Anda di halaman 1dari 110

SISTEM IMPLEMENTASI PROGRAM AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS SIMALINGKAR MEDAN 2018

SKRIPSI

OLEH:
YOSSIA AGUSTINA
NIM. 131000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SISTEM IMPLEMENTASI PROGRAM AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF
DI PUSKESMAS SIMALINGKAR MEDAN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
YOSSIA AGUSTINA
NIM. 131000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “SISTEM

IMPLEMENTASI PROGRAM AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI

PUSKESMAS SIMALINGKAR MEDAN 2018” ini beserta seluruh isinya

adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

YOSSIA AGUSTINA

NIM.131000041

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

ASI eksklusif merupakan bagian penting dalam pemenuhan nutrisi bayi


untuk mencapai pertumbuhan perkembangan optimal pada awal kehidupan dan
masa pertumbuhan berikutnya, adapun dampak dari bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif dan digantikan susu formula maka bayi tidak akan mendapatkan
kekebalan serta kekurangan gizi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem
implementasi progam air susu ibu (ASI) eksklusif.
Penelitan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif . Informan
dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Data primer diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan alat bantu pedoman wawancara dan data sekunder
diperoleh dari puskesmas .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem implementasi program Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif di Puskesmas Simalingkar belum berjalan dengan
maksimal baik dari input, proses maupun keluaran, dari segi input kurangnya
konselor ASI, pengalokasian dana yang kurang tepat, sarana prasarana yang
minim. Dari segi proses mulai dari persiapan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi belum terlaksana dengan baik. Begitu juga dengan cakupan ASI
Eksklusif yang masih rendah. Hal ini disebabkan masih kurangnya partisipasi
kader dalam melaksanakan program ASI ekslusif dan kurangnya partisipasi dan
kesadaran masyarakat dalam ASI eksklusif
Saran kepada Puskesmas untuk membentuk petugas konselor-konselor
ASI, pelatihan pada kader lebih disiplin, aktif, dan lebih terampil dan membuat
pojok ASI agar dapat terlaksananya pemberian ASI ekslusif, kepada Dinas
Kesehatan Kota Medan untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan agar semakin baik dalam melakukan program ASI, dan
melengkapi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program ASI ekslusif agar
tercapainya target cakupan ASI eksklusif, kepada masyarakat agar ikut serta
mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif dengan hanya memberi ASI
ekslusif saja pada bayinya
KATA KUNCI : Implementasi, Program ASI Eksklusif, Puskesmas

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is an important part of baby's nutritional


fulfillment to achieve optimal growth growth early in life and subsequent growth,
while the impact of infants who are not exclusively breastfed and replaced with
infant formula will not get immunity and malnutrition. This study aims to
determine the implementation system of exclusive breast milk (ASI).
This research uses qualitative descriptive approach. Informants in this study
amounted to 10 people. Primary data were obtained through in-depth interviews with
interview guide tools and secondary data obtained from puskesmas.
The results showed that the implementation of exclusive breastfeeding
program in Simalingkar Public Health Center has not run maximally either from
input, process or output, in terms of input of lack of ASI counselor, improper
allocation of funds, minimal infrastructure. In terms of the process from
preparation, implementation, monitoring and evaluation has not been done well.
Similarly, the coverage of Exclusive Breast Milk is still low. This is due to the
lack of cadre participation in implementing exclusive breastfeeding programs and
the lack of community participation and awareness in exclusive breastfeeding
Suggestion to Puskesmas to form officers of ASI counselors, training the
cadres more disciplined, active, and more skilled and make the corner of ASI to make
the implementation of exclusive breastfeeding, to the Health Office of Medan City to
supervise the activities that have been implemented in order to better undertake
breastfeeding programs, and equip facilities and infrastructure in the implementation
of exclusive breastfeeding programs to achieve exclusive breastfeeding target targets,
to the community to participate in support of exclusive breastfeeding programs by
simply giving exclusive breastfeeding to their babies

KEYWORDS: Implementation, Exclusive Breastfeeding Program, Puskesmas

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“SISTEM IMPLEMENTASI PROGRAM AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS SIMALINGKAR MEDAN 2018” guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Selama penyusunan

skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini saya banyak mendapat

bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam

kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum selaku Rektor Universitas

SumateraUtara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan dan

bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

4. Sri Novita Sari Lubis SKM, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah

memberikan saran, arahan dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution SKM, MPH selaku dosen penguji II

yang telah memberikan saran, arahan dan masukan demi kesempurnaan

skripsi ini.

6. Dr. Juanita SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM

USU

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta

dukungan moral kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

8. Kepala Puskesmas serta staf program di Puskesmas Simalingkar yang

telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian serta

membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang

bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.

9. Teristimewa kepada Alm. Bapak Jamalen Purba, Spd.K dan Ibunda Henni

Rosenti Damanik yang selalu memberikan doa, dukungan, nasihat, dan

semangat kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga

menyelesaikan skripsi ini.

10. Saudara-saudara saya, abang dan kakak tercinta yang selalu memberikan

motivasi dan doa Gesron Purba SE, Friscila Purba, S.AN., MM , Aquila

Purba S.S.T, Sogiara SinagaS.T., MM yang saya sayangi.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Sahabat – sahabat penulis teman semasa perkuliahan selama di FKM USU

yang selalu mendukung, memberi semangat, dan doa kepada penulis ( Sri

Utari Sianturi, Firman Pardosi, Tri Fitra Bukit, Novalina Sitorus, Sri Ulina

Sitepu, Agustina Silaban, Anastasia Yolanda Sinaga, Frischa Valentina

Nababan

12. Seluruh rekan-rekan dan sahabat Angkatan 2013 Minat Studi Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan di Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan

menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para

pembaca.

Medan, Juli 2018

Yossia Agustina

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .... ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI . .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10


2.1 Teori Sitem ................................................................................... 10
2.2. Program ASI Eksklusif ................................................................ 11
2.2.1 Pengertian Program ............................................................. 11
2.2.2 Pengertian ASI Eksklusif .................................................... 11
2.2.3 Program ASI Eksklusif ....................................................... 12
2.2.4 Komposisi ASI ................................................................... 13
2.2.5Kerugian Tidak diberikan ASI dan Manfaat ASI Eksklusif 14
2.2.6 Keberhasilan Program ASI Eksklusif ................................. 18
2.2.7 Faktor Penghambat Program ASI Eksklusif ...................... 21
2.2.8 Undang – Undang yang berkaitan dengan ASI Eksklusif .. 23
2.3 Sistem Implementasi Program ASI .............................................. 25
2.3.1 Pelaksanaan Program ASI ................................................... 25
2.3.1.1 Ukuran Implementasi ............................................. 25
2.3.2 Ketersediaan Sumber Daya dalam Pelaksanaan Program ... 27
2.3.2.1 Sumber Daya Manusia............................................ 27
2.3.2.2 Dana ........................................................................ 28
2.3.2.3 Sarana Prasarana ..................................................... 29
2.4 Kerangka Pikir .............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................. 32
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................. 32

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Informan Penelitian ...................................................................... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 33
3.5 Defenisi Operasional .................................................................... 34
3.6 Metode Analisis Data ................................................................... 34

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN ................................... 36


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................ 36
4.1.1 Lokasi Puskesmas Simalingkar ............................................. 36
4.1.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Simalingkar .................. 36
4.2 Karakteristik Informan .................................................................. 37
4.3 Sistem Implementasi Program ASI Eksklusif ................................ 38
4.3.1 Masukan (Input) .................................................................... 38
4.3.1.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) .......... 38
4.3.1.2 Dana ......................................................................... 42
4.3.1.3 Sarana dan Prasarana ................................................ 45
4.3.2 Proses ( Process) ................................................................... 47
4.3.2.1 Tahap Persiapan ....................................................... 48
4.3.2.2 Tahap Pelaksanaan .................................................. 54
4.3.2.3 Tahap Monitoring dan Evaluasi ............................... 61
4.3.3 Keluaran ( Output ) ............................................................. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 65
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 65
5.2 Saran ............................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN ..........................................................................................................

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Informan ........................................................................ 33

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Wilayah Kerja

Puskesmas Simalingkar .......................................................................... 36

Tabel 4.2 Distribusi Pelaksana Puskesmas Simalingkar ........................................ 37

Tabel 4.3 Karakteristik Informan ................................................................................. 38

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................... 30

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Matriks

Lampiran 3. Dokumentasi

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yossia Agustina, lahir pada tanggal 9 Agustus 1995 di

Jakarta. Penulis bersuku bangsa Simalungun dan beragama Kristen Protestan.

Berasal dari DKI Jakarta. Penulis bertempat tinggal di Jalan Dipanegara Padang

Bulan No 8, Medan. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Jamalen Purba

(Alm) dan Ibu Henni Rosenti Damanik.

Jenjang Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 21 Jakarta

(2001-2007), SMP Negeri 49 Jakarta (2007-2010), SMA Swasta GKPS (2010-

2013), hingga saat ini penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program Studi

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2013 dan

akan menyelesaikan studi tahun 2018.

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI eksklusif merupakan bagian penting dalam pemenuhan nutrisi bayi

untuk mencapai pertumbuhan perkembangan optimal pada awal kehidupan dan

masa pertumbuhan berikutnya. Dalam pembukaan UUD 1945 mengatakan bahwa

Negara mempunyai tanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka negara

harus memiliki generasi penerus bangsa yang cerdas, sehat secara jasmani

maupun rohani. Hal ini mempunyai arti bahwa pemerintah menjamin

kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa

melaui salah satu program pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Pemberian ASI

eksklusif dapat diartikan sebagai pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai

dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih

dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi dan tim dimana proses pemberian ASI eksklusif ini dilakukan sampai

bayi berusia enam bulan (Astutik, 2014).

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Hal ini memberikan

pengaruh yang penting dimana bayi akan dapat mencapai tumbuh kembang yang

optimal. Terdapat beberapa manfaat dari pemberian ASI eksklusif baik bagi bayi

maupun bagi ibu. Manfaat ASI bagi bayi antara lain yaitu mempunyai komposisi

yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan, jumlah kalori yansg

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

terdapatdalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI

mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi terhadap penyakit,

perkembangan psikomotorik bayi menjadi lebih cepat, ASI menunjang

perkembangan penglihatan, dapat memperkuat ikatan batin ibu dan bayi, dan

mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan laktosa yang sesuai dengan

kebutuhan bayi. Sedangkan manfaat ASI bagi ibu antara lain yaitu mencegah

pendarahan pascapersalinan, mengurangi risiko terjadinya anemia, mengurangi

resiko kanker ovarium dan payudara, memberikan rasa dibutuhkan selain

memperkuat ikatan batin seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan, dan

mempercepat kembali ke berat badan semula sebelum hamil (Astutik, 2014).

Adapun dampak dari bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif dan

digantikan dengan susu formula maka bayi tidak akan mendapatkan kekebalan

serta akan kekurangan gizi. Tidak adanya zat antibodi menyebabkan bayi akan

mudah terkena berbagai penyakit dan meningkatkan angka kematian bayi

(Astutik, 2014).

Besarnya manfaat dari ASI Eksklusif tersebut juga didukung oleh adanya

peraturan pemerintah dalam Pasal 128 Ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan

Air Susu Ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan kecuali atas indikasi

medis. Selain itu, dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang

Pemberian ASI Eksklusif juga menegaskan bahwa setiap ibu yang melahirkan

harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya, kecuali jika

terdapat indikasi medis, ibu tidak ada, atau ibu terpisah dari bayi. Adapun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

program ASI Eksklusif meliputi: melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka

program pemberian ASI Eksklusif, melaksanakan advokasi dan sosialisasi

program pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota, memberikan

pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala kabupaten/kota, menyediakan

tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat sarana

umum lainnya dalam skala kabupaten/kota, membina, monitoring, mengevaluasi,

dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di

fasilitas pelayanan kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat

sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala kabupaten/kota,

menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program pemberian ASI

Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota,

Mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan

edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala

kabupaten/kota.

Pemerintah sendiri juga mempunyai ketetapan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, target bayi yang mendapat ASI

Ekslusif yaitu sebesar 80%. Namun masih banyak ibu yang belum memberikan

ASI eksklusif bagi bayinya. Berdasarkan Profil kesehatan Indonesia data

Persentase Bayi Mendapat Asi Ekslusif Tahun 2012 – 2016 secara nasional dari

tahun tersebut tingkat rata-rata cakupan ASI hanya sebesar 54,48%. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

mempunyai arti bahwa secara nasional selama 5 tahun dari periode tahun 2012 –

2016 masih terdapat 25,52% bayi lainnya yang tidak mendapatkan ASI eksklusif

dengan berbagai alasan.

Provinsi Sumatera Utara sendiri mempunyai nilai cakupan persentase bayi

yang mendapat ASI Ekslusif yang fluktuatif dimana pada tahun 2012 cakupan

persentase bayi yang mendapat ASI Ekslusif sebesar 32,22% dan pada tahun 2013

mengalami peningkatan menjadi 41,3% namun pada tahun 2014 terjadi

pernurunan nilai cakupan persentase bayi yang mendapat ASI Ekslusif menjadi

37,6% dan terus menurun pada tahun 2015 menjadi 33% namun selanjutnya pada

tahun 2016 terjadi peningkatan nilai cakupan persentase bayi yang mendapat ASI

Ekslusif sebesar 46,8%. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata cakupan persentase

bayi yang mendapat ASI Ekslusif pada Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 –

2016 sebesar38.18% yang mana artinya masih terdapat 41,82% bayi lainnya yang

tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Lebih lanjut, apabila dilihat cakupan pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Simalingkar mempunyai nilai cakupan yang mendapat ASI eksklusif

sangat kecil dan cenderung menurun. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Puskesmas Simalingkar Kota Medan, yaitu pada tahun 2015 jumlah bayi usia 0-6

bulan sebanyak 1438 jiwa, sedangkan yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 518

jiwa. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 2015hanya 36,02% saja cakupan bayi

yang mendapatkan ASI Eksklusif. Pada tahun 2016 jumlah bayi 0-6 bulan

sebanyak 1178 jiwa, sedangkan yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 151 jiwa

dimana terjadi penurunan nilai cakupan ASI Eksklusif menjadi 24,5%. Dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

kata lain Puskesmas Simalingkar belum bisa mencapai target SPM nasional terkait

ASI Eksklusif yang telah ditetapkan sebesar 80%.

Adapun rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar di

asumsikan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas

kesehatan dikarenakan petugas tidak selalu memberikan informasi mengenai ASI

eksklusif kepada ibu yang sedang hamil maupun ibu yang sedang menyusui saat

datang ke puskesmas, kurangnya petugas dalam memonitoring kader di posyandu,

tidak ada alokasi yang jelas tentang pendanaan maupun saranaprasarana yang

disediakan untuk membantu kelancaran pelaksanaan program. Faktor lainnya

yang di asumsikan memengaruhi ibu dalam pemberian ASI ekslusif berdasarkan

observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah kurangnya media informasi atau

promosi yang diberikan oleh pihak Puskesmas Simalingkar. Berdasarkan hal

tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 3 faktor penting yang mendukung

pelaksanaan program ASI Eksklusif yaitu Sumber Daya Manusia, Dana, Sarana

dan Prasarana.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu factor penting dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan (Adi Sasmito, 2014:236). Selain itu dalam

melaksanakan program juga dibutuhkan adanya dana untuk mendukung

pelaksanaan program yang telah ditetapkan berjalan dengan baik dimana besarnya

dana yang harus disediakan berguna untuk memanfaatkan berbagai upaya

kesehatan baik bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

(Notoatmodjo, 2007:407). Adanya sumber daya manusia dan dana juga

diperlukan faktor lain yaitu sarana dan prasarana. Tersedianya sarana dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

prasarana kerja yang jenis, jumlah, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan dapat

juga mendorong keberhasilan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan. Suatu

organisasi tidak dapat berjalan dengan sempurna tanpa adanya sarana maupun

prasarana untuk menggerakkan sumber daya lainnya dalam organisasi (Siagian

dalam Azwar (1996).

Berdasarkan melakukan wawancara terhadap 5 orang ibu di Puskesmas

Simalingkar dimana diasumsikandari 5 orang ibu terdapat 2 orang ibu yang tidak

tahu pengertian dan manfaat ASI Eksklusif dan 2 orang ibu lainnya mengetahui

pengertian ASI Eksklusif tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya

dikarenakan produksi ASI ibu sedikit. Sedikitnya produksi ASI yang dimiliki oleh

ibu menyusui dikarenakan ibu tersebut juga bekerja sehingga beban kerja yang

besar yang dimiliki mempengaruhi produksi ASI yang akan diberikan. Hal ini

pula yang menyebabkan ibu beralih ke makanan tambahan seperti susu formula,

dan 1 orang ibu tidak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan adanya pasca

operasi yang dilakukan sehingga ibu tidak bisa memberikan ASI eksklusif dengan

alasan indikasi kesehatan.

