Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

HIGEIA JO URNAL O F PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELO PMENT

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Analisis Implementasi Kebijakan Asi Eksklusif

Aryantika Devi Octavia 1 , Mardiana 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang , Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Grobogan selama tiga tahun terakhir jika mengacu pada
Diterima 18 Maret 2020 SPM sebesar 80%, maka diketahui bahwa Kabupaten Grobogan belum pernah mencapai target.
Disetujui 1 Desember Cakupan ASI Eksklusif tahun 2016 terendah di Puskesmas Gubug II (7,62%), sedangkan
2020 puskesmas dengan presentase tertinggi di Puskesmas Purwodadi I sebesar (100%). Tujuan
Dipublikasikan 30 penelitian ini adalah untuk menggambarkan perbedaan implementasi kebijakan ASI Eksklusif di
Desember 2020 wilayah puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug II. Penelitian ini dilakukan di wilayah
________________ Puskesmas Kabupaten Grobogan pada November 2018 hingga Januari 2019. Jenis penelitian ini
Keywords: adalah kualitatif dengan rancangan deskriptif komparatif. Informan ditetapkan dengan teknik
Implementation, Policy, purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, observasi dan
Exclusive Breastfeeding dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian
____________________ ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan ASI Eksklusif di Puskesmas Purwodadi I lebih
DOI: baik dibandingkan dengan Puskesmas Gubug II. Aspek yang telah terlaksana dengan baik di
https://doi.org/10.15294 Puskesmas Purwodadi yaitu aspek sumber daya, dan disposisi. Sedangkan Puskesmas Gubug II
/higeia.v4iSpecial%204/ hanya pada aspek disposisi. Simpulan penelitian adalah terdapat perbedaan implementasi
30474 kebijakan ASI Eksklusif di Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug II.
____________________

Abstract
___________________________________________________________________
Exclusive breastfeeding coverage in Grobogan for the last three years when referring the SPM of 80%, was
known that Grobogan has never reached target. In 2016, the lowest exclusive breastfeeding coverage is
Puskesmas Gubug II (7.62%), while the Puskesmas with the highest percentage is Purwodadi I (100%). This
study aimed to illustrate the difference implementation of exclusive breastfeeding policy in Purwodadi I and
Gubug II. This study was conducted in Puskesmas Grobogan in November 2018 until January 2019 using
qualitative study design with comparative descriptive. 12 informants was assigned with purposive sampling
technique. The interview guidelines, observations and documentation were used as instruments. Data validity
checks used data triangulation techniques. The results of this study showed that the implementation of the
exclusive breastfeeding policy at Purwodadi I was better than the Gubug II Puskesmas. The aspect that had
been carried out well in Purwodadi Puskesmas was apects of resources, and disposition. Whereas Gubug II
Puskesmas was only on the disposition aspect. The conclusion is there were differences implementation of
exclusive breastfeeding policy in Purwodadi I and Gubug II.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: aryantikadevi@gmail.com

722
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

PENDAHULUAN dibandingkan dengan bayi yang disusui oleh


ibunya secara eksklusif.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan Kebijakan Nasional ASI Eksklusif telah
yang terbaik bagi bayi dan anak dibawah umur ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri
2 tahun. ASI mengandung berbagai zat gizi Kesehatan Nomor
lengkap yang dibutuhkan untuk proses tumbuh 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang
kembang bayi. Telah terbukti bahwa ASI saja Pemberian ASI secara Eksklusif yaitu diberikan
tanpa ditambah apa pun, telah memenuhi selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan
kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Penelitian sampai dengan anak usia 2 tahun atau lebih
Giri (2013) menyebutkan bahwa ada dengan pemberian makanan tambahan yang
kecenderungan ibu yang memberikan ASI sesuai. Sebagai tindak lanjut dari Undang-
eksklusif, mempunyai balita dengan status gizi Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
lebih baik daripada ibu yang tidak memberikan 2009 tentang Kesehatan, yang menegaskan
ASI eksklusif. bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan ibu secara eksklusif sejak dilahirkan hingga usia
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 enam bulan kecuali atas indikasi medis,
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak pemerintah membuat dasar regulasi pendukung
dilahirkan selama enam bulan, tanpa ASI Eksklusif yang diatur dalam Peraturan
menambahkan dan/atau mengganti dengan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang
makanan atau minuman lain (kecuali obat, Pemberian ASI Eksklusif Pasal 6 juga
vitamin, dan mineral). ASI mengandung menegaskan bahwa setiap ibu yang melahirkan
kolostrum yang kaya akan antibodi karena harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
mengandung protein untuk daya tahan tubuh yang dilahirkannya, kecuali jika terdapat
dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi indikasi medis, ibu tidak ada (meninggal) atau
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat bayi terpisah dari ibunya. Meskipun begitu,
mengurangi risiko kematian pada bayi cakupan ASI Eksklusif di Indonesia masih
(Kemenkes, 2016). belum mencapai target nasional yaitu cakupan
Pemberian ASI Ekslusif dapat melindungi pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0
bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan sampai 6 bulan tahun 2016 sebesar 29,5%,
infeksi saluran pernafasan akut maupun gizi presentase ini menurun dibandingkan tahun
kurang yang merupakan penyebab kematian 2014 dan 2015 yaitu masing-masing sebesar
bayi secara global (Black, 2010). Riset 52,3% dan 55,7%, presentase tersebut sangat
membuktikan bahwa pemberian ASI Eksklusif jauh dari target nasional yaitu sebesar 80%
dapat mencegah kematian 1,4 juta bayi di (Kemenkes, 2016).
seluruh dunia setiap tahunnya (Cai, 2012). Hal serupa terjadi di Provinsi Jawa
Hal ini juga di sampaikan oleh United Tengah, meski sudah ditetapkan Peraturan
Nations Childrens (UNICEF), yang Gubernur Jawa Tengah Nomor 56 tahun 2011
menyatakan bahwa sebanyak 30.000 kematian tentang Peningkatan Pemberian ASI, namun
bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak cakupan ASI Eksklusif di Jawa Tengah masih
balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah belum mencapai target. Berdasarkan Standar
melalui pemberian ASI Eksklusif selama enam Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh
bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri
memberikan makanan serta minuman Kesehatan RI No.
tambahan. Edmond (2006) mendukung 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
pernyataan UNICEF bahwa bayi yang diberi Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
susu formula memiliki kemungkinan atau Kabupaten/Kota, target bayi yang mendapat
peluang untuk meninggal dunia pada bulan ASI Ekslusif sebanyak 80% pada tahun 2010
pertama kelahirannya 25 kali lebih tinggi (Kemenkes, 2016). Cakupan pemberian ASI

