SKRIPSI
Oleh :
AIDATUL ADHHA
NIM. 111000017
`
Oleh :
AIDATUL ADHHA
NIM. 111000017
beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau
Aidatul Adhha
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Praktik
inisiasi menyusui dini akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan
kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu Bidan. bidan seharusnya
menerapkan IMD setiap kali menolong persalinan dan memberikan dukungan
kepada ibu yang melakukan persalinan untuk melakukan IMD.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) untuk mengetahui
perilaku bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe tahun 2016. Jumlah informan dalam penelitian ini
berjumlah 9 orang.
Hasil penelitian menunjukkan informan telah mengetahui dengan baik
manfaat dari inisiasi menyusu dini (IMD), telah mengetahui langkah-langkah atau
tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan mengetahui hubungan inisiasi
menyusu dini (IMD) dengan kematian bayi, sikap informan memiliki kategori yang
baik dalam hal sikap informan yang tidak menyetujui jika bayi diberikan susu
formula, informan sangat mendukung pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD),
informan sangat mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir, dan
harapan informan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) yang harus
senantiasa ditingkatkan dan diaksanakan secara berkelanjutan.
Tindakan informan memiliki kategori yang baik dalam hal informan telah
melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien dan
keluarga pasien, dan telah melaksankan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD) pada
pasien, serta informan menilai tidak ada kendala atau hambatan yang berarti dari
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong
kota Lhokseumawe.
Diharapkan kepada bidan dapat senantiasa meningkatkan pemberian
informasi melalui penyuluhan dan konsultasi kesehatan mengenai pentingnya IMD
dan manfaat dari IMD, serta senantiasa meningkatkan penerapan standar pelayanan
kebidanan pada ibu tentang inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai upaya aktif dalam
menurunkan dan mencegah terjadinya kematian bayi dan ibu pasca melahirkan.
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
telah memberikan kesehatan dan kesabaran serta semangat hidup untuk senantiasa
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
dan Dosen Pembimbing II, atas segala masukan dan saran yang telah
4. Drs. Eddy Syahrial, MS., selaku Dosen Pembimbing I atas segala bimbingan,
5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes., selaku Dosen Penguji I atas segala saran
v
Universitas Sumatera Utara
6. Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., selaku Dosen Penguji II atas segala
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Kesehatan
8. Bapak dan ibu pegawai di FKM USU, terutama kepada Bapak Warsito yang
ini.
M.Kes., dan ibu-ibu Bidan, terkhusus kepada Syarfiana yang telah banyak
10. Ibunda tercinta (Zubaidah) dan Ayahanda tercinta (Drs. H. Khatim Hasan)
serta Kakak (Amnah, SE, M.Si) dan abang ipar (Suriyadi. SE) dan adik–adik
(Fadhillah Rizky, Faridul Haqi, Fatimah Zuhra) atas segala semangat, doa,
dukungan, dan bantuan serta kasih sayang yang diberikan sehingga penulis
11. Sahabat – sahabat PKIP FKM USU (Minda Farahdila, Ahmad Gunawan,
Sri Ita, Dwi Ramadhani, Diana Periwi, Cinthya, Santi, Dina, Reski) atas
12. Sahabat PBL Desa Aji Jahe (Ayu Hadiatin Nisa, Achmad Taufik, Putri
vi
Universitas Sumatera Utara
Febri Muliantika) atas segala dukungan, semangat dan doa yang telah
diberikan.
13. Sahabat-sahabat dari awal perjuangan kuliah di FKM USU (Shofiah Khairani,
14. Adik kesayanganku Rofi dan Rira atas semangat dan dukungan yang
diberikan.
Khairul Imam, Ahmad Muammar Humaidi, dan Achyar Umayah) atas segala
16. Pihak – pihak dan sahabat – sahabat yang lainnya yang tak bisa penulis
sebutkan satu persatu, atas segala semangat, bantuan , dan dukungan yang
diberikan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk
bermanfaat.
Penulis
Aidatul Adhha
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
ABSTRACK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR MATRIKS ............................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
viii
Universitas Sumatera Utara
2.4.8 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Dianjurkan ........................... 40
2.4.9 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)) ................................. 40
2.5 Kerangka Pikir Penelitian…………………………......……………… 42
ix
Universitas Sumatera Utara
4.4 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ............. 62
4.4.1 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula
pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe .............................................................................. 63
4.4.2 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe .............................................................................. 64
4.4.3 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain
ASI pada Bayi di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe 65
4.4.4 Harapan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ........................ 66
4.5 Gambaran Tindakan Informan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
pada Pasien di Puskesmas Mon Geding kota Lhokseumawe .............. 67
4.5.1 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi
tentang ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di
Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ......................... 68
4.5.2 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi
tentang ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga
Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ........ 69
4.5.3 Gambaran Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong
Kota Lhokseumawe .................................................................... 71
4.5.4 Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe.. 74
x
Universitas Sumatera Utara
5.3.3 Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain ASI pada
Bayi ............................................................................................. 93
5.3.4 Harapan Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) .......................................................................................... 94
5.4 Tindakan Informan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ................ 96
5.4.1 Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI
dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien …..................... 97
5.4.2 Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI
dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga Pasien ........... 98
5.4.3 Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada Pasien ....................................................................... 99
5.4.4 Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR MATRIKS
Matriks 4.8 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain ASI
pada Bayi yang Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe ............................................................................... 65
xii
Universitas Sumatera Utara
Matriks 4.13 Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada
Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ............. 74
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi baru lahir dan bayi masih tetap memperlambat
balita, sehingga diperlukan akselerasi perawatan bagi bayi baru lahir. Tahun 2013,
angka kematian bayi atau infant mortality rate (IMR) di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya terdapat 3104 bayi meninggal setiap
100.000 kelahiran. Salah satu metode yang efektif adalah kontak kulit ke kulit dan
inisiasi menyusu dini bagi bayi baru lahir dalam masa satu jam pertama sejak bayi
bahwa praktik IMD ini dapat mengurangi kematian bayi baru lahir dari infeksi,
Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang berkualitas,
untuk menciptakannya harus dimulai sejak dini. Salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau
sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini atau
disingkat sebagai IMD adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk
menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk mencari dan
menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya, dengan
cara meletakkan bayi yang baru lahir di atas dada ibunya dan membiarkan bayi
merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Untuk menjamin
kegiatan atau proses menyusu yang benar, dengan menyusu secara baik dan benar
1
Universitas Sumatera Utara
2
maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli,
2014).
bayi pada satu jam setelah kelahiran. Adanya skin to skin contact antara ibu dan
bayi mampu menstabilkan suhu badan bayi sehingga dapat terhindar dari hipotermi.
Sentuhan kulit dengan kulit memberikan efek psikologis yang kuat antara ibu dan
bayi. Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat
produksi ASI (Riskesdas, 2013). Selain itu pada satu jam pertama insting dan
rangsangan bayi sangat kuat untuk menyusu kemudian menurun dan menguat lagi
setelah 40 jam.
pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusu. Dengan demikian, bayi
akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi.
Bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap kematian akibat hipotermia. Namun
16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada sejak hari pertama
dilahirkan. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai satu jam
setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusu dini (IMD) (Asep
Candra, 2011).
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan AKI
dan AKB. Ada berbagai cara untuk melakukan bounding attachment diantaranya
Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif. Seorang bayi yang baru
3
lahir mempunyai kemampuan yang banyak, misalnya bayi dapat mencium, merasa,
mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitif terhadap suhu juga sentuhan
waspada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka (Utami, 2012).
Program inisiasi menyusu dini mempunyai manfaat yang sangat besar untuk
bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam penerapan inisiasi menyusu
dini itu sendiri belum tersosialisasikan di beberapa rumah sakit, maupun di klinik
kematian seperti kanker syaraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga
ASI sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan –
bulan pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi diseluruh dunia
2012) menemukan bahwa bayi yang diberi ASI pada satu jam pertama kelahiran
hanya terjadi pada 32% dan total keseluruhan bayi yang dilahirkan ,hal ini lebih
rendah dibandingkan hasil survey serupa (SDKI 2010), yaitu sebanyak 40%.
Dengan demikian, promosi pemberian ASI ekslusif bisa menjadi kebijakan yang
penting dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir,dan informasi tentang
ini harus ditujukan kepada para pembuat kebijakan, penyedia layanan dan
antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk
bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480 % sekitar
40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu
dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi menyusu
juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama
kelahiran, yang kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan
dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran dan hanya 8 % ibu memberi ASI
kematian bayi baru lahir (usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini
(Amori, 2013).
kehidupan karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal
sebelum usia satu bulan (Kemenkes RI, 2011). Pelaksanaan IMD di luar negeri
sudah di mulai sejak tahun 1998. Penelitian Karen M. Edmon (2012) di Ghana
membuktikan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI
dihari pertamanya. Angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan
IMD dalam satu jam pertama setelah lahir. Sedangkan di Indonesia pelaksanaan
IMD ini baru disadari sejak tahun 2006. Menyusu secara baik dan benar dapat
5
mencegah kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi. Kebanyakan ibu tidak
tahu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau lebih
dikenal dengan IMD sangat bermanfaat. Proses yang hanya memakan waktu satu
jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup (Surdjani, 2013).
dan di terbitkan dalam jurnal ilmiah pediatrics, 22% kematian bayi baru lahir
(dalam satu bulan pertama) dapat di cegah dengan bayi menyusu ibunya dalam satu
jam pertama kelahiran. Sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan
angka kematian bayi hingga 16%. Mengacu penelitian itu, di perkirakan program
inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 30.000 bayi di Indonesia dalam bulan
mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur
0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%. Persentase proses mulai
mendapat ASI antara 1 – 6 jam sebesar 35,2%, persentase proses mulai mendapat
ASI antara 7– 23 jam sebesar 3,7%, sedangkan persentase proses mulai mendapat
ASI antara 24 – 47 jam sebesar 13,0% dan persentase proses mulai mendapat ASI
(WHO) membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusu eksklusif selama 6 bulan
kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur
bayinya, persentase nasional proses mulai menyusu kurang dari satu jam setelah
bayi lahir adalah 34,5 %, dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat
(52,9%) dan terendah di Papua Barat (21,7%). Setiap 1000 kelahiran hidup, 35 bayi
meninggal sebelum usia mencapai satu tahun. Hal serupa di laporkan World Health
Report tahun 2015, bahwa tiap 6 menit, satu bayi meninggal, sedangkan tiap 2,5
proses mulai mendapatkan ASI kurang dari satu jam (IMD) yaitu 39,7%, persentase
inisiasi menyusu dini terendah terdapat di provinsi Papua Barat yaitu sebesar
21,7%. Angka pemberian ASI dalam satu jam pertama terus menurun dari waktu
ke waktu, pemberian ASI pada bayi dalam kurun waktu kurang dari satu jam adalah
sebesar 29,3%. Untuk Provinsi Aceh, pemberian ASI bayi dalam kurun waktu
kurang dari satu jam atau inisiasi menyusu dini (IMD) hanya sebesar 39,7%, atau
hanya ada sekitar 40 bayi yang mendapatkan inisisasi menyusui dini (IMD) dari
setiap seratus kelahiran bayi. Dan yang mendapatkan ASI ekslusif pasca melahirkan
Tindakan ibu dalam melakukan IMD tidak terlepas dari peran bidan sebagai
tenaga kesehatan yang membantu proses kelahiran atau bersalin, bidan merupakan
tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak
dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan. Misalnya untuk
terhadap kelompok ibu yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan
bahwa sebagian besar informan ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan
sedangkan sebagian besar informan ASI tidak eksklusif tidak difasilitasi IMD.
