Anda di halaman 1dari 35

NALISIS PERBEDAAN STATUS AKREDITASI TENTANG KINERJA UPAYA

KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) ESENSIAL DI PUSKESMAS KOTA MEDAN


TESIS
Oleh
SUHAILATUN NAFISAH RANGKUTI NIM. 177032015
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

AN ANALYSIS ON THE DEFFERENCE IN ACCREDITATION STATUS IN THE


PERFORMANCE OF ESSENTIAL UKM (PUBLIC HEALTH EFFORT) AT PUSKESMAS
OF MEDAN
THESIS
By
SUHAILATUN NAFISAH RANGKUTI 177032015
MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC
HEALTH UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS PERBEDAAN STATUS AKREDITASI TENTANG KINERJA UPAYA


KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) ESENSIAL DI PUSKESMAS KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat dalam Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUHAILATUN NAFISAH RANGKUTI NIM. 177032015
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Peminatan
Ketua
(Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.) NIP. 196410041991031005
Ketua Program Studi S2
(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) NIP. 196509011991032003
Tanggal Lulus : 16 Juli 2019
: Analisis Perbedaan Status Akreditasi tentang Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Esensial di Puskesmas Kota Medan
: Suhailatun Nafisah Rangkuti
: 177032015
: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Anggota
(Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.) NIP. 196202061992031002
Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP. 196803201993082001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 16 Juli 2019


PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.
2. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. 3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.Kes.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pernyataan Keaslian Tesis


Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis Perbedaan Status
Akreditasi tentang Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial di Puskesmas Kota
Medan” beserta isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2019
Suhailatun Nafisah Rangkuti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Abstrak
Puskesmas sebagai salah satu unsur yang memegang fungsi dalam pelaksanaan UKM esensial.
Pencapaian kinerja program kesehatan lingkungan, program gizi dan program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P) juga belum berjalan sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja
Puskesmas. Berdasarkan survei awal menunjukkan bahwa bahwa dalam pelaksanaan Puskesmas
belum menyelenggarakan UKM esensial secara optimal karena kurangnya tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi sesuai dengan jenis UKM esensial. Berdasarkan hal tersebut penelitin ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan status akreditasi tentang kinerja UKM esensial (promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA-KB, program gizi dan P2P) di Puskesmas Kota Medan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah mixed method yaitu kombinasi metode kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan sequential mixed methods dengan strategi eksplanatoris
sekuensial. Populasi adalah seluruh puskesmas di Kota Medan, dengan sampel 39 puskesmas.
Metode analisa data yang digunakan adalah anlisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian
menunjukkan kesehatan lingkungan (p = 0,027; 95% CI: 0,894-19,001), program gizi (p = 0,048;
95% CI : 0,633- 20,956), dan pogram P2P (p = 0,022; 95% CI : 0,697-10,465) berhubungan
dengan status akreditasi Puskesmas. Promosi kesehatan dan KIA-KB tidak berhubungan dengan
status akreditasi Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi pihak Puskesmas
untuk mempertahankan kinerja UKM esensial di puskesmas, perlu adanya penambahan jumlah
tenaga kesehatan di masing- masing program pelayanan kesehatan masyarakat, dan mengadakan
kerjasama dengan pemerintah kelurahan/desa atau tokoh agama untuk melakukan penyuluhan.
Kata kunci : Pusksesmas, UKM esensial, gizi, P2P
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Abstract
Puskesmas (Public Health Center) plays an important role in the implementation of essential
UKM. The achievement in the performance of environmental health program, nutrition program,
and the program of P2P (Disease Prevention and Handling) is not optimal according to the
Guidance for Puskesmas Performance Assessment. Based on the preliminary survey, it was
found that the puskesmas management has not implemented essential UKM optimally due to the
lack of health care providers’ competence according to the types of essential UKM. The
objective of the research was to find out the differences in the accreditation status of essential
UKM (health promotion, environmental health, KIA-KB, nutrition program, and P2P) at the
Puskesmas, Medan. The research used mixed-method, a combination of qualitative and
quantitative methods. It also used sequential mixed-methods with sequential explanatory
strategy. The population was all puskesmas in Medan, and 39 of them were used as the samples.
The data were analyzed by using univariate analysis and bivariate analysis. The result of the
research showed that environmental health (p=0.027; 95% CI=0.894-19.001), nutrition program
(p=0.048; 95% CI=0.633-20.956), and P2P program (p=0.022; 95% CI=0.697-10.465) had the
correlation with puskesmas accreditation status. It is recommended that the management of
puskesmas maintain the performance of essential UKM. The number of health care providers in
each public health service program should be added, and cooperation with village
administrations and religious leaders should be done in performing counseling.
Keywords: Puskesmas, essential UKM, nutrition, P2P
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah rahmat
dan karunia-Nyalah penulis diberi kekuatan, kesabaran serta kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Perbedaan Status Akreditasi tentang Kinerja Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial di Puskesmas Kota Medan”.
Tesis ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan
Masyarakat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun, namun demikian besar
harapan penulis kiranya tesis ini bisa menambah ilmu pengetahuan bagi semua pihak.
Keberhasilan penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan moril dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara serta selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran perbaikan dan dukungan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dan memberikan masukan serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
banyak memberikan masukan serta dukungan kepada saya dalam penyusunan tesis ini.
7. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Dosen Penguji II yang juga telah banyak
memberikan bimbingan, saran perbaikan dan dukungan kepada penulis dalam penulisan tesis
yang lebih baik.
8. Seluruh Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama
mengikuti pendidikan.
9. Seluruh Karyawan Administrasi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera yang telah membantu kelancaran administrasi yang
dibutuhkan penulis sampai penyelesaian tesis.
10. drg. Hj. Usma Polita, M.Kes. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan.
11. Kepala Puskesmas Kota Medan, terima kasih atas kerjasamanya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12. Ucapan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada suami tercinta yang telah banyak
memberikan semangat, dukungan doa, perhatian, motivasi, dan pengorbanan baik secara moril
maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
13. Ucapan terima kasih yang tulus tiada henti kepada kedua orang tua, yang selalu memberikan
doa, dukungan dan nasehat. Untuk anak – anak ummi tersayang, terima kasih selalu menjadi
penyemangat buat penulis.
14. Terima kasih untuk teman sejawat S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara angkatan 2017, khususnya Peminatan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) atas bantuan, semangat dan kebersamaan selama
mengikuti pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2019
Suhailatun Nafisah Rangkuti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Halaman Persetujuan
Halaman Penetapan Tim Penguji Halaman Pernyataan Keaslian Tesis Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Istilah
Riwayat Hidup
Pendahuluan
Latar Belakang
Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka Puskesmas
Pengertian puskesmas Tujuan puskesmas Fungsi puskesmas
Halaman
i ii iii i ii iii ix xi xii xiv xiii xv
11677
9
9
9
10
10
11
11
12
12
13
14
15
21
21
22
22
22
25
26
27 27
Akreditasi Puskesmas
Definisi akreditasi puskesmas Tujuan akreditasi puskesmas Manfaat akreditasi pelaksanaan
Pelayanan akreditasi puskesmas Dasar hukum akreditasi puskesmas Standar akreditasi
puskesmas
Kinerja
Pengertian kinerja
Cara mengukur kinerja
Faktor-faktor yang memiliki efek terhadap kinerja Indikator penilaian kinerja
Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian
Metode Penelitian Jenis Penelitian
Daftar Isi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lokasi dan Waktu Penelitian 29 Lokasi penelitian 28 Waktu penelitian 29


Populasi dan Sampel 29 Populasi 29 Sampel penelitian 31
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 31 Variabel penelitian 31 Definisi operasional 32
Metode pengumpulan data 32 Metode Pengukuran 34 Metode Analisis Data 34
Hasil Penelitian 36 Gambaran Lokasi Penelitian 36 Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Medan
36 Analisis Univariat 37
Indikator penilaian kinerja program pelayanan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) esensial 38 Analisis Bivariat 41
Hubungan kinerja program pelayanan promosi kesehatan dengan status akreditasi puskesmas 41
Hubungan kinerja program pelayanan kesehatan lingkungan dengan status akreditasi puskesmas
42 Hubungan kinerja program pelayanan KIA-KB dengan status akreditasi puskesmas 43
Hubungan kinerja program pelayanan gizi dengan status akreditasi puskesmas 44 Hubungan
kinerja program pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) dengan status
akreditasi puskesmas 44
Hasil Penelitian Kualitatif 46
Pembahasan 55 Status Akreditasi Puskesmas 56 Promosi kesehatan 57 Kesehatan lingkungan 61
KIA-KB 63 Gizi 69 Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 69
Implikasi Hasil Penelitian Keterbatasan Penelitian
72 72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kesimpulan dan Saran 74 Kesimpulan 74 Saran 76


