2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2453
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH :
MEDAN
2018
TAHUN 2017
OLEH :
MEDAN
2018
beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
Primary Health Centre (PHC) as a public health service facilities and the
first level of individual health care is required to prioritize the promotive and
preventive efforts without neglecting curative and rehabilitative efforts to achieve
the highest of public health status in their working area. In this era of National
Health Security (NHS), the fall of preventive and promotive efforts in public
health care is one of the reason why morbidity rate is increasing.
Thisstudy is descriptive with a qualitativedesign, it aims to analyze the
implementation of promotive and preventive services in Puskesmas Sri Padang.
Using in-depth interviews, review of documentation and observation as a way
how to collect the data. There were 12 informants, they are Head of Public Health
Center, General Practitioner/Dentist, Person in charge of essential, patients and
communities.
From the result of the research that the implementation of promotive and
preventive services was still not maximized, it is seen from the implementation of
many that have not reached the target, the lack of knowledge of health personel
both concerning promotive and preventive policies so limited in terms of
implementation activities, the decrease of funding, lack of availability Facilities,
infrastructure and tools for promotive and preventive activities and other
obstacles to the lack of community participation in activities both in the presence
and activeness in the activity.
The conclusion of this research was the implementation of promotion and
preventive service at in Puskesmas Sri Padang Sub-district has not run maximally
so the service coverage is still low and it is expected that the related government
can improve the quality and quantity of health workers, funds and facilities,
infrastructure and equipments. It is expected that Head of Public Health Center to
conduct a training for health workers to increase knowledge and increase
cooperation with intersectoral.
iv
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat
Tahun 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan
dengan baik.
4. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
6. Puteri Citra Cinta Asyura Nst, SKM, MPH selaku Dosen Penguji II yang
telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan sehingga skripsi ini
7. Dr. Ir. Erna Mutiara, M,Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
perkuliahan.
9. dr. Derlina Nasution selaku Kepala Puskesmas Sri Padang dan Seluruh
10. Teristimewa untuk orang yang tersayang dan tercinta Kedua Orang Tua
penulis Bapak Anil dan Ibu Iros, kedua saudara penulis kakak Nida dan
selama ini, serta memenuhi segala kebutuhan penulis baik moral maupun
materil.
vi
Cindy, Ika, Akhir, Yoan dan Ayub yang selalu memberi semangat, selalu
12. Terima kasih kepada teman-teman Group PBL FKM USU Desa Kuala
Djoelham Binjai
USU 2013 khususnya peminatan AKK FKM USU 2013 untuk motivasi
dan dorongannya.
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
vii
viii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 70
LAMPIRAN
ix
xi
Lampiran 4 Surat Balasan Dari Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Telah
Memberi Izin Untuk Melakukan Penelitian Di Puskesmas Sri
Padang
xii
Penulis bernama Reza Aulia Pane, lahir di Tebing Tinggi pada tanggal 15
Agustus 1995, beragama islam dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis lahir dari pasangan suami istri bapak Aznil dan Ibu Iros. Penulis sekarang
164524 pada tahun 2001 dan selesai 2007, Sekolah Menengah Pertama di SMPN
8 Tebing Tinggi pada tahun 2007 sampai pada tahun 2010, Sekolah Menengah
Kejuruan di SMKN 2 Tebing Tinggi pada tahun 2010 sampai 2013, pada tahun
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
manusia. Era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan
hal biasa lagi. Terlebih sekarang ini masyarakat kurang peduli dengan bagaimana
upaya promotif dan preventif. oleh karena itu pembangunan kesehatan merupakan
masyarakat.
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan
suatu investasi.
angka kematian neonatal, angka kematian bayi, dan angka kematian balita tidak
terlepas dari peran pemerintah yang telah berhasil pada aspek penyediaan sarana
kesehatan dasar harus terselenggara atau tersedia untuk menjamin hak asasi semua
Bahkan lebih jauh lagi, ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar tersebut harus
puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung
2) pelayanan gawat darurat; 3) pelayanan satu hari (one day care); 4) home care;
Sri Padang dengan luas wilayah 0,653 Km2 (52%)dan Tanjung Marulak Hilir
dengan luas wilayah 0,613 km2 (48%). Jumlah penduduk mencapai 9.294 jiwa.