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pemberian ASI

Eksklusif yaitu menurut Fikawati (2009) ada beberapa alasan yang menyebabkan

terjadinya kegagalan praktek ASI eksklusif seperti memberikan tambahan susu

formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau

ibu sakit, ibu harus bekerja, ibu ingin mencoba susu formula, serta pengetahuan

dan pengalaman ibu yang kurang karena ibu tidak difasilitasi melakukan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Sedangkan menurut Suradi dalam Amiruddin (2008) pemberian ASI masih

rendah disebabkan oleh pelaksanaan tatalaksana pelayanan kesehatan yang salah.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya pelayanan kesehatan yang memberikan susu

formula pada bayi yang baru lahir, sehingga menyebabkan bayi tidak terbiasa

mendapatkan ASI dari ibunya, yang pada akhirnya tidak mau lagi mengonsumsi

ASI. Selain itu faktor yang lebih mempengaruhi dalam pemberian ASI pada bayi

berupa adanya anggapan yang keliru dari para ibu yang menganggap bahwa

dengan pemberian ASI maka akan menyebabkan bayi mereka tidak mandiri, bayi

cepat lapar, pertumbuhan bayi kurang cepat.

Lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidi dalam Amiruddin

(2008) yang mengatakan bahwa rendahnya pemberian ASI Eksklusif dikarenakan

ibu mudah putus asa dalam memberikan ASI apabila ibu maupun bayi mengalami

kesulitan dalam pemberian ASI. Beberapa penyebab tersebut karena ibu kurang

mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan dalam pemberian ASI seperti

kurangnya pembekalan pengetahuan sebelum dan setelah melahirkan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siswantara (2014) yang

menjadi factor rendahnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi adanya ibu yang

bekerja, budaya masyarakat khususnya orang tua atau mertua untuk memberikan

makanan lain selain ASI, ibu berkeinginan memberikan susu formula karena

tertarik melihat iklan di TV, dan persepsi ibu bahwa ASI tidak cukup untuk bayi.

Peneliti lainnya yang dilakukan oleh Kamrin (2015) yang menyatakan

bahwa terjadinya penurunan cakupan pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya yaitu kurangnya dukungan sosial dari keluarga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

terdekat yaitu suami, kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui terutama

teknik menyusui yang baik dan benar, gencarnya promosi susu formula, adanya

budaya pemberian makanan pralakta dan adanya keyakinan ibu bahwa bayi tidak

akan cukup memperoleh zat gizi jika hanya diberi ASI eksklusif sampai umur 6

bulan.

Berdasarkan beberapa masalah dan uraian di atas maka peneliti tertarik

untuk meneliti dengan judul sistem implementasi program ASI Eksklusif di

puskesmas Simalingkar. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan penelitian

karena pelaksanaan program ASI eksklusif yang menjadi salah satu program

pemerintah dan sesuatu yang penting untuk dilaksanakan karena program ASI

eksklusif mempunyai banyak manfaat penting baik bagi ibu maupun bagi bayi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimana ketersediaan input (SDM, Dana, Sarana dan Prasarana) dalam

melaksanakan program ASI Eksklusif pada Puskesmas Simalingkar?

2. Bagaimana proses pelaksanaan program (tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, tahap monitoring dan evaluasi) dalam program ASI Eksklusif

pada Puskesmas Simalingkar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

1. Untuk menganalisis ketersediaan input (SDM, Dana, Sarana dan

Prasarana) dalam melaksanakan program ASI Eksklusif pada Puskesmas

Simalingkar.

2. Untuk menganalisis proses pelaksanaan program (tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, tahap monitoring dan evaluasi) dalam program ASI

Eksklusifpada Puskesmas Simalingkar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukkan bagi pihak Puskesmas Simalingkar dalam

mengembangkan program ASI dimasa yang akan datang

2. Sebagai rekomendasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan di fakultas

kesehatan masyarakat

3. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam

menganalisa suatu permasalahan melalui suatu penelitian

4. Sebagai bahan perbandingan dan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sistem

Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain

dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. komponen sebuah sistem terdiri dari

masukan input, process, output,effect, outcome dan mekanisme umpan baliknya.

Hubungan antara komponen – komponen sistem ini berlangsung secara aktif

dalam suatu tatanan lingkungan.

a. Input yaitu sumber daya atau masukkan yang dikonsumsikan oleh suatu

sistem. Sumber daya suatu sistem adalah man, money, material, method,

minute, dan market.

b. Process yaitu terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan

Pelaksanaan program, pengawasan dan pengendalian untuk kelancaran

kegiatan dari program kesehatan.

c. Output dapat berupa cakupan kegiatan program.

d. Effect yaitu perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang

diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang tersedia.

e. Outcome (Impact)merupakan dampak program yang diukur dengan

peningkatan status kesehatan masyarakat yaitu : tingkat dan jenis morbiditas

(kejadian sakit), mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

penyakit tertentu, serta indikator yang paling peka untuk menentukan status

kesehatan di suatu wilayah (Muninjaya, 2004: 169).

2.2 Program ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian Program

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa

karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi

suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau

sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya

juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat

diakui oleh publik

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model

teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi

dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang

serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi

solusi terbaik (Jones, 1996:295).

2.2.2 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun

bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi

berusia 2 tahun.

ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah istilah untuk

menyebutkan bayi yang hanya diberi ASI tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat

misalnya pisang, pepaya, bubur nasi, tim, atau makanan lain selain ASI

(Khasanah,2011). Sedangkan menurut Astutik (2014) Pemberian ASI dilakukan

sampai bayi berusia enam bulan dengan tanpa makanan tambahan pendamping

apapun dimana bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mempunyai manfaat

besar bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi disamping meningkatkan ikatan

kasih sayang ibu dan bayi.

2.2.3 Program ASI Eksklusif

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012 program ASI

Eksklusif adalah program ASI Eksklusif meliputi:

a. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI

Eksklusif

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif

dalam skala kabupaten/kota

c. Memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala kabupaten/kota

d. Menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan

tempat sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota

e. Membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi pelaksanaan dan

pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum,

dan kegiatan di masyarakat dalam skala kabupaten/kota

f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program pemberian ASI

Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota

g. Mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan

h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas

penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

2.2.4 Komposisi ASI

ASI mempunyai kandungan zat gizi yang secara khusus dibutuhkan untuk

menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami

tubuhnya. Menurut Maryunani (2012) kandungan ASI yang utama terdiri dari:

a. Laktosa (Karbohidrat)

Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting

sebagai sumber energi. Selain menjadi sumber penghasil energi, laktosa juga

berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, berperan

dalam perkembangan sistem saraf dan merangsang tumbuhnya laktobasilus

bifidus yang mempunyai fungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme

dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit.

b. Lemak

Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi

utama anak serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh anak. Selain itu

mempunyai fungsi sebagai penghasil kalori dan menurunkan resiko penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

jantung di usia muda. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak

esensial yaitu asam linoeat dan asam alda linoleat yang akan diolah oleh tubuh

anak menjadi AA dan DHA yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan,

perkembangan otak dan kecerdasan anak.

c. Protein

Protein memiliki fungsi untuk mengatur dan pembangun tubuh bayi.

Komponen dasar dari protein adalah asam amino yang berfungsi sebagai

pembentuk struktur otak. Terdapat beberapa jenis asam amino tertentu

diantaranya sistin, taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang

berperan dalam proses ingatan dimana sistin dan taurin tidak terdapat dalam

susu sapi.

d. Garam dan Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah

tetapi bisa mencukupi kebutuhan anak sampai berumur enam bulan. Zat besi

dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah

diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

e. Vitamin

ASI mengandung berbagai vitamin lengkap seperti vitamin A,D, dam E yang

dapat mencukupi kebutuhan anak sampai enam bulan.

2.2.5 Kerugian Tidak diberikan ASI dan Manfaat ASI Eksklusif

Menurut Astutik (2014) kerugian bayi yang tidak diberikan ASI dan

digantikan dengan susu formula maka bayi tidak akan mendapatkan kekebalan

serta akan kekurangan gizi. Tidak adanya zat antibodi menyebabkan bayi akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

mudah terkena berbagai penyakit dan meningkatkan angka kematian bayi.

Sedangkan menurut Maryunani (2012) manfaat ASI eksklusif dibagi menjadi dua

bagian yaitu:

1. Manfaat ASI bagi bayi:

Pemberian ASI secara eksklusif yaitu tidak dicampur apapun selama enam

bulan berturut-turut memberikan banyak manfaat antara lain:

a. Kesehatan

Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik sepanjang

masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan

lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. ASI juga mampu

mencegah terjadinya kanker limfomaligna (kanker kelenjar). Selain itu,

ASI juga menghindarkan anak dari busung lapar/malnutrisi karena

komponen gizi ASI paling lengkap termasuk protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan zat – zat penting lainnya. Lebih lanjut, ASI merupakan cairan

hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh dengan cepat. Manfaat

ini tetap diperoleh meskipun status gizi ibu kurang.

b. Kecerdasan

Manfaat bagi kecerdasan bayi antara lain karena dalam ASI terkandung

DHA terbaik selain laktosa yang berfungsi untuk proses mielinisasi otak.

Mielinisasi otak adalah salah satu proses pematangan otak agar bisa

berfungsi optimal. Saat ibu memberikan ASI terjadi pula proses stimulasi

yang merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak hingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

menjadi lebih banyak dan terjalin sempurna. Ini terjadi melalui suara,

tatapan mata, detak jantung, elusan, pancaran dan rasa ASI.

c. Emosi

Manfaat ASI bagi emosi bayi antara lain:

1. Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu

2. Hal ini akan merangsang terbentuknya Emotional Intelligence (EI)

3. ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya

4. Doa dan harapan yang didengugkan ditelinga bayi selama proses

menyusuipun akan mengasah kecerdasan spiritual anak.

2. Manfaat Memberikan ASI untuk Ibu

Berikut ini adalah proses pemberian ASI yang bermanfaat juga bagi ibu antara

lain:

a. ASI Eksklusif Adalah Diet Alami Bagi Ibu

Dengan memberikan ASI eksklusif berat badan ibu yang bertambah

selama hamil akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya

hormon oksitosin selagi menyusui menyebabkan kontraksi semua otot

polos termasuk otot-otot uterus. Apabila hal ini dilakukan secara terus

menerus maka nilainya hampir sama dengan senam perut. Dengan

demikian memberikan ASI juga membatu memperkecil ukuran rahim ke

ukuran rahim sebelum hamil. Selain itu, aktivitas bangun malam untuk

menyusui bayi yang haus dan mengganti popok basahnya setara dengan

berolahraga. Berbagai kegiatan seperti menggendong, memberi makan dan

mengajak bermain juga merupakan kegiatan yang dapat menurunkan berat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

badan. Dengan demikian, menyusui (ASI) dapat membakar kalori

sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.

b. Mengurangi Resiko Anemia

Pada saat memberikan ASI otomatis resiko perdasaran pasca bersalin

berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan

menyebabkan semua otot polos mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang

mengakibatkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan.

Perdarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan

salah satu penyebab anemia. Dengan demikian, memberikan ASI segera

setelah melahirkan akan meningkatkan kontrasi rahim yang berarti

mengurangi resiko perdarahan.

c. Mencegah Kanker

Dalam berbagi penelitian diketahui bahwa ASI dapat mencegah kanker,

khususnya kanker payudara. Pada saat menyusui tersebut, hormon

estrogen mengalami penurunan. Sementara tanpa aktivitas menyusui kadar

estrogen tetap tinggi dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu

kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon

estrogen dan progesteron.

d. Manfaat Ekonomis

Dengan menyusui maka ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli

susu/suplemen bagi bayi. Cukup dengan adanya ASI eksklusif maka

kebutuhan bayi selama enam bulan terpenuhi dengan sempurna. Selain itu,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

ibu tidak perlu repot untuk mensterilkan peralatan bayi seperti dot,

cangkir, gelas atau sendok untuk memberikan susu kepada bayi.

2.2.6 Keberhasilan Program ASI Eksklusif

Menurut Maryunani (2012:199) terdapat beberapa strategi usaha yang

dilakukan untuk dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, antara lain:

a. Meningkatkan Pengetahuan Ibu Mengenai Keunggulan ASI, Fisiologi

Menyusui dan Menyingkirkan Adanya Mitos Seputar ASI.

Dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang ASI, baik

dalam hal manfaat maupun keunggulan ASI atau segala sesuatu yang berkaitan

dengan teknis pemberian ASI atau manajemen laktasi, maka ibu akan

termotivasi untuk memberikan ASI dengan cara yang benar dan dengan

demikian akan meningkatkan pemberian ASI pada bayinya. Disamping itu, ibu

dan keluarga perlu dijelaskan mengenai mitos seputar ASI yang dapat

menghambat keberhasilan menyusui. Adapun berbagai mitos seputas ASI dan

ibu menyusui yang terdapat dimasyarakat sebenarnya merugikan masyarakat.

Sebagai petugas kesehatan harus dapat meluruskan kondisi tersebut agar

masyarakat mengetahui tentang pentingnya ASI. Beberapa mitos yang tidak

tepat tersebut antara lain:

1. Selama menyusui harus keramas setiap pagi supaya darah putih tidak naik

ke kepala dan menyebabkan kebutaan;

2. Menyusi membuat payudara kendur dan tidak bagus lagi;

3. ASI bisa basi dan harus dibuang;

4. Ibu menyusui tidak dapat makan makanan yang pedas dan amis;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

5. ASI yang pertama harus dibuang;

6. ASI yang putih, kental seperti santan lebih bagus dari pada ASI yang

encer;

7. ASI membuat anak obesitas;

8. bayi yang hanya minum ASI butuh asupan vitamin D;

9. ASI tidak cukup mengandung zat besi untuk kebutuhan bayi;

10. Menyusui menyebabkan ibu menjadi gemuk dan diare.

b. Mempersiapkan Fisik dan Mental Ibu

Persiapan fisik dapat dilakukan pada saat kunjungan pertama pada saat

pemeriksaan antenatal yaitu dengan pemeriksaan payudara (puting susu) dan

gizi ibu. Sedangkan pada persiapan mental merupakan hal yang paling penting

dibanding dengan menyiapkan fisik. Hal ini dikarenakan sikap atau keputusan

ibu terhadap pemberian ASI harus dihayati ibu dalam masa kehamilan atau

sebelum hamil selain itu proses menyusui bagi ibu merupakan proses

penghayatan terhadap kodrat kewanitaannya dimana peran ibu sangat

menentukan kelangsungan hidup bayinya dan peran ini perlu dipersiapkan

salah satunya dengan memberikan ASI pada bayinya. Adapun sikap ibu

terhadap pemberian ASI dipengaruhi berbagai faktor antara lain pengalaman

sendiri, atau orang lain, pengalaman menyusui dalam keluarga atau kerabat,

adat kebiasaan, kepercayaan menyusui di daerah masing – masing dan

menyusui bayi sendiri merupakan peran yang paling penting setelah

melahirkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

c. Meningkatkan Dukungan Keluarga Terutama Suami

Menyusui bukan semata – mata tanggung jawab ibu namun merupakan hasil

tim antara ibu – bayi - ayah dan lingkungan (keluarga). Pentingnya peran ayah

dalam mendukung ibu selama pemberian ASI membuat ibu merasa dicintai dan

diperhatikan, maka akan muncul emosi yang positif yang akan meningkatkan

produksi hormon oksitosin, sehingga produksi ASI pun lancar. Suami harus

siap setiap saat bila ibu membutuhkan bantuan misalnnya mengangkat bayi

kepangkuan ibu saat ingin disusui, dapat menimbulkan rasa kepercayaan ibu

sehingga dapat berpengaruh langsung terhadap kelancaran ASI.

d. Meningkatkan Dukungan Fasilitas Kesehatan

Depkes RI/BK-PP-ASI (Badan Koordinasi-Peningkatan Penggunaan ASI),

telah mengeluarkan pedoman bagi fasilitas kesehatan yang merawat ibu dan

bayi untuk meningkatkan penggunaan ASI.

e. Meningkatkan Fasilitas yang Mendukung Laktasi Bagi Wanita yang Bekerja

Pekerjaan menjadi suatu alasan bagi ibu berkerja untuk menghentikan

memberikan ASI. Agar keberhasilan menyusui dikalangan ibu bekerja

diperlukan usaha – usaha dan fasilitas pendukung laktasi antara lain; (a) hanya

memberikan ASI pada bayinya selama masa cuti, jangan memperkenalkan susu

formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja; (b)

tersedianya waktu dan tempat untuk mengeluarkan/ memeras ASI setiap 3 jam;

(c) tersedianya fasilitas untuk menyimpan ASI seperti lemari es ditempat kerja,

termos es untuk membawa pulang ASI; (d) tersedia fasilitas penitipan bayi

yang profesional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

f. Meningkatkan Dukungan dari Lingkungan dalam Keberhasilan Menyusui

Saat ini banyak fasilitas umum yang belum menyediakan ruang untuk ibu

menyusui hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dan kesadaran publik

terhadap hak – hak bayi untuk mendapatkan ASI. Pemerintah harus terlibat

dalam keberhasilan menyusui dengan berbagai cara antara lain membuat

peraturan yang mengharuskan fasilitas umum dilengkapi dengan pojok ASI,

sehingga ibu tetap nyaman memberikan ASI nya meskipun sedang berada

ditempat umum seperti mall, stasiun kereta api, bandar, dll

2.2.7 Faktor Penghambat Program ASI Eksklusif

Menurut Sulistriani (2004) dalam Sibuea (2012), rendahnya pemberian

ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang

kesehatan secara umum dan ASI Eksklusif secara khusus.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari kurangnya dukungan keluarga, masyarakat,

petugas kesehatan maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap

pemberian ASI Eksklusif, gencarnya promosi susu formula, adanya faktor

sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu

dan anak.

