Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan
yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap
profesi mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki
unsur hukum. Salah satu tujuan dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau
kode etik kesehatan atau apapun namanya, adalah untuk melindungi kepentingan
pasien disamping mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga kesehatan.
Keserasian antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan,
merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus (lex
spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak
asasi manusia memperoleh kesehatan (the Right to health care). Masing-masing
pihak, yaitu yang memberi pelayanan (medical providers) dan yang menerima
pelayanan (medical receivers) mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dihormati. Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan
mencegah apa yang dinamakan malpraktek dan kebocoran rahasia informasi
pasien di bidang kebidanan, perlu adanya aturan kerahasiaan informasi klien
serta informed consent (persetujuan penjelasan) dan informed choice (pilihan
pasien).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kerahasiaan informasi klien
2. Apa yang dimaksud informed choice dan informed consent

C. TUJUAN
1. Dapat mengatur dan memanajemen kerahasiaan klien
2. Dapat memahami apa itu informed choice dan informed consent

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERAHASIAAN INFORMASI KLIEN


1. Pengertian
Rahasia menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang sengaja
disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Sedangkan kerahasiaan
sendiri adalah kata sifat yang berarti prihal rahasia
Infromasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang
terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari
pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan.
Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan
gelombang. Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu negara
dari sistem dinamis. Para konsep memiliki banyak arti lain dalam konteks
yang berbeda. Informasi bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang
didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Informasi telah
digunakan untuk seluruh segi kehidupan manusia secara individual,
kelompok maupun organisasi. Pada tingkat individu, informasi digunakan
untuk pengetahuan tentang pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan
maupun jenis produk atau jasa. Kegunaan informasi ditentukan oleh tujuan
pengguna, ketelitian pengolahan data, ruang dan waktu serta bentuk dan
keadaan.
Informasi bersumber dari data. Data merupakan hasil pengolahan model,
bentuk, atau organisasi tertentu. Nilai yang terkandung di dalam data
digunakan untuk menambah pengetahuan. Data merupakan objek, sedangkan
informasi menjadi subjek yang bermanfaat bagi penerimanya
Ciri-ciri informasi adalah sebagai berikut :
1. Benar atau salah, dalam hal ini informasi berhubungan dengan kebenaran
atau kesalahan terhadap kenyataan.
2. Baru, informasi harus benar-benar baru bagi si penerima.
3. Tambahan, informasi dapat memperbarui atau memberikan perubahan
terhadap informasi yang telah ada.

2
4. Korektif, informasi dapat digunakan untuk melakukan koreksi terhadap
informasi sebelumnya yang salah atau kurang benar.
5. Penegas, informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada
sehingga keyakinan terhadap informasi semakin meningkat.

Klien dalam konteks ini adalah pasien, yang mana adalah setiap orang
yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidaklangsung kepada dokter.
Kerahasiaan informasi pasien ini merupakan hal yang sangat krusial
karena mengandung data-data dan informasi pribadi dan privasi pasien.
Cambridge Dictionary mengartikan privasi sebagai hak yang dipunyai
seseorang untuk menjaga kehidupan personal atau rahasia informasi
personal agar hanya untuk diketahui sekelompok kecil saja. Sementara
itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut privasi sebagai kebebasan
atau keleluasan pribadi.
Hak privasi ini dilindungi oleh sejumlah undang-undang, hak privasi ini
bersifat umum berlaku untuk setiap orang, inti nya adalah suatu hak atau
kewenangan untuk tidak diganggu. Setiap orang berhak untuk tidak
dicampuri urusan pribadinya oleh orang lain tanpa persetujuannya.
Pengaturan Hak Privasi:
1. Pasal 28G Ayat (1) UUD 1945
Bunyinya: "Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi."
2. Pasal 17 Huruf h dan i, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Bunyi Pasal 17: Badan publik
wajib membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk
mendapatkan informasi publik, kecuali Informasi publik yang apabila