Dalam penelitian tersebut dari 7 informan yang tidak IMD, hanya 3 informan yang
alasannya karena hal yang sulit dihindari, yaitu ibu sakit sehabis operasi caesar,
bayi harus langsung masuk inkubator, dan ibu mengalami perdarahan. Sedangkan
4 informan lainnya tidak IMD karena alasan yang sebenarnya bisa dihindari yaitu
Selama ini, masih banyak ibu – ibu yang mengalami kesulitan untuk
menyusu bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang
ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak
dilahirkan. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya
segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian.
Ternyata, proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusu.
bahkan juga Petugas Kesehatan. Hal ini wajar karena Inisiasi menyusu dini adalah
ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia (Roesli, 2014). Praktik inisiasi
menyusu dini akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan
kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu bidan (Niswah, 2011). Bidan
sebagai salah satu tenaga kesehatan, mempunyai waktu yang banyak untuk
persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu yang melakukan persalinan untuk
melakukan IMD karena pada umumnya ibu akan mematuhi apa yang dikatakan oleh
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada
saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat
memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan
yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada
anak dapat terjadi. Jam pertama setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap
untuk mempelajari dunia baru mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah
bayi lahir dapat langsung diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini akan sangat
bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit
membantu bayi tetap hangat (Niswah, 2011). Berhasil atau tidaknya menyusu di
tempat pelayanan ibu bersalin, seperti di rumah sakit, puskesmas dan tempat
praktek bidan swasta, sangat bergantung pada petugas kesehatan yaitu bidan atau
perawat. Merekalah yang pertama akan membantu ibu bersalin melakukan inisiasi
angka kematian bayi, mencegah kematian bayi, dan meningkatkan cakupan ASI
pelaksanaan inisiasi menyusui dini di wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan dari
7 (tujuh) informan yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini, hanya 3 (tiga)
9
informan yang alasannya karena hal yang sulit dihindari yaitu sakit sehabis operasi
caesar, bayi harus langsung masuk inkubator dan ibu mengalami perdarahan,
sedangkan 4 (empat) informan lainnya tidak inisiasi menyusui dini karena alasan
yang sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi akan dibersihkan dan dibedong terlebih
dahulu. Sedangkan hasil penelitian Hasanah (2014) mengenai peran bidan dalam
pelaksanaan inisiasi menyusui dini di klinik bersalin swasta Medan Tembung tahun
2014 menjelaskan bahwa 35 orang responden yang merupakan bidan, hanya 40%
responden yang memberikan motivasi tinggi dan terdapat 60% yang memberikan
pelaksanaan inisiasi menyusui dini tidak baik dikarenakan rendahnya motivasi yang
diberikan bidan dalam peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini.
ibu pada saat melahirkan dan melaksanakan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD)
pada mayarakat termasuk layanan persalinan bagi ibu yang melahirkan. Salah satu
Nasional (JKN) yang harus dijamin oleh Badan penyelenggara Jaminan sosial
termasuk dalam hal layanan persalinan dan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD)
pasca melahirkan dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan ibu di wilayah
kerjanya.
bayi yang diberi ASI pada satu jam pertama kelahiran hanya mencapai mencapai
36,4%. Pada tahun 2014, persentase bayi yang diberi ASI pada satu jam pertama
kelahiran mengalami penurunan yaitu hanya mencapai 28,5 %, dari jumlah bayi
yang menyusui sebanyak 3412 orang bayi, hanya 1024 saja yang mendapat
ASI pada saat IMD. Dari 17 Puskesmas yang ada di wilayah Kota
Lhoukseumawe, persentase pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau
IMD yang paling rendah terdapat di Puskesmas Mon Geudong, yaitu hanya
Menurut hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juli
2016, Puskesmas Mon Geudong merupakan puskesmas rawat inap yang juga
AKB di puskesmas Mon Geudong sejumlah 1/1000 kelahiran hidup dan pada tahun
2014 AKB meningkat menjadi 3/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota
2013 sebanyak 544 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 551 orang, pelayanan
11
tentang IMD. Penerapan IMD di Puskesmas Mon Geudong telah dimulai sejak
tahun 2008, ibu yang melahirkan di Puskesmas diberi pelayanan IMD dengan
fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung tersebut sangat penting dalam upaya
perawatan pasca persalinan dan memudahkan kontak ibu – bayi dalam pelaksanaan
Mon Geudong, berdasarkan hasil wawancara tentang inisasi menyusu dini (IMD)
kepada 3 (tiga) orang bidan di Puskesmas Mon Geudong, 2 (dua) orang bidan yang
mengetahui secara pasti dan mampu menjelaskan secara baik tentang inisiasi
menyusu dini (IMD) dan bagaimana pelaksanaannya. Namun ada 1 (stau) orang
bidan yang mengatakan pernah melakukan IMD tetapi lupa bagaimana 5 (lima) tata
laksana atau bentuk dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) karena sudah
lama mengikuti pelatihan tentang IMD sehingga mereka sudah lupa bagaimana cara
melakukannya, serta tidak melakukan proses IMD pada bayi dan ibu pasca
melahirkan dengan berbagai alasan, seperti repotnya mengurus dan merawat ibu
dan bayi pasca melahirkan, dan sebagainya. Mengacu pada hal tersebut, maka di
pandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang perilaku bidan dalam pelaksanaan
tahun 2016.
masalah dari penelitian ini adalah mengenai “Bagaimana Perilaku Bidan dalam
12
tahun 2016.
tahun 2016.
tahun 2016.
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan kota
bahan referensi bagi penelitian dengan objek yang sama di masa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat, sedangkan perilaku manusia pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
dengan makhluk lain, hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan selalu
tanda pengenal dirinya sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan
dengan orang lain. Perilaku manusia yang satu dengan yang lainnya tidak bisa
disamakan, karena pribadi manusia merupakan hal yang sangat unik dan
perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku
tertutup (covert behavior) adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan
14
Universitas Sumatera Utara
15
bermimipi, dan takut. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior) adalah perilaku
yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu misalnya
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan,
yakni:
totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
1) Perilaku refleks
dewasa.
stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 (dua) respon, yaitu:
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
memperkuat respon.
Tim ahli WHO (2004) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
Apabila seseorang itu penting bagi kita maka apapun yang ia lakukan
ataupun katakan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap
kelompok refrensi seperti kepala suku, guru, kepala desa, dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
4. Kebudayaan
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut dengan kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya
individu sendiri yang disebut sebagai faktor internal dan sebagian terletak di luar
dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, personalia atau petugas yang tersedia, klinik atau sumber
daya yang hampir sama. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan
berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan
sebagainya.
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada
tujuan dan jenis program atau kegiatan yang dilakukan. Di dalam pendidikan
pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain, dan sebagainya. Apakah
penguat itu positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru, dan pejabat sekolah.
dekat. Begitupun dengan anggota komunitas perilaku yang mudah ditiru ialah
perilaku dari orang terdekat, seperti anggota komunitas yang lain, teman sebaya,
dan sebagainya.
kesehatan disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat
dari pemeriksaan kehamilan tersebut. Tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh
dari fasilitas kesehatan tempat pemeriksaaan kehamilan atau peralatan yang tidak
lengkap (Enabling Factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan
kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu
(recall).
diantaranya :
1. Kebiasaan (Conditioning)
atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
2. Pengertian (Insight)
Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar
3. Menggunakan Model
dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori
belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory oleh
Bandura (1977).
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini
1. Bentuk Pasif
Respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap
2. Bentuk Aktif
Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku
mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior.
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan
lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif
1. Teori Insting
merupakan perilaku yang innate atau perilaku bawaan dan akan mengalami
Teori ini bertitik tolak pada pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan
Insentif atau reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement
yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan akan mendorong organisme
4. Teori Atribusi
disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap) atau oleh keadaan eksternal.
beraktifitas.
baru, maka yang akan terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan
perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
masyarakat akibat kegagalan dari orang atau masyarakat untuk menerima usaha-
penyakitnya:
dapat disebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang dirasakan misalnya
dapat menimbulkan kecacatan, kematian, atau kelumpuhan, dan juga dampak sosial
lainnya termasuk yang tidak termasuk dengan perawatan seperti, berhenti merokok
menjadi faktor yang potensial untuk melakukan tindakan pengobatan. Selain faktor
lainnya seperti faktor lingkungan, media massa atau anjuran dari keluarga, teman-
dan rasional, yakni seseorang menilai derajat resiko mereka dan membuat
perhitungan untung rugi jika mereka tidak ikut dalam perilaku kesehatan preventif
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk mendapatkan penyembuhan bilamana
sakit. Oleh karena sebab itu perilaku pemeliharaan kesehataan ini terdiri dari 3
(tiga) aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila
sakit, pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit, serta perilaku
peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat, dan perilaku gizi
sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit,
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan.
bagi kesehatan individu dan sebaliknya perilaku yang disengaja atau tidak disengaja
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila perilaku tersebut
2.3 Bidan
bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku, jika melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk
praktik, bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pada:
wanita hamil, bersalin, nifas, BBL, bayi dan balita (Hidayat dan Mudfilah, 2011).
pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang
Berikut ini dalam buku JNPK – KR ( 2007 ) mengatakan bahwa seorang bidan
Eksklusif.
c. Membiarkan kontak kulit ibu bayi setidaknya 1 jam atau sampai menyusu awal
selesai.
e. Membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari
payudara.
2.3.3 Peran Bidan dalam Meningkatkan IMD dan Pemberian ASI Eksklusif
inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI
mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Dayati, 2011).
rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau
memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan
tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD dan ASI
dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif.
kunci keberhasilan. Peranan bidan dalam menyukseskan IMD dan ASI Eksklusif
tidak lepas dari wewenang bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu dan anak
serta membantu ibu memulai pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir.
Guna mendukung keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif, WHO
atau 7 pertemuan ASI dalam upaya sosialisasi program dan setiap kali melakukan
1. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama / kunjungan pertama (K1) di
2. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kedua / kunjungan kedua di Klinik
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu segera setelah lahir dengan mencari sendiri payudara ibunya.
Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai
kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit
ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan
Inisiasi Menyusu Dini ini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak mencari
merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui
bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya
dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk
menyusu. Inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh
kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu
untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi
yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan
mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan
obat-obatan atau tindakan, seperti operasi Caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan
sakit di daerah kulit yang digunting saat epistomi dapat pula menganggu
payudara ibu atau the breast crawl. Inisiasi menyusui dini dapat melatih motorik
bayi, dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak.
Sentuhan dengan kulit mampu memberikan efek psikologis yang kuat di antara
Sebenarnya, bayi yang lahir dalam kondisi normal dengan kelahiran tanpa
operasi bisa menyusu kepada ibunya tanpa dibantu pada waktu sekitar satu
jam.kondisi itu tidak terjadi dalam kelahiran dengan operasi Caesar maka,
Bayi normal disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu
dan dua menit pada setiap payudara ibu. Dengan mengisapnya, bayi terjadi
perangsangan terhadap pembentukan air susu ibu secara tak langsung rangsang isap
membantu mempercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu ibu yang berupa
kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes. Ini sudah cukup untuk kebutuhan
Dalam proses inisiasi menyusui dini dibutuhkan kesiapan mental ibu. Ibu
tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya. Saat inilah
dukungan dari keluarga, terutama suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan
dunia, dimana dia yang baru saja keluar dari tempat ternyaman di dunia yaitu di
dalam rahim sang ibu berjuang dengan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan
kepadanya dengan segala prosesnya untuk mencari sendiri puting susu ibunya.
Selain itu proses IMD menimbulkan kedekatan antara si ibu dengan si bayi, sebab
dengan memisahkan si ibu dengan bayinya ternyata daya tahan si bayi akan
menurun hingga mencapai 25%. Ketika si ibu bersama dengan si bayi, daya tahan
sibayi akan berada dalam kondisi prima, si ibu dapat melakukan proteksi terhadap
Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Sekitar
40% kematian balita pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini
meningkatkan keberhasilan menyusu efektif dan lama menyusu sampai dua tahun.
