Anda di halaman 1dari 148

PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

DI PUSKESMAS MON GEUDONG KOTA LHOKSEUMAWE


TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh :

AIDATUL ADHHA
NIM. 111000017
`

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
DI PUSKESMAS MON GEUDONG KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

AIDATUL ADHHA

NIM. 111000017

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERILAKU

BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI

PUSKESMAS MON GEUDONG KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2016”

beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Desember 2016

Yang Membuat Pernyataan

Aidatul Adhha

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Praktik
inisiasi menyusui dini akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan
kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu Bidan. bidan seharusnya
menerapkan IMD setiap kali menolong persalinan dan memberikan dukungan
kepada ibu yang melakukan persalinan untuk melakukan IMD.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) untuk mengetahui
perilaku bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe tahun 2016. Jumlah informan dalam penelitian ini
berjumlah 9 orang.
Hasil penelitian menunjukkan informan telah mengetahui dengan baik
manfaat dari inisiasi menyusu dini (IMD), telah mengetahui langkah-langkah atau
tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan mengetahui hubungan inisiasi
menyusu dini (IMD) dengan kematian bayi, sikap informan memiliki kategori yang
baik dalam hal sikap informan yang tidak menyetujui jika bayi diberikan susu
formula, informan sangat mendukung pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD),
informan sangat mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir, dan
harapan informan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) yang harus
senantiasa ditingkatkan dan diaksanakan secara berkelanjutan.
Tindakan informan memiliki kategori yang baik dalam hal informan telah
melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien dan
keluarga pasien, dan telah melaksankan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD) pada
pasien, serta informan menilai tidak ada kendala atau hambatan yang berarti dari
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong
kota Lhokseumawe.
Diharapkan kepada bidan dapat senantiasa meningkatkan pemberian
informasi melalui penyuluhan dan konsultasi kesehatan mengenai pentingnya IMD
dan manfaat dari IMD, serta senantiasa meningkatkan penerapan standar pelayanan
kebidanan pada ibu tentang inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai upaya aktif dalam
menurunkan dan mencegah terjadinya kematian bayi dan ibu pasca melahirkan.

Kata Kunci : Perilaku Kesehatan, Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Bidan, Inisiasi


Menyusu Dini (IMD),

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Early breastfeeding initiation is allowing the newborn to suckle themselves


in the mother within the first hour of birth. Early initiation of breastfeeding
practices will be achieved if there is support of health care recipients and health
care providers that midwives. EBI midwife should apply whenever attending births
and provide support to mothers who did labor to do the EBI.
This research is a descriptive qualitative approach using in-depth
interviews to determine the behavior of midwives in the implementation of early
breastfeeding initiation (EBI) in Mon Geudong Public Helath Centers
Lhokseumawe City 2016. The number of informants in this study amounted to 9
people.
The results showed the informant know all too well the benefits of early
breastfeeding initiation (EBI), already knowing the steps or procedures do early
breastfeeding initiation (EBI)), and determine the relationship of early
breastfeeding initiation (EBI) with infant mortality, the attitude of the informants
have categories both in terms of attitude, who did not approve if the baby is given
formula, informants strongly supports the implementation of early breastfeeding
initiation (EBI), the informants strongly support exclusive breastfeeding in
newborns, and expectations of the informant about the implementation of early
breastfeeding initiation (EBI), which must always diaksanakan enhanced and
sustainable basis.
Measures informants have a category both in terms informant has the
program on early breastfeeding initiation (EBI), on patients and their families, and
has been implementing the care of early breastfeeding initiation (EBI) in patients,
as well as informants assess no obstacles or barriers that means of execution early
breastfeeding initiation (EBI) in patients at Geudong Mon Public Helath Center
Lhokseumawe City.
Expected that midwives can always improve the provision of information
through counseling and health counseling on the importance of EBI and benefit
from IMD, and continually improve the application of standard obstetric care of
the mother of early breastfeeding initiation (EBI) as an active participation in
reducing and preventing infant mortality and maternal post give birth.

Keywords : Behavioral Health, Knowledge, Attitudes, Actions, Midwives,


Early Breastfeedin Initiation (EBI)

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan kesehatan dan kesabaran serta semangat hidup untuk senantiasa

berusaha menyelesaikan tanggung jawab hidup sebagaimana mestinya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perilaku Bidan dalam

Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Mon Geudong Kota

Lhokseumawe Tahun 2016 “ .

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Tukiman, MKM., selaku Kepala Depatermen Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan Dosen Pembimbing II, atas segala masukan dan saran yang telah

diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Eddy Syahrial, MS., selaku Dosen Pembimbing I atas segala bimbingan,

arahan dan masukan yang diberikan.

5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes., selaku Dosen Penguji I atas segala saran

dan masukan yang diberikan untuk menyusun skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
6. Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., selaku Dosen Penguji II atas segala

saran dan masukan yang diberikan untuk menyusun skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala wawasan dan

pembelajaran yang telah diberikan.

8. Bapak dan ibu pegawai di FKM USU, terutama kepada Bapak Warsito yang

telah banyak membantu keperluan administrasi dalam penyelesaian skripsi

ini.

9. Kepala Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe Bapak Agusnar, SKM,

M.Kes., dan ibu-ibu Bidan, terkhusus kepada Syarfiana yang telah banyak

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Ibunda tercinta (Zubaidah) dan Ayahanda tercinta (Drs. H. Khatim Hasan)

serta Kakak (Amnah, SE, M.Si) dan abang ipar (Suriyadi. SE) dan adik–adik

(Fadhillah Rizky, Faridul Haqi, Fatimah Zuhra) atas segala semangat, doa,

dukungan, dan bantuan serta kasih sayang yang diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat – sahabat PKIP FKM USU (Minda Farahdila, Ahmad Gunawan,

Akhmad Rapiudin, Felany Rizky, Rachmi Audina, Tengku Desy, Alfenny,

Sri Ita, Dwi Ramadhani, Diana Periwi, Cinthya, Santi, Dina, Reski) atas

segala semangat, dukungan, dan bantuan yang diberikan.

12. Sahabat PBL Desa Aji Jahe (Ayu Hadiatin Nisa, Achmad Taufik, Putri

Nabila, Suci Defayanti, Citra Damayanti, Sa’adah Thoyibah, Surya Budianto,

vi
Universitas Sumatera Utara
Febri Muliantika) atas segala dukungan, semangat dan doa yang telah

diberikan.

13. Sahabat-sahabat dari awal perjuangan kuliah di FKM USU (Shofiah Khairani,

Widya Astuti Tanjung, Soraya Khairunisa, Riza Annisa, Nanda Khairunnisa,

dan Rahmi Haryani) atas kebersamaan dan semangat yang diberikan.

14. Adik kesayanganku Rofi dan Rira atas semangat dan dukungan yang

diberikan.

15. Sahabat-sahabat terbaik diluar kampus FKM USU (Widya Septiani, M.

Khairul Imam, Ahmad Muammar Humaidi, dan Achyar Umayah) atas segala

kebersamaan, dukungan dan semangat yang diberikan.

16. Pihak – pihak dan sahabat – sahabat yang lainnya yang tak bisa penulis

sebutkan satu persatu, atas segala semangat, bantuan , dan dukungan yang

diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk

penyempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Medan, Desember 2016

Penulis

Aidatul Adhha

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
ABSTRACK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR MATRIKS ............................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 11
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 13


2.1 Perilaku ……….. ................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Perilaku ....................................................................... 13
2.1.2 Determinan Perilaku …………………………………………… 14
2.1.3 Domain Perilaku ……………………………………………….. 17
2.1.4 Pembentukan Perilaku………………………………………….. 19
2.1.5 Teori Terjadinya Perilaku ……………………………………… 20
2.2 Perilaku Kesehatan ……………………………………………………. 23
2.2.1 Pengertian Perilaku Kesehatan ...................................................... 23
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan ..................................................... 24
2.3 Bidan .....................................………………………………………… 26
2.3.1 Pengertian Bidan .......................................................................... 26
2.3.2 Wewenang Bidan ........................................................................ 26
2.3.3 Peran Bidan dalam Meningkatkan IMD dan Pemberian ASI
Eksklusif ......................................................................................... 27
2.4 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ……………................……..….............. 29
2.4.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)...................................... 29
2.4.2 Tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) .......................................... 31
2.4.4 Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ....................... 32
2.4.4 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ........................................ 34
2.4.5 Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ................................ 36
2.4.6 Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Operasi
Caesar .......................................................................................... 38
2.4.7 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Kurang Tepat ....................... 39

viii
Universitas Sumatera Utara
2.4.8 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Dianjurkan ........................... 40
2.4.9 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)) ................................. 40
2.5 Kerangka Pikir Penelitian…………………………......……………… 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 44


3.1 Jenis Penelitian ……….. ........................................................................ 44
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 44
3.2.1 Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 44
3.2.2 Waktu Penelitian ……………………………………………… 44
3.3 Pemilihan Informan …………………………………………………… 45
3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………...……………... 45
3.4.1 Data Primer ................................................................................ 46
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................ 46
3.5 Daftar Istilah ……………....................................................………… 46
3.6 Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................... 48
3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian ........................................................ 48
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitain .................................................. 49
3.7 Alat Bantu Pengumpulan Data …........................................................ 49
3.8 Teknik Analisis Data …........................................................................ 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 54


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 54
4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe 54
4.1.2 Karakteristik Puskesmas Mon Geudong Kota Lhouksumawe .... 54
4.2 Karakteristik Informan ........................................................................... 56
4.3 Gambaran Pengetahuan Informan mengenai Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe .................... 57
4.3.1 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe .. 57
4.3.2 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Manfaat dari Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe ............................................................................. 59
4.3.3 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah
atau Tatacara Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ........................... 60
4.3.4 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dengan Kematian Bayi di Puskesmas
Mon Geudong kota Lhokseumawe .............................................. 61

ix
Universitas Sumatera Utara
4.4 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ............. 62
4.4.1 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula
pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe .............................................................................. 63
4.4.2 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe .............................................................................. 64
4.4.3 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain
ASI pada Bayi di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe 65
4.4.4 Harapan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ........................ 66
4.5 Gambaran Tindakan Informan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
pada Pasien di Puskesmas Mon Geding kota Lhokseumawe .............. 67
4.5.1 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi
tentang ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di
Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ......................... 68
4.5.2 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi
tentang ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga
Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ........ 69
4.5.3 Gambaran Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong
Kota Lhokseumawe .................................................................... 71
4.5.4 Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe.. 74

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 76


5.1 Karakteristik Informan .......................................................................... 76
5.1.1 Umur ............................................................................................ 76
5.1.2 Pendidikan ................................................................................... 77
5.1.3 Penghasilan ................................................................................. 79
5.1.4 Agama ......................................................................................... 80
5.1.5 Lama Bekerja .............................................................................. 80
5.2 Pengetahuan Informan mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 81
5.2.1 Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 82
5.2.2 Pengetahuan Informan tentang Manfaat dari Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) ................................................................................. 85
5.2.3 Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah atau Tatacara
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ............................. 87
5.2.4 Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dengan Kematian Bayi ........................................ 89
5.3 Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 90
5.3.1 Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula pada Bayi
Baru Lahir ................................................................................... 91
5.3.2 Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) .......................................................................................... 92

x
Universitas Sumatera Utara
5.3.3 Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain ASI pada
Bayi ............................................................................................. 93
5.3.4 Harapan Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) .......................................................................................... 94
5.4 Tindakan Informan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ................ 96
5.4.1 Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI
dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien …..................... 97
5.4.2 Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI
dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga Pasien ........... 98
5.4.3 Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada Pasien ....................................................................... 99
5.4.4 Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien 102

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 105


6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 105
6.2 Saran ...................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR MATRIKS

Matriks 4.1 Gambaran Karakterisitik Informan ............................................... 56

Matriks 4.2 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu Dini


(IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe .............. 57

Matriks 4.3 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Manfaat dari Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe ............................................................................... 59

Matriks 4.4 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah atau


Tatacara Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas
Mon Geudong kota Lhokseumawe ................................................ 60

Matriks 4.5 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) dengan Kematian Bayi di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe ........................................................ 61
Matriks 4.6 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula pada
Bayi Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe
....................................................................................................... 63

Matriks 4.7 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ...... 64

Matriks 4.8 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain ASI
pada Bayi yang Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe ............................................................................... 65

Matriks 4.9 Harapan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di


Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ............................. 66

Matriks 4.10 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang


ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas
Mon Geudong Kota Lhokseumawe ............................................... 68

Matriks 4.11 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang


ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga Pasien di
Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ............................ 70

Matriks 4.12 Gambaran Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota
Lhokseumawe ............................................................................... 71

xii
Universitas Sumatera Utara
Matriks 4.13 Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada
Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe ............. 74

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aidatul Adhha


Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 31 Mei 1993
Agama : Islam
Suku Bangsa : Aceh
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jalan Binjai Km.10 Gg. Damai Lr.2 No.3
Kp. Lalang Medan – Sumatera Utara. Kode
Pos 20352
Nama Orang Tua : Drs. H. Khatim Hasan ( Ayah )
Zubaidah ( Ibu )
Suku Bangsa Ayah : Aceh
Suku Bangsa Ibu : Aceh
Alamat : Jalan Binjai Km.10 Gg. Damai Lr.2 No.3
Kp. Lalang Medan – Sumatera Utara Kode
Pos 20352
Riwayat Pendidikan
- Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 101731 Binjau
- Tahun 2005 – 2008 : MTsN Binjai
- Tahun 2008 – 2011 : MAN Binjai
- Tahun 2011 – 2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Hasil Wawancara Mendalam

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Peneliian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian bayi baru lahir dan bayi masih tetap memperlambat

keseluruhan kemajuan Indonesia dalam mengurangi angka kematian bayi dan

balita, sehingga diperlukan akselerasi perawatan bagi bayi baru lahir. Tahun 2013,

angka kematian bayi atau infant mortality rate (IMR) di Indonesia masih cukup

tinggi yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya terdapat 3104 bayi meninggal setiap

100.000 kelahiran. Salah satu metode yang efektif adalah kontak kulit ke kulit dan

inisiasi menyusu dini bagi bayi baru lahir dalam masa satu jam pertama sejak bayi

dilahirkan. sebuah studi yang dipublikasikan di pediatrics tahun 2012 menunjukkan

bahwa praktik IMD ini dapat mengurangi kematian bayi baru lahir dari infeksi,

diare, hipotermia dan masalah pernapasan (Surdjani, 2013).

Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang berkualitas,

untuk menciptakannya harus dimulai sejak dini. Salah satu cara yang dapat

dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau

sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini atau

disingkat sebagai IMD adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk

menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan kepada bayi untuk mencari dan

menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya, dengan

cara meletakkan bayi yang baru lahir di atas dada ibunya dan membiarkan bayi

merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Untuk menjamin

kegiatan atau proses menyusu yang benar, dengan menyusu secara baik dan benar

1
Universitas Sumatera Utara
2

maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli,

2014).

Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) mampu mengembangkan insting dan refleks

bayi pada satu jam setelah kelahiran. Adanya skin to skin contact antara ibu dan

bayi mampu menstabilkan suhu badan bayi sehingga dapat terhindar dari hipotermi.

Sentuhan kulit dengan kulit memberikan efek psikologis yang kuat antara ibu dan

bayi. Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat

penting untuk keberhasilan menyusu selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah

melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap

produksi ASI (Riskesdas, 2013). Selain itu pada satu jam pertama insting dan

rangsangan bayi sangat kuat untuk menyusu kemudian menurun dan menguat lagi

setelah 40 jam.

Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan

pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusu. Dengan demikian, bayi

akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi.

Bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap kematian akibat hipotermia. Namun

16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada sejak hari pertama

dilahirkan. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai satu jam

setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusu dini (IMD) (Asep

Candra, 2011).

Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan AKI

dan AKB. Ada berbagai cara untuk melakukan bounding attachment diantaranya

Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif. Seorang bayi yang baru
3

lahir mempunyai kemampuan yang banyak, misalnya bayi dapat mencium, merasa,

mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitif terhadap suhu juga sentuhan

selama 1 jam pertama setelah dilahirkan, setelah melahirkan mereka sangat

waspada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka (Utami, 2012).

Program inisiasi menyusu dini mempunyai manfaat yang sangat besar untuk

bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam penerapan inisiasi menyusu

dini itu sendiri belum tersosialisasikan di beberapa rumah sakit, maupun di klinik

praktek bidan, sehingga penerapannya masih perlu di kembangkan (Nover A,

2011).Inisiasi menyusu dini dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan

tubuh bayi terhadap penyakit – penyakit yang beresiko tinggi menyebabkan

kematian seperti kanker syaraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga

ASI sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan –

bulan pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan

pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi diseluruh dunia

tiap tahun (Roesli, 2014).

Angka menyusu dini di Indonesia masih rendah; survey terakhir (SDKI

2012) menemukan bahwa bayi yang diberi ASI pada satu jam pertama kelahiran

hanya terjadi pada 32% dan total keseluruhan bayi yang dilahirkan ,hal ini lebih

rendah dibandingkan hasil survey serupa (SDKI 2010), yaitu sebanyak 40%.