Daftar Pustaka 79 Lampiran 83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Skala Pengukuran
2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Akreditasi di Puskesmas Kota Medan (n = 39)
34
38
3 Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kota Medan (n = 39) 38
4 Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kota
Medan (n = 39) 39
5 Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan KIA-KB di Puskesmas Kota Medan (n = 39)
39
6 Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Gizi di Puskesmas Kota Medan (n = 39) 40
7 Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
(P2P) di Puskesmas Kota Medan (n=39) 40
8 Hubungan Kinerja Program Pelayanan Promosi Kesehatan dengan Status Akreditasi
Puskesmas Kota Medan 41
9 Hubungan Kinerja Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan dengan Status Akreditasi
Puskesmas Kota Medan 42
10 Hubungan Kinerja Program Pelayanan KIA-KB dengan Status Akreditasi Puskesmas Kota
Medan 43
11 Hubungan Kinerja Program Pelayanan Gizi dengan Status Akreditasi Puskesmas Kota Medan
44
12 Hubungan Kinerja Program Pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
dengan Status Akreditasi Puskesmas Kota Medan
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No
12
Kerangka konsep Desain penelitian
Daftar Gambar
Judul Halaman
26 30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Indikator Penilaian Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) 83
2 Pedoman Focus Group Discussion 86
3 Master Data 88
4 Mapping Akreditasi 90
5 Output Penelitian 92
6 Matriks Hasil Wawancara 98
7 Hasil Wawancara Focus Group Discussion 105
8 Dokumentasi Penelitian 118
9 Survei Pendahuluan 124
10 Ijin Penelitian 125
11 Selesai Survei Pendahuluan 126
12 Selesai Ijin Penelitian 127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Istilah
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara ASI Air Susu Ibu
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BOK Bantuan Operasional Kesehatan CDR Case Detection Rate
CPR Contraceptive Prevalence Rate DAK Dana Alokasi Kesehatan
FGD Focus Group Discussion
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
GDP Gross Domestic Product
IMD Inisiasi Menyusui Dini
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
Kadarzi Keluarga Sadar Gizi
KIA/KB Kesehatan Ibu Anak / Keluarga Berencana
MDGs Milenium Development Goals
MDR Multidrug Resistant Tubreculosis
MMD Musyawarah Masyarakat Desa
NKKBS Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
P2P Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / Pengendalian dan
Pemberantasan Penyakit
PIS-PK Program Imunisasi Sehat – Pendekatan Keluarga POA Planning of Action
PGS Pedoman Gizi Seimbang
PTM Penyakit Tidak Menular
SDM Sumber Daya Manusia
SMD Survei Mawas Diri
SPM Standar Pelayanan Minimal
SPO Standar Prosedur Operasional
TB Tuberculosis
UKM Upaya Kesehatan Masyarakat
UKS Unit Kesehatan Sekolah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Riwayat Hidup
Penulis bernama Suhailatun Nafisah Rangkuti, lahir di Medan pada tanggal 08 Agustus 1978
beragama Islam. Penulis anak ke-3 dari pasangan Dr. Drs. Ramlan Yusuf Rangkuti, M.A. dan
Nurhayati Musthafa, S.Ag. Penulis berstatus menikah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan SD Negeri No. 060822/99 Medan dan lulus
pada Tahun 1990, SMP Negeri 3 Medan dan lulus pada Tahun 1993, SMA Negeri 5 Medan dan
lulus pada Tahun 1993. Penulis melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Teknik Harapan (STTH)
Medan Jurusan Teknik Informatika dan lulus pada Tahun 2000, sekaligus pada waktu yang sama,
penulis kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan lulus pada tahun
2001. Pada tahun 2017, penulis melanjutkan kuliah di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mulai bekerja pada Tahun 2001 sebagai Dokter PTT di Rumah Sakit Haji Medan sampai
Tahun 2003, dan melanjutkan masa PTT di RSUD Lubuk Pakam, Deli Serdang. Pada Tahun
2006, penulis diangkat sebagai CPNS dan Tahun 2007 menjadi PNS di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara sampai sekarang.
Medan, Juli 2019
Suhailatun Nafisah Rangkuti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Latar Belakang
Pendahuluan
Kesehatan adalah investasi. Segenap manusia menginginkan dirinya tetap sehat agar dapat
beraktivitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Upaya kesehatan sebagai cabang subsistem dari
Sistem Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya dilakukan secara berkesinambungan,
berdasarkan sistem, terarah, terpadu, dan menyeluruh bersama-sama dengan subsistem lainnya
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik (Kepmenkes RI Nomor 57 Tahun
2012). Salah satu fasilitas kesehatan adalah Puskesmas. Puskesmas bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatannya.
Puskesmas merupakan suatu bentuk sarana pelayanan kesehatan primer yang berperan utama
dalam sistem kesehatan nasional, terutama subsistem upaya kesehatan yang dinyatakan dalam
Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014. Pusat kesehatan masyarakat melaksanakan upaya
kesehatan, baik itu kepada masyarakat maupun perseorangan. Dalam pelaksanaannya, pelayanan
promotif dan preventif, menjadi prioritas utama bagi Puskesmas. Sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan primer, Puskesmas memiliki tiga fungsi, antara lain sebagai pelopor pembangunan
yang memiliki pandangan kesehatan, pusat layanan primer, serta pusat pemberdayaan
masyarakat dan juga keluarga.
Berdasarkan informasi Hukornas BUK Kemenkes RI (2015) menetapkan bahwa indikator mutu
pelayanan kesehatan adalah akreditasi. Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sesuai
yang tercantum dalam Permenkes 75 Tahun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali dan sasaran
target indikator kinerja yaitu jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas
bersertifikasi akreditasi. Saat ini, terdapat 9767 unit Puskesmas dari 7160 kecamatan di
Indonesia.
Akreditasi puskesmas adalah pengakuan terhadap puskesmas yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa
Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas secara berkesinambungan. Dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan, puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit
tiga tahun sekali (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Puskesmas yang sudah dijadikan tetap legalisasinya diharapkan dapat memperbaiki mutu
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan. Adapun tujuan pokok akreditasi yaitu melakukan
pembaharuan dalam memaksimalkan kualitas dan kemampuan kerja dengan melakukan
perubahan yang berkelanjutan, tidak hanya berdasarkan pada pemikiran untuk meraih sertifikat
akreditasi (Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014).
Tujuan diberlakukannya akreditasi puskesmas adalah untuk membina puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan primer dalam upaya untuk berkelanjutan memperbaiki sistem pelayanan
dan kinerja yang berfokus pada kebutuhan masyarakat, keselamatan, dan manajemen risiko.
Pelayanan kesehatan primer yang dimaksudkan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan,
maupun pemulihan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sumber data dan informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, jumlah Puskesmas
tahun 2016 sebanyak 571 dimana 176 Puskesmas Perawatan dan 395 Puskesmas Non Perawatan
dari 33 Kabupaten/Kota dengan target indikator bahwa seluruh Puskesmas di Sumatera Utara
pada tahun 2019 sudah terakreditasi. Berdasarkan Roadmap Kabupaten/Kota mengusulkan
berjumlah 55 Puskesmas, 20 diantaranya sudah memenuhi kriteria penilaian dan tahapan untuk
di survei akreditasi, artinya masih ada 20 persen yang baru terakreditasi. Mapping akreditasi
Puskesmas Kota Medan tahun 2016-2020 diperoleh dua Puskesmas utama, 26 Puskesmas madya,
enam Puskemas dasar, empat Puskesmas dalam proses pendampingan dan dua Puskesmas belum
terakreditasi.
Tujuan keberadaan Puskesmas, khususnya di daerah terpencil dan sangat terpencil diantaranya
adalah untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Salah satu karakteristik
pengelolaan layanan kesehatan Puskesmas pada daerah terpencil dan sangat terpencil adalah
memberikan pelayanan UKM tahap pertama yaitu UKM esensial bertujuan untuk membantu
tercapainya kriteria pelayanan yang minimal untuk wilayah daerah tingkat II di sektor kesehatan
dan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan yang pelaksanaannya membutuhkan inovatif
untuk memperluas dan meningkatkan pelayanannya agar mengutamakan kasus kesehatan di
setiap area kerja Puskesmas. Adapun fokus utama dari implementasi upaya kesehatan perorangan
adalah tindakan kuratif, baik itu pelayanan non rawat inap, IGD, one day care, maupun home
care (Permenkes RI Nomor 585/ Menkes/SK/V/ 2007).
Promosi terhadap kesehatan, kesehatan tentang lingkungan (Kesling), kesehatan untuk ibu dan
juga anak, serta keluarga berencana, pelayanan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

berkaitan tentang gizi dan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) adalah lima
jenis pelayanan UKM esensial yang wajib dilakukan setiap Puskesmas bertujuan membantu
untuk mencapai mutu minimal dari layanan yang diberikan. Hal ini berarti, seluruh Puskesmas
tanpa melihat kriterianya wajib menyelenggarakan lima jenis pelayanan kesehatan ini
(Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014).
Puskesmas wajib mengupayakan pelayanan yang lebih bermutu sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat di setiap wilayah kerja. Untuk mencapai jangkauan pelayanan
hingga ke seluruh penjuru desa, maka Puskesmas harus mampu memberikan mutu pelayanan
yang berkualitas demi memberikan kepuasan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
desa (Muninjaya, 2004).
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan pemerintah melewati
Kementerian Kesehatan dengan menetapkan Permenkes RI Nomor 46 Tahun 2015 mengenai
Akreditasi Puskesmas. Dengan adanya akreditasi ini, diharapkan Puskesmas mampu untuk
mengimplementasikan segala prosedur standar secara efisien dan efektif agar masyarakat puas
terhadap layanan yang diberikan. Peningkatan mutu pelayanan Puskesmas ini harus didukung
juga dengan kredibilitas kinerja dari sumber daya manusia.
Berdasarkan kriteria di atas, Menteri Kesehatan mengeluarkan suatu keputusan tentang acuan
untuk memberi nilai atas kinerja dari petugas kesehatan di Puskesmas. Kualitas dan sistem kerja
pelayanan diselenggarakan secara berkesinambungan dengan sasaran kepada penerima aktif yang
akan dianalisa sebagai bahan pendataan untuk menyempurnakan pelayanan di Puskesmas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Kepmenkes RI Nomor 857 Tahun 2009).


Penilaian kinerja yang dimaksud dilakukan dengan memakai indikator
kinerja berdasarkan standar pelayanan. Sebelum dilakukannya evaluasi juga diperlukan adanya
peraturan dari menteri kesehatan yang membahas mengenai acuan pemasaran dari Puskesmas
sebagai petunjuk kepada kepala, penanggung jawab upaya kesehatan dan petugas Puskesmas
agar dapat mengelola sumber daya dan upaya secara optimal. Penilaian kinerja dilakukan oleh
pihak luar dilakukan memakai standar yang ada dengan metode akreditasi (Permenkes RI Nomor
46 Tahun 2015).
Penilaian hasil pencapaian kinerja UKM esensial dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu baik
apabila lebih besar sama dengan 91 persen, cukup apabila lebih besar sama dengan 81-90 persen
dan kurang apabila lebih kecil dari 80 persen. Menurut hasil penelitian Ratna Wardani pada
tahun 2015 mengenai “Analisa Kepuasan Pasien Ditinjau Dari Mutu Pelayanan Kesehatan
Setelah Terakreditasi Paripurna Versi KARS 2012” menyatakan bahwa ada pengaruh antara
kepuasan pasien ditinjau dari kualitas layanan. Didukung penelitian Nissa dkk Tahun 2016 yang
berjudul “Analisis Kesiapan Akreditasi Dasar Puskesmas Mangkang di Kota Semarang”. Secara
umum, persiapan implementasi kebijakan Permenkes RI No 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas Tingkat Dasar di Puskesmas Mangkang tidak berjalan maksimal walaupun sudah ada
perbaikan dan proses pelaksanaan yang baik sehingga dapat dikatakan Puskesmas Mangkang
belum siap menghadapi akreditasi.
Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2018 di seluruh Puskesmas yang berada di
kota Medan sebanyak 39 termasuk Puskesmas yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sudah terakreditasi maupun yang belum terakreditasi, ditemukan bahwa dalam pelaksanaannya
Puskesmas belum menyelenggarakan UKM esensial secara optimal karena kurangnya tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis UKM esensial seperti pemegang
program promosi kesehatan di Puskesmas Amplas dengan latar belakang pendidikan ners. Selain
itu ruangan yang masih kurang, seperti ruangan KIA dan KB dijadikan dalam satu ruangan.
Ketersediaan tenaga dan sarana yang kurang di Puskesmas sebagai salah satu unsur yang
memegang fungsi dalam pelaksanaan UKM esensial. Pencapaian kinerja program Kesehatan
Lingkungan, program gizi dan program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) juga
belum berjalan sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas (Depkes RI, 2010). Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Perbedaan Status
Akreditasi tentang Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas Kota
Medan”.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah perbedaan status akreditasi dengan kinerja Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas kota Medan, meliputi :
a. Bagaimana perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program
Promosi kesehatan.
b. Bagaimana perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program
Kesehatan lingkungan.
c. Bagaimana perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program
KIA-KB.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

d. Bagaimana perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Gizi.