(Prasetyono, 2013).
Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia dalam setahun disusul secara
ekslusif enam bulan berarti biaya pembelian susu formula selama enam bulan tidak
ada.
tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti
Dengan segera disusui oleh ibunya setelah melahirkan, seorang anak akan
mendapatkan zat gizi yang cukup sebagai imunitas tubuh dalam mengurangi resiko
Menurut Anik (2013) alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu
1. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat
turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat celsius, sehingga dapat menurunkan
2. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi
kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernapasan, detak jantung dari
kulit ibu menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan
3. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya
sendiri, akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada
antinya ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membuat koloni disusu dan kulit bayi.
Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat
keluar dan bayi akan cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau
cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan
usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan
hidupnya.
oksitosin pada ibu yang penting menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga
hormon lain, yang membuat ibu merasa lebih tenang, rileks dan merangsang
7. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari
8. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
9. "Bounding" (ikatan kasih sayang) antara ibu-ibu bayi akan lebih baik karena
pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur
10. fBayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu dini lebih
berhasil ekslusif dan akan lebih lama disusui, fungsinya asi sangat cukup untuk
tumbuh kembang bayi dengan baik, sebagai titik awal kualitas sumber daya
manusia, asi juga sebagai alat kontrasepsi tiga bulan dan memperkecil kejadian
kanker payudara
Inisiasi menyusu Dini (IMD) memiliki keuntungan yang besar baik untuk
b) Menstabilkan pernafasan
e) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.
i) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi
j) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat
k) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa
c) Meningkatkan kecerdasan
Inisiasi menyusu dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan
rasa percaya diri yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang
suami dan keluarga serta petugas kesehatanm, jadi akan membantu ibu apabila saat
inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya. Adapun tata laksana
persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma
terapi, gerakan.
4. Bayi ditengkurapkan didada atau di perut ibu dengan skin to skin contack,
posisi ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusui awal
5. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
6. Ayah didukung agar membatu ibu anak untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusui yang dapat berlangsung beberapa menit atau
satu jam bahkan lebih. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya
8. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang/diukur berat badan dan panjang
badannya setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang
invasive, misalnya suntikan vitamin k dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
9. Dengan rawat gabung ibu dan bayi akan mudah merespon bayi selama 24 jam
ibu dan bayi tetap tidak dapat dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan
keluar) dihindarkan.
Dalam IMD akan melalui 5 tahapan prilaku sebelum dia menyusui, yakni:
diam tidak bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa
2. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,
mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
3. Mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki
menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting
2.4.6 Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Operasi Caesar
Inisiasi menyusu dini secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan
dengan operasi caesar, tetapi bila operasi caesar dilakukan dengan menggunakan
anestesi spinal atau epidural , ibu dapat segera merespon pada bayi. Bayi dapat
segera diposisikan untuk dilakukan kontak kulit dan usaha menyusu pertama di
kamar operasi. Jika menggunakan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang
pemulihan pada saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk akibat
pengaruh anestesi. Ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit
sementara menunggu ibu sadar. Berikut ini tata laksana untuk IMD dengan proses
punggung bayi dan badan ibu. Bila perlu siapkan topi bayi
3. Pada anestesi spinal/epidural, ibu akan sadar dan dapat merespon sedini
mungkin.
4. Pada anestesi umum kontak dapat dilakukan pada saat ibu mulai sadar walaupun
masih mengantuk
5. Ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi sambil menunggu ibu responsif
6. Anjurkan untuk segera kontak kulit dengan bayi sesegera mungkin. Kontak kulit
7. Bila kontak kulit ditunda, bungkus bayi sedemikian rupa sehingga mudah dibuka
8. Bantu bayi mulai menyusu pertama bila bayi dan ibu menunjukan kesiapan
9. Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman walaupun ibu terlentang dan bayi
tengkurap.
10. Membantu ibu waktu bayi di rawat gabung selama 24 jam bersama ibu.
11. Waktu perawatan ibu yang lama dapat dipergunakan untuk membantu
memantapkan menyusui.
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat
4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama
5. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting
1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.
tangannya
4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan
5. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama. Jika
perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
1. Bayi kedinginan
ibu yng melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan
turun 1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk
menghangatkan bayi.
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini
Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas.
Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat
Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar
6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea)
selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi)
meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan
segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu
dini selesai.
Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu,
bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu,
kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum
Karakteristik
Informan:
Tindakan
- Umur Pengetahuan Sikap Bidan dalam
- Pendidikan Bidan Bidan pelaksanaan
- Penghasilan IMD
- Agama
- Lama Bekerja
Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Anderson
(1988) dalam Notoatmodjo (2010) yang membagi perilaku dalam 3 (tiga) bentuk atau
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
sikap seseorang. Sikap (attitude) merupakan kecenderungan untuk berespon baik secara
positif ataupun negatif dari konsep di atas dapat kita lihat bahwa terbentuknya suatu
perilaku baru dimulai dari domain kognitif, subjek tahu terlebih dahulu tentang
menimbulkan respons dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah
diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulan respon yang lebih jauh lagi
yaitu tindakan terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Suatu sikap belum merupakan
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Demikian juga dengan bidan, pengetahuan mereka tentang inisiasi menyusu dini akan
memengaruhi sikap mereka terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini, kemudian akan
memengaruhi tindakan bidan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini. Sehingga pengetahuan,
sikap, dan tindakan ini menjadi variabel yang diamati dalam penelitian mengenai perilaku
bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
perilaku bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon
didasarkan atas :
1. Dari hasil pengamatan awal dan wawancara langsung dengan beberapa orang
kota Lhokseumawe
45
Universitas Sumatera Utara
46
kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe
dalam hal ini ialah seorang bidan. Jumlah keseluruhan bidan yang bekerja di
Karakteristik informan yang dipilih dalam penelitian ini ialah bidan yang
interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau
berlangsung.
mempunyai hubungan yang erat dengan bahan primer. Data yang diperoleh secara
tidak langsung berasal dari data tertulis meliputi : buku-buku, arsip, jurnal ilmiah
dan kepustakaan, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang pelayanan
kesehatan serta buku-buku atau karya tulis yang relevan bagi pemecahan
yang diambil dari perpustakaan ataupun dari tempat lain. Adapun sumber yang
digunakan tidak terbatas pada buku-buku, tetapi juga dapat berupa bahan
yang berhubungan dengan penelitian ini, yang dapat digunakan guna menunjang
1. Karakteristik Informan
a. Umur adalah lama hidup informan yang dihitung melalui ulang tahun
informan.
2. Sumber Informasi
a. Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan yang diikuti oleh informan dalam
b. Teman Kerja adalah yang menjadi teman kerja Bidan dalam pelaksanaan
c. Media Cetak adalah sumber informasi tentang IMD yang diterima oleh
informan dari media cetak seperti Koran, buku, majalah, leaflet dan lain –
lain.
lain – lain.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adlah segala sesuatu yang diketahui tentang Inisiasi Menyusui Dini
( IMD ).
4. Sikap
5. Tindakan
6. Bidan
Bidan adalah petugas kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang telah
kelahirannya.
kebutuhan data yang hendak didapatkan sesuai dengan permasalahan yang ingin
membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan tempat untuk
melakukan wawancara.
dilaksanakan sekali apabila semua informasi atau data yang dibutuhkan dalam
analisis data dan interprestasi data sesuai dengan data hasil wawancara yang
didapatkan. Setelah itu, penulis membuat dinamika penulisan dan kesimpulan yang
menunjang kelengkapan data yang dibutuhkan selama penelitian, agar data yang
disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti
dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari
informan atau responden penelitian untuk mempergunakan alat tersebut pada saat
wawancara berlangsung.
bentuk tertulis. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis
b.) Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban dari setiap
responden/informan
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data yang
didapatkan dari hasil wawancara, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap
hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
acuan dan pedoman dalam melakukan wawancara. Dengan pedoman ini, penulis
Pada proses ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
diungkapkan oleh responden atau informan. Data yang telah dikelompokan tersebut
oleh penulis dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting
permasalahan, dan dinamika jawaban yang diberikan oleh responden atau informan
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, penulis menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan
teori yang telah dijabarkan dalam Bab II mengenai kerangka teoritis dan kerangka
konseptual atau kerangka pikir penelitian, sehingga dapat dicocokan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai dan dari landasan teori
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
penulis masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah
didapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternatif
penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian
deskriptif kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil
analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau
tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain
melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada
suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah hasil
penelitian dan kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan
yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu penulisan data-data hasil
yang sedang ditetiliti. Dari hasil wawancara yang diperoleh serta didukung oleh
masalah penelitian yang ada tersebut yang menunjang penelitian mengenai perilaku
HASIL PENELITIAN
Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumae memiliki luas wilayah kerja 11,24
Sehat secara Mandiri dan Islami” Adapun misi untuk mewujudkan visi dari
55
Universitas Sumatera Utara
56
yaitu program peningkatan keselamtan ibu melahirkan dan anak, program ini
bertujuan untk menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan, bayi baru lahir dan
kematian bayi dan anak yang dilihat dari indikator Angka Kematian Anak
inap yang juga menyediakan persalinan di wilayah Kecamatan Mon Geudong. Pada
tahun 2013 AKB di Puskesmas Mon Geudong sejumlah 1/1000 kelahiran hidup dan
pada tahun 2014 AKB meningkat menjadi 3/1000 kelahiran hidup, dan pada tahun
2015 menjadi 8/1000 kelahiran hidup dan untuk angka kematian ibu (AKI)
pada tahun 2013 sebanyak 544 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 551 orang,
pelatihan tentang IMD. Penerapan IMD di Puskesmas Mon Geudong telah dimulai
sejak tahun 2008, ibu yang melahirkan di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe diberi pelayanan IMD dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat
gabung tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan
memudahkan kontak ibu – bayi dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Mon Geudong kota Lhokseumawe yang bertugas melayani layanan kesehatan ibu
dan anak (KIA) termasuk layanan persalinan dan asuhan untuk melakukan inisiasi
penelitian ini ialah meliputi umur, pendidikan, penghasilan, agama dan lama
bekerja. Karakteristik informan dapat dilihat pada matriks 4.1 berikut ini :
Lama
No. Nama Umur Pendidikan Penghasilan Agama
Bekerja
penelitian ini ialah sebanyak sembilan orang dengan rentang usia termuda berusia
29 tahun sampai dengan usia tertua yakni 49 tahun. Seluruh informan telah
penghasilan yang beragam mulai dari penghasilan terendah sebesar Rp. 1.450.000,-
informan dalam penelitian ini beragama Islam, dan informan memiliki rentang
waktu lama bekerja di Puskemas Mon Geudong kota Lhokseumawe dalam rentang
informan tentang manfaat dari inisiasi menyusu dini (IMD), pengetahuan informan
tentang langkah-langkah atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan
kematian bayi.
inisiasi menyusu dini (IMD) adalah sebagaimana yang digambarkan pada matriks
4.2 berikut :
inisiasi menyusu dini (IMD) ialah inisiasi menyusu dini (early initiation) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu segera setelah lahir dengan
mencari sendiri payudara ibunya. Jadi, sebenarnya bayi dibiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak
mencari payudara, mencari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu. Informan
mendapatkan informasi mengenai inisiasi menyusu dini dari buku, pelatihan dan
seminar yang dilakukan mengenai pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan
pengalaman pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dari sesama bidan yang
menyusu dini secara umum adalah untuk mengkontraksi rahim sehingga mencegah
pendarahan, agar lebih dekat jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi, untuk
untuk menghangatkan si bayi, dan agar anak mendapat kolostrum sebagai antibodi
untuk bayi agar si bayi dapat terhindar dari berbagai infeksi penyakit sehingga dapat
berikut :
pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang dipahami oleh informan secara umum
setelah bayi lahir kemudian dipotong tali pusatnya, kemudin tali pusatnya diikat,
badan bayi dilap, kemudian bayi ditelungkupkan diatas dada ibunya dan dibiarkan
bayi mencari dan menemukan puting susu ibunya sendiri kemudian menyusu.
hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kematian bayi, maka informan
Menyusu Dini (IMD) dengan kematian bayi. Semua informan menyatakan adanya
satu orang informan terlihat ragu dengan pendapatnya. Sebagian besar informan
menyatakan bahwa IMD dapat mencegah kematian bayi, jika dibandingkan dengan
pemberian susu formula atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini yang
dapat menyebabkan bayi terkena diare dan menurunkan kesehatannya bahkan bisa
sistem imunitas atau kekebalan tubuh bayi sehingga tidak rentan terhadap berbagai
Adapun aspek sikap informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri
dari sikap informan terhadap pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir,
terhadap pemberian makanan selain ASI pada bayi baru lahir, dan harapan informan
informan tehadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir, maka informan
tehadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Semua informan menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Susu
formula dianggap tidak baik untuk diknsumsi oleh bayi baru lahir karena dapat
diare, alergi, dan usus berlipat yang dapat mengancam nyawa si bayi.
pemberian makanan selain ASI pada bayi setelah dilahirkan di Puskesmas Mon
makanan
selain ASI
pada bayi
yang baru
lahir
terhadap pemberian makanan selain ASI pada bayi setelah dilahirkan. Semua
informan menyatakan bahwa mereka tidak setuju jika ada pemberian makanan
selain ASI seperti madu, pisang, dan lainnya kepada bayi baru lahir. Bahkan
informan mengupayakan agar makanan tersebut tidak diberikan kepada bayi, dan
merekomendasikan bahwa makanan terbaik untuk bayi setelah dilahirkan ialah ASI
saja.
dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
terus diterapkan di Puskesmas, Ada juga informan yang berharap agar dibuatnya
aturan yang tegas tentang pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi, agar
semakin banyak bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan mencapai derajat
Adapun aspek tindakan informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri
(IMD) pada pasien, tindakan informan tentang ASI dan inisiasi menyusu dini pada
keluarga pasien, san pelaksanaan inisiasi dini pada pada pasien, serta kendala dari
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong
kota Lhokseumawe
Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.10
berikut :
informan dalam melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada
dini (IMD) pada pasiennya. Kegiatan penyuluhan dan kosultasi mengenai ASI dan
sangat beragam mulai dari hanya beberapa menit, setengah jam, sampai dengan dua
jam.
melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien di
Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.11
berikut :
informan dalam melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada
menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien. Kegiatan penyuluhan dan kosultasi
mengenai ASI dan inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat
pasien (home visit). Hal ini dilakukan agar keluarga pasien mengerti tentang
pentingnya inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif serta mau mendukung
pelaksanaannya.
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong
infroman dalam melakukan tindakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada
menyatakan bahwa mereka pernah melakukan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD)
pada pasien. Semua informan sudah berpengalaman dalam melaksanakan IMD dan
tidak ada seorang informan pun yang terpaksa tidak melaksanakannya. Secara
umum proses inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan oleh informan adalah ketika
bayi lahir kemudian dipotong tali pusatnya, bayi di lap badanny, kemudian
ditelungkupkan diatas dada ibunya dan membiarkan bayi mencari puting susu dan
kemudian menyusu sendiri. Saat bayi ditelungkupkan ke badan ibunya bayi harus
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) diawali dengan penyuluhan kepada pasien
dan keluarganya terlebih dahulu, agar pasien dan keluarganya mengerti dan
Lamanya waktu untuk bayi menemuka puting susu ibunya sangat bervariasi.
dengan 1 jam. Lamanya waktu bayi menemukan puting susu ibunya sangat
tergantung pada kondisi bayi. Jika bayi dengan kondisi yang sehat, tidak terdapat
gangguan pernafasan dan lainnya, maka akan cepat menemukan puting susu ibunya
dan menyusu. Sedangkan bayi dengan kondisi tidak sehat seperti terjadi gangguan
pernafasan (aksfiksia) maka akan lama menemukan puting susu ibunya dan mulai
ibu dan bayi diletakkan pada ruang rawat khusus ibu dan bayi dimana bayi dengan
tempat tidurnya, diletkakan disamping ibunya atau dirawat dalam satu ruangan.
Menurut informan, perlakuan tersebut bertujuan agar terjalin kasih sayang lebih erat
antara ibu dan bayi dan supaya ibunya lebih gampang menyusi anaknya tanpa harus
banyak bergerak.
dirasakan informan dalam melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di
Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.13
berikut :
dirasakan informan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien
inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien atau ibu yang melahirkan di Puskesmas
menyatakan menemui kendala melaksanakan IMD jika ibu dan bayi dalam kondisi
mengkhawatirkan, seperti pendarahan atau aksfiksia, atau karena ASI ibu tidak
PEMBAHASAN
Mon Geudong kota Lhokseumawe yang bertugas melayani layanan kesehatan ibu
dan anak (KIA) termasuk layanan persalinan dan asuhan untuk melakukan inisiasi
penelitian ini ialah meliputi umur, pendidikan, penghasilan, agama dan lama
bekerja.
5.1.1 Umur
mulai dari yang paling muda ialah berusia 29 tahun, dan yang paling tua ialah
“Memberi ASI segera setelah bayi lahir. Itulah dia yaa kan? Dimana. Sejak bayi
lahir yaa langsung setelah dibersihkan kita baringkan si bayi ke dada ibunya, biar
si bayi nyari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu”, (Matriks 4.2 ; pernyataan
informan 9 berusia > 40 tahun).
“Pelekatan antara puting dan mulut bayi” ”, (Matriks 4.2 ; Pernyataan informan 2
berusia < 40 tahun).
“Memberikan kesempatan bayi untuk memperoleh ASI sendiri segera setelah bayi
lahir, segera setelah kita potong tali pusatnya langsung kita,, eeee.. ee... apa itu
namanya.. susukan kepada ibunya” (Matriks 4.2 ; pernyataan informan 7 berusia <
40 tahun).
kelompok usia >40 tahun sesuai dengan pendapat R2014) yang menyatakan bahwa
77
Universitas Sumatera Utara
78
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu segera setelah
tersebut.
Jika diperhatikan dari hasil penelitian diatas, terlihat bahwa ahwa umur
seseorang termasuk dalam hal pengetahuan. Menurut Blom yang dijabarkan oleh
pelaksanaannya.
mayoritas bidan yang usianya >30 tahun selalu melaksanakan IMD. Hasil analisis
variabel usia bidan bahwa bidan yang usianya >30 tahun lebih banyak yang selalu
melaksanakan IMD. Dengan kata lain, usia yang tergolong tua selalu melaksanakan
IMD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnita
(2012), yaitu semakin tinggi usia bidan maka kecenderungan untuk melaksanakan
5.1.2 Pendidikan
Jawaban informan ketika ditanyai mengenai pengertian dari inisiasi menyusu dini
(IMD) yaitu :
“Inisiasi menyusui dini, bayi baru lahir langsung diletakkan diatas perut ibu di
dekap lalu bayinya cari puting susu ibunya” (Matriks 4.2 ; Informan 6).
“Memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir setelah dipotong tali pusatnya...
sesegera mungkin.. katanya paling lama 1 jam bayi itu menemukan puting susu
ibunya dan mulai menyusu, itu kalau bayi itu sehat” (Matriks 4.2 ; Informan 8).
Jika dilihat dari hasil penelitian, dapat dikatakan pendidikan formal yang
dini (IMD) memang didapatkan informan dari hasil seminar maupunpelatihan yang
sifatnya pendidikan non formal karena membahas materi yang khusus dan
mendalam mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) lengkap dengan asuhan tata
pendidikan yang tinggi terlihat memiliki kesempatan untuk mengikuti lebih banyak
diperoleh dari pendidikan informal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumiyati (2011) memperoleh tidak ada perbedaan proporsi
bidan yang melaksanakan IMD antara bidan yang berpendidikan rendah dengan
bidan yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena akses informasi
tentang IMD secara mendalam hanya didapat dari bangku pendidikan kebidanan
5.1.3 Penghasilan
beragam mulai dari penghasilan terendah sebesar Rp. 1.450.000,- sampai dengan
ataupun informan yang memiliki penghasilan lebih rendah, yang dapat dilihat pada
“Memberi ASI segera setelah bayi lahir. Itulah dia yaa kan? Dimana. Sejak bayi
lahir yaa langsung setelah dibersihkan kita baringkan si bayi ke dada ibunya, biar
si bayi nyari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu”, (Matriks 4.2 ; pernyataan
informan memiliki penghasilan Rp.5.000.000,-).
“Memberikan kesempatan bayi untuk memperoleh ASI sendiri segera setelah bayi
lahir, segera setelah kita potong tali pusatnya langsung kita,, eeee.. ee... apa itu
namanya.. susukan kepada ibunya” (Matriks 4.2 ; pernyataan informan 7 memiliki
penghasilan Rp. 1.450.000,-).
memiliki penghasilan yang lebih rendah yang hanya memberikan pengertian yang
singkat mengenai inisiasi menyusu dini (IMD). Hasil penelitian ini juga sejalam
dengan pendapat yang disampaikan oleh Zulkifli (2005) yang menyatakan bahwa
5.1.4 Agama
Islam, dan tidak ada perbedaan mengenai pernyataan informan terhadap pengertian
dari inisiasi menyusu dini yang daat dilihat dari jawaban informan sebagai berikut
“Ya…. itu... ini.. ini... inisiasi menyusu dini, sebelum lahir itu udah di kasih
perawatan, setelah melahirkan langsung menyusui (Matriks 4 ; Informan 2)
“IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada puting susu ini baru
pertama bayi lahir, 15 menit pertama yaa... kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi dibersihkan lalu langsung diberikan
(untuk IMD)” (Matriks 4.2 ; Informan 1).
Dalam hal ini, terlihat bahwa seluruh informan yang beragama Islam
memiliki pengertian yang seragam mengenai inisiasi menyusu dii (IMD). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Novita (2011)
yang menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap ajaran agama mengajarkan para
peribadatan secara optimal. Hal yang serupa juga dijelaskan hasil penelitian Dewi
(2015) yang menjelaskan bahwa pada setiap kesempatan biasanya seorang pemuka
jamaatnya pada saat proses peribadatan berlangsung ketika pemuka agama sedang
pengalaman lama bekerja yang beragam mulai dari 7 tahun sampai dengan 19
informan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) dan memiliki pengertian yang
seragam dan relatif sama mengenai inisiasi menyusu dini (IMD). Jawab informan
“Inisiasi menyusui dini, bayi baru lahir langsung diletakkan diatas perut ibu di
dekap lalu bayinya cari puting susu ibunya (Matriks 4.2 ; Informan 6 ; Lama
Bekerja > 15 tahun).
“IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada puting susu ini baru
pertama bayi lahir, 15 menit pertama yaa... kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi dibersihkan lalu langsung diberikan
(untuk IMD)” (Matriks 4.2 ; Informan 1; Lama bekerja dibawah < 15 tahun).
“Pelekatan antara puting dan mulut bayi” (Matriks 4.2; Informan 2; Lama bekerja
<15 tahun).
ini yang mana lamanya wakttu bekerja informan tidak memengaruhi pengertian
informan tentang manfaat dari inisiasi menyusu dini (IMD), pengetahuan informan
tentang langkah-langkah atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan
kematian bayi.
“IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada puting susu ini baru
pertama bayi lahir, 15 menit pertama yaa... Kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi dibersihkan lalu langsung diberikan
(untuk IMD)” (Matrik 4.2 : Informan 1)
“Memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir setelah dipotong tali pusatnya...
sesegera mungkin.. katanya paling lama 1 jam bayi itu menemukan puting susu
ibunya dan mulai menyusu, itu kalau bayi itu sehat” (Matriks 4.2 ; Informan 8).
dari inisiasi menyusu dini (IMD) ialah inisiasi menyusu dini (early initiation) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu segera setelah lahir dengan
mencari sendiri payudara ibunya. Jadi, sebenarnya bayi dibiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak
mencari payudara, mencari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu. Informan
mendapatkan informasi mengenai inisiasi menyusu dini dari buku, pelatihan dan
seminar yang dilakukan mengenai pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan
pengalaman pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dari sesama bidan yang
Masih ada informan yang terlihat kebingugan ketika ditanya tentang IMD,
“Ya…. itu... ini.. ini... inisiasi menyusu dini, sebelum lahir itu udah di kasih
perawatan, setelah melahirkan langsung menyusui supaya nanti bisa ASI
ekskluisif” (Matriks 4.2 ; Informan 4).
dari ID. Tetapi jika diperhatikan kembali, ada perbedaan tekanan antara pendapat
informan ini dengan informan lainnya. Pernyataan bahwa IMD merupakan proses
untuk mencapai ASI eksklusiIf terkesan bahwa IMD dilakukan karena mengejar
target pencapaian pemberian ASI eksklusif pada bayi, sementara IMD dinyatakan
sebagai proses bayi dalam menyusu sendiri. Jika masih ada informan yang
memahami bahwa IMD adalah proses ibu menyusui bayi atau proses petugas
kesehatan dala memenuhi target kerja, maka akan berdampak pada pelaksanaannya.
tujuan dari IMD, maka IMD dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat
hal pelaksanaan IMD tidak hanya sekedar tahu dan paham tetapi perlu
kesadaran dalam pelaksanaan, untuk terwujudnya hal tersebut tidak lepas dari
memiliki pemahaman bahwa jika bayi berhasil mencapai puting susu ibu
dalam waktu singkat (hitungan menit atau di bawah satu jam) setelah bayi
diletakkan di atas dada atau perut ibunya itu sudah cukup. Roesli (2014)
menuliskan bahwa tidak ada batasan waktu berapa lama bayi diletakkan di
atas dada atau perut ibu karena pelaksanaan IMD tidak hanya bertujuan untuk
melatih saraf motorik bayi namun juga mengembangkan hubungan atau ikatan
batin (bounding attachment) antara ibu dan bayi. Saat bayi berada di atas
perut atau dada ibu juga dapat membantu menstabilkan suhu tubuh bayi.
dilaksanakannya IMD, salah satunya yaitu kondisi darurat yang terjadi pasca
persalinan. Kondisi darurat tersebut ialah perdarahan yang parah, bayi mengalami
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2011) dapat
menyusu dini dengan praktek inisiasi menyusu dini, hal ini berarti bahwa bidan
yang memiliki pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini mereka akan
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
bidan tentang inisiasi menyusu dini dengan praktek inisiasi menyusu dini, hal ini
berarti bahwa bidan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu
dini mereka akan melakukan praktek inisiasi menyusu dini secara baik pula.
“Yang kedua bisa untuk mengurangi pendarahan kan, jadikan bayi itu ketika
baru selesai dilahirkan masuk pada masa mengeluarkan plasenta, jadi bisa
dengan IMD kontraksi rahim bisa bekerja dengan baik dan menghentikan
pendarahan” (Matriks 4.7 ; Informan 1)
“Bagus, karena ada zat penting didalamnya. Pertama kolostrum yang sangat
baik untuk bayi, yang kedua untuk mencegah pendarahan bagi si ibu” (Matriks
4.3 ; Informan 7)
Apa yang dikatakan oleh iforman senda dengan penjabaran dari Roesli
(2014) yang menjelaskan bahwa pada proses IMD hentakan kepala bayi ke dada
ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi
pada puting ibu merangsang pengeluran hormon oksitoksin. Hormon ini membantu
pendarahan ibu, merangsang hormon lain yang membuat ibu lebih rileks,
b. Agar lebih dekat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, yang dinyatakan informan
“Pertama untuk apa yaa, kedekatan insting bayi itu, kasih sayang antara ibu dan
bayi lebih dekat’ (Matriks 4.7 ; Informan 1)
“Yang ketiga mendekatkan hubungan ibu dan anak jadinya lebih mudah dekat dari
awal kelahiran si bayi” (Matriks 4.3 ; Informan 7).
“Dari segi psikologis menimbulkan kasih sayang ibu dan bayi” (Matriks 4.3 ;
Informan 8).
menyatakan bahwa bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih
baik pada saat kontak kulit antara ibu dan bayi secara langsung segera setelah
melahirkan.
c. Untuk mengenalkan lebih dini puting susu ibu kepada bayi, yang dinyatakan
“Terus bayinya, apa.. menghisap puting susu itu pas, jadi kalau tidak
dikenalkan sejak awal dia bisa saja gak bisa menyusu dengan baik” (Matriks 4.3 ;
Informan 8).
IMD yang memberi kesempatan bayi untuk menyusu senditi segera setelah
kelahirannya bertujuan agar bayi lebih mengenal puting susu ibunya sehingga tidak
ada celah untuk mengenal makanan lainnya, serta pemberian ASI secara eksklusif
“Banyak sekali vitamin-vitamin didalam situ (kolostrum). Udah itu dia tidak basi
lagi. Baguslah pokoknya” (Matriks 4.3 ; Informan 5).
“Tahu.. banyak itu manfaatnya. Dengan begitu dapatlah si bayi itu zat antibodi
dari kelahirannya (Matriks 4.3 ; Informan 6).
“Bagus, karena ada zat penting didalamnya. Pertama kolostrum yang sangat baik
untuk bayi” (Matriks 4.3 ; Informan 7).
“Supaya si bayi dapat zat antibodi langsung dari ibunya, supaya bayi sehat”
(Matriks 4.3 ; Informan 9).
menjelaskan bahwa kolostrum pada ASI penting untuk kethanan terhadap infeksi
terhadap serangan penyakit sebagai antibodi utama pada bayi yang baru dilahirkan.
menyusu dini secara umum adalah untuk mengkontraksi rahim sehingga mencegah
pendarahan, agar lebih dekat jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi, untuk
untuk menghangatkan si bayi, dan agar anak mendapat kolostrum sebagai antibodi
untuk bayi agar si bayi dapat terhindar dari berbagai infeksi penyakit sehingga dapat
atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dapat dilihat dari pernyataan
“Setelah bayi dilahirkan yaa kita bersihkan si bayi dulu, kita potong tali
pusatnya terus kita ikat, barulah ditelungkupkan di dada si ibu, biarlah si bayi itu
merangkak sendiri, nyari puting si ibu, dan kalau udah ketemu biasanya si bayi
langsung meyusu sendiri (Matriks 4.4 ; Informan 2)
- Begitu bayi kahiir, bayi diletakkan di perut ibunya yang sudah dilapisi oleh
kain kering.
tangannya.
- Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
- Tanpa dibedong, bayi langsung ditelungkupkan di atas dada atau perut ibu
dengan kontak kulit ibu – bayi. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama, jika
perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya
- Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu daoat merangsang bayi
Ada terdapat perbedaan diantara bidan yakni bayi harus diselimuti atau
tidak perlu diselimuti. Sebnearnya bila bayi tidak diselimuti juga tidak akan
membuat bayi kedinginan, karena meurut hasil penelitian Nielas Bragman yang
dikutip oleh Roesli (2014) menjelaskan bahwa kulit ibu bersfat termoregulator
atau thermal sinchrony bagi suhu bayi, dalam artian bahwa kult ibu yang
melahirkan satu derjat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya
kedinginan , suhu kuit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi.
Dan jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derjat untuk
mendinginkan bayi.
pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang dipahami oleh informan secara umum
setelah bayi lahir kemudian dipotong tali pusatnya, kemudin tali pusatnya diikat,
badan bayi dilap, kemudian bayi ditelungkupkan diatas dada ibunya dan
dibiarkan bayi mencari dan menemukan puting susu ibunya sendiri kemudian
menyusu.
sebagian besar informan, AS yang didapat dari proses IMSD membuat bayi kebal
“Adalah.. kalau inisiasi kan bayinya tadi dikasih ASI, pasti lebih sehat. Nah kalau
dia tidak dikasih ASI kan otomatisnya tubuhnya jadi lemah, antibdodinya gak
bagus, dan mudah kena infeksi penyakit” (Matriks 4.5 ; Informan 1).
“Ada dek, nah ASI yang pertama keluar itu kan dia mengandung kolostrum, jadi
bagus untuk kesehatan bayi dan daya tahan tubuhnya, jadinya si bayi gak mudah
kena infeksi penyakit, jadi lebih sehat dia jadinya” (Matriks 4.5 ; Informan 4).
“Gizi dari kolostrum ASI sangat membantu untuk kekebalannya melawan kuman
penyakit. Apalagi lingkunganya kan baru untuk dia, yaa pasti banyak kuman atau
virus yang menginfeksi dan menyebabkan penyakit dan mengancam nyawa si
bayi” (Matriks 4.5 ; Informan 6).
kematian bayi, walaupun satu orang informan terlihat ragu dengan pendapatnya.
Sebagian besar informan menyatakan bahwa IMD dapat mencegah kematian bayi,
jika dibandingkan dengan pemberian susu formula atau makanan pendamping ASI
(MP-ASI) secara dini yang dapat menyebabkan bayi terkena diare dan menurunkan
pembentukan dan penguatan sistem imunitas atau kekebalan tubuh bayi sehingga
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pendapat Roesli (2014) yang
menjelaskan bahwa pelaksanaan IMD yang baik dan benar dapat mencegah
kematian bayi dengan persentase sebanyak 22%. Semakin baik pelaksanaan IMD,
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut
Lawrence Green ada tiga faktor utama yang menentukan perilaku yaitu pertama
nilai-nilai tradisi dan sebagainya. Faktor yang kedua adalah pemungkin yaitu
sarana atau prasarana kesehatan. Faktor yang ketiga adalah faktor penguat
layanan kesehatan seperti Puskemas bisa memberikan contoh dan sikap yang
baik kepada setiap ibu-ibu hamil dan ibu yang mau melahirkan sehingga
mereka tidak segan-segan atau takut untuk bertanya yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama dalam hal IMD, karena sikap yang baik
merupakan cermin dari kepribadian kita apalagi kegiatan IMD merupakan cara
yang terbaik dalam meningkatkan agar bayi dapat menyusu secara dini
atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung
suatu penelitian emosional (senang, benci, sedih dsb), disamping itu komponen
bertindak).
Adapun aspek sikap informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri
dari sikap informan terhadap pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir,
terhadap pemberian makanan selain ASI pada bayi baru lahir, dan harapan informan
5.3.1 Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula pada Bayi Baru
Lahir
Adapun hasil penelitian tentang sikap informan terhadap pemberian susu formula
kepada bayi yang baru lahir dapat dilihat pada pernyataan berikut :
“Yaaa dilarang.. tak baik bayi baru lahir langsung dikasih susu formula, kalau
si ibu masih bisa memberikan ASI kenapa harus dikasih susu formula kan dek,
yaudahlah ASI eksklusif paling baik untuk si bayi” (Matriks 4.6 ; Informan 1)
“ Ngapain kita kasih-kasih MP-ASI untuk bayi baru lahir, kan gak cocok, kalau
ada yang begitu kita bilang aja kasih ASI saja, jangan dikasih yang lain-lain dulu
(Matriks 4.6 ; Informan 4)
“Gak boleh lah, nanti bisa diare dan kena penyakit lainnya, sistem pencernaan
bayi kan belum terlalu baik kalau langsung dikasih makanan lain selain
ASI”(Matriks 4.6 ; Informan 5).
lahir. Susu formula dianggap tidak baik untuk diknsumsi oleh bayi baru lahir karena
seperti diare, alergi, dan usus berlipat yang dapat mengancam nyawa si bayi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat Roesli (2014) yang menjelaskan bahwa
beberpa penyakit yang akan mengintai bati ketika langsung diberikan susu formula
ialah bayi menjadi lebih mudah terkena diare, meningkatkan resiko alergi,
“Kalau untuk kesehatan, yaa wajib di dukung, kan memang sudah jadi program
untuk menyelamatkan bayi baru lahir dan mengurangi resiko kematiannya kan.
Kami sih dari tenaga kesehatan pasti mendukung”. (Matrik 4.7; Informan 1).
“Ini program yang bagus jadi kalau bisa memang kita pertahankan dan senantiasa
harus ditingkatkan, apalagi sekarang kondisi kesehatan ibu dan bayi merupakan
hal yang sangat penting untuk bisa diperhatikan (Matrik 4.7 ; Informan 8).
Seluruh informan tidak setuju pada pernyataan bahwa susu formula dapat
menyamai keunggulan ASI. Informan mengatakan bahwa tidak ada makanan atau
minuman lain yang dapat menggantikan manfaat atau kegunaan ASI. Semua
penelitian Sari (2011) yang menyatakan sikap bidan yang negatif mengenai
menyusu dini atau juga bidan tidak sabar dalam melakukan prosedur inisiasi
5.3.3 Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan Selain ASI pada Bayi
pemberian makanan selain ASI pada bayi setelah dilahirkan di Puskesmas Mon
“Oooh kadang saya marah, kan udah ada ASI, ngapain kasih yang lain-lain
lagi, kan bayi pun belum bisa makan apa-apa, orang masih bayi” (Matriks 4.8 ;
Informan 1).
Selama di Puskesmas gak ada yang ngasih apa-apalah sama bayinya. Kan
udah kita kasih tahu untuk gak ngasih apa-apa dulu selain ASI, biasanya mereka
gak berani (Matriks 4.8 ; Informan 3).
“Sebenarnya yaa gak bolehlah, karena sistem pencernaan bayi kan gak
sama dengan orang dewasa, nanti kalau udah dikasih makanan selain ASI justru
malah jadi berbahaya, dan bayi bisa sakit, yaa sebagai bidan kita kasih penyuluhan
kalau setelah lahir sampai usia 6 bulan bayi cukup dikasih ASI saja, yaa itulah
yang ASI eksklusif itu kan” (Matriks 4.8 ; Informan 9).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua informan menyatakan
bahwa mereka tidak setuju jika ada pemberian makanan selain ASI seperti madu,
pisang, dan lainnya kepada bayi baru lahir. Bahkan informan mengupayakan agar
diberikan saat usia bayi lebih dari 6 bulan. Makanan selain ASI, apapuin itu
memang tidak baik untuk bayi yang belum berusia 6 bulan, dikarenakan sistem
mampu mencerna makanan selain ASI. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Roesli
(2014) yag menjelaskan bahwa makanan selain ASI mengandung zat putih telur
yang bukan berasal dari susu manusia. Jika dipaksakan maka akan mengganggu
berikut :
“Yaa semoga pelaksanaannya semakin baik yaa, kita sih berharap begitu
ya, semoga semua bidan di Puskesmas Mon Geudong lebih paham tentang IMD
(Matriks 4.9 ; Informan 1).
“Pastinya sih lebih baik lagi yaa kedepannya, lebih banyak lagi pelatihan-
pelatihan tentang IMD dan ASI, biar kami para bidan di Puskesmas ini jadi lebih
paham lagi, gak bingung kalau ditanya kayak gini, hehehe...” (Matriks 4.9 ;
Informan 3).
“Harapan saya yaa para bayi yang dilahirkan disini banyak yang IMD dan
mendapatkan ASI eksklusif agar sehat semuanya (Matriks 4.9 ; Informan 7)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua
Puskesmas, ada juga informan yang berharap agar dibuatnya aturan yang tegas
tentang pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi, agar semakin banyak bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif dan mencapai derajat kesehatan yang terbaik.
dilaksanakan secara maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan
oleh Fika dan Syafiq (2013) yang dukutip oleh Roesli (2014) yang menjelaskan
bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kal lebih
eksklusif pada bayi, informan lainnya juga memberikan harapan sebagai berikut :
yang tegas tentang pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif pada bayi, Saat
ini memang belum ada peraturan yang tegas tentang pelaksanaan IMD. Tetapi
peraturan tentang ASI telah dibuat melalui SK Menkes RI Nomor 450 tahun 2004,
meskipun tidak ada sanksi yang tegas jika tidak memberikan ASI eksklusif.
bayi, sesuai dengan hasl penelitian Karen Edmond (2006) yang dikutip oleh Roesli
(2014) yang menjelaskan bahwa IMD dapat menurunkan 22% resiko kematian bayi
pada usia 28 hari. Menurut penulis, harapan yang dimiliki oleh informan hendaknya
menjadi modal yang besar bagi informan untuk bersemangat dalam memaksimakan
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi
Adapun aspek tindakan informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri
(IMD) pada pasien, tindakan informan tentang ASI dan inisiasi menyusu dini pada
keluarga pasien, san pelaksanaan inisiasi dini pada pada pasien, serta kendala dari
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong
kota Lhokseumawe.
sebagai berikut :
“ Iya jelas kita kasih ya, kita sosialisasikan sama ibu-ibu kalau IMD dan
ASI itu penting agar terlaksana dengan baik. Kalau lagi Posyandu atau kalau lagi
cek kesehatan ke Puskesmas, kadang ada juga kita kunjungan ke rumah yaa. Gak
tentu berapa kali, tapi gak banyak-banyaklah karena kan bukan cuma IMD dan ASI
saja kita kasih tahu, ada juga perawatan kehamilan, dan sebagainya. Gak tentu
yaa waktunya kadang 1 jam, kadang cuma 15 menit, gak tentulah pokoknya”
(Matriks 4.10 ; Informan 1)
“Iya itu haruslah, kan itu penting biar tahu orang itu apa itu IMD, jadi mau
melakukannya. Waktu itu orang datang ke Puskesmas, atau kalau ada penyuluhan
kita kasih tahu. 3 sampai 4 kali, yaa tergantung berapa kita ketemunya lah, tapi
adalah kita kasih tahu. Gak lama-lama lah, bentar aja yang penting apa yang mau
kita sampaikan itu sampai ke dia dan mengerti” (Matriks 4.10 ; Informan 3).
“Yaa kami laksanakan, pas ibu hamil periksa, pas melahirkan, di Posyandu,
kunjungan ke rumah juga, sekali sebulan. Sebetulnya konsultasi ibu itu harusnya
lama, apalagi untuk ibu pekerja, disini rata-rata ibu pekerja. Cuma kita gak
memaksa dia supaya lama, karena mereka buru-buru dan harus kembali bekerja.
Jadi cuma sebentar saja, setengah jam paling, padahal mereka butuh info banyak
perihal kesehatan bayi dan ibu sebelum dan sesudah melahirkan” (Matriks 4.10 ;
Informan 8).
inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasiennya. Kegiatan penyuluhan dan kosultasi
mengenai ASI dan inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat
pasien (home visit). Lamanya kegiatan penyuluhan atau konsultasi kesehatan yang
dilakukan informan sangat beragam mulai dari hanya beberapa menit, setengah
jam, sampai dengan dua jam. Tindakan informan tersebut sesuai dengan panduan
dalam pemberian pendidikan atau konseling kebidanan yang diungkapkan oleh Rita
dan Tri Johan (2009), dimana konseling tentang ASI pada ibu hamil dilakukan sejak
sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien di Puskesmas
berikut :
“Iya ada juga kita sosialisasikan sama keluarganya, karena itu kan perlu ya.
Kadang kan ada ibu-ibu yang diantar sama suaminya ke Puskesmas, yaa disitulah
kita kasih tahu ke suaminya kalau bapak harus support ibu ya, karena kan kami
gak bisa pantau 24 jam, jadi itu tugas bapak dan keluarga ya, gitu kita kasih tahu.
Yaa kita kasih tahulah kalau IMD itu penting dan banyak manfaatnya jadi harus
dilaksanakan supaya bayi dan ibunya sehat. Kayak yang ibu bilang tadi karenakan
kami gak bisa pantai 24 jam, kalau dia lagi dirumah jadi tugas keluarganya lah
untuk mendukung pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif” (Matriks 4.11 ; Informan
2).
Iyaa, ada kalau ada keluarganya datang, adalah kita suluh mereka tentang
IMD, yaa pas melahirkan itu lah, kalau ada suaminya atau yang menemani ibu tadi
periksa hamil, ya kita suluh juga. Cuma jarang-jarang juga disini ditemani ibunya.
Saya rasa 5 menit adalah kami sampaikan sama keluarganya, supaya mereka tahu,
nanti kalau gak kita suluh apa gak terkejut mereka lihat bayinya ditelungkupkan
gitu aja ke badan ibunya (Matriks 4.11 ; Informan 7).
dan inisiasi menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien. Kegiatan penyuluhan dan
kosultasi mengenai ASI dan inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat
pasien (home visit). Hal ini dilakukan agar keluarga pasien mengerti tentang
pentingnya inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif serta mau mendukung
pelaksanaannya.
Selain pemberian informasi tentang ASI pada keluarga pasien ketika pasien
pada masa perawatan ibu untuk mengingatkan dan menegaskan kembali bahwa
pemberian ASI ekslusif harus dilaksanakan sampai usia bali mencapai 6 bulan dan
setelah itu baru bisa diberikan makanan pendamping ASI atau MP-ASI.
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong
“Iya , pernah. Sejak dapat pelatihan tentang IMD itu ya, tapi sekarang sudah
agak jarang juga.Udah berapa kali yaa... lupa lah, tapi gak banyaklah karena
kadang kita gantian sama kawan, tapi pernah lah ya” (Matriks 4.12 ; Informan 1).
“Iya pernah lah, sering pun, kalau anak dan ibunya memungkikan untuk kita
kasih IMD pasti dikasih. Yaaa sejak ikut pelatihan itulah, karenakan disitu dibilang
di peraturan jadi harus dibuat.Yaaaah.... udah banyak lah dek udah gak terhitung
lagi abis bayi dilahirkan” (Matriks 4.12 ; Informan 4).
“Iya pernah, hampir semua yang saya tolong gak ada masalah seperti
pendarahan atau bayinya asfiksia, saya buat IMD. Udah banyaklah kalau dikira-
kirakan kurasa udahlah 20 an, lebih pun mungkin. Kenapa saya lakukan, namanya
kita udah ikut pelatihan, yaa pa yang kita dengar harus kita sampaikanlah, kita
terapkan. Kalau yang meganjurkan, saya kira gak ada ya, karena kan itu tadi,
namanya saya sudah ikut pelatihan, jadi saya sendiri harus melakukannya”
(Matriks 4.12 ; Informan 7).
mereka pernah melakukan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien. Semua
informan sudah berpengalaman dalam melaksanakan IMD dan tidak ada seorang
menyusu dini (IMD) dilakukan oleh informan adalah ketika bayi lahir kemudian
dipotong tali pusatnya, bayi di lap badanny, kemudian ditelungkupkan diatas dada
ibunya dan membiarkan bayi mencari puting susu dan kemudian menyusu sendiri.
Saat bayi ditelungkupkan ke badan ibunya bayi harus diselimuti agar tidal
menyusu dini (IMD) diawali dengan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya
terlebih dahulu, agar pasien dan keluarganya mengerti dan mendukung tindakan
sampai dengan 1 jam. Lamanya waktu bayi menemukan puting susu ibunya sangat
tergantung pada kondisi bayi. Jika bayi dengan kondisi yang sehat, tidak terdapat
gangguan pernafasan dan lainnya, maka akan cepat menemukan puting susu ibunya
dan menyusu. Sedangkan bayi dengan kondisi tidak sehat seperti terjadi gangguan
pernafasan (aksfiksia) maka akan lama menemukan puting susu ibunya dan mulai
ibu dan bayi diletakkan pada ruang rawat khusus ibu dan bayi dimana bayi dengan
tempat tidurnya, diletkakan disamping ibunya atau dirawat dalam satu ruangan.