Dengan demikian, promosi pemberian ASI ekslusif bisa menjadi kebijakan yang

penting dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir,dan informasi tentang

ini harus ditujukan kepada para pembuat kebijakan, penyedia layanan dan

masyarakat luas (Surdjani, 2013). Berdasarkan penelitian WHO (2010), dienam


4

negara berkembang termasuk di Indonesia menjelaskan bahwa resiko kematian bayi

antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk

bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480 % sekitar

40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu

dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi menyusu

dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2014).

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1

juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama

kelahiran, yang kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan

(Hernawati, 2014). Sedangkan di Indonesia, hanya ada 4 % bayi disusui ibunya

dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran dan hanya 8 % ibu memberi ASI

eksklusif kepada bayinya sampai 6 bulan. Padahal diperkirakan sekitar 30.000

kematian bayi baru lahir (usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini

(Amori, 2013).

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang

merekomendasikan inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai tindakan penyelamat

kehidupan karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal

sebelum usia satu bulan (Kemenkes RI, 2011). Pelaksanaan IMD di luar negeri

sudah di mulai sejak tahun 1998. Penelitian Karen M. Edmon (2012) di Ghana

membuktikan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI

dihari pertamanya. Angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan

IMD dalam satu jam pertama setelah lahir. Sedangkan di Indonesia pelaksanaan

IMD ini baru disadari sejak tahun 2006. Menyusu secara baik dan benar dapat
5

mencegah kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi. Kebanyakan ibu tidak

tahu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau lebih

dikenal dengan IMD sangat bermanfaat. Proses yang hanya memakan waktu satu

jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup (Surdjani, 2013).

Berdasarkan penelitian Edmond K (2012) di Ghana terhadap 10.947 bayi

dan di terbitkan dalam jurnal ilmiah pediatrics, 22% kematian bayi baru lahir

(dalam satu bulan pertama) dapat di cegah dengan bayi menyusu ibunya dalam satu

jam pertama kelahiran. Sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan

angka kematian bayi hingga 16%. Mengacu penelitian itu, di perkirakan program

inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 30.000 bayi di Indonesia dalam bulan

pertama kelahiran.Menurut Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses

mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur

0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%. Persentase proses mulai

mendapat ASI antara 1 – 6 jam sebesar 35,2%, persentase proses mulai mendapat

ASI antara 7– 23 jam sebesar 3,7%, sedangkan persentase proses mulai mendapat

ASI antara 24 – 47 jam sebesar 13,0% dan persentase proses mulai mendapat ASI

lebih dari 47 jam sebesar 13,7. (Riskesdas, 2013 ).

United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization

(WHO) membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusu eksklusif selama 6 bulan

kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur

minimal 2 tahun. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga

merekomendasikan para ibu untuk menyusu eksklusif selama 6 bulan kepada


6

bayinya, persentase nasional proses mulai menyusu kurang dari satu jam setelah

bayi lahir adalah 34,5 %, dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat

(52,9%) dan terendah di Papua Barat (21,7%). Setiap 1000 kelahiran hidup, 35 bayi

di antaranya meninggal. Jika di kalikan dalam setahun, sedikitnya 175.000 bayi

meninggal sebelum usia mencapai satu tahun. Hal serupa di laporkan World Health

Report tahun 2015, bahwa tiap 6 menit, satu bayi meninggal, sedangkan tiap 2,5

menit satu balita meninggal.

Dalam Riskesdas 2013 Provinsi Aceh menempati posisi ke 9 persentase

proses mulai mendapatkan ASI kurang dari satu jam (IMD) yaitu 39,7%, persentase

tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 53,95% sedangkan persentase

inisiasi menyusu dini terendah terdapat di provinsi Papua Barat yaitu sebesar

21,7%. Angka pemberian ASI dalam satu jam pertama terus menurun dari waktu

ke waktu, pemberian ASI pada bayi dalam kurun waktu kurang dari satu jam adalah

sebesar 29,3%. Untuk Provinsi Aceh, pemberian ASI bayi dalam kurun waktu

kurang dari satu jam atau inisiasi menyusu dini (IMD) hanya sebesar 39,7%, atau

hanya ada sekitar 40 bayi yang mendapatkan inisisasi menyusui dini (IMD) dari

setiap seratus kelahiran bayi. Dan yang mendapatkan ASI ekslusif pasca melahirkan

hanya sebesar 48,8% (Riskesdas, 2013).

Tindakan ibu dalam melakukan IMD tidak terlepas dari peran bidan sebagai

tenaga kesehatan yang membantu proses kelahiran atau bersalin, bidan merupakan

tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak

dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan. Misalnya untuk

mendukung ASI eksklusif 6 bulan. Penelitian yang dilakukan Yulianty (2010)


7

terhadap kelompok ibu yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan

bahwa sebagian besar informan ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan

sedangkan sebagian besar informan ASI tidak eksklusif tidak difasilitasi IMD.

Dalam penelitian tersebut dari 7 informan yang tidak IMD, hanya 3 informan yang

alasannya karena hal yang sulit dihindari, yaitu ibu sakit sehabis operasi caesar,

bayi harus langsung masuk inkubator, dan ibu mengalami perdarahan. Sedangkan

4 informan lainnya tidak IMD karena alasan yang sebenarnya bisa dihindari yaitu

bayi akan dibersihkan dan dibedong terlebih dahulu.

Selama ini, masih banyak ibu – ibu yang mengalami kesulitan untuk

menyusu bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang

sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini

ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak

dilahirkan. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya

segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian.

Ternyata, proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusu.

Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat,

bahkan juga Petugas Kesehatan. Hal ini wajar karena Inisiasi menyusu dini adalah

ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia (Roesli, 2014). Praktik inisiasi

menyusu dini akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan

kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu bidan (Niswah, 2011). Bidan

sebagai salah satu tenaga kesehatan, mempunyai waktu yang banyak untuk

berinteraksi dengan pasien bersalin. Selain pengetahuan dan pemahaman akan

pentingnya IMD, bidan seharusnya menerapkan IMD setiap kali menolong


8

persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu yang melakukan persalinan untuk

melakukan IMD karena pada umumnya ibu akan mematuhi apa yang dikatakan oleh

bidan (Dayati, 2011).

Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada

saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat

memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan

yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada

anak dapat terjadi. Jam pertama setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap

untuk mempelajari dunia baru mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah

bayi lahir dapat langsung diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini akan sangat

bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit

membantu bayi tetap hangat (Niswah, 2011). Berhasil atau tidaknya menyusu di

tempat pelayanan ibu bersalin, seperti di rumah sakit, puskesmas dan tempat

praktek bidan swasta, sangat bergantung pada petugas kesehatan yaitu bidan atau

perawat. Merekalah yang pertama akan membantu ibu bersalin melakukan inisiasi

menyusu dini. Petugas kesehatan diharapkan dapat memahami, menghayati dan

mau melaksanakannya. Peran bidan juga sangat diharapkan dalam menurunkan

angka kematian bayi, mencegah kematian bayi, dan meningkatkan cakupan ASI

eksklusif dengan mempersiapkan para ibu baik pemahaman maupun tindakan

sehingga siap memberikan ASI, dimulai dengan pelaksanaan IMD.

Hasil penelitian Sari (2015) mengenai gambaran peran bidan dalam

pelaksanaan inisiasi menyusui dini di wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan dari

7 (tujuh) informan yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini, hanya 3 (tiga)
9

informan yang alasannya karena hal yang sulit dihindari yaitu sakit sehabis operasi

caesar, bayi harus langsung masuk inkubator dan ibu mengalami perdarahan,

sedangkan 4 (empat) informan lainnya tidak inisiasi menyusui dini karena alasan

yang sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi akan dibersihkan dan dibedong terlebih

dahulu. Sedangkan hasil penelitian Hasanah (2014) mengenai peran bidan dalam

pelaksanaan inisiasi menyusui dini di klinik bersalin swasta Medan Tembung tahun

2014 menjelaskan bahwa 35 orang responden yang merupakan bidan, hanya 40%

responden yang memberikan motivasi tinggi dan terdapat 60% yang memberikan

motivasi rendah, sehingga responden yang melakukantindakan peran bidan dalam

pelaksanaan inisiasi menyusui dini tidak baik dikarenakan rendahnya motivasi yang

diberikan bidan dalam peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini.

Salah satu pelayanan kesehatan tingkat dasar sebagai pendukung fasilitas

ibu pada saat melahirkan dan melaksanakan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD)

adalah Puskesmas yang mana Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat

pertama dalam pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan kesehatan primer

pada mayarakat termasuk layanan persalinan bagi ibu yang melahirkan. Salah satu

wujud nyata penyediaan layanan publik dibidang kesehatan adalah adanya

Puskesmas. Pasal 1 Ayat 2 Permenkes RI tahun 2015 menyatakan Pusat Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untukmencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2015).


10

Puskesmas juga menjadi bagian dari pelaksana program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang harus dijamin oleh Badan penyelenggara Jaminan sosial

(BPJS) yang bertujuan utama untuk menyediakan layanan kesehatan yang

berkualitas sehingga terciptanya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

termasuk dalam hal layanan persalinan dan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD)

pasca melahirkan dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan ibu di wilayah

kerjanya.

Menurut Profil Kesehatan Kota Lhoukseumawe tahun 2014, persentase

bayi yang diberi ASI pada satu jam pertama kelahiran hanya mencapai mencapai

36,4%. Pada tahun 2014, persentase bayi yang diberi ASI pada satu jam pertama

kelahiran mengalami penurunan yaitu hanya mencapai 28,5 %, dari jumlah bayi

yang menyusui sebanyak 3412 orang bayi, hanya 1024 saja yang mendapat

ASI pada saat IMD. Dari 17 Puskesmas yang ada di wilayah Kota

Lhoukseumawe, persentase pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau

IMD yang paling rendah terdapat di Puskesmas Mon Geudong, yaitu hanya

sebesar 31,4% (Dinas Kesehatan kota Lhokseumawe, 2014).

Menurut hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juli

2016, Puskesmas Mon Geudong merupakan puskesmas rawat inap yang juga

menyediakan persalinan di wilayah Kecamatan Mon Geudong. Pada tahun 2013

AKB di puskesmas Mon Geudong sejumlah 1/1000 kelahiran hidup dan pada tahun

2014 AKB meningkat menjadi 3/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota

Lhokseumawe, 2014). Jumlah Persalinan di Puskesmas Mon Geudong pada tahun

2013 sebanyak 544 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 551 orang, pelayanan
11

persalinan ditangani oleh 12 orang bidan, semuanya sudah mengikuti pelatihan

tentang IMD. Penerapan IMD di Puskesmas Mon Geudong telah dimulai sejak

tahun 2008, ibu yang melahirkan di Puskesmas diberi pelayanan IMD dengan

fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung tersebut sangat penting dalam upaya

perawatan pasca persalinan dan memudahkan kontak ibu – bayi dalam pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini.

Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa bidan di Puskesmas

Mon Geudong, berdasarkan hasil wawancara tentang inisasi menyusu dini (IMD)

kepada 3 (tiga) orang bidan di Puskesmas Mon Geudong, 2 (dua) orang bidan yang

mengetahui secara pasti dan mampu menjelaskan secara baik tentang inisiasi

menyusu dini (IMD) dan bagaimana pelaksanaannya. Namun ada 1 (stau) orang

bidan yang mengatakan pernah melakukan IMD tetapi lupa bagaimana 5 (lima) tata

laksana atau bentuk dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) karena sudah

lama mengikuti pelatihan tentang IMD sehingga mereka sudah lupa bagaimana cara

melakukannya, serta tidak melakukan proses IMD pada bayi dan ibu pasca

melahirkan dengan berbagai alasan, seperti repotnya mengurus dan merawat ibu

dan bayi pasca melahirkan, dan sebagainya. Mengacu pada hal tersebut, maka di

pandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang perilaku bidan dalam pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah mengenai “Bagaimana Perilaku Bidan dalam
12

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe tahun 2016”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana perilaku bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran karakteristik bidan terhadap pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

tahun 2016.

2. Mengetahui gambaran pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

tahun 2016.

3. Mengetahui gambaran sikap bidan terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe tahun 2016.

4. Mengetahui gambaran tindakan bidan terhadap pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :


13

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi

pihak – pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat,

dan peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan kota

Lhokseumawe dan Puskesmas Mon Geudong dalam penyusunan rencana

program promosi kesehatan masyarakat dalam meningkatkan cakupan IMD

dan ASI Eksklusif di wilayah kerjanya

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan atau

bahan referensi bagi penelitian dengan objek yang sama di masa mendatang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat, sedangkan perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Setiap manusia akan bertindak dan bertingkah laku untuk berinteraksi

dengan makhluk lain, hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan selalu

membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Perilaku manusia ditujukan sebagai

tanda pengenal dirinya sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan

dengan orang lain. Perilaku manusia yang satu dengan yang lainnya tidak bisa

disamakan, karena pribadi manusia merupakan hal yang sangat unik dan

berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya masing-masing.

Karakteristik perilaku menurut Purwanto (2009) dibedakan menjadi 2 yaitu

perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku

tertutup (covert behavior) adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan

menggunakan alat atau metode tertentu misalnya berpikir, berkhayal, sedih,

14
Universitas Sumatera Utara
15

bermimipi, dan takut. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior) adalah perilaku

yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu misalnya

seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anggotanya ke puskesmas

untuk diimunisasi, atau seseorang yang melakukan tes VCT-HIV ke fasilitas

kesehatan yang tersedia.

2.1.2 Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan,

faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 macam

yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau

resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.

Bloom (1998) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2010) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 karakteristik, ranah

atau kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.

Universitas Sumatera Utara


16

Perilaku manusia menurut Purwanto (2009) terdapat banyak macamnya yaitu

1) Perilaku refleks

Perilaku refleks merupakan perilaku yang dilakukan manusia secara otomatik.

Contohnya : mengecilkan kelopak mata, menaikkan bahu ketika bernafas,

menganggukan kepala ketika menandakan persetujuan, dan menggelengkan kepala

ketika menunjukkan penolakan.

2) Perilaku refleks bersyarat

Merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan tertentu.

3) Perilaku yang mempunyai tujuan

Disebut juga perilaku naluri.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku negatif

seseorang dapat dilakukan dengan :

1. Peningkatan peranan keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga

dewasa.

2. Peningkatan status sosial ekonomi keluarga.

3. Menjaga keutuhan keluarga.

4. Mempertahankan sikap dan kebiasaan sesuai dengan norma yang disepakati.

5. Pendidikan keluarga yang disesuaikan dengan status anggota keluarga baik

itu anggota tunggal, anggota tiri, dan lain-lain.

Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2010)

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 (dua) respon, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


17

1. Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut

eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena

memperkuat respon.

Tim ahli WHO (2004) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku ada empat alasan pokok yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap,

persepsi, kepercayaan- kepercayaan, dan penilaian - penilaian seseorang terhadap

objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan ). dan lain-lain.

2. Orang penting sebagai refrensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita maka apapun yang ia lakukan

ataupun katakan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap

kelompok refrensi seperti kepala suku, guru, kepala desa, dan lain-lain.

3. Sumber-sumber daya

Yang termasuk adalah fasilitas - fasilitas misalnya: waktu, uang , tenaga

kerja, keterampilan, pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat

bersifat positif maupun negatif.

Universitas Sumatera Utara


18

4. Kebudayaan

Norma, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut dengan kebudayaan.

Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya

kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku. Kebudayaan selau berubah,

baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.

Hal-hal yang memengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri

individu sendiri yang disebut sebagai faktor internal dan sebagian terletak di luar

dirinya atau disebut dengan faktor eksternal atau faktor lingkungan

2.1.3 Domain Perilaku

Lawrence Green dalam Mandy (2010) menganalisis bahwa perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain

sikap, pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, persepsi berkenaan

dengan motivasi seseorang untuk bertindak.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang

dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas

pelayanan kesehatan, personalia atau petugas yang tersedia, klinik atau sumber

daya yang hampir sama. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan

berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


19

c. Faktor Penguat/Pendorong (Reinforcing Factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada

tujuan dan jenis program atau kegiatan yang dilakukan. Di dalam pendidikan

pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain, dan sebagainya. Apakah

penguat itu positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang

berkaitan. Misalnya pada pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah lanjutan

tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru, dan pejabat sekolah.

Penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa perilaku penggunaan obat

di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh dorongan teman-teman, terutama teman

dekat. Begitupun dengan anggota komunitas perilaku yang mudah ditiru ialah

perilaku dari orang terdekat, seperti anggota komunitas yang lain, teman sebaya,

dan sebagainya.

Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di fasilitas

kesehatan disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat

dari pemeriksaan kehamilan tersebut. Tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh

dari fasilitas kesehatan tempat pemeriksaaan kehamilan atau peralatan yang tidak

lengkap (Enabling Factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan

atau stakeholder lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh ataupun

penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (Reinforcing Factors).

Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo, 2010) yaitu:

Universitas Sumatera Utara


20

1. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatan-

kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu

(recall).

2. Perilaku yang diukur secara tidak langsung, yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.

2.1.4 Pembentukan Perilaku

Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara,

diantaranya :

1. Kebiasaan (Conditioning)

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning

atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang

diharapkan akhirnya akan terbentuklah perilaku.

2. Pengertian (Insight)

Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar

disertai dengan adanya pengertian.

3. Menggunakan Model

Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin

dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori

belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory oleh

Bandura (1977).

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme

atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini

berbentuk 2 macam (Dewi, 2010) yakni :

Universitas Sumatera Utara


21

1. Bentuk Pasif

Respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara

langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap

batin dan pengetahuan.

2. Bentuk Aktif

Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku

mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior.

2.1.5 Teori Terjadinya Perilaku

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan

lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif

tertentu sehingga manusia berperilaku (Ircham, 2005).

Teori perilaku menurut Ircham, antara lain:

1. Teori Insting

Menurut Mc Dougal (2008) perilaku itu disebabkan karena insting. Insting

merupakan perilaku yang innate atau perilaku bawaan dan akan mengalami

perubahan karena pengalaman.

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai

dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan

kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.

3. Teori Insentif (Incentive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan

karena adanya insentif, dengan insentif akan mendorong organisme berperilaku.

Universitas Sumatera Utara


22

Insentif atau reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement

yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan akan mendorong organisme

berbuat atau berperilaku.

4. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang. Apakah itu

disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap) atau oleh keadaan eksternal.

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) , perubahan perilaku

dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. Perubahan alamiah (natural change) ialah perubahan yang dikarenakan

perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya, ataupun ekonomi dimana ia

beraktifitas.

2. Perubahan terencana (planned change) ialah perubahan ini terjadi karena

memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change) ialah

perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program

baru, maka yang akan terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan

perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai

kesedian untuk berubah yang berbeda-beda.

Berdasarkan teori Health Belief Model berkembangnya pelayanan kesehatan

masyarakat akibat kegagalan dari orang atau masyarakat untuk menerima usaha-

usaha pencegahan atau penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider

(Edberg, 2009). Ada 6 variabel yang menyebabkan seseorang mengobati

penyakitnya:

Universitas Sumatera Utara


23

1. Persepsi Kerentanan (Perceived Susceptibility)

Persepsi seseorang terhadap resiko dari suatu penyakit. Agar seseorang

bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan kalau

ia rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Persepsi Keparahan (Perceived Seriousness)

Tindakan seseorang dalam pencarian pengobatan dan pencegahan penyakit

dapat disebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang dirasakan misalnya

dapat menimbulkan kecacatan, kematian, atau kelumpuhan, dan juga dampak sosial

seperti dampak terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.

3. Persepsi Manfaat (Perceived Benefits)

Penerimaan seseorang terhadap pengobatan penyakit dapat disebabkan karena

keefektifan dari tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penyakit. Faktor

lainnya termasuk yang tidak termasuk dengan perawatan seperti, berhenti merokok

dapat menghemat uang.

4. Persepsi Hambatan (Perceived Barriers)

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan pencegahan penyakit akan

memengaruhi seseorang untuk bertindak. Pada umumnya manfaat tindakan lebih

menentukan daripada rintangan atau hambatan yang mungkin ditemukan dalam

melakukan tindakan tersebut.

5. Petunjuk untuk Bertindak (Cues to Action)

Kesiapan seseorang akibat kerentanan atau manfaat yang dirasakan dapat

menjadi faktor yang potensial untuk melakukan tindakan pengobatan. Selain faktor

Universitas Sumatera Utara


24

lainnya seperti faktor lingkungan, media massa atau anjuran dari keluarga, teman-

teman dan sebagainya.

6. Efikasi Diri (Self Efficacy)

Efikasi diri adalah kepercayaaan seseorang terhadap kemampuannya dalam

pengambilan tindakan. Health Belief Model (HBM) mengasumsikan proses internal

dan rasional, yakni seseorang menilai derajat resiko mereka dan membuat

perhitungan untung rugi jika mereka tidak ikut dalam perilaku kesehatan preventif

atau kegiatan berorientasi kesehatan. Namun perhitungan tersebut bervariasi

berdasarkan informasi dan interpretasi yang dibuat.

2.2 Perilaku Kesehatan

2.2.1 Pengertian Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, minuman dan serta lingkungan. Karakteristik perilaku

kesehatan dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan

(health maintenance), perilaku perencanaan dan penggunaan sistem atau fasilitas

kesehatan, dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku pemeliharaan kesehatan

adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk mendapatkan penyembuhan bilamana

sakit. Oleh karena sebab itu perilaku pemeliharaan kesehataan ini terdiri dari 3

(tiga) aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila

sakit, pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit, serta perilaku

Universitas Sumatera Utara


25

peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat, dan perilaku gizi

(makanan) dan minuman (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Becker (1979) dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :

1. Perilaku Kesehatan (Health Behavior)

Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah

penyakit, kebersihan perorangan dan sebagainya.

2. Perilaku Sakit (Illness Behavior)

Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu yang merasa

sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit,

termasuk kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab sakit,

serta usaha mencegah penyakit tersebut.

3. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior)

Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan.

Perilaku yang memengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua

kategori (Dewi, 2010), yaitu:

1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.

2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.

Universitas Sumatera Utara


26

Perilaku-perilaku disengaja atau tidak disengaja yang membawa manfaat

bagi kesehatan individu dan sebaliknya perilaku yang disengaja atau tidak disengaja

berdampak merugikan kesehatan antara lain:

a.) Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan

Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak

menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan

kegiatan-kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan penyakit yang

dijalankan secara sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.

b.) Perilaku sadar yang merugikan kesehatan

Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila perilaku tersebut

tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau

professional, atau secara umum pada masyarakat yang sudah maju.

c.) Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan

Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena

penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program

pembangunan kesehatan masyarakat.

d.) Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan

Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar pengetahuan seseorang

dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak

langsung memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.

Universitas Sumatera Utara


27

2.3 Bidan

2.3.1 Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan

yang berlaku, jika melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk

mendapatkan izin praktik dari lembaga yang berwenang. Dalam melaksanakan

praktik, bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pada:

wanita hamil, bersalin, nifas, BBL, bayi dan balita (Hidayat dan Mudfilah, 2011).

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang

berlaku. Jika melakukan peraktek yang bersangkutan harus mempunyai kualifikasi

agar mendapatkan lisensi untuk praktik (Sujianti dan Susanti, 2009).

2.3.2 Wewenang Bidan

Dalam pelaksanaan praktiknya, bidan mempunyai wewenang yang diatur

sesuai dengan Keputusan Mnteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

900/MENKES/SK/VII/2002, dimana seorang bidan mempunyai wewenang yang

diberikan tersebut, bidan harus :

a. Melaksanankan tuga wewenang sesuai dengan standar profesi

b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya.

c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya.

d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara

optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

Universitas Sumatera Utara


28

Berikut ini dalam buku JNPK – KR ( 2007 ) mengatakan bahwa seorang bidan

dalm pelaksanaan IMD antara lain :

a. Melatih keterampilan , mendukung, membantu, dan menerapkan IMD – ASI

Eksklusif.

b. Memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada BUMIL

c. Membiarkan kontak kulit ibu bayi setidaknya 1 jam atau sampai menyusu awal

selesai.

d. Menghindarakan memburu-buru bayi atau memaksa memasukkan puting susu

ibu ke mulut bayi.

e. Membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari

payudara.

f. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu.

g. Menyediakan waktu dan suasana tenang di perlukan kesabaran.

2.3.3 Peran Bidan dalam Meningkatkan IMD dan Pemberian ASI Eksklusif

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui,

dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan

inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI

dengan 10 langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya

petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam konteks ASI ekslusif

lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran

mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Dayati, 2011).

Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin,

rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau

Universitas Sumatera Utara


29

dokter karena merekalah yang pertamatama akan membantu ibu bersalin

melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus

memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan

tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD dan ASI

Eksklusif.Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau

melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas

kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi

dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif.

Kesiapan petugas kesehatan termasuk bidan dalam program laktasi merupakan

kunci keberhasilan. Peranan bidan dalam menyukseskan IMD dan ASI Eksklusif

tidak lepas dari wewenang bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu dan anak

sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes no 900/Menkes/SK/2002 Bab V Pasal

18 yaitu meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu.

Disamping itu dengan menginformasikan ASI pada setiap wanita hamil

serta membantu ibu memulai pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir.

Guna mendukung keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif, WHO

merekomendasikan kepada seluruh tenaga kesehatan agar melakukan 7 kontak ASI

atau 7 pertemuan ASI dalam upaya sosialisasi program dan setiap kali melakukan

pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu:

1. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama / kunjungan pertama (K1) di

Klinik Kesehatan Ibu dan Anak.

2. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kedua / kunjungan kedua di Klinik

Kesehatan Ibu dan Anak.

Universitas Sumatera Utara


30

3. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bidan/dokter penolong

persalinan di kamar bersalin atau kamar operasi.

4. Sosialisasi ASI di ruang perawatan pada hari ke 1-2.

5. Sosialisasi ASI pada saat kontrol pertama hari ke 7.

6. Sosialisasi ASI pada saat kontrol kedua hari ke 36.

7. Sosialisasi ASI pada saat imunisasi (Niswah, 2011).

2.4 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2.4.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah

bayi mulai menyusu segera setelah lahir dengan mencari sendiri payudara ibunya.

Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai

kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit

ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan

Inisiasi Menyusu Dini ini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak mencari

payudara (Dayati, 2011).

Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program

yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui

merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui

bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini

dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya

dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk

menyusu. Inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh

ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi hanya dikeringkan

Universitas Sumatera Utara


31

kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu

(Sujiyatini dkk, 2011).

Ada beberapa intervensi yang dapat menganggu kemampuan alami bayi

untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi

yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan

mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan

obat-obatan atau tindakan, seperti operasi Caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan

sakit di daerah kulit yang digunting saat epistomi dapat pula menganggu

kemampuan alamiah ini (Roesli, 2014).

Informasi ini penting untuk tenaga kesehatan dan keluarga sebelum

melakukan IMD. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang,

nyaman, dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan merangkak mencari

payudara ibu atau the breast crawl. Inisiasi menyusui dini dapat melatih motorik

bayi, dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak.

Sebaiknya, bayi langsung diletakkan di dada ibu sebelum bayi dibersihkan.

Sentuhan dengan kulit mampu memberikan efek psikologis yang kuat di antara

keduanya. Untuk melakukan inisiasi menyusui dini, dibutuhkan waktu, kesabaran,

serta dukungan dari keluarga (Asep, 2011).

Sebenarnya, bayi yang lahir dalam kondisi normal dengan kelahiran tanpa

operasi bisa menyusu kepada ibunya tanpa dibantu pada waktu sekitar satu

jam.kondisi itu tidak terjadi dalam kelahiran dengan operasi Caesar maka,

kemungkinan keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini hanya sekitar 50%, termaksud

kelahiran bayi dengan penggunaan obat kimiawi (Dayati, 2011).

Universitas Sumatera Utara


32

Bayi normal disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu

dan dua menit pada setiap payudara ibu. Dengan mengisapnya, bayi terjadi

perangsangan terhadap pembentukan air susu ibu secara tak langsung rangsang isap

membantu mempercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu ibu yang berupa

kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes. Ini sudah cukup untuk kebutuhan

bayi dalam hari hari pertama (Sumarah dkk, 2013).

Dalam proses inisiasi menyusui dini dibutuhkan kesiapan mental ibu. Ibu

tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya. Saat inilah

dukungan dari keluarga, terutama suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan

melakukan inisiasi menyusui dini usai melahirkan (Prasetyono, 2013).

Melakukan IMD berarti bayi belajar beradaptasi dengan kelahirannya di

dunia, dimana dia yang baru saja keluar dari tempat ternyaman di dunia yaitu di

dalam rahim sang ibu berjuang dengan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan

kepadanya dengan segala prosesnya untuk mencari sendiri puting susu ibunya.

Selain itu proses IMD menimbulkan kedekatan antara si ibu dengan si bayi, sebab

dengan memisahkan si ibu dengan bayinya ternyata daya tahan si bayi akan

menurun hingga mencapai 25%. Ketika si ibu bersama dengan si bayi, daya tahan

sibayi akan berada dalam kondisi prima, si ibu dapat melakukan proteksi terhadap

si bayi (Niswah, 2011).

2.4.2 Tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Sekitar

40% kematian balita pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini

meningkatkan keberhasilan menyusu efektif dan lama menyusu sampai dua tahun.

Universitas Sumatera Utara


33

Dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh

(Prasetyono, 2013).

Inisiasi menyusu diri juga berperan dalam pencapaian tujuan Millenium

Development Goals (MDGs) yakni (Roesli, 2014) :

1. Membantu mengurangi kemiskinan

Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia dalam setahun disusul secara

ekslusif enam bulan berarti biaya pembelian susu formula selama enam bulan tidak

ada.

2. Membantu mengurangi kelaparan

Pemberian asi membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai dua

tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti

yang umumnya terjadi pada usia dini.

3. Membantu mengurangi angka kematian anak

Dengan segera disusui oleh ibunya setelah melahirkan, seorang anak akan

mendapatkan zat gizi yang cukup sebagai imunitas tubuh dalam mengurangi resiko

terkena infeksi berbagai macam penyakit.

2.4.3 Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Anik (2013) alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu

1. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat

turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat celsius, sehingga dapat menurunkan

resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.

Universitas Sumatera Utara


34

2. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi

merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan

kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernapasan, detak jantung dari

kulit ibu menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan

meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

3. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya

sendiri, akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada

antinya ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membuat koloni disusu dan kulit bayi.

Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.

4. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat

keluar dan bayi akan cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau

cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan

usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan

hidupnya.

5. Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri

6. Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan pada putting ibu akan merangsang

oksitosin pada ibu yang penting menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga

membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang

hormon lain, yang membuat ibu merasa lebih tenang, rileks dan merangsang

pengaliran ASI dari payudara.

7. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari

payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).

Universitas Sumatera Utara


35

8. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.

Bayi akan lebih jarang menangis ehingga mengurangi pemakaian energi.

9. "Bounding" (ikatan kasih sayang) antara ibu-ibu bayi akan lebih baik karena

pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur

dalam waktu yang lama.

10. fBayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu dini lebih

berhasil ekslusif dan akan lebih lama disusui, fungsinya asi sangat cukup untuk

tumbuh kembang bayi dengan baik, sebagai titik awal kualitas sumber daya

manusia, asi juga sebagai alat kontrasepsi tiga bulan dan memperkecil kejadian

kanker payudara

2.4.4 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu Dini (IMD) memiliki keuntungan yang besar baik untuk

bayi maupun ibu pasca persalinan, yaitu : (Roesli, 2014).

1. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan bayi

a) Mengoptimalkan fungsi hormonal ibu dan bayi

b) Menstabilkan pernafasan

c) Mengendalikan temperatur tubuh bayi

d) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik

e) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.

f) Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (kembali ke berat lahirnya

dengan lebih cepat)

g) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi

h) Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.

Universitas Sumatera Utara


36

i) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi

sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.

j) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat

sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.

k) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa

jam pertama hidupnya

2. Keuntungan menyusu dini untuk bayi, yaitu :

a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum

segera, keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

b) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi

pertama bagi bayi

c) Meningkatkan kecerdasan

d) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan nafas

e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

f) Mencegah kehilangan panas.

3. Keuntungan menyusu dini untuk ibu yaitu :

a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin

b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

d) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan meningkatkan

lamanya bayi disusui

e) Merangsang produksi ASI.

Universitas Sumatera Utara


37

2.4.5 Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan

rasa percaya diri yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang

suami dan keluarga serta petugas kesehatanm, jadi akan membantu ibu apabila saat

inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya. Adapun tata laksana

dalam melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) yiatu :

1. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma

terapi, gerakan.

2. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan cara yang diinginkan, misalnya

melahirkan didalam air, atau dengan jongkok.

3. Setelah bayi dilahirkan, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan

secepatnya, kecuali tangannya. Lemak putih atau vernix yang menyamankan

kulit bayi sebaiknya dibiarkan.

4. Bayi ditengkurapkan didada atau di perut ibu dengan skin to skin contack,

posisi ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusui awal

selesai. Keduanya di selimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi.

5. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan

sentuhan lembut, tetapi tidak memaksa bayi ke puting susu.