e. Bagaimana perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P).
2. Apa yang menjadi determinan pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
esensial di Puskesmas di Kota Medan.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan status akreditasi tentang kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) esensial di Puskesmas Kota Medan.
2. Untuk mengetahui perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Promosi
kesehatan.
3. Untuk mengetahui perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Kesehatan
lingkungan.
4. Untuk mengetahui perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program KIA-KB.
5. Untuk mengetahui perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Gizi.
6. Untuk mengetahui perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit (P2P).
7. Untuk mengetahui determinan pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
esensial di Puskesmas Kota Medan.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Memberikan saran kepada pihak Puskesmas agar memperhatikan aspek


kualitas pelayanan dan akreditasi Puskesmas.
2. Bagi Instansi Pemerintah (Dinas Kesehatan)
Sebagai bahan pertimbangan kepada pihak Dinas Kesehatan setempat untuk
meninjau kembali pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
3. Bagi Pengembangan Ilmu
Untuk menambah kepustakaan dan informasi bagi peneliti di masa yang akan datang tentang
perbedaan kualitas pelayanan Puskesmas akreditasi dan Puskesmas non-akreditasi.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang perbedaan kualitas pelayanan Puskesmas
akreditasi dan Puskesmas non-akreditasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tinjauan Pustaka
Puskesmas
Pengertian puskesmas. Berdasarkan keputusan yang dilakukan oleh
Menteri Kesehatan dengan Nomor 28 pada tahun 2004 menetapkan Puskesmas sebagai sumber
utama dari pelayanan pratama dan juga sebagai tolak ukur pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dalam suatu wilayah kerja yang mana lebih memprioritaskan pada upaya promotif
maupun preventif guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik (Alamsyah
dan Muliawati, 2013). Dalam menjalankan fungsi kerjanya, Puskesmas sebagai penyelenggara
teknis dari Dinas Bagian Kesehatan Pemerintah Daerah Tingkat II mengemban tugas terhadap
pelaksanaan pembangunan kesehatan di area kerjanya (Trihono, 2014).
Sesuai peraturan dari Menteri Kesehatan dengan Nomor 74 pada tahun 2014 menyatakan bahwa
lokasi pendirian Puskesmas harus memiliki beberapa syarat berikut ini:
1. Geografis;
2. Dapat dijangkau;
3. Kontur dari tanah;
4. Lahan parkir;
5. Petugas keamanan;
6. Sarana dan prasarana umum yang tersedia;
7. Pengolahan kesehatan lingkungan; dan
8. Keadaan-keadaan yang lain sebagainya.
Adapun strategi yang dilakukan untuk mewujudkan Indonesia sehat tahun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010 dan keperluan pembanguan lingkungan kesehatan di zaman Pemerinta Daerah ini, sehingga
menyebabkan Kementerian dari bidang kesehatan tetap mengeluarkan ketetapan visi dan misi
Puskesmas. Terwujudnya Kecamatan sehat merupakan salah satu visi pembangunan kesehatan
melalui Puskesmas (Muninjaya, 2004).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang
meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua
penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia (Efendi, 2009).
Tujuan puskesmas. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi- tingginya merupakan tujuan
dari Puskesmas dalam mewujudkan pembangunan kesehatan secara nasional (Trihono, 2014).
Fungsi puskesmas. Puskesmas mempunyai daerah yang menjadi kekuasaan kerjanya yang
mencakup satu atau beberapa kecamatan. Dalam pengembangan layanan kesehatannya, Pusat
Kesehatan Masyarakat dibantu oleh Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Puskesmas
yang berada di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 150.000 jiwa atau lebih
disebut Puskesmas Pembina yang bermanfaat sebagai pusat rujukan dan koordinasi bagi
Puskesmas kelurahan (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2014) ada tiga fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Akreditasi Puskesmas
Definisi akreditasi puskesmas. Akreditasi Puskesmas tercantum dalam
Pasal 1 ayat 8 Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014. Puskesmas yang sudah dijadikan tetap
legalisasinya tersebut diharapkan dapat memperbaiki mutu pelayanannya secara
berkesinambungan. Adapun tujuan pokok akreditasi yaitu melakukan pembaharuan dalam
memaksimalkan kualitas dan kemampuan kerja dengan melakukan perubahan yang
berkelanjutan, tidak hanya berdasarkan pada pemikiran untuk meraih sertifikat akreditasi.
Menurut beberapa tinjauan literatur, pengukuhan sebagai syarat utama dari kegiatan suatu
lembaga berupa proses diakui secara resmi dari badan akreditasi dengan mengkaji berbagai
aspek termasuk prosedur (Poerwarni dan Evie, 2006). Hal ini bertujuan untuk meninggikan
standar (Accreditation Commission for Health Care, 2016).
Tujuan akreditasi puskesmas. Akreditasi Puskesmas bertujuan untuk membina terhadap
penambahan kualitas dan kemampuan kerja dengan cara melakukan perubahan ke arah lebih baik
secara berkesinambungan terhadap unsur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pemasaran, pemasaran kualitas, dan pelaksanaan proses melayani dan rancangan mengenai asas
serta usaha, dan bukan hanya sekedar keinginan untuk meraih sertifikat akreditasi.
Manfaat akreditasi puskesmas. Akreditasi puskesmas memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Memberikan keunggulan kompetitif;
2. Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan;
3. Menjamin diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer kepada pasien dan
masyarakat;
4. Meningkatkan pendidikan pada staf fasilitas pelayanan kesehatan primer
untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat;
5. Meningkatkan pengelolaan risiko pada pelayanan pasien baik di puskesmas
maupun fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya;
6. Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf fasilitas pelayanan
kesehatan primer;
7. Meningkatkan realibilitas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan
konsistensi dalam bekerja;
8. Meningkatkan keamanan dalam bekerja.
Pelaksanaan akreditasi puskesmas. Komisi akreditas puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah lembaga independen yang dibentuk oleh
menteri kesehatan untuk melaksanakan penilaian akreditasi Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya, yang selanjutnya disebut sebagai komisi akreditasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tim akreditasi puskesmas. Tim akreditasi puskesmas dibentuk oleh kepala puskesmas. Tim
akreditasi puskesmas yang telah dibentuk bertanggung jawab untuk menyiapkan puskesmas
dalam memperoleh akreditasi puskesmas.
Tim pendamping dinas kesehatan kabupaten/kota. Tim ini dibentuk oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan anggota yang berasal dari pejabat fungsional atau struktural Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau pihal ketiga atau lembaga lain. Tim yang telah dilatih kemudian
kan ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendampingi Puskesmas
dalam penyelenggaraan akreditasi. Pendampingan praakreditasi maupun pascakareditasi.
Pendampingan praakreditasi merupakan rangakain kegiatan penyiapan puskesmas agar
memenuhi standar akreditasi. Sedangkan pendampingan pasca akreditasi merupakan kegiatan
untuk memelihara serta meningkatkan pencapaian standar Akredirtasi secara berkesinambungan
sampai dilakukan penilaian akreditasi berikutnya.
Tim akreditasi dinas kesehatan provinsi. Tim ini merupakan tim pelatih calon pendamping
akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tim terdiri dari Widyaiswara dan staf Dinas
Kesehatan Provinsi atau peserta dari pihak ketiga yang diusulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
dengan persyaratan dan kriteria yang telah ditentukan. Setelah tim terbentuk selanjutnya tim
tersebut akan mendapatkan pelatihan untuk kemudian menjadi tim pelatih pendamping akreditasi
puskesmas.
Tim suveior. Tim suveior merupakan tim penilaian akreditasi puskesmas yang ditugaskan oleh
Komisi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tim tersebut terdiri dari Widyaiswara dan staf Dinas Kesehatan Provinsi atau peserta dari pihak
ketiga yang diusulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dengan persyaratan dan kriteria yang telah
ditetapkan. Tim surveyor ini mempunyai tugas untuk melakukan survei akreditasi terhadap
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat pertama sesuai dengan standar yang berlaku. Tim
surveyor mempunyai kewajiban dan kewenangan untuk memberikan rekomendasi status
pencapaian akreditasi kepada komisi akreditasi.
Standar akreditasi puskesmas. Legalisasi Puskesmas memberikan penilaian terhadap tiga
kelompok layanan, yaitu administrasi dan manajemen, UKM, dan UKP. Standar akreditasi dari
Pusat Kesehatan Masyarakat terdiri dari sembilan Bab yang akan diuraikan sesuai dengan
standar penilaian, kriteria- kriteria dan elemen penilaian (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Standar, kriteria, dan elemen penilaian akreditasi untuk kelompok administrasi dan manajemen
Puskesmas diuraikan dalam tiga bab yaitu pertama mengenai pelaksana pelayanan, kedua tentang
kepemimpinan dan manajemen, dan ketiga berkaitan dengan peningkatan mutu dari Puskesmas
tersebut.
Sedangkan untuk UKM, dirincikan menjadi tiga bab yaitu upaya kesehatan masyarakat yang
berorientasi sasaran, kepemimpinan dan manajemen upaya kesehatan masyarakat, dan sasaran
kinerja upaya kesehatan masyarakat.
Untuk kelompok Upaya Kesehatan Perorangan terdiri dari tiga bab yaitu layanan klinis yang
berorientasi pasien, manajemen penunjang layanan klinis dan peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien.
Secara keseluruhan diperoleh standar berjumlah 42, kriteria sebanyak 168, dan elemen penilaian
sebesar 776 dalam standar akreditasi Puskesmas yang akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

digunakan sebagai acuan untuk menetapkan status akreditasi Puskesmas (Zakiah, 2016).
Dasar hukum akreditasi puskesmas. Dasar hukum akreditasi puskesmas yaitu sebagai berikut :
1. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012;
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 43;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 39 ayat 1.
Standar Akreditasi Puskesmas
Prinsip yang digunakan dalam akreditasi puskesmas yaitu menggunakan pendekatan keselamatan
dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas pelayanan kesehatan.
Prinsip tersebut digunakan unutuk meningkatan kualitas dan keselamatan pelayanan. Prinsip
akreditasi puskesmas yang mengutamakan hak asasi manusia digunakan sebagai standar
akreditasi puskesmas untuk menjamin agar semua pasien mendapatkan pelayanan dan informasi
yang sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, tanpa memandang golongan
sosial, ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, ras, maupun suku.
Terdapat sembilan Bab Standar Akreditasi puskesmas dengan 772 Elemen Penilaian (EP),
diantaranya :
1. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59 EP;
2. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 90 EP;
3. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP) dengan 32 EP;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4. Bab
5. Bab 102
6. Bab
7. Bab
8. Bab
9. Bab
EP.
Kelompok yang Dinilai
Akreditasi puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di puskesmas, yaitu (Menteri Kesehatan
RI, 2015):
Kelompok administrasi manajemen. Manajemen administrasi merupakan suatu pendekatan yang
difokuskan pada prinsip-prinsip yang dapat digunakan oleh manajer untuk mengkoordinasi
aktivitas intern organisasi. Kelompok administrasi manajemen puskesmas diuraikan menjadi:
1. Penyelenggaraan pelayanan manajemen puskesmas diselenggarakan sebagai
berikut :
a. Proses pencapaian tujuan puskesmas;
b. Proses menyelaraskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai puskesmas;
c. Proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka
efisiensi dan efektivitas puskesmas.;
d. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
e. Proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan puskesmas;
IV. Program Puskesmas yang Berorientasi Sasaran (PPBS) dengan 53 EP; V. Kepemimpinan dan
Manajemen Program Puskesmas (KMPP) dengan
EP;
VI. Sasaran Kinerja dan MDG’s (SKM) dengan 55 EP;
VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 EP; VIII. Manajemen
Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 EP;
IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan 58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

f. Proses mengelola lingkungan.


