FARMAKOLOGI
PENGELOLAAN OBAT
disusun oleh:
NADILA AGUSTIA
https://nadilaagustia.wordpress.com/2018/04/07/faktor-yang-mempengaruhi-khasiat-obat-dan-
pengelolaan-obat/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dalam topik ini akan dibahas latar belakang, tujuan, tahap-tahap uji klinik dan komponen-
komponen yang tercakup dalam penelitian/uji klinik. Dengan menguasai materi topik ini,
mahasiswa akan memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menilai secara kritis
kemanfaatan dan keamanan suatu obat baru.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan
gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.untuk itu obat sangat diperlukan.
Terkadang Obat tidak selamanya baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran
tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala
sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.1 Kondisi fisiologik (neonatus, anak, geriatri, ibu hamil dan menyusui)- Perbedaan
respon obat (pola absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi)- Dosis anak dihitung dgn
rumus berdasar berat badan atau luas permukaan.- Cara pemberian.
1.2. FAKTOR GENETIK
Pengaruh obat yang terjadi dari pemberian obat pada manusia akan beranekaragam
(bervariasi) dari orang ke orang.Keanekaragaman ini dipengaruhi oleh berbagai penyebab
baik yang berasal dari obatmaupun dari individu yang bersangkutan. Penyebab yang berasal
dari individupun dapat bermacam-macam, misalnya penyakit yang diderita, umur, status
gizi, diit, faktor genetika, dan lain-lain. Farmakogenetika merupakan salah satu bidang
dalamfarmakologi klinik yang mempelajari keanekaragaman pengaruh (respons) obat
yangdipengaruhi atau disebabkan oleh karena faktor genetik. Atau dengan kata
lainmerupakan studi mengenai pengaruh genetik terhadap respons obat.Kepentingan dari
studi farmakogenetika ini yang paling utama sebenarnya adalahuntuk mengetahui atau
mengenali individu-individu tertentu dalam populasi, yangdikarenakan adanya ciri-ciri
genetik tertentu, akan bereaksi atau mendapatkan pengaruhobat yang tidak sewajarnya
dibandingkan anggota populasi lain pada umumnya.Sehingga dengan demikian dapat
dilakukan upaya-upaya pencegahan agar pengaruh buruk yang tidak dikehendaki tidak
sampai terjadi, misalnya dengan menyesuaikan besar dosis atau dengan menghindari
pemakaian obat tertentu pada individu tertentu.
Sayangnya, tidak selamanya pedoman ini dapat diterapkan secara praktis dalam praktek
klinis sehari-hari. Hal ini karena :· Teknik untuk mendiagnosis atau mengenali ciri-ciri
genetik tersebut tidak selalu secara praktis dapat dikerjakan dalam praktek sehari-hari.·
Beberapa bentuk efek samping yang tidak dikehendaki, termasuk bentuk-bentuk yang berat
sekalipun merupakan reaksi abnormal individu yang bersifat idiosinkratik yang jugatidak
diketahui secara pasti faktor apa yang mempengaruhi.· Bentuk-bentuk keanekaragaman
(variasi) pengaruh obat yang disebabkan faktor genetik, walaupun banyak yang sudah
diketahui, tetapi masih banyak juga yang belumdiungkapkan sehingga selalu diperlukan
penelitianpenelitian farmakogenetik untuk mengungkapkannya.Studi farmakogenetik juga
berguna untuk mempelajari adanya perbedaan antar kelompok etnik dalam hal pengaruh
atau respons terhadap obat, yang kemungkinankarena adanya perbedaan dalam frekuensi
gena yang ada dalam populasi dari masing-masing kelompok etnik tersebut. Sebagai contoh
yang menarik adalah perbedaanantar kelompok etnik dalam metabolisme (asetilasi) obat-
obat tertentu seperti isoniazid,dapson, sulfadimidin, prokainamid, dan hidralazin. Dalam
hal kemampuan asetilasi obat-obat ini maka individu-individu dalam populasi akan terbagi
secara tegas menjadifenotipe asetilator cepat dan asetilator lambat, dan sifat ini ditentukan
oleh suatu genotosom, yakni sifat asetilator cepat ditentukan oleh gen dominan otosom
sedangkan sifatasetilator lambat oleh gen resesif otosom. Yang menarik ternyata frekuensi
asetilator ini berbeda antar masing-masing kelompok etnik oleh karena adanya perbedaan
dalamfrekuensi gena asetilasi dalam populasi. Proporsi asetilator lambat pada
berbagaikelompok etnik bervariasi sebagai berikut:
Eskimo : 5%
Jepang : 10%
Cina : 20%
Melayu : 35%
Indian-Amerika : 40%
Dalam hal penggunaan obat sehari-hari, terdapat istilah penyalahgunaan obat(drug abuse)
dan penggunasalahan obat (drug misuse). Istilah penyalahgunaan obatmerujuk pada
keadaan di mana obat digunakan secara berlebihan tanpa tujuan medis atauindikasi
tertentu. Sedangkan, istilah pengguna-salahan obat adalah merujuk pada penggunaaan obat
secara tidak tepat, yang biasanya disebabkan karena penggunamemang tidak tahu
bagaimana penggunaan obat yang benar. Pada tulisan ini hanya akandikaji mengenai
penyalahgunaan obat (drug abuse) saja.
golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan
tidur,contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin
(diazepam/valium,klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll)
Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan ketergantungan
ataukecanduan.
Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkanefek
sampingnya, bukan berdasarkan indikasi yang resmi dituliskan. Beberapa
contohdiantaranya adalah :
3. Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat” bagi wanita pekerja seks komersial
untuk mendukung pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol, suatu muscle relaxant,
yangdigunakan untuk melemaskan ketegangan otot. Laporan menarik ini datang dari
Denpasar dari seorang sejawat. Menurut informasi, dokter kerap meresepkan
Somadryl, dan yang menebusnya di apotek adalah “germo”nya, dan ditujukan untuk
para PSK agar lebih kuat“bekerja”.
Pada bagianini akan dipaparkan secara singkat tentang toleransi obat.Toleransi obat sendiri
dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : toleransifarmakokinetik, toleransi
farmakodinamik, dan toleransi yang dipelajari (learnedtolerance).Toleransi
farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau metabolismesuatu obat setelah
pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang diberikanmenghasilkan kadar dalam
darah yang semakin berkurang dibandingkan dengandosis yang sama pada pemberian
pertama kali. Mekanisme yang paling umumadalah peningkatan kecepatan metabolisme
obat tersebut. Contohnya adalah obatgolongan barbiturat. Ia menstimulasi produksi enzim
sitokrom P450 yangmemetabolisir obat, sehingga metabolisme/degradasinya sendiri
ditingkatkan.Karenanya, seseorang akan membutuhkan dosis obat yang semakin
meningkatuntuk mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek terapetik
yangsama. Sebagai tambahan infromasi, penggunaan barbiturate dengan obat lain jugaakan
meningkatkan metabolisme obat lain yang digunakan bersama, sehinggamembutuhkan
dosis yang meningkat pula
Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadidi dalam system
tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuhterhadap obat berkurang pada
pemberian berulang. Hal ini misalnya terjadi pada penggunaan obat golongan
benzodiazepine, di mana reseptor obat dalam tubuhmengalami desensitisasi, sehingga
memerlukan dosis yang makin meningkat pada pemberian berulang untuk mencapai efek
terapetik yang sama.Toleransi yang dipelajari artinya pengurangan efek obat dengan
mekanisme yangdiperoleh karena adanya pengalaman terakhir.
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah systemreward pada
manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yangmenghasilkan sesuatu
yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasamenyenangkan tadi dikatakan
memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa berasal secara alami, seperti makanan, air,
sex, kasih sayang, yang membuatorang merasakan senang ketika makan, minum, disayang,
dll. Bisa juga berasaldari obat-obatan. Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur
tertentu diotak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh
rewardalami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived
(mempertahankankehidupan).
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut :ventral tegmental
area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTAterhubung dengan nucleus
accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur rewardini yang akan mengirim informasi
melalui saraf. Saraf di VTA mengandungneurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan
menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada
stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan bekerja pada
system reward.Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain,
misalnya, bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin,
bekerjameningkatkan pelepasan dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-
nya,sehingga menyebabkan kadar dopamin meningkat.
Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbensdan cortex), dan
juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord.
Ketika seseorang menggunakan obat-obat golonganopiat seperti morfin, heroin, kodein, dll,
maka obat akan mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri,
obat-obat opiat akanmemberikan efek analgesia, sedangkan pada jalur reward akan
memberikanreinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang menyebabkan orang
inginmenggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan reseptornya di
nucleusaccumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat dalam system
reward.
Takaran obat resep harus cukup tinggi untuk menyerang penyakit yang bersangkutan,
tetapi cukup rendah agar terhindar munculnya efek samping yang berat.Perubahan besar
pada jumlah suatu obat dalam aliran darah kita dapat disebabkan olehobat lain, baik yang
diresepi maupun yang tidak, atau pun narkoba, jamu, atau bahkanmakanan.Interaksi obat
sangat umum. Ada beberapa alasan:
Dokter mungkin tidak mengetahui ada interaksi dengan obat yang diresepi.
