Fetal positions yang akan di bahas pada bab ini adalah Letak. Persentasi,
posisi, dan variasi. menentukan letak, Persentasi, posisi, dan variasi janin
merupakan pengetahuan dasar untuk menentukan kemajuan sebuah persalinan.
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang janin dan sumbu panajang
ibu. ada tiga kemungkinan letak janin yaitu: logitudinal, lintang dan oblig .
Variasi adalah titik pada janin yang juga dipilih secara acak, yang digunakan
untuk menentukan posisi dalam hubungannya dengan bagian anterior, lintang, atau
posterior pelvis. Tabel 26-3 merangkum berbagai kemungkinan yang terjadi pada
janin.
Letak lintang dan oblik pada persalinan adalah kondisi yang tidak normal.
Kondisi ini memerlukan kolaborasi dengan dokter konsultan Anda dan biasanya
memerlukan tindakan seksio sesaria. Kurang lebih 0,5% wanita memasuki persalinan
dengan presentasi bahu.
Dari semua presentasi yang dikaitkan dengan letak longitudinal, yang paling
umum adalah prsentasi sefalik verteks. Presentasi ini memiliki insiden hampir 95%.
Kira-kira dua pertiganya memiliki posisi oksiput pada Sisi kiri pelvis ibu (LOA, LOT,
LOP) dan sepertiga dengan oksiput pada Sisi kanan pelvis ibu (ROA, ROT, ROP).
Karena kepala biasanya memasuki pintu atas panggul dengan oksiput diarahkan ke
bagian melintang pelvis ibu, posisi paling umum pada awitan persalinan adalah ubun-
ubun kecil kiri lintang (LOT, left occiput transverse
Diduga alasan sebagian besar janin ditemukan pada presentasi sefalik pada
saat mencapai usia cukup bulan adalah hubungan antara penurunan jumlah cairan
amnion dan bentuk uterus yang seperti buah pir, sementara bagian yang memiliki
ruangan lebih besar ada di fundus. Walaupun bokong janin (kutub podalik) lebih kecil
dibanding kepala janin (kutub sefalik), gabungan bokong dan ekstremitas bawah yang
fleksi lebih besar karena jarak ekstremitas atas yang fleksi ke kepala, tidak sedekat
jarak ekstremitas bawah ke bokong. Sebelum minggu ke-32 kehamilan, besarnya
kutub-kutub janin bukanlah faktor yang menentukan presentasi janin karena rongga
amnion lebih besar bila dibanding dengan dengan massa total janin. Angka kejadian
presentasi bokong pada saat ini mencapai 50%. Setelah minggu ke-32, kombinasi
antara pertumbuhan janin dan berkurangnya cairan amnion menyebabkan janin
dibatasi o!eh dinding uterus sehingga janin mengakomodasi dirinya ke bentuk uterus,
yang menyebabkan sebagian besar presentasi yang sebelumnya adalah bokong
secara spontan berubah menjadi presentasi verteks pada saat janin mencapai usia
cukup bulan. Janin yang tidak berubah secara spontan kemungkinan disebabkan oleh
bentuk uterus yang abnormal, pertuasan kolumna vertebralis janin, plasenta previa,
hidrosefalus, atau pengaruh yang tidak diketahui. Kemungkinan hidrosefatus harus
disingkirkan karena kondisi ini membuat kutub sefalik lebih besar daripada kutub
podalik. Akomodasi yang dilakukan oleh janin yang mengalami hidrosefalus membuat
kutub sefalik yang lebih besar berada di fundus dan ini merupakan penyebab angka
kejadian presentasi bokong yang tinggi pada kasusmhidrosefalus.
TABEL 26-3. Kemungkinan hubungan janin dengan pelvis maternal untuk setiap
letak dan persentasi
Pemilihan letak
Sebutan untuk posisi dan
Letak Persentasi secara acak pada
variasi
janin
Oblik Pada letak oblik, bidan tidak akan meraba apapun pada pintu atas
panggul. Tidak ada persentasi, posisi, atau variasi yang dikaitkan
dengan letak oblik, yang biasanya merupakan kondisi transisi
Adaptasi Terhadap Pelvis Pemeriksaan dalam selama persalinan juga
memberi informasi lain tentang adaptasi janin terhadap pelvis, khususnya sinklitisme
atau asinklitisme kepala jani da luas motase atau kaput suksedaneum.
Molding adalah perubahan bentuk kepala janin yang terjadi akibat tulang-tulang
tengkorak yang lunak saling tumpang tindih karena tulang-tulang tersebut blum
menyatu dengan kuat sehingga masih mungkin bergerak pada sutura. Bentuk kepa!a
menjadi bergantung pada presentasi karena hal ¡ni menentukan bagian tengkorak
mana yang akan mendapat penekanan. Akibat seringnya terjadi presentasi sefalik
oksipital, molding biasanya terjadi ketika tulang-tulang parietal saling tumpang tindih
pada tulang oksipital sehingga menghilangkan fontanel posterior dan menyisakan
bagian yang menonjol (ridge). Jika tulang parietal menumpuk pada sutura sagital,
yang memang umum terjadi, tulang parietal yang terletak anterior di dalam pelvis
tumpang tindih dengan tulang parietal “posterior” yang tertekan akibat tekanan
promontorium sakrum. Oleh sebab ¡tu, pada posisi ROT yang berotasi ke ROAD
tulang parietal kin tumpang tindih dengan tulang parietal kanan, dan begitu juga
sebaliknya untuk posisi LOT yang berotasi ke LOA. Dalam mempertimbangkan
mengenai tulang tulang parietal yang saling tumpang tindih, hindani kekeliruan dalam
menentukan lokasi tulang parietal kanan dan kiri (juga anterior atau posterior) dengan
asinklitisme anterior dan posterior. Apakah tulang parietal kanan atau kin merupakan
bagian anterior didasarkan hanya pada apakah oksiput berada di sisi kin atau kanan
pelvis, yang kemudian menentukan bagian mana yang paling dekat den gan simfisis
pubis dan bagian mana yang pahng dekatdengan sakrum.
Molding melibatkan seluruh tengkorak. dan tumpang tindih di satu area
diseimbangkan dengan gerakan di tempat lain. Kondisi ini menciptakan keharmonisan
antara bagian dasar dan verteks tengkorak sehingga mencegah ketegangan yang
bersifat merusak dan kemungkinan ruptur membran kranial, yakni dura mater. Kaput
suksedaneum merupakan pembengkakan berupa edema yang terbentuk pada bagian
presentasi kepala janin yang paling dependen. Tekanan di sekitar bagian presentasi
oleh pembukaan serviks menghasilkan kongesti dan edema pada bagian kepala janin
yang berada di pintu serviks. Apabila ketuban janin sudah pecah dan kepala janin
(bukan ketuban) berfungsi sebagai baji pendilatasi terhadap pintu serviks, maka
sejumlah besar kaput suksedaneum akan terbentuk. Kaput suksedaneum dapat
dibedakan dan sefalhematoma berdasarkan fakta bahwa kaput tersebut
menyeberangi garis sutura dalam wujud pembengkakan menyeluruh, sedangkan
sefalhematoma, yang merupakan perdarahan di bawah periosteum, dapat terjadi
pada lebih dan satu tulang kranial, tetapi terbatas pada masing-masing tulang dan
tidak menyeberangi sutura.