2. Kepemimpinan dan manajemen puskesmas
Manajemen puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis
untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis
yang dilaksanakan puskesmas yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban keberhasilan dari rangkaian kegiatan tersebut sangat
dipengaruhi oleh kepemimpinan dari kepala puskesmas.
3. Peningkatan mutu puskesmas
Upaya peningkatan mutu pelayanan puskesmas merupakan suatu proses manajemen yang
dilakukan secara sistematis, objektif, terpadu dan berkesinambungan serta berorientasi pada
pelanggan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan puskesmas didasari atas paradigma bahwa
peningkatan mutu pelayanan puskesmas akan tercapai, jika proses pelayanan diperbaiki dengan
menerapkan prinsip dan metode jaminan mutu.
Kelompok upaya kesehatan masyarakat (UKM). Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat (PMK Nomor. 75 Tahun 2014). Upaya kesehatan masyarakat (UKM) meliputi
upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya
kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud meliputi (Kementerian Kesehatan RI,
2014)
1. Pelayanan promosi kesehatan;
2. Pelayanan kesehatan lingkungan;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;


4. Pelayanan gizi; dan
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan Menteri Kesehatan RI (2015) menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) diuraikan dalam:
1. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS);
2. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat (KMUKM);
3. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat.
Kelompok upaya kesehatan perorangan (UKP) Upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:
a. b. c. d. e.
Rawat jalan;
Pelayanan gawat darurat;
Pelayanan satu hari (one day care);
Home care; dan/atau
Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur
operasional dan standar pelayanan (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2015 menyatakan bahwa Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) diuraikan dalam:
1. 2. 3.
Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP); Manajemen Penunjang Layanan Klinis
(MPLK); Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP).
Dokumen akreditasi puskesmas. Pengaturan sistem dokumentasi dalam suatu proses
implementasi akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dianggap penting karena
dokumen merupakan ancuan kerja bukti pelaksanaan dan penerapan kebijakan, program dan
kegiatan, serta bagian dari salah satu persyaratan Akreditasi FKTP. Sistem dokumentasi yang
baik dalam suau institusi/ organisasi diharapkan fungsi-fungsi setiap personil maupun bagian-
bagian dari organisasi dapat berjalan sesuai dengan perencanaan bersama dalam upaya
mewujudkan kinerja yang optimal.
Dokumen-dokumen yang perlu disediakan di puskesmas asalah sebagai beriku:
1. Penyelenggaraan manajemen puskesmas:
a. Kebijakan kepala puskesmas;
b. Rencana lima tahun puskesmas;
c. Pedoman/manual mutu;
d. Pedoman/panduan teknis yang terkait dengan manajemen.
e. Standar Operasional Prosedur (SOP)
f. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
1) Rencana Usulan Kegiatan (RUK);
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2) Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). g. Kerangka Acuan Kegiatan


2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM):
a. Kebijakan kepala puskesmas
b. Pedoman untuk masing-masing UKM (esensial maupun pengembangan),
Standar Operasional Prosedur (SOP)
c. Rencana tahunan untuk masing-masing UKM
d. Kerangka acuan kegiatan pada tiap-tiap UKM
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan (UKP)
Jenis akreditasi. Akreditasi Puskesmas terbagi dalam beberapa jenis
diantaranya:
1. Tidak akreditasi: jika pencapaian nilai BAB I, II dan III kurang dari 75 persen
dan BAB IV, V, VI kurang dari 60 persen, dan BAB VII, VIII, IX kurang dari
20 persen;
2. Terakreditasi dasar jika pencapaian nilai BAB I, II, dan III lebih besar dari 75
persen, BAB VI, VII lebih besar dari 60 persen dan BAB VII, VIII, dan IX
lebih besar sama dengan dari 20 persen;
3. Terakreditasi madya jika pencapaian nilai BAB I, II, III, IV, V lebih besar
sama dengan dari 75 persen, BAB VI, VII lebih besar sama dengan dari 60
persen dan BAB VIII, IX lebih besar sama dengan dari 20 persen;
4. Terakreditasi utama jika pencapaian nilai BAB I, II, III, IV, V, VI, VII lebih besar sama
dengan dari 75 persen san BAB VIII, IX lebih besar sama dengan
dari 60 persen;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Terakreditasi Paripurna jika pencapaian nilai semua BAB lebih besar sama dengan dari 75
persen.
Kinerja
Pengertian kinerja. Pengertian kinerja dalam Yani (2012) merupakan
pencapaian kerja seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai
dengan kemampuannya. Definisi kinerja lainnya seperti yang dinyatakan Fahmi (2017),
kemampuan kerja adalah hasil yang diraih perusahaan, baik itu bersifat profit oriented maupun
non profit oriented dalam satu periode waktu. Wibowo (2017) juga menambahkan kinerja
merupakan hasil dari aplikasi kombinasi antara sustaining dan acceleration leadership behavior.
Kedua bentuk perilaku kepemimpinan tersebut dimanifestasikan dengan cara berbeda.
Berlandaskan pada definisi-definisi yang telah diuraikan sebelumnya, yang dimaksud dengan
kinerja karyawan adalah kemampuan untuk melaksanakan prosedur pekerjaan, dimana
pencapaian kinerja dapat diselesaikan tepat waktu sehingga tujuannya sesuai dengan moral
maupun etika perusahaan.
Cara mengukur kinerja. Pelaksanaan pengukuran kemampuan kerja bertujuan guna mencari tahu
ada atau tidaknya penyimpangan dari rancangan yang sudah ditetapkan. Selain itu, untuk
mengetahui apakah pekerjaan bisa dilaksanakan tepat waktu atau hasilnya telah tercapai sesuai
harapan. Menurut Wibowo (2017), cara pengukuran kinerja yang tepat antara lain: mencari
kepastian apakah sesuatu yang menjadi syarat sesuai keinginan pelanggan telah terpenuhi,
mengupayakan standar minimal dari kemampuan kerja, memberikan jarak bagi orang untuk
dapat memantau tahapan pekerjaan, menetapkan mutu dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sasaran, menghindari adanya risiko terhadap kurangnya kualitas dari mutu kerja,
mempertimbangkan terhadap pemakaian tenaga kerja, serta adanya respon balik untuk
mendukung ke arah yang lebih baik.
Faktor-faktor yang memiliki efek terhadap kinerja. Faktor-faktor yang berefek terhadap pola
kerja dalam Kasmir (2016) adalah: kemampuan dan keahlian pekerja, ilmu pengetahuan yang
dimiliki, rancangan kerja, kepribadian tenaga kerja, semangat dalam bekerja, kepemimpinan,
gaya kepemimpinan, budaya organisasi, adanya rasa puas terhadap apa yang telah dikerjakan,
kawasan kerja, kepatuhan, komitmen dan ketaatan terhadap pekerjaan.
Indikator penilaian kinerja. Penilaian kinerja dalam Yani (2012) adalah suatu upaya untuk
melakukan pengukuran terhadap hasil kerja atau prestasi seseorang berdasarkan atas
kemampuannya. Dalam menyelesaikan pekerjaannya, seseorang harus mempunyai kesediaan dan
tingkat kecakapan tertentu. Tanpa adanya pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan
dan bagaimana mengerjakannya, maka seseorang tidak efektif dalam bekerja.
Penilaian sistem kerja Pusat Kesehatan Masyarakat berdasarkan atas hasil kerja. Pelaksanaan
penilaian kinerja dimulai dari Puskesmas. Selanjutnya, Dinas Kesehatan melakukan verifikasi
terhadap hasil yang diperoleh. Aspek penilaian meliputi pencapaian cakupan dan manajemen
kegiatan termasuk mutu layanan. Melalui hasil verifikasi, Pemerintah melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dapat menetapkan Puskesmas kedalam kelompok satu, dua dan tiga sesuai
dengan pencapaian kinerjanya.
Beberapa teori kinerja yang dikemukan oleh para peneliti antara lain:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KOP (Kualitas Berorientasi Pelanggan). Teori ini dikemukakan oleh Engenderhealth tahun 2003
merupakan metode peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan melihat dua sisi pelayanan
Puskesmas yaitu pasien dan staf Puskesmas. Teori ini adalah suatu proses untuk membantu
tenaga kesehatan secara terus menerus dalam meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
kesehatan serta membuat pelayanan lebih merespon terhadap kebutuhan pelanggan (Wibowo,
2009).
Teori Fadel. Kinerja pegawai Fadel (2009) mengemukakan beberapa indikator yang digunakan
untuk mengukur kinerja pegawai yaitu: pemahaman atas tupoksi, inovasi, kecepatan kerja,
keakuratan kerja dan kerjasama.
Teori T.R.Michel. Indikator kinerja meliputi kualitas pelayanan (quality of work), komunikasi
(communication), kecepatan (promptness), kemampuan (capability), dan inisiatif (initiative).
Teori Brady and Cronin. Pertama kali dikemukakan Brady and Cronin tahun 2000 yang
mengembangkan teori kualitas jasa berbasis pada rancangan hierarkis yaitu perceived service
quality a hierarchial approach. Dalam teori ini, dimensi utama terdiri dari tiga komponen yaitu
interaksi (interaction), lingkungan fisik (physical environment), dan hasil (outcome).
Berdasarkan tinjauan literatur di atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini mengacu kepada
teori dari Brady dan Cronin tahun 2001 yang selanjutnya diuraikan sebagai berikut.
Kualitas pelayanan merupakan faktor utama yang dapat memengaruhi terhadap citra produk dan
kredibilitas dari suatu organisasi atau perusahaan. Karena kualitas jasa yang baik dapat
menjadikan perusahaan tetap bertahan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

persaingan. Maka demikian, perusahaan perlu menerapkan tiga dimensi utama yaitu memadukan
berbagai perspektif yang saling berhubungan erat disebut rancangan Hierarchical Service Quality
Model yang dikembangkan oleh Brady dan Cronin (2001).
Dimensi utama dari model Brady dan Cronin (2001) terdiri dari tiga komponen. Pertama kualitas
interaksi berhubungan erat tentang bagaimana proses pelayanan tersebut disampaikan. Karena
jasa bersifat inherent, intangible dan inseparability, interaksi pertemuan antara petugas dengan
pelanggan selama memberikan layanan sering memiliki pengaruh terbesar dalam persepsi mutu
pelayanan. Selanjutnya, terdapat tiga faktor lainnya yaitu sikap, perilaku dan keahlian.
Sikap disini diartikan segala tingkah laku yang ditunjukkan oleh seluruh komponen penyedia
jasa selama proses berlangsung. Perilaku dalam pengertian ini yaitu tindakan yang dilakukan
oleh petugas saat memberikan pelayanan kepada konsumen. Sedangkan yang dimaksud dengan
keahlian adalah kemampuan dan tingkat pengetahuan serta pemahaman yang dimiliki para
pemberi layanan terhadap pekerjaan yang dilaksanakannya.
Komponen kedua membahas tentang lingkungan fisik merupakan tempat dimana layanan itu
terjadi. Jasa bersifat intangible dengan melibatkan konsumen selama proses berlangsung,
keberadaan lingkungan dan sekitarnya yang dapat memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
persepsi keseluruhan kualitas pelayanan yang telah diberikan. Terdapat tiga faktor yang
berpengaruh yaitu ambient condition, design, dan sosial factors.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komponen ketiga adalah kualitas hasil yang membahas tentang segala sesuatu yang telah
diperoleh oleh pengguna, ketika proses antara pemakai jasa dengan penyedia telah selesai. Ada
dua faktor yang berpengaruh dalam hal ini yaitu waktu tunggu dimana konsumen menginginkan
pelayanan yang tepat pada waktunya sebagai bagian dari penilaian mereka terhadap mutu
layanan secara keseluruhan, dan valensi berupa atribut yang mempengaruhi keyakinan pelanggan
tentang baik atau buruknya jasa yang diterima oleh mereka.
Menurut Brady dan Cronin (2001), kualitas layanan yang dimiliki oleh suatu organisasi akan
menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi persaingan. Selain itu dapat mempengaruhi
terhadap tingkat kepuasan pelanggan dan akan memberikan image yang positif terhadap
perusahaan. Pengguna pelayanan pun akan menjadi loyal.
Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh dua variabel dependen yakni perbedaan
status akreditasi Puskesmas terhadap variabel independen yaitu kinerja UKM esensial.
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka muncullah kerangka konsep yang diuraikan
selengkapnya sebagai berikut.
Lima jenis pelayanan UKM yang esensial wajib dilaksanakan oleh setiap Puskesmas tanpa
melihat kriterianya. Terdiri dari promosi terhadap kesehatan, kesehatan yang menyangkut
lingkungan, kesehatan yang diperuntukkan kepada ibu dan juga anak, serta membahas yang
berkaitan dengan keluarga berencana, pelayanan mengenai masalah gizi serta pelayanan
pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit. Bertujuan untuk membantu dalam mencapai
mutu minimal dari layanan yang diberikan kepada konsumen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kinerja Promosi Kesehatan