6. Ayah didukung agar membatu ibu anak untuk mengenali tanda-tanda atau

perilaku bayi sebelum menyusui yang dapat berlangsung beberapa menit atau

satu jam bahkan lebih. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam

Universitas Sumatera Utara


38

waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya

sampai berhasil menyusu pertama.

7. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan, seperti operasi berikan

kesempatan skin to skin contac

8. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang/diukur berat badan dan panjang

badannya setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang

invasive, misalnya suntikan vitamin k dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

9. Dengan rawat gabung ibu dan bayi akan mudah merespon bayi selama 24 jam

ibu dan bayi tetap tidak dapat dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan

ibu. Pemberian minuman pre-lakktal (cairan yang diberikan sebelum asi

keluar) dihindarkan.

Dalam IMD akan melalui 5 tahapan prilaku sebelum dia menyusui, yakni:

1. Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga. Bayi

diam tidak bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa

tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan

dalam kandungan ke keadaan luar kandungan.

2. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,

mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban

yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan

payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan

payudara dan puting susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi

mulai mengeluarkan air liurnya.

Universitas Sumatera Utara


39

4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki

menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala,

menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting

susu dan sekitarnya dengan tangannya.

5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, melekat dan

menyusu dengan baik (Roesli, 2014).

2.4.6 Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Operasi Caesar

Inisiasi menyusu dini secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan

dengan operasi caesar, tetapi bila operasi caesar dilakukan dengan menggunakan

anestesi spinal atau epidural , ibu dapat segera merespon pada bayi. Bayi dapat

segera diposisikan untuk dilakukan kontak kulit dan usaha menyusu pertama di

kamar operasi. Jika menggunakan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang

pemulihan pada saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk akibat

pengaruh anestesi. Ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit

sementara menunggu ibu sadar. Berikut ini tata laksana untuk IMD dengan proses

persalinan melalui operasi Caesar : (Roesli, 2014)

1. Diperlukan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang suportif

2. Usahakan suhu ruangan hangat (20-25°C). Sediakan selimut untuk menutupi

punggung bayi dan badan ibu. Bila perlu siapkan topi bayi

3. Pada anestesi spinal/epidural, ibu akan sadar dan dapat merespon sedini

mungkin.

4. Pada anestesi umum kontak dapat dilakukan pada saat ibu mulai sadar walaupun

masih mengantuk

Universitas Sumatera Utara


40

5. Ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi sambil menunggu ibu responsif

6. Anjurkan untuk segera kontak kulit dengan bayi sesegera mungkin. Kontak kulit

dapat dilakukan setelah bayi stabil dan ibu responsif

7. Bila kontak kulit ditunda, bungkus bayi sedemikian rupa sehingga mudah dibuka

pada saat ibu sudah sadar

8. Bantu bayi mulai menyusu pertama bila bayi dan ibu menunjukan kesiapan

9. Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman walaupun ibu terlentang dan bayi

tengkurap.

10. Membantu ibu waktu bayi di rawat gabung selama 24 jam bersama ibu.

11. Waktu perawatan ibu yang lama dapat dipergunakan untuk membantu

memantapkan menyusui.

2.4.7 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Kurang Tepat

Adapun hal-hal yang kurang tepat untuk dilakukan ketika mengusahakan

proses Inisiasi Menyusui Dini yang benar yaitu :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat

3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi

4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak

dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama

(10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.

5. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting

susu ibu ke mulut bayi.

Universitas Sumatera Utara


41

2.4.8 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Dianjurkan

Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang

dianjurkan, yaitu (Roesli, 2014) :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua

tangannya

3. Tali pusat dipotong, lalu diikat

4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan

karena zat ini membuat nyaman kulit bayi

5. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan

kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama. Jika

perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

2.4.9 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini

kulit ibu dengan kulit bayi menurut Roesli (2014) yaitu :

1. Bayi kedinginan

Berdasarkan Penelitian Niels Bergman (2011) ditemukan bahwa suhu dada

ibu yng melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak

melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan

turun 1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk

menghangatkan bayi.

Universitas Sumatera Utara


42

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini

membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga Kesehatan kurang tersedia

Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas.

Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat

unuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar

perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai

payudara dan menyusu dini.

5. Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudara, sedangkan yang

dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea)

harus segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetric and Gynekology dan Academy

Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dApat ditunda setidaknya

selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan

bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi)

Universitas Sumatera Utara


43

meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan

segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu

dini selesai.

8. Bayi kurang siaga

Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu,

bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu,

kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk

bonding (ikatan kasih sayang).

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi

dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian di gambarkan sebagai berikut :

Karakteristik
Informan:
Tindakan
- Umur Pengetahuan Sikap Bidan dalam
- Pendidikan Bidan Bidan pelaksanaan
- Penghasilan IMD
- Agama
- Lama Bekerja

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


44

Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Anderson

(1988) dalam Notoatmodjo (2010) yang membagi perilaku dalam 3 (tiga) bentuk atau

domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (tindakan).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan sangat berperan dalam menentukan

sikap seseorang. Sikap (attitude) merupakan kecenderungan untuk berespon baik secara

positif ataupun negatif dari konsep di atas dapat kita lihat bahwa terbentuknya suatu

perilaku baru dimulai dari domain kognitif, subjek tahu terlebih dahulu tentang

stimulus/objek tertentu, kemudian menimbulkan pengetahuan baru dan selanjutnya

menimbulkan respons dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah

diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulan respon yang lebih jauh lagi

yaitu tindakan terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Suatu sikap belum merupakan

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Demikian juga dengan bidan, pengetahuan mereka tentang inisiasi menyusu dini akan

memengaruhi sikap mereka terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini, kemudian akan

memengaruhi tindakan bidan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini. Sehingga pengetahuan,

sikap, dan tindakan ini menjadi variabel yang diamati dalam penelitian mengenai perilaku

bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) untuk mengetahui

perilaku bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pemilihan lokasi ini

didasarkan atas :

1. Dari hasil pengamatan awal dan wawancara langsung dengan beberapa orang

bidan yang bertugas di Puskesmas tersebut, diketahui bahwa beberapa bidan

mengalami kesulitan dan hambatan dalam melakukan tata laksana inisiasi

menyusu dini (IMD) pada bayi dan ibu pasca melahirkan.

2. Belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis di Puskesmas Mon Geudong

kota Lhokseumawe

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Peneltian dimulai dari bulan September - Oktober 2016.

45
Universitas Sumatera Utara
46

3.3 Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah bidan yang bertugas di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe. Informan pertama diperoleh dengan cara

menggunakan key informan (informan kunci), yakni kepala bagian pelayanan

kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

dalam hal ini ialah seorang bidan. Jumlah keseluruhan bidan yang bekerja di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe ialah berjumlah 12 orang, sehingga

jumlah maksimal informan dalam penelitian ini ialah sebanyak 12 orang.

Karakteristik informan yang dipilih dalam penelitian ini ialah bidan yang

bertugas di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe, serta informan dapat

berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai secara mendalam

terkait permasalahan yang akan diteliti. Informan dipilih berdasarkan metode

kecukupan dan kesesuaian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data primer merupakan data yang merupakan sumber utama untuk

dijadikan landasan dalam penulisan penelitian yang didapatkan melalui hasil

wawancara mendalam (indeept interview) dengan informan penelitian.

Pada penelitian ini wawancara mendalam (indepth interview) akan

dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Indeept Interview atau

wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-

pertanyaan, guna mendapatkan langsung jawaban yang mendukung pemecahan

masalah dalam penelitian ini. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan

Universitas Sumatera Utara


47

interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar

pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau

ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana

pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya,

sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara

berlangsung.

3.4.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang mendukung, menjelaskan serta

mempunyai hubungan yang erat dengan bahan primer. Data yang diperoleh secara

tidak langsung berasal dari data tertulis meliputi : buku-buku, arsip, jurnal ilmiah

dan kepustakaan, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang pelayanan

kesehatan serta buku-buku atau karya tulis yang relevan bagi pemecahan

permasalahan dalam penelitian ini.

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpukan data dari berbagai sumber

yang diambil dari perpustakaan ataupun dari tempat lain. Adapun sumber yang

digunakan tidak terbatas pada buku-buku, tetapi juga dapat berupa bahan

dokumentasi seperti majalah-majalah, koran-koran ataupun bentuk media cetak lain

yang berhubungan dengan penelitian ini, yang dapat digunakan guna menunjang

kelengkapan data dalam melakukan penelitian.

3.5 Daftar Istilah

1. Karakteristik Informan

a. Umur adalah lama hidup informan yang dihitung melalui ulang tahun

terakhir informan dalam tahun pada saat penelitian dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


48

b. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah di jalankan oleh

informan.

c. Penghasilan adalah jumlah pendapatan informan per bulan yang diterima

informan dari pekerjaannya.

d. Agama adalah keyakinan yang di anut oleh informan.

e. Lama bekerja adalah kegiatan yang dilakukan informan semenjak diangkat

menjadi bidan sampai dengan penelitian.

2. Sumber Informasi

a. Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan yang diikuti oleh informan dalam

rangka penambahan pengetahuan tentang Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )

b. Teman Kerja adalah yang menjadi teman kerja Bidan dalam pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )

c. Media Cetak adalah sumber informasi tentang IMD yang diterima oleh

informan dari media cetak seperti Koran, buku, majalah, leaflet dan lain –

lain.

d. Media Elektronik adalah sumber informasi tentang ( IMD ) yang diterima

informan dari media elektronik seperti Televisi ( TV ), Radio, Internet, dan

lain – lain.

3. Pengetahuan

Pengetahuan adlah segala sesuatu yang diketahui tentang Inisiasi Menyusui Dini

( IMD ).

4. Sikap

Universitas Sumatera Utara


49

Sikap adalah segala tanggapan atau respon informan terhadap pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini.

5. Tindakan

Tindakan adalah segala sesuatu yang dilakukan informan dalam pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini.

6. Bidan

Bidan adalah petugas kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang telah

menamatkan jenjang pendidikan kebidanan.

7. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )

Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) adalah memperoleh ASI segera setelah

kelahirannya.

3.6 Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan

kebutuhan data yang hendak didapatkan sesuai dengan permasalahan yang ingin

penulis teliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang

nantinya akan berkembang dalam wawancara dan penulis sesegera mungkin

mencatatnya setelah wawancara selesai.

Penulis selanjutnya mencari informan yang sesuai dengan karakteristik

responden atau informan dalam penelitian. Untuk itu sebelum wawancara

dilaksanakan penulis bertanya kepada informan penelitian tentang kesiapannya

Universitas Sumatera Utara


50

untuk diwawancarai. Setelah informan bersedia untuk diwawancarai, peneliti

membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan tempat untuk

melakukan wawancara.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penulis membuat kesepakatan dengan informan mengenai waktu dan

tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah

wawancara dilakukan, penulis memindahakan hasil rekaman berdasarkan

wawancara dalam bentuk catatan tertulis. Wawancara dengan informan cukup

dilaksanakan sekali apabila semua informasi atau data yang dibutuhkan dalam

penelitian telah terpenuhi melalui wawancara mendalam (indept interview) yang

dilaksanakan. Apabila ada informasi yang kurang terpenuhi, barulah penulis

melakukan wawancara kembali dengan informan. Selanjutnya penulis melakukan

analisis data dan interprestasi data sesuai dengan data hasil wawancara yang

didapatkan. Setelah itu, penulis membuat dinamika penulisan dan kesimpulan yang

dilakukan, penulis memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya demi

menunjang kelengkapan data yang dibutuhkan selama penelitian, agar data yang

didapatkan sesuai dengan konsep dan tujuan penelitian yang dilakukan.

3.7 Alat Bantu Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data penelitian yang bersifat kualitatif penulis

membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 2 (dua) alat bantu, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


51

a.) Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari rumusan permasalahan dan tujuan penelitian. Pedoman ini

disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b.) Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti

dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk

mencatat jawaban-jawaban dari informan artau responden penelitian. Dalam

pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari

informan atau responden penelitian untuk mempergunakan alat tersebut pada saat

wawancara berlangsung.

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa penelitian deskriptf kualitatif terdapat beberapa

tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya :

a.) Mengorganisasikan data

Penulis mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara

mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape

recorder/handphone dibantu dengan menggunakan alat tulis. Kemudian dibuatkan

transkripnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi

bentuk tertulis. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis

mengerti benar data atau hasil wawancara yang telah di dapatkan.

Universitas Sumatera Utara


52

b.) Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban dari setiap

responden/informan

Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data yang

didapatkan dari hasil wawancara, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap

hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan

pedoman wawancara, penulis menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai

acuan dan pedoman dalam melakukan wawancara. Dengan pedoman ini, penulis

kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan penulisan hasil

wawancara, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan.

Data yang relevan inilah yang ditulis senagai hasil penelitian.

Pada proses ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.

Penulis menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal

diungkapkan oleh responden atau informan. Data yang telah dikelompokan tersebut

oleh penulis dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting

serta kata kuncinya. Sehingga penulis dapat menangkap pengalaman,

permasalahan, dan dinamika jawaban yang diberikan oleh responden atau informan

penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

c.) Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, penulis menguji data

tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini

kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan

teori yang telah dijabarkan dalam Bab II mengenai kerangka teoritis dan kerangka

konseptual atau kerangka pikir penelitian, sehingga dapat dicocokan apakah ada

Universitas Sumatera Utara


53

kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai dan dari landasan teori

dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-

faktor yang ada dari data hasil wawancara yang di dapatkan.

d.) Mencari alternatif penjelasan bagi data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,

penulis masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah

didapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternatif

penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian

deskriptif kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil

analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau

tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain

melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada

bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

e.) Menulis hasil penelitian

Penulisan data dari informan yang telah berhasil dikumpulkan merupakan

suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah hasil

penelitian dan kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan

yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu penulisan data-data hasil

penelitian berdasarkan wawancara mendalam (indepth interview) dibaca berulang

kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis,

sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan dan pengalaman dari subjek.

Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya

mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil.

Universitas Sumatera Utara


54

Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa analisis data

merupakan tahap-tahap yang digunakan selanjutnya guna mencari, menata, dan

merumuskan rumusan secara sistematis dari wawancara mendalam (indepth

interview) dan lain-lain guna meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus

yang sedang ditetiliti. Dari hasil wawancara yang diperoleh serta didukung oleh

data lainnya, maka penulis akan mendapatkan jawaban dari rumusan-rumusan

masalah penelitian yang ada tersebut yang menunjang penelitian mengenai perilaku

bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Puskesmas Mon Gudong Kota Lhokseumawe terletak di Jalan Mon

Geudong Kec. Banda Sakti Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumae memiliki luas wilayah kerja 11,24

Km2 . Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong Kota

Lhokseumawe adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Selat Malaka

2. Sebelah Selatan: Kecamatan Kuta Makmur (Kabupaten Aceh Utara)

3. Sebelah Timur: Kecamatan Syamtalira Baru (Kabupaten Aceh Utara)

4. Sebelah Barat : Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara).

4.1.2 Karakteristik Puskesmas Mon Geudong Kota Lhouksumawe

Visi Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe yaitu “Menjadikan

Masyarakat Mon Geuodong khususnya di Wilayah Kerja Puskemas Mon Geudong

Sehat secara Mandiri dan Islami” Adapun misi untuk mewujudkan visi dari

Puskemas Mon Geudong kota Lhokseumawe tersebut ialah :

1) Memberikan prioritas pada program kesehatan keluarga

2) Memandirikan masyarakat untuk hidup sehat

3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan

4) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan

5) Menjaga ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.

55
Universitas Sumatera Utara
56

Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe memiliki salah satu program

yaitu program peningkatan keselamtan ibu melahirkan dan anak, program ini

bertujuan untk menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan, bayi baru lahir dan

anak. Adapun sasaran program ini ialah :

1) Bagaimana upaya meningkatkan kesejahteraan ibu yang dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI).

2) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam akselerasi penurunan angka

kematian bayi dan anak yang dilihat dari indikator Angka Kematian Anak

(AKA) dan Angka Kematian Bayi (AKABA).

Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe merupakan Puskesmas rawat

inap yang juga menyediakan persalinan di wilayah Kecamatan Mon Geudong. Pada

tahun 2013 AKB di Puskesmas Mon Geudong sejumlah 1/1000 kelahiran hidup dan

pada tahun 2014 AKB meningkat menjadi 3/1000 kelahiran hidup, dan pada tahun

2015 menjadi 8/1000 kelahiran hidup dan untuk angka kematian ibu (AKI)

sebanyak 1/1000 kelahiran hidup. Jumlah persalinan di Puskesmas Mon Geudong

pada tahun 2013 sebanyak 544 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 551 orang,

pelayanan persalinan ditangani oleh 12 orang bidan, semuanya sudah mengikuti

pelatihan tentang IMD. Penerapan IMD di Puskesmas Mon Geudong telah dimulai

sejak tahun 2008, ibu yang melahirkan di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe diberi pelayanan IMD dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat

gabung tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan

memudahkan kontak ibu – bayi dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Universitas Sumatera Utara


57

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah bidan yang bertugas di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe yang bertugas melayani layanan kesehatan ibu

dan anak (KIA) termasuk layanan persalinan dan asuhan untuk melakukan inisiasi

menyusu dini (IMD). Karakteristik informan yang akan digambarkan dalam

penelitian ini ialah meliputi umur, pendidikan, penghasilan, agama dan lama

bekerja. Karakteristik informan dapat dilihat pada matriks 4.1 berikut ini :

Matriks 4.1 Gambaran Karakterisitik Informan

Lama
No. Nama Umur Pendidikan Penghasilan Agama
Bekerja

1 Informan 1 34 D-III Rp. 2.000.000,- Islam 9 tahun


2 Informan 2 29 D-III Rp. 1.500.000,- Islam 7 tahun
3 Informan 3 36 D-III Rp. 3.300.000,- Islam 17 tahun
4 Informan 4 38 D-III Rp. 3.300.000,- Islam 17 tahun
5 Informan 5 37 D-III Rp. 3.300.000,- Islam 17 tahun
6 Informan 6 39 D-III Rp. 3.000.000,- Islam 18 tahun
7 Informan 7 38 D-III Rp. 1.450.000,- Islam 9 tahun

8 Informan 8 33 D-III Rp. 1.800.000,- Islam 12 tahun


9 Informan 9 49 D-III Rp. 5.000.000,- Islam 19 tahun

Berdasarkan matriks 4.1 diatas diketahui bahwa jumlah informan dalam

penelitian ini ialah sebanyak sembilan orang dengan rentang usia termuda berusia

29 tahun sampai dengan usia tertua yakni 49 tahun. Seluruh informan telah

menyelesaikan pendidikan pada jenjang Diploma-III Kebidanan, memiliki

penghasilan yang beragam mulai dari penghasilan terendah sebesar Rp. 1.450.000,-

Universitas Sumatera Utara


58

sampai dengan penghasilan tertinggi yakni sebesar Rp. 5.000.000,-. Seluruh

informan dalam penelitian ini beragama Islam, dan informan memiliki rentang

waktu lama bekerja di Puskemas Mon Geudong kota Lhokseumawe dalam rentang

waktu yang beragam, mulai dari 9 tahun sampai dengan 19 tahun.

4.3 Gambaran Pengetahuan Informan mengenai Inisiasi Menyusu Dini


(IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe
Aspek pengetahuan yang akan digambarkan dalam penelitian ini adalah

mecakup pengetahuan informan tentang inisiasi menyusu dini (IMD), pengetahuan

informan tentang manfaat dari inisiasi menyusu dini (IMD), pengetahuan informan

tentang langkah-langkah atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan

pengetahuan informan tentang hubungan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan

kematian bayi.

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe
Adapun jawaban informan, ketika ditanyakan mengenai pengertian dari

inisiasi menyusu dini (IMD) adalah sebagaimana yang digambarkan pada matriks

4.2 berikut :

Matriks 4.2 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe
Meaning Quete Informan Kategori Tema
Pengetahuan Memberi ASI segera 1,4,6,8,9 Pengetahuan
informan setelah bayi lahir. Itulah
baik tentang dia yaa kan? Dimana.
IMD Sejak bayi lahir yaa Pengetahuan
langsung setelah informan
dibersihkan kita baringkan tentang IMD
si bayi ke dada ibunya, biar
si bayi nyari sendiri puting
si ibu dan mulai menyusu.

Universitas Sumatera Utara


59

Pernah ikut seminar dan


pelatihan IMD, udah jadi
program juga disini, terus
ibu-ibu yang mau
melahirkan beberapa udah
tahu dan minta dilakukan
IMD kalau bayinya sudah
lahir.
Pengetahuan Ya…. itu... ini.. ini... 2,3,5,7 Pengetahuan
informan inisiasi menyusu dini,
cukup baik sebelum lahir itu udah di
tentang kasih perawatan, setelah
IMD melahirkan langsung
menyusui. Sudah lama
tahu tentang IMD, pernah
ikut pelatihan dan
seminarnya juga tentang
pentingnya
melahirkan dengan asuhan
IMD.

Berdasarkan matriks 4.2 diatas, menggambarkan bahwa pengertian dari

inisiasi menyusu dini (IMD) ialah inisiasi menyusu dini (early initiation) atau

permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu segera setelah lahir dengan

mencari sendiri payudara ibunya. Jadi, sebenarnya bayi dibiarkan kontak kulit bayi

dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak

mencari payudara, mencari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu. Informan

mendapatkan informasi mengenai inisiasi menyusu dini dari buku, pelatihan dan

seminar yang dilakukan mengenai pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan

pengalaman pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dari sesama bidan yang

bertugas untuk melaksanakan program inisiasi menyusu dini (IMD) tersebut.

Universitas Sumatera Utara


60

4.3.2 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Manfaat dari Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe
Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang

manfaat dari dilakukannya inisiasi menyusu dini (IMD), maka informan

memberikan jawaban sebagaimana yang dituliskan dalam matriks 4.3 berikut :

Matriks 4.3 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Manfaat dari


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Pengetahuan Bagus, karena ada zat 1,3,5,7,8,9 Pengetahuan
informan penting didalamnya.
baik tentangPertama kolostrum yang
manfaat sangat baik untuk bayi,
IMD yang kedua untuk
mencegah pendarahan bagi
si ibu, yang ketiga
mendekatkan hubungan ibu
dan anak jadinya lebih
mudah dekat dari awal
kelahiran si bayi, terus Pengetahuan
kalau udah ASI, si ibu gak informan
perlu lagi beli susu formula tentang
karena si bayi udah mau manfaat
menyusu sejak awal dan IMD
produksi ASI jadi lancar
Pengetahuan Banyaklah, IMD yang 2,4,6 Pengetahuan
informan pertama itu kan susu
cukup baik gantung yaa, haa... haa...
tentang haa.. mudah, terus banyak
manfaat juga fungsinya, banyak
IMD sekali vitamin-vitamin
didalam situ (kolostrum).
Udah itu dia tidak basi lagi.
Baguslah pokoknya

Universitas Sumatera Utara


61

Berdasarkan matriks 4.3 diatas, pernyataan informan tentang inisiasi

menyusu dini secara umum adalah untuk mengkontraksi rahim sehingga mencegah

pendarahan, agar lebih dekat jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi, untuk

merangsang keluarnya hormon oksitosin agar dapat memperlancar produksi ASI,

untuk menghangatkan si bayi, dan agar anak mendapat kolostrum sebagai antibodi

untuk bayi agar si bayi dapat terhindar dari berbagai infeksi penyakit sehingga dapat

mencegah terjadinya kasus kematian bayi setelah dilahirkan.

4.3.3 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah atau


Tatacara Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang

langkah-langkah atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), maka

informan memberikan jawaban sebagaimana yang dituliskan dalam Matriks 4.4

berikut :

Matriks 4.4 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah


atau Tatacara Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Pengetahuan Begitu bayi lahir dipotong 1,2,3,4,5,8 Pengetahuan
informan tali pusatnya, diangkat,
baik tentangditelentangkan diatas dada
langkah- ibunya, kan disitu ada Pengetahuan
langkah atauhanduk diatas dada ibunya, informan
tatacara disitu di lap, terus dengan tentang
melakukan sendirinya si bayi akan langkah-
IMD mencari puting susu langkah atau
ibunya, terus kalau sudah tacara
menemukan, biasanya melakukan
langsung bisa menyusu. IMD
Pengetahuan Begitu bayi lahir, dipotong 6,7,9 Pengetahuan
informan tali pustanya, diikat, dilap
cukup baik semuanya.. jangan sampai

Universitas Sumatera Utara


62

tentang dia kedinginan, terus


langkah- ditelungkupkan di atas
langkah atau perut ibunya, sampai dia
tatacara menyusu.
melakukan
IMD
Berdasarkan matriks 4.4 diatas, menggambarkan tentang urutan

pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang dipahami oleh informan secara umum

setelah bayi lahir kemudian dipotong tali pusatnya, kemudin tali pusatnya diikat,

badan bayi dilap, kemudian bayi ditelungkupkan diatas dada ibunya dan dibiarkan

bayi mencari dan menemukan puting susu ibunya sendiri kemudian menyusu.

4.3.4 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) dengan Kematian Bayi di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe
Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang

hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kematian bayi, maka informan

memberikan jawaban sebagaimana dituliskan pada matriks 4.5 berikut :

Matriks 4.5 Gambaran Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) dengan Kematian Bayi di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe
Meaning Quete Informan Kategori Tema
Pengetahuan Hmmm......... itu ada. Kan 1,2,5,6,8 Pengetahuan
informan kalau dia diberi ASI itu
baik tentang zatnya steril dan
hubungan kandungan gizinya banyak,
IMD dengan kalau langsung di kasih Pengetahuan
kematian susu botol atau susu informan
bayi formula, kan sistem tentang
pencernaan bayinya belum hubungan
terlalu baik kalau baru IMD dengan
lahir, jadi bisa sakit, seperti kematian
diare, dan gangguan bayi
pencernaan lainnya, bayi
kan rentan, jadi kalau sakit
sedikit saja bisa
membahayakan nyawanya.

Universitas Sumatera Utara


63

Pengetahuan Maksudnya gimana? 3,4,7,9 Pengetahuan


informan Mungkin pasti adalah yaa...
cukup baik Kalau dikasih susu formula
tentang kan bisa diare atau mencret
hubungan bayinya. Cuma gak sampai
IMD dengan matilah mungkin, paling
kematian gampang aja bayinya sakit.
bayi

Berdasarkan matriks 4.5 diatas, menggambarkan hubungan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) dengan kematian bayi. Semua informan menyatakan adanya

hubungan antara pelaksanaan IMD dengan pencegahan kematian bayi, walaupun

satu orang informan terlihat ragu dengan pendapatnya. Sebagian besar informan

menyatakan bahwa IMD dapat mencegah kematian bayi, jika dibandingkan dengan

pemberian susu formula atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini yang

dapat menyebabkan bayi terkena diare dan menurunkan kesehatannya bahkan bisa

menyebabkan kematian, serta sebagian besar informan menyatakan bahwa IMD

dapat memberikan kesehatan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit karena

mengandung zat antibodi yang dapat membantu pembentukan dan penguatan

sistem imunitas atau kekebalan tubuh bayi sehingga tidak rentan terhadap berbagai

serangan infeksi penyakit.

4.4 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Adapun aspek sikap informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri

dari sikap informan terhadap pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir,

sikap terhadap ketidaksetujuan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), sikap

terhadap penerapan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), respon informan

Universitas Sumatera Utara


64

terhadap pemberian makanan selain ASI pada bayi baru lahir, dan harapan informan

tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).

4.4.1 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula pada


Bayi Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat tentang sikap

informan tehadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir, maka informan

memberikan jawaban sebagaimana dituliskan dalam Matriks 4.6 berikut :

Matriks 4.6 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula


pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Sikap Pastinya saya rasa jangan 1,4,6,8 Sikap
informan dulu yaa dek, kan ada ASI
baik yaa, sayang kan ASI nya,
terhadap kalau anak sudah makan
pemberian yang lain, otomatis ASI jadi
susu berkurang, terus kekebalan
Sikap
formula anak terhadap sama penyakit
informan
pada bayi jadi kurang baik kalau gak di
terhadap
baru lahir kasih ASI eksklusif.
pemberian
Sikap Ngapain kita kasih-kasih 2,3,5,7,9 Sikap
susu formula
informan MP-ASI untuk bayi baru
pada bayi
cukup baik lahir, kan gak cocok, kalau
baru lahir
terhadap ada yang begitu kita bilang
pemberian aja kasih ASI saja, jangan
susu dikasih yang lain-lain dulu..
formula
pada bayi
baru lahir

Berdasarkan matriks 4.6 diatas, menggambarkan tentang sikap informan

tehadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Semua informan menyatakan

ketidaksetujuannya terhadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Susu

formula dianggap tidak baik untuk diknsumsi oleh bayi baru lahir karena dapat

Universitas Sumatera Utara


65

menyebabakan berbagai gangguan kesehatan atau kejadian kasus penyakit seperti

diare, alergi, dan usus berlipat yang dapat mengancam nyawa si bayi.

4.4.2 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka tentang

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe, maka informan memberikan jawaban sebagaimana dituliskan pada

matriks 4.7 berikut :

Matriks 4.7 Gambaran Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Sikap Semakin banyak penelitian 1,2,3,6,8,9 Sikap
informan terbaru mengenai
baik pentingnya IMD pada bayi
terhadap yang harus dilakukan
pelaksanaan segera setelah dilahirkan,
IMD termasuk punya adek kan
yang membahas tentang
Sikap
IMD, jadi yaa kalau
informan
memang bagus yaa pasti
terhadap
kita dukung, biar bayi-bayi
pelaksanaan
yang lahir disini sehat dan
IMD
ibu selamat.
Sikap Bagus kok IMD karena 4,5,7 Sikap
informan banyak manfaatnya, baik
cukup baik untuk si bayi maupun si
terhadap ibu..
pelaksanaan
IMD

Berdasarkan matriks 4.7 diatas, menggambarkan tentang tentang

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe. Semua informan mengatakan bahwa sangat mendukung

Universitas Sumatera Utara


66

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) yang dilaksanakan di Puskesmas Mon

Geudong Kota Lhokseumawe karena memiliki banyak manfaat baik untuk

kesehatan bayi maupun ibu.

4.4.3 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan selain ASI


pada Bayi di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka terhadap

pemberian makanan selain ASI pada bayi setelah dilahirkan di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe, maka informan memberikan jawaban sebagaimana

dituliskan pada matriks 4.8 berikut :

Matriks 4.8 Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan


selain ASI pada Bayi yang Baru Lahir di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Sikap Selama di Puskesmas gak 2,3,6,7,8,9 Sikap
informan ada yang ngasih apa-apalah
baik sama bayinya. Kan udah kita
terhadap kasih tahu untuk gak ngasih
pemberian apa-apa dulu selain ASI,
makanan biasanya mereka gak berani,
selain ASI nanti pas sampai dirumah
pada bayi biasanya tuh baru kalau
Sikap
yang baru adapun yang mau ngasih,
informan
lahir kita usahakan untuk jangan
pemberian
sampai dikasih, itukan udah
makanan
saya bilang tadi, pencernaan
selain ASI
bayi masih belum cukup
pada bayi
kuat untuk menggiling
yang baru
makanan, nanti yaa diare,
lahir
usus berlipat, macamlah,
kan bahaya pastinya untuk
bayi..
Sikap Oooh kadang saya marah, 1,4,5 Sikap
informan kan udah ada ASI, ngapain
cukup baik kasih yang lain-lain lagi, kan
terhadap bayi pun belum bisa makan
pemberian apa-apa, orang masih bayi.

Universitas Sumatera Utara


67

makanan
selain ASI
pada bayi
yang baru
lahir

Berdasarkan matriks 4.8 diatas, menggambarkan tentang respon informan

terhadap pemberian makanan selain ASI pada bayi setelah dilahirkan. Semua

informan menyatakan bahwa mereka tidak setuju jika ada pemberian makanan

selain ASI seperti madu, pisang, dan lainnya kepada bayi baru lahir. Bahkan

informan mengupayakan agar makanan tersebut tidak diberikan kepada bayi, dan

merekomendasikan bahwa makanan terbaik untuk bayi setelah dilahirkan ialah ASI

saja.

4.4.4 Harapan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di


Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka mengenai

harapan informan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe, maka informan memberikan jawaban

sebagaimana dituliskan pada Matriks 4.9 berikut :

Matriks 4.9 Harapan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di


Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Harapan Harapannya yaa semoga 1,3,5,6,9 Sikap
informan lebih baik lagi la yaa, terus
Harapan
baik dalam dilaksanakan, dan para
informan
pelaskanaan bidan yang bekerja juga
dalam
IMD terus semangat melayani
pelaskanaan
dengan hati biar semua
IMD
pasiennya selamat dan
sehat. Maunya dibuat

Universitas Sumatera Utara


68

peraturan yang tegas


tentang pelaksanaan IMD
dan pemberian ASI
eksklusif ini, soalnya
sekarang kan gak ada sanksi
kalau gak ngasi ASI, saya
rasa kalau dibuat sanksi
pasti pada mau ngasih ASI
ekslusif semuanya, tapi yaa
pastinya gak semudah
itulah kan ngasih sanksi ke
orang.
Harapan Mudah-mudahan akan 2,4,7,8 Sikap
informan selalu dilaksanakan yaa,
cukup baik bagus sekali kan tuh untuk
dalam bayi dan ibu yang
pelaskanaan melahirkan
IMD

Berdasarkan matriks 4.9 diatas, menggambarkan tentang harapan informan

dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe. Semua informan menyatakan bahwa mereka berharap IMD dapat

terus diterapkan di Puskesmas, Ada juga informan yang berharap agar dibuatnya

aturan yang tegas tentang pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi, agar

semakin banyak bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan mencapai derajat

kesehatan yang terbaik.