Sedangkan menurut Maryunani (2012:198) faktor – faktor yang

mempengaruhi atau menghambat keberhasilan menyusui antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

a. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi

b. Kurangnya persiapan fisik dan mental ibu

c. Kurangnya dukungan keluarga

d. Kurangnya dukungan dari fasilitas pelayan kesehatan

e. Kurangnya fasilitas yang mendukung laktasi ditempat kerja

f. Kurangnya dukungan lingkungan.

Menurut Proverawati dan Rahmawati (2010) kendala yang muncul dalam

pemberian ASI Eksklusif kepada bayi seringkali dihadapi baik oleh ibu sendiri,

bayinya dan juga petugas yang membantu bayi dan ibu dalam masa perawatan.

1. Ibu Menyusui

a. Kebutuhan zat gizi dan cairan kurang

b. Kondisi kesehatan yang tidak mendukung

c. Kesulitan fisik, misal puting terbenam/ datar, puting lecet (infeksi payudara)

d. Kurang pengetahuan

e. Merasa ASI-nya kurang, sehingga tidak percaya diri.

f. Mempunyai waktu yang terbatas

g. Tidak mendapat dukungan dari keluarga

h. Banyaknya bantuan susu formula yyang ditawarkan

2. Bayi

a. Tidak dapat menghisap dengan baik karena bayi bibir sumbing, lidah

pendek, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

b. Pemberian MP-ASI local yang tidak sesuai umur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

3. Petugas KIA

a. Pengetahuan yang kurang tentang pentingnya pemberian ASI yang pertama

kali keluar (kolostrum) walaupun jumlahnya sedikit.

b. Pengetahuan yang kurang tentang komposisi ASI

c. Belum dilatih tentang konseling menyusui dan kurangnya promosi ASI

Eksklusif

2.2.8 Undang – Undang yang berkaitan dengan ASI Eksklusif

Menurut Maryunani (2012:9) pemerintah mempunyai perhatian yang

tinggi terhadap penggalakan pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu pemerintah

membuat peraturan hukum terkait dengan pemberian ASI Eksklusif supaya

cakupan ASI eksklusif dapat mencapai target nasional yang telah ditetapkan

sebesar 80%. Beberapa peraturan hukum terkait dengan ASI eksklusif yaitu:

a. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Pada pasal 128 ayat 1 dan 2 dikatakan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan Air

Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak dilahirkan sejak 6 (enam) bulan kecuali atas

indikasi medis. Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama pemberian ASI,

pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara

penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Pasal 129 ayat 1 dikatakan

bahwa pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka

menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara eksklusif. Sedangkan pada

Pasal 200 mengatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja menghalangi

program pemberian ASI eksklusif sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

ayat (2) dipidana penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus

juta rupiah.

b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang

pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia adalah menetapkan ASI eksklusif di

Indonesia selama enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak

berumur dua tahun atau lebih dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian ASI pasal 6 berbunyi “setiap ibu yang melahirkan

harus memberikan ASI eksklusif kepada anak yang dilahirkannya”. Hal ini dapat

dilihat bahwa tanggung jawab Pemerintah dalam program pemberian ASI

eksklusif meliputi:

a. Menetapkan kebijakan nasional terkait dengan program pemberian ASI

eksklusif

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI eksklusif

c. Memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI eksklusif dan

penyediaan tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan dan

tempat saranan umum lainnya.

d. Mengintegrasikan materi mengenai ASI eksklusif pada kurikulum pendidikan

formal dan non formal bagi tenaga kesehatan

e. Membina, mengawasi serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian

program pemberian ASI eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan, satuan

pendidikan kesehatan, tempat kerja dan tempat sarana umum dan kegiatan di

masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan ASI

eksklusif

g. Mengembangkan kerja sama mengenai progra ASI Eksklusif dengan pihak lain

di dalam dan atau luar negeri

h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi

2.3 Sistem Implementasi Program

2.3.1 Pelaksanaan Program

Menurut Notoatmodjo (2007:95) pelaksanaan program merupakan

pengawasan terhadap waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan proses

pelaksanaan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Adapun tujuan utama pengawasan adalah mencari umpan balik (feedback) dengan

memberikan pengarahan dan perbaikan apabila kegiatan tidak berjalan dengan

seharusnya. Berikut ini beberapa macam pengawasan yaitu:

a. Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek yang diawasi

b. Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang masuk

c. Melalui pengumpulan data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap

objek-objek pengawasan

d. Melalui tugas dan tanggung jawab para petugas khususnya para pimpinan

2.3.1.1 Ukuran Implementasi

Ukuran Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn adalah memberi

pembedaan antara apa yang dimaksud dengan implementasi kebijakan,

pencapaian kebijakan, dan apa yang secara umum menunjuk kepada dampak

kebijakan. Van Mater dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu – individu (kelompok –

kelompok) pemerintahan maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan –

tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan – keputasan kebijakan sebelumnya.

Mereka juga menggolongkan kebijakan menurut 2 karakteristik yang berbeda

yakni : jumlah perubahan yang terjadi dan sejauh mana konsensus menyangkut

tujuan antara pemeran serta dalam proses implementasi berlangsung.

Variabel ukuran implementasi didasarkan pada kepentingan utama

terhadap faktor – faktor yang menentukan kinerja kebijakan. Menurut Van Mater

dan Van Horn, identifikasi indikator – indikator kinerja merupakan tahap yang

krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator – indikator kinerja ini

menilai sejauh mana kuran – ukuran dasar dan tujun – tujuan kebijakan telah

direalisasikan (Winarno,2007)

Implementasi program dapat diukur melalui 3 fenomena, yaitu :

1. Pelaksanaan tahapan program

Dalam setiap implementasi sebuah program atau kebijakan, terdapat sebuah

tahapan yang telah diuraikan baik itu tersirat maupun tersurat dalam regulasi

yang mendasari program atau kebijakan tersebut. Ada 3 tahapan besar

didalama proses implementasi program yaitu :

a. Tahap Persiapan

b. Tahap Pelaksanaan

c. Tahap Monitoring dan Evaluasi

2. Ketepatan Tujuan Program

3. Kinerja Program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.3.2 Ketersediaan Sumber Daya dalam Pelaksanaan Program

2.3.2.1 Sumber Daya Manusia

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan sumber daya

manusia. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Adi Sasmito, 2014:236)

Dalam kaitannya menyediakan sumber daya kesehatan yang unggul bagi

sistem kesehatan penyelenggaraan SDM harus mengacu pada beberapa prinsip

yaitu :

a. Pengadaan tenaga kesehatan yakni mencakup jumlah, jenis, dan kualifikasi

tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

serta dinamika pasar di dalam maupun di luar negri.

b. Pendayagunaan tenaga kesehatan memerhatikan asas pemerataan pelayanan

kesehatan serta kesehjahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan.

c. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan

teknologi serta pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama

dan etika profesi yang diselenggarakan secara berkelanjutan.

d. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan

prestasi kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

secara nasional. (Adi Sasmito, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

2.3.2.2 Dana

Biaya adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan

oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Notoatmodjo, 2007:407).

Dua sudut pandang terkait biaya:

a. Penyedia pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut pandang penyedia pelayanan kesehatan adalah

besarnya dana yang harus dikeluarkan pemerintah atau pihak swasta dalam

menyelenggarakan upaya atau pelayanan kesehatan.

b. Pemakai Jasa Pelayanan Kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut pandang pemakai jasa pelayanan kesehatan

adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk memanfaatkan jasa

pelayanan kesehatan yang dimana pemerintah berkewajiban memberikan

batasan – batasan tertentu untuk menjamin pemenuhan kebutuhan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Baik dipandang dari penyedia pelayanan kesehatan ataupun pemakai pelayanan

kesehatan terdapat dua sumber utama pembiayaan kesehatan yaitu :

a. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah

Negara yang menganut sistem seperti ini maka pelayanan kesehatan

diselenggrakan oleh pemerintah sepenuhnya. Karena dilaksanakan

pemerintah maka tidak ada pelayanan kesehatan swasta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

b. Sebagian ditanggung oleh masyarakat

Negara dengan sistem semacam ini maka pembiayaan kesehatan tidak

hanya ditanggung oleh pemerintah, namun juga dengan mengembangkan

peran serta masyarakat baik dalam upaya menyelenggarakan maupun

dalam memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Sehingga dalam konsep

ini dikenal pelayanan kesehatan swast karena masyarakat disertakan dalam

pembiayaan maka pelayanan kesehatan tidak gratis. Masyarakat

diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.

2.3.2.3 Sarana dan prasarana

Untuk melaksanakan program ASI Eksklusif diperlukan berbagai alat dan

bahan yang terdiri dari poster, foto, leaflet, booklet, dan buku konseling menyusui

(Permenkes No 15 tahun 2013). Menurut Siagian dalam Azwar (1996) tersedianya

sarana dan prasarana kerja yang jenis, jumlah, dan mutunya sesuai dengan

kebutuhan dapat juga mendorong keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan.

Suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan sempurna tanpa adanya sarana

maupun prasaran untuk menggerakkan sumber daya lainnya dalam organisasi.

2.4 Kerangka Pikir

Pencapaian program ASI eksklusif di Puskesmas Simalingkar yang masih

rendah menunjukkan pelaksanaan program ASI belum berjalan dengan maksimal.

Keberhasilan pelaksanaan program dapat diketahui melalui pencapaian indikator

outputnya dengan melihat capaian target yang telah ditetapkan sebelumnya

dimana hasil pencapaian cakupan program ASI eksklusif di Puskesmas

Simalingkar masih dibawah dari target yang telah ditetapkan. Sehubungan masih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

rendahnya pencapaian program ASI eksklusif di Puskesmas Simalingkar maka

peneliti merasa perlu dilakukan penelitian terhadap pelaksanaan program ASI

eksklusif yang dilihat dari komponen input (sumber daya manusia, dana, sarana

dan prasarana), proses (yang difokuskan pada pemantauan program ASI

Eksklusif) yang pada akhirnya akan menggambarkan hasil capaian program

(output) tersebut. Adapun kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

INPUT PROCESS OUTPUT

Sumber Daya
Pelaksanaan Cakupan ASI
1. SDM Eksklusif
Program ASI
2. Dana
Eksklusif
3. Sarana dan
Prasarana

Gambar 2.1 KerangkaPikir

Pada gambar di atas komponen input terdiri dari tiga bagian yaitu pertama,

SDM (yang akan difokuskan pada petugas bidan dan tenaga gizi) yang mana

dalam hal ini merekalah sebagai pelaksana program ASI eksklusif di Puskesmas

yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Kedua, dana (yang difokuskan

pada penggunaan dan pemanfaatan dari sumber pendanaan yang ada) yang mana

hal ini pendaanan menjadi penunjang dalam pelaksanaan program sehingga dapat

dilihat apakah penggunaan dana yang ada telah berjalan secara efektif dan efesien.

Ketiga, sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai pendukung dari kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

program ASI seperti posyandu, poster, foto, leaflet, booklet, buku konseling

menyusui, dll.

Dalam melaksanakan program ASI di Puskesmas Simalingkar dibutuhkan

adanya proses pelaksanaan yang difokuskan pada pelaksanaan program dari tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, hingga pada tahap monitoring dan evaluasi yang

dilakukan melalui setiap penyuluhan dan konseling. Penyuluhan dilakukan di

posyandu oleh bidan dan tenaga pelaksana gizi puskesmas kepada ibu hamil dan

ibu yang baru melahirkan sedangkan untuk konseling dilakukan kepada ibu hamil

dan ibu bersalin yang datang berkunjung ke puskesmas. Sehingga dengan

pelaksanaan program ASI eksklusif yang dijalankan oleh pelaksana program

mendapatkan hasil pencapaian cakupan ASI eksklusif yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan sistem implementasi program ASI

Eksklusif di Puskesmas Simalingkar Kota Medan dalam upaya pencapain target dari

pada program tersebut. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data

yang mendalam, data tersebut merupakan data pasti yang merupakan nilai dibalik

data yang tampak.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan

Kota Medan Tuntungan dengan alamat di Jalan Bawang Raya No. 37 Perumnas

Simalingkar.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada waktu bulan November 2017 – sampai

dengan selesai

3.3 Informan Penelitian

Pemilihan Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu misalnya dengan pertimbangan memilih informan yang

mampu member informasi yang berkaitan dengan topic penelitian yaitu Sistem

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Implementasi Program Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Puskesmas Simalingkar

(Sugiyono, 2010). Berdasarkan teknik sampel tersebut maka informan yang dipilih

untuk diwawancara berjumlah 10 orang yang terdiri dari :

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Informan


No Informan Jumlah
1 Kepala Puskesmas 1 Informan
2 Tenaga Gizi 1 Informan
3 Bidan (Puskesmas, Swasta) 2 Informan
4 Petugas Dinas Kota Medan 1 Informan
5 Kader Posyandu 1 Informan
6 AIMI Kota Medan 1 Informan
7 Ibu Hamil dan ibu yang memiliki bayi diatas 6 bulan 3 Informan
(berhasil dan tidak berhasil)
Total 10 Informan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam (indepth

interview) kepada para informan dan mengacu pada pedoman wawancara yang telah

disusun berkaitan dengan system implementasi program ASI eksklusif, dengan

menggunakan alat perekam suara (voice recorder). Selain itu juga diperoleh melalui

observasi tidak terstruktur. Untuk melengkapi data hasil wawancara mendalam,

peneliti juga mengumpulkan dokumen–dokumen terkait dengan system implementasi

program ASI eksklusif, seperti data laporan tahunan puskesmas Simalingkar, laporan

cakupan nilai ASI eksklusif yang diperoleh Puskesmas Simalingkar serta refrensi

dari buku–buku dan hasil penelitian yang berhubungan dengan system implementasi

program ASI eksklusif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3.5 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Sumber Daya Manusia adalah petugas yang menjalankan program

ASIeksklusif antara lain bidan dan petugas gizi.

b. Dana adalah pemanfaatan / penggunaan dana dalam pelaksanaan program

ASI

c. Sarana Prasarana adalah tersedianya alat dan bahan untuk menunjang

keberhasilan program ASI.

d. Pelaksanaan program ASI Eksklusif adalah pelaksanaan program yang

diamati melalui tiga tahapan yang terdiri dari pelaksanaan program ( tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, tahap monitoring dan evaluasi); dalam

setiap kegiatan dari program ASI Eksklusif dilakukan di puskesmas

sehingga target dalam pelaksanaan program ASI eksklusif dapat tercapai

e. Cakupan ASI Eksklusif adalah hasil yang ingin di capai dalam

pelaksanaan program ASI Eksklusif

3.6 Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010) dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus. Data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan lain disusun agar dapat

dipahami dan di informasikan kepada orang lain. Pada penelitian kualitatif dilakukan

langkah-langkah analisis dan interpretasi data sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

1. Transkripsi

Transkripsi data adalah proses menerjemahkan hasil rekaman wawancara

tulisan yang berisi pembicaraan selama wawancara antara peneliti dengan

responden apa adanya, tidak ada yang dikurangi atau ditambahkan.

2. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokus kan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

3. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif selain dengan teks naratif penyajian data juga

dapat dilakukan dengan grafik, matrix dan chart. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan matrix dalam penyajian data.

4. Interpretasi data

Interpretasi data adalah proses memaknai data. Interpretasi ini dapat berupa

interpretasi pribadi peneliti, dengan berpijak pada pengalaman dan

kemampuan pribadinya, maupun berupa makna yang berasal dari

perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari

literature atau teori (Sugiyono, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi Puskesmas Simalingkar

Puskesmas Simalingkar Medan terletak di Jalan Bawang Raya no 37

Perumnas Simalingkar, Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan dengan

luas wilayah 1.241 Ha. Meliputi 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Simalingkar B,

Mangga, dan Simpang Selayang. Puskesmas Simalingkar berjumlah 74.137 jiwa

dengan 46 lingkungan.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas


Simalingkar
No Kelurahan Jumlah Jumlah KK Jumlah
Penduduk lingkungan
1 Simalingkar B 6541 1032 5
2 Mangga 45.933 6504 24
3 Simpang Selayang 21.663 3120 17
Jumlah 74.137 10.656 46

Puskesmas Simaligkar memiliki batasa wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sempakata, kec. Medan Johor

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Medan Selayang

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang

4.1.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Simalingkar

Puskesmas Simalingkar dipimpin oleh seorang dokter umum dan memiliki

tenaga kesehatan dan non-kesehatan. Adapun tenaga pelaksana yang terdapat di

Puseksmas Glugur Darat adalah sebagai berikut:

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Tabel 4.2 Distribusi Tenaga Pelaksana Puskesmas Simalingkar


No Ketenagaan Jumlah
1 Dokter Umum 4 Orang
2 Dokter Gigi 2 Orang
3 Bidan 9 Orang
4 Perawat 11 Orang
5 Perawat Gigi 2 Orang
6 Penata Gizi 2 Orang
7 Analisis 4 Orang
8 Petugas Farmasi 3 Orang
9 Asisten Apoteker 2 Orang
10 SKM 2 Orang
11 Sarjana Keperawatan 5 Orang
12 Kesehatan Lingkungan 1 Orang
13 Tenaga Administrasi 1 Orang
14 Honor Petugas Kebersihan 4 Orang
Jumlah 49 Orang
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Simalingkar 2016

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari (1

orang) Kepala Puskesmas, (1 orang) Pelaksana Program ASI Eksklusif, (1 orang)

Bidan Puskesmas,(1 orang) Bidan Swasta, (1 orang) Kader, (1 orang) Dinas

Kesehatan Kota Medan, (1 orang) Ibu Hamil, (1 orang) ibu yang ASI Eksklusif, (1

orang) ibu yang Non- ASI Eksklusif, (1 orang) AIMI. Karakteristik informan

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.3 Karakteristik Informan


No Informan Umur Pendidikan Jabatan
1 dr.Rooselyn 56 Tahun S2 Kepala Puskemas
Bakara,MARS
2 Huzaimah AMG 55 Tahun AMG Petugas Gizi
3 Minar Butar-Butar 59 Tahun S2 Bidan Puskesmas
SST. M.Kes
4 Sringena 29 Tahun D3 Bidan Bidan Swasta
5 Fenti Saragih 42 Tahun D3 Gizi Dinas Kesehatan Kota
Medan
6 Ibu Mardaria 36 Tahun SMA Kader Posyandu
7 Hery Firdaus S1 AIMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Lanjutan Tabel 4.3


8 Ibu Seri 33 Tahun SD Ibu yang memberi ASI
Eksklusif
9 Ibu Dewi 29 Tahun S1 Ibu yang tidak memberi
ASI Eksklusif
10 Ibu Salfa 31 Tahun SMA Ibu Hamil

4.3 Sistem Implementasi Program Air Susu Ibu Eksklusif

4.3.1 Masukan (Input)

Masukan (input) merupakan semua hal yang diperlukan untuk

terselenggaranya pelaksanaan program ASI Eksklusif yang dalam hal ini meliputi

Sumber Daya Manusia, Dana, Sarana dan Prasarana yang merupakan penunjang

dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif yang dapat dilihat pada uraian berikut

ini:

4.3.1.1 Ketersedian Sumber Daya Manusia (SDM)

Menurut Werther dan Davis (1996) yang dikutip oleh Sutrisno (2015),

menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah pegawai yang siap, mampu, dan

siaga dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan begitu adapun yang

dikatakan sebagai sumber daya manusia dalam organisasi puskesmas yaitu orang-

orang yang mengabdikan diri dalam bidang tertentu diwilayah kerja puskesmas

serta harus mempunyai wewenang untuk melakukan upaya jenis tertentu dalam

bidang yang digelutinya dalam penyelenggaraan program di puskesmas.

Pada pelaksanaan program ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar

diketahui bahwa tenaga atau petugas yang ikut serta atau ikut ambil bagian pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

setiap program ASI Eksklusif kegiatan ini tenaga gizi, bidan puskesmas, kader.

Berikut hasil kutipan penelitian wawancaranya :

“Ya bagian gizilah ibu huzaimah itu selaku penanggung jawab


program asi itu, sama bidanlah yang ikut dalam program ASI
Eksklusif”. (Informan 1)

“Ya saya lah eh sama bidan jugalah kami berdua doang. Ibu
Minar itulah yang bantu saya dalam program ini, kami berdua saja
walaupun menurut saya kurang ya dek sebenarnya kalau hanya
kami berdua, kan kami ada 33 posyandu, sedangkan saya juga
punya tugas yang lainnya, terkadang saya juga jadi tidak turun dek
ke lapangan untuk memberi penyuluhan”(Informan 2 )

“bidan lah dalam pelaksanaan program ini bidan harus terlibat


dalam asi eksklusif. Sebenarnya perawat pun dilibatkan karena kan
dia yang ikut bertanggung jawab pada saat di posyandu, perawat
itu kan ada diposyandu bukan hanya bidan saja”. ( Informan 3)

“kami dilibatkan juga, tapi saya tidak pernah memberi informasi


tentang asi eksklusif ke pada ibu - ibu yang datang ke posyandu,
palingan hanya dilibatkan untuk mengumpulkan ibu – ibu aja lah
kalau mau melakukan penyuluhan saat posyandu”. (Informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa SDM yang terlibat

dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar tidak hanya

dilakukan sendiri oleh penanggung jawab ASI Eksklusif yaitu tenaga gizi tetapi

bidan puskesmas juga terlibat dalam pelaksanaan program ASI Ekslusif, dan

kader posyandu juga dilibatkan dalam pelaksanaan program ASI Ekslusif ini.

Dalam menunjang tercapainya tujuan setiap program juga dibutuhkan

komitmen dari masing-masing petugas yang mengambil peran penting dalam

program tersebut. Pada Puskesmas Simalingkar diketahui bahwa petugas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

kesehatan yang mengambil peran dalam program ASI berkomitmen dalam

program tersebut, berikut kutipan wawancara dari beberapa informan:

“kalau ditanya soal komitmen ya saya komitmen begitu juga


dengan Bu Huzaimah. Kami sama-sama komit dalam menjalankan
program ini agar cakupan asi eksklusif meningkat sesuai dengan
ketetapan Pemerintah walau sampai saat ini cakupan di Puskesmas
Simalingkar ini belum sampai sesuai ketetapan pemerintah tapi
kami tetap komit dan tetap berusaha.” (Informan 1)

“ya komit lah dek, ibu kepala pun komit dalam menjalankan
program ini, tapi ya itu puskesmas kami belum tercapai nilai
cakupannya karena susah sekali dalam menaikkan cakupan asi
eksklusif ini, karna bukan hanya dari petugas kesehatan yang di
puskesmas aja sebenarnya yang berperan tapi si ibu dan tenaga
kesehatan swasta seperti yang membuka klinik – klinik itulah dek
juga ikut berperan dalam program asi eksklusif ini. Jadi kalau
komit ya komitlah pastinya” (Informan 2)

Kalau dibilang komitmen, gimana ya bingung juga. Maksudnya


kan kadang karena disebabkan oleh masyarakat itu sendiri kadang
karena ketidaktahuan dan bahkan ketidakmautahuan dari ibunya
sendiri, dan belum lagi tradisi atau adatnya, makanya sampai
sekarang keadaannya pun masih seperti ini. Tapi kami
usahakanlah sebaik mungkin. (Informan 3)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara dapat diketahui bahwa kepala

puskesmas simalingkar, penanggung jawab program komitmen dalam

melaksanakan program ASI eksklusif ini, dan juga penanggung jawab program

mengatakan bahwa harus adanya kerja sama dengan klinik – klinik yang juga

berperan dalam program ASI eksklusif ini.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa SDM dalam program ASI

Eksklusif di Puskesmas Simalingkar belum sesuai dengan yang seharusnya, beban

dan tanggung jawab yang ada juga besar karena dengan satu tenaga gizi dan satu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

bidan yag turun untuk melakukan penyuluhan masih kurang dengan adanyanya 33

posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar tersebut, dan juga hal

ini dikarenakan masih ada SDM yang kurang dari tenaga konselor di wilayah

kerja puskesmas untuk melaksanakan program ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa kepala puskesmas, penanggung jawab Program ASI

Eksklusif, dan Bidan di Puskesmas Simalingkar berkomitmen dalam setiap

pelaksanaan Program ASI Eksklusif walaupun hingga saat ini cakupan capaian

ASI Eksklusif masih belum tercapai sesuai dengan ketetapan pemerintah namun

kepala puskesmas, penanggung jawab program ASI Eksklusif, dan bidan akan

tetap berusaha dan melakukan yang terbaik agar tercapainya cakupan ASI

Eksklusif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rumangun (2013) yang mengatakan

ketersediaan tenaga kesehatan untuk pelaksanaan program di Puskesmas Remu

Kota Sorong masih sangat kurang dan kualitas tenaga yang ada juga masih

kurang.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa tenaga kesehatan sangat penting

dalam pelaksanaan program ASI eksklusif. Ketersediaan tenaga kesehatan yang

kurang, mempengaruhi pelaksanaan program ASI Eksklusif. Dalam melaksanakan

sebuah program itu tentu tidak hanya pada jumlah yang dibutuhkan atau pun yang

berperan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif ini, namun dibutuhkan juga

sumber daya manusia yang memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan

pelaksanaannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

4.3.1.2 Dana

Dana yang digunakan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif

Puskesmas Simalingkar berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), berikut kutipan

wawancaranya:

“Dananya dari BOK lah, itupun bukan khusus program ASI


Eksklusif, misalnnya ada posyandu dan ingin melakukan
penyuluhan ya dana dari situlah. Jadi tidak ada tuh dana khusus
untuk Asi Eksklusif itu dek“(Informan 1)

“Kalau masalah berapa dananya saya kurang tau ya, tapi dananya
ya itulah dari BOK lah puskesmas, kalau ada pertemuan kami ya
dikasih, setiap kami mau melakukan penyuluhan ya baru saya
minta dananya, cuman kan sudah di anggarkan dia pertahun, dana
khusus untuk porgram itu tidak ada khusus asi eksklusif, misalnnya
kalau kami mau melakukan penyuluhan ya itu baru kami minta
dananya tapi klo untuk program yang dikhususkan itu belom ada
memang kami setiap saat kasih penyuluhan, disitu baru minta
dananya”. (Informan 2)

“aduh kalau dana ASI Eksklusif tidak tau sayalah ya dananya,


Kalau dana eksklusif itu tanya sama ibu gizilah kami tidak ada
hubungan, kami hanya kerja sama aja, artinya bgini loh klo
laporan asi eksklusif itu ibu huzaimah tapi kita mulai dari kelas ibu
hamil kita udah promosikan tentang asi eksklusif, dari imd ke asi
eksklusif begitu jadi saya tidak tau lah ya dana itu, tapi penyuluhan
itu pada saat posyandu yang ada dana di kelas ibu hamil, karena
kelas ibu hamil itu kan ada dikasih ongkosnya ada dari dana
BOK”( Informan 3)

“Di anggarkan dari APBD kota medan, tidak ada dana alokasi
khusus untuk program itu pokoknya kita perencanaan itu kita
ajukkan, kan mengajukkan perencanaan anggaran. Semua kegiatan
dinas kesehatan itu ditanggung dari APBD kita rencanakan setelah
kita kasih belum tentu anggaran itu turun, tapi kita tetap program
– program apa yang belum mencapai misalnya capaian program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

asi itu kita tetap merencanakan itu ke APBDnya, namun belum


tentu turun dananya itu”. ( Informan 5)

Informasi dari informan menjelaskan bahwa dana dalam pelaksanaan

program ASI Ekslusif berasal dari BOK dan APBD. Hal ini didukung oleh

pernyataan dari tiga informan sedangkan satu informan menyatakan tidak

mengetahui sumber dananya, dan tiga informan menyatakan bahwa tidak ada dana

khusus yang didapat mereka dalam pelaksanaan program tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diketahui bahwa

pemanfaatan dana belum sesuai berikut kutipan wawancara dengan beberapa

informan:

“ya yang seperti saya bilang tadi, dananya kan dari BOK tuh, nah
dananya itu ya klo misalnya saya mau melakukan penyuluhan saya
baru minta tuh sama kepala, minta dana transport” (Informan 2)

“saya tidak pernah dapat tuh uang transportasi dari pihak


puskesmas, makanyakan saya kadang tidak datang pelatihan karna
males juga sebenarnya habisin ongkos aja, karna toh juga nanti
kalau ada penyuluhan pihak puskesmas uga yang memberi
penyuluhannya” (Informan 6)

Informasi dari informan menjelaskan bahwa dana dalam pelaksanaan

program ASI eksklusif hanya diberikan kepada petugas kesehatan puskesmas

untuk transportasi, dan kader tidak pernah mendapatkan dana untuk transportasi

dalam pelaksanaan program ASI eksklusif.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan dana di Puskesmas

Simalingkar belum sesuai. Berdasarkan wawancara dengan kader bahwa kader

tidak mendapatkan dana BOK seperti transportsi untuk melakukan penyuluhan

ataupun dalam melakukan pelatihan kader, dengan tidak adanya dana untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

transportasi tenaga kader, pelaksanaan dalam program ASI Eksklusif juga tidak

berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penanggung Jawab ASI Eksklusif

dan Kepala Puskesmas Simalingkar yakni mengatakan bahwa belum ada dana

tersendiri untuk pelaksanaan program ASI eksklusif. Dana yang dipakai untuk

program ini berasal dari dana BOK. Sistem pencairan dananya dalam pelaksanaan

program ASI Eksklusif ini dimana menurut hasil wawancara penanggung jawab

ASI Eksklusif mengatakan bahwa dana yang tersedia langsung diserahkan ke

kepala puskesmas untuk dikelola lalu jika ingin melakukan penyuluhan

penanggung jawab program ASI Eksklusif membuat laporan untuk meminta dana

agar diturunkan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

Berdasarkan Permenkes Nomor 71 tahun 2016 tentang petunjuk teknis

penggunaan dana alokasi khusus nonfisik bidang kesehatan pemanfaatan dana

BOK utamanya untuk mendukung biaya operasional bagi petugas kesehatan dan

kader dalam menjangkau masyarakat di wilayah kerja puskesmas sehingga

terbentuk perilaku masyarakat hidup bersih dan sehat untuk terwujudnya keluarga

dan masyarakat yang sehat; Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan,

kabupaten/kota bagi petugas kesehatan, lintas sektor termasuk kader.

Hal ini sejalan dengan penelitian Daud (2013) yang menyebutkan bahwa

dari Kasie Gizi, Kasie KIA dan Ka Puskesmas Remu yakni belum ada dana

tersendiri untuk pelaksanaan program ASI eksklusif, dimana dana yang dipakai

untuk program ini berasal dari dana BOK.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Berdasarkan hal tersebut pemanfaatan dana BOK untuk mendukung biaya

operasional bagi petugas kesehatan dan kader mempengaruhi jalannya program

Pelayanan Asi Eksklusif.

4.3.1.3 Sarana dan Prasarana

Dalam melaksanakan program ASI Eksklusif diperlukan berbagai alat dan

bahan yang terdiri dari poster, foto, leaflet, booklet, dan buku konseling menyusui

(Permenkes No 15 tahun 2013).