Kinerja promosi kesehatan
Kinerja Kesehatan Lingkungan
Belum terakreditasi
Kinerja KIA/KB
Kinerja Gizi
Terakreditasi
Kinerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Gambar 1. Kerangka konsep Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Promosi
Kesehatan.
2. Ada perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program
Kesehatan Lingkungan.
3. Ada perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program KIA/KB.
4. Ada perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program Gizi.
5. Ada perbedaan status akreditasi Puskesmas tentang kinerja program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jenis Penelitian
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods. Menurut Sugiyono
(2016), penelitian mixed methods adalah suatu jenis penelitian yang mengkombinasikan atau
menggabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif untuk digunakan secara bersama-sama
dalam kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan
objektif. Pemahaman dalam penelitian ini adalah permasalahan yang berkaitan dengan perbedaan
status akreditasi tentang kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas
Kota Medan.
Penelitian mixed methods dalam Creswell (2012) merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Strategi-strategi dalam
penelitian mixed methods yaitu:
1. Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods),
merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode
dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan wawancara terlebih dahulu untuk
mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitatif dengan melakukan survei.
Strategi ini dibagi menjadi dua sebagai berikut:
a. Strategi Urutan Pembuktian (Sequential Explanatory)
Strategi ini dinamakan urutan pembuktian karena setelah ada pembuktian urutan berikutnya
adalah pendalaman. Strategi ini merupakan strategi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

paling populer dalam penelitian kuantitatif. Penelitian menggunakan strategi sequential


explanatory dimulai pada tahap awal pengumpulan data. Kemudian dianalisis menggunakan
metode kuantitatif dan dilanjutkan dengan metode kualitatif. Pengumpulan data dan analisisnya
dilakukan secara terpisah tetapi dibuat bersambung.
b. Strategi Urutan Penemuan (Sequential Exploratory)
Strategi Sequential Exploratory ini dinamakan strategi urutan penemuan, karena setelah ada
penemuan urutan berikutnya adalah pembuktian populasi secara lebih luas. Strategi ini sama
dengan sequential explanatory, bedanya hanya dibalik. Penelitian dengan strategi sequential
exploratory pada tahap awal menggunakan metode kualitatif dan tahap berikutnya menggunakan
metode kuantitatif. Kombinasi data kedua metode ini bersifat connecting (menyambung).
Kelemahan dari metode ini adalah memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang lebih besar.
2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu-waktu (concurrent mixed methods), merupakan
penelitian yang menggabungkan antara data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu waktu.
Terdapat dua strategi pada metode ini sebagai berikut:
a. Strategi Campuran Berimbang (Concurrent Trianggulation Strategy) Strategi concurrent
trianggulation ini paling familier. Dalam strategi ini peneliti menggunakan metode kuantitatif
dan kualitatif secara bersama – sama serta berimbang baik dalam pengumpulan data maupun
analisisnya. Kemudian membandingkan data yang diperoleh untuk dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ditemukan mana data yang dapat digabungkan dan dibedakan. Akan tetapi dalam prakteknya bisa
saja bobot metode yang satu bobotnya lebih tinggi atau lebih rendah. Keuntungan strategi
concurrent trianggulation data yang diperoleh bisa lebih lengkap dan validitas data akan lebih
baik daripada menggunakan satu metode. Adapun kelemahannya adalah peneliti harus memiliki
keahlian dalam mengumpulkan data dan analisisnya karena menggunakan metode yang berbeda
dalam waktu penelitian yang sama.
b. Strategi Campuran Tidak Berimbang (Concurrent Embedded Strategy) Strategi campuran
tidak berimbang dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan dua macam data kuantitatif dan
kualitatif secara simultan dalam satu tahap pengumpulan data. Dengan demikian data yang
diperoleh lebih lengkap dan akurat.
3. Prosedur campuran transformatif (transformative mixed methods), merupakan prosedur
penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif overaching yang
didalamnya terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Perspektif inilah yang nantinya akan
memberikan kerangka kerja untuk topik penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil yang
diharapkan.
Pada penelitian ini menggunakan sequential mixed methods dengan strategi eksplanatoris
sekuensial dimana tahap pertama mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dalam
menjawab pertanyaan pertama yaitu bagaimanakah perbedaan status akreditasi dengan kinerja
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas kota Medan. Selanjutnya, tahap
kedua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif untuk menjawab pertanyaan kedua yaitu apa
yang menjadi determinan pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial
Puskesmas di Kota Medan.
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif pengumpulan data
Kuantitatif analisis data
Gambar 2. Desain penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Lokasi penelitian adalah seluruh Puskesmas yang berada di kota Medan, yaitu
39 Puskesmas baik yang sudah terakreditasi maupun belum terakreditasi.
Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2018 s/d selesai.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi penelitian menurut pendapat Sugiyono (2016)
merupakan wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dibuat kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Puskemas di kota Medan, baik yang sudah
terakreditasi maupun yang belum terakreditasi berjumlah 39 Puskesmas, yang akan dilihat
kinerjanya mulai tahun 2015-2017.
Kualitatif Pengumpulan Data
Kualitatif analisis data
Interpretasi data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sampel penelitian. Sampel penelitian menurut pendapat Sugiyono (2016) adalah bagian dari
populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu 39 Puskesmas yang berada di kota
Medan.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian. Variabel terikat atau dependent variable merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah akreditasi Puskesmas. Dibedakan atas lima
kategori :
(1) Tidak terakreditasi, jika pencapaian nilai bab I, II, dan III lebih kecil dari 75
persen dan bab IV, V, VI lebih kecil dari 60 persen, serta Bab VII, VIII, IX
lebih kecil dari 20 persen;
(2) Terakreditasi dasar, jika pencapaian nilai bab I, II, dan III lebih besar sama
dengan dari 75 persen dan bab IV, V, VI lebih besar sama dengan dari 60
persen, serta Bab VII, VIII, IX lebih besar sama dengan dari 20 persen;
(3) Terakreditasi madya, jika pencapaian nilai bab I, II, III, IV, V lebih besar sama dengan dari
75 persen dan bab VI, VII lebih kecil dari 60 persen, serta
Bab VIII, IX lebih kecil dari 20 persen;
(4) Terakreditasi utama, jika pencapaian nilai bab I, II, dan III, IV, V, VI, VII
lebih besar sama dengan dari 75 persen dan bab VIII, IX lebih besar sama
dengan dari 60 persen;
(5) Terakreditasi paripurna, jika pencapaian nilai semua bab lebih besar sama
dengan dari 75 persen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel independen (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini
yang menjadi variabel bebas adalah kinerja. Dibedakan atas tiga tiga kategori :
1. Terpenuhi, bila kinerja lima kegiatan UKM esensial (≥ 91%)
2. Terpenuhi sebagian, bila kinerja tiga kegiatan UKM esensial (≥ 81-90%)
3. Tidak terpenuhi, bila hanya lebih kecil dari tiga kegiatan UKM esensial (≤
80%)
Definisi operasional. Definisi operasional yaitu sebagai berikut : Akreditasi. Akreditasi adalah
pengakuan yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara yang ditetapkan oleh menteri setelah memenuhi standar akreditasi
yang ditetapkan dan peraturan perundangan serta pedoman yang berlaku.
Kinerja. Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh Puskesmas dalam menjalankan
program UKM esensial di satu periode.
Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Data primer. Data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk
mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui metode
wawancara terbuka, serta observasi.
Data sekunder. Data yang diperoleh, baik yang belum diolah maupun telah diolah, dalam bentuk
angka maupun uraian. Dalam penelitian ini, data-data sekunder yang diperlukan antara lain
literatur yang relevan dengan judul
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, sturuktur organisasi, jadwal,


waktu, petunjuk, pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan
masalah yang diteliti.
Berdasarkan jenis data tersebut, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian mixed methods dengan sequential explanatory designs ini dilakukan secara berurutan.
Data yang diambil, baik data kualitatif maupun kuantitatif akan saling menunjang satu sama lain.
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan datanya sebagai berikut:
Wawancara. Metode wawancara langsung berpedoman pada ketentuan penelitian yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu yaitu mengenai perbedaan status akreditasi tentang kinerja Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas Kota Medan, dengan menggunakan
metode FGD (Focus Group Discusion) dengan jumlah informan sembilan orang yang berasal
dari para kepala puskesmas (baik puskesmas yang terakreditasi maupun puskesmas yang belum
terakreditasi).
Observasi. Pada tahap ini, peneliti mengobservasi langsung ke lokasi penelitian yaitu seluruh
Puskesmas di Kota Medan.
Kuesioner. Berupa daftar pertanyaan untuk FGD kepada seluruh Kepala Puskesmas Kota Medan
sebagai penunjang data dokumenter yang telah diperoleh.
Studi dokumenter. Berbagai dokumen terkait dengan tujuan penelitian seperti profil Puskesmas
tahun 2015-2017, laporan kinerja Puskesmas tahun 2015- 2017, dan laporan tahunan Puskesmas
tahun 2015-2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel terikat. Status akreditasi diukur dengan
menggunakan skala nominal dikotomi (0 dan 1). Status akreditasi dikategorikan menjadi :
a. Terakreditasi
b. Belum terakreditasi
Metode pengukuran variabel bebas
a. Kinerja baik jika lebih besar sama dengan dari 91 persen =
b. Kinerja cukup jika lebih besar sama dengan dari 81-90 persen =
c. Kinerja kurang jika lebih kecil sama dengan dari 80 persen =
Dapat juga dilihat pada tabel di bawah ini :
baik cukup kurang
Skala Ukur
Ordinal
Nominal dikotomi
Tabel 1
Skala Pengukuran
Jumlah Variabel Indikator
Kinerja 5
Akreditasi -
Metode Analisis Data
Kategori - Baik
- Cukup - Kurang
1.Terakreditasi 2. Belum
terakreditasi
Bobot Nilai
≥ 91% (skor 5)
Kategori Jawaban Variabel
1.Terpenuhi
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Analisis univariat. Dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi kinerja
dan akreditasi Puskesmas.
≥ 81-90%1. 2.Terpenuhi (skor 4) 2. sebagian ≤ 80% 3. 3. Tidak
(skor 1-3)4. -
terpenuhi -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Analisis bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan p
value lebih kecil 0,05 untuk mengetahui perbedaan status akreditasi Puskesmas dengan kinerja
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas Kota Medan.
Analisis multivariat. Analisis multiviriat digunakan untuk melihat variabel independen yang
paling dominan berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat ini dapat
dilakukan apabila hasil uji bivariat diperoleh nilai p<0,25 menggunakan uji multiple logistic
regression (regresi logistik berganda). Adapun metode yang digunakan dalam analisis ini adalah
dengan cara memilih salah satu metode yaitu enter, backward, forward.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambaran Lokasi Penelitian