4.5 Gambaran Tindakan Informan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


pada Pasien di Puskesmas Mon Geding kota Lhokseumawe

Adapun aspek tindakan informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri

tindakan informan dalam melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini

(IMD) pada pasien, tindakan informan tentang ASI dan inisiasi menyusu dini pada

keluarga pasien, san pelaksanaan inisiasi dini pada pada pasien, serta kendala dari

Universitas Sumatera Utara


69

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong

kota Lhokseumawe

4.5.1 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang


ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon
Geudong Kota Lhokseumawe

Hasil wawancara dengan informan tentang tindakan infroman dalam

melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.10

berikut :

Matriks 4.10 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi


tentang ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di
Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Tindakan Kita kalau ada yang periksa 1,2,3,4,7,8 Tindakan
informan hamil selalu kita
baik dalam sosialisasikan tentang ASI
melakukan termasuklah IMD, suruh
sosialisasimakan sayur biar banyak
tentang ASI nya nanti. Pokoknya
ASI dan setiap ada ibu hamil kita
IMD pada kasih tahu, nanti waktu
pasien melahirkan juga kita kasih Tindakan
tahu lagi. Kalau berapa informan
lama, paling yaa setengah dalam
jam. Tergantung juga yaa, melakukan
kalau kita algi gak repot, sosialisasi
mau lama juga kita tentang ASI
sampaikan. Cuma kalau dan IMD
dirata-ratakan setengah jam pada pasien
cukup, kalau kelamaan nanti
kan bosan, terus informasi
yang disampaikan jadi gak
mengerti.
Tindakan Iyaa pastilah kita 5,6,9 Tindakan
informan sosialisasikan, harus itu kan.
cukup baik Kalu mereka lagi periksa
dalam hamil, di trimester ke-4.

Universitas Sumatera Utara


70

melakukan Berapa kali yaa... pokoknya


sosialisasi setiap kita datang selalu kita
tentang ingatkan dan kita kasih
ASI dan penyuluhan
IMD pada
pasien

Berdasarkan matriks 4.10 diatas, menggambarkan tentang tindakan

informan dalam melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada

pasien di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe. Semua informan

menyatakan bahwa mereka mensosialisasikan pentingnya ASI dan inisiasi menyusu

dini (IMD) pada pasiennya. Kegiatan penyuluhan dan kosultasi mengenai ASI dan

inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan di

Puskesmas, kegiatan di Posyandu, dan kunjungan rumah pasien (home visit).

Lamanya kegiatan penyuluhan atau konsultasi kesehatan yang dilakukan informan

sangat beragam mulai dari hanya beberapa menit, setengah jam, sampai dengan dua

jam.

4.5.2 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang


ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga Pasien di
Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Hasil wawancara dengan informan tentang tindakan infroman dalam

melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.11

berikut :

Universitas Sumatera Utara


71

Matriks 4.11 Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi


tentang ASI dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga
Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Tindakan Iya ada juga kita 2,6,7,8,9 Tindakan
informan sosialisasikan sama
baik dalam keluarganya, karena itu kan
melakukan perlu ya. Kadang kan ada
sosialisasi ibu-ibu yang diantar sama
tentang suaminya ke Puskesmas, yaa
ASI dan disitulah kita kasih tahu ke
IMD pada suaminya kalau bapak harus
keluarga support ibu ya, karena kan
pasien kami gak bisa pantau 24
jam, jadi itu tugas bapak dan
keluarga ya, gitu kita kasih
tahu. Yaa kita kasih tahulah
Tindakan
kalau IMD itu penting dan
informan
banyak manfaatnya jadi
dalam
harus dilaksanakan supaya
melakukan
bayi dan ibunya sehat.
sosialisasi
Kayak yang ibu bilang tadi
tentang ASI
karenakan kami gak bisa
dan IMD
pantai 24 jam, kalau dia lagi
pada
dirumah jadi tugas
keluarga
keluarganya lah untuk
pasien
mendukung pelaksanaan
IMD dan ASI eksklusif.
Tindakan Iya pasti adalah, paling 1,3,4,5 Tindakan
informan enggak sama suaminya lah
cukup baik ya, kalau sama keluarga lain
dalam kayak orang tuanya nantilah
melakukan kalau pas dia (ibu)
sosialisasi melahirkan kalau datang.
tentang Yaa supaya keluarganya
ASI dan juga tahu yaa, jadi gak
IMD pada bertanya-tanya lagi
keluarga
pasien

Universitas Sumatera Utara


72

Berdasarkan matriks 4.11 diatas, menggambarkan tentang tindakan

informan dalam melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada

keluarga pasien di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe. Semua informan

menyatakan bahwa mereka mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif dan inisiasi

menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien. Kegiatan penyuluhan dan kosultasi

mengenai ASI dan inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat

pemeriksaan kehamilan di Puskesmas, kegiatan di Posyandu, dan kunjungan rumah

pasien (home visit). Hal ini dilakukan agar keluarga pasien mengerti tentang

pentingnya inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif serta mau mendukung

pelaksanaannya.

4.5.3 Gambaran Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota
Lhokseumawe

Hasil wawancara dengan informan tentang tindakan informan dalam

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong

kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.12 berikut :

Matriks 4.12 Gambaran Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong
Kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Tindakan Iya pernah, hampir semua 2,3,4,7,8,9 Tindakan
informan yang saya tolong gak ada
baik dalam masalah seperti pendarahan Tindakan
pelaksanan atau bayinya asfiksia, saya informan
IMD pada buat IMD. Udah banyaklah dalam
pasien kalau dikira-kirakan kurasa pelaksanan
udahlah 20 an, lebih pun IMD pada
mungkin. Kenapa saya pasien
lakukan, namanya kita udah
ikut pelatihan, yaa pa yang

Universitas Sumatera Utara


73

kita dengar harus kita


sampaikanlah, kita terapkan.
Kalau yang meganjurkan,
saya kira gak ada ya, karena
kan itu tadi, namanya saya
sudah ikut pelatihan, jadi
saya sendiri harus
melakukannya. Tahapan
IMD yang saya lakukan
seperti saya bilang tadi juga,
pertama kita suluh dulu
ibunya, terus gitu mau
melahirkan kita suluh lagi,
kalau ada keluarganya kita
suluh juga, kita siapkan
ibunya. Bayi yang baru lahir
kita potong tali pustanya,
kita lap, langsung kita
naikkan di atas dada ibunya.
Bayi menemukan puting
susu ibunya ya bervariasi
juga, ada yang cuma 15
menit, ada juga yang sampai
1 jam baru dapat, ada yang
setengah jam lah rata-rata.
Ibu dan bayi kita rawat di
satu ruangan, jadi kapan si
bayi mau menyusu si ibu
tinggal kasih aja. Jadi lebih
gampang dengan gitu dia
dikasih minum ASI, selain
itu supaya lebih dekatlah dia
hubungannya sama ibunya
Tindakan Ya pernah lah. Sejak udah 1,5,6 Tindakan
informan lama lah, sejak ikut
cukup baik pelatihan itulah. Udah
dalam banyaklah, lupa udah berapa
pelaksanan kali, karena setiap kita
IMD pada tolong ibu bersalin pasti
pasien IMD.Yaa kita persiapkan
ibuya, abis itu setelah bayi
lahir jangan dibersihkan
cuma dikeringkan aja,
kecuali tanganya ya, abis itu
langsung diletakkan di dada

Universitas Sumatera Utara


74

ibunya, abis itu dia lansung


nyari puting susu ibunya.

Berdasarkan matriks 4.12 diatas, menggambarkan tentang tindakan

infroman dalam melakukan tindakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada

pasien di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe. Semua informan

menyatakan bahwa mereka pernah melakukan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD)

pada pasien. Semua informan sudah berpengalaman dalam melaksanakan IMD dan

tidak ada seorang informan pun yang terpaksa tidak melaksanakannya. Secara

umum proses inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan oleh informan adalah ketika

bayi lahir kemudian dipotong tali pusatnya, bayi di lap badanny, kemudian

ditelungkupkan diatas dada ibunya dan membiarkan bayi mencari puting susu dan

kemudian menyusu sendiri. Saat bayi ditelungkupkan ke badan ibunya bayi harus

diselimuti agar tidal hypotermi (kedinginan), Beberapa informan juga menyatakan

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) diawali dengan penyuluhan kepada pasien

dan keluarganya terlebih dahulu, agar pasien dan keluarganya mengerti dan

mendukung tindakan inisiasi menyusu dini (IMD) yang akan dilaksanakan.

Lamanya waktu untuk bayi menemuka puting susu ibunya sangat bervariasi.

Menurut sebagian besar informan, waktunya berkisar antara 15 menit sampai

dengan 1 jam. Lamanya waktu bayi menemukan puting susu ibunya sangat

tergantung pada kondisi bayi. Jika bayi dengan kondisi yang sehat, tidak terdapat

gangguan pernafasan dan lainnya, maka akan cepat menemukan puting susu ibunya

dan menyusu. Sedangkan bayi dengan kondisi tidak sehat seperti terjadi gangguan

Universitas Sumatera Utara


75

pernafasan (aksfiksia) maka akan lama menemukan puting susu ibunya dan mulai

menyusu pertama kalinya.

Setelah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), menurut semua informan

ibu dan bayi diletakkan pada ruang rawat khusus ibu dan bayi dimana bayi dengan

tempat tidurnya, diletkakan disamping ibunya atau dirawat dalam satu ruangan.

Menurut informan, perlakuan tersebut bertujuan agar terjalin kasih sayang lebih erat

antara ibu dan bayi dan supaya ibunya lebih gampang menyusi anaknya tanpa harus

banyak bergerak.

4.5.4 Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada


Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Hasil wawancara dengan informan tentang kendala atau hambatan yang

dirasakan informan dalam melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe dapat dilihat pada materiks 4.13

berikut :

Matriks 4.13 Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Meaning Quete Informan Kategori Tema


Tidak ada Tidak ada, semua kita IMD 1,2,3,4,5,9 Tindakan
kendala kan, kalau bayi lahir sehat
dalam dan ibu juga sehat dan
pelaksanan selamat, langsung setelah
IMD pada bayi lahir kita IMD kan. Kendala
pasien dalam
Ada Ya itu tadi, apa bayi sama 6,7,8 Tindakan pelaksanan
kendala ibuya baik-baik saja, kalau IMD pada
dalam kondisi mereka pasien
pelaksanan mengkhawatirkan, misalnya
IMD pada ibunya mengalami
pasien pendarahan, hebat atau
bayinya aksfiksia berat, ya

Universitas Sumatera Utara


76

gak mungkinlah kita paksain


untuk IMD.

Berdasarkan matriks 4.13 diatas, menggambarkan tentang hambatan yang

dirasakan informan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien

di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe. Sebagian besar informan

menyatakan tidak menemukan kendala atau hambatan dalam melakanakan tindakan

inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien atau ibu yang melahirkan di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe. Sedangkan beberapa informan lainnya

menyatakan menemui kendala melaksanakan IMD jika ibu dan bayi dalam kondisi

mengkhawatirkan, seperti pendarahan atau aksfiksia, atau karena ASI ibu tidak

keluar saat akan dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah bidan yang bertugas di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe yang bertugas melayani layanan kesehatan ibu

dan anak (KIA) termasuk layanan persalinan dan asuhan untuk melakukan inisiasi

menyusu dini (IMD). Karakteristik informan yang akan digambarkan dalam

penelitian ini ialah meliputi umur, pendidikan, penghasilan, agama dan lama

bekerja.

5.1.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur informan beragam

mulai dari yang paling muda ialah berusia 29 tahun, dan yang paling tua ialah

berusia 49 tahun. Pernyataan informan tentang pengetahuan mengenai inisiasi

menyususi dini (IMD) berdasarkan karakteristik umur ialah :

“Memberi ASI segera setelah bayi lahir. Itulah dia yaa kan? Dimana. Sejak bayi
lahir yaa langsung setelah dibersihkan kita baringkan si bayi ke dada ibunya, biar
si bayi nyari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu”, (Matriks 4.2 ; pernyataan
informan 9 berusia > 40 tahun).

“Pelekatan antara puting dan mulut bayi” ”, (Matriks 4.2 ; Pernyataan informan 2
berusia < 40 tahun).

“Memberikan kesempatan bayi untuk memperoleh ASI sendiri segera setelah bayi
lahir, segera setelah kita potong tali pusatnya langsung kita,, eeee.. ee... apa itu
namanya.. susukan kepada ibunya” (Matriks 4.2 ; pernyataan informan 7 berusia <
40 tahun).

Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa pernyataan infroman dengan

kelompok usia >40 tahun sesuai dengan pendapat R2014) yang menyatakan bahwa

77
Universitas Sumatera Utara
78

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu segera setelah

persalinannnya. Sementara pendapat informan dengan umur <40 tahun tidak

memberikan penjelasan lengap mengenai pengertian inisiasi menyusu dini (IMD)

tersebut.

Jika diperhatikan dari hasil penelitian diatas, terlihat bahwa ahwa umur

memberi kontribusi terhadap penegtahuan informan dan sesuai dengan pendapat

Notoatmodjo (2010) yang menjelaskan bahwa umur memengaruhi perilaku

seseorang termasuk dalam hal pengetahuan. Menurut Blom yang dijabarkan oleh

Notoatmodjo (2010), jika seseorang sudah memahami objek maka dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui. Dengan demikian,jika

informan memahami tentang IMD, maka akan berdampak baik pada

pelaksanaannya.

Usia merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

pembentukan tingkat kedewasaan seseorang. Pada penelitian ini diketahui

mayoritas bidan yang usianya >30 tahun selalu melaksanakan IMD. Hasil analisis

variabel usia bidan bahwa bidan yang usianya >30 tahun lebih banyak yang selalu

melaksanakan IMD. Dengan kata lain, usia yang tergolong tua selalu melaksanakan

IMD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnita

(2012), yaitu semakin tinggi usia bidan maka kecenderungan untuk melaksanakan

IMD semakin tinggi.

5.1.2 Pendidikan

Informan memilki tingkat pendidikan yang seragam, yakni masing-masing

informan telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang Diploma-III Kebidanan.

Universitas Sumatera Utara


79

Jawaban informan ketika ditanyai mengenai pengertian dari inisiasi menyusu dini

(IMD) yaitu :

“Inisiasi menyusui dini, bayi baru lahir langsung diletakkan diatas perut ibu di
dekap lalu bayinya cari puting susu ibunya” (Matriks 4.2 ; Informan 6).

“Memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir setelah dipotong tali pusatnya...
sesegera mungkin.. katanya paling lama 1 jam bayi itu menemukan puting susu
ibunya dan mulai menyusu, itu kalau bayi itu sehat” (Matriks 4.2 ; Informan 8).

Jika dilihat dari hasil penelitian, dapat dikatakan pendidikan formal yang

dimiliki informan mmengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan informan dalam

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD). Pengetahuan tentang inisiasi menyusu

dini (IMD) memang didapatkan informan dari hasil seminar maupunpelatihan yang

sifatnya pendidikan non formal karena membahas materi yang khusus dan

mendalam mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) lengkap dengan asuhan tata

pelaksanaannya, tetapi kesempatan informan da;am mengikuti pelatihan tersebut

bergantung pada jenjang pendidikan yang dimilikinya. Informan dengan tingkat

pendidikan yang tinggi terlihat memiliki kesempatan untuk mengikuti lebih banyak

pelatihan dan memahami serta berpengalaman dalam melaksanakan inisiasi

menyusu dini (IMD).

Pendidikan merupakan kesempatan meningkatnya pengetahuan dan

kesadaran seseorang terhadap perilaku kesehatan (Yusnita, 2012). Pada penelitian

ini, keseluruhan bidan yang selalu melaksanakan IMD berpengaruh terhadap

pendidikan. Pendidikan tersebut didapat dari pendidikan formal, tanpa harus

diperoleh dari pendidikan informal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sumiyati (2011) memperoleh tidak ada perbedaan proporsi

bidan yang melaksanakan IMD antara bidan yang berpendidikan rendah dengan

Universitas Sumatera Utara


80

bidan yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena akses informasi

tentang IMD secara mendalam hanya didapat dari bangku pendidikan kebidanan

5.1.3 Penghasilan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa , memiliki penghasilan yang

beragam mulai dari penghasilan terendah sebesar Rp. 1.450.000,- sampai dengan

penghasilan tertinggi yakni sebesar Rp. 5.000.000,-. Terdapat perbedaan natara

pengertian mengenai IMD antara informan yang memiliki penghasilan tinggi

ataupun informan yang memiliki penghasilan lebih rendah, yang dapat dilihat pada

jawaban informan berikut ini :

“Memberi ASI segera setelah bayi lahir. Itulah dia yaa kan? Dimana. Sejak bayi
lahir yaa langsung setelah dibersihkan kita baringkan si bayi ke dada ibunya, biar
si bayi nyari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu”, (Matriks 4.2 ; pernyataan
informan memiliki penghasilan Rp.5.000.000,-).