723
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Eksklusif di Jawa Tengah pada tahun 2014 Cakupan pemberian ASI Eksklusif di
adalah 60,7%, kemudian meningkat di tahun Kabupaten Grobogan yang terendah ada di
2015 menjadi 61,6%. Pada tahun 2016 cakupan Puskesmas Gubug II yaitu sebesar 7,62%,
ASI Eksklusif sebesar 54,2%, menurun diikuti oleh Puskesmas Pulokulon II sebesar
dibandingkan dengan cakupan ASI Eksklusif 18,47%, dan Puskesmas Tegowanu sebesar
pada tahun 2015 yaitu sebesar 61,6%. 31,76%. Sedangkan puskesmas dengan
Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun presentase tertinggi adalah Puskesmas
2016, Kabupaten/kota dengan cakupan Purwodadi I sebesar 100%, diikuti oleh
pemberian ASI Eksklusif tertinggi adalah Puskesmas Kradenan II (94,23%) dan
Kabupaten Pekalongan yaitu sebesar 89,40%, Puskesmas Grobogan (87,81%) (Dinas
diikuti oleh Kabupaten Purworejo sebesar Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2017).
86,84% dan Kabupaten Temanggung sebesar Keberhasilan implementasi menurut
80,84%. Kemudian Kabupaten/kota dengan Merille S. Grindle bahwa implementasi
cakupan ASI Eksklusif terendah di Jawa dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi
Tengah adalah Kabupaten Grobogan yaitu kebijakan dan lingkungan (konteks)
sebesar 10,18%, kemudian diikuti oleh implementasi, kedua hal tersebut harus
Kabupaten Magelang sebesar 13,19% dan didukung oleh program aksi dan proyek
Kabupaten Kudus sebesar 19,4% (Dinas individu yang didesain dan dibiayai berdasarkan
Kesehatan Provinsi Jawa tengah, 2017). tujuan kebijakan, sehingga dalam pelaksanaan
Berdasarkan data dari Bidang Kesehatan kegiatan akan memberikan hasil berupa dampak
Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas pada masyarakat, individu dan kelompok serta
Kesehatan Kabupaten Grobogan cakupan perubahan dan penerimaan oleh masyarakat
pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten terhadap kebijakan yang terlaksana (Akib,
Grobogan pada tahun 2014 sebesar 63,9% 2008). Sedangkan keberhasilan implementasi
menempati posisi 15 besar dengan cakupan ASI menurut teori George Edward III (1980)
Eksklusif tertinggi di Jawa Tengah yaitu menyatakan bahwa implementasi kebijakan
peringkat ke-14, kemudian meningkat pada dipengaruhi oleh empat variabel yaitu
tahun 2015 yaitu sebesar 72.9% menempati komunikasi (sosialisasi), sumberdaya, disposisi
peringkat 4 tertinggi di Jawa Tengah, dan pada dan struktur birokrasi (Subarsono (2016).
tahun 2016 mengalami penurunan yang Penelitian Hidayah (2016) menunjukkan bahwa
signifikan menjadi 51,3% menempati posisi implementasi kebijakan ASI Eksklusif masih
terendah di Jawa Tengah. belum berjalan dengan baik, dikarenakan sarana
Target cakupan pemberian ASI Eksklusif prasarana pendukung pelaksanaan kebijakan
Kabupaten Grobogan mengacu pada target ASI Eksklusif belum memadai, tenaga konselor
renstra tahun 2014 yaitu sebesar 80%, sehingga ASI terbatas, rendahnya pengetahuan dan
melihat dari data diatas dapat disimpulkan kesadaran petugas kesehatan maupun
bahwa Kabupaten Grobogan belum pernah masyarakat tentang ASI Eksklusif. Hal ini
mencapai target nasional dan menempati posisi sejalan dengan penelitian Dewi (2014) yang
kabupaten/kota terendah di Jawa Tengah. Saat menunjukkan bahwa pada aspek komunikasi
ini di Kabupaten Grobogan sudah ada peraturan sudah dilakukan namun dengan intensitas yang
yang mendukung program ASI Eksklusif yaitu belum rutin. Pada aspek sumberdaya,
Peraturan Bupati Grobogan Nomor 30 tahun ketersediaan dana masih kurang dan sarana
2012 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu prasarana berupa ruang menyusui harus
Ibu. Meskipun sudah ditetapkan peraturan difungsikan. Pada aspek disposisi masih
daerah yang mengaturtentang ASI Eksklusif, kurangnya dukungan dari lintas sektor, masih
cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Grobogan adanya tenaga kesehatan yang bekerja sama
belum bisa mencapai target nasional dan dengan produsen susu formula dan penggunaan
mengalami penurunan. ruang menyusui yang belum maksimal. Pada