Hasil Penelitian
Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara memiliki luas wilayah 300,9 Km2
terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan, ketinggian berada di 2,5-37,5 meter di atas
permukaan laut. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT.
Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah
utara berbatasan dengan Selat Malaka. Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2016 berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan adalah 2.229.408 jiwa, dengan kepadatan
penduduk rata-rata 7.410 Jiwa/Km2.
Keadaan geografis dan demografis dapat mempengaruhi tingkat derajat kesehatan masyarakat
dikarenakan posisi Kota Medan sebagai pusat pemerintahan di Sumatera Utara. Hal ini memicu
tingginya perpindahan penduduk dari daerah lain, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk
meningkat setiap waktunya. Selain itu juga, fasilitas kesehatan yang jauh lebih lengkap
menjadikan Medan sebagai kota tujuan untuk mendapatkan pelayanan pengobatan paling tinggi
di Provinsi Sumatera Utara.
Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan atau yang biasa disingkat DKK Medan terletak di Jalan
Rotan No. 1 Komplek Petisah Medan. Dinas ini membawahi 39 Puskesmas Induk (13 Puskesmas
Rawat Inap dan 26 Puskesmas Rawat Jalan) dan 41 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak
di 21 Kecamatan se Kota Medan. Disamping itu DKK Medan mempunyai Unit Pelayanan
Teknis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(UPT) yaitu Gudang Farmasi yang terletak di Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan,
Laboraturium Kesehatan Lingkungan yang terletak di Jalan Ibus Raya dan Klinik Spesialis
Bestari yang juga terletak di Jalan Ibus Raya Medan.
Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Medan. Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah menjadi
kota yang sehat dalam kemandirian dan humanis dan Misi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah :
(1) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata dan bermutu.
(2) Menumbuhkembangkan kemandirian dan partisipasi masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam pembangunan kesehatan.
(3) Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan
lingkungan.
(4) Meningkatkan manajemen dan informasi kesehatan yang akuntabel,
transparan, berdaya guna dan berhasil guna. Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu :
(1) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang kesehatan.
(2) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan, pemberantasan, pengawasan
penyakit menular dan penelitian kemungkinan terjadinya wabah penyakit.
(3) Melaksanakan pelayanan umum bidang kesehatan.
(4) Melaksanakan pemberian perizinan bidang kesehatan.
(5) Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya
(6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi frekuensi kinerja program
pelayanan UKM essensial dan status akreditasi Puskesmas Kota Medan. Distribusi frekuensi
status akreditasi Puskesmas Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel dua berikut ini.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Akreditasi di Puskesmas Kota Medan (n = 39)
Status Akreditasi Akreditasi Belum Akreditasi Total
Frekuensi % 19 48,7 20 51,3 39 100
Berdasarkan tabel dua di atas menunjukkan bahwa dari 39 Puskesmas di Kota Medan mayoritas
Puskesmas belum akreditasi sebanyak 20 Puskesmas (51,3%) dan sudah akreditasi sebanyak 19
Puskesmas (49,7%).
Indikator penilaian kinerja program pelayanan upaya kesehatan masyarakat (UKM) esensial.
Hasil indikator penilaian kinerja program pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
esensial meliputi lima jenis pelayanan yaitu Promosi Kesehatan (Promkes), Kesehatan
Lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana (KIA-KB), Gizi, dan
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P).
Distribusi frekuensi berdasarkan kinerja program pelayanan promosi kesehatan di Puskesmas
Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel tiga berikut ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
(n = 39)
Indikator Kinerja Promosi Kesehatan
Cukup
Kurang Total
Frekuensi %
23 59,0 16 41,0 39 100
Berdasarkan tabel tiga di atas menunjukkan bahwa dari 39 Puskesmas di Kota Medan mayoritas
Puskesmas yang mempunyai program pelayanan promosi kesehatan dengan tingkat kinerja
cukup sebanyak 23 (59,0%) Puskesmas dan tingkat kinerja kurang sebanyak 16 (41,0%)
Puskesmas.
Distribusi frekuensi berdasarkan kinerja program pelayanan kesehatan
lingkungan di Puskesmas Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel
empat berikut ini.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kota
Medan (n = 39)
Indikator Kinerja Kesehatan Lingkungan
Cukup
Kurang Total
Frekuensi %
11 28,2 28 71,8 39 100
Berdasarkan tabel empat di atas menunjukkan bahwa dari 39 Puskesmas di Kota Medan
mayoritas Puskesmas yang mempunyai program pelayanan kesehatan lingkungan dengan tingkat
kinerja kurang sebanyak 28 (71,8%) Puskesmas dan tingkat kinerja cukup sebanyak 11 (28,2%)
Puskesmas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Distribusi frekuensi kinerja program pelayanan KIA-KB di Puskesmas


Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel lima berikut ini.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan KIA-KB di Puskesmas Kota Medan (n = 39)
Indikator Kinerja KIA – KB
Cukup
Kurang Total
Frekuensi %
26 66,7 13 33,3 39 100
Berdasarkan tabel lima di atas menunjukkan bahwa dari 39 Puskesmas di Kota Medan mayoritas
Puskesmas yang mempunyai program pelayanan KIA-KB dengan tingkat kinerja cukup
sebanyak 26 (66,7%) Puskesmas dan tingkat kinerja kurang sebanyak 13 (33,3%) Puskesmas.
Distribusi frekuensi kinerja program pelayanan gizi di Puskesmas Kota
Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel enam berikut ini.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Gizi di Puskesmas Kota Medan (n = 39)
Indikator Kinerja Gizi
Cukup
Kurang Total
Frekuensi %
31 79,5 8 20,5 39 100
Berdasarkan tabel enam di atas menunjukkan bahwa dari 39 Puskesmas di Kota Medan
mayoritas Puskesmas yang mempunyai program pelayanan gizi dengan tingkat kinerja cukup
sebanyak 31 (79,5%) Puskesmas dan tingkat kinerja kurang sebanyak 8 (20,5%) Puskesmas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Distribusi frekuensi kinerja program pelayanan pengendalian dan


pemberantasan penyakit (P2P) di Puskesmas Kota Medan selengkapnya dapat
dilihat pada tabel tujuh berikut ini.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kinerja Program Pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
(P2P) di Puskesmas Kota Medan (n=39)
Indikator Kinerja
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Cukup
Kurang Total
Frekuensi %
14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel tujuh di atas menunjukkan bahwa dari 39 Puskesmas di Kota Medan mayoritas
Puskesmas yang mempunyai program pelayanan pengendalian dan pemberantasan penyakit
(P2P) dengan tingkat kinerja kurang sebanyak 25 (64,1%) Puskesmas dan tingkat kinerja cukup
sebanyak 14 (35,9%) Puskesmas.
Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel bebas
dengan terikat menggunakan uji statistik chi-square dengan derajat kepercayaan 95 persen.
Masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikategorikan diuji apakah ada
hubungan perbedaan status akreditasi Puskesmas dengan kinerja program pelayanan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p,
untuk nilai p<0,05 berarti Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima.
Hubungan kinerja program pelayanan promosi kesehatan dengan status akreditasi puskesmas.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kinerja program pelayanan promosi kesehatan dengan status akreditasi Puskesmas


Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel delapan berikut ini.
Tabel 8
Hubungan Kinerja Program Pelayanan Promosi Kesehatan dengan Status Akreditasi Puskesmas
Kota Medan
Status Akreditas
Promosi Belum Akreditasi Total PR (CI=95%) P
Kesehatan Akreditasi
Kurang Cukup Total
n%n%n% 0,91
8 50 8 50 16 100 (0,256-3,286) 12 52,2 11 47,8 23 100
20 51,3 19 48,7 39 100
1,000
Berdasarkan hasil analisis pada tabel delapan diperoleh bahwa dari 16 Puskesmas di Kota Medan
ada sebanyak delapan (50%) Puskesmas belum akreditasi memiliki tingkat kinerja kurang dan
delapan (50%) Puskesmas yang sudah akreditasi. Kemudian, dari 23 Puskesmas ada sebanyak 12
(52,2%) Puskesmas memiliki tingkat kinerja cukup belum akreditasi dan 11 (47,8%) Puskesmas
sudah akreditasi.
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=1,000>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kinerja program pelayanan promosi kesehatan dengan status
akreditasi di Puskesmas Kota Medan.
Hubungan kinerja program pelayanan kesehatan lingkungan dengan status akreditasi puskesmas.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan kinerja program pelayanan kesehatan
lingkungan dengan status akreditasi Puskesmas Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel sembilan berikut ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 9
Hubungan Kinerja Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan dengan Status Akreditasi
Puskesmas Kota Medan
Status Akreditas
Kesehatan Belum Lingkungan Akreditasi
Total
PR (CI=95%) p
Akreditasi
Kurang Cukup Total
n%n%n% 4,121
17 60,7 11 39,3 28 100 (0,894-19,001)
3 27,3 8 72,7 11 100 20 51,3 19 48,7 39 100
0,027
Berdasarkan hasil analisis pada tabel sembilan diperoleh bahwa dari 28 Puskesmas di Kota
Medan ada sebanyak 17 (60,7%) Puskesmas belum akreditasi memiliki tingkat kinerja kurang
dan 11 (39,3%) Puskesmas yang sudah akreditasi. Kemudian, dari 11 Puskesmas ada sebanyak 3
(27,3%) Puskesmas memiliki tingkat kinerja cukup belum akreditasi dan 8 (72,7%) Puskesmas
sudah akreditasi.
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,027<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kinerja program pelayanan kesehatan lingkungan dengan status akreditasi
Puskesmas Kota Medan.
Hubungan kinerja program pelayanan KIA-KB dengan status akreditasi puskesmas. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap hubungan kinerja program pelayanan KIA-KB dengan status
akreditasi Puskesmas Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 10
Hubungan Kinerja Program Pelayanan KIA-KB dengan Status Akreditasi Puskesmas Kota
Medan
KIA-KB
Kurang Cukup Total
Status Akreditas
Belum Akreditasi Total PR (CI=95%) p
Akreditasi
n%n%n% 1,867
8 61,5 5 38,5 13 100 (0,480-7,255)
12 46,2 14 53,8 26 100 20 51,3 19 48,7 39 100
0,571
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10 diperoleh bahwa dari 13 Puskesmas di Kota Medan ada
sebanyak 8 (61,5%) Puskesmas belum akreditasi memiliki tingkat kinerja kurang dan 5 (38,5%)
Puskesmas yang sudah akreditasi. Kemudian, dari 26 Puskesmas ada sebanyak 12 (46,2%)
Puskesmas memiliki tingkat kinerja cukup belum akreditasi dan 14 (53,8%) Puskesmas sudah
akreditasi. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,571>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara kinerja program pelayanan KIA-KB dengan status
akreditasi Puskesmas Kota Medan.
Hubungan kinerja program pelayanan gizi dengan status akreditasi puskesmas. Hasil penelitian
yang dilakukan terhadap hubungan kinerja program pelayanan gizi dengan status akreditasi
Puskesmas Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 11
Hubungan Kinerja Program Pelayanan Gizi dengan Status Akreditasi Puskesmas Kota Medan
Gizi
Kurang Cukup Total
Status Akreditas
Belum Akreditasi Total PR (CI=95%) p
Akreditasi
n%n%n% 3,643
6 75,0 2 25,0 8 100 (0,633-20,956) 14 45,2 17 54,8 31 100
20 51,3 19 48,7 39 100
0,048
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11 diperoleh bahwa dari 8 Puskesmas di Kota Medan ada
sebanyak enam (75,0%) Puskesmas belum akreditasi memiliki tingkat kinerja kurang dan dua
(25,0%) Puskesmas yang sudah akreditasi. Kemudian, dari 31 Puskesmas ada sebanyak 14
(45,2%) Puskesmas memiliki tingkat kinerja cukup belum akreditasi dan 17 (54,8%) Puskesmas
sudah akreditasi.
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,048< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kinerja program pelayanan gizi dengan status akreditasi Puskesmas Kota
Medan.
Hubungan kinerja program pelayanan pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) dengan
status akreditasi puskesmas. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan kinerja program
pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) dengan status akreditasi Puskesmas
Kota Medan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 12
Hubungan Kinerja Program Pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) dengan
Status Akreditasi Puskesmas Kota Medan
Pengendalian Pemberantasan Penyakit
Kurang Cukup Total
Status Akreditas
Belum Akreditasi Total PR (CI=95%) p
Akreditasi
n%n%n% 2,700
15 60,0 10 40,0 25 100 (0,697-10,465) 0,022 5 35,7 9 64,3 14 100
20 51,3 19 48,7 39 100
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 12 diperoleh bahwa dari 25 Puskesmas di Kota Medan ada
sebanyak 15 (60,0%) Puskesmas belum akreditasi memiliki tingkat kinerja kurang dan 10
(40,0%) Puskesmas yang sudah akreditasi. Kemudian, dari 14 Puskesmas ada sebanyak lima
(35,7%) Puskesmas memiliki tingkat kinerja cukup belum akreditasi dan sembilan (64,3%)
Puskesmas sudah akreditasi.
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,022<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kinerja program pelayanan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
(P2P) dengan status akreditasi Puskesmas Kota Medan.
Dengan demikian setelah dilakukan uji chi square menunjukkan bahwa variabel program
kesehatan lingkungan, gizi serta Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) menghasilkan
nilai p<0,25 sehingga ketiga program variabel independen ini masuk model analisis multivariat.
Sedangkan variabel program promosi kesehatan dan KIA-KB menghasilkan nilai p>0,25
sehingga kedua variabel independen ini tidak dapat masuk model analisis multivariat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hasil Penelitian Kualitatif


