
 Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
 Sangat beragamnya bentuk laporan.
 Validitas diragukan.
 Data sulit diakses.
 Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit
dioah dan dianalisis.
 Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

2.Era Transisi (2005 – 2011)

 Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau
beberapa masih terfragmentasi).
 Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
 Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
 Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.

3.Era Komputerisasi (mulai 2012)


 Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
 Data 18ias18ic181818 (disagregat).
 Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di
pusat (e-Helath).
 Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
 Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
 Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
 Lebih ramah lingkungan.

M.Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Saat ini.

Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah dimulai PELITA I


melalui sistem informasi kesehatan nasional pada kantor wilayah kementerian kesehatan
(KemenKes RI; 2007) semenjak diterapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi
kesehatan, berbagai kalangan menilai bahwa sistem informasi kesehatan. Kementerian
kesehatan selalu mengeluh bahwa input data dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang.
Di sisi lain beberapa daerah mengatakan bahwa penerapan sistem inormasi kesehatan
semenak era desentralisasi member dampak yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin tingginya motivasi dinas kesehatan untuk mengembangkan SIK, semakin banyak
puskesmas yang memiliki computer, tersedianya jaringan LAN di dinas kesehatan mapun
teknologi informasi lainnya.

Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai


produk dari era sentralisasi menjadi overlaps , hal ini tentu saja menjadi beban bagi
kabupaten.kota. melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng
kebijkan dan StrTEGI pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota
dikembangkan beragai strategi, yaitu :

1. Integrasi dan simplifkasi pencatatan dan pelaporan yan ada;


2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan;
3. Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah;
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;
5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan pengambilan
keputusan;
6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.
Selanjutnya, pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007
tentang pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberap tahunnya;
yaitu :
1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas kesehatan
kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian kesehatan pada tahun
2007.
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 % dinas
kesehatan kabupaten/kota, 100 % dinas kesehatan provinsi, 100 % rumah sakit pusat, 100
% unit pelaksana teknis (UPT) pusat dengan kementerian kesehatan tahun 209.
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan UPT pusat
kementeri an kesehatan pada tahun 2010.
Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya
mengembangkan sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan
karakteristiknya.Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah melalui software atau
web. Seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan sebagainya.
N. PEMBAHASAN SIKNAS ONLINE
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat dianalisa
beberapa hal sebagai berikut :
1. Integrated Sistem
Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi disamping
itu berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas
kuga mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya
informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem
informasi yang terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas
program yang dapat di akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi komunikasi data, dapat
dilihat bahwa data dan informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi dengan
kebutuhan baik provinsi atau kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya
mengembangkan sistem informasi sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan
puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini
mengakibatkan beban kera bagi petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam
hitungan hari, melainkan bulan.Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
baik pusat atau daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan
tepat sehingga kebiakan dapat efektif dan efisien.

2. Kemampuan Daerah

Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan sistem


informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah masih
memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan
tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem informasi
membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga memerlukan perawatan
dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih
banyak puskesmas di daerah yang sangat terbatas akses informasinya.

3. Pemanfaatan dan informasi

Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah kebutuhan
daerah, sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego program masing-masing.Hal ini
karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh kabupaten/kota
sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.

4. Sumber daya manusia

Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga
purna waktu.
Kini Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari
440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan
Provinsi, melalui jaringan 20ias20ic20 (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes
telah memasang perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan
1 buah printer di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi, telah dipasang 5 buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-
conference, dan 1 buah printer.
Pengembangan jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini
telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun
2007.Untuk mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes telah
meminta kepada Dinas-dinas kesehatan untuk menunjuk/menetapkan 2 orang petugas khusus

yang mengelola Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-petugas


yang ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari di Bandung pada
bulan Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk pencapaian sasaran ke-14, dari 17
sasaran Departemen Kesehatan yang berbunyi “Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan
yang Evidence Based di Seluruh Indonesia”.

A. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan


Langkah Departemen Keseshatan dalam mengembangkan SIKNAS ONLINE harus
mendapat sebuah penghargaan dan dukungan semua pihak. Pengembangan jaringan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. SIKNAS ONLINE mempunya
tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data yang terfragmentasi ke dalam suatu
jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.Sebenarnya pengembangan SIKNAS
ONLINE ini dilakukan sejak PELITA I tetapi pada saat itu masih bersifat sentralistis.
Berdasarkan informasi dari Departemen Kesehatan melalui situsnya tanggal 15
Januari 2008 Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76%
dari 440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan
Provinsi, melalui jaringan komputer (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah
memasang perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1
buah printer di Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi, telah dipasang 5 buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-
conference, dan 1 buah printer.
Jaringan computer yang dirancang oleh Departemen Kesehatan ini merupakan upaya
untuk memfasilitasi dan memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
(SIKDA). Jaringan computer (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan untuk keperluan
Komunikasi Data Terintegrasi atau jaringan pelayanan bank-bank data (intranet dan internet).
Diluar dari permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-aplikasi untuk keperluan-
keperluan lain.
Seharusnya kebijakan dari pusat ditindak lanjuti dengan pembuatan kebijakan di
daerah.Ada pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan SIKNAS online ini.Berdasarkan presentase dari bapak kepala Pusat Data dan
Informasi Departemen Kesehatan Bambang Hartono dalam pelatihan SIKNAS online di
Bandung yang dilaksanakan pada bulan November 2007 menjelaskan peran tersebut. Peran
pusat yaitu ; menerbitkan kebijakan, standar, pedoman, dan lainnya yang sejenis dalam
rangka SIKNAS/SIKDA, membantu pengadaan beberapa perangkat untuk membangun
jaringan nasional online sebagai pemicu dan pemacu, membangun jaringan nasional online
dan membayarkan sewa jaringannya sebagai pemicu dan pemacu, menyediakan software
untuk komunikasi data, melatih petugas pengelola SIKNAS online (pusat, provinsi, dan
kab/kota), mengupayakan insentif untuk pengelola SIKNAS online sebagai pemicu bagi
adanya tunjangan jabatan fungsional oleh daerah, membantu dan mengkoordinasikan
penerapan aplikasi-aplikasi misalnya konsultasi eksekutif, teleconference, dan lain
sebagainya, dan membantu melakukan advokasi kepada stakeholders daerah utk
pengembangan SIKDA.
Sedangkan untuk daerah perannya yaitu menjabarkan kebijakan, standar, pedoman,
dan lainnya sejenis jika diperlukan dan menetapkan surat keputusan Gubernur / Bupati /
Walikota atau Peraturan Daerah, melengkapi perangkat keras software untuk Dinas
Kesehatan dan jaringan wilayahnya termasuk unit pelaksanan teknisnya, membangun
jaringan online wilayahnya yaitu jaringan antara Dinas Kesehatan dan unit pelaksanan
teknisnya serta swasta, mengembangkan software untuk komunikasi data dalam jaringan
wilayahnya, merekrut petugas pengelola SIKNAS online yang fulltime, mengangkat mereka
ke dalam jababatan fungsional dan membayar tunjangannya, mengembangkan dan
menerapkan aplikasi-aplikasi diantarannya informasi eksekutif, teleconference, dan lain
sebagainya, terutama untuk wilayahnya, memantau, mengevaluasi dan mengembangan
SIKDA (Provinsi: SIKDA Provinsi, Kabupaten/Kota: SIKDA Kabupaten/Kota).

B. Pentingnya Master Plan SIKNAS online

Hal yang harus dilakukan oleh daerah dalam menindak lanjuti kebijakan Departemen
Kesehatan adalah dengan membuat Master Plan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional disetiap daerah . Dalam sebuah artikel di blog tanggal 16 Nopember 2006 seorang
pakar jaringan yang juga adalah seorang dosen di S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada minat Sistem Informasi Kesehatan menjelaskan tentang pentingnya master plan
sistem informasi berdasarkan pengalaman beliau sebagai konsultan di berbagai perusahaan.
Beliau menemukan banyak perusahaan yang tidak mempunyai master plan sistem informasi
dan langsung mengembangkan sistem informasi dengan bantuan sataf teknologi informasi
(TI) baik