724
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

aspek struktur birokrasi tidak terdapat petunjuk Pengumpulan data primer dalam penelitian ini
pelaksanaan yang khusus, yang dibuat oleh dilakukan melalui wawancara mendalam
Dinas Kesehatan dan tidak ada perda tentang (indepth interview) dan observasi terkait dengan
ASI Eksklusif. pelaksanaan kebijakan program pembeian ASI
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk Purwodadi I dan Puskesmas Gubug II. Dalam
melakukan penelitian tentang “Implementasi penelitian ini terdapat tiga macam informan,
Kebijakan ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas yaitu informan utama, informan pendukung dan
Kabupaten Grobogan”, dengan melakukan informan triangulasi. Penetapan informan pada
studi kasus di Puskesmas dengan presentase penelitian ini menggunakan teknik purposive
cakupan ASI Eksklusif terendah dan cakupan sampling yaitu peneliti menetapkan informan
ASI Eksklusif tertinggi yaitu di Puskesmas berdasarkan anggapan bahwa informan dapat
Gubug II dan Puskesmas Purwodadi I. memberikan informasi yang maksimal.
Pembeda penelitian ini dengan peelitian lainnya Informan dalam penelitian ini berjumlah 12
adalah terdapat variabel transmisi komunikasi orang dengan rincian 5 informan utama dan 7
serta tempat dan waktu penelitian yang berbeda informan triangulasi. Pengumpulan data
dengan penelitian lainnya. sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
catatan, buku, dokumen dan sumber lain yang
METODE dapat melengkapi data primer (telaah literatur).
Instrumen penelitian yang digunakan
Penelitian ini dilakukan di wilayah adalah peneliti sendiri (Human Instrument).
Puskesmas Kabupaten Grobogan dengan Peneliti sebagai Human Instrument berfungsi
melakukan studi di Puskesmas Purwodadi I dan untuk menetapkan fokus penelitian, memilih
Puskesmas Gubug II pada bulan November informan sebagai sumber data, analisis data,
2018 sampai dengan bulan Januari 2019. Jenis menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
penelitian yang digunakan ini merupakan penelitian yang dilakukan. Kemudian peneliti
penelitian kualitatif dengan rancangan deskriptif mengumpulkan data dengan menggunakan
komparatif. Metode kualitatif digunakan dalam instrumen pendukung yaitu pedoman
penelitian ini dikarenakan untuk wawancara dan pedoman observasi, namun
menggambarkan secara mendalam mengenai dibutuhkan alat bantu perekam seperti buku
program, proses dan lain-lain terkait catatan, alat tulis, tape rekorder dan kamera.
implementasi kebijakan ASI Eksklusif di Prosedur penelitian pada penelitian ini
wilayah Puskesmas Kabupaten Grobogan. melalui 3 tahapan yaitu tahap pra penelitian,
Sedangkan komparatif dalam bahasa inggris penelitian dan pasca penelitian. Tahapan pra
Comparation yang berarti perbandingan. Oleh penelitian yang ditempuh yaitu melakukan studi
karena itu, dalam penelitian ini peneliti pustaka, menyusun rancangan awal penelitian,
bermaksud melakukan perbandingan menentukan lokasi penelitian, kemudian
menggunakan variabel sama ditempat yang peneliti melakukan serangkaian proses
berbeda yaitu di Puskesmas Purwodadi I dan perizinan. Setelah peneliti mendapatkan izin,
Puskesmas Gubug II. Penelitian ini lebih selanjutnya peneliti memantabkan desain
difokuskan pada Implementasi Kebijakan ASI penelitian, fokus penelitian dan memilih
Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah informan serta mempersiapkan instrumen
Kerja Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas penelitian. Setelah semua sudah siap, peneliti
Gubug II Kabupaten Grobogan. melakukan pengambilan data dengan
Sumber data yang digunakan dalam melakukan wawancara mendalam, observasi
penelitian ini diperoleh dari data primer dan serta dokumentasi. Tahapan yang ditempuh
sekunder dengan teknik pengambilan data peneliti yang terakhir yaitu melakukan
berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. pemeriksaan keabsahan data, menganalisis data,

