Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan yang
diberikan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul. “ Kebijakan Asuhan
Pada Perempuan, Terkait Kebijakan Asuhan Pada Perempuan Dengan Gangguan
Kesehatan Mental”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya untuk itu saran beserta kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya..
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua
pihak yang membutuhkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman akan mental yang sehat tak dapat lepas dari pemahaman
mengenai sehat dan sakit secara fisik. Berbagai penelitian telah mengungkapkan
adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada
individu dengan keluhan medis menunjukkan adanya masalah psikis hingga taraf
gangguan mental. Sebaliknya, individu dengan gangguan mental juga
menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya. Sehat dan sakit merupakan
kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia.
Pengenalan konsep sehat dan sakit, baik secara fisik maupun psikis
merupakan bagian dari pengenalan manusia terhadap kondisi dirinya dan
bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar. Gerakan Kesehatan
Mental di masa lalu, mencoba memahami gangguan mental dan melakukan
intervensi dalam berbagai bidang ilmu untuk mengatasinya. Seringkali tampil
kurang manusiawi karena lebih mengedepankan pada aspek penyembuhan dan
isolasi dari lingkungan yang dirasa lebih sehat. Saat ini, telah terjadi pergeseran
paradigma dalam Gerakan Kesehatan Mental yang lebih mengedepankan pada
aspek pencegahan gangguan mental serta bagaimana peran komunitas dalam
membantu optimalisasi fungsi mental individu.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit
mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani
stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat
untuk menyakiti diri sendiri.
Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi,
gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD),
gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. Beberapa penyakit mental
hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum
depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.
Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala
berikut ini, antara lain:
5
1. Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.
2. Delusi, paranoia, atau halusinasi.
3. Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
4. Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
5. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
6. Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
7. Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
8. Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
9. Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
10. Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
11. Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
12. Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah
dalam hubungan dengan orang lain.
13. Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan
takut yang tidak biasa.
14. Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
15. Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan
narkoba.
16. Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak
atau terlalu sedikit.
17. Perubahan gairah seks.
18. Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah
tidur.
19. Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau
pergi ke sekolah atau tempat kerja.
20. Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.
6
Beberapa penyebab umum dari gangguan mental, antara lain:
1. Cedera kepala.
2. Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam
keluarga.
3. Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
4. Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak.
5. Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
6. Mengalami diskriminasi dan stigma.
7. Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.
8. Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
9. Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
10. Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
11. Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak
otak.
12. Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
13. Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
14. Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
15. Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau
kejahatan dan yang pernah dialami.
7
6. Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit mental.
7. Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
8. Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.
9. Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau kehidupan kerja.
10. Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang.
8
3. Memelihara pikiran yang positif.
4. Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.
5. Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
6. Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
7. Menjaga kecukupan tidur dan istirahat
9
3. Rawat inap. Rawat inap diperlukan jika pengidap membutuhkan
pemantauan ketat terhadap gejala-gejala penyakit yang dialaminya atau
terdapat kegawatdaruratan di bidang psikiatri, misalnya percobaan bunuh
diri.
4. Support group. Support group umumnya beranggotakan pengidap
penyakit mental yang sejenis atau yang sudah dapat mengendalikan
emosinya dengan baik. Mereka berkumpul untuk berbagi pengalaman dan
membimbing satu sama lain menuju pemulihan.
5. Stimulasi otak. Stimulasi otak berupa terapi elektrokonvulsif, stimulasi
magnetik transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi
otak dalam, dan stimulasi saraf vagus.
6. Pengobatan terhadap penyalahgunaan zat. Pengobatan ini dilakukan pada
pengidap penyakit mental yang disebabkan oleh ketergantungan akibat
penyalahgunaan zat terlarang.
7. Membuat rencana bagi diri sendiri, misalnya mengatur gaya hidup dan
kebiasaan sehari-hari, untuk melawan penyakit mental. Rencana ini
bertujuan untuk memantau kesehatan, membantu proses pemulihan, dan
mengenali pemicu atau tanda-tanda peringatan penyakit.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan
Bagi Pembaca
Diharapkan dapat dijadikan pedoman dala mebuat sebuah makalah dengan
tema atau judul yang sama dengan lebih baik lagi.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13