internal maupun dengan bantuan vendor (Eksternal).Hal tersebut menimbulkan adanya sekat-
sekat sistem informasi dalam suatu perusahaan karena masing-masing bagian
mengembangkan sistem informasinya sendiri, dan apabila perusahaan berkembang semakin
besar, maka semakin sulit pula dalam pengintegrasian antar satu sistem, sehingga output yang
didapatkan pun berbeda-beda pula.
Dalam tulisannya beliau menganalogikan pentingnya pembuatan master plan ini
ibarat membangun sebuah rumah, karena sangat riskan apabila membangun sebuah rumah
tanpa adanya gambar rencana pembangunannya. Beliau juga menjelaskan mengenai
pengertian master plan sistem informasi yaitu suatu perencanaan jangka panjang dalam
pengembangan SI di perusahaan tersebut, yang dengan baik 23ias menterjemahkan keinginan
baik dari manajemen (Sistem Owner), pengguna (Sistem User) maupun perubahan –
perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi.
Dalam bukunya World Health Organization (WHO) berjudul “Developing Health
Management Information Sistem : A Practical Guide For Developing Countries”
menyebutkan ada 10 langkah dalam mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan
yaitu :
1. Meninjau kembali sistem yang telah berjalan, dengan prinsip bahwa jangan merubah
sistem yang ada dan bangun kekuatan-kekuatan yang ada serta pelajari kelemahan-
kelemahan dari sistem yang telah ada.
2. Gambarkan kebutuhan- kebutuhan data yang relavan dari unit –unit dalam sistem
kesehatan, dengan prinsip, dengan prinsip tingkatan administrasi yang berbeda dalam
suatu sistem kesehatan mempunyai peran- peran yang berbeda – beda pula, oleh karena itu
keperluan data berbeda – beda pula. Tidak semua data yang dibutuhkan siap dalam
pengumpulan data rutin.Data yang tidak sering dibutuhkan atau diperlukan hanya untuk
bagian dari populasi dapat dihasilkan melalui studi-studi khusus dan survey sampel.
3. Menentukan sebagian besar data yang tepat dan aliran data yang efektif, dengan prinsip
bahwa tidak semua data yang dikumpulkan pada suatu tingkatan tertentu diperlukan dan
disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan data yang lebih rinci pencariannya
langsung ke sumber data, dan persyaratan pelaporan ke tingkatan yang lebih tinggi
sebaiknya dicari ke tingkatan yang lebih rendah.
4. Melakukan desain pengumpulan data dan perangkat pelaporan, dengan prinsip
kemampuan pengumpul data yang akan ditugaskan dengan mengisi formulir yang harus
dipertimbangkan

dalam mengembangkan pengumpul data. Kebanyakan pengumpulan data yang efektif dan
perangkat pelaporan adalah yang sederhanan dan lebih singkat.
5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data, dengan prinsip bahwa
arah data sistem informasi manajemen kesehatan adalah prosesnya sebaiknya konsisten
dengan sasaran untuk pengumpulan data dan perencanaan untuk analisis data erta
pemanfaatannya.
6. Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan untuk penyedia data dan
pengguna data, dengan prinsip program-program pelatihan dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan tingkatan kelompok yang akan dilatih.
7. Melakukan pre test dan jika diperlukan melakukan perancangan ulang sistem untuk
pengumpulan data, aliran data, proses dan pemanfaatan data, dengan prinsip sebelum
sistem diuji sistem harus menggambarkan kondisi yang nyata dan umum selama
pelaksanaannya.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi sistem yang ada, dengan prinsip bahwa hasil akhir
dari monitoring dan evaluasi tidak bersifat menghukum atau mencari-cari kesalahan, dan
lebih mencari hal-hal yang positif yang dapat membuat sistem bekerja, serta
mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab masalah sebagai dasar untuk meningkatkan
sistem.
9. Mengembangkan penyebaran data yang efektif dan mekanisme umpan balik, dengan
prinsip bahwa suatu cara yang efektif untuk memberikan motivasi kepada penghasil data
agar terus menerus menyediakan data adalah dengan memberikan feedback yang positif
dan negative mengenai keadaan data yang mereka berikan.
10. Meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan, dengan prinsip bahwa
pengembangan sistem informasi kesehatan adalah selalu berusaha memberikan kemajuan.,
hal ini merupakan suatu usaha yang dinamis di mana para manajer dan para pekerja
berusaha memberikan kemajuan terus menerus.
https://www.academia.edu/19639255/TUGAS_MAKALAH_sik?auto=download
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online


ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun
2007.
2. SIKNAS ONLINE mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data
yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.

3.2 Saran
1. Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes
dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan adanya
fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar tentunya
antara Depkes Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas
Kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan
dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.
2. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
sistem informasi kesehatan
3. Lebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem
informasi yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik daerah
Daftar Pustaka

1.https://www.kompasiana.com/asnawiok/54fd1a38a33311111d50f878/sistem
-informasi-kesehatan
2.https://www.kompasiana.com/asnawiok/54fd1a38a33311111d50f878/sistem
-informasi-kesehatan
3. http://blogkesmas.blogspot.com/2011/05/konsep-konsep-pengembangan-
sistem.html
4.https://www.academia.edu/19639255/TUGAS_MAKALAH_sik?auto=down
load

Anda mungkin juga menyukai