725
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

menyajikan data dan mengevaluasi berdasarkan penelitian ini berjumlah 5 orang, yang terdiri
pedoman yang ada, serta melakukan penarikan dari 2 Petugas Gizi yang berasal dari Puskesmas
kesimpulan dan pemberian saran. Purwodadi I dan Puskesmas Gubug II, serta 3
Pemeriksaan keabsahan data dalam Bidan yang terdiri dari 2 Bidan dari Puskesmas
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Purwodadi I dan 1 Bidan dari Puskesmas
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik Gubug II. Rentang umur informan yaitu 33
pemeriksaan keabsahan data yang tahun sampai dengan 50 tahun. Seluruh
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu informan berjenis kelamin perempuan dengan
untuk keperluan pengecakan atau sebagai latar belakang pendidikan informan adalah S1
pembanding terhadap data itu. Teknik yang berjumlah 2 informan dan 3 orang
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini informan berpendidikan terakhir D3.
adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber Sedangkan informan triangulasi terdiri
adalah menggali kebenaran informasi tertentu dari Kasie Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
melalui berbagai metode dan sumber perolehan Grobogan, 2 Kepala Puskesmas dari Puskesmas
data. Selain melalui wawancara, triangulasi Purwodadi I dan Puskesmas Gubug II, serta 4
sumber juga bisa dilakukan dengan melakukan ibu menyusui dari Puskesmas Purwodadi I dan
pengecekan atau membandingkan hasil Puskesmas Gubug II. Rentang umur responden
wawancara dengan dokumen tertulis, arsip, yaitu dari umur 26 tahun sampai dengan umur
catatan resmi atau tulisan pribadi dan 48 tahun, berjenis kelamin 1 laki-laki dan 6
dokumentasi. Triangulasi dalam penelitian ini perempuan. Pendidikan terakhir informan yaitu
yaitu dengan membandingkan hasil wawancara 1 orang lulusan S1 dan 3 orang lulusan SMA.
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan serta Karakteristik pekerjaan informan pada
membandingkan data hasil pengamatan dengan penelitian ini adalah 3 orang Petugas
data hasil wawancara. Triangulasi sumber pada Kesehatan, 2 orang ibu rumah tangga, 1 orang
penelitian ini adalah hasil wawancara dengan karyawan dan 1 orang berprofesi sebagai
Kepala Bidang Keluarga dan Gizi Masyarakat pedagang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan dan Ibu Keberhasilan implementasi kebijakan
menyusui secara eksklusif di wilayah kerja mensyaratkan agar implementor mengetahui
Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug apa yang harus dilakukan, yang menjadi tujuan
II dengan dokumen pendukung. Teknik analisis dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kepada kelompok sasaran (target group) sehingga
analisis kualitatif sebagaimana yang akan mengurangi distorsi implementasi.
dikemukakan oleh Miles dan Hubberman yaitu Komunikasi adalah menunjuk bahwa setiap
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik jika
dan penarikan kesimpulan. terjadi komunikasi efektif antara pelaksana
program/kebijakan dengan para kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN sasaran.
Komunikasi kebijakan ASI Eksklusif di
Penelitian dilakukan mulai pukul 08.00 Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug
WIB sampai dengan selesai di wilayah II belum berjalan secara optimal. Hal ini dilihat
Puskesmas Kabupaten Grobogan dengan dari hasil wawancara mendalam dengan
melakukan studi di Puskesmas Purwodadi I dan informan dari Puskesmas Purwodadi I dan
Puskesmas Gubug II pada bulan November Puskesmas Gubug II. Berdasarkan hasil
2018 sampai dengan bulan Januari 2019. Hasil wawancara di kedua puskesmas, semua
yang didapatkan dari penelitian ini adalah ada informan menyatakan bahwa alur penyampaian
perbedaan implementasi kebijakan ASI komunikasi kebijakan dimulai dari Dinas
Eksklusif di Puskesmas Purwodadi I dan Kesehatan Kabupaten Grobogan melakukan
Puskesmas Gubug II. Informan utama dalam sosialisasi terkait adanya kebijakan ASI

726
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Eksklusif di Kabupaten Grobogan. Sayangnya Dilihat dari sosialisasi yang dilakukan melalui
yang dapat mengikuti sosialisasi tersebut hanya kegiatan pemeriksaan ANC, pada saat kelas ibu
perwakilan dari puskesmas saja, sehingga belum hamil, kegiatan ini dilakukan pada tiap
semua petugas kesehatan mendapatkan bulannya.
sosialisasi yang jelas, melainkan mereka hanya Selain itu, yang menjadi sasaran dalam
mendapatkan informasi terkait adanya melakukan sosialisasi sudah kompleks dan
kebijakan ASI Eksklusif melalui rekannya. Hal menyeluruh yaitu ibu hamil, ibu yang datang ke
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh posyandu, kader kesehatan, tim Penggerak
Arofah (2013), bahwa petugas puskesmas baik PKK.
di Poncol maupun di Pegandan belum Sedangkan di Puskesmas Gubug II juga
mengetahui informasi tentang kebijakan ASI sama konsistennya dengan Puskesmas
Eksklusif secara menyeluruh. Mereka hanya Purwodadi I dalam implementasi kebijakan ASI
tahu kebijakan ASI Eksklusif dari rekan Eksklusif, meskipun yang menjadi sasaran
kerjanya, sehingga mereka hanya mengetahui sosialasi masih belum kompleks dan
bahwa kebijakan ASI Eksklusif mengatur menyeluruh. Kegiatan sosialisasi sudah rutin
tentang larangan iklan susu formula di tiap satu bulan sekali pada saat kegiatan
Puskesmas. posyandu, kelas ibu hamil dan ibu yang
Sosialisasi yang dilakukan oleh memeriksakan kandungannya ke Bidan.
Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug Penelitian ini sejalan dengan hasil
II dalam bentuk penyuluhan dan penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana (2017)
ceramah/diskusi. Metode yang digunakan bahwa komunikasi pelaksanaan prolanis di
dalam melakukan sosialisasi yaitu lembar timbal Puskesmas Halmahera belum berjalan dengan
balik, plamflet dan brosur. Namun sosialisasi baik karena mempunyai penyaluran
yang dilakukan oleh Puskesmas Gubug II belum komunikasi yang kurang baik (transmisi),
menyeluruh kepada masyarakat khususnya ibu kejelasan, dan konsistensi. Selain itu,
hamil dan menyusui, pelaksanaan sosialisasi penelitian ini juga sesuai dengan Wahab (2016)
hanya dilakukan pada saat kegiatan posyandu bahwa komunikasi memang memainkan peran
dan kelas ibu hamil. Sedangkan di Puskesmas yang penting bagi berlangsungnya koordinasi
Purwodadi I penyuluhan yang dilakukan sudah dan implementasi pada umumnya. Namun,
menyeluruh dan kompleks yaitu meliputi komunikasi yang benar-benar sempurna
kegiatan lintas sektor meliputi pemangku sebetulnya merupakan kondisi yang sulit untuk
wilayah, kader kesehatan, tim penggerak PKK, bisa diwujudkan.
serta UPTD Pendidikan. Berdasarkan uraian diatas, dapat
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui disimpulkan bahwa aspek komunikasi di kedua
bahwa di kedua puskesmas belum semua ibu puskesmas belum berjalan dengan baik, masih
menyusui mendapatkan sosialisasi. Hal ini terdapat banyak aspek yang belum berjalan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan baik, sehingga perlu dilakukan
Sitanggang (2016), bahwa penyampaian perbaikan dalam bidang komunikasi kebijakan,
informasi mengenai ASI Eksklusif dari tenaga demi tercapainya cakupan ASI Eksklusif di
kesehatan kepada masyarakat di Wilayah Kerja Kabupaten Grobogan yang mencapai target
Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang telah ditetapkan sebelumnya.
dirasakan masih kurang maksimal. Akibat Dalam implementasi kebijakan sangat
informasi yang kurang, berdampak pada diperlukan adanya sumberdaya untuk
ketidaksiapan ibu mengikuti program pemberian menunjang keberhasilan implementasi
ASI Eksklusif. kebijakan, sumberdaya tersebut berwujud
Berdasarkan hasil penelitian, dilihat sumberdaya manusia, yakni kompetensi
bahwa Puskesmas Purwodadi I telah konsisten implementor, dan sumberdaya finansial.
dalam implementasi kebijakan ASI Eksklusif. Sumberdaya adalah faktor penting untuk