Mungkin ada beberapa dokter yang meresepkan obat untuk satu pasien.
Interaksi obat mungkin belum diketahui sebagai penyebab hasil pengobatan yang
tidak
Dokter mungkin tidak mengetahui semua jenis obat dan suplemen yang dipakai
oleh pasien.
Interaksi obat yang paling umum melibatkan hati. Beberapa obat dapatmemperlambat atau
mempercepat proses enzim hati. Ini dapat mengakibatkan perubahan besar pada tingkat
obat lain dalam aliran darah yang memakai enzim yang sama.Beberapa obat memperlambat
proses ginjal. Ini meningkatkan tingkat bahan kimia yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal.
Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang
perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang
merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian
obat secara aman yang dikenal dengan prinsip enam benar.
Dalam mengkonsumsi obat, ditemukan banyak cara yang dapat dilakukan tergantung
delegasi dokter. Berikut ini adalah beberapa cara pemberian obat :
1. Oral
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini relatif
aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang
timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak
sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit.
1. Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek
yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat
dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus
dan hati dapat dihindari.
1. Inhalasi
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian
obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat
terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada
bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang
akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada
saluran pernapasan.
1. Rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah
mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.
1. Pervaginam
Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal,
hanya saja dimasukan ke dalam vagina.
1. Parenteral
Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan.
Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien
yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat
dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
1. Intravena (IV)
Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat langsung
masuk ke dalam vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk
obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus
kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya pendek (Joenoes, 2002).
1. Intramuskular (IM)
1. Subkutan (SC)
“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari kecepatan
absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi
pembuluh darah lokal sehingga difusi obat tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat
dengan menambahkan hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari
matriks jaringan (Joenoes, 2002).
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran,
intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus
dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
b.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita
asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi
obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama
saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
1. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg.
jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
d.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi,oral, adalah rute
pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian
obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
e.Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu
dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.
f.Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun siapa sangka, obat juga berpotensi
mendatangkan malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan tentang obat dan
penggunaannya secara tepat dan aman, anda akan terhindar dari bahaya yang mungkin
ditimbulkan olehnya. Bahkan, anda juga akan lebih banyak memetik manfaatnya, seperti
halnya anda memetik manfaat dengan melakukan sarapan pagi. Dalam menyimpan obat
harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil
(rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-
masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat
sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air
harus < 5°C.
Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
terkunci.
Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening
menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian obat juga terjadi
peningkatan. Orang cenderung mempunyai persediaan obat dirumah untuk keadaan-
keadaan darurat tertentu atau bagi orang-orang yang memang harus mengkonsumsi obat
dalam jangka waktu tertentu. Obat membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan
tergantung dari karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan
efeknya.Berikut ini penyimpanan obat yang benar :
Kadaluwarsa atau expiation date, atau biasa disingkat ed, exp atau daluarsa adalah masa
obat menjadi tidak stabil atau tidak poten, sehingga obat yang telah melewati masa
kadaluwarsa menjadi tidak standar lagi untuk digunakan sebagai bahan pengobatan.
Kemasan obat haruslah dalam kondisi tertutup atau tersegel baik, tidak rusak sehingga
dapat dipastikan stabilitas produk masih terjaga. Tanyakan kepada apoteker tentang
informasi penting lainnya yang terkait penggunaan dan penyimpanan obat tersebut. Setiap
obat mengandung bahan obat, bahan tambahan dan cara produksi yang berbeda sehingga
informasi-informasi spesifik terkait obat perlu ditanyakan kepada apoteker.
Dosis dan aturan pakai biasanya dicantumkan pada kemasan obat atau dituliskan pada
etiket. Jika dari kemasan tersebut kurang jelas, bisa diuliskan sendiri sesuai dengan
pemahaman dan bahasa anda sendiri. Yang penting pada saat mengkonsumsi obat tersebut
benar, jangan sampai karena salah tulis dosis dan aturan pakai maka salah mengkonsumsi
obat yang mengakibatkan salah dalam memberikan terapi.
Hal ini untuk mempermudah dalam kita mengakses bila sewaktu-waktu terjadi kesakitan,
maka orang lain akan mudah mencarinya. Kadang anak-anak suka sesuatu yang bentuk
sediaanya syrup atau permen, ditakutkan obat yang bentuknya syrup atau tablet bersalut
gula akan menarik anak untuk mengkonsumsinya terus menerus. Khususnya obat-obat
tersebut, sebaiknya tempat penyimpanannya dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Akan
lebih baik semua obat disimpan pada tempat yang dipersiapkan dengan terkunci dan
terawasi.
5. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup baik.
Untuk menghindari kekeliruan dalam mengkonsumsi obat, sebaiknya obat disimpan dalam
wadah aslinya atau bila membeli secara ecer minimal ditulis lengkap nama, dosis dan
tanggal kadaluwarsanya.
6. Simpanlah obat pada tempat yang bersih, kering, terlindung dari cahaya
matahari langsung
Untuk menghindari perubahan kadar ataupun potensial obat, maka obat harus disimpan
dalam wadah tertutup dengan baik, agar terhindar dari kelembaban atau dihindarkan dari
cahaya matahari langsung yang dimungkinkan merubah perubahan potensi obat karena
sinar atau panasnya. Begitu pula obat agar disimpan sesuai suhu yang ditetapkan, karena
perubahan dari suhu yang ditetapkan juga akan merubah potensial obat tersebut.
Simpanlah obat yang tidak lembab dan suhu yang sesuai atau ikuti aturan yang tertera pada
kemasan
Menyimpan obat obat minum dan obat luar dikhawatirkan pada saat yang panik akan
tertukar obat yang digunakan, apalagi ada kemiripan warna, bentuk dan atau tulisan dan
dalam pengucapannya.
Bila obat disimpan dalam wadah sesuai yang dianjurkan, maka masa pakainya adalah sama
dengan masa kadaluwarsa. Namun biasanya untuk obat sirup hanya diberikan rentang
waktu penyimpanan dua bulan setelah terbukanya segel. Obat sediaan ini banyak
mengandung air yang rentan memicu tumbuhnya mikroorganisme. Sedangak untuk
sediaan sirup kering (biasanya berisi obat antibiotik), hanya memiliki masa aktif sekitar 5-6
hari setelah obat tersebut diberikan air sebagai pencairnya.
Dengan menyimpan obat kadaluarsa dapat mengakibatkan kita salah minum dengan
sediaan obat yang baru, karena terdapat banyak kesamaan ciri fisik. Sedangkan dengan
menyimpan obat sisa orang atau pasien lain belum tentu kita memiliki sakit dan atau
indikasi serta penggunaan dosis obat yang sama.
Demikian tips cara menyimpan obat yang baik dan benar, semoga keliru memahami
caranya yang akan mengakibatkan kesalahgunaan dalam mengkonsumsi obat.
1. Simpan obat dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan jangan terkena
sinar matahari langsung karena obat akan rusak jika terkena sinar matahari langsung.
2. Jangan menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas atau lembab karena dapat
menyebabkan obat tersebut rusak
3. Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan
pada etiket atau kemasan obat
4. Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan
suhu dapat merusak obat
5. Sebelum minum obat selalu lihat tanggal kadaluarsa pada kemasan obat dan jangan
simpan obat yang telah kadaluarsa, apalagi sampai mencampur obat kadaluarsa
dengan obat yang masih baik
Jadi, ingatlah bahwa menyimpan obat secara aman, bukanlah hal yang remeh ataupun
sepele. Kenyataannya, tidaklah jarang terjadi seseorang mengalami keracunan obat akibat
salah minum obat, atau meminum obat yang sudah rusak. Ironis kan kalau obat yang
sedianya diresepkan dokter demi kesembuhan malah menyebabkan masalah kesehatan
yang baru yang tak kalah seriusnya. Jangan sampai kecerobohan dan keteledoran
membawa musibah dan bencana. jadi, berhati-hatilah menyimpan obat sebagaimana
berhati dalam memilih obat, agar terhindar dari obat palsu.
Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin
praktik(SIP), paraf/tanda tangan dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah
obat, aturan pakai, nama, umur, berat badan, jenis kelamin dan alamat/no telp pasien.
Pertimbangan klinik seperti kesesuaian indikasi, alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
2. Mengambil obat/bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai
misalnya sendok/spatula, nama dan jumlah obat sesuai yang diminta, memeriksa mutu
secara organoleptis dan tanggal kadaluarsa obat.
3. Untuk sediaan :
Sirup Kering Membersihkan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah
dicampur air matang sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada
pasien
1. Menuliskan nama pasien, tanggal, nomor dan aturan pakai pada etiket yang sesuai
dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca. Etiket putih untuk obat
dalam, Etiket biru untuk obat luar, dan label kocok dahulu untuk sediaan emulsi dan
suspensi.
2. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep.
Prosedur tetap pelayanan informasi obat
Dalam Pelayanan Resep Memberi informasi obat kepada pasien saat penyerahan obat,
terdiri dari : Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi,siang, sore atau malam.
Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. Lama
penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun
sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah resistensi.
Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena
itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar
terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat
tetes hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina. Efek yang
timbul dari penggunaan obat.
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari
penyimpanan obat lainnya
3. Membuat catatan nama,no.batch, jumlah dan tanggal kadaluaras obat yang rusak
dan atau kadaluarsa
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir yang disaksikan
oleh 2(dua) orang dari instansi terkait dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas 4.
Mengirimkan berita acara pemusnahan resep ke Dinas Kesehatan setempat dengan
tembusan Balai POM.
Pencatatan Rutin
Pencatatan rutin yang dilakukan setiap hari oleh petugas gudang obat menyangkut
penerimaan dan pelayanan obat ke unit pelayanan dan sub unit pelayanan pada kartu stok.
Pencatatan Berkala
Pencatatan berkala ini dilakukan menyangkut laporan penerimaan bulanan dan rekapitulasi
pemakaian harian obat pada buku penerimaan dan pemakaian obat bulanan atau dikenal
dengan Buku Rekapan Bulanan. Buku ini bermanfaat untuk membantu petugas unit
pelayanan dalam mengendalikan persediaan obat, terutama jika persediaan telah mencapai
jumlah minimun, maka unit pelayanan dapat mengajukan permintaan obat tambahan.
Pelaporan Bulanan
Pelaporan bulanan dilakukan untuk laporan pemakaian obat setiap bulan dengan
menggunakan format LPLPO. Laporan ini digunakan sebagai sarana pertanggung jawaban
oleh puskesmas kepada Dinas Kesehatan kabupaten melalui Gudang farmasi.
Pelaporan tahunan
Terdapat tiga macam laporan, yakni laporan tahunan LPLPO yang berisi jumlah
penerimaan, persediaan dan pemakaian obat yang ada di puskesmas selama setahun.
Laporan LPLPO dibuat berdasarkan laporan bulanan yakni merekap data yang ada pada
tiap laporan bulanan yang berupa LPLPO mulai dari awal tahun yakni bulan januari sampai
dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan.
Pencatatan dan pelaporan obat memegang peranan penting dalam keberhasilan
pengelolaan obat secara keseluruhan. Pengelolaan obat mencakup: perencanaan,
permintaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian penggunaan, pencatatan dan
pelaporan.Pencatatan dan pelaporan obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
2.2.5 macam macam obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan
Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko
tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Resiko yang paling
dikhawatirkan adalah timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya baik
berupa cacat fisik maupun cacat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah
manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari resikonya, sehingga ibu dapat melahirkan
bayi yang sehat dengan selamat.
Tidak ada obat secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan. Efek
teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja, tetapi juga pertumbuhan yang
terganggu fungsional/mutagenesis. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3%
dari seluruh kelahiran cacat. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek tersebut adalah
penggunaan obat pada trimester pertama, lebih tepatnya minggu ke 3 sampai dengan ke 8
dimana sebagian besar organ utama sudah terbentuk.
Obat-obat yang bisa digunakan selama masa kehamilan yaitu obat yang dianggap aman,
yaitu obat yang setelah digunakan dalam jangka waktu panjang tidak menimbulkan efek
buruk pada janin. Macam-macam obat yang lazim digunakan bagi ibu hamil seperti :
Nutricia
Mama`s Best
Dosis : Campurkan 5 sendok takar (54 gram) kedalam 200 ml air, berikan 1-2 x
sehari
Prosh
Indikasi : Simtomatik benign prostatic hyperplasia
Perh : Dianjurkan selama terapi awal dan pada periode interval tertentu dilakukan
pemeriksaan kemungkinan adanya kanker prostat. Kecepatan eliminasi finasteria
menurun pada usia lanjut diatas 70 tahun, tetapi tidak diperlukan penyesuaian dosis,
tidak boleh diberikan pada wanita menyusui. Hati-hati terhadap kemungkinan
terjadinya uropati obstruktif. Penderita dengan gangguan fungsi hati.
Efek samping : Biasanya bersifat ringan dan sementara, impotensi, penurunan libido
dan penurunan volume ejakulat.