3
dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat
mengungkap rahasia pribadi, yaitu:
3. Riwayat, kondisi, dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan
psikis seseorang;
4. Pasal 12 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
menyebut, “Tidak seorang pun boleh diganggu urusan pribadinya,
keluarganya, rumah tangganya, atau hubungan surat-menyuratnya,
dengan sewenang-wenang, juga tidak diperkenankan melakukan
pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya. Setiap orang
berhak mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan-gangguan
atau pelanggaran seperti ini.”
5. Pasal 17 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
juga telah menyebutkan bahwa (1) tidak ada seorang pun yang boleh
dicampuri secara sewenang-wenang atau secara tidak sah masalah
pribadi, keluarga, rumah, atau korespondensinya, atau secara tidak sah
diserang kehormatan dan nama baiknya; dan (2) setiap orang berhak
atas perlindungan hukum terhadap campur tangan atau serangan
tersebut.
6. Pasal 22 Ayat (1) b Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan yang menyebut, "bagi tenaga kesehatan
jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban
untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi
pasien."
7. Pasal 12 Kode Etik Kedokteran yang menyebut, "setiap dokter wajib
merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita
bahkan juga setelah penderita itu umeninggal dunia.”

Adapun informasi tentang pasien tertulis dalam medis pasien yang


bersifat rahasia yang juga kerahasiaannya diatur dalam permenkes RI
nomer 269/MENKES/PER/III/2008 , BAB IV pasal 10 ayat 2 yang
berbunyi :

4
“informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu,
petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayana kesehatan”
“informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien dapat dibuka dalam hal :
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan
c. Permintaan dan/ persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/lembaga berdasrkan ketentuan perundang-
undanagan dan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis
sepanjamg tidak menyebutkan identitas pasien

5
B. INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT
1. Informed choice
a) Pengertian
Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan
(choice) harus dibedakan dari persetujuan (concent). Persetujuan penting
dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang
memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan.
Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita
(pasien) sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
b) Tujuan
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran
bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan
tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional
bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati
hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
c) Rekomendasi
1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinis dan secara
teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan dapat
memuaskan kliennya.
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam
bentuk yang dapat dimengerti oleh wanita dengan menggunakan
media alternatif dan penerjemah, kalau perlu dalam bentuk tatap muka
secara langsung.
3. Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu
wanita melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima
tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil sendiri. 4

6
4. Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada wanita dan
berdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah
mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang
yang objektif, bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan suatu
tekanan positif.
d) Bentuk Pilihan (Choice) Pada Asuhan Kebidanan
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien
antara lain :
1. Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium/screaning antenatal.
2. Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas
perawatan di RS.
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
4. Pendampingan waktu bersalin.
5. Clisma dan cukur daerah pubis.
6. Metode monitor denyut jantung janin.
7. Percepatan persalinan.
8. Diet selama proses persalinan.
9. Mobilisasi selama proses persalinan.
10. Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
11. Pemecahan ketuban secara rutin.
12. Posisi ketika bersalin
13. Episiotomi.
14. Penolong persalinan.
15. Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.
16. Cara memberikan minuman bayi.
17. Metode pengontrolan kesuburan.

7
2. Informed consent
a) Pengertian
Informed concent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapatkan informasi. Informed Consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan kepada pasien atau keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Dalam Permenkes no 585 tahun 1989 ( pasal 1), Informed concent
ditafsirkan sebagai persetujuan tindakan medis adalah persetujuan yang
diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut.
b) Bentuk Informed Consent
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan
medis, sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut Depertemen Kesehatan
(2002), informed consent dibagi menjadi 2 bentuk :
1. Implied consent yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung.
Contohnya: saat bidan akan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya
mendekati si ibu dengan membawa sfingmomanometer tanpa
mengatakan apapun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya
(meskipun tidak mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa
ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan bidan)
2. Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk
tulisan atau secara verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat
diberikan, namun sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan
dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih
kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan
sesar. Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa
tindakan medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis
(petugas kesehatan) untuk melakukan tindakan medis dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a) Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis
yang mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam

8
PerMenKes No.585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan
SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap
tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya
pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang
perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan dengannya
(telah terjadi informed consent).
b) Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis
yang bersifat noninvasif dan tidak mengandung resiko tinggi,
yang diberikan oleh pihak pasien.
c) Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat,
misalnya pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan
darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai tanda
menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

c) Tujuan dan Manfaat Informed Consent


1. Tujuan
1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan
petugas kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara
medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasiennya.
2. Memberi perlindungan hukum kepada petugas kesehatan terhadap
suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik
modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada
melekat suatu resiko (Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008
Pasal 3).
2. Manfaat
1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent,
secara tidak langsung terjalin kerjasama antara bidan dank lien
sehingga memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Keadaan
ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan
kedaruratan.