727
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

implementasi kebijakan agar efektif (Subarsono, pernyataan semua informan dan diperkuat oleh
2016). informan triangulasi. Di wilayah kerja
Sumber daya dalam penelitian ini Puskesmas Purwodadi I hampir semua tempat
meliputi sumber daya manusia, sumber dana umum sudah terdapat ruang laktasi yang
dan ketersediaan sarana dan prasarana dikenal dengan Pojok ASI. Berdasarkan hasil
pendukung dalam implementasi kebijakan ASI observasi dan wawancara diketahui bahwa
Eksklusif di wilayah puskesmas Kabupaten sarana edukasi di Puskesmas Purwodadi I
Grobogan. Di Puskesmas Purwodadi I, aspek antara lain 1 set ASI kit, pamflet dan lembar
sumber daya sudah tersedia dengan baik. Hal ini balik.
dilihat dari pernyataan semua informan yang Hal ini sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa SDM di Puskesmas dilakukan Sitanggang (2016) bahwa sarana
Purwodadi I sudah mencukupi, kompetensi kesehatan di puskesmas sudah cukup memadai
yang dimiliki oleh petugas kebijakan cukup dalam menunjuang pelaksanaan IMD dan ASI
baik, serta sarana dan prasarana pendukung Eksklusif, Puskesmas Patumbak merupakan
keberhasilan kebijakan ASI Eksklusif sudah puskesmas rawat inap yang buka 24 jam dengan
tersedia dengan baik.Anggaran dana dalam memberlakukan aturan piket bagi tenaga
implementasi kebijakan ASI Eksklusif kesehatan yang ada, ditunjang adanya Pustu
menggunakan dana BOK. Hal ini sejalan dan 10 ruangan penunjang lainnya. Hal ini juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh sejalan dengan Aisyaroh (2017) yang
Rumangun (2013) yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa fasilitas ruang laktasi
belum ada dana tersendiri di Puskesmas Remu. menjadi sangat penting untuk mendukung
Dana yang dipakai untuk program ini berasal suksesnya program ASI eksklusif dengan tujuan
dari dana BOK. ibu bekerja tetap bisa memberikan bayinya ASI
Sedangkan sumber daya di Puskesmas sampai enam bulan. Perusahaan tekstil dalam
Gubug II berdasarkan hasil wawancara memenuhi persyaratan kesehatan ruang ASI
diketahui bahwa semua informan menyatakan memang sudah dipenuhi dengan baik karena
bahwa ketersedian SDM dan fasilitas penunjang adanya kebijakan dari pemerintah serta adanya
keberhasilan implementasi kebijakan ASI tuntutan dari bayer bahwa yang bermitra harus
Eksklusif masih sangat kurang. Hal tersebut mempunyai ruang ASI, terpisah maupun dalam
kemudian diperkuat oleh pernyataan informan satu ruang dengan klinik perusahaan.
triangulasi yang menyatakan bahwa SDM yang Sedangkan pemenuhan sarana dan
tersedia sangat kuran, dari 8 bidan yang harus prasarana ruang laktasi di Puskesmas Gubug II
tersedia, di Puskesmas Gubug II hanya memiliki sudah tersedia, namun dalam pengadaan
3 bidan desa. Serta fasilitas penunjang seperti fasilitas pojok ASI masih sangat kurang. Hal ini
pojok ASI di wilayah kerja Puskesmas. Sitohang diperkuat oleh pernyataan informan triangulasi
(2015), menyatakan bahwa ketersediaan sarana yang menyatakan bahwa sudah terdapat Pojok
dan prasarana dengan kualitas yang baik sangat ASI namun pengadaan fasilitasnya belum
dibutuhkan setiap organisasi dalam memadai. Hal ini sejalan dengan penelitian
menyelenggarakan kegiatannya untuk mencapai yang dilakukan oleh Rumangun (2013) yang
tujuan yang diharapkan. Tanpa ketersedian menyatakan bahwa sarana prasarana untuk
sarana dan prasarana, suatu kegiatan tidak menunjang pogram pemberian asi eksklusif
dapat diselesaikan, bahkan akan mengalami hanya pompa payudara saja yang mana alat
hambatan atau tidak berjalan dengan lancar. tersebut kualitasnya sudah jelek. Sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah untuk ruang pojok laktasi dan model belum ada.
dilakukan dapat diketahui bahwa sarana dan Berdasarkan hasil wawancara mendalam
prasarana penunjang keberhasilan implementasi dengan informan baik Puskesmas Purwodadi I
di Puskesmas Purwodadi I sudah tersedia maupun Puskesmas Gubug II, semua informan
dengan baik. Hal ini berdasarkan dari menyatakan bahwa di kedua puskesmas belum