Dosis : Dosis yang dianjurkan 1 x sehari 5 mg. meskipun awal perbaikan baru dapat
terlihat paling sedikit 6-12 bulan sesudah pengobatan, diperlukan penilaian respon
klinis sesudah terapi selama 6-12 bulan
Kalzan
Indikasi : Memenuhi kebutuhan kalsium pada masa hamil dan menyusui, pada anak
dalam masa pertumbuhan tulang dan gigi serta usia lanjut.
Hufalart
Kontra indikasi : Gangguan fungsi ginjal dan / riwayat batu kalsium saluran kemih,
penderita pengobatan glikosida jantung.
Dumocalcin
Indikasi : Untuk pembentukan tulang dan gigi, mencegah dan mengobati rakitis,
untuk wanita hamil dan menyusui
]Kontra indikasi : Penderita penyakit ginjal yang berat keadaan dimana kadar
kalsium darah dan urin meninggi
Kontra indikasi : Gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu kalsium saluran kemih,
penderita dengan pengobatan glikasida jantung
Bionemi
Indikasi : Suplemen vitamin dan mineral untuk anemia pada masa kehamilan dan
menyusui
Efek samping : Mual, muntah, nyeri lambung atau nyeri perut, diare, konstipasi
Hemaviton
Indikasi : Pada keadaan keletihan, meningkatkan energi dan stamina, masa
penyembuhan, usia lanjut, masa hamil dan menyusui, menopause, membantu proses
metabolisme dan pembentukan sel darah merah
Fitonal
Vitamin A, vitamin B, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12, tembaga, kalsium, mangan,
magnesium
Indikasi : Tambahan vitamin dan mineral pada orang tua, wanita hamil dan
menyusui, wanita usia subur dan masa pemulihan kesehatan
Kontra indikasi : Hipersensitif, penyakit akibat kelebihan zat besi dan penyakit
hemolitik lainnya.
Efek samping : Mual, muntah, diare dan rasa tidak enak di ulu hati
Obipluz
Vitamin A, vitamin E, vitamin B, vitamin B 2, vitamin B12, asam folat, seng (sebagai sulfat
atau glukanat), magnesium, mangan dan tembaga.
Indikasi : Suplemen vitamin dan mineral dengan asam lemak esensial yang
dibutuhkan wanita hamil dan menyusui serta sebagai nutrisi otak
Prenatal
Indikasi : Suplemen vitamin, asam folat, kalsium dan zat besi untuk masa kehamilan
dan laktasi, masa pertumbuhan anak.
Biopradyn
Dosis : Sehari 1
Cetop Zink
Neurotropin
Dosis : Dalam keadaan sakit parah 1 x 3 ml sampai gejala akut hilang, selanjutnya 2-
3 x seminggu 3 ml
Mutibion
Indikasi : Nyeri karena gangguan urat syaraf terutama pada penderita kencing
manis, sakit pinggang, kelumpuhan otot, rasa lelah, pundak kaku, kesemutan,
neuralgia, memulihkan kesehatan setelah infeksi, gangguan sirkulasi perifer,
menghilangkan rasa mual dan muntah pada kehamilan
Prenatal EM
Vitamin B6 37,5 mg
Kegunaan : Membantu meredakan rasa mual dan muntah pada wanita hamil
Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk (15 – 25 0C) dan kering, terlindung dari
cahaya
Siobion Kapsul
Besi (II) Fumarat merupakan salah satu senyawa sumber zat besi untuk pembentukan sel
darah merah.
Indikasi : Untuk mencegah dan mengobati anemia, defisiensi Vitamin C dan Vitamin
D serta kalsium terutama pada masa kehamilan dan menyusui
Interaksi obat : Pemberian bersama tannin, fosfat dan antacid dapat mengurangi
absorbs
Kofiren Tablet
Efek samping : Dapat menimbulkan rasa kantuk, mulut kering dan pandangan kabur
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui karena resiko
efek samping pada bayi
Broadamox
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif / atau Gram negatif
yang peka terhadap amoksisilina.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, bronkhipneumonia dan otitis
medis yang disebabkan oleh Streptococus pneumonia, stafilokokus non
penisilinase dan haemophilos influenzae
Efek samping : Efek samping yang dapat timbul, tetapi jarang terjadi:
Bila timbul reaksi diatas, hentikan pemberian Broadmax dan tanggulangi dengan
pemberian antihistamin
Vitonal-F
Anemia (kurang darah) adalah suatu kondisi tubuh akibat kekurangan zat merah darah
(hemoglobin). Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen di paru dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh. Jika tubuh kekurangan hemoglobin diperlukan makanan bergizi atau bila
perlu ditambah vitonal-F yang mengandung zat besi tinggi (ferrous furmarate) serta asam
folat (folic acid) dan vitamin B12 yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin sehingga
dapat membantu pemulihan kondisi tubuh pada saat terjadinya kurang darah.