Adapun sepuluh penyakit terbesar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sri
Padang yaitu infeksi pada usus, penyakit kulit, hipertensi, penyakit rongga mulut,
penyakit jaringan otot dan jaringan ikat, diabetes melitus, penyakit pada telinga,
dilihat dari capaian indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan cakupan
rumah tangga ber-PHBS. Adapun capaian Puskesmas Sri Padang dengan jumlah
ibu hamil adalah 208 orang, kunjungan ibu hamil K1 yaitu 193 (92,8%) dan K4
yaitu 180 (86,5%); jumlah ibu bersalin/nifas yang persalinan ditolong tenaga
kesehatan 175 (88,4 %). Adapun jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe 1
(30 tablet) yaitu 193(92,79%), Fe 3 (30 tablet) yaitu 180 orang (86,54%) (Profil
jumlah bayi pada tahun 2015 adalah :172 kunjungan neonatal 1 kali (KN1)
sebanyak 172 (100 %) dan kunjungan Neonatal 3 kali (KN lengkap) sebanyak 172
(100 %) . Adapun bayi yang diberi ASI Eksklusif hanya 15 bayi (15,2%) dari total
bayi 99 bayi. Persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan jumlah rumah tangga 2.267, jumlah yang dipantau sebanyak
1.015 (44,8%), dan jumlah rumah tangga yang ber PHBS sebanyak 633 (62,5%)
dalam gedung maupun di luar gedung telah dilakukan di Puskesmas Sri Padang
belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari cakupan
beberapa program esensial yang masih rendah. Beberapa program yang belum
mencapai target yaitu: pada program KIA/KB cakupan K4 bumil yaitu 86,5%
yang seharusnya 95%; pemberian ASI Ekslusif yaitu 15,2% seharusnya 80%; dan
program promosi kesehatan yaitu cakupan rumah tangga berPHBS yaitu 62,5%
seharusnya 100%.
pelaksanaan upaya promotif dan preventif di Puskesmas Sri Padang, sebelum era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sumber dana yang digunakan berasal dari
Belanja Daerah (APBD). Setelah adanya JKN , sumber dana yang digunakan
pasien yang mengantri untuk berobat cukup banyak. Setiap bulannya puskesmas
menangani pasien rata-rata sebanyak 640 jiwa baik peserta JKN maupun pasien
umum.
bagi orang yang sakit sehingga tidak ada saran-saran dari masyarakat kepada
JKN, hanya sedikit perbedaan pada sistem pembiayaan. Sebelum berlakunya JKN,
dana kegiatan UKM dan UKP bersumber dari BOK. Setelah JKN berlaku, dana
kegiatan UKM tetap bersumber dari BOK sementara dana kegiatan UKP
Bukit Kapur Kota Dumai belum berjalan secara maksimal, belum merata ke
seluruh desa yang ada di wilayah kerjanya, kegiatan yang dilaksanakan terbatas
dan kurang terstruktur, dana yang digunakan hanya dari Bantuan Operasional
Kesehatan yang dirasakan masih belum cukup serta kemampuan dan pengetahuan
tenaga kesehatan kurang baik dan belum maksimal dalam memberikan pelayanan
promotif dan preventif sehingga diharapkan agar pemerintahan yang terkait dapat
Kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan
wilayah kerjanya.
masyarakat.
guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak
lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang
terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja,
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
i. tenaga kefarmasian.
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin
Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013. Penjelasan bahwa peserta JKN
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan.”