728
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

terdapat KP-ASI. Hal ini sejalan dengan serta fasilitas penunjang ASI belum memadai.
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2016), Oleh karenanya aspek sumber daya dalam
pembentukan dan pelatihan KP-ASI dapat implementasi kebijakan ASI Eksklusif di
meningkatkan pengetahuan menyusui KP-ASI Puskesmas Purwodadi I lebih baik
sehingga mendorong para ibu untuk dibandingkan dengan Puskesmas Gubug II.
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Disposisi adalah watak dan karakteristik
Sumber dana di Puskesmas Gubug II yang dimiliki oleh implementor, seperti
berdasarkan hasil penelitian, semua informan komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.
menyatakan bahwa belum terdapat anggaran Apabila implementor memiliki disposisi yang
untuk implementasi kebijakan ASI Eksklusif. baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan
Jadi dalam melakukan sosialisasi, Puskesmas dengan baik sesuai yang diinginkan oleh
Gubug II mendapatkan anggaran dari dana pembuat kebijakan. Berdasarkan hasil
desa. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan wawancara mendalam, semua informan dari
informan triangulasi yang menyatakan bahwa Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug
dalam implementasi kebijakan ASI Eksklusif II menyatakan bahwa respon para implementor
tidak terdapat anggaran, melainkan sangat baik. Petugas pelaksana kebijakan sangat
menggunakan dana dari desa. Hal ini bertolak mendukung dengan adanya kebijakan ASI
belakang dengan penelitian Rumangun (2013), Eksklusif, karena ASI memiliki peran penting
bahwa sumber dana untuk program ASI dan banyak manfaat yang terkandung
Eksklusif berasal dari APBN dan APBD didalamnya. Semua petugas kesehatan
Kabupaten bersamaan dengan dana untuk mengetahui adanya kebijakan ASI Eksklusif
program gizi. yang terdapat pada Peraturan Bupati Kabupaten
Hasil implementasi kebijakan ASI Grobogan Nomor 30 Tahun 2012 tentang
Eksklusif di Puskesmas Purwodadi I sejalan Pemberian ASI Eksklusif untuk meningkatkan
dengan penelitian Rosdiana (2017), menyatakan cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Grobogan.
bahwa sumber daya yang utama dalam Selain itu petugas kesehatan di kedua
implementasi program adalah sember daya puskesmas sudah mengetahui dengan jelas
manusia (staf). Pelatihan merupakan salah satu larangan bekerja sama dengan produsen susu
cara untuk meningkatkan kualitas SDM, formula beserta sanksi yang diberikan apabila
semakin tinggi kualitas SDM yang dimiliki oleh melanggar larangan tersebut.Semua informan
suatu program, maka semakin tinggi pula tujuan mengaku bahwa semua petugas memiliki
yang dicapai. Hal tersebut bertolak belakang komitmen yang kuat untuk meningkatkan
dengan hasil implementasi kebijakan ASI cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja masing-
Eksklusif di Puskesmas Gubug II. masing.
Berdasarkan uraian diatas dapat Hal ini sejalan dengan penelitian yang
disimpulkan bahwa Puskesmas Purwodadi I dilakukan oleh Sari (2013) yang menyatakan
dalam hal SDM sudah tercukupi, kompetensi bahwa komitmen dan pemahaman petugas
yang miliki oleh petugas sudah baik, sumber dalam menjalankan program pemberian ASI
dana yang digunakan dari dana BOK, serta Eksklusif diwilayah Puskesmas Brangsong 02
fasilitas penunjang seperti pojok ASI tersedia sudah baik yang mana ditunjukkan dengan
dengan baik hampir diseluruh tempat umum di semangat para petugas dalam melayani
wilayah kerja Puskesmas Purwodadi I. keluhan-keluhan ibu menyusui saat
sedangkan di Puskesmas Gubug II ketersediaan pemeriksaan di Puskesmas ataupun Posyandu.
SDM masih kurang, kompetensi yang dimiliki Hal ini juga sejalan dengan penelitian
petugas kesehatan baik, namun belum terdapat yang dilakukan oleh Wijaya (2017) yang
dana untuk implementasi kebijakan ASI menyatakan bahwa pemahaman implementor
Eksklusif, Puskesmas Gubug II menggunakan kebijakan terhadap kebijakan dan kemauan
dana dari desa untuk melakukan penyuluhan, implementor untuk melaksanakan kebijakan