Vitonal-F juga mengandung vitamin dan mineral lainnya yang berguna untuk
kesehatan tubuh. Oleh karena itu vitonal-F dikonsumsi oleh wanita yang aktif yang
ingin tubuhnya tetap sehat pada usia produktif dan aktif.
– Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral agar tetap sehat pada usia produktif dan aktif
– Jangan diberikan pada pasien yang mengalami transfusi darah berulang atau anemia
yang bukan dikarenakan kekurangan zat besi.
Prenatin Plus
Indikasi :
Prenatal + DHA
Kegunaan : Prenatal + DHA untuk membantu untuk memenuhi kebutuhan vitamin
dan mineral pada masa kehamilan dan menyusui, serta sebagai nutrisi otak pada
janin / bayi
Jangan diberikan pada pasien yang mengalami transfusi darah berulang atau
anemia yang bukan dikarenakan kekurangan zat besi
Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk (15-25 0C) dan kering, terlindung dari cahaya
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat
ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat.
Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang
salah.
3.2 SARAN
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik
jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan
akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan
tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://panggayuh.files.wordpress.com/2015/03/faktor-yang-mempengaruhi-khasiat-
obat.pdf
http://www.pendekarilusi.com/wp-content/uploads/2016/02/Rute-Pemberian-Obat.pdf
Pernah dengar ketika ada pasien yang mengatakan obat yang mereka minum tidak manjur??
Mungkin bukan hanya pasien bahkan mungkin keluarga kita sendiri ada yang mengatakan
bahwa minum obat A gak manjur padahal si B minum obat A manjur. Perlu diketahui bahwa
suatu obat dapat saja manjur dan aman untuk penyakit yang diderita seseorang, tetapi dapat
juga tidak manjur untuk penderita lain, atau bahkan justru menimbulkan
efek samping atau efek toksik pada penderita lainnya walaupun penyakit yang diderita sama.
Keragaman efek suatu obat terhadap seseorang merupakan interaksi dari faktor
lingkungan dan faktor genetik.
Faktor Lingkungan
Faktor nutrisi
Adanya obat-obat lain yang digunakan bersama
Faktor penyakit
Faktor gaya hidup, seperti merokok atau konsumsi alkohol, dll.
Faktor-faktor lingkungan ini berinteraksi dengan faktor genetik yang mengkode berbagai
penentu nasib obat dalam badan dan efek obat seperti :
Reseptor
Kanal ion
Enzim pemetabolisme obat.
Faktor Genetik
Dan dalam kaitannya dengan faktor genetik, orang pada ras tertentu misalnya, ternyata
memiliki jumlah enzim pemetabolisme yang lebih banyak daripada orang lain akibat variasi
genetik. Sehingga menyebabkan keberadaan obat di dalam tubuh menjadi dipersingkat (karena
metabolismenya diperbesar) dan efeknya pun menjadi lebih kecil.
Atau sebaliknya, ras lain mengalami mutasi pada gen tertentu yang menyebabkan
berkurangnya kemampuan tubuh memetabolisme obat sehingga keberadaaan obat dalam
tubuh meningkat dan efeknya menjadi besar atau bahkan toksis.
Contohnya : reaksi enzim CYP2C19 yang mencerna atau memetabolisme obat tidur
diazepam, antidepresi, dan obat sakit maag. Bila seseorang memiliki tipe gen buruk yang
enzimnya tidak mampu atau tidak baik dalam metabolisme obat-obatan itu, maka obat itu akan
menumpuk dalam darah atau tubuh hingga bersifat toksik. Normalnya, obat akan habis
dimetabolisme tubuh dalam waktu delapan jam.
Bila obat tidur tersebut memberikan respons negatif bagi etnis Timur atau bangsa Asia, kondisi
sebaliknya terjadi untuk obat antibiotik yang dimetabolisme oleh enzim CYP2D6. Obat antibiotik
memiliki respons negatif lebih besar pada etnis Barat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi khasiat obat dalam tubuh pasien seperti yang terlihat
pada bagan dibawah ini dari obat yang mulai diberikan kepada pasien sampai dengan kadar
ditempat kerja obat.
Ketidakpatuhan Pasien
Faktor penyebab ketidakpatuhan digolongkan kedalam dua aspek utama
Pasien tidak memahami bahaya laten yang tersembunyi dibalik penyakit yang diderita
sehingga mereka santai-santai saja sekalipun telah didiagnosis menderita penyakit itu.