Menurut informan, perlakuan tersebut bertujuan agar terjalin kasih sayang lebih erat
antara ibu dan bayi dan supaya ibunya lebih gampang menyusi anaknya tanpa harus
banyak bergerak.
Tenaga kesehatan sebagai salah satu pihak yang berperan dalam proses
ibu dan bayi karena tenaga kesehatan merupakan orang yang paling dekat dengan
ibu saat proses persalinan selain keluarga sehingga mereka adalah pihak yang
sehingga memungkinkan kondisi fisik sang ibu menjadi sangat lemah pasca
bersalin. Oleh karena itu tenaga kesehatan perlu menyadari perannya yang
besar yaitu menjadi motivator bagi sang ibu untuk mau tetap melaksanakan
pemberian ASI dan tindakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sangat
bergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan dan dokter. Merekalah
orang pertama yang membantu ibu bersalin untuk melakukan pemberian ASI
kepada bayi sehingga petugas kesehatan harus mengetahui tata laksana laktasi
yang baik dan benar serta petugas kesehatan harus selalu memberikan dukungan
yang dimulai dari masa pemberian asuhan inisiasi menyusu dini pada bayi baru
lahir. Ibu-ibu yang kurang mendapat dukungan pelayanan kesehatan dan tidak
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD akan berisiko 1,66 kali untuk tidak
dirasakan informan dalam melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di
sebagai berikut :
“Kalau kendala pasti ada ya, kadang si bayi enggak memungkinkan untuk
diberikan IMD atau kondisi si ibu yang gak memungkinkan. Tapi jarang, sebagian
besar bisa kita lkukan IMD” (Matriks 4.13 ; Informan 1).
“Hambatan gak ada yaa gimana-gimana gitu ya, tapi kadang kalau air susu
ibunya gak ada yaa mau keluar setelah melahirkan. Gimana lagi, kan gak kita
kasihlah. Tapi kalau bisa, pasti kita lakukan IMD” (Matriks 4.13 ; Informan 6).
“Ya itu tadi, apa bayi sama ibuya baik-baik saja, kalau kondisi mereka
mengkhawatirkan, misalnya ibunya mengalami pendarahan, hebat atau bayinya
aksfiksia berat, ya gak mungkinlah kita paksain untuk IMD” (Matriks 4. 13 ;
Informan 8).
terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon
inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien atau ibu yang melahirkan di Puskesmas
menyatakan menemui kendala melaksanakan IMD jika ibu dan bayi dalam kondisi
mengkhawatirkan, seperti pendarahan atau aksfiksia, atau karena ASI ibu tidak
terlalu masalah. Jika terjadi pendarahan, justru menurut Roesli (2014) menjelaskan
bahwa proses IMD dapat mengehntikan pendarahan drngn kontak kulit anatara ibu
pada pendarahan ibu sambil tetap melakukan proses IMD., beri kesempatan pada
bayi untuk melakukan kontak kulit dan proses IMD lainnnya. Jika bayi menglami
dapat diatasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2011) yang
terjadinya aksfiksia pada bayi, maka proses IMD harus ditunda, dan segera
dilakukan inisasi menyusu dini, maka barulah tindakan IMD dapat dilaksanakan
melalui asuhan bidan terhadap ibu yang baru melahirkan untuk melaksanakan IMD.
6.1 Kesimpulan
bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu doni di Puskesmas Mon Geudong kota
3. Gambaran sikap informan memiliki kategori yang baik dalam hal sikap
sangat mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir, dan
106
Universitas Sumatera Utara
107
melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien dan
dini (IMD) pada pada pasien, serta informan menilai tidak ada kendala atau
hambatan yang berarti dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yang berkaitan dengan penelitian yang
untuk mau menerima asuhan bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini
Lhokseumawe.
3. Diharapkan kepada keluarga ibu hamil baik itu suami, orang tua, mertua,
kepada ibu hamil agar mau melakukan asuhan kebidanan dalam hal
Lhokseumawe.
Edberg, Mark, 2009. Buku Ajar : Kesehatan Masyarakat dan Teori Sosial dan
Perilaku. Jakarta : EGC.
Hasanah, Dwi. 2014. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
Di Klinik Bersalin Swasta Medan Tembung Tahun 2014 (Skripsi).
Medan : FKM USU.
Hernawati, Anik. 2014. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta : CV.Trans
Info Media
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Utami, Ningsih, 2012. Pendidikan Parental Ibu dan Bayi. Jakarta : Rhineka
Cipta.
Informan Response
IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada
puting susu ini baru pertama bayi lahir, 15 menit
pertama yaa... kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi
dibersihkan lalu langsung diberikan (untuk IMD).
Informan 1
Alhamdulillah namanya bidan ya.. pernah ada
pelatihan dulu kita tentang konseling ASI, konselor yaa
dan tau dari buku-buku juga. Sudah lama yaa tahu
tentang IMD, sebelum ikut pelatihan itu juga sudah
tahu.
Pelekatan antara puting dan mulut bayi. Tahu dari
Informan 2 waktu kuliah terus ikut pelatihan juga dikasih tahu
tentang IMD yang baik itu seperti apa.
Inisiasi menyusu dini atau menyusu segera kalau gak
salah. Tahu dari kuliah dan tindakan keseharian, terus
Informan 3
sesama bidan disini kan saling mengajarkan satu sama
lain juga.
Ya…. itu... ini.. ini... inisiasi menyusu dini, sebelum lahir
itu udah di kasih perawatan, setelah melahirkan
Informan 4 langsung menyusui. Sudah lama tahu tentang IMD,
pernah ikut pelatihan dan seminarnya juga tentang
pentingnya melahirkan dengan asuhan IMD.
Inisiasi menyusu dini, menyusui segera setelah bayi
Informan 5 baru lahir yaa.. Tahu dari buku, dari masa kuliah, ada
juga praktek menerapkannya dengan pasien.
Inisiasi menyusui dini, bayi baru lahir langsung
diletakkan diatas perut ibu di dekap lalu bayinya cari
puting susu ibunya, yaa tahu dari baca-baca buku, terus
Informan 6
ikut pelatihan khusus tentang IMD, apalagi itukan
sudah jadi program yaa disini, kalau ibu-ibu
melahirkan harus diberikan asuhan tentang IMD.
Memberikan kesempatan bayi untuk memperoleh ASI
sendiri segera setelah bayi lahir, segera setelah kita
Informan 7
potong tali pusatnya langsung kita,, eeee.. ee... apa itu
namanya.. susukan kepada ibunya.
Memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir setelah
Informan 8 dipotong tali pusatnya... sesegera mungkin.. katanya
paling lama 1 jam bayi itu menemukan puting susu
Informan Response
Pertama untuk apa yaa, kedekatan insting bayi itu,
kasih sayang antara ibu dan bayi lebih dekat, yang
kedua bisa untuk mengurangi pendarahan kan, jadikan
bayi itu ketika baru selesai dilahirkan masuk pada
Informan 1
masa mengeluarkan plasenta, jadi bisa dengan IMD
kontraksi rahim bisa bekerja dengan baik dan
menghentikan pendarahan, pokoknya bagus IMD itu
kalau dilaksanakan dengan benar.
Untuk antobodi si bayi, kekebalan. Pokoknya
Informan 2
bermanfaat untuk bayi.
Bagus sekali karena itukan untuk bayi mrnyusui
sendiri/dini, untuk ibu bagus untuk bayi juga bagus.
Informan 3
Tumbuh kembang bayi nanti bagus dan sehat dan sehat
untuk ibunya juga.
Manfaatnya banyak, untuk kekebalan tubuh, daya
Informan 4
tahan tubuhnya dia (bayi).
Banyaklah, IMD yang pertama itu kan susu gantung
yaa, haa... haa... haa.. mudah, terus banyak juga
Informan 5 fungsinya, banyak sekali vitamin-vitamin didalam situ
(kolostrum). Udah itu dia tidak basi lagi. Baguslah
pokoknya.
Tahu.. banyak itu manfaatnya. Dengan begitu dapatlah
Informan 6
si bayi itu zat antibodi dari kelahirannya.
Bagus, karena ada zat penting didalamnya. Pertama
Informan 7 kolostrum yang sangat baik untuk bayi, yang kedua
untuk mencegah pendarahan bagi si ibu, yang ketiga
Informan Response
Begitu bayi lahir dipotong tali pusatnya, diangkat,
ditelentangkan diatas dada ibunya, kan disitu ada
handuk diatas dada ibunya, disitu di lap, terus dengan
Informan 1
sendirinya si bayi akan mencari puting susu ibunya,
terus kalau sudah menemukan, biasanya langsung
bisa menyusu.
Setelah bayi dilahirkan yaa kita bersihkan si bayi dulu,
kita potong tali pusatnya terus kita ikat, barulah
Informan 2 ditelungkupkan di dada si ibu, biarlah si bayi itu
merangkak sendiri, nyari puting si ibu, dan kalau udah
ketemu biasanya si bayi langsung meyusu sendiri.
Setelah bayi lahir, ikat tali pusatnya, langsung
ditelungkupkan ke perut ibunya, biarkan dia
menyusu, selimuti bayinya supaya jangan hypotermi
Informan 3
(penurunan suhu tubuh yang dapat menyebabkan
kematian), terus jaga kondisi ibu dan bayi tetap
hangat.
IMD itu prosesnya waktu bayi lahir dipotong tali
Informan 4 pusatnya, diikat, dibersihkan bayinya,
ditelungkupkan ke dada ibunya. Biarkan dia mencium
Informan Response
Adalah.. kalau inisiasi kan bayinya tadi dikasih ASI, pasti
lebih sehat. Nah kalau dia tidak dikasih ASI kan
Informan 1
otomatisnya tubuhnya jadi lemah, antibdodinya gak
bagus, dan mudah kena infeksi penyakit.
Ada.. bisa mencret atau diare kalau langsung dikasih
Informan 2 susu formula setelah lahir. Bisa usus berlipat kalau
langsung dikasih makanan. Yaa dipaksaian, lama-lama
Informan Response
Yaaa dilarang.. tak baik bayi baru lahir langsung
dikasih susu formula, kalau si ibu masih bisa
Informan 1 memberikan ASI kenapa harus dikasih susu formula
kan dek, yaudahlah ASI eksklusif paling baik untuk si
bayi.
Ooooh gak boleh yaa, lebih bagus ASI eksklusif saja
Informan 2
sampai usia bayi mencapai 6 bulan.
Gak baguslah dikasih susu formula, karena ASI lebih
Informan 3
banyak gizinya dibandingkan susu formula.
Ngapain kita kasih-kasih MP-ASI untuk bayi baru
Informan 4 lahir, kan gak cocok, kalau ada yang begitu kita bilang
aja kasih ASI saja, jangan dikasih yang lain-lain dulu.
Gak boleh lah, nanti bisa diare dan kena penyakit
Informan 5 lainnya, sistem pencernaan bayi kan belum terlalu
baik kalau langsung dikasih makanan lain selain ASI.
Pastinya saya rasa jangan dulu yaa dek, kan ada ASI
yaa, sayang kan ASI nya, kalau anak sudah makan
Informan 6 yang lain, otomatis ASI jadi berkurang, terus
kekebalan anak terhadap sama penyakit jadi kurang
baik kalau gak di kasih ASI eksklusif.
Yaaah janganlah. Itukan bisa membuat bayi kena
Informan 7 diare, usus berlipat, pokoknya gak baiklah itu kalau
bayi baru lahir langsung dikasih susu formula.
Jangan dulu lah, karena setelah melahirkan
diutamakan ASI eksklusif lah dulu, MP-ASI gak boleh
Informan 8
terlalu cepat juga kita kasih, gizinya juga kan lebih
banyak kalau dari ASI eksklusif.