Dalam melaksanakan suatu program tentu sangat diperlukan sarana dan

prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana juga dapat menunjang

keberhasilan suatu program. Berikut wawancara yang diperoleh dari beberapa

informan:

“Sarana prasarananya apalah ya kalau kami melakukan


penyuluhan cuman kasih leafet itupun dari dinkes yang memberi
baru kami kasih saat penyuluhan, belum ada juga sih alat peraga
gitu dek itu ajanya yang sarananya dan prasarananya.”.
(Informan 2)

“Sarana itu tanya di gizi ajalah ya tidak di kita. Semua program


asi eksklusif itu di gizi bukan di kia, jadi saya tidak tau – tau soal
sarana prasarana program asi itu, saya hanya kerja sama saja
jadi segala program itu semua di gizi gitu ya nak”. ( Informan 3 )

“ada dari mahasiwa itu di kasih leafet, poster gitu - gitulah. Tapi
kurang taulah itu dari mahasiswa atau dari ibu bidan yang tadi
itu, karena kan orang itu datang sama ibu itu, tapi ya itulah
mahasiswa itu yang memberikan penyuluhan kepada ibu – ibu di
posyandu, pas penyluhan juga tidak ada alat peraganya”. (
Informan 6)

“tidak pernah dikasih brosur - brosur pentingnya asi eksklusif itu


tidak pernah saat penyuluhan, saya pun tidak cek dipuskesmas
dek, saya cek dirumah sakit. Pas dirumah sakit juga saya tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

pernah mendapatkan edukasi tentang asi eksklusif itu apa ”. (


Informan 10)

Didapat informasi dari informan bahwa sarana dan prasarana untuk program

ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar hanya laflet yang di beri oleh pihak

dinas kesehatan kota medan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari dua informan

sedangkan satu informan menyatakan tidak mengetahui sarana dan prasarana itu,

dan satu informan menyatakan bahwa tidak pernah ada dikasih brosur- brosur

ataupun laflet dalam pelaksanaan program tersebut.

Sarana dan prasarana merupakan alat penunjang dari suatu kegiatan. Kegiatan

bisa terlaksana bila tersedia bahan dan peralatan yang diperlukan. Menurut hasil

wawancara dengan penanggung jawab program ASI Eksklusif di Puskesmas

Simalingkar masih banyak yang kurang dalam sarana prasarana yang di berikan

pada pelaksanaan program ASI Eksklusif ini, dimana sarana yang diberikan pada

saat penyuluhan hanyalah leaflet, tidak adanya alat peraga yang diberikan oleh

pihak puskesmas pada saat penyuluhan. Sarana penyuluhan yang digunakan

hanyalah leaflet yang dimana leaflet tersebut diberikan oleh pihak dinas kesehatan

kota medan, jika tidak ada pemberian leaflet dari pihak dinas kesehatan kota

medan ke puskesmas maka pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan oleh

petugas kesehatan sama sekali tidak ada sarana yang dipakai hanya berbicara di

depan orang banyak tanpa ada alat peraga, leaflet dan lain – lain yang di berikan

pada saat penyuluhan, tidak adannya juga sarana dalam bentuk poster yang

mengenai ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar itu sendiri dan juga dari pihak

puskesmas simalingkar sendiri tidak tersedianya prasarana pojok ASI atau ruang

laktasi itu sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Hal ini sejalan dengan penelitian Rumangun (2013) yang menyebutkan

bahwa Mengenai sarana pra sarana dan perbekalan kesehatan, sebagian informan

utama Kasie Gizi Puskesmas Remu mengatakan alat peraga kurang, hanya leaflet,

tidak layak pakai, kenderaan yang tersedia hanya motor, jumlah peralatan belum

mencukupi sehingga menggunakan apa yang ada dan ruang khusus laktasi belum

tersedia. Menurut Putri (2008) ketidakcukupan sarana dapat menyebabkan

terlambatnya pelaksanaan kegiatan dan kegiatan yang tidak terlaksana sesuai

standar yang ada. Depkes RI (2000) menyatakan bahwa salah satu komponen

penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah sarana dan

prasarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan

baik pada tingkat individu maupun masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di

puskesmas sangat mempengaruhi berjalannya program Asi Eksklusif. Kurangnya

sarana prasarana menyebabkan program di puskesmas tidak berjalan dengan

efektif.

4.3.2 Proses Pelaksanaan Program ASI Eksklusif

Dalam setiap implementasi sebuah program, terdapat sebuah tahapan yang

telah diuraikan baik itu tersirat maupun tersurat dalam regulasi yang mendasari

program atau kebijakan tersebut. Secara terinci terdapat dua belas tahapan dalam

implementasi program pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Untuk

memudahkan penyajian data dan analisisnya, keduabelas tahapan tersebut

dikelompokan menjadi 3 (tiga) tahapan besar di dalam proses implementasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

program pemberian ASI Eksklusif ini. Ketiga tahapan itu ialah tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, tahap monitoring dan evaluasi. seperti uraian berikut ini:

4.3.2.1 Tahap Persiapan

Dalam persiapan program ASI Eksklusif tentunya petugas kesehatan dan

kader yang turut serta dalam program tersebut harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan mengenai program asi eksklusif tersebut oleh karena itu pada tahap

persiapan seharusnya pihak dinas kesehatan mensosialisakan program asi

eksklusif kepada petugas kesehatan dan petugas kesehatan mensosialisasikan

kepada kader, berikut kutipan wawancaranya:

“dilakukan sosialisasi oleh pihak dinas kesehatan kok dek tapi ya


itu tidak setiap tahun hanya kalau ada waktu saja untuk melakukan
sosialisasi, bisa dalam setahun itu tidak ada sosialisasi ASI
Eksklusif itu dek” (Informan 2 )

“ pernah kemaren pihak dinas kesehatan melakukan sosialisasi


tentang ASI Eksklusif ini dek” (Informan 3)

" pernah dilakukan sosialisasi oleh pihak puskesmas kok dek, tapi
ya itulah saya tidak pernah datang, sosialisasinya tidak teratur dek
tidak ada berapa kali dalam setahun itu ya suka – suka ibu
puskesmaslah kapan mau mengadakan sosialisasi itu dek”.
(Informan 6)

“Pastilah, tapi tidak rutin dilakukan untuk sosialisasi ASI Eksklusif


ini ya bisa dalam setahun tidak dilakukan sosialisasi” (Informan
5).

Informasi dari informan menjelaskan bahwa persiapan program ASI

Eksklusif dilakukan sosialisasi kepada petugas kesehatan yang diberi oleh dinas

kesehatan, dan dari pihak puskesmas melakukan sosialisasi kepada kader, namun

pihak dari kader tidak pernah datang untuk melakukan sosialisasi ASI Eksklusif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Hal ini didukung oleh pernyataan dari tiga informan yang telah melakukan

sosialisasi sedangkan satu informan menyatakan tidak mengikuti sosialisasi dalam

ASI Eksklusif tersebut.

Pada tahapan persiapan program ini diperlukan pelatihan teknis konseling

menyusui kepada konselor ASI pada sarana kesehatan dan sarana umum. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa sudah ada pelatihan teknis konseling namun

belum efektif, berikut kutipan wawancaranya.

“Ada, ya konselor asinya kamilah yang sudah dilatih konselor


asinya bidan ada juga. Itu baru sekali, tapi tidak setiap tahun
kayaknya hanya kalau ada waktu saja untuk melakukan sosialisasi
atau pun dilakukan pelatihannya kami tidak ada tenaga konselor
yang khusus gitu ya dek, ya ibu lah yang sebagai konselor asinya
itu merangkaplah semuanya dan pihak Dinas Kesehatan Kota
Medan ya melatih saya sebagai konselor ASI dek itu aja sih dek
jadi tidak ada tenaga khusus konselor ASInya belum ada sih lebih
tepatnya, makanya tenaga kesehatan masih kurang saya rasa dek
jadi seperti itu ajalah dek” (Informan 2)

“ Ya ada lah, kami melakukan pelatihan konselor ASI itu, tapi


yang kami latih konselornya itu ya perwakilan ataupun
perutusannya dari setiap wilayah kerja puskesmasnya itu sendiri
lah tidak semua konselor yang ada di puskesmas itu kami latih,
karna kan sudah mewakili untuk melakukan pelatihan konselor asi.
Pokoknya kami melatih tenaga konselor ASI gitulah dek, waktu itu
kami melatih kalau tidak salah ingat saya kira – kira sekitar 50
tenaga konselor lah yang kami latih, sudah ada 2 angkatan
pelatihan konselor ASI, tapi tidak rutin tergantung dananya lah
pokoknya kami melatihnya dan tergantung dari waktunya sih
seperti itulah”. ( Informan 5)

“Pernah dilakukan pelatihan kader tapi itulah saya tidak pernah


dateng, waktu saya habis, uang juga habis dek klo pelatihan itu
tergantung ibu puskesmas nya lah, biasanya itu akhir - akhir tahun
tapi ya itulah semua tergantung ibu dari puskesmas, tidak ada
ketetapan berapa kali dek, bisa setahun tidak dilakukan pelatihan
itu.” ( Informan 6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Dari hasil wawancara yang diperoleh dari beberapa informan tersebut

diketahui bahwa dinas kesehatan sudah memberikan pelatihan konselor asi dari

setiap wilayah kerja puskesmas itu sendiri secara perutusan, tenaga gizi sudah

mendapatkan pelatihan konselor dari dinas kesehatan kota medan, namun dari

kader itu sendiri tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh pihak

Puskesmas Simalingkar.

Pada tahap ini juga seharusnya dilakukan pembentukan Kelompok

Pendukung Air Susu Ibu (KP ASI) dan merujuk ibu kepada Kelompok Pendukung

Air Susu Ibu (KP ASI) setelah ibu melahirkan, dan menyediakan ketersediaan

akses terhadap informasi dan edukasi mengenai ASI eksklusif. berikut kutipan

wawancaranya:

“KP ASI ya? Contohnya seperti apa ya KP ASI itu? Gerakan


peduli ASI nya itu? Itunya itu KP ASI? Oh AIMI toh. AIMI? Saya
kurang tau lah dek apa itu AIMI itu, jadi kami tidak ada
koordinator ataupun kerja sama dengan AIMI dek selaku
Kelompok Pedukung ASI itu dek”. ( Informan 2)

“Sudah adanya KP ASI di kota Medan ini AIMI itulah, namun


memang waktu itu AIMI mengajak kerjasama dengan kami pihak
dinas kesehatan tapi ya masih belum kami terima ajakan dari AIMI
tersebut”. ( Informan 5)

“Ya jadi begini kita itu, sama dinkes itu sebenarnya sedang
membangun apa itu ya kerja sama tapi respon mereka masih
setengah hati ya termasuklah dokter yang tadi kamu bilang dek,
yang mengarahkan kamu ke gizi bagian dinas kesehatan masih ada
miss understanding terhadap apa yang kami lakukan, makanya
kalau dibilang dengan MOU ya itu tapi kalau dibilang dari
provinsi sudah beberapa kali rapat dan dijadikan narasumber
dalam acara – acara provinsi”. (Informan 7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa dari pihak

puskesmas belum mengetahui keberadaan AIMI itu sendiri, Dinas Kesehatan

juga belum menerima ajakan kerja sama dengan AIMI itu sendiri, dan dari pihak

AIMI sedang membangun kerja sama dengan pihak Dinas Kesehatan namun

respon dari pihak dinas kesehatan sendiri masih setengah hati untuk membangun

kerja sama ini.

Tahap persiapan, pada tahap ini upaya yang harus dilakukan yaitu

sosialisasi mengenai program pemberian ASI eksklusif pada lintas sektoral,

memberikan pelatihan teknis konseling menyusui kepada konselor ASI

,mendorong pembentukan Kelompok Pendukung Air Susu Ibu (KP ASI) dan

merujuk ibu kepada Kelompok Pendukung ASI (KP ASI) setelah ibu melahirkan;

dan menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi mengenai

ASI eksklusif

a. Sosialisasi Program Pemberian ASI Eksklusif Pada Lintas Sektoral

Walaupun sosialisasi telah dilakukan oleh pihak pusksmas maupun

dinas kesehatan kota medan, sayangnya pelaksanaan sosialisasi tersebut

belum berjalan secara efektif dikarenakan tidak adanya jadwal yang rutin

atau pun terjadwal sosialisasinya, bahkan kader posyandu tidak pernah

datang untuk melakukan sosialisasi ASI Eksklusif. sehingga hal ini

terbukti dari masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Simalingkar sehingga belum dapat mencapai target pemberian

ASI eksklusif yang ditetapkan oleh Pemerintah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

b. Pelatihan Teknis Konseling Menyusui Kepada Konselor ASI

Keberhasilan pelaksanaan Program ASI Eksklusif sangat

ditentukan oleh faktor manusia yang melaksanakan prosedur yang tepat.

Pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan khususnya konselor ASI

sangat diperlukan dimana hal yang mendasar yang harus dimiliki oleh

petugas dalam melaksanakan program ASI Eksklusif tersebut. Untuk itu

sudah seharusnya puskesmas perlu dibekali dengan sumber daya manusia

yang berkompeten dan handal, agar dapat melaksanakan program ASI

Eksklusif dengan baik.

Menurut hasil wawancara dengan Penanggung Jawab ASI

Eksklusif sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan ASI

Eksklusif yang diadakan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Medan, dan

menurut hasil wawancara dengan kader bahwa kader tidak pernah

mengikuti pelatihan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif yang

diadakan oleh pihak Puskesmas Simalingkar tersebut sehingga

keberhasilan pelaksanaan program ASI Eksklusif tidak berjalan dengan

efektif. Sedangkan pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek

yang menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Pelatihan

membantu dalam mengembangkan kemampuan yang diperlukan agar

dapat melaksanakan tugas dengan baik sekarang maupun di masa yang

akan datang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ambarwati R, Muis SF, dan

Susantini P. (2013) bahwa pengetahuan kelompok yang intensif

melakukan konseling menyusui lebih tinggi dari pada kelompok control

c. Kelompok Pendukung ASI (KP ASI)

Dinas Kesehatan harus mendorong pembentukan KP ASI. Sejauh

ini sudah terdapat satu KP ASI yaitu AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui

Indonesia) Kota Medan. Namun hingga saat ini belum ada dukungan dari

pihak Dinas Kesehatan seperti belum ada kerjasama antara pihak Dinas

Kesehatan dengan AIMI karena dari pihak Dinas Kesehatan masih

setengah hati dalam merespon kerja sama ini, dapat dilihat dari hasil

wawancara dengan pihak AIMI. Sehingga saat ini keberadaan AIMI belum

banyak diketahui oleh masyarakat umum, bahkan terdapat beberapa tenaga

kesehatan yang juga belum mengetahui keberadaan AIMI dapat dilihat

dari hasil wawancara dengan penanggung jawab ASI Eksklusif yang

mengatakan bahwa tidak mengetahui apa itu AIMI sehingga tidak ada

terjalinnya kerjasama dengan AIMI itu sendiri. Sedangkan Kelompok

Pendukung ASI ini sangat penting dalam pelaksanaan program ASI

Eksklusif, karena AIMI ini memberikan informasi penting tentang Edukasi

menyusui, Konseling menyusui atau pun home visit, memberikan advokasi

ibu menyusui. sehingga dengan adanya Kelompok Pendukung ASI

Eksklusif akan dapat meningkatkan cakupan ASI Eksklusif itu sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

4.3.2.2 Tahap Pelaksanaan

Dalam melaksanakan ASI Eksklusif tentunya petugas kesehatan dan kader

yang turut serta dalam program tersebut harus dapat melaksanakan program ASI

Ekslusif yang dimulai dari proses kehamilan, proses melahirkan hingga proses

menyusui. Salah satu kegiatan dari program ASI eksklusif yaitu penyuluhan. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa pada wilayah kerja Puskesmas Simalingkar telah

dilaksanakan penyuluhan, namun belum efektif. Berikut kutipan wawancaranya:

“ Kami itu kalau datang ibunya ke posyandu kami kasih


penyuluhan lah dek, jadi ibu – ibu yang datang yang membawa
anaknya untuk imunisasi ke posyandu trus sekalian lah kami kasih
penyuluhan tentang ASI Eksklusif kayak gitulah kami memberikan
penyluhannya dek, tapi dilakukan 3 bulan sekali untuk melakukan
penyuluhan itu dek. ( Informan 2)

“Ada lah penyluhan dek, ya pada saat posyandu itulah dilakukan


penyuluhan ASI Eksklusif itu. Dan yang memberikan penyuluhan
itu ya ibu huzaimah itulah yang pihak gizi itu, dan juga bidan ibu
minar itu yang memberikan penyuluhan” ( Informan 1)

“Ada lah nak, penyuluhan itu penting lah itu, ya saya dan ibu
huzaimah memberikan penyuluhan ke ibu – ibu pada saat
posyandu, dilakukannya juga tidak rutin sih nak, ya kapan ada
waktunya aja dari kami melakukan penyuluhannya dek. .(Informan
3)

“pernah waktu itu dek, tapi bukan ibu puskesmas yang


memberikan penyuluhan, anak – anak mahasiswa itu yang
memberikan penyuluhan ASI Eksklusif tapi yang bawa ibu
puskesmas ,itupun saya rasa baru pertama kali saya mendapatkan
penyuluhan itu dek sebelumnya mana pernah ada penyuluhan dek,
kagak pernah”. ( Informan 8)

“Ada kemaren itu katanya penyuluhan pas posyandu tapi saya


tidak dapat hadir sih, soalnya ada kerjaan jadi gak bisa datang
saat penyuluhan”. (Informan 9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Berdasarkan hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa penyuluhan yang

dilakukan oleh pihak puskesmas belum berjalan dengan efektif itu dapat dilihat

dari satu informan yang mengatakan bahwa penyuluhan baru pertama kali

dilakukan dan satu informan tenaga kesehatan mengatakan bahwa penyuluhan

rutin dilakukan tiga bulan sekali, namun salah satu tenaga kesehatan mengatakan

bahwa penyuluhan tidak rutin dilakukan.