“Memberikan kesempatan bayi untuk memperoleh ASI sendiri segera setelah bayi
lahir, segera setelah kita potong tali pusatnya langsung kita,, eeee.. ee... apa itu
namanya.. susukan kepada ibunya” (Matriks 4.2 ; pernyataan informan 7 memiliki
penghasilan Rp. 1.450.000,-).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa informan yang

memiliki penghasilan tinggi memberikan pengrtian yang lebih terperinci mengenai

pengertian inisiasi menyusu dini (IMD) dibandingkan dengan informan yang

memiliki penghasilan yang lebih rendah yang hanya memberikan pengertian yang

singkat mengenai inisiasi menyusu dini (IMD). Hasil penelitian ini juga sejalam

dengan pendapat yang disampaikan oleh Zulkifli (2005) yang menyatakan bahwa

penghasilan dapat mempengaruihi perilaku seseorang baik dalam hal pengetahuan,

sikap dan tindakan seseorang akan sesuatu hal.

Universitas Sumatera Utara


81

5.1.4 Agama

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh informan beragama

Islam, dan tidak ada perbedaan mengenai pernyataan informan terhadap pengertian

dari inisiasi menyusu dini yang daat dilihat dari jawaban informan sebagai berikut

“Ya…. itu... ini.. ini... inisiasi menyusu dini, sebelum lahir itu udah di kasih
perawatan, setelah melahirkan langsung menyusui (Matriks 4 ; Informan 2)

“IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada puting susu ini baru
pertama bayi lahir, 15 menit pertama yaa... kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi dibersihkan lalu langsung diberikan
(untuk IMD)” (Matriks 4.2 ; Informan 1).

Dalam hal ini, terlihat bahwa seluruh informan yang beragama Islam

memiliki pengertian yang seragam mengenai inisiasi menyusu dii (IMD). Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Novita (2011)

yang menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap ajaran agama mengajarkan para

pemeluknya untuk senantiasa menjaga kesehatan agar dapat melaksanakan kegiatan

peribadatan secara optimal. Hal yang serupa juga dijelaskan hasil penelitian Dewi

(2015) yang menjelaskan bahwa pada setiap kesempatan biasanya seorang pemuka

atau tokoh agama akan menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para

jamaatnya pada saat proses peribadatan berlangsung ketika pemuka agama sedang

menyampaikan khotbah atau doa keselamanatan ketika beribadah, termasuk pesan-

pesan kesehatan dalam menjaga kehamilan, dan kesehatan pasca melahirkan.

5.1.5 Lama Bekerja

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa informan memiliki

pengalaman lama bekerja yang beragam mulai dari 7 tahun sampai dengan 19

Universitas Sumatera Utara


82

tahun, namun pengalaman lama bekerja informan tidak memengarui pengetahuan

informan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) dan memiliki pengertian yang

seragam dan relatif sama mengenai inisiasi menyusu dini (IMD). Jawab informan

berdasarkan pengalaman lama bekerja dapat dilihat sebagaimana berikut :

“Inisiasi menyusui dini, bayi baru lahir langsung diletakkan diatas perut ibu di
dekap lalu bayinya cari puting susu ibunya (Matriks 4.2 ; Informan 6 ; Lama
Bekerja > 15 tahun).

“IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada puting susu ini baru
pertama bayi lahir, 15 menit pertama yaa... kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi dibersihkan lalu langsung diberikan
(untuk IMD)” (Matriks 4.2 ; Informan 1; Lama bekerja dibawah < 15 tahun).

“Pelekatan antara puting dan mulut bayi” (Matriks 4.2; Informan 2; Lama bekerja
<15 tahun).

Seperti yang dinyatakan Notoatmodjo dalam penelitian Sari (2011)

lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang

didapatkan di tempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak

pengetahuan dan keterampilan yang didapatkantidak sejalan dengan hasil penelitia

ini yang mana lamanya wakttu bekerja informan tidak memengaruhi pengertian

informan menenai inisiasi menyusu dini (IMD).

5.2 Pengetahuan Informan mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Aspek pengetahuan yang akan digambarkan dalam penelitian ini adalah

mecakup pengetahuan informan tentang inisiasi menyusu dini (IMD), pengetahuan

informan tentang manfaat dari inisiasi menyusu dini (IMD), pengetahuan informan

tentang langkah-langkah atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan

pengetahuan informan tentang hubungan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan

kematian bayi.

Universitas Sumatera Utara


83

5.2.1 Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Adapun jawaban informan, ketika ditanyakan mengenai pengertian dari inisiasi

menyusu dini (IMD) adalah :

“IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada puting susu ini baru
pertama bayi lahir, 15 menit pertama yaa... Kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi dibersihkan lalu langsung diberikan
(untuk IMD)” (Matrik 4.2 : Informan 1)

“Memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir setelah dipotong tali pusatnya...
sesegera mungkin.. katanya paling lama 1 jam bayi itu menemukan puting susu
ibunya dan mulai menyusu, itu kalau bayi itu sehat” (Matriks 4.2 ; Informan 8).

Berdasarkan jawaban informan diatas menggambarkan bahwa pengertian

dari inisiasi menyusu dini (IMD) ialah inisiasi menyusu dini (early initiation) atau

permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu segera setelah lahir dengan

mencari sendiri payudara ibunya. Jadi, sebenarnya bayi dibiarkan kontak kulit bayi

dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the best crawl atau merangkak

mencari payudara, mencari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu. Informan

mendapatkan informasi mengenai inisiasi menyusu dini dari buku, pelatihan dan

seminar yang dilakukan mengenai pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan

pengalaman pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dari sesama bidan yang

bertugas untuk melaksanakan program inisiasi menyusu dini (IMD) tersebut.

Masih ada informan yang terlihat kebingugan ketika ditanya tentang IMD,

sehigngga menyatakan pendapatnya sebagai berikut :

“Ya…. itu... ini.. ini... inisiasi menyusu dini, sebelum lahir itu udah di kasih
perawatan, setelah melahirkan langsung menyusui supaya nanti bisa ASI
ekskluisif” (Matriks 4.2 ; Informan 4).

Universitas Sumatera Utara


84

Pernyataan informan tersebut menurut Roesli (2014) merupakan manfaat

dari ID. Tetapi jika diperhatikan kembali, ada perbedaan tekanan antara pendapat

informan ini dengan informan lainnya. Pernyataan bahwa IMD merupakan proses

untuk mencapai ASI eksklusiIf terkesan bahwa IMD dilakukan karena mengejar

target pencapaian pemberian ASI eksklusif pada bayi, sementara IMD dinyatakan

sebagai proses bayi dalam menyusu sendiri. Jika masih ada informan yang

memahami bahwa IMD adalah proses ibu menyusui bayi atau proses petugas

kesehatan dala memenuhi target kerja, maka akan berdampak pada pelaksanaannya.

Pemahaman tentang IMD merupakan hal yang sangat penting. Apabila

individu, keluarga, petugas kesehatan khususnya bidan di Puskesmas Mon

Geuding dan masyarakat telah memahami tentang pengertian, manfaat, serta

tujuan dari IMD, maka IMD dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat

diharapkan meningkatkan cakupan ASI eksklusif khususnya di kota

Lhokseumawe, dalam hal ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

hal pelaksanaan IMD tidak hanya sekedar tahu dan paham tetapi perlu

kesadaran dalam pelaksanaan, untuk terwujudnya hal tersebut tidak lepas dari

tingkat pengetahuan petugas untuk menginformasikan kepada ibu maupun kepada

masyarakat tentang pentingnya dan manfaat dari pelaksanaan IMD dalam

bentuk konseling maupun penyuluhan.

Pengetahuan informan mengenai durasi (lama) pelaksanaan IMD juga

beraneka ragam. Namun sebagian besar informan mengatakan bahwa IMD

dilaksanakan cukup selama 1 jam sampai bayi dilahirkan. Informan juga

memiliki pemahaman bahwa jika bayi berhasil mencapai puting susu ibu

Universitas Sumatera Utara


85

dalam waktu singkat (hitungan menit atau di bawah satu jam) setelah bayi

diletakkan di atas dada atau perut ibunya itu sudah cukup. Roesli (2014)

menuliskan bahwa tidak ada batasan waktu berapa lama bayi diletakkan di

atas dada atau perut ibu karena pelaksanaan IMD tidak hanya bertujuan untuk

melatih saraf motorik bayi namun juga mengembangkan hubungan atau ikatan

batin (bounding attachment) antara ibu dan bayi. Saat bayi berada di atas

perut atau dada ibu juga dapat membantu menstabilkan suhu tubuh bayi.

Sebagian besar informan mengetahui alasan yang memperbolehkan tidak-

dilaksanakannya IMD, salah satunya yaitu kondisi darurat yang terjadi pasca

persalinan. Kondisi darurat tersebut ialah perdarahan yang parah, bayi mengalami

kesulitan dalam proses pernapasan pasca persalinan, dsb). Hasil penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2011) dapat

disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan bidan tentang inisiasi

menyusu dini dengan praktek inisiasi menyusu dini, hal ini berarti bahwa bidan

yang memiliki pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini mereka akan

melakukan praktek inisiasi menyusu dini secara baik pula.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mardiana (2011) dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan

bidan tentang inisiasi menyusu dini dengan praktek inisiasi menyusu dini, hal ini

berarti bahwa bidan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu

dini mereka akan melakukan praktek inisiasi menyusu dini secara baik pula.

Universitas Sumatera Utara


86

5.2.2 Pengetahuan Informan Mengenai Manfaat Inisiasi Menyusu Dini


(IMD)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemahaman informan

mengenai manfaat IMD adalah sebagai berikut :

a. Untuk merangsang oksitosin sehingga keluarnya ASI dan untuk mengontraksi

rahim sehingga mencegah pendarahan, seperti pernyataan informan berikut :

“Yang kedua bisa untuk mengurangi pendarahan kan, jadikan bayi itu ketika
baru selesai dilahirkan masuk pada masa mengeluarkan plasenta, jadi bisa
dengan IMD kontraksi rahim bisa bekerja dengan baik dan menghentikan
pendarahan” (Matriks 4.7 ; Informan 1)

“Bagus, karena ada zat penting didalamnya. Pertama kolostrum yang sangat
baik untuk bayi, yang kedua untuk mencegah pendarahan bagi si ibu” (Matriks
4.3 ; Informan 7)

“Dapat merangsang pembentukan hormon supaya memperlancar


pembentukan dan pengeluaran ASI, supaya si bayi dapat zat antibodi langsung
dari ibunya” (Matriks 4.3 ; Informan 9).

Apa yang dikatakan oleh iforman senda dengan penjabaran dari Roesli

(2014) yang menjelaskan bahwa pada proses IMD hentakan kepala bayi ke dada

ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi

pada puting ibu merangsang pengeluran hormon oksitoksin. Hormon ini membantu

rahim berkontraksi sehingga membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi

pendarahan ibu, merangsang hormon lain yang membuat ibu lebih rileks,

menenangkan ibu dan bayi, dan merangang pengaliran ASI ke payudara.

b. Agar lebih dekat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, yang dinyatakan informan

pada pernyataan sebagai berikut :

“Pertama untuk apa yaa, kedekatan insting bayi itu, kasih sayang antara ibu dan
bayi lebih dekat’ (Matriks 4.7 ; Informan 1)

Universitas Sumatera Utara


87

“Yang ketiga mendekatkan hubungan ibu dan anak jadinya lebih mudah dekat dari
awal kelahiran si bayi” (Matriks 4.3 ; Informan 7).

“Dari segi psikologis menimbulkan kasih sayang ibu dan bayi” (Matriks 4.3 ;
Informan 8).

Pernyataan tersebut sama halnya dengan pernyataan Roesli (2014) yang

menyatakan bahwa bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih

baik pada saat kontak kulit antara ibu dan bayi secara langsung segera setelah

melahirkan.

c. Untuk mengenalkan lebih dini puting susu ibu kepada bayi, yang dinyatakan

oleh informan sebagai berikut :

“Terus bayinya, apa.. menghisap puting susu itu pas, jadi kalau tidak
dikenalkan sejak awal dia bisa saja gak bisa menyusu dengan baik” (Matriks 4.3 ;
Informan 8).

Pernyataan informan sesuai dengan pendapat Roesli (2014) bahwa proses

IMD yang memberi kesempatan bayi untuk menyusu senditi segera setelah

kelahirannya bertujuan agar bayi lebih mengenal puting susu ibunya sehingga tidak

ada celah untuk mengenal makanan lainnya, serta pemberian ASI secara eksklusif

kepada bayi dapat berjalan sampai seterusnya.

d. Agar bayi mendapatkan kolostrum ASI, yang disampikan pada pernyataan


informan sebagai berikut :

“Untuk antobodi si bayi, kekebalan. Pokoknya bermanfaat untuk bayi” (Matriks


4.3 ; Informan 2)

“Banyak sekali vitamin-vitamin didalam situ (kolostrum). Udah itu dia tidak basi
lagi. Baguslah pokoknya” (Matriks 4.3 ; Informan 5).

“Tahu.. banyak itu manfaatnya. Dengan begitu dapatlah si bayi itu zat antibodi
dari kelahirannya (Matriks 4.3 ; Informan 6).

Universitas Sumatera Utara


88

“Bagus, karena ada zat penting didalamnya. Pertama kolostrum yang sangat baik
untuk bayi” (Matriks 4.3 ; Informan 7).

“Supaya si bayi dapat zat antibodi langsung dari ibunya, supaya bayi sehat”
(Matriks 4.3 ; Informan 9).

Pernyataan informan sesuai dengan pendapat Roesli (2014) yang

menjelaskan bahwa kolostrum pada ASI penting untuk kethanan terhadap infeksi

terhadap serangan penyakit sebagai antibodi utama pada bayi yang baru dilahirkan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa manfaat inisiasi

menyusu dini secara umum adalah untuk mengkontraksi rahim sehingga mencegah

pendarahan, agar lebih dekat jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi, untuk

merangsang keluarnya hormon oksitosin agar dapat memperlancar produksi ASI,

untuk menghangatkan si bayi, dan agar anak mendapat kolostrum sebagai antibodi

untuk bayi agar si bayi dapat terhindar dari berbagai infeksi penyakit sehingga dapat

mencegah terjadinya kasus kematian bayi setelah dilahirkan.

5.2.3 Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah atau Tatacara


Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Hasil penelitian tentang pengetahuan informan terhadap langkah-langkah

atau tatacara melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dapat dilihat dari pernyataan

informan sebagai berikut :

“Begitu bayi lahir dipotong tali pusatnya, diangkat, ditelentangkan diatas


dada ibunya, kan disitu ada handuk diatas dada ibunya, disitu di lap, terus dengan
sendirinya si bayi akan mencari puting susu ibunya, terus kalau sudah menemukan,
biasanya langsung bisa menyusu” (Matriks 4.4 ; Informan 1).

“Setelah bayi dilahirkan yaa kita bersihkan si bayi dulu, kita potong tali
pusatnya terus kita ikat, barulah ditelungkupkan di dada si ibu, biarlah si bayi itu
merangkak sendiri, nyari puting si ibu, dan kalau udah ketemu biasanya si bayi
langsung meyusu sendiri (Matriks 4.4 ; Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


89

Pendapat informan tentang langkah-langkah IMD sama halnya dengan anjuran

Roesli (2014) yang menjelaskan bahwa langkah-langkah IMD ialah :

- Begitu bayi kahiir, bayi diletakkan di perut ibunya yang sudah dilapisi oleh

kain kering.

- Keringkan seluruh badan bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua

tangannya.

- Tali pusat dipotong, lalu diikat.

- Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak

dibersikan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

- Tanpa dibedong, bayi langsung ditelungkupkan di atas dada atau perut ibu

dengan kontak kulit ibu – bayi. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama, jika

perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya

dan agar bayi tidak kedinginanan,

- Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu daoat merangsang bayi

dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.

Ada terdapat perbedaan diantara bidan yakni bayi harus diselimuti atau

tidak perlu diselimuti. Sebnearnya bila bayi tidak diselimuti juga tidak akan

membuat bayi kedinginan, karena meurut hasil penelitian Nielas Bragman yang

dikutip oleh Roesli (2014) menjelaskan bahwa kulit ibu bersfat termoregulator

atau thermal sinchrony bagi suhu bayi, dalam artian bahwa kult ibu yang

melahirkan satu derjat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya

kedinginan , suhu kuit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi.