1. Administrasi pelayanan;
Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada Fasilitas
Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014. Tertera pada Pasal 12, bahwa dana
kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan
yang meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan dukungan
2014).
kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
Upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas ini
adalah :
individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat
dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
a. Kelompok umum
b. Kelompok khusus
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun
kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari
bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih
1. Penyehatan air
5. Penyehatan pemukiman
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
1. Daerah dengan endemis penyakit perut dan kecacingan, angka penyakit diare
6. Daerah yang mempunyai resiko terhadap penularan penyakit diare, TBC Paru,
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya kesehatan primer
perkembangan dan perlindungan bayi, anak di bawah lima tahun (balita) dan anak
kesehatan anak.
b) Bayi,
c) Balita,
e) Keluarga yang tinggal atau berada di wilayah kerja puskesmas serta yang
berkunjung ke puskesmas.
dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar
e) Wanita usia subur (WUS) yang datang pada pelayanan rawat jalan puskesmas
berbagai profesi kesehatan (tenaga pengelola gizi) serta dukungan peran serta
tiap keluarga di Indonesia, bersifat lintas sektor yang dilaksanakan oleh kesehatan,
(GAKY)
dan meningkatkan status gizi masyarakat. Sasaran upaya perbaikan gizi sebagai
berikut:
2. Wanita usia subur (termasuk calon pengantin), ibu hamil, ibu nifas, dan lansia.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
KLB, DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare.
6. Upaya pengobatan.
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat)
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2
km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;
c. lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik; dan/atau d. terdapat akses jalan
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria
1. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor
agraris;
2. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
a. berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus
b. akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca; dan
c. kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
kesehatan;
f. pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster
kesehatan kata lain adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
pada masa lalu, dimana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses
masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya untuk bagaimana
melaksanakan promosi kesehatan oleh puskesmas. Secara umum peluang itu dapat
1. Dalam gedung
2. Luar gedung
masyarakat, yakni:
Menurut Leavell and Clark (1958) ada lima tingkat pencegahan penyakit
3. Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early
berikut.
sebagainya.
tidak menguntungkan.
akibat kerja.
dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt teratment) meliputi mencari
lebih parah. Bertujuan menurunkan angka kejadian cacat fisik maupun mental,
mental).
pelayaanan puskesmas lebih merata dan meluas, perlu dibantu dengan puskesmas
pembantu, bidan desa di daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan
yang sudah ada. Di samping itu penggerakkan peran serta masyarakat untuk
sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana. Indikator masukan ini dapat
mencakup;
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, spanduk, dan lain-
promosi
puskesmas
pengorganisasian masyarakat.
(input), proses (process), dan keluaran (output). Oleh karena itu, fokus penelitian
Peralatan
sebagai berikut :
pelaksanaan UKM dan sehingga dapat berjalan dengan baik, meliputi kebijakan,
a. Kebijakan adalah terdiri dari konsep dan asas yang di rangkai menjadi garis
kepemimpinan, dan cara untuk bertindak yang dapat diterapkan bagi individu dan
kelompok.
c. Pendanaan adalah biaya atau materi berupa uang yang digunakan untuk
3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan pelayanan promotif dan
METODE PENELITIAN
agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam tentang implementasi pelayanan
promotif dan preventif di Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi Tahun 2017.
Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Juli Tahun 2017 sampai Januari
2018.
b. Dokter/Dokter Gigi
34
(berobat ke puskesmas).
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih
jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan
spesifik.
interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan
yang akan di peroleh, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis dan
perekam suara.
a. Kebijakan adalah garis besar dan dasar rencana sebagai landasan dalam
dan preventif
perorangan di puskesmas.
puskesmas.