Selain dilakukannya penyuluhan, seharusnya puskesmas juga melakukan

kegiatan konseling yang dimana konseling merupakan proses pemeberian bantuan

yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami sesuatu

masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi individu tersebut.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa di Puskesmas Simalingkar telah

dilaksanakan konseling tentang ASI Eksklusif, berikut kutipan wawancaranya:

edukasi tentang bagaimana perawatan payudara itu trus dikasih


tau juga lah makanan yang baik agar pada saat mel ahirkan ada
produksi ASI ya gitu ajalah yang masih kami lakukan”. (Informan
3)
Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa adanya dilakukan

konseling oleh Puskesmas Simalingkar dapat dilihat dari informan ketiga bahwa

meraka melakukan kegiatan konseling.

Selain penyuluhan dan konseling kegiatan dari program asi eksklusif yaitu

pembentukan kelas ibu hamil yang salah satu tujuannya untuk menambah

pengetahuan ibu tentang apa yang harus dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui

asi eksklusif. Diketahui bahwa kelas ibu hamil telah terbentuk dan terlaksana di

Puskesmas Simalingkar: Berikut kutipan wawancaranya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

“Ada itu kelas ibu hamil yang dilakukan oleh bagian KIA, tanya ibu
Minar lah ya gimana – gimananya kelas ibu hamil itu”. (Informan
1)

“Ada lah kami kelas ibu hamil, tapi itu yang megang ibu Minar lah
program KIA, nah makanya Gizi, dan KIA itu saling kerja sama
karna saling berkaitan. Karna kelas ibu hamil juga penting.
(Informan 2)

“Ya ada lah kelas ibu hamil, itu dilakukan sebulan sekali, yang
dilaksanakan di kelurahan aja tapi untuk bulan ini 8 orang aja satu
kelompok, waktu itukan kami buat 17 orang, terus berubah jadi 10
orang, terus sekarang jadi 8 orang aja begitu nak mulai dari kelas
ibu hamil kita udah promosikan asi eksklusif” (Informan 3)

Berdarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa puskesmas

melakukan kegiatan kelas ibu hamil yang dimana satu informan mengatakan

bahwa kelas ibu hamil di laksanakan setiap satu bulan sekali, dua informan

mengatakan bahwa kelas ibu hamil itu sendiri program dari KIA.

Keberhasilan program asi eksklusif ini bukan hanya tergantung kepada si

ibu dan tenaga kesehatan itu sendiri, namun pendampingan dari keluarga juga

merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk mendukung

keberhasilan program ini puskesmas dituntut untuk melakukan pendampingan

tentang asi eksklusif kepada keluarga ibu yang hamil ataupun yang menyusui. Di

Puskesmas Simalingkar diketahui bahwa petugas kesehatan belum melakukan

pendampingan, hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

” hehehe, belum ada lah dek untuk kami lakukan pendampingan


dari keluarga. Buat melakukan penyuluhan aja susah untuk ibu –
ibu apa lagi melakukan pendampingan kepada keluarga si ibu dek,
ya masih belum ada lah itu kegiatannya”. ( Informan 2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

“Belum ada lah itu dilakukan pendampingan dengan keluarga si


ibu nak, gimana lah ya susah itu saya rasa dilakukannya
pendampingan dengan keluarga si ibu”. (Informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pihak Puskesmas Simalingkar

belum melakukan kegiatan pendampingan dari keluarga. Hal ini di dukung oleh

kedua informan yang menyatakan belum ada kegiatan pendampingan dari

keluarga.

Tahap pelaksanaan pada tahap ini upaya yang dilaksanakan yaitu Melakukan

penyuluhan, konseling, kelas ibu hamil, pendampingan dari keluarganya sejak

pertama kali memeriksakan kandungan hingga ibu melahirkan dan setelah ibu

melahirkan hingga periode pemberian ASI selesai (anak berusia 2 tahun).

a. Penyuluhan

Salah satu kegiatan dari program ASI eksklusif yaitu penyuluhan. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa pada wilayah kerja puskesmas

simalingkar telah dilaksanakan penyuluhan, namun belum berjalan dengan

efektif berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Puskesmas bahwa

penyuluhan tidak rutin dilaksanakan tergantung dari kapan ada waktunya

dari pihak puskesmas itu sendiri, dan juga berdasarkan hasil wawancara

dengan ibu yang membawa anak yang memberi ASI Eksklusif yang pada

saat itu sedang berada di posyandu bahwa pihak puskesmas Simalingkar

baru pertama kali memberikan penyuluhan yang dimana sebelumnya tidak

pernah memberikan penyuluhan, Sehingga hal ini terbukti bahwa masih

rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Simalingkar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

dan belum dapat mencapai target pemberian ASI eksklusif yang ditetapkan

oleh Pemerintah.

b. Konseling

Puskesmas juga seharusnya melakukan kegiatan konseling yang dimana

konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi individu tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan puskesmas bahwa konseling

yang diberikan kepada ibu – ibu yang datang saat memeriksa

kehamilannya ke puskesmas, dan pada saat selesai melakukan penyuluhan

diadakannya juga konseling. Dengan adanya konseling ini, akan

membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif ini sehingga akan

tercapainya cakupan ASI Eksklusif yang sesuai dengan ketetapan.

c. Kelas Ibu Hamil

Selain penyuluhan dan konseling kegiatan dari program asi eksklusif yaitu

pembentukan kelas ibu hamil yang salah satu tujuannya untuk menambah

pengetahuan ibu tentang apa yang harus dilakukan ibu nifas agar dapat

menyusui asi eksklusif. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan

puskesmas bahwa kelas ibu hamil rutin dilaksanakan yaitu sebulan sekali

selalu dilaksanakannya, dan setiap kelompok dalam kelas ibu hamil

berjumlah delapan orang. Kelas ibu hamil juga sudah memberikan edukasi

ataupun promosi tentang ASI Eksklusif itu sendiri, edukasi bagaimana

perawatan payudara itu, bagaimana mengahasilkan ASI yang banyak dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

lain – lain. Sehingga dengan memberikan informasi ketika ibu hamil, si

ibu saat akan melahirkan sudah mengetahui pentingnya ASI, mengetahui

bagaimana menghasilkan ASI yangb banyak. Dengan adanya kelas ibu

hamil ini sudah membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif

sehingga akan tercapainya cakupan ASI Eksklusif yang sesuai dengan

ketetapan

d. Pendampingan dari Keluarga

Keberhasilan program asi eksklusif ini bukan hanya tergantung

kepada si ibu dan tenaga kesehatan itu sendiri, namun pendampingan dari

keluarga juga merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk

mendukung keberhasilan program ini puskesmas dituntut untuk

melakukan pendampingan tentang asi eksklusif kepada keluarga ibu yang

hamil ataupun yang menyusui. Namun di puskesmas simalingkar

diketahui bahwa petugas kesehatan belum melakukan pendampingan

keluarga. Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab

program ASI Eksklusif bahwa puskesmas belum melakukan

pendampingan keluarga. Dukungan keluarga merupakan salah satu factor

yang kuat bagi para ibu yang ingin atau tidak ingin memberikan ASI

Eksklusif. ibu yang mendapat dukungan suami untuk memberikan apa

saja yang bisa diberikan pada bayi mereka yang baru lahir, jika ASI ada

saat setelah melahirkan dan kondisi mendukung maka diberikan ASI,

namun karena pada proses setelah melahirkan bayi dipisah dan setelah

ditemukan ASI belum keluar maka suami mendukung dengan pemberian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

susu formula. Sehingga tidak mendapatkan dukungan yang kuat dari

suami dan tenaga kesehatan setelah melahirkan.

Kondisi ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wati F,

Hasanuddin dan Aminah S (2013), seorang ibu yang mendapat dukungan

dari suami yang berstatus ekonomi tinggi membuat mereka mampu

membeli susu formula serta pendidikan yang rendah pun mendukung ibu

untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.

Ketika Ibu yang mendapat dukungan yang kuat dari keluarga

(suami, orang tua dan mertua), mengingatkan keluarga mereka secara

turun temurun memberikan ASI dan tidak menyediakan atau memberikan

susu formula karena keyakinan agama yang kuat. Dukungan ini bertolak

belakang dengan dukungan yang sebelumnya, yakni dukungan untuk

memberikan ASI Esklusif kepada bayinya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sitopu (2013) yang menemukan

bahwa tindakan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif bukan hanya cukup

dengan pengetahuan tetapi membutuhkan dukungan yang diperoleh dari

keluarga/ suami.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa

dalam pelaksanaan Asi Eksklusif, pendampingan dari keluarga sangat

mempengaruhi berjalannya program Asi Eksklusif. Karena keluarga

merupakan kelompok yang paling dekat dengan ibu sehingga

pendampingan dari keluarga memperkuat ibu dalam memberikan Asi

Eksklusif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

4.3.2.3 Tahap Monitoring dan Evaluasi

Tahap monev (monitoring dan evaluasi), pada tahap ini upaya yang harus

dilakukan adalah melakukan pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan

program pemberian ASIeksklusif

“Pengawasnnya terhadap program yang jelas pasti ada, dan juga


kan setiap bulan kan dilaporkan dan kalau gak salah itu per
triwulan juga dilaporkan dan per tri semester 2 kali setahun jadi
pengawasannya hanya melalui laporannya saja,jadi kalau
laporannya tidak sesuai itu baru di evaluasi. Per tri semester
dilakukan evaluasi dan pengawasan juga bukan hanya saya, namun
dari dinas kesehatan kota medan juga”. (Informan 1)

“ya ada lah kegiatan pengawasan tehadap program ASI ini, saya
lah yang mengawasi sama bidanlah juga ikut mengawasi itu aja
yang mengawasi kalau evaluasi kalau saya kasih laporan ke kepala
puskesmas dan tidak tercapai sesuai target barulah di evaluasi oleh
dokternya”. ( Informan 2)

“Ada pengawasannya dek, Pengwasan dari bidang kesmas karna


membawahi itu, tapi bukan pengawasan sih namun ada follow up,
follow up itu mereka tetap ada seperti itu setelah kita latih apa yag
sudah kalian kerjakan dibawah sana, apa sudah melakukan imd
untuk masalah itu, tapi mungkin lebih tepatnya lagi peninjauan
program .
Berdasarkan hasil kutipan wawancara dapat diketahui bahwa pengawasan

dilakukan dengan melihat dari data laporan-laporan, dan evaluasi dilakukan ketika

tidak mencapai target yang telah ditentukan maka dilakukannya evaluasi dalam

pelaksanaan program ASI eksklusif ini.

4.3.2 Output

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan

dari berlangsungnya proses dalam dalam system. Keluaran yang diaharapakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

dari pelaksanaan program ASI Eksklusif nilai cakupan ASI dapat mencapai target

yang telah ditetapkan oleh pemerintah

Keberhasilan dari pelaksanaan program ASI eksklusif dilihat dari hasil

pencapaiannya. Hasil pencapaian tersebut dibandingkan dengan target yang telah

ditetapkan. Jika pencapaian sesuai dengan target maka program tersebut dianggap

berhasil dalam pelaksanaannya. Tapi meskipun tercapai hasilnya belum tentu juga

programnya berjalan dengan baik karena banyak faktor yang dapat

mempengaruhinya.

Pelaksanaan Program ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar dapat

dilihat dari penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan serta dampak yang

terjadi setelah dilaksanakannya penyuluhan tersebut. Pelaksanaan Program ASI

Eksklusif di Puskesmas Simalingkar, berikut hasil wawancaranya:

“Ya gimana lah ya dek, sudah baiknya yang diberikan pihak


puskesmas, namun mungkin dari masyarakatnya itu sendiri lah dek,
kalau dari kami saya liat pada saat pelaporan, pelaporan dari
program - program yang dilaporkan kesaya sudah baik dan itu
nanti itu bisa ditanyakan langsunglah ke pemegang programlah”.
(Informan 1)

“Apa ya dek outputnya? Gimanalah ya kalau dari kami ya sudah


kasih yang terbaik ya, sudah diberikan penyuluhan, konseling dari
kami untuk mereka, tapi kalau dari saya maunya kan awalnya dari
klinik atau dari rumah sakit itu dimulai asi eksklusif melalui imd
lah dlu ya kan mestinya setiap ibu melahirkan itu dilakukan imd
setelah itu barulah dijalankan program asi eksklusif tadi ya kan,
kalau toh juga di klinik itu tetap dikasih susu formula kan itu
namanya udah gak asi eksklusif lagi kan karna kalau banyak pasien
itu melahirkan dibidan kadang dia kan langsung menyusui bu bidan
kan jarang dikasihnya itu banyak di kampung kampung itu yang
langsung menganjurkan asi eksklusif klo di daerah perkotaan
sudah jarang menganjurkan asi eksklusif itu dek, itu sih kalau dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

saya dari klinik – klinik, rumah sakit rumah sakit itu lah dulu yang
masih bekerja sama dengan pabrik susu formula, bagaimana pun
yang sudah kami berikan kalau masih ditampilkan juga susu
formula tetap aja sulit tercapainya target gitu dek”. (Informan 2)

“ sudah kasih yang terbaiklah kami dek, sudah melakukan


penyluhan, konseling, kelas ibu hamil lagi tapi mungkin belum
maksimal sehingga nilai cakupan asi eksklusif itu tidak sesuai dari
target kan” (Informan 3)

“Sudah baiknya dek, ibu – ibu puskesmas bawa anak – anak akbid
itu untuk melakukan penyuluhan tapi ya itulah ibu – ibu nya masih
kurang percaya bagusnya asi itu dek, mereka masih menganggap
susu formula lebih baik, bisa membuat anak lebih cerdas, terus
anaknnya sehat, tapi mungkin lebih di apakan ya di fokuskan lagi
mungkin atau di tingkatkan lagi penyuluhannya mungkin ya dek,
biar bisa lebih sadar lagi ibu ibu disini dek gitu aja sih dek”. (
Informan 6)

“heheh apa ya, ibu dari puskesmas sudah memberikan penyuluhan


itu aja sih kalau dari saya ( Informan 8)

“Aduh, gimana ya dek, soalnnya kan baru sekali sih diberikan


penyuluhan sebelumnya ini saya tidak pernah mendapatkan
penyuluhan tentang asi itu dek bagaimana pentingnya asi itu, apa
aja dampaknya dek. Baru sekali ituajalah yang di bawa ibu puskes
ini mahasiswa akbid itu aja”. ( Informan 9)

“Sudah kasih penyuluhan sih dek, adanya kelas ibu hamil dari
lurah tapi kerja sama itu sama puskesmas aku rasa, tapi saya
waktu tidak ikut karena saya waktu itu sakit jadi harus bed rest.” (
Informan 10)

Dari tujuh informan diatas diketahui bahwa keluaran dari pelaksanaan

program ASI Eksklusif belum maksimal tapi perlu ditingkatkan lagi terutama

dibagian kerja sama petugas kesehatan dengan pihak klinik – klinik yang

diwilayah kerja puskesmas, dinas kesehatan, dan perlu lebih ditingkatkan lagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

penyuluhannya agar masyarakat lebih sadar lagi betapa pentingnya ASI Eksklusif

tersebut.