9
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Tindakan bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko
terjadinya efek samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit,
karena si ibu memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan
yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh
tindakan yang lancar, efek samping dan komplikasi yang minim,
dan proses pemulihan yang cepat.
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika
tindakan medis menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti
tertulis tentang persetujuan pasien.
Pelaksanaan informed consent cukup sulit terbukti masih
ditemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak bidan atau
rumah sakit atau rumah bersalin, yaitu:
1. Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan
menjalani tindakan, serta siapa yang berhak menandatangani surat
persetujuan dimana harus ditentukan peraturan mengenai batas
usia, kesadaran, kondisi mentalnya dan sebagainya. Sampai
sejauh mana orang yang sedang merasa kesakitan, seperti
misalnya ibu inpartu mampu menetapkan pilihan atau
berkonsentrasi terhadap penjelasan yang diberikan. Apakah orang
dalam keadaan sakit mampu secara hukum menyatakan
persetujuan.
2. Masalah wali yang sah. Timbul apabila pasien atau ibu tidak
mampu secara hukum untuk menyatakan persetujuannya.
3. Masalah informasi yang diberikan yaitu seberap jauh informasi
dianggap telah dijelaskan dengan cukup jelas, tetapi juga tidak
terlalu terinci sehingga dianggap menakut-nakuti.
4. Dalam memberikan persetujuan, apakah diperlukan sanksi,
apabila diperlukan apakah sanksi tersebut perlu menandatangani
formulir yang ada. Bagaimana menentukan sanksi.

10
5. Dalam keadaan darurat, misalnya kasus perdarahan pada ibu
hamil, dan keluarganya belum dapat dihubungi, dalam keadaan
seperti ini siapakah yang berhak memberikan persetujuan,
sementara pasien perlu segera ditolong. Bagaimana perlindungan
hukum kepada si bidan yang melakukan tindakan atas dasar
keadaan darurat dan dalam upaya penyelamatan jiwa ibu dan
janinnya.

Kesimpulannya manfaat informed consent adalah untuk


mengurangi keadaan malpraktek dan agar bidan lebih berhati-hati dan
alur pemberian informasi benar-benar dilakukan dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
Perbedaan Pilihan (Choice) Dengan Persetujuan (Consent)
1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan,
karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas
untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai
penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran
pemahaman masalah yang sesungguhnya dan merupakan aspek
otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri.
3. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan
klien mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan
mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

11
Contoh inform consent

12
13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kerahasian informasi klien yaitu informasi tentang pasien yang terekam
dalam rekam medis pasien juga kerahasiaannya diatur oleh undang-undang.
Informed consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut. Informed Choice adalah membuat pilihan setelah
mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya,
pilihan (choice).Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan,
karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk
semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Pilihan (choice) lebih penting
dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa asuhan
kebidanan.
B. Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan atau
menyetujui informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi
masalah secara proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek
di bidang kebidanan. Kerahasiaan informasi pasien harus di jaga agar
informasi yang menjadi privasi pasien tidak menyebar luas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.,
Informed Consent dan Informed Refusal, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2003.

SPO HPK RSUD Patuh Patut Patju Lombok Barat : Persetujuan Tindakan
Kedokteran Secara Umum.2017

https://pdfcoffee.com/makalah-tentang-informed-choice-kelompok-5docx-pdf-
free.html
http://repository.uma.ac.id/handle/123456789/10927
http://afauziach15.blogspot.com/2019/01/konfidensialitasmedis-hai-guys.html
https://kbbi.web.id/rahasia
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19363/kerahasiaan-rekam-medis-
tidak-bersifat-mutlak/

15

Anda mungkin juga menyukai