Seperti yang kita ketahui gak baiklah yaa, anak
Informan 9 dikasih selain ASI apalagi baru lahir, resiko diare
lah,lagi pula sayang kan ASI ibunya.
Informan Response
Kalau untuk kesehatan, yaa wajib di dukung, kan
memang sudah jadi program untuk menyelamatkan
Informan 1 bayi baru lahir dan mengurangi resiko kematiannya
kan. Kami sih dari tenaga kesehatan pasti
mendukung.
Sangat baik yaa untuk kita lanjutkan dek, karena
Informan 2 manfaatnya kan banyak, bisa untuk keselamatan dan
kesehatan si bayi dan si ibu juga.
Yaaah... sangat bagus yaaa, seperti kita ketahui kalau
IMD sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi dan si
Informan 3
ibu, yang pasti kita dukung dan kasih informasi yang
baik tentang IMD itu.
Bagus kok IMD karena banyak manfaatnya, baik
Informan 4
untuk si bayi maupun si ibu.
Bagus yaaa... karena IMD itu banyak manfaatnya, jadi
Informan 5
harus tetap dilakukan.
Sangat baik yaaa, semoga senantiasa dan terus
dilanjutkan dan banyak pihak yang mendukung
Informan 6
bukan hanya dari tenaga kesehatan seperti bidan saja,
melainkan masyarakat juga ikut mendukung.
Yaa sangat bagus yaa dek, seperti kita ketahui IMD
Informan 7
sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan anaknya.
Ini program yang bagus jadi kalau bisa memang kita
pertahankan dan senantiasa harus ditingkatkan,
Informan 8 apalagi sekarang kondisi kesehatan ibu dan bayi
merupakan hal yang sangat penting untuk bisa
diperhatikan.
Semakin banyak penelitian terbaru mengenai
pentingnya IMD pada bayi yang harus dilakukan
segera setelah dilahirkan, termasuk punya adek kan
Informan 9
yang membahas tentang IMD, jadi yaa kalau memang
bagus yaa pasti kita dukung, biar bayi-bayi yang lahir
disini sehat dan ibu selamat.
Informan Response
Oooh kadang saya marah, kan udah ada ASI, ngapain
Informan 1 kasih yang lain-lain lagi, kan bayi pun belum bisa makan
apa-apa, orang masih bayi.
Alhamdulillah selama disini gak ada yang gitu-gitu yaa,
madu atau pisang udah gak ada lagi, kalau dulu iya, kalau
Informan 2
pendapat saya makanan selain ASI untuk bayi baru lahir
gak bagus, bisa buat bayi diare atau sakit nanti dek.
Selama di Puskesmas gak ada yang ngasih apa-apalah
sama bayinya. Kan udah kita kasih tahu untuk gak ngasih
apa-apa dulu selain ASI, biasanya mereka gak berani,
nanti pas sampai dirumah biasanya tuh baru kalau
Informan 3 adapun yang mau ngasih, kita usahakan untuk jangan
sampai dikasih, itukan udah saya bilang tadi, pencernaan
bayi masih belum cukup kuat untuk menggiling
makanan, nanti yaa diare, usus berlipat, macamlah, kan
bahaya pastinya untuk bayi.
Ngapain kita kasih-kasih MP-ASI untuk bayi baru lahir,
kan gak cocok, kita suruh kasih ASI eksklusif saja, jangan
Informan 4
kasih yang lain-lain lagi sampai bayi usianya 6 bulan,
baru bisa dikasih MP-ASI.
Alhamdulillah gak ada yang begitu, karena ibu-ibu pun
udah pada ngerti kapan harus ngasih MP-ASI , kalaupun
Informan 5
ada ya gak kita kasih karena makanan terbaik untuk bayi
baru lahir yaa ASI.
Alhamdulillah. Selama ini gak ada yang yang begitu yaa,
kecuali kalau ada alasan tertentu, misalnya kalau ibunya
Informan 6 sakit dan gak memungkinkan kasih ASI ke bayinya, tapi
tetep kalau bisa kita rekomendasikan untuk ngasih ASI
saja ke bayi yang baru lahir.
Makanan apapun selain ASI gak boleh dikasih, banyak
ruginya lah, apalagi bayi masih baru lahir, masih rentan
Informan 7 kan? Makanya cukup ASI saja, kami larang, gak dikasih
sama bayi apapun itu. Biasanya mau mematuhi selama
disini, tapi yaa itu tadi, kita gak bisa jamin di rumahnya.
Itulah yang gak bagusnya, masih kecil udah dikasih
Informan 8 makan entah apa kan, bisa infeksi dan sakit nanti
bayinya, kita ingatkan dan kasih tahu kalau bayi yang
Informan Response
Yaa semoga pelaksanaannya semakin baik yaa, kita
Informan 1 sih berharap begitu ya, semoga semua bidan di
Puskesmas Mon Geudong lebih paham tentang IMD.
Pastinya semoga lebih baik lagi yaa dan para
Informan 2 bidannya juga supaya lebih memahami tentang
pelaksanaan IMD.
Pastinya sih lebih baik lagi yaa kedepannya, lebih
banyak lagi pelatihan-pelatihan tentang IMD dan ASI,
Informan 3 biar kami para bidan di Puskesmas ini jadi lebih
paham lagi, gak bingung kalau ditanya kayak gini,
hehehe...
Mudah-mudahan akan selalu dilaksanakan yaa, bagus
Informan 4
sekali kan tuh untuk bayi dan ibu yang melahirkan.
Harapannya yaa semoga lebih baik lagi la yaa, terus
dilaksanakan, dan para bidan yang bekerja juga terus
Informan 5
semangat melayani dengan hati biar semua pasiennya
selamat dan sehat.
Semoga terus dilaksanakan yaa, jadi bayi yang
Informan 6 dilahirkan disini sehat semuanya dan tentunya
derajat kesehatan masyarakat semakin tingi.
Harapan saya yaa para bayi yang dilahirkan disini
Informan 7 banyak yang IMD dan mendapatkan ASI eksklusif agar
sehat semuanya.
Maunya dibuat peraturan yang tegas tentang
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif ini,
soalnya sekarang kan gak ada sanksi kalau gak ngasi
Informan 8
ASI, saya rasa kalau dibuat sanksi pasti pada mau
ngasih ASI ekslusif semuanya, tapi yaa pastinya gak
semudah itulah kan ngasih sanksi ke orang.
Informan Response
Iya jelas kita kasih ya, kita sosialisasikan sama ibu-ibu
kalau IMD dan ASI itu penting agar terlaksana dengan
baik. Kalau lagi Posyandu atau kalau lagi cek
kesehatan ke Puskesmas, kadang ada juga kita
kunjungan ke rumah yaa. Gak tentu berapa kali, tapi
Informan 1
gak banyak-banyaklah karena kan bukan cuma IMD
dan ASI saja kita kasih tahu, ada juga perawatan
kehamilan, dan sebagainya. Gak tentu yaa waktunya
kadang 1 jam, kadang cuma 15 menit, gak tentulah
pokoknya.
Iya kalau itu pasti ya, pasti kita sosialisasikan sama
ibu-ibu hamil yang datang. Pada saat dia datang untuk
periksa atau pada saat kita buat penyuluhan. Gak
Informan 2 tentu berapa kali, kadang dua kali, kadang tiga kali.
Ah, kalau itupun gak tentu juga, yaa namanya kita
buat sosialisasi itu di penyuluhan kan, jadi yaa kadang
2 jam atau kadang 1,5 jam aja sudah cukup.
Iya itu haruslah, kan itu penting biar tahu orang itu
apa itu IMD, jadi mau melakukannya. Waktu itu orang
datang ke Puskesmas, atau kalau ada penyuluhan kita
Informan 3 kasih tahu. 3 sampai 4 kali, yaa tergantung berapa kita
ketemunya lah, tapi adalah kita kasih tahu. Gak lama-
lama lah, bentar aja yang penting apa yang mau kita
sampaikan itu sampai ke dia dan mengerti.
Adalah kita kasih penyuluhan tentang itu, tentang ASI
dan IMD, kita kasih tahu apa aja manfaatnya. Dari
awal dia (ibu) datang ke kita udah kita kasih tahu, jadi
Informan 4 gak tahu berapa kali. Gak lama-lamalah, tergantung
ibunya juga karena kadang ada yang datang ke
Puskemas sebelum dia masuk kerja, jadi ya bentar aja
karena takut dia telat masuk kerjanya.
Iyaa ada, kalau kita lagi Posyandu atau orang itu lagi
Informan 5 periksa kita kasih penyuluhan tentang itu (ASI dan
IMD). Yaa setiap ada periksa hamil ajalah terus
Informan Response
Iyaa, sama keluarganya juga saya soisalisasikan,
terutama kepada suami untuk mendukung istrinya
suaaya mau IMD. Kadang kan ada waktu dia cek
kehamilan atau pada waktu kita home visit kerumah.
Informan 1
Banyak yaa hal-hal yang kita sosialisasikan, salah
satunya yaa itu tentang ASI dan IMD. Yaa supaya
keluarganya juga tahu terus mau mendukung
pelaksanaannya.
Informan Response
Iya , pernah. Sejak dapat pelatihan tentang IMD itu ya,
tapi sekarang sudah agak jarang juga.Udah berapa
kali yaa... lupa lah, tapi gak banyaklah karena kadang
kita gantian sama kawan, tapi pernah lah ya. Setelah
bayi lahir dibersihkan bayinya, dibiarkan menangis
Informan 1
dulu, lalu badan bayi dilap, terus kita bungkus,
atasnya aja, dipakaikan topi untuk menjaga
kehangatannya, setelah iitu kita letakkan ke dada
ibunya, jadi biar bayi yang mencari sendiri puting
ibunya
Iya pernah. Sejak kapan yaa.. Hmmmmm.... Lupa lah
kayak mana tu. Gak banyak-banyaklah entah banyak
gitulah pokoknya. Tahapan ya, pertama kan setelah
bayi itu lahir kita bersihkan, abis itu langsunglah kita
letakkan ke atas dada ibunya, ya udah abis itu dia cari
sendiri puting susu ibunya. Biasanya kurang satu jam
Informan 2
udah dapat dia puting susu ibunya dan menyusu.
Kadang yaa kadang tidak, tengok-tengok kondisi bayi
juga yaa, kadang kan ada yang anaknya atau ibunya
harus dapat penanganan khusus jadi gak bisa satu
ruangan kan untuk dirawat. Tapi yaa biasanya kita
selalu rawat ibu sama bayi ]nya di satu ruangan.
Informan Response
Kalau kendala pasti ada ya, kadang si bayi enggak
memungkinkan untuk diberikan IMD atau kondisi si
Informan 1
ibu yang gak memungkinkan. Tapi jarang, sebagian
besar bisa kita lkukan IMD.
Gak ada yaa... karena kan sudah kita jelaskan dari
Informan 2 awal sama ibunya tentang yang kita lakukan jadi gak
ada lagi kendala
Kendala, gak ada lah. Kalau memungkinkan pasti kita
Informan 3
lakukan IMD.
Kendala gak ada ya, tapi paling kalau bayi dan ibunya
Informan 4 tidak memungkinkan untuk IMD yaa gak kita kasih.
Tapi, kalau bisa pasti kita lakukan IMD
Gak ada lah kayaknya. Selagi bisa IMD pati kita IMD
Informan 5
kan.
Hambatan gak ada yaa gimana-gimana gitu ya, tapi
kadang kalau air susu ibunya gak ada yaa mau keluar
Informan 6
setelah melahirkan. Gimana lagi, kan gak kita
kasihlah. Tapi kalau bisa, pasti kita lakukan IMD.
Kendala paling kalau ibunya pendarahan atau
bayinya sakit ajalah yang membuat kita gak
Informan 7 melakukannya. Kalau bayi sama ibunya sehat, saya
rasa gak ada kendala ya, keluarganya pun mau ikut
dengan apa yang kita buat.