Mereka tidak menganggap penting untuk berkonsultasi secara teratur kepada dokter.
Apalagi untuk meminum obat dengan patuh
Semakin hari, harga barang-barang kebutuhan menjadi semakin tinggi, sehingga tidak
jarang faktor keuangan menjadi penghambat yang cukup bermakna. Sekalipun pasien
mengerti manfaat pengobatan yang teratur, namun jika dari sisi keuangan masih merasa
berat untuk menjalani pengobatan maka tujuan dari pengobatan tersebut tidak dapat
dicapai.
Kesalahan Medikasi
Termasuk dalam faktor kesalahan medikasi ini adalah adanya Pemakaian obat yang tidak
rasional.
Ada beberapa Ciri-ciri peresepan tidak rasional (sudah ada penjelasan diartikel sebelumnya)
diantaranya adalah :
Mengapa ada peresepan yang tidak rasional? Ada beberapa penyebab yang bisa berpengaruh
terhadap peresepan tidak rasional diantaranya adalah :
Kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam ilmu obat-obatan
Adanya kebiasaan meresepkan jenis atau merk obat tertentu.
Kepercayaan masyarakat terhadap jenis atau merk obat tertentu.
Keinginan pasien yang cenderung ingin mengkonsumsi obat tertentu, dengan sugesti
menjadi lebih cepat sembuh.
Adanya sponsor dari industri farmasi obat tertentu.
Pemberian obat berdasarkan adanya hubungan baik perorangan dengan pihak dari
industri farmasi.
Adanya keharusan dari atasan di dalam suatu instansi atau lembaga kesehatan untuk
meresepkan jenis obat tertentu.
Informasi yang tidak tepat atau bias, sehingga pemakaian obat menjadi tidak tepat.
Beban pekerjaan yang terlalu berat sehingga tenaga kesehatan menjadi tidak sempat
untuk berpikir soal rasionalitas pemakaian obat.
Adanya keterbatasan penyediaan jenis obat di suatu instansi atau lembaga kesehatan
tertentu.
Respon Penderita
Faktor Farmakokinetika dan Faktor Farmakodinamika tersebut dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor yang sangat mempengaruhi khasiat obat. Faktor-faktor tersebut meliputi :
Kondisi Fisiologik
Perbedaan usia pada masa tertentu menyebabkan respon obat pada tubuh juga berbeda
Anak
Pada penghitungan dosis pada anak dengan menggunakan hitungan BB sering menghasilkan
dosis yang
terlalu kecil
Perbedaan respon yang utama disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi
farmakokinetik tubuh
yakni :
Usia Lanjut
Kondisi Patologik
Penyakit saluran cerna : Penyakit ini dapat mengurangi kecepatan atau jumlah obat
yang diabsorbsi pada pemberian obat melalui perlambatan pengosongan lambung,
percepatan waktu transit dalam saluran cerna, atau metabolisme dalam saluran cerna.
Penyakit kardiovaskular : Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan alir darah ke
hepar dan ginjal untuk eliminasi obat sehingga kadar obat tinggi dalam darah dan
menimbulkan efek yang berlebihan atau toksik.
Penyakit hati : Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesa protein
plasma sehingga meningkatkan kadar obat terutama kadar bebasnya dalam darah dan
jaringan yang menimbulkan respon berlebihan atau efek toksik, perubahan respon terlihat
pada penyakit hati yang parah, sedang untuk penyakit hati yang ringan tidak terlihat.
Penyakit Ginjal : Mengurangi ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yang aktif
melalui ginjal à meningkatnya kadar dalam darah dan jaringan menimbulkan respon yang
berlebihan atau efek toksik
Interaksi Obat
Adanya obat-obat lain yang digunakan bersama dapat pula saling berinteraksi yaitu dapat
menurunkan atau mengubah efek obat lain sehingga respon seseorang terhadap obat bisa
berbeda dengan orang lain yang mungkin tidak mengalami interaksi obat.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas ada juga faktor lain yang berpengaruh
diantaranya adalah :
Faktor nutrisi/ diet pasien : misalnya seorang penderita hipertensi yang mestinya diet
garam, jika tidak disiplin terhadap asupan garam, tentu efek obat tidak akan nyata terlihat,
dibandingkan dengan penderita hipertensi lain yang menjaga asupan garamnya
Bisa juga dikarenakan keparahan penyakit dan gaya hidup seseorang, hal tersebut
mungkin akan mempengaruhi respon seseorang terhadap obat.
http://kumpulanartikelfarmasi.com/2018/02/faktor-yang-mempengaruhi-khasiat-obat/