729
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

sangat penting. Pemahaman yang baik dari pembagian tugas dan tanggung jawab dari
implementor dalam implementasi kebijakan ASI instansi masing-masing sehingga implementasi
Eksklusif akan mempengaruhi keberhasilan dari kebijakan ASI eksklusif bagi ibu bekerja di
adanya kebijakan tersebut. Menurut Laurence Provinsi Kalimantan Selatan ini belum berjalan
Green bahwa salah satu faktor yang dengan baik dan menganggap bahwa itu
mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor- hanyalah tugas dari instansi Dinas kesehatan
faktor predisposisi (predispotition factor) yang saja.Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, dilakukan oleh Rumangun (2013) bahwa dalam
kepercayaan, keyakinan, nilainilai dan pelaksanaan sebuah kebijakan pemerintah
sebagainya. seharusnya berdasarkan petunjuk teknis atau
Berdasarkan uraian diatas, dapat SOP karena dengan demikian dapat
diketahui bahwa disposisi dalam implementasi memperlancar tugas pegawai, tim atau unit
kebijakan ASI Eksklusif baik di Puskesmas kerja, sebagai dasar hukum bila terjadi
Purwodadi I maupun Puskesmas Gubug II penyimpangan, mengetahui dengan jelas
sudah sama-sama terlaksana dengan baik. hambatan-hambatannya dan mengarahkan
Birokrasi merupakan salah satu institusi petugas serta sebagai pedoman dalam
yang paling sering bahkan secara keseluruhan melaksanakan pekerjaan rutin.
menjadi pelaksana kegiatan. Keberadaan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
birokrasi tidak hanya dalam struktur dilakukan, dapat diketahui bahwa baik di
pemerintah, tetapi juga ada dalam organisasi- Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug
organisasi swasta, institusi pendidikan dan II belum terdapat pembagian tugas yang jelas
sebagainya. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah dan secara struktural dalam implementasi
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan kebijakan ASI Eksklusif. Meskipun begitu,
yang telah diputuskan dengan jalan melakukan kedua puskesmas sudah melaksanakan
koordinasi yang baik. Struktur birokrasi kebijakan `ASI Eksklusif sudah mengetahui
merupakan faktor penting dalam implementasi tugas dan kewenangan masing-masing. Hal ini
suatu kebijakan, struktur birokrasi mencakup diperkuat dengan pernyataan informan
SOP dan struktur organisasi (Amieratunnisa, triangulasi yang menyatakan bahwa belum
2018). terdapat pembagian tugas yang jelas dan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, struktural dalam implementasi kebijakan ASI
diketahui bahwa semua informan baim dari Eksklusif. Petugas pelaksana mengetahui tugas
Puskesmas Purwodadi I maupun di Puskesmas dan peran mereka dan dilaksanakan sesuai
Gubug II sama-sama belum memiliki SOP dengan tupoksi masing-masing.
sebagai pedoman dalam mengimplementasikan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
kebijakan ASI Eksklusif di wilayah kerja dilakukam oleh Henderawaty (2014) yang
masing-masing. Hal ini sejalan dengan menyatakan bahwa petugas pelaksana kebijakan
penelitian yang dilakukan oleh Henderawaty belum mengetahui pembagian tugas dan
(2014) yang menyatakan bahwa tidak adanya tanggung jawab dari instansi masing-masing
juknis dan SOP dalam implementasi kebijakan sehingga implementasi kebijakan ASI eksklusif
maka tidak ada acuan dalam suatu tindakan apa bagi ibu bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan
yang harus dilakukan. ini belum berjalan dengan baik dan menganggap
SOP merupakan suatu struktur yang bahwa itu hanyalah tugas dari instansi Dinas
penting dan menjadi pedoman bagi pelaksanaan kesehatan saja.
kebijakan ASI eksklusif bagi ibu bekerja sudah Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat
seharusnya dalam pelaksanaan nya dipandu bahwa baik di Puskesmas Purwodadi I maupun
oleh petunjuk dan pedoman yang benar. Puskesmas Gubug II dalam aspek struktur
Henderawati menambahkan bahwa petugas birokrasi sama-sama belum terlaksana. Sehingga
pelaksana kebijakan belum mengetahui mengakibatkan terjadinya penyimpangan atau

730
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Tabel 1. Matrik Perbedaan Implementasi Kebijakan ASI Eksklusif


Aspek Penelitian Puskesmas Purwodadi I Puskesmas Gubug II

Aspek Komunikasi Komunikasi kebijakan yang Komunikasi kebijakan yang


dilakukan sudah bejalan namun dilakukan masih belum optimal,
masih belum optimal, dikarenakan kejelasan informasi yang
belum semua petugas mendapatkan disampaikan masih kurang,
sosialisasi, mereka hanya dikarenakan tidak semua petugas
mendapatkan informasi dari mendapatkan sosialisasi, mereka
rekannya yang mengikuti hanya mendapat informasi dari
sosialisasi. rekannya.
Aspek Sumber Daya Sumber daya manusia di Sumber daya manusia di
Puskesmas Purwodadi I sudah Puskesmas Gubug II masih belum
tercukupi dengan baik, namun tercukupi, dari 8 desa hanya
masih ada beberapa petugas yang memiliki 3 bidan desa saja. Sumber
rangkap jabatan. Sumber dana dana dalam implementasi kebijakan
dalam implementasi kebijakan ASI ASI Eksklusif menggunakan dana
Eksklusif menggunakan dana BOK. dari Desa. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang seperti pojok seperti pojok ASI sudah belum
ASI sudah tersedia dengan baik. tersedia dengan baik.
Aspek Disposisi Respon implementor dalam Respon implementor dalam
kebijakan ASI Eksklusif sangat kebijakan ASI Eksklusif sangat
baik, petugas ramah dalam baik, petugas ramah dalam
memberikan informasi kepada memberikan informasi kepada
masyarakat. Pemahaman yang masyarakat. Pemahaman yang
dimiliki oleh semua implementor dimiliki oleh semua implementor
dalam implementasi kebijakan ASI dalam implementasi kebijakan ASI
Eksklusif sudah baik. Eksklusif sudah baik.
Aspek Belum tersedia SOP untuk Belum tersedia SOP untuk
Struktur Birokrasi implementasi kebijakan ASI implementasi kebijakan ASI
Eksklusif, serta belum terdapat Eksklusif, serta belum terdapat
pembagian kerja yang jelas dan pembagian kerja yang jelas dan
struktural. struktural.

ketidakseragaman petugas pelaksana kebijakan sangat baik. Di kedua puskesmas belum


dalam mengimplementasikan kebijakan ASI terdapat SOP dan belum terdapat pembagian
Eksklusif di wilayah kerja masing-masing. tugas dengan jelas.
Pada saat pengambilan data dilapangan,
PENUTUP peneliti menemukan permasalahan yang belum
diteliti oleh peneliti, seperti faktor lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian dan dan kondisi sosio-ekonomi masyarakat,
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa di sehingga saran peneliti untuk peneliti
Puskesmas Purwodadi I dan Puskesmas Gubug selanjutnya adalah meneliti variabel tersebut
II dalam implementasi kebijakan ASI Eksklusif dengan memodifikasi teori dari George C.
terdapat perbedaan. Perbedaan implementasi Edward III (1980) dan Teori Mazmanian dan
kebijakan terdapat pada variabel sumber daya Sabatier (1983). Jadi saran untuk peneliti
serta aspek penyaluran informasi yang meliputi selanjutnya yaitu diharapkan dapat melakukan
sosialisasi terkait adanya kebijakan ASI penelitian lebih mendalam lagi dengan teori dan
Eksklusif di Kabupaten Grobogan. Sumber daya teknik yang berbeda serta meneliti variabel lain
di Puskesmas Purwodadi I sudah tercukupi, yang belum diteliti terhadap implementasi
sedangkan di Puskesmas Gubug II masih sangat kebijakan ASI eksklusif.
kurang. Respon serta pemahaman yang dimiliki
implementor terhadap kebijakan ASI Eksklusif

731
Aryantika, D, O., Mardiana. / Studi Komparatif Implementasi / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

DAFTAR PUSTAKA Edmond, KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga


Etego S, Owusu-Agyei S, Betty R. Kirkwood.
Aisyaroh, N., & Sutrisminah, E. 2017. Evaluasi 2006. Delayed Breastfeeding Initiation Increas
Fasilitas Ruang ASI dalam Implementasi risk of Neonatal Mortality. J. Pediatrics, 117
Kebijakan Pemberian ASI Eksklusif pada (3): 380-386.
Buruh Perempuan di Perusahaan Tekstil Jawa Giri, M.K.W., Muliarta, I.W., Wahyuni, D.S. 2013.
Tengah. Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Status Gizi Balita Usia 6-24 bulan di
Masyarakat. Kampung Kajanan, Buleleng. Jurnal Sains dan
Akib, Haedar, & Tarigan. (2008). Artikulasi Konsep Teknologi, 2(1): 184-192.
Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model Henderawaty, R., Kartasurya, M., I., & Suparwati,
dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal Kebijakan A. (2014). Analisis Implementasi Kebijakan
Publik. 17(2): 1-10. Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Bagi Ibu
Amieratunnisa, A, Indarjo, S. 2018. Implementasi Bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan.
Program Pelayanan Kesehatan Peduli Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia , 2(1).
Remaja. HIGEIA Journal of Public Health Kemenkes. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
Research and Development 2(1): 69-79. 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Astuti, S., Judistiani, T. D., & Susanti I. A. (2016). Rosdiana A. I., B. R. 2017. Implementasi Program
Evaluasi Pembentukan dan Pelatihan Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS).
Kelompok Pendukung ASI di Desa HIGEIA Journal Of Public Health Research And
Mekargalih dan Cipacing Kecamatan Development 1(3): 140-150.
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Rumangun, D. N. 2013. Analisis Implementasi
Kebijakan Kesehatan IndonesiaI, 5(2): 81-85. Program Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan Kerja Puskesmas Remu Kota Sorong. Jurnal
I, Bassani DG, Jha Prabhat, Campbell H, Manajemen Kesehatan Indonesia, 168-177.
Walker CF, Cibulskis R, Eisele T, Liliu, Sari, Y. S. 2013. Analisis Implementasi Program
Mathers C. 2010. Global, Regional, and Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
National Causes of Child Mortality in 2008: A Brangsong 02 Kabupaten Kendal. Jurnal
Systematic Analysis. Lancet, 375 (9730): 1969- Kesehatan Masyarakat 2(1): 1-6.
1987. Sitanggang, H. 2016. Implementasi Kebijakan PP No
Cai, Xiandong, Wardlaw, T., Brown, D.W. 2012. 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di
Global Trends in Exclussive Breastfeeding. Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak
International Breastfeeding journalII, 7(12): 861- Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Ilmiah
873. "INTEGRITAS", 16-31.
Dewi, Ayunovita, Suparwati, A., & Suryawati, C. Subarsono, A.G. 2016. Analisis Kebijakan Publik:
2014. Analisis Implementasi Kebijakan ASI Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Eksklusif di Tingkat Kabupaten Kebumen Pustaka Pelajar.
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan: Dari
Journal), Vol. 2 Nomor 1 tahun 2014. Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. 2017. Profil Implementasi Kebijakan Publik . Jakarta: PT.
Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2016. Bumi Aksara.
Grobogan: Dinas Kesehatan Kabupaten Wijaya, P. S. 2016. Kajian Implementasi Kebijakan
Grobogan. Ruang Laktasi di Sektor Pemerintah dan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2017. Profil Swasta. UNNES Journal of Public Health 6(3):
Kesehatan Provinsi Jawa TengahTahun 2016. 196-202.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.

732

Anda mungkin juga menyukai