3.6 Triangulasi
data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data secara lebih
sistematis. Data yang sudah terkumpul akan dibahas secara mendalam dalam
promotif dan preventif di Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi dilakukan
HASIL PENELITIAN
Padang Kecamatan Rambutan. Batas wilayah kerja Puskesmas Sri Padang adalah:
No
Nama Luas Jumlah Jumlah Kepala
2
Kelurahan Wilayah (km )Penduduk Keluarga
1. Sri Padang 0,613 4.115 1.565
2. Tanjung Marulak Hilir 0,653 5.179 1.639
Jumlah 1,266 9.294 3.204
Sumber: Data Kelurahan Sri Padang dan Tanjung Marulak Hilir
Padang dengan jumlah penduduk sebanyak 5.179 orang. Jumlah penduduk secara
keseluruhan adalah 9.294 orang, yang terbagi atas beberapa agama yaitu: Islam,
38
Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sri Padang
Tahun 2016
Tabel 4.3 Data Sarana Kesehatan Puskesmas Sri Padang Tahun 2016
Tabel 4.4 Data Fasilitas Gedung Puskesmas Sri Padang Tahun 2016
Tabel 4.5 Data Kegiatan Promotif dan Preventif dalam Upaya Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Sri Padang
kunjungan
neonatal dan
pemasangan
alat KB
5 Pemberanta MemberikanPemberian
san penyulahanimunisasi,
Penyakitn tentang P2M
pemberantasan
Menular kemasyarakat,
vektor nyamuk
posyandu serta
dengan
pendidikanpemberian 5 kali 2 kali
tentang bubuk
HIV/AIDS ABATE,
khususnya pada
Fogging, dan
remaja mengajak
masyarakat
melakukan 3M
Sumber: Puskesmas Sri Padang Tahun 2016
adalah sebanyak 12 informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Puskesmas Sri
informan dari setiap upaya wajib puskesmas yang terdiri dari 1 informan dari
Padang
peralatan. Indikator proses yaitu pelaksanaan promotif dan preventif dalam upaya
4.4.1.1 Kebijakan
Kebijakan adalah terdiri dari konsep dan asas yang dirangkai menjadi garis
kepemimpinan, dan cara untuk bertindak yang dapat diterapkan bagi individu dan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
Puskemas Sri Padang dengan adanya kebijakan atau peraturan yang telah dibuat
pemerintah tersebut, tidak menjadikan Puskesmas Sri Padang ini berfokus pada
jawab program kegiatan promotif dan preventif ini juga belum paham dengan
dan preventif hal tersebut disebabkan karena kurangnya tenaga kesehatan. Hal ini
masyarakat di Puskesmas Sri Padang hanya ada 1 yang seharusnya ada 2 tenaga
promotif dan preventif dibidang masing-masing masih ada beberapa petugas yang
masih kurang. Hal tersebut berdampak pada kualitas kemampuan untuk kesiapan
4.4.1.3 Pendanaan
Pendanaan adalah biaya atau materi berupa uang yang digunakan untuk
berikut:
“Dana kegiatan promotif dan preventif dari BOK dan JKN, dan di
era JKN ini ada kegiatan promotif dan preventif yang di biayai
BPJS yaitu prolanis. Ada juga dari APBD tapi hanya sedikit.
Anggaran dana memang cukup tapi ada kendala yaitu penurunan
dana ke puskesmas sedikit tertunda yang seharusnya di Januari
tetapi dana turun di bulan Maret sehingga kegiatan yang dilakukan
oleh puskesmas biayanya didahulukan oleh pihak tenaga kesehatan.