Hasil penelitian kualitatif adalah merupakan lanjutan dari analisis penelitian kuantitatif yang
telah dilakukan untuk memperdalam atau menggali dalam menjawab masalah dan kendala
pencapaian kinerja UKM esensial di Puskesmas. Penelitian kualitatif dengan metode Focus
Group Discussion (FGD) melibatkan sembilan kepala Puskesmas yang bertujuan untuk menggali
informasi variabel-variabel tentang hambatan-hambatan dalam pencapaian kinerja UKM esensial
di Puskesmas Kota Medan, yang dilaksanakan pada tanggal 30 April 2019 bertempat di
Lapangan Merdeka Medan.
Penelitian kuantitatif terlebih dahulu dilakukan kemudian ke penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk menggali lebih dalam hasil dari penelitian kuantitatif terkait. Hasil penelitian kuantitatif
tersebut tergantung dari masalah dan kendala dalam pencapaian kinerja UKM esensial di
Puskesmas Kota Medan.
Masalah dan kendala apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan pencapaian kinerja Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas anda?
“Petugas memegang program double job dan, Ketua UKM nya belum pernah mengikuti
pelatihan manajemen Puskesmas” (Informan 1)
“Memonitoring masalah yang ada disetiap pemegang program, memonitoring semua jadwal yang
tersedia dan; pelaksanakan fungsi tugas masing-masing kegiatan” (Informan 2)
“Pada saat ini Puskesmas masih kekurangan SDM, pembagian waktu untuk melaksanakan
kegiatan luar gedung sangat sedikit, karena kegiatan dalam gedung juga sangat membutuhkan
SDM yang sama, kerja sama lintas sektor harus lebih intens terutama dengan kepala lingkungan
dan; pemahaman masyarakat tentang kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang rendah menjadi
kendala untuk merubah pola pikir masyarakat” (Informan 3).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Pendokumentasian kegiatan belum maksimal” (Informan 4).


“Kurangnya petugas mensosialisasikan karena petugas memegang beberapa program” (Informan
5).
“Pendokumentasian setiap kegiatan” (Informan 6).
“Untuk pencapaian target pelaksanaan ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan yang masih rendah
(9,1%) dari target 54 %, kendala yang dihadapi adalah:
a. Adanya keterlibatan pihak ke-3 yang mensponsori susu formula di
klinik- klinik swasta dengan memberikan bonus kepada bidan-bidan
praktek.
b. Perilaku ibu- ibu muda yang malas memberikan IMD kepada bayi
karena faktor kecantikan.
c. Tingkat pengetahuan ibu yang masih rendah tentang ASI eksklusif.
d. Kurangnya sosialisasi petugas kesehatan tentang ASI eksklusif kepada
ibu hamil/ buteki karena keterbatasan nakes yang memberikan penyuluhan.
Untuk pencapaian target suspect TB yang masih rendah disebabkan kurangnya kesadaran
masyarakat akibat rasa malu dan takut dikucilkan, untuk angka capaian kesehatan lingkungan
yang masih rendah (76,18 %) disebabkan kurangnya ketersediaan jamban yang sehat di
masyarakat karena masih ditemukan rumah yang tidak mempunyai septic tank, kos- kosan/ sewa
yang murah sehingga pemilik rumah tidak menyediakan septic tank” (Informan 7).
“Masalahnya kurang terkoordinirnya tiap pemegang program sehingga masih perlu dibenahi
UKM yang ada pada masing-masing kegiatan” (Informan 8).
“SPM UKM belum ada dari Dinas Kesehatan dan pencapaian program Puskesmas tidak ada dan
kurangnya pelatihan” (Informan 9).
“Jika di Puskesmas masih kekurangan SDM sehingga tidak bisa membagi kegiatan antara di luar
Puskesmas dengan di dalam Puskesmas” (Informan 1, 3 dan 5).
“Kalau di Puskesmas kami sih sarana dan prasarananya masih kurang jadi kurang mendukung
segala kegiatan untuk UKM esensial” (Informan 2, 8)
“Kalau di Puskesmas kami memang ada sarana dan prasarana tetapi sudah rusak dan kalaupun
sudah diusulkan ke Dinas Kesehatan barangnya kan lama datang” (Informan 9).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berdasarkan pernyataan dari para informan dapat dilihat bahwa masih ada kekurangan yang
terjadi baik itu tenaga kesehatan maupun dari sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas. Hal
ini tentu dapat mengurangi penilaian saat dilakukannya akreditasi Puskesmas.
Upaya apa yang anda lakukan dalam mengatasi masalah dan kendala dalam melaksanakan
pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas anda?
“Minta penambahan pegawai yang sesuai dengan program, mengusulkan agar ketua UKM
mendapat pelatihan manajemen Puskesmas” (Informan 1).
“Melakukan edukasi monitoring tiap semester dan triwulan pada tiap pemegang program”
(Informan 2).
“Melakukan pertemuan dengan lintas sektor, melakukan sosialisasi, melakukan penyuluhan,
turun langsung ke rumah masyarakat dengan PIS- PK dan memberi reward/PMT berupa susu,
kacang hijau, biskuit” (Informan 3).
“Melakukan pelatihan dan bimbingan pada semua pemegang program” (Informan 4).
“Melakukan penyuluhan, sosialisasi kepada masyarakat, mengingkatkan mutu pelayanan”
(Informan 5).
“Mengingatkan di setiap mini lokakarya Puskesmas” (Informan 6).
“Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang ASI ekslusif, penyakit TB
paru dan kebersihan lingkungan, meminta ke Dinas Kesehatan untuk penambahan tenaga
sanitarian yang diperuntukkan untuk kegiatan kesehatan lingkungan di lapangan dan
meningkatkan mutu pelayanan TB paru, dengan melakukan survei ke lapangan dan bekerjasama
dengan para jejaring kesehatan, misalnya: dokter praktek, dan rumah sakit dalam pelaporan
penyakit TB” (Informan 7).
“Upayanya melakukan edukasi pada triwulan dan tiap semester, melakukan rapat tiap bulan”
(Informan 8).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Untuk pencapaian program maka kami home visit dan meningkatkan pelatihan” (Informan 9).
Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas anda?
“Sarana dan prasarana dalam mendukung UKM masih kurang” (Informan 1).
“Sarana yang didapat dari dana BOK dan JKN yang berasal dari Dinas Kesehatan” (Informan 2).
“Tensi meter untuk kegiatan luar gedung masih belum cukup, sehingga kalau keluar gedung
harus bergantian” (Informan 3).
“Sudah mencukupi” (Informan 4).
“Sudah terpenuhi” (Informan 5).
“Prasarana selalu terlambat disetiap tahun” (Informan 6).
“Sarana dan prasarana sudah terpenuhi” (Informan 7).
“Sama yang didapat dari dana BOK dan JKN yang berasal dari Dinas Kesehatan” (Informan 8).
“Sarana dan prasarana sudah rusak” (Informan 9).
Bagaimana cara anda mengatasi kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas anda?
“Membuat permohonan kepada Dinas Kesehatan” (Informan 1)
“Melakukan pertemuan antara pemegang program dan melaksanakan dana swakelola pada tiap
pemegang program” (Informan 2)
“Membuat usulan permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Medan, menentukan kegiatan prioritas,
dan menggunakan sarana dan prasarana yang belum memadai dengan sebaik-baiknya” (Informan
3)
“Kalau ada kekurangan, bisa dipenuhi dari dana BOK atau dana JKN” (Informan 4)
“Mengusulkan permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Medan” (Informan 5).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Memakai dana pribadi dulu” (Informan 6)


