Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Sistem Informasi RS (SIRS)


30 Agustus 2021

DISUSUN OLEH :
MALVIN JAYA KRISTIAN GULO
NIM : 102020003

Dosen Pembimbing :
Pomarida Simbolon, S.KM. M.Kes

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2021
BAB I
Pendahuluan

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) merupakan suatu prosedur


pemrosesan datadata baik data-data umum rumah sakit maupun data-data medik
pasien sehingga dapat mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) sangat erat hubungannya dengan kualitas
pelayanan di rumah sakit. Semakin baik pengelolaan suatu Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) maka semakin baik pula kualitas pelayanan dirumah sakit
tersebut. Oleh karena itu Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) sangat perlu
dilakukan agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat (Herlin
Nuraeni Wijaya, 2011).

Menurut pasal 52 ayat (1) UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


rumah sakit, setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan semua
kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS). Bahwa pembentukan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
dilakukan dalam rangka meningkatkan efisien dan efektifitas penyelenggaraan
Rumah Sakit diIndonesia. Sistem informasi Rumah Sakit (SIRS) berbentuk data
yang harus diisi dan diperhatikan kelengkapannnya. Rekam medis merupakan
kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk
keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi
kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Rekam medis dapat menjadi sumber informasi, baik bagi kepentingan penderita,
maupun pihak pelayanan kesehatan lainnya, sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil tindakan medik atau menentukan kebijakan tata laksana/pengelolaan
(Gemala Hatta, 2015).(Gultom, 2017)

A. Konsep SIRS
Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan
dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa
dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit.Sistem informasi rumah sakit bertugas
menyiapkan informasi untuk kepentingan pelayanan rumah sakit.
Subsistemnya antara lain : subsistem pengembangan dan subsistem
operasional. Menurut Wandaningsih (1995),(Tsuchiya et al., 2017) ada
beberapa aspek penting dari sistem informasi rumah sakit yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1) Aspek kualitas Kualitas suatu aspek informasi tergantung pada tiga (3)
hal, seperti keakuratan, ketepatan waktu, dan manfaat informasi bagi
rumah sakit.
2) Aspek dimensi terdapat 6 (enam) dimensi informasi yang
menunjukkan besar kecilnya suatu informasi, yaitu : sistem informasi,
jenis informasi, metode pengukuran yang dipakai, waktu kebutuhan
informasi, tempat pengambilan keputusan yang membutuhkan
informasi, penggunaan informasi oleh pengambil keputusan
Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit Menurut Austin (1983), secara umum
sistem informasi rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
a. Sistem informasi klinik atau medic Sistem ini dirancang untuk
membantu proses audit medis yang dapat menjamin agar standar mutu
pelayanan selalu dipenuhi.
b. Sistem informasi administrasi 192 Sistem ini dirancang untuk
membantu memantau kegiatan pendayagunaan sumbersumber untuk
pelayanan medis, seperti sistem informasi akuntansi, sistem informasi
logistik dan sistem informasi ketenagaan.
c. Sistem informasi manajemen perencanaan dan pengawasan Sistem
informasi ini ditujukan untuk perencanaan evaluasi penampilan rumah
sakit dan juga untuk menilai dampak pelayanan di masyarakat.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) telah banyak di terapkan dalam
bidang kesehatan. Hal ini terbukti karena kebanyakan rumah sakit telah
menggunakan SIRS dalam membantu melakukan pemeriksaan kesehatan,
diagnosis penyakit, perawatan dan sampai pada tahap pengambilan
keputusan medis. Tentunya dengan adanya SIRS pada sebuah rumah sakit
kinerja pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan semakin meningkat.
Dampak dari sebuah Sistem Informasi berawal dari pengetahuan
seseorang, pengalaman dan keterampilan menggunakan SIRS.(Deharja,
A., & Santi, M. W.,2018).(Rumambi et al., 2020)

B. Laporan Internal

Pelaporan internal dilakukan setiap bulan yang berasal dari sensus


harian dan kunjungan dari setiap ruangan. Hal ini untuk mengetahui
indikator kinerja instalasi rawat inap yang terdiri dari BOR, TOI, ALOS,
BTO dan lama hari perawatan. Keseluruhan indikator tersebut akan
dijadikan masukan untuk pengambilan keputusan di tingkat manajemen.
Ruang lingkup unit rekammedis dimulai dari penerimaan pasien sampai
dengan pelaporan informasi kesehatan. Tugas unit rekam medis mulai dari
pengumpulan data, pemrosesan data sampai dengan penyajian informasi
yang nantinya akan disampaikan ke pihak terkait sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Data yang dikumpulkan
berupa data sosial yang berasal dari kartu identitas pasien dan data medis
yang didapatkan selama pasien menjalani pemeriksaan dari tenaga
kesehatan (Rustiyanto, 2010).(Rizqiyah & Ernawaty, 2016).

Pelaporan, yaitu proses pembuatan laporan untuk kepentingan


internal dan eksternal rumah sakit. Pihak internal yang membutuhkan
informasi kesehatan adalah direktur rumah sakit dan unit dalam fasilitas
pelayanan kesehatan, seperti farmasi, keuangan, klinik, bangsal, dan
manajemen. Pihak luar (eksternal) rumah sakit yang membutuhkan
informasi kesehatan adalah yayasan, pemilik rumah sakit, asuransi, pasien,
dan pemerintah. Kewajiban rumah sakit dalam pembuatan laporan dapat
digambarkan melalui data Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS) yang
dilaporkan kepada dinas kesehatan setempat. Pelaporan internal rumah
sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Laporan internal rumah
sakit meliputi semua catatan hasil kegiatan yang dilakukan oleh rumah
sakit. Laporan ini dibuat dan dimanfaatkan oleh rumah sakit itu sendiri.
(Depkes RI, 2006).
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Berdasarkan Juknis Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2011, formulir pelaporan SIRS terdiri dari
5 Rekapitulasi Laporan (RL), antara lain (Kemenkes RI, 2011).
a. RL 1, berisikan tentang Data Dasar Rumah Sakit yang dilaporkan
setiap terjadi perubahan data dasar rumah sakit.
b. RL 2, berisikan tentang Data Ketenagaan yang dilaporkan secara
periodik setiap tahun.
c. RL 3, berisikan tentang Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit yang
dilaporkan secara periodik setiap tahun.
d. RL 4, berisikan tentang Data Morbiditas dan Mortalitas Pasien yang
dilaporkan secara periodik setiap tahun.
e. RL 5 atau Data Bulanan, berisikan tentang data kunjungan dan 10
besar penyakit yang dilaporkan periodeik setiap bulan.

Menurut badan dunia WHO, sistem informasi adalah suatu sistem yang
menyediakan informasi untuk proses pengambilan keputusan di setiap
level dalam sebuah organisasi; dan sistem informasi rumah sakit (SIRS)
adalah suatu sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data,
pemprosesan, pelaporan, dan penggunaan informasi
yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
kesehatan melalui manajemen yang lebih baik di berbagai level pelayanan
Kesehatan. pemanfaatan sistem informasi merupakan langkah maju yang
perlu dilaksanakan dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat dan
era globalisasi sudah mulai terasa dampaknya. Bila pengembangan
terlambat, maka akan lebih tertinggal lagi oleh kebutuhan masyarakat,
maka akan semakin ketinggalan zaman. Pada dasarnya Sistem Informasi
Rumah Sakit Sebagian kecil telah ada, dan perlu dimanfaatkan lebih lanjut
sehingga integral dengan informasi lain dapat berguna (Sabarguna,2005).
(Setyawan D, 2016)

Sistem Informasi Rumah Sakit tersebut belum mampu menyediakan


informasi khususnya mengenai informasi yang diolah dan pelaporan
rumah sakit dalam hal iril cakupan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah
sakit yang dibutuhkan oleh manajemen level atas seperti Pimpinan Rumah
Sakit, Komite Medik, Ka Sie Pelayanan Medik & Ur. Infokes, Ka Sie
Penunjang Medik, Ka Sie Penunjang Umum pelaporan yang dibuat masih
berbentuk data, belum diolah dan disajikan serta dibuat hanya untuk
pelaporan saja .pelaporan seharusnya direkap setiap bulan bukan per-tahun
sehingga rumah sakit mudah memantau permasalahan yang ada ,seperti
halnya manajemen ataupun permasalahan kasus klinik yg ada di setiap
ruangan. (MC.Glynn,2008).

C. Jenis Laporan

Jenis pelaporan terdapat pelaporan yang harus diper- baharui


(update) yang perlu dilakukan setiap harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan. Pelaporan tersebut dilakukan oleh rumah sakit di Unit Rekam
Medis. Isi pelaporan kegiatan pelaporan rumah sakit terdiri dari dari rekam
medis pasien yang berkunjung kerumah sakit tiap harinya untuk dibuat
laporan mingguan, data pasien baik rawat jalan, rawat inap dan gawat
darurat dikumpulkan menjadi laporan bulanan yang kemudian jadi bahan
pelaporan dalam laporan satu tahun. Pelaporan akan bermakna apabila
data dan material yang dilaporkan mengandung unsur keakuratan dalam
hal waktu, volume, sumber data, prosedur pengambilan dan Pengolahan.
Jika hal tersebut dapat dipenuhi maka pelaporan akan menjadi relevan
dalam pengambilan kebijakan baik terhadap program atau kegiatan yang
sifatnya operasional maupun terhadap estimasi dan perencanaan
program/kegiatan selanjut- nya yang bersifat strategis.(PerMenKes,RI.
2011)
Berdasarkan survey pendahuluan melihat bahwa pel-aporan
eksternal atau Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) revisi VI ditemukan
kendala yaitu dalam entry data berulang dan keterlambatan pelaporan
disebab- kan karena adanya sumber data yang tidak tersedia dalam entry
medical record yang dibutuhkan dalam pembuatan pelaporan. Jenis
pelaporan yang digunakan pada pel- aporan data rumah sakit berdasarkan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) revisi VI dr. Soedono Madiun
sudah sesuai dengan Per- MenKes RI Nomor 1171/MENKES/PER/
VI/2011 yang menyatakan bahwa RL 1 Data Dasar Rumah Sakit yang
dilaporkan setiap waktu apabila terdapat perubahan data dasar rumah sakit
sehingga data ini dapat dikatakan data yang terbaru setiap saat (up to
date),RL. (Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2011).

Jenis Pelaporan yang digunakan untuk pelaporan eksternal di Rumah


Sakit,yaitu:
a) RL 1 berisikan Data Dasar Rumah Sakit yang dilaporkan setiap waktu
apabila terdapat perubahan data dasar dari rumah sakit sehingga data
ini dapat dikatakan data yang yang bersifat terbarukan setiap saat (up
to date).
b) RL 2 berisikan Data Ketenagaan yang dilaporkan periodik setiap tahun
c) RL 3 berisikan Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit yang dilaporkan
periodik setiap tahun.
d) RL 4 berisikan Data Morbiditas atau Mortalitas Pasien yang
dilaporkan periodik setiap tahun.
e) RL 5 yang merupakan Data Bulanan yang dilaporkan secara periodik
setiap bulan, berisikan data kunjungan dan data 10 (sepuluh) besar
penyakit.
Jenis pelaporan yang digunakan pada pelaporan eksternal di Rumah Sakit
Umum Daerah Pandan Arang Boyolali sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 yang
menyatakan bahwa RL 1 Data Dasar Rumah Sakit, RL 2 data Ketenagaan,
RL 3 data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit, RL 4 Data Keadaan
Morbiditas dan Mortalitas, RL 5 Data Bulanan. Untuk jadwal pengiriman
RL 1 Data Dasar Rumah Sakit dilaporkan tepat waktu karena data
dihasilkan secara update jika sewaktuwaktu ada perubahan data rumah
sakit, sedangkan untuk RL 2 Data Ketenagaan, RL 3 Data Kegiatan
Pelayanan Rumah Sakit, RL 4 Data Keadaan Morbiditas dan Mortalitas
yang dikirim setahun secara periodik setiap tanggal 15 januari tetapi saat
melaporkannya tidak tepat waktu melebihi tanggal yang ditentukan, dan
RL 5 Data Bulanan yang dilaporkan secara periodik. Hal ini belum sesuai
dengan (Rustiyanto, 2014) yang menyatakan bahwa untuk jadwal
pengiriman formulir standar yang sudah diisi dari rumah sakit dilakukan
paling lambat 15 hari sesudah jangka waktu yang dilaporkan. (KepMenKes
RI. 2011).(N. P. Sari & Pujihastuti, 2017)

D. Pengisian Laporan.

Pengisian Data di Sistem Informasi Rumah Sakit Di RSU Imelda


Pekerja Indonesia (IPI) Medan setiap pasien mendaftar maka petugas
Rekam Medis bagian pendaftaran harus memasukkan data identitas pasien,
dan setelah pasien berobat dan diperiksa oleh dokter maka perawat dan
dokter harus menuliskan diagnosa pasien, tindakan dan teraphy apa saja
yang dilakukan dokter keberkas rekam medis, agar selanjutnya dientry
petugas rekam medis kedalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
tempat dimana pasien tersebut berobat. Misalnya pasien dirawat inap maka
petugas rekam medis berhak mengembalikan berkas rekam medis ke ruang
rawat inap pasien tersebut. (Sabarguna, Boy. S.,2008).

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen


tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan pada pasien. Rekam medis pasien harus segera
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
Kelengkapan rekam medis sangat penting peranannya yaitu untuk
pendokumentasian data medis pasien serta pengolahan dan pelaporan data
medis pasien yang akurat. Perekam Medis mempunyai kewenangan
melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang
berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis sesuai terminologi medis
yang benar, melaksanakan indeks dengan cara mengumpulkan data
penyakit, kematian, tindakan dan dokter yang dikelompokkan pada indeks,
melaksanakan sistem pelaporan dalam bentuk informasi kegiatan
pelayanan kesehatan (Permenkes No.55 Tahun 2013).(Risyanti et al.,
2020)

Menurut WHO tahun 2004 pelaksanaan pengkodean harus lengkap


dan akurat sesuai arahan ICD10. Keakuratan kode dipengaruhi oleh
penetapan atau penentuan diagnosis pasien. Apabila dalam mengode
diagnosis tidak akurat maka akan Ketepatan kodefikasi penyakit rawat
jalan adalah kode penyakit rawat jalan yang dikodefikasi berdasarkan
diagnosis utama maupun sekunder berdasarkan kaidah koding dengan
menggunakan ICD-10 volume 1 dan 3. Validasi laporan morbiditas rawat
jalan adalah kesesuaian pengisian laporan morbiditas rawat jalan bahwa
diagnosis rawat jalan yang sudah dikodefikasi dimasukkan kedalam
laporan morbiditas rawat jalan sesuai dengan kolom yang sudah tersedia.

Kelengkapan pengisian data di Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)


dilihat dari lengkap tidaknya pengisian pada Form identitas pasien dan
resume pasien. Apabila masih ada data yang tidak lengkap dalam
pengisiannya maka petugas rekam medis berhak memulangkan kembali
berkas rekam medis kepada dokter dan perawat yang merawat pasien
tersebut untuk dilengkapi kembali. Dan apabila sudah lengkap maka
perawat harus mengembalikan berkas tersebut kepada petugas rekam
medis untuk selanjutnya dientry ke dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS). Pada Sistem Informasi Rumah Sakit yang sering tidak lengkap
dalam pengisiannya yaitu pada form identitas terutama pada kolom tempat
tanggal lahir, karena terkadang petugas rekam medis hanya mengisi umur
tanpa mengisi tanggal dan tempat lahir pasien. (Notoatmodjo,
Soekidjo.,2012).

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang


berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian
informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian
informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit[1] . Sebuah sistem
informasi rumah sakit idealnya mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal
(medis), keuangan, serta manajemen yang nantinya merupakan sub sistem
dari sebuah sistem informasi rumah sakit. Sub sistem ini merupakan unsur
dari sistem informasi rumah sakit yang tugasnya menyiapkan informasi
berdasarkan fungsi-fungsi yang ada untuk menyederhanakan pelayanan
pada suatu rumah sakit. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi
alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu
informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara
lain, fleksibel, efektif dan efisien[1]. (Handoyo, 2008)

Berdasarkan isi dan lampiran dari Permenkes Nomor


1171/Menkes/Per/VI/2011, dapat disimpulkan bahwa SIRS yang
dimaksud dalam Permenkes ini hanya merupakan aplikasi sistem
pelaporan saja yang dibuat oleh rumah sakit dan dilaporkan ke
Kementerian Kesehatan. Unsurunsur dalam ketentuan tentang sistem
informasi rumah sakit hanya meliputi:
a. Informasi untuk pihak eksternal, dalam hal ini adalah Kementerian
Kesehatan. Unsur ini berbeda dengan apa yang telah diuraikan tentang
sistem informasi rumah sakit, yaitu unsur lengkap, yang artinya meliputi
seluruh kegiatan manajemen dan pelayanan rumah sakit. Ketentuan ini
tidak mengatur seluruh informasi yang tersedia di rumah sakit, melainkan
hanya laporan bagi pihak eksternal. Selanjutnya tidak diatur lagi
klasifikasi informasi karena memang informasi yang dihasilkan sudah
merupakan informasi yang dapat dikonsumsi oleh publik.
b. Adanya prosedur pembuatan laporan rumah sakit, sementara dalam
suatu sistem informasi seharusnya prosedur yang diatur bukan hanya
dalam pembuatan laporan saja, tapi dalam pembuatan seluruh rangkaian
sistem informasi. Di samping itu, dalam ketentuan ini tidak ada prosedur
untuk memperoleh informasi tersebut.
c. Pembinaan dan pengawasan laporan rumah sakit. Ketentuan ini hanya
mengatur tentang pembinaan dan pengawasan laporan saja, bukan
pelayanan dan manajemen dari rumah sakit.
Pelaksanaan pelaporan eksternal di Rumah Sakit Islam Kendal kurang
baik. Dilihat dari hasil observasi, masih 56 % laporan-laporan yang
pembuatannya terlambat. Namun masih ada laporan yang dibuat tepat
waktu. Keterlambatan itu dilihat dari pembuatan laporan yang seharusnya
laporan tahunan dilaporkan tanggal 15 Januari tahun berikutnya, namun
laporan sampai sekarang belum dibuat. Keterlambatan ini akan berdampak
bagi rumah sakit adalah terlambatnya pengambilan keputusan oleh
manajemen rumah sakit. Dampak lain akan dirasakan bagi Dinas
Kesehatan adalah terlambatnya pemantauan taraf kesehatan suatu wilayah
dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan tersebut. (D. Sari, 2013)
Jenis laporan yang dibuat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Laporan internal rumah sakit Yaitu laporan yang dibuat sebagai
masukan untuk menyusun konsep Rancangan Dasar Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit.
b. Pelaporan eksternal rumah sakit Yaitu pelaporan yang wajib dibuat
oleh rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku, ditunjukkan
kepada Departemen Kesehatan RI, Kanwil Depkes RI (sekarang ,
Dinkes Propinsi, Dinkes Kabupaten/kota.
1) Data Kegiatan Rumah Sakit (RL1)
a) Data Dasar Rumah Sakit (RL 1.1)
b) Data Indikator Pelayanan Rumah Sakit (RL1.2)
c) Faslitas Tempat Tidur (RL 1.3)
2) Data Ketenagaan (RL 2) 3) Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit
(RL 3)
a) Kegiatan Pelayanan Rawat Inap (RL 3.1)
b) Kegiatan Pelayanan Rawat Darurat (RL 3.2)
c) Kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut (RL 3.3) d) Kegiatan
Kebidanan (RL 3.4)

Pembuatan laporan rekam medis terdiri dari penyelesaian resume, sensus harian
pasien rawat inap, rekapitulasi kunjungan rawat jalan, pembuatan laporan
kegiatan rumah sakit, dan pembuatan laporan. (Noviati et al., 2018).

BAB II
TINJAUAN MASALAH

1. Mengapa kementrian Kesehatan mewajibkan setiap RS membuat


laporan,Apa manfaat yang di harapkan?
2. Sebutkan apa yang di maksud dengan kelengkapan pengisian data sistem
informasi SIRS?
3. Jelaskan apa saja Jenis-jenis eksternal SIRS?
4. Jelaskan apa yang di maksud dengan pelaporan internal?
BAB III
PEMBAHASAN

1. Karna Pelaporan itu adalah suatu proses pembuatan laporan untuk


kepentingan internal dan eksternal rumah sakit. Pihak internal yang
membutuhkan informasi kesehatan adalah direktur rumah sakit dan unit
dalam fasilitas pelayanan kesehatan, seperti farmasi, keuangan, klinik,
bangsal, dan manajemen. Pihak luar (eksternal) rumah sakit yang
membutuhkan informasi kesehatan adalah yayasan, pemilik rumah sakit,
asuransi, pasien, dan pemerintah. Kewajiban rumah sakit dalam
pembuatan laporan dapat digambarkan melalui data Sistem Pelaporan
Rumah Sakit (SPRS) yang dilaporkan kepada dinas kesehatan setempat.
Pelaporan internal rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.
Laporan internal rumah sakit meliputi semua catatan hasil kegiatan yang
dilakukan oleh rumah sakit. Laporan ini dibuat dan dimanfaatkan oleh
rumah sakit itu sendiri.
2. Kelengkapan pengisian data di Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
dilihat dari lengkap tidaknya pengisian pada Form identitas pasien dan
resume pasien. Apabila masih ada data yang tidak lengkap dalam
pengisiannya maka petugas rekam medis berhak memulangkan kembali
berkas rekam medis kepada dokter dan perawat yang merawat pasien
tersebut untuk dilengkapi kembali. Dan apabila sudah lengkap maka
perawat harus mengembalikan berkas tersebut kepada petugas rekam
medis untuk selanjutnya dientry ke dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS). Pada Sistem Informasi Rumah Sakit yang sering tidak lengkap
dalam pengisiannya yaitu pada form identitas terutama pada kolom tempat
tanggal lahir, karena terkadang petugas rekam medis hanya mengisi umur
tanpa mengisi tanggal dan tempat lahir pasien.
3. Jenis Pelaporan yang digunakan untuk pelaporan eksternal di Rumah
Sakit,yaitu:
a) RL 1 berisikan Data Dasar Rumah Sakit yang dilaporkan setiap waktu
apabila terdapat perubahan data dasar dari rumah sakit sehingga data
ini dapat dikatakan data yang yang bersifat terbarukan setiap saat (up
to date).
b) RL 2 berisikan Data Ketenagaan yang dilaporkan periodik setiap tahun
c) RL 3 berisikan Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit yang dilaporkan
periodik setiap tahun.
d) RL 4 berisikan Data Morbiditas atau Mortalitas Pasien yang
dilaporkan periodik setiap tahun.
e) RL 5 yang merupakan Data Bulanan yang dilaporkan secara periodik
setiap bulan, berisikan data kunjungan dan data 10 (sepuluh) besar
penyakit.
4. Pelaporan internal dilakukan setiap bulan yang berasal dari sensus harian
dan kunjungan dari setiap ruangan. Hal ini untuk mengetahui indikator
kinerja instalasi rawat inap yang terdiri dari BOR, TOI, ALOS, BTO dan
lama hari perawatan. Keseluruhan indikator tersebut akan dijadikan
masukan untuk pengambilan keputusan di tingkat manajemen. Ruang
lingkup unit rekammedis dimulai dari penerimaan pasien sampai dengan
pelaporan informasi kesehatan. Tugas unit rekam medis mulai dari
pengumpulan data, pemrosesan data sampai dengan penyajian informasi
yang nantinya akan disampaikan ke pihak terkait sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Data yang dikumpulkan
berupa data sosial yang berasal dari kartu identitas pasien dan data medis
yang didapatkan selama pasien menjalani pemeriksaan dari tenaga
Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Gultom, S. P. (2017). Analisis Kelengkapan Pengisian Data Pada Sistem


Informasi Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. 1, 185–191.

Handoyo, Ek. (2008). Aplikasi Sistem Rumah Sakit berbasis Web Subsistem
Farmasi Menggunakan Framework Prado. 7 No.1.

Noviati, R. A., Sarwo, Y. B., Dahlan, S., & Kesehatan, M. H. (2018). Kajian
Yuridis Terhadap Permenkes Nomor : 1171/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit Dan Asas Keterbukaan Dalam Meningkatkan
Efektivitas Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Rumah Sakit. Soepra,
1(1), 65–75. http://journal.unika.ac.id/index.php/shk/article/view/1287

Risyanti, I. P., Sakit, R., Prof, J., Magelang, S., Ahmad, J., No, Y., Utara, K.,
Utara, K. M., & Magelang, K. (2020). Jurnal Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan Volume 3 No 1 ( Maret , 2020 ) Pengaruh Ketepatan Kodefikasi
Penyakit Terhadap Validasi Laporan Morbiditas Rawat Jalan di RS X The
Influence Of Accuracy Of Codefication Of Disease Against Validation Of
Outpatient. 13–18.

Rizqiyah, R., & Ernawaty, E. (2016). Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis
Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Media Husada, 5(2), 191–200.
https://doi.org/10.33475/jikmh.v5i2.178

Rumambi, F. R., Robo, S., & Amalia, C. (2020). Identifikasi Dampak Penggunaan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Terhadap Pelayanan Kesehatan
Menggunakan Hot-Fit Model 2006. Jurnal Media Informatika Budidarma,
4(1), 216. https://doi.org/10.30865/mib.v4i1.1973

Sari, D. (2013). Deskripsi Penyebab Keterlambatan Pelaporan Eksternal Rumah


Sakit di Rumah Sakit Islam Kendal Periode Tahun 2013.
Eprints.Dinus.Ac.Id, 13, 1–11. http://eprints.dinus.ac.id/8004/
Sari, N. P., & Pujihastuti, A. (2017). Prosedur Pengolahan dan Pelaporan Data
Rumah Sakit, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) revisi VI. Jurnal
EdikInformatika, 1–9.

Setyawan D. (2016). Analisis Implementasi Pemanfaatan Sistem Informasi


Manajemen Rumah Sakit (Simrs) Pada Rsud Kardinah Tegal. Indonesian
Journal on Computer and Information Technology, 1(2), 54–61.
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ijcit/article/view/1503

Tsuchiya, T., Kumigashira, H., Namiki, W., Higuchi, T., Minohara, M.,
Takayanagi, M., Kobayashi, M., Furuichi, S., & Horiba, K. (2017). 2017-07-
15. Journal of the Physical Society of Japan, 86(7), 074704–074704.

Anda mungkin juga menyukai