Untuk dana dari BOK adalah Rp. 127.000.000,- dan dana dari JKN
adalah Rp. 149.360.000,- serta dana APBD adalah Rp. 32.766.000,-
.” (Informan 1)
Nasional (JKN) dan hanya sebagian kecil dana yang berasal dari APBD. Dana
yang di peroleh dari BOK adalah Rp. 127.000.000,- dan dana dari JKN adalah
Rp. 149.360.000,- serta dana dari APBD adalah Rp. 32.766.000,- Akan tetapi
dana belum diturunkan hal tersebut akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan
yakni hanya berjalan biasa-biasa saja. Sebagian besar dari informan menyatakan
bahwa mereka kurang paham tentang sistem pembiayaan, tetapi ada satu informan
pelayanan promotif dan preventif. Hasil dari wawancara dengan informan tentang
“Untuk sarana dan prasana masih belum memadai seperti flip chart,
promkes kit.” (Informan 3)
juga masih kurang mendukung pada saat penyuluhan seperti flip chart dan
pelayanan promotif dan preventif di Puskemas Sri Padang belum maksimal, hal
juga masih kurang. Puskesmas Sri Padang ini masih berfokus pada pelayanan
yang telah dilaksanakan sejak dahulu walaupun sebelum adanya JKN. Kegiatan
Adapun bentuk upaya promotif dan preventif yang dilaksanakan oleh Puskesmas
tetapi pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif masih belum sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Era JKN ada program tambahan yang dibiayai oleh
BPJS yaitu prolanis bagi peserta JKN yang sudah terdaftar. Kegiatan prolanis di
Puskesmas Sri Padang sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang telah
berikut:
kendala yang dihadapi adalah kurangnya kemampuan atau skill tenaga kesehatan,
penurunan dana BOK yang tidak sesuai sehingga berdampak pada kuliatas
dari sarana, prasarana yang masih kurang. Kendala yang dihadapi oleh tenaga
penyuluhan.
terlambat dengan keuangan sendiri agar kegiatan promotif dan preventif tetap
Dalam hal tersebut pihak-pihak lintas sektoral berperan aktif walau belum
maksimal.
dana adalah hal yang mendukung pelaksanaan program promotif dan preventif.
harus peduli akan kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan oleh pihak
“Ibu gak ngerti soal penyuluhan, paling ibu ke posyandu bawa cucu
imunisasi.” (Informan 9)
kurang mengetahui dan memahami secara jelas mengenai pelayanan promotif dan
preventif serta satu informan dari masyarakat yang masih belum tau apa itu
preventif berkaitan dengan anjuran yang diberikan dokter adalah sebagai berikut:
“Selalu ada di kasih tau sama dokternya kalau tidak boleh telat
makan, makan harus teratur.” (Informan 9)
dan edukasi agar penyakit yang diderita pasien tidak kambuh lagi. Namun ketika
PEMBAHASAN
5.1.1 Kebijakan
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang menyatakan bahwa
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
pelayanan promotif dan preventif tertera pada Pasal 13 yang bertuliskan bahwa
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.” Manfaat
2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 21 yaitu “Manfaat pelayanan promotif dan
55
Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; 5. Pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai; 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif dan puskesmas dapat dikenal oleh
prolanis bagi peserta yang sudah terdaftar sebagai peserta JKN. Kegiatan prolanis di
Puskesmas Sri Padang sudah berjalan dengan sesuai rencana yang telah ditetapakan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nurmansyah dan Kilic (2017) yang menjelaskan
kebijakan ini masih kurang paham mengenai kebijakan apa yang melandasi program
yang mereka laksanakan karena tidak adanya bentuk sosialisasi kebijakan terlebih
untuk tenaga kesehatan. Hal tersebut yang mengakibatkan mereka kurang paham
kegiatan promotif dan preventif dan sasaran apa yang harus mereka capai, hal ini
sesuai dengan penelitian Ainy (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan merupakan
tahapan penting karena itu tanpa sosialisasi kebijakan yang baik dan menyeluruh
besar peningkatan timbul masalah dalam pelaksanaan kegiatan yaitu seperti salah
sasaran. Akibat dari pihak puskesmas kurang paham tentang kebijakan-kebijakan ini
sehingga mereka juga lebih berfokus kepada pengobatan kepada masyarakat bukan
penyuluhan.
Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
kesehatan.
sebuah puskesmas harus mempunyai dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,
teknologi laboratorium medis, tenaga gizi dan tenaga farmasi. Tenaga Kesehatan
yang ada di Puskesmas Sri Padang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 2 orang
dokter umum, 1 orang dokter gigi, 1 orang Tenaga Kesehatan Masyarakat, 7 orang
perawat, 10 orang bidan, 1 orang apoteker, 1 orang sanitarian, dan 1 orang ahli gizi.