“Mengusahakan permintaan sarana/prasarana ke Dinas Kesehatan Kota Medan” (Informan 7)
“Melakukan pertemuan antar pemegang program” (Informan 8)
“Kami mengusulkan ke Dinas Kesehatan” (Informan 9)
Bagaimana struktur organisasi yang terdapat di Puskesmas anda? Apakah
sudah merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014? Jika belum, mengapa?
“Struktur organisasi di Puskesmas sudah merujuk kepada Permenkes RI No. 75 Tahun 2014”
(Informan 1)
“Struktur organisasinya sudah merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun
2014” (Informan 2)
“Struktur organisasi yang terdapat di Puskesmas sudah merujuk ke Permenkes RI No. 75 Tahun
2014” (Informan 3)
“Sudah merujuk ke Permenkes RI No. 75 Tahun 2014” (Informan 4)
“Sudah merujuk ke Permenkes RI No. 75 Tahun 2014” (Informan 5)
“Selalu merujuk ke Permenkes RI No. 75 Tahun 2014” (Informan 6)
“Sudah merujuk pada peraturan Menkes RI No. 75 Tahun 2014” (Informan 7)
“Sudah merujuk pada peraturan Menkes RI No. 75 Tahun 2014” (Informan 8)
“Sudah merujuk pada peraturan Menkes RI No. 75 Tahun 2014” (Informan 9)
Bagaimana kompetensi teknis tenaga di setiap jenis Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
esensial? Apakah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014? Jika belum,
mengapa?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Kompetensi teknis tenaga disetiap jenis UKM esensial sudah sesuai dengan Permenkes No. 75
Tahun 2014” (Informan 1)
“Kompetensi teknis hampir mendekati 80% setiap pemegang program berdasarkan kegiatan yang
ada dan untuk program kesling dan bidan masih perlu mengikuti berbagai pelatihan” (Informan
2)
“Kompetensi teknik tenaga di UKM esensial belum memenuhi kompetensi teknis karena
kurangnya SDM sehingga semua upaya harus dibagi habis dengan SDM yang ada akhirnya
tenaga yang ada harus dipergunakan semaksimal mungkin untuk pegerjaan kegiatan, seperti
tenaga Kesling tidak ada dan untuk itu perawat gigi memegang Kesling dan dilatih oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan” (Informan 3)
“Sudah sesuai” (Informan 4)
“Belum Sesuai Sepenuhnya” (Informan 5) “Sama atau sesuai” (Informan 6)
“Kompetensi tenaga sudah sesuai dengan Permenkes 75 Tahun 2014, hanya saja masih
membutuhkan tenaga sanitarian yang full dilapangan, tidak dibebankan kerja tambahan di dalam
gedung yang berjalan selama ini, beban tugas nakes lebih diberatkan di dalam gedung untuk
kegiatan pelaporan online sehingga tugas di lapangan terabaikan” (Informan 7).
“Hampir mendekati, masih perlu penambahan dengan mengikuti kategori pelatihan” (Informan
8).
“Sudah sesuai” (Informan 9)
Bagaimana sistem regulasi peraturan kota Medan mengenai sistem pembiayaan kesehatan untuk
membiayai Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial?
“Setiap regulasi peraturan kota medan mengenai sistem pembiayaan kesehatan untuk membiayai
UKM esensial didapat dari dana BOK dan JKN sehingga dapat berjalan” (Informan 2)
“Sistem regulasi Pemerintah Kota Medan untuk membiayai kesehatan esensial mengacu pada
Peraturan Permenkes Nomor 61 Tahun 2017 tentang dana alokasi khusus non fisik bidang
kesehatan” (Informan 3).
“Dari BOK, JKN, APBD dan program” (Informan 4)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Membuat usulan Dinas Kesehatan Puskesmas” (Informan 5)


“Sistem regulasi yang mengatur pembiayaan kesehatan untuk kegiatan UKM essensial
berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2019” (Informan 6)
“Dana didapat dari BOK dan JKN yang berasal dari Dinas Kesehatan” (Informan 7)
“Belum jelas” (Informan 8)
Apa saja sumber dana yang diterima oleh Puskesmas anda untuk pembiayaan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) esensial?
“BOK” (Informan 1)
“Dana BOK (Bantuan Operasioanal Kesehatan) dan dana dari JKN” (Informan 2)
“Dana alokasi khusus non fisik kesehatan” (Informan 3).
“BOK, JKN, APBD dan program” (Informan 4)
“BOK” (Informan 5)
“BOK, JKN, APBD, Program (TB MDR, Imunisasi)” (Informan 6). “Dana BOK (DAK) dan
APBN” (Informan 7)
“Dana BOK dan JKN” (Informan 8)
“Dana BOK” (Informan 9)
Berapa besarnya dana yang digunakan oleh Puskesmas anda untuk setiap
kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial?
“POA yang disepakati seperti dana yang berasal dari Dinas Kesehatan untuk pendataan keluarga
sehat (informan 2)’.
“Kurang lebih 300 juta (informan 3)”. “Kurang lebih 400 Juta (informan 4)”.
Bervariasi disesuaikan POA yang telah diajarkan dan di setujui” (informan 5).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Besar dana yang digunakan Rp. 196.742.160,-“ (informan 6).


“Besarnya dana sesuai dengan POA yang telah disusun untuk kegiatan yang akan dilaksanakan”
(informan 7).
“Kurang lebih 100 juta” (informan 8).
Apa sajakah dukungan untuk mengalokasikan dana pada setiap kegiatan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) esensial di Puskesmas anda?
“BOK” (Informan 1)
“Bisa dari lintas sektoral seperti pada pendataan balita yang bekerjasama dengan kantor camat
setempat” (Informan 2)
“Dukungan untuk alokasi dana yaitu melihat capaian kinerja tahun sebelumnya, melihat hasil
SDM, MMD, musrembang dan menentukan prioritas kegiatan program dan disusun/dimasukkan
ke POA, lalu menunjukkan judul kegiatan, waktu kegiatan, dimana lokasi, siapa peserta, berapa
jumlah peserta dan berapa total jumlah dana, biasanya dana didahulukan oleh ka.UPT, masukkan
pertanggungjawaban, verifikasi oleh Dinas, disetujui oleh bendahara Dinas baru bisa cair”.
(Informan 3)
“Dari capaian kinerja tahun sebelumnya dan hasil SMD, MMD (harapan dan kebutuhan
masyarakat)” (Informan 4).
“Dukungan untuk mengalokasikan dana pada setiap kegiatan esensial di Puskesmas berupa
dukungan moril” (Informan 6).
“Dari lintas sektoral berasal dari kantor Camat setempat” (Informan 8).
“Hanya BOK” (Informan 9).
Bagaimana regulasi UKM essensial terhadap SPM?
“Regulasi UKM esensial terhadap SPM, cocok” (Informan 1)
“Regulasi rekan terhadapt SPM berjalan dengan baik” (Informan 2)
“Sebenarnya bila kegiatan UKM esensial dilakukan dengan penuh dukungan sarana dan prasaran
terpenuhi hasil UKM esensial akan sejalan dengan SPM yang ada, saat ini hal itu belum
mendukung sepenuhnya” (Informan 3).
“Semua UKM esensial harus ada SPM nya” (Informan 4)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Berkesinambungan, dari provinsi ke Kab/Kota ke Puskesmas” (Informan 5).


“Regulasi berjalan baik bila sarana prasarana mencukupi” (Informan 6)
“Regulasi UKM esensial terhadap SPM terpenuhi” (Informan 7)
“Masih perlu penambahan dana agar kegiatan dapat berjalan lancar” (Informan 8).
“Sangat berkesinambungan” (Informan 9).
Apakah anggaran yang tersedia mampu mencukupi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di
Puskesmas anda?
“Anggaran yang tersedia mampu mencukupi SPM” (Informan 1).
“Anggaran yang tersedia masih mencukupi standart pelayanan (SPM)nya sesuai kegiatan
program yang sedang berjalan” (Informan 2)
“Anggaran di Puskesmas sudah mencukupi namun karena Puskesmas belum BLUD maka
penggunaan anggaran yang ada tidak bisa sepenuhnya dipakai secara maksimal untuk memenuhi
sarana dan prasarana yang masih kurang” (Informan 3).
“Tidak mencukupi” (Informan 4).
“Tidak mencukupi” (Informan 5).
“Belum mencukupi untuk SPM di Puskesmas” (Informan 6).
“Anggaran yang tersedia mampu mencukupi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Puskesmas”
(Informan 7).
“Sudah mencukupi” (Informan 9).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pembahasan
Upaya kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang
dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh bersama subsistem
lainnya guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Upaya
kesehatan dilakukan melalui berbagai pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Pada era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka. Puskesmas sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan masyarakat dan gate keeper pada pelayanan kesehatan formal, harus
memberikan pelayanan bermutu. Jaminan peningkatan mutu pelayanan Puskesmas dilakukan
dengan akreditasi (Kementerian Kesehatan, 2014).
Sebagai Unit Pelaksana Teknis, Puskesmas bertugas menjalankan kebijakan kesehatan dalam
rangka pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Terkait hal tersebut, Puskesmas berperan dalam menyelenggarakan: Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat
pertama di wilayah kerjanya (Putri, dkk., 2017).
UKM esensial merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas yang
meliputi lima jenis pelayanan yaitu Promosi Kesehatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Promkes), Kesehatan Lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana


(KIA-KB), Gizi, dan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P). UKM esensial tersebut
wajib diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung standar pelayanan minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan (Putri, dkk., 2017). Melalui prinsip keterpaduan dan
kesinambungan, Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
yang didukung dengan manajemen Puskesmas. Peningkatan kualitas layanan kesehatan yang
berkelanjutan merupakan komponen utama akreditasi yang menunjukkan komitmen untuk
memberdayakan dan mendorong Puskesmas untuk terus meningkatkan kinerja program UKM
esensialnya (Riley, et al., 2012).
Manajemen Puskesmas yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol
(Planning, Organizing, Actuating, Controling) kinerja program UKM esensial. Efektif berarti
tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan
baik dan benar serta bermutu, berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data
dan informasi yang akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanakan upaya kesehatan sesuai
standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014).
Status Akreditasi Puskesmas
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas yang sudah
akreditasi sebanyak 19 Puskesmas (48,7%), sedangkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang belum akreditasi sebanyak 20 Puskesmas (51,3%). Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas
yang belum akreditasi lebih banyak dibandingkan dengan yang sudah akreditasi. Hal ini
dikarenakan kinerja Puskesmas masih kurang maksimal yang disebabkan oleh kurangnya SDM
Puskesmas dan sarana prasarana yang masih kurang.
Hasil FGD menunjukkan bahwa para informan mengatakan jika di Puskesmas masih kekurangan
SDM sehingga tidak bisa membagi kegiatan antara di luar Puskesmas dengan di dalam
Puskesmas (informan 1, 3 dan 5).
“Kalau di Puskesmas kami sih sarana prasarananya masih kurang jadi kurang mendukung segala
kegiatan untuk UKM esensial” (Informan 2, 8)
“Kalau di Puskesmas kami memang ada sarana prasarana tetapi sudah rusak dan kalaupun sudah
diusulkan ke dinas kesehatan barangnya kan lama datang” (Informan 9).
Berdasarkan pernyataan dari para informan dapat dilihat bahwa masih ada kekurangan yang
terjadi baik itu tenaga kesehatan maupun dari sarana prasarana yang ada di Puskesmas. Hal ini
tentu dapat mengurangi penilaian saat dilakukannya akreditasi Puskesmas.
Promosi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai p= 1,000 >0,05 yang berarti
tidak ada hubungan yang bermakna antara kinerja program pelayanan promosi kesehatan UKM
esensial dengan status akreditasi Puskesmas Kota Medan. Sebagian besar Puskesmas yang belum
akreditasi memiliki kinerja program pelayanan promosi Kesehatan UKM esensial yang cukup 12
Puskesmas (52,2%) dan yang sudah akreditasi dengan promosi kesehatan cukup adalah 11
Puskesmas (47,8%), sedangkan promosi kesehatan dengan kinerja yang kurang sebanyak
delapan Puskesmas (50%) pada Puskesmas yang belum akreditasi dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang sudah akreditasi. Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh di lapangan masih terdapat
pemegang program promosi kesehatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dan keahliannya
yaitu Puskesmas Amplas program promosi kesehatan di pegang oleh bidan, Puskesmas Tegal
Sari program promosi kesehatan dipegang oleh perawat gigi dan Puskesmas Medan Area Selatan
program promosi kesehatan dipegang oleh apoteker.
Hasil FGD menunjukkan setiap Puskesmas telah memiliki program untuk melakukan promosi
kesehatan, akan tetapi se
...

[Pesan dipotong]  Lihat seluruh email


BalasTeruskan

Anda mungkin juga menyukai