Pelaksanaan program ASI eksklusif di puskesmas belum maksimal walau

sudah dijalankan semua program, dan perlu untuk ditingkatkan kembali. Hal ini

dibuktikan dengan terus menurunnya angka cakupan ASI Eksklusif di puskesmas

Simalingkar. Dapat dilihat bahwa masih kurangnya kerja sama antar petugas

kesehatan dengan klinik – klinik yang diwilayah kerja puskesmas, kurangnya

partisipasi kader terhadap puskesmas sehingga kader tidak mengikuti pelatihan

ataupun sosialisasi yang diberikan oleh pihak puskesmas itu sendri,kurangnya

dukungan partispasi mayarakatitu sendiri ataupun kurang antusiasnya masyarakat

untuk mengetahui pentingnya ASI Eksklusif itu sendiri padahal dengan partisipasi

masyarakat ataupun antusiasnya masyarakat itu sangat mendukung dalam

keberhasilan dari setiap program yang dilakukan, misalnya keikutsertaan

masyarakat dalam penyuluhan kesehatan, dalam kelas ibu hamil. Sumber daya

yang masih kurang dalam melaksanakan program, belum memiliki dana yang

khusus, tidak lengkapnya sarana dan prasarana dalam program ASI Eksklusif

sehingga pelaksaanaan dalam program ASI Eksklusif belum dapat berjalan

dengan baik dan masih perlu ditingkatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Sistem Pelaksanaan

Program Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Puskesmas Simalingkar Tahun 2018

dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Ketersediaan Input

1. Sumber Daya Manusia yang terlibat saat ini adalah Tenaga Gizi selaku

penanggung jawab program ASI Eksklusif, Bidan, Kader.

2. Dana yang digunakan berasal dari dana APBD dan BOK yang digunakan

untuk kegiatan penyuluhan dan transportasi tenaga kesehatan.

3. Sarana dan prasarana yang digunakan saat ini sebagai media penyuluhan

adalah leaflet.

5.1.2 Proses Pelaksanaan Program

1. Tahap Persiapan dalam program ASI Eksklusif yaitu dengan sosialisasi

dan adanya pelatihan kepada petugas kesehatan yang diberikan oleh dinas

kesehatan kepada kader namun pelaksanaan persiapan tersebut belum

dilakukan dengan baik dimana pihak kader tidak datang melakukan

sosialisasi dan pelatihan.

2. Tahap Pelaksanaan dilakkan dengan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu

yang melakukan pemeriksaan ke puskesmas ataupun ke posyandu melalui

konseling edukasi tentang perawatan tentang perawatan payudara, kelas

ibu hamil, pendampingan dari keluarga.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi dilakukan monitoring dengan melihat

laporan untuk dilakukan evaluasi dan ketika pelaksanaan program belum

mencapai target maka dilakukan pengawasan program lebih lanjut.

4. Hasil dari pelaksanaan program ASI Eksklusif masih kurang optimal

dilihat dari segi SDM yang masih kurang dan kurang trampil, belum

adanya dana khusus untuk program ASI Eksklusif, sarana dan prasarana

yang masih kurang memadai, kurangnya kerjasama antara puskesmas

dengan klinik, kurangnya partisipasi kader dalam melaksanakan program,

kurangnya peran serta dari masyarakat.

5.2 Saran

1. Kepada puskesmas untuk membuat pojok ASI agar dapat terlaksananya

pemberian ASI Eksklusif kepada ibu – ibu yang membawa bayi ke

puskesmas, pelatihan pada kader lebih disiplin, aktif, dan lebih terampil,

membentuk petugas konselor – konselor ASI, bentuk KP ASI berupa Ayah

ASI yang beranggotakan para suami guna meningkatkan peran dan

pengetahuan suami dalam pemberian ASI eksklusif, Penyediaan akses

terhadap informasi dan edukasi mengenai ASI eksklusif berupa

penyuluhan, sosialisasi, dan/atau konseling maupun melalui penyediaan

leaflet, brosur, standing banner, dan lainnya harus dilakukan secara terus-

menerus tidak hanya sekali, karena sasaran program yang selalu berganti

setiap waktu.

2. Kepada dinas kesehatan untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan agar semakin baik dalam pelaksanaan program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

ASI, melengkapi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program ASI

Eksklusif agar tercapainya target cakupan ASI Eksklusif.

3. Kepada masyarakat agar ikut serta dalam mendukung pelaksanaan

program ASI Eksklusif dengan hanya memberi ASI Eksklusif saja pada

bayinya, rujuk ibu setelah melahirkan ke Kelompok Pendukung (KP) ASI

yaitu AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adi Sasmito, Wiku. 2014. Sistem Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Prasada

Ambarwati R, Muis SF, Susantini P. Pengaruh Konseling Laktasi Intensif


terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai 3
bulan. Jurnal Gizi Indonesia. 2013; 2(1): 15-23.

Amiruddin, 2008. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Konselor ASI


Eksklusif di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Naggroe Aceh
Darusalam Tahun 2008. Tesis FKM USU, Medan

Astutik, R.Y.2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan: Edisi Ketiga. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Fikawati S, Syafiq A. Praktik pemberian ASI eksklusif, penyebab-penyebab


keberhasilan dan kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional 2009;
4(3):120-131.)

Jones, Charles O. (1996).Pengantar Kebijakan Publik, PT Raja Grafindo.


Persada

Kamrin, dkk. 2015. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kemaraya Kota Kendari. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Vol.1, No.3 Desember 2015

KepMenKes RI No. 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan


Minimal

Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula Ya. Jogjakarta: FlashBooks

Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusui Dini ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media

Mulyono, 2009. Model Implementasi Kebijakan George Edward III.


http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan
george-edward-iii. Diakses pada 04 April 2016.

Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.


Jakarta:Rineka Cipta

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69

Peraturan Pemerintah RI No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif

Permenkes No 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus


Menyusui

Permenkes No 71 tahun 2016 Tentang Petunjuk teknis penggunaan dan alokasi


khusus non fisik bidang kesehatan

Puskesmas Simalingkar. 2016. Profil Kesehatan Puskesmas Simalingkar tahun


2015

Puskesmas Simalingkar. 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Simalingkar tahun


2016

Proverawati, Atikah & rahmawati, Eni, 2010, Kapita Selekta ASI dan
Menyusui, Cetakan I. Nuha Medika. Yogyakarta.

Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta :
Pustaka Bunda

Rumangun, dkk. 2013. Analisis Implementasi Program Pemberian ASI


Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Remu Kota Sorong. Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, Vol 1 No 3, Desember 2013

Sibuea, Rina, 2012. Gambaran Pelaksananaan Pemberian ASI Eksklusif pada


Ibu Bekerja di Kecamatan Porsea 2012. Skripsi: Fakultas keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

Siswantara, dkk. 2014. Perilaku Ibu Bekerja Dalam Memberikan Asi


Eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah Kerja Puskesmas
Kemlagimojokerto. Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 89-100

Sitopu SD. Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian ASI Eksklusif Di Desa
Sukaraya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Darma Agung. 2013; 23(2): 57-62

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Undang – Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Wati F, Hasanuddin, Aminah S. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ibu


Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kab. Pangkep. Jurnal Stikes


Nani Hasannudin Makasar. 2013; 3(1): 1-6

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori & Proses. Yogyakarta: Media
Pressindo.

Wulandari. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI


Eksklusif oleh Ibu-ibu yang Bekerja sebagai Perawat di RS.Al-Islam
Kota Bandung. Jurnal Media Kesehatan Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

SISTEM IMPLEMENTASI PROGRAM AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIFDI

PUSKESMAS SIMALINGKAR

MEDAN TAHUN 2018

A. Pedoman wawancara untuk Kepala Puskesmas Simalingkar

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

1. Bagaimanakah proses persiapan program ASI eksklusif?

2. Apasaja yang ibu lakukan dalam program ASI? Bagaimana langkah pelaporan yang

ibu lakukan?

3. Bagaimana ketersediaan SDM untuk pelaksanaan program ASI eksklusif?

4. Bagaimana dengan sumber pendanaan untuk pelaksanaan program?

5. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program ASI

eksklusif?

6. Apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan instruksi yang ibu berikan?

Bagaimana koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanaan program?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Adakah kegiatan pengawasan terhadap program yang dilaksanakan? Siapa yang

mengawasi?

8. Apa saja hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program?

9. Bagaimanakah output dari pelaksanaan program yang dilaksanakan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Pedoman wawancara untuk Penanggung Jawab Program ASI

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

1. Apakah pihak Puskesmas pernah mendapatkan sosialisasi kebijakan program ASI

Eksklusif dari Dinkes? Berapa kali?

2. Hal – hal apa saja yang sudah dilakukan puskesmas untuk meningkatkan pencapaian

cakupan sehingga mencapai target?

3. Apakah pihak Puskesmas pernah mengadakan sosialisasi atau penyuluhan ke ibu –

ibu hamil atau menyusui ?

4. Berapa petugas yang menjalankan dan bertanggung jawab dalam program asi

eksklusif?

5. Bagaimana dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung berjalannya

program asi eksklusif tersebut?

6. Bagaimana sistem implementasi program asi di puskesmas simalingkar?

7. Apakah ada kerja sama dengan dinkes dalam program ASI misalnya memberikan

pelatihan kepada petugas di puskesmas simalingkar?

8. Fasilitas apa saja yang mendukung dalam pelaksana program ASI eksklusif ini?

9. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program asi eksklusif?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Adakah kegiatan pengawasan terhadap program yang dilaksanakan? Siapa yang

mengawasi?

11. Bagaimanakah output daripelaksanaan program yang dilaksanakan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C.Pedoman wawancara untuk Bidan di Puskesmas

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

1. Apakah bapak/ibu selalu dilibatkan dalam pelaksanaan program ASI eksklusif?

2. Siapa saja pelaksana teknis dalam pelaksanaan program ASI eksklusif?

3. Bagaimanakah perencanaan dari program ASI eksklusif?

4. Bagaimana dengan sumber pendanaan untuk pelaksanaan program ASI Eksklusif?

5. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program ASI

eksklusif?

6. Apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan instruksi yang diberikan?

Bagaimana koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanaan program?

7. Apa saja hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program?

8. Adakah kegiatan pengawasan terhadap program yang dilaksanakan? Siapa yang

mengawasi?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D.Pedoman wawancara Petugas Dinas Kesehatan Kota Medan

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

1. Apakah ada pihak Dinkes pernah mengadakan sosialisasi tentang kebijakan program

ASI Eksklusif ? Berapa kali?

2. Upaya apa saja yang dilakukan pemerintah setempat untuk mensosialisasikan

program ASI eksklusif?

3. Bagaimana dana atau anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung

berjalannya program ASI eksklusif?

4. Bagaimana implementasi kebijakan tersebut dilapangan?

5. Instansi mana saja yang mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan?

6. Apakah ada sistem reward dan punishment dari dinas terkait pelaksanaan program

ASI Eksklusif apabila program tersebut tidak dijalankan?

7. Apakah ada koordinasi anatara dinkes dengan puskesmas?

8. Apakah dari dinkes pernah memberikan pelatihan konselor asi eksklusif untuk umum?

9. Menurut bapak/ibu apa kelemahan dari peraturan pemerintah tentang program ASI

eksklusif

10. Apa saja hambatan yang dialamidalampelaksanaan program?

11. Adakah kegiatan pengawasan terhadap program yang dilaksanakan? Siapa yang

mengawasi?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


E. Pedoman wawancara untuk ibu Hamil dan Ibu yang Memiliki Bayi di atas usia 6

Bulan

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

1. Menurut ibu, apakah yang disebut dengan ASI Eksklusif ?

2. Menurut ibu, apakah manfaat ASI buat bayi?

3. Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan dari puskesmas tentang ASI eksklusif?

4. Apakah ibu mengetahui tentang peraturan pemerintah yang mewajibkan bayi

mendapatkan ASI eksklusif penuh selama 6 bulan?

5. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas yang di berikan pihak puskesmas saat

melakukan penyuluhan?

6. Apa saran ibu untuk petugas pelaksana program ASI eksklusif di puskesmas

Simalingkar?ASI Eksklusif itu penting untuk bayi?

7. Apakah ASI Eksklusif itu penting untuk bayi?

8. Apakah ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayi ibu? Jika tidak kenapa?

9. Pernah kah ibu mendapatkan edukasi ASI Eksklusif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


F. Pedoman wawancara untuk Kader Posyandu

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

1. Apakah bapak /ibu selalu dilibatkan dalam pelaksanaan program ASI eksklusif?

2. Bagaimana koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanaan program?

3. Apa saja hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program?

4. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program ASI eksklusif?

5. Bagaimana dana dan pengalokasiaan dananya untuk pelaksaan program ASI eksklusif?

6. Apakah pernah pihak puskesmas melakukan pelatihan terhadap kader?

7. Bagaimana output dalam pelaksaan program ASI ekskusif?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


G. Pedoman wawancara untukAIMI

I. Indentitas Informan

Nama :

JenisKelamin :

Umur :

PendidikanTerakhir :

TanggalWawancara :

II. Pertanyaan

1. Bagaimana AIMI koordinasi dengan Dinkes mengenai ASI Eksklusif dalam meningkatkan

ASI Eksklusif

2. Apakah ada sosialisasi dengan masyarakat untuk meningkatkan ASI eksklusif?

3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


H. Pedoman Wawancara Untuk Bidan Swasta

I. Indentitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

1. Apakah pemberian ASI Eksklusif telah diterapkan diklinik ini?

2. Bagaimana petunjuk pelaksanaan dalam program pemberian ASI eksklusif di klinik

ini?

3. Bagaimana cara ibu menangani ibu jika ASI tidak keluar

4. Berapa lama waktu yang diberikan pasca bayi lahir sampai ASI Ekslusif keluar

5. Apakah ada petugas menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif

6. Bagaimana dengan tawaran kerja sama provider susu formula?

7. Apakah sebelum melahirkan sudah ditawarkan pemberian ASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2
Matriks 1 : Pelaksanaan Program ASI Eksklusif menurut Kepala Puskesmas
Simalingkar
No Pertanyaan Informan 1
1 Bagaimanakah proses Proses persiapannya itu ya awalnya sosialisasi dari
persiapan program ASI pihak dinas kesehatan ke puskesmas, melakukan
eksklusif? pelatihan ke petugas kesehatan di puskesmas ya gizi
itulah dan bidan yang menghadiri dan melakukan
pelatihan itu, itulah persiapannya dilatih lah dulu kan
mereka agar nanti ketika mereka terjun ke
masyarakat mereka tau apa yang akan mereka
lakukan dan sampaikan kemasyarakat ya begitu
2 Apasaja yang ibu lakukan Mulai dari dia itu pemeriksaan ibu hamil itu
dalam program ASI? selalulah kami kasih tau itu bahwa asi eksklusif itu
Bagaimana langkah sangat penting dan tidak bisa dibandingin dengan
pelaporan yang ibu lakukan? susu formula yang lain, jadi edukasi udah kami
berikan saat hamil, sehingga saat melahirkan dia
udah kita sarankan supaya hanya diberi ASI saja
walaupun bersalinnya dirumah sakit supaya ada juga
dia menyampaikan kepada petugas disana, karena
tidak semua rumah sakit mau langsung membrikan
asi kan, ada juga rumah sakit yang misalnya dalam
kasus SC lah kan gak semua petugas bisa langsung
memberikan asi eksklusif malah diganti jadi susu
formula. Langkah laporan nya jadi itu diambil
laporan yang datang dari puskesmas kemudian di
posyandu, misalnya dari Rumah sakit kadang dia
udah BCG, mulai dari BCG berarti mulai hitungan
satu bulan kan sudah datang keposyandu jadi dari
posyandu kita ambil pelaporannya jadi kita kerja
sama dengan kadernya juga.

3 Bagaimana ketersediaan Ada 33 posyandu di puskesmas ini, dan setiap


SDM untuk pelaksanaan posyandu kan ada 5 kadernya trus ada juga petugas
program ASI eksklusif? gizi ada 2 orang, jadi setiap posyandu mereka
mendampingi petugas gizinya tetap mendampingi
dan kerja sama dengan kader, dan kader pun udah
kami sampaikan, kan meraka yang selalu
berhubungan dengan masyarakatnya langsung,
karenakan kadernya juga tinggal juga disekitar situ,
jadi dari situ kita bisa menyampaikan kekader itu
supaya kalau berjumpa sama ibu kasih informasi
tentang asi eksklusif soalnya kan kalau
diposyandukan sekali sebulan jumpanya dengan
petugas kan sekali sebulan jadi kami tetap kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sama dengan kadernya juga, jadi kadernya juga
harus tau pentingnya asi eksklusif itu apa. Pelatihan
khusus sih ee gak ada untuk kader asi eksklusif,
tetap kader posyandu jadi mereka merangkap
tugasnya, tidak ada kader khusus untuk asi ekslusif
jadi kader posyandu yang dirangkapkan, cuman
untuk pelatihan tentang asi ini tetap setiap saat
berjumpa dengan petugas pemegang asi tetap
diberikan ilmu – ilmu yang terbaru didapet tetap
diberikan kepada kader. Jadi harus ada kerja sama
dengan lintas sektoralnya itu sendiri.