Jika dilihat dari jumlah tenaga kesehatan, di Puskesmas Sri Padang masih belum
bahwa pengelolaan promosi kesehatan harus dilakukan oleh koordinator yang lulus
dari diploma 3 bidang kesehatan serta tertarik dan berbakat dibidang promosi
kesehatan. Jika tidak ada persyaratan, harus ada petugas medis lainnya di puskesmas,
Padang belum didukung oleh tenaga kesehatannya sendiri. Terlihat dari jumlah
tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan masyarakat yang ada di Puskesmas Sri
Padang hanya ada 1 yang seharusnya ada 2 tenaga kesehatan masyarakat sehingga
kegiatan promotif dan preventif tidak berjalan dengan maksimal. Hal ini juga sesuai
masih kurang dan kesiapan dari tenaga kesehatan belum maksimal karena
kemampuan atau skill SDM yang ada di puskesmas dalam memberikan pelayanan
promotif dan preventif di puskesmas perlu di tingkatkan lagi. Hal ini sesuai dengan
khususnya ahli kesehatan masyarakat dan tidak adanya pelatihan sebelum kegiatan
tersebut berlangsung akan membuat kegiatan promotif dan preventif berjalan kurang
maksimal. Ada juga informan yang beranggapan bahwa jumlah tenaga kesehatan
sudah mencukupi tetapi hanya kesiapan tenaga kesehatan yang belum maksimal di
karenakan kurangnya pelatihan yang diberikan oleh pemerintah terkait dan dilihat di
penyuluhan kepada masyarakat akan tetapi pihak puskesmas tidak meminta respon
5.1.3 Pendanaan
Puskesmas Sri Padang berasal dari APBD, BOK, dan JKN. Dana APBD
pada sistem pembiayaan di Puskesmas Sri Padang. Melalui JKN, pemerintah hanya
(UKM), sementara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) bersumber dari dana kapitasi
JKN.
dan dana dari jaminan kesehatan nasional (JKNI adalah Rp. 149.360.000 serta dana
APBD adalah Rp. 32.766.000,-, akan tetapi dalam pelaksanaannya menurut informan
dana yang disediakan untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif masih ada
preventif yang di lakukan di Puskesmas Sri Padang tidak berjalan secara maksimal.
Berdasarkan penelitian dewi dkk (2016) yang menyatakan belum ada FKTP
yang mengalokasikan dana kapitasi untuk pelayanan promotif serta pada peraturan-
peraturan terkait JKN belum ada yang membahas secara khusus mengenai besaran
anggaran yang digunakan untuk pelayanan promotif. Pernyataan tersebut sesuai juga
dengan penelitian Nurmansyah dan Kilic (2017) yang menyatakan bahwa masih ada
memadai seperti media promosi, dilihat dari segi fasilitas gedung Puskesmas Sri
Padang memiliki beberapa ruangan antara lain ruang Kepala Puskesmas, ruang
periksa pasien/kamar dokter, ruang obat dan apotek, ruang KIA/KB, ruang
laboratorium, ruang kartu, ruang tunggu pasien, ruang tata usaha, ,ruang promkes,
target dari kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh puskesmas. Hal ini sesuai dengan
sarana, prasarana serta peralatan dalam melaksanakan upaya promotif dan preventif
masih kurang contohnya untuk Media promosi kesehatan pihak puskesmas tidak
poster yang dipasang di dinding puskesmas kurang dirawat dan belum di perbaharui.
terlaksana secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jumlah kegiatan
cakupan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di dalam dan di luar gedung
Kegiatan promotif di dalam gedung yang telah dilakukan oleh Puskesmas Sri
Padang adalah berupa konseling kesehatan kepada pasien yang datang ke puskesmas,
kemampuan masyarakat agat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, dan tahu
penempelan poster-poster juga baik hal tersebut berdasarkan survei peneliti lokasi
penempelan tepat, mudah dilihat dan tepat pada ruang tunggu pasien sehingga pasien
mendapat informasi tentang kesehatan, sedangkan dalam hal konseling masih kurang
dilihat, apabila banyak pasien yang berobat mereka lebih mengutamakan tindakan
kuratif.
yang hanya dilaksanakan tiga kali, penyuluhan kepada ibu-ibu posyandu tentang
tidak sesuai dengan POA karena hasilnya penyuluhan direncanakan sebanyak tujuh
kali tapi yang dilaksanakan hanya tiga kali, dan juga kenyataan dilapangan pada
waktu pelaksanaan tidak banyak masyarakat yang hadir dan pihak puskesmas tidak
menggerakkan masyarakat agar aktif dalam kegiatan. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian Dewi dkk (2016) yang menyatakan perencanaan yang berjalan tidak sesuai
penyakit menular yaitu pemberian imunisasi dan pada pelayanan KIA/KB petugas
melakukan 3M.
Puskesmas Sri Padang pada era JKN selain penyuluhan, Puskesmas membentuk
darah, pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan kolesterol. Kegiatan ini sudah
berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan yaitu setiap 1 bulan sekali. Hal ini
memiliki pengaruh dan merupakan salah satu tahapan proses untuk mencapai
program yang maksimal, namun berbeda dengan penelitian Turnip (2017) yang
untuk pelaksanaannya belum maksimal karena belum sesuai dengan rencanan yang
keadaan bencana.
Puskesmas Sri Padang, namun belum menunjukkan hasil yang optimal. masyarakat
kuratif saja. Sejak berlakunya JKN, terjadi peningkatan dalam pelayanan promotif
dan preventif. Beberapa pelayanan promotif preventif tambahan setelah adanya JKN
Padang di era JKN secara keseluruhan belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa program pelayanan yang hasilnya belum maksimal seperti
program promosi kesehatan yang bisa dilihat dari cakupan rumah tangga ber PHBS,
sebanyak enam kali dengan hasil yang dilaksanakan empat kali. Era JKN ini cakupan
rumah tangga ber PHBS memang sedikit meningkat namun belum mencapai target
yang ditetapkan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini karena indikator rumah
tangga berPHBS yang menuntut semua anggota rumah tangga untuk menerapkannya.
Contohnya jika satu orang saja dari anggota keluarga yang merokok, maka gagal
tidak bisa dalam jangka waktu yang sebentar, meskipun telah dilakukan penyuluhan
berulang-ulang.
Program lainnya yang belum mencapai terget yaitu program KIA/KB pada
puskesmas sebanyak tujuh kali tetapi yang di laksanakan oleh puskesmas hanya tiga
kali. Beberapa kendala yang dihadapi sebenarnya berasal dari penyedia layanan
kesehatan sendiri, serta tidak adanya pengetahuan masyarakat tentang ASI ekslusif.
Hal ini sesuai dengan penelitian Muliyanto (2012) yang menyatakan bahwa salah
memberikannya kepada bayi yang baru lahir. Hal ini tentu menjadi kendala untuk
peningkatan cakupan ASI ekslusif bagi Puskesmas Sri Padang yang mayoritas
6.1 Kesimpulan
Puskesmas Sri Padang sudah dilaksanakan. Namun, ada beberapa hal yang
masih perlu diperbaiki guna mencapai pelaksanaan yang lebih efektif dan
masih kurangnya sarana, prasarana dan peralatan seperti flip chart dan
seminar kit.
Puskesmas Sri Padang belum sesuai dengan kenyataan atau belum sesuai
67
akan dilakukan
6.2 Saran
3. Untuk masyarakat
puskesmas.
Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, 2017. Profil Puskesmas Sri Padang.
2016
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hermiyanty. 2016. Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Bersih
Dan Sehat Di Kota Palu, ejournal Preventif, Volume 7, Nomor 1,
2016.
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Presiden Republik Indonesia. 2013. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta.
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal wawancara :
kendala-kendala tersebut?
8. Menurut ibu, apa saja saran yang diajukan untuk peningkatan pelaksanaan
Gigi)
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal wawancara :
3. Kebijakan apa saja yang dokter ketahui mengenai program promotif dan
preventif di puskesmas?
kendala-kendala tersebut?
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal wawancara :
2. Kebijakan apa saja yang ibu ketahui mengenai program promotif dan
preventif di puskesmas?
kendala-kendala tersebut?
Upaya Esensial)
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal wawancara :
2. Kebijakan apa saja yang ibu ketahui mengenai program promotif dan
preventif di puskesmas?
parsoburan ini?
kendala-kendala tersebut?
8. Menurut ibu, apa saja saran yang diajukan untuk peningkatan pelaksanaan
I. Data Umun
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
mengenai faktor risiko dan perilaku hidup berih dan sehat (PHBS)?
I. Data Umun
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
Berikan alasannya?
promotif dan preventif di Puskemas Sri Padang belum maksimal, hal tersebut
kegiatan promotif dan preventif juga masih belum berjalan maksimal dilihat dari
kurang.
mengenai pelayanan promotif dan preventif yang diketahui oleh informan hanya
hal tersebut disebabkan karena kurangnya tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan
Puskesmas Sri Padang hanya ada 1 yang seharusnya ada 2 tenaga kesehatan
masyarakat. Masih ada juga petugas yang belum siap melaksanakan kegiatan
promotif dan preventif serta sarana, prasarana dan peralatan masih kurang.
promotif dan preventif di Puskesmas Sri Padang sebagian besar bersumber dari
dan hanya sebagian kecil dana yang berasal dari APBD. Dana yang di peroleh dari
BOK adalah Rp. 127.000.000,- dan dana dari JKN adalah Rp. 149.360.000,- serta
dana dari APBD adalah Rp. 32.766.000,- Akan tetapi Puskesmas Sri Padang
dana.
Sri Padang
Informan Pernyataan
Informan 1 Kendala yang di hadapi untuk kegiatan promotif dan preventif ini
masih kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang kegiatan
yang akan dilakukan, dikarenakan tidak adanya pelatihan sebelum
kegiatan tersebut di lakukan serta keterlambatan penurunan dana
BOK ke puskesmas jadi kegiatan itu kurang maksimal. Ada juga
kendala yg di hadapi dari masyarakat misalnya mereka tidak mau
berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan
Informan 2 Kalau menurut saya kendalanya itu susahnya mengumpulkan atau
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi ke kegiatan penyuluhan
ataupun kegiatan yang bersangkutan dengan promotif dan
preventif. Masyarakat disini masih menganggap puskesmas hanya
untuk berobat
Informan 3 Ya kendalanya di saat posyandu balita ya kondisinya riuh, anak-
anak pada nangis. Kalau posyandu lansia kendalanya kurangnya
partisipasi masyarakat. Kalau kendala dari kami termasuk saya
masih kurang bisa membuat media promosi
Informan 4 Kendala yang di hadapi yaitu susahnya mengumpulkan
masyarakat
Informan 5 Kendalanya dari perilaku masyarakat yang masih susah menerima
kegiatan dari puskesmas
penurunan dana yang tidak sesuai sehingga berdampak pada kuliatas pelaksanaan
sarana, prasarana yang masih kurang serta masih kurang masyarakat berpartisipasi
Dalam hal tersebut pihak-pihak lintas sektoral berperan aktif walau belum
maksimal.
pendanaan agar tidak mengalami keterlambatan karena dana adalah hal yang
dan preventif di puskesmas, serta masyarakat harus peduli akan kegiatan promotif
preventif serta satu informan dari masyarakat yang masih belum tau apa itu
agar penyakit yang diderita pasien tidak kambuh lagi. Namun ketika pasien yang
Padang