Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH

Proses Pemulihan bentuk uterus pasca melahirkan, Proses Pemulihan Jalan Lahir,
Pengeluaran Lochea
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Asuhan Kehamilan, Pesalinan, Nifas
BBL yang diampu oleh Ibu Yuliana, SST., M.Keb.

STIKes BUDI LUHUR CIMAHI

Disusun oleh:
Dini Auliya Azfariska
E.0106.20.024

DIII KEBIDANAN
2020
b. Proses Pemulihan Jalan Lahir
PENDAHULUAN
Setiap proses persalinan normal berpotensi menyebabkan robekan pada perineum. Robekan
perineum yang diakibatkan oleh proses persalinan pervaginam bermacammacam
tingkatannya. Tingkatan robekan pada perineum dimulai dari tingkat ringan sampai totalis.
Tingkatan ringan bila hanya robekan perineum totalis bila sampai mengenai spingter ani.
Keberadaan luka pada jaringan tubuh sangat berisiko terjadi infeksi. Potensial terjadinya
infeksi pada perineum karena perineum pada ibu nifas merupakan daerah yang lembab.
Pengeluaran lokhea dan kebersihan yang kurang akan mempermudah masuknya kuman
sehingga terjadi infeksi.

1. teknik perawatan luka prenium


Penelitian yang dilakukan oleh Nurahmaton dan Sartika (2017) menyatakan bahwa perawatan
pada jahitan perineum akan mengalami penyembuhan yang lebih cepat bila ibu nifas bisa
merawatnya dengan benar. Perawatan perineum dengan jahitan bisa dilakukan dengan benar
bila ibu memiliki pengetahuan yang memadai etntang perawatan jahitan perineum.
Sebaliknya, ibu yang pengetahuannya kurang tentang perawatan jahitan perineum, maka
perilaku selanjutnya dalam merawat jahitan perineum juga tidak benar. Mayoritas ibu nifas
abai dalam merawat perineum karena khawatir merasa sakit bila menyentuh daerah kelamin
dan khawatir jahitan perineumnya akan terlepas. Kondisi tersebut, semakain memperparah
jahitan perineum yang semakin lembab karena lokhea tertahan di sela-sela benang jahitan.
Tertahannya lokhea di sela-sela jahitan perineum, menyebabkan penyembuhan dan proses
pengeringan jahitan perineum terhambat. Untuk memecahkan masalah tersebut, dilakukan
promosi kesehatan tentang perawat-an perineum menggunakan air rebusan daun sirih dalam
botol yang berbentuk spray melalui kunjungan rumah.

2. Lama waktu pemulihan luka prenium


Perawatan perineum umumnya membutuhkan waktu 6-7 hari untuk kering. Penelitian yang
dilakukan oleh penulis di PKD Panjawi Sukoharjo tahun 2016, bahwa air rebusan sirih hijau
efektif mempercepat pengeringan jahitan perineum. Jahitan perineum yang dirawat dengan
air rebusan sirih hijau rata-rata kering dalam waktu 4-5 hari. Sedangkan jahitan perineum
yang tidak dirawat dengan air rebusan sirih hijau rata-rata kering dalam waktu 6-7 hari. Bisa
disimpulkan bahwa air rebusan sirih hijau efektif untuk merawat perineum dengan jahitan
(Yuliaswati dan Kamidah)
Penelitian yang dilakukan Damarini, Eliana dan Mariati (2012) pada 5 bidan praktik mandiri
Kota Bengkulu, menemukan dari 10 pasien persalinan rata-rata yang mengalami ruptur
spontan atau episiotomi ada 7 pasien dan kering rata-rata dalam 7 hari. Semakin lama waktu
yang diperlukan perineum untuk kering, maka potensi terjadi infeksi semakin besar.
Sedangkan perawatan dengan menggunakan infusum sirih merah memerlukan waktu rata-rata
untuk kering 2-3 hari.

3. Memulihkan otot pelvis atau jalan lahir


Untuk suami dan keluarga ibu post partum dapat membantu melakukan pijat untuk
merangsang hormone oksi-tosin sampai masa nifas selesai, karena dapat membantu
mempercepat pemu-lihan kondisi rahim selama masa nifas dan produksi ASI untuk bayi
tercukupi.

GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat


Enny Yuliaswati1, Kamidah Vol. 4 No. 1 Mei 2020
c. Pengeluaran Lochea

1. Periode waktu pengeluaran lochea

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kautzar (2009), hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 54,1% ibu post partum dapat melakukan mobilisasi
dini dengan baik di BPS Vinsentia Ismijati, SST Surabaya. Pengeluaran lochea rubra pasien
post SC menunjukkan bahwa pengeluaran lochea rubra terjadi selama ≤ 4 hari sejumlah 26
responden (86,7%) lebih banyak dibandingkan yang pengeluaran lochea rubra > 4 hari hanya
4 responden (13,3%). Pada ibu post SC ibu merasakan pengeluaran cairan yang cukup
banyak. Pengeluaran cairan lebih banyak dirasakan apabila ibu duduk/berdiri dibandingkan
apabila ibu berbaring. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kristanti (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78% ibu nifas di RSUD
Moch. Soewandi Surabaya tahun 2010 mengeluarkan lochea rubra cukup banyak yaitu noda
lochea pada pembalut antara 50-80 cc.

Hasil analisa bivariate diketahui bahwa ibu post SC yang melakukan mobilisasi dini ≤ 24 hari
semuanya mengeluarkan lochea rubra ≤ 4 hari sedangkan 4 ibu yang melakukan mobilisasi
dini > 24 jam semuanya mengeluarkan lochea rubra > 4 hari. Berdasarkan uji chi-square
didapatkan nilai ρ value = 0,000 dimana p value < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat
hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea dengan pengeluaran lochea rubra di
RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang.
Pengeluaran lochea rubra semakin banyak dirasakan oleh ibu post SC apabila melakukan
mobilisasi dini dan pengeluaran lochea rubra lebih sedikit apabila ibu post SC berbaring/tidak
melakukan mobilisasi dini. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Susanto (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara mobilisasi dini
dengan lama pengeluaran lokhea rubra pada ibu nifas. Dalam hal ini semakin awal
mobilisasi, semakin singkat pengeluaran lokhea.

Murti Ani, Novita Ika Wardani, Septalia Isharyanti 2017

2. Isi Lochea

Anda mungkin juga menyukai