4 Bagaimana dengan sumber Dananya dari BOK lah, itupun bukan khusus
pendanaan untuk pelaksanaan program ASI Eksklusif, misalnnya ada posyandu dan
program? ingin melakukan penyuluhan ya dana dari situlah.
Jadi tidak ada tuh dana khusus untuk Asi Eksklusif
itu dek
5 Bagaimana kelengkapan Hmm, apa ya lah ya dek. saya pun kurang tau,
sarana dan prasarana untuk langsung tanyakan ajalah ke program gizi, ibu
pelaksanaan program ASI huzaimah, ibu itu tau kok bagaimana sarana dan
eksklusif? prasarananya dalam program ASI Eksklusif, yang
saya tau sih laeflet aja itu pun waktu itu dari dinas
kesehatan itu aja sih dek
6 Apakah pelaksanaan program Sudah sih dek, tetapi memang seharusnya kita bisa
sudah sesuai dengan instruksi menyatakan dengan pelaporan, kan ada target berapa
yang ibu berikan? yang dicapai cuman kan kendalanya juga masih
Bagaiamana koordinasi banyak, dan alasan ibu – ibu juga tidak memberikan
dengan pihak terkait dalam asi eksklusif juga berbeda – beda jadi pencapaiannya
pelaksanaan program? nanti mungkin yang bisa menyatakan
pencapaiannya itu pemegang programnya ya berapa
target yang harus dicapai. Pemegang programnya
yang tau. Koordinasi yang terkait dengan pelaksana
itu dia yang lintas sektoral tadi dengan kader
posyandu. Lintas program itulah kami,
seharusnyakan ini juga program asi ini dilakukan
lintas program ini dengan KIA jadi kemudian
diposyandu berhubungan dengan imunisasi itulah
lintas programnya klo lintas sektoralnya
keterkaitanya itu kader.

7 Adakah kegiatan pengawasan Pengawasnnya terhadap program yang jelas pasti


terhadap program yang ada, dan juga kan setiap bulan kan dilaporkan dan
dilaksanakan? Siapa yang kalau gak salah itu per triwulan juga dilaporkan dan
mengawasi? per tri semester 2 kali setahun jadi pengawasannya
hanya melalui laporannya saja,jadi kalau laporannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tidak sesuai itu baru di evaluasi. Per tri semester
dilakukan evaluasi dan pengawasan juga bukan
hanya saya, namun dari dinas kesehatan kota medan
juga.

8 Apa saja hambatan yang Yang kebanyakan si si ibu yang menjadi hambatan,
dialami dalam pelaksanaan terkadangkan kalau kita mendengar keluhan mereka
program? kan kayaknya produksi asinya kurang itu misalnnya
jadi sehingga dia rewel terpaksa lah ku kasih susu
formula jadi kebanyakan hambatannya dari si ibu
dan juga sebernanya kalau hambatannya dari kami
mungkin krang edukasi ataupun udah kita edukasi si
ibunya yang tidak yakin dan tidak menerima.

9 Bagaimanakah output dari Ya gimana lah ya dek, sudah baiknya yang diberikan
pelaksanaan program yang pihak puskesmas, namun mungkin dari
dilaksanakan? masyarakatnya itu sendiri lah dek, kalau dari kami
saya liat pada saat pelaporan, pelaporan dari program
- program yang dilaporkan kesaya sudah baik dan itu
nanti itu bisa ditanyakan langsunglah ke pemegang
programlah

Matriks 2 : Pelaksanaan Program ASI Eksklusif menurut penanggung jawab


ASI Eksklusif di Puskesmas Simalingkar.
No Pertanyaan Informan 2
1 Apakah pihak Puskesmas Ada lah dek tapi tidak setiap tahun
pernah mendapatkan sosialisasi hanya kalau ada waktu saja untuk
kebijakan program ASI melakukan sosialisasinya
Eksklusif dari Dinkes? Berapa
kali?

2 Hal – hal apa saja yang sudah hanya penyuluhan dan konseling saja
dilakukan puskesmas untuk pada ibu yang menyusi yang dibawah 6
meningkatkan pencapaian bulan
cakupan sehingga mencapai
target?

3 Apakah pihak Puskesmas Ada lah, dilakukan 3 bulan sekali


pernah mengadakan sosialisasi melakukan penyuluhan. Sebenarnya
atau penyuluhan ke ibu – ibu bukan gini gak 3 bulan sekali. Kalau
hamil atau menyusui ? kalian bilang penyuluhan sosialisasi itu
ada lah setiap pasien kmi yang datang
ke posyandu saya sendri kalau ada
yang dibawa yang dibawah 6 bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tetap saya kasih penyuluhan secara
personal. Kalau yang berkelompok itu
3 bulan sekalilah dbuat. Kalau per
orangan setiap saat lah, setiap ketemu
kalau ada kami temukan ibu menyusi
dibawah 6 bulan kami kasih
penyuluhan tapi tidak rutin juga sih
4 Berapa petugas yang Ya saya lah eh sama bidan jugalah
menjalankan dan bertanggung kami berdua doang. Ibu Minar itulah
jawab dalam program asi yang bantu saya dalam program ini,
eksklusif ? kami berdua saja

5 Bagaimana dana yang Kalau masalah berapa dananya saya


dikeluarkan oleh pemerintah kurang tau ya, tapi dananya ya itulah
untuk mendukung berjalannya dari BOK lah puskesmas, kalau ada
program asi eksklusif tersebut? pertemuan kami ya dikasih, setiap kami
mau melakukan penyuluhan ya baru
saya minta dananya, cuman kan sudah
di anggarkan dia pertahun, dana khusus
untuk porgram itu tidak ada khusus asi
eksklusif, misalnnya kalau kami mau
melakukan penyuluhan ya itu baru
kami minta dananya tapi klo untuk
program yang dikhususkan itu belom
ada memang kami setiap saat kasih
penyuluhan, disitu baru minta dananya
6 Bagaimana sistem implementasi “Kalau kami itu kalau datang ibunya
program asi di puskesmas kami kasih penyuluhan, pengarahan
simalingkar? konseling lah tapikan sebelumnya kami
tanya misalnnya ada anak dibawah
umur 1 bulan masih asi eksklusif atau
dikasih minuman yang lain bu? terus
kalau katanya belum ya baru kami
anjurkan lah supaya diberikan asi
eksklusif selama 6 bulan itu aja usaha
kami masih”
7 Apakah ada kerja sama dengan Ada, kami sudah dilatih konselor
dinkes dalam program ASI asinya bidan pun ada. Itu baru sekali,
misalnya memberikan pelatihan tapi tidak setiap tahun hanya kalau ada
kepada petugas di puskesmas waktu saja untuk melakukan sosialisasi
simalingkar? atau pun pelatihannya

8 Fasilitas apa saja yang Sarana prasarananya apalah ya kalau


mendukung dalam pelaksana kami melakukan penyuluhan cuman
program ASI eksklusif ini? kasih laffet itupun dari dinkes yang
memberi baru kami kasih saat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyuluhan. Itu ajanya yang sarananya
dan prasarananya. Tapi rencana kami
tahun depan ingin membuat pojok ASI
sih itu aja sarana dan prasarana dalam
program ASI
9 Apa saja yang menjadi Hambatannya banyak pertama begitu
hambatan dalam pelaksanaan lahir anak di klinik langsung dikasih
program asi eksklusif? susu formula karna apa klinik itukan
msih ada kerjasamanya dengan rumah
sakit. Rumah sakit masih kasih susu
formula karena kan orang itu masih itu
masih kerjasama, diakan mau jual
produk susunya kalau nanti baru
melahirkan disuruh beli ini itu susu
formula bukan di dorong untuk asi,
bahkan dirumah sakit jarang sekali
melakukan IMD, misalnnya kaya saya
sendiri saya partus kalau saya tidak
bilag asi eksklusif tidak ditanya oleh
petugasnya, kalau diliatnya tidak kluar
asi langsung dikasih susu formula.
Hambatan itu dari klinik itu sendri.
Kalau dari puskesmas kayaknya tidak
ada lah, karna kan kami kalau ke
posyandu kita kasih peyuluhan. Ya
mungkin itu yang menjadi hamabatan
puskesmas ini kan memiliki 33
posyandu. Misalnya kan saya mau
kirim format itu ke posyandu nanti kan
mereka saya suruh untuk mengisi
cuman ya itu kadang di isi kadang juga
tidak di isi oleh kadernya itu, itu yang
menjadi hambatan juga. Laporan
laporan dari kadernya lah itu yang
kadang di isi dan kadang tidak di isi
oleh kadernya sendiri.

10 Adakah kegiatan pengawasan ya ada lah kegiatan pengawasan


terhadap program yang tehadap program ASI ini saya lah yang
dilaksanakan? Siapa yang mengawasi sama bidanlah juga ikut
mengawasi? mengawasi itu aja yang mengawasi
kalau evaluasi kalau saya kasih laporan
ke kepala puskesmas dan tidak tercapai
sesuai targer barulah di evaluasi oleh
dokternya
11 Bagaimanakah proses persiapan dilakukan sosialisasi oleh pihak dinas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


program ASI eksklusif? kesehatan kok dek tapi ya itu tidak
setiap tahun hanya kalau ada waktu
saja untuk melakukan sosialisasi, bisa
dalam setahun itu tidak ada sosialisasi
ASI Eksklusif itu dek
12 Bagaimanakah output Apa ya dek outputnya? Gimanalah ya
daripelaksanaan program yang kalau dari kami ya sudah kasih yang
dilaksanakan? terbaik ya, sudah diberikan
penyuluhan, konseling dari kami untuk
mereka, tapi kalau dari saya maunya
kan awalnya dari klinik atau dari rumah
sakit itu dimulai asi eksklusif melalui
imd lah dlu ya kan mestinya setiap ibu
melahirkan itu dilakukan imd setelah
itu barulah dijalankan program asi
eksklusif tadi ya kan, kalau toh juga di
klinik itu tetap dikasih susu formula
kan itu namanya udah gak asi eksklusif
lagi kan karna kalau banyak pasien itu
melahirkan dibidan kadang dia kan
langsung menyusui bu bidan kan jarang
dikasihnya itu banyak di kampung
kampung itu yang langsung
menganjurkan asi eksklusif klo di
daerah perkotaan sudah jarang
menganjurkan asi eksklusif itu dek, itu
sih kalau dari saya dari klinik – klinik,
rumah sakit rumah sakit itu lah dulu
yang masih bekerja sama dengan
pabrik susu formula, bagaimana pun
yang sudah kami berikan kalau masih
ditampilkan juga susu formula tetap aja
sulit tercapainya target gitu dek”

Matriks 3 : Pendapat Informan tentang ASI Eksklusif dan manfaat ASI


Eksklusif yang mereka ketahui
No Informan Pernyataan
1 6 Ya, air susu ibu dek yang diberikan ibunya ke
anaknya, selama 6 bulan ya banyaklah
manfaatnya dek, untuk kekebalan tubuh anaknya
itulah dek ya itu lah dek
2 8 Asi eksklusif itu ya hanya air susu ibu aja yang
diberikan ibunya kepada bayinya tanpa ada
ditambahkan apapun itu dek, tanpa kasih – kasih
madu, buah – buahan air putih pun ya hanya asi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ajalah selama 6 bulan itu dek ya dimulai saat
melahirkan itulah dek, banyak banget lah dek
manfaatnya itu, saya pernah baca buku banyak
banget manfaatnya bukan hanya dari si bayi aja
yang mendapatkan manfaat si ibu juga
mendapatkan manfaatnya dek. kalau dari si bayi
manfaatnya untuk kecerdasan bayinya, untuk
kekebalan bayinya biar tidak mudah terserang
penyakit dek masih banyak lagi lah dek
manfaatnya itu, itu sih yang pernah saya baca dek
3 9 Asi eksklusif ya kasih air susu ibunya ke
anaknya, hmm selama 6 bulan lah bayinya
dikasih asi saja. Manfaatnya itu ya itulah dek
buat kekebalan bagi si bayinya terus biar anaknya
juga tidak pendek gitu sih dek heheh
4 10 Asi eksklusif ya hanya asi aja yang dikasih dek
itulah selama 6 ulan dimulai dari melahirkan apa
itu namanya imd nya kalo gak salah jadi mulai
imd itulah asi eksklusif itu dek

Matriks 4 : Kegiatan yang sudah dilakukan selama mengikuti program ASI


Eksklusif menurut Informan
No Informan Pernyataan
1 8 Penyuluhan, tapi mahasiswa waktu itu yang
memberikan penyuluhan yang dibwa sama
puskesmas kali ya, dan itu pun baru sekali aja sih
dek sebelumnya tidak pernah dek

2 9 Penyuluhan lah waktu itu dek tapi saya tidak hadir


karena ada kerjaan
3 10 Konselinglah dek saat saya memeriksa kehamilah di
puskesmas, ya saya nanya – nanya lah dek sama ibu
bidannya gimana perawatan payudaranya itu, terus
gimana caranya nanti saat melahirkan asinya lancar
dan banya dek ya gitulah dek, terus say juga
mengikuti kelas hamil dek.

Matriks 5 Koordinasi dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif


No Informan Pernyataan
1 3 Tanyalah sama gizi ajalah bukan kita kan itu
program dia, jadi dia lah yang tau bagaimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kalau dari saya, kalau disuruhnya untuk turun
kelapangan untuk penyuluhan ya saya turun
kelapangan memberikan penyuluhan dek gitu
aja sih dek koordinasinya

2 4 Apalah ya koordinasinya, saya hanya


memberikan laporan aja sih ke puskesmas ya
gitu aja hehehe
3 6 Koordinasinya apa ya dek saya pun bingung
hehehe, soalnya kan kalau ibu puskesmas itu
bawa mahasiswa untuk melakukan penyuluhan
ya kami mengumpulka ibu – ibu lah gak ada
dari pihak puskesmas memberikan aba – aba
sebelumnya atai informasi sebelumnya, tiba –
tiba sudah datang aja ibu puskesmas dan anak –
anak mahasiswa itu untuk melakukan penyluhan
dek ya jadi gimanalah ya dek koordinasinya
hehehe ya begitu aja

Matriks 6 Pelaksanaan Program ASI Eksklusif menurut Bidan Swasta di


wilayah Puskesmas Simalingkar
No Pertanyaan Informan 4
1 Apakah pemberian Diterapkanlah dek, haruslah dek. karena kan lebih
ASI Eksklusif telah bagus asi dibandingkan susu formula.
diterapkan diklinik
ini?
2 Bagaimana petunjuk Setelah melahirkan awalnya IMD dulu, kalau sudah
pelaksanaan dalam 10 – 15 menit tidak keluar ASInya langsung kami
program pemberian kasih susu formula kalau misalnya si ibu produksi
ASI eksklusif di ASI nya kurang banyak baru kami kasih susu
klinik ini? formula, dan kalau misalnya si bayi kurang puas
kami kasih susu formula.
3 Bagaimana cara ibu Ya kami pijet gitu payudara si ibu tapi tidak pakai
menangani ibu jika pompa pakai tangan. Jadi kalau tidak keluar ya
ASI tidak keluar langsung kasih susu formula.
4 Apakah ada petugas Tidak ada kami menjelaskan ke si ibu tentang
menjelaskan kepada pentingnya ASI eksklusif, jadi setelah melahirkan
si ibu bahwa tentang proses IMD kalau selama 10- 15 menit tidak dapat
pentingnya keluar ya kami kasih susu formula begitu.
pemberian ASI
Eksklusif

5 Bagaimana dengan Jadi hitungannya dengan harga susu yang terjual ya


tawaran kerja sama untung sedikit sedikit ajalah, trus misalnya kami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


provider susu banyak dapat point dengan penjualan SGM inilah
formula? kan kalau sudah banyak pointnya ya bisa jalan –
jalan ke luar seperti itulah
6 Apakah ada kerja Ada, SGM, Laktogenitupun susu SGMnya ada
sama dengan susu macam – macam jenisnya. Dari umur 0 bulan sudah
formula? ada.
7 Apakah ada Sejauh ini sih tidak ada ya pengawasan dari pihak
pengawasan dari puskesmas atau pun dari pihak dinas.
puskesmas ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai