Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TELAAH JURNAL TERKAIT SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT


DALAM MASA NIFAS
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui
Dosen pengampu Ibu Damai Yanti, SST., MM.,M.Keb.

Di Susun Oleh :
Dea Rosmayanti E.0106.20.003
Desta Herlia E.0106.20.004
Dini Auliya A E.0106.20.006
Entang Lina N E.0106.20.007
Ershy Aulia C E.0106.20.008
Rika Afriyani E.0106.20.023
Rizki Amelia E.0106.20.024

DIII KEBIDANAN
STIKes BUDI LUHUR CIMAHI
JL. Kerkof No.243, Leuwigajah, Kec.Cimahi Sel., Kota Cimahi, Jawa Barat
40532
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai Bagaimana Menjadi
Surveilans Bidan yang walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Serta kami
juga berterima kasih kepada Ibu Damai Yanti, SST., MM.,M.Keb. selaku dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
yang sudah memberikan kepercayaan menyelesaikan tugas ini.
Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang sudah kami buat, mengingat tak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan sekiranya yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri
ataupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Cimahi, 13 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat beragam.Kebudayan
umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan music,
yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa senidan lmu pengetahuan
dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003).
Di daerah kambang, pesisir selatan terdapat beberapa masyarakat yang masih
berpegang teguh pada adat istiadatnya di berbagai aspek kehidupan baik pada
kelahiran, kematian, pernikahan dan termasuk kepada ibu nifas. Masa nifas
berlangsung selama 6 –8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu,
diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana
50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain
itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga kematian
bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Sayfuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan
selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Ada
beberapa kebudayaan di daerah kambang, pesisir selatan ini mengandung keuntungan
dan kerugian.
Pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan
rumah selama 44 hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring
selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan badan, konsumsi
minuman berupa jamu-jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu (Swasono, 1998).

2.2 Rumusan Masalah


2.3 Tujuan

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM ASKEB MASA NIFAS
2.1.1 Pengertian masa nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu(Prawihardjo A, 2002).
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelahpersalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat
dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Prawihardjo A, 2002). Secara tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa
istirahat. Yaitu ketika ibu dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan
zat darahnya dari vagina sehingga tidak bersih.
2.1.2 Tahap masa nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a.Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan
darah, dan suhu(Saleha, 2009).
b.Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik(Saleha, 2009).
c.Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB(Saleha, 2009).
Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan
fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi
pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan
memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam
situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong

5
pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan
pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).
2.1.3 Konsep budaya dalam perawatan postpartum
a.Definisi budaya
Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat (Syafrudin, 2009).
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat
beragam.Kebudayanumumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu
alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa senidan lmu
pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003).
Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini
sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan
kultur dan individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi
perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat
perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan
pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa
keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan
perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene &
Gloria, 2001).
b.Aspek budaya dalam perawatan masa nifas
Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang
menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009)
2.1.4. Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas
Pada ibu yang sedang masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan
laut, nanas, dan makanan yang berminyak.karena menyebabkan ASI berbau anyir yang
membuat bayi muntah saaat di susui, dan selain itu proses penyembuhan luka-luka di
jalan lahir akan lebih lambat. Dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur,
daging, udang, ikan laut,nanas,dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan
karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi
menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada, karena seharusnya ibu
mengkonsumsi telur, ikan karena baik untuk hasil produksi susu ibu bagi bayinya.
1.Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang akan mengakibatkan mata minus, katarak,
sayu, dan wajah terlihat tua. Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu
tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa ini seorang ibu harus
cukup istirahat dan mengurangi kerja berat , selain itu ibu pun harus makan yang

6
teratur, karena saat masa nifas ibu bukan hanya memberikan vitamin atau pun zat
lainnya untuk tubuh, tapi ibu pun memberikan asupan untuk bayinya dengan menyusui .
2.Selama masa nifas ibu hanya boleh mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa rasa (tanpa di beri
rasa atau di beri garam), karena dapat membuat sel darah putih ibu naik, selain itu ibu pun di
larang untuk banyak makan dan banyak minum, bahkan ada yang beredar bahwa bila
ibu ingin makan harus di sangrai terlebih dahulu sebelum di konsumsi. Padahal
seharusnya ibu memakan makanan yang sehat karena akan mempercepat penyembuhan
pada alat kandung ibu. Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak
makan makanan yang padat setelah waktu maghrib.Karena dapat menyebabkan
gemuk.Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib
dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak , namun terdapat
dampak negatifnya yaitu ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi
berkurang.Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.agar ibu tidak terlalu
letih beraktivitas dan kalau capek produk ASI ibu berkurang.
Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus
periksakesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan
8-30 hari.
1)Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan
tapel supaya ibu cepat sembuh. Dalam hal ini jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu
dan bayi menjadi lancar namun jika pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat
merusak kandungan . Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidakkuat atau
menyebabkan alergi .
2)Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan
asamdiminumkan supaya ASI banyak.Dalam hal ini sama sekali tidak memiliki dampak
yang positif karena abu, dan asam tidak mengandung zat yang di gunakan ibu untuk
memproduksi ASInya, dan abu serta asam ini tidak mempengaruhi ibu untuk memproduksi
ASInya lebih banyak.
3)Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intimnanti lukanya makin besar.Dari sisi
medis, sanggama memang dilarang selama 40hari pertama usai melahirkan. Alasannya
aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi
rahim yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula Contohnya
infeksi atau akan perdarahan ataupun pengaruh psikologis, kekhawatiran akan robeknya
jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
4)Adapun sosial budaya yang terjadi pada kalangan masyarakat contoh lainnya adalah
seorang ibu yang ingin keluar rumah harus memakai sendal jepit selama 40 hari selama masa
nifas.
5)Kemudian harus meminum jamu , agar rahim ibu cepat memulih. Padahal sebenarnya tidak
harus meminum jamu pun rahim ibu akan memulih , hanya dengan mengkonsumsi
makanan yang bernutrisi(Syafrudin, 2009).

7
2.2 Jurnal Terkait Sosial Budaya Masyarakat Dalam Masa Nifas
Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas
Cultural Factors In Treatment In The Postpartum Mother
Inong Sri Rahayu1, Mudatsir2 , Kartini Hasballah3
Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111
2
Bagian Mikro Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 3
Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111

Abstrak
Di Aceh masih banyak para ibu melakukan perawatan nifas berdasarkan budaya dan adat
istiadat khususnya di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Budaya atau
kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan dari perawatan nifas
yang dilakukan.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam
pengalaman ibu, manfaat, dan adat-istiadat dalam perawatan nifas di Kecamatan Tanah
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Sebuah studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif dilakukan dengan wawancara mendalam pada 10 orang partisipan yang didapatkan
dengan purposive sampling. Transkripsi dianalisis dengan menggunakan content analisis
untuk mengidentifikasi kategori dan tema. Penelitian ini menemukan pengalaman dalam
perawatan nifas Madeung, Kusuk, pantang makan, dan minum ramuramuan proses atau cara,
intensitas, durasi ,frekuensi dan manfaat dari melakukan perawatan nifas. Manfaat perawatan
nifas meliputi KB tradisional, kulit menjadi cantik dan bersih, serta badan menjadi kurus.
Adat istiadat dalam perawatan nifas merupakan bagian dari tradisi, keturunan dan budaya
dari daerah setempat. Dimanapun mereka berada, akan ada adat istiadat tersendiri dari daerah
yang sudah menjadi bagian dari budaya dalam perawatan nifas. Budaya tersebut dapat
dilakukan dengan dimodifikasi atau diubah dalam praktik keperawatan tradisional yang dapat
mempengaruhi terhadap budaya prilaku hidup sehat.

Resume
Kesehatan reproduksi pada wanita merupakan persoalan tentang seksualitas dan reproduksi
yang terkait dengan pelayanan pemeriksaan kehamilan, proses persalinan, dan pengobatan
pasca persalinan. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator
kesehatan reproduksi di mana di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya.
Penelitian sebelumnya diketahui bahwa faktor budaya dan sosial demografi berpengaruh
terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi (Suryawati, 2007)
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan ibu post partum, masih banyak di
jumpai di lingkungan masyarakat. Mereka meyakini budaya perawatan ibu setelah

8
melahirkan dapat memberikan dampak yang positif dan menguntungkan bagi mereka. Hal ini
terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Andhra Pradesh pada 100 orang ibu post partum
di daerah Tirupati. Dari hasil penelitiannya di dapatkan banyak kepercayaan dan keyakinan
budaya perawatan ibu post partum, di antaranya pembatasan asupan cairan, makanan di batasi
dan hanya boleh makan sayur-sayuran, tidak boleh mandi, diet makanan, tidak boleh keluar
rumah, menggunakan alas kaki, menggunakan gurita, tidak boleh tidur di siang hari bahkan
mereka meyakini kolustrum tidak baik untuk anak. (Bhvaneswari, 2013)
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berpikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan
antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu
masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan,
tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan (Iqbal,
2012).
Budaya masyarakat Aceh dalam melakukan perawatan masa nifas seperti; pantangan untuk
meninggalkan rumah selama 44 hari ,disuruh berbaring pada suatu pembaringan yang
ditinggikan yang dasarnya diberi batu bata panas, kakinya telentang dan dirapatkan,
lengannya tidak boleh diangkat di atas kepala serta ibunya menjaganya, seraya mengawasi
supaya perempuan nifas tersebut tetap mengikuti petunjuk mengenai posisi kaki dan cara
berbaring sekali-sekali harus dirubah supaya seluruh badan wanita dihangatkan.

Anda mungkin juga menyukai