Universitas Sumatera Utara


90

Dan jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derjat untuk

mendinginkan bayi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa urutan

pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang dipahami oleh informan secara umum

setelah bayi lahir kemudian dipotong tali pusatnya, kemudin tali pusatnya diikat,

badan bayi dilap, kemudian bayi ditelungkupkan diatas dada ibunya dan

dibiarkan bayi mencari dan menemukan puting susu ibunya sendiri kemudian

menyusu.

5.2.4 Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi Menyusu Dini


(IMD) dengan Kematian Bayi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa informan memahami adanya

hubungan antara pelaksanaan IMD terhadap pencegahan kematian bayi. Menurut

sebagian besar informan, AS yang didapat dari proses IMSD membuat bayi kebal

terhadap infeksi penyakit dan dapat mencegah kematian, seperti pernyataan

informan sebagai berikut :

“Adalah.. kalau inisiasi kan bayinya tadi dikasih ASI, pasti lebih sehat. Nah kalau
dia tidak dikasih ASI kan otomatisnya tubuhnya jadi lemah, antibdodinya gak
bagus, dan mudah kena infeksi penyakit” (Matriks 4.5 ; Informan 1).

“Ada dek, nah ASI yang pertama keluar itu kan dia mengandung kolostrum, jadi
bagus untuk kesehatan bayi dan daya tahan tubuhnya, jadinya si bayi gak mudah
kena infeksi penyakit, jadi lebih sehat dia jadinya” (Matriks 4.5 ; Informan 4).

“Gizi dari kolostrum ASI sangat membantu untuk kekebalannya melawan kuman
penyakit. Apalagi lingkunganya kan baru untuk dia, yaa pasti banyak kuman atau
virus yang menginfeksi dan menyebabkan penyakit dan mengancam nyawa si
bayi” (Matriks 4.5 ; Informan 6).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua informan

menyatakan adanya hubungan antara pelaksanaan IMD dengan pencegahan

Universitas Sumatera Utara


91

kematian bayi, walaupun satu orang informan terlihat ragu dengan pendapatnya.

Sebagian besar informan menyatakan bahwa IMD dapat mencegah kematian bayi,

jika dibandingkan dengan pemberian susu formula atau makanan pendamping ASI

(MP-ASI) secara dini yang dapat menyebabkan bayi terkena diare dan menurunkan

kesehatannya bahkan bisa menyebabkan kematian, serta sebagian besar informan

menyatakan bahwa IMD dapat memberikan kesehatan dan memberikan kekebalan

terhadap penyakit karena mengandung zat antibodi yang dapat membantu

pembentukan dan penguatan sistem imunitas atau kekebalan tubuh bayi sehingga

tidak rentan terhadap berbagai serangan infeksi penyakit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pendapat Roesli (2014) yang

menjelaskan bahwa pelaksanaan IMD yang baik dan benar dapat mencegah

kematian bayi dengan persentase sebanyak 22%. Semakin baik pelaksanaan IMD,

maka resiko kematian bayi terus dapat berkurang.

5.3 Sikap Informan terhadap Pelaksanaam Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut

Lawrence Green ada tiga faktor utama yang menentukan perilaku yaitu pertama

faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

nilai-nilai tradisi dan sebagainya. Faktor yang kedua adalah pemungkin yaitu

sarana atau prasarana kesehatan. Faktor yang ketiga adalah faktor penguat

yaitu sikap petugas dan sikap masyarakat.

Sebagai bidan khususnya bidan sebagai penyedia jasa kesehatan di

layanan kesehatan seperti Puskemas bisa memberikan contoh dan sikap yang

Universitas Sumatera Utara


92

baik kepada setiap ibu-ibu hamil dan ibu yang mau melahirkan sehingga

mereka tidak segan-segan atau takut untuk bertanya yang berhubungan dengan

kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama dalam hal IMD, karena sikap yang baik

merupakan cermin dari kepribadian kita apalagi kegiatan IMD merupakan cara

yang terbaik dalam meningkatkan agar bayi dapat menyusu secara dini

sehingga diharapkan keberhasilan ASI Eksklusif akan tercapai. Secara umum

sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk berespon ( secara positif

atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung

suatu penelitian emosional (senang, benci, sedih dsb), disamping itu komponen

kognitif (pengetahuan tentang objek itu) serta aspek konatif (kecendrungan

bertindak).

Adapun aspek sikap informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri

dari sikap informan terhadap pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir,

sikap terhadap ketidaksetujuan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), sikap

terhadap penerapan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), respon informan

terhadap pemberian makanan selain ASI pada bayi baru lahir, dan harapan informan

tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).

5.3.1 Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula pada Bayi Baru
Lahir

Adapun hasil penelitian tentang sikap informan terhadap pemberian susu formula

kepada bayi yang baru lahir dapat dilihat pada pernyataan berikut :

“Yaaa dilarang.. tak baik bayi baru lahir langsung dikasih susu formula, kalau
si ibu masih bisa memberikan ASI kenapa harus dikasih susu formula kan dek,
yaudahlah ASI eksklusif paling baik untuk si bayi” (Matriks 4.6 ; Informan 1)

Universitas Sumatera Utara


93

“ Ngapain kita kasih-kasih MP-ASI untuk bayi baru lahir, kan gak cocok, kalau
ada yang begitu kita bilang aja kasih ASI saja, jangan dikasih yang lain-lain dulu
(Matriks 4.6 ; Informan 4)

“Gak boleh lah, nanti bisa diare dan kena penyakit lainnya, sistem pencernaan
bayi kan belum terlalu baik kalau langsung dikasih makanan lain selain
ASI”(Matriks 4.6 ; Informan 5).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua informan

menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pemberian susu formula pada bayi baru

lahir. Susu formula dianggap tidak baik untuk diknsumsi oleh bayi baru lahir karena

dapat menyebabakan berbagai gangguan kesehatan atau kejadian kasus penyakit

seperti diare, alergi, dan usus berlipat yang dapat mengancam nyawa si bayi. Hasil

penelitian ini sejalan dengan pendapat Roesli (2014) yang menjelaskan bahwa

beberpa penyakit yang akan mengintai bati ketika langsung diberikan susu formula

ialah bayi menjadi lebih mudah terkena diare, meningkatkan resiko alergi,

menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko kegemukan

(obesitas), dan meningkatkan resiko kematian bayi karena diare.

5.3.2 Sikap Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sikap informan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dapat

dilihat pada jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau untuk kesehatan, yaa wajib di dukung, kan memang sudah jadi program
untuk menyelamatkan bayi baru lahir dan mengurangi resiko kematiannya kan.
Kami sih dari tenaga kesehatan pasti mendukung”. (Matrik 4.7; Informan 1).

“Ini program yang bagus jadi kalau bisa memang kita pertahankan dan senantiasa
harus ditingkatkan, apalagi sekarang kondisi kesehatan ibu dan bayi merupakan
hal yang sangat penting untuk bisa diperhatikan (Matrik 4.7 ; Informan 8).

Seluruh informan tidak setuju pada pernyataan bahwa susu formula dapat

menyamai keunggulan ASI. Informan mengatakan bahwa tidak ada makanan atau

Universitas Sumatera Utara


94

minuman lain yang dapat menggantikan manfaat atau kegunaan ASI. Semua

informan mengatakan bahwa sangat mendukung pelaksanaan inisiasi menyusu dini

(IMD) yang dilaksanakan di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe karena

memiliki banyak manfaat baik untuk kesehatan bayi maupun ibu.

Hasil penelitian terhadap variabel sikap informan juga sejalan dengan

penelitian Sari (2011) yang menyatakan sikap bidan yang negatif mengenai

inisiasi menyusu dini disebabkan kerena kurangnya pemahaman tentang inisiasi

menyusu dini atau juga bidan tidak sabar dalam melakukan prosedur inisiasi

menyusu dini kerena ini memerlukan waktu yang lama.

5.3.3 Sikap Informan terhadap Pemberian Makanan Selain ASI pada Bayi

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka terhadap

pemberian makanan selain ASI pada bayi setelah dilahirkan di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe, maka informan memberikan jawaban sebagai berikut

“Oooh kadang saya marah, kan udah ada ASI, ngapain kasih yang lain-lain
lagi, kan bayi pun belum bisa makan apa-apa, orang masih bayi” (Matriks 4.8 ;
Informan 1).
Selama di Puskesmas gak ada yang ngasih apa-apalah sama bayinya. Kan
udah kita kasih tahu untuk gak ngasih apa-apa dulu selain ASI, biasanya mereka
gak berani (Matriks 4.8 ; Informan 3).
“Sebenarnya yaa gak bolehlah, karena sistem pencernaan bayi kan gak
sama dengan orang dewasa, nanti kalau udah dikasih makanan selain ASI justru
malah jadi berbahaya, dan bayi bisa sakit, yaa sebagai bidan kita kasih penyuluhan
kalau setelah lahir sampai usia 6 bulan bayi cukup dikasih ASI saja, yaa itulah
yang ASI eksklusif itu kan” (Matriks 4.8 ; Informan 9).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua informan menyatakan

bahwa mereka tidak setuju jika ada pemberian makanan selain ASI seperti madu,

Universitas Sumatera Utara


95

pisang, dan lainnya kepada bayi baru lahir. Bahkan informan mengupayakan agar

makanan tersebut tidak diberikan kepada bayi, dan merekomendasikan bahwa

makanan terbaik untuk bayi setelah dilahirkan ialah ASI saja.

Sikap informan yang tidak setuju terhadap pemberian makanan tambahan

sejalan dengan amanah Menteri Kesehatan yang termuat dalam Kepmenkes RI

No.450/MENKES/IV/2004, yang menjelaskan bahwa makanan tambahan baru bisa

diberikan saat usia bayi lebih dari 6 bulan. Makanan selain ASI, apapuin itu

memang tidak baik untuk bayi yang belum berusia 6 bulan, dikarenakan sistem

pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum

mampu mencerna makanan selain ASI. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Roesli

(2014) yag menjelaskan bahwa makanan selain ASI mengandung zat putih telur

yang bukan berasal dari susu manusia. Jika dipaksakan maka akan mengganggu

pertumbuhan fungsi usus dan menyebabkan alergi.

5.3.4 Harapan Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini


(IMD)

Ketika informan ditanya akan pandangan dan pendapat mereka mengenai

harapan informan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe, maka informan memberikan jawaban sebagai

berikut :

“Yaa semoga pelaksanaannya semakin baik yaa, kita sih berharap begitu
ya, semoga semua bidan di Puskesmas Mon Geudong lebih paham tentang IMD
(Matriks 4.9 ; Informan 1).
“Pastinya sih lebih baik lagi yaa kedepannya, lebih banyak lagi pelatihan-
pelatihan tentang IMD dan ASI, biar kami para bidan di Puskesmas ini jadi lebih
paham lagi, gak bingung kalau ditanya kayak gini, hehehe...” (Matriks 4.9 ;
Informan 3).

Universitas Sumatera Utara


96

“Harapan saya yaa para bayi yang dilahirkan disini banyak yang IMD dan
mendapatkan ASI eksklusif agar sehat semuanya (Matriks 4.9 ; Informan 7)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua

informan menyatakan bahwa mereka berharap IMD dapat terus diterapkan di

Puskesmas, ada juga informan yang berharap agar dibuatnya aturan yang tegas

tentang pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi, agar semakin banyak bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif dan mencapai derajat kesehatan yang terbaik.

Harapan informan tersebut dapat terwujud apabila proses IMD benar-benar

dilaksanakan secara maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan

oleh Fika dan Syafiq (2013) yang dukutip oleh Roesli (2014) yang menjelaskan

bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kal lebih

berhasil untuk memberikan ASI eksklusif pada 6 bulan berikutnya.

Selain harpan agar pelaksanaan IMD dapat meningkatkan pemberian ASI

eksklusif pada bayi, informan lainnya juga memberikan harapan sebagai berikut :

“Maunya dibuat peraturan yang tegas tentang pelaksanaan IMD dan


pemberian ASI eksklusif ini, soalnya sekarang kan gak ada sanksi kalau gak ngasi
ASI, saya rasa kalau dibuat sanksi pasti pada mau ngasih ASI ekslusif semuanya,
tapi yaa pastinya gak semudah itulah kan ngasih sanksi ke orang” (Matriks 4.9 ;
Informan 8).

Berdasarkan pernyataan diatas, informan sangat berharap adanya aturan

yang tegas tentang pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif pada bayi, Saat

ini memang belum ada peraturan yang tegas tentang pelaksanaan IMD. Tetapi

peraturan tentang ASI telah dibuat melalui SK Menkes RI Nomor 450 tahun 2004,

meskipun tidak ada sanksi yang tegas jika tidak memberikan ASI eksklusif.

Harapan informan jika tercapau memang akan menurunkan angka kematian

bayi, sesuai dengan hasl penelitian Karen Edmond (2006) yang dikutip oleh Roesli

Universitas Sumatera Utara


97

(2014) yang menjelaskan bahwa IMD dapat menurunkan 22% resiko kematian bayi

pada usia 28 hari. Menurut penulis, harapan yang dimiliki oleh informan hendaknya

menjadi modal yang besar bagi informan untuk bersemangat dalam memaksimakan

pelaksanaan IMD di Puskesmas Mon Geuding kita Lhokseumawe untuk

meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif dan penurunan resiko kematian

pada bayi dan ibu pasca melahirkan.

5.4 Tindakan Informan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan . Untuk mewujudkan

sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi

melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan. Artinya apabila pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif

secara otomatis tindakan seseorang tersebut akan baik. Namun beberapa

penelitian juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu melalui

tahap-tahap tersebut (Notoatmodjo,2010).

Adapun aspek tindakan informan yang digambarkan dalam penelitian ini terdiri

tindakan informan dalam melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini

(IMD) pada pasien, tindakan informan tentang ASI dan inisiasi menyusu dini pada

keluarga pasien, san pelaksanaan inisiasi dini pada pada pasien, serta kendala dari

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong

kota Lhokseumawe.

Universitas Sumatera Utara


98

5.4.1 Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI dan


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien

Hasil wawancara dengan informan tentang tindakan infroman dalam

melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe, para informan memberikan jawaban

sebagai berikut :

“ Iya jelas kita kasih ya, kita sosialisasikan sama ibu-ibu kalau IMD dan
ASI itu penting agar terlaksana dengan baik. Kalau lagi Posyandu atau kalau lagi
cek kesehatan ke Puskesmas, kadang ada juga kita kunjungan ke rumah yaa. Gak
tentu berapa kali, tapi gak banyak-banyaklah karena kan bukan cuma IMD dan ASI
saja kita kasih tahu, ada juga perawatan kehamilan, dan sebagainya. Gak tentu
yaa waktunya kadang 1 jam, kadang cuma 15 menit, gak tentulah pokoknya”
(Matriks 4.10 ; Informan 1)

“Iya itu haruslah, kan itu penting biar tahu orang itu apa itu IMD, jadi mau
melakukannya. Waktu itu orang datang ke Puskesmas, atau kalau ada penyuluhan
kita kasih tahu. 3 sampai 4 kali, yaa tergantung berapa kita ketemunya lah, tapi
adalah kita kasih tahu. Gak lama-lama lah, bentar aja yang penting apa yang mau
kita sampaikan itu sampai ke dia dan mengerti” (Matriks 4.10 ; Informan 3).

“Yaa kami laksanakan, pas ibu hamil periksa, pas melahirkan, di Posyandu,
kunjungan ke rumah juga, sekali sebulan. Sebetulnya konsultasi ibu itu harusnya
lama, apalagi untuk ibu pekerja, disini rata-rata ibu pekerja. Cuma kita gak
memaksa dia supaya lama, karena mereka buru-buru dan harus kembali bekerja.
Jadi cuma sebentar saja, setengah jam paling, padahal mereka butuh info banyak
perihal kesehatan bayi dan ibu sebelum dan sesudah melahirkan” (Matriks 4.10 ;
Informan 8).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua

informan menyatakan bahwa mereka mensosialisasikan pentingnya ASI dan

inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasiennya. Kegiatan penyuluhan dan kosultasi

mengenai ASI dan inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat

pemeriksaan kehamilan di Puskesmas, kegiatan di Posyandu, dan kunjungan rumah

pasien (home visit). Lamanya kegiatan penyuluhan atau konsultasi kesehatan yang

dilakukan informan sangat beragam mulai dari hanya beberapa menit, setengah

Universitas Sumatera Utara


99

jam, sampai dengan dua jam. Tindakan informan tersebut sesuai dengan panduan

dalam pemberian pendidikan atau konseling kebidanan yang diungkapkan oleh Rita

dan Tri Johan (2009), dimana konseling tentang ASI pada ibu hamil dilakukan sejak

usia kandungan ≤ 36 minggu sampai ≥ 36 minggu.

5.4.2 Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI dan


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga Pasien

Hasil wawancara dengan informan tentang tindakan infroman dalam melakukan

sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe, para informan memberikan jawaban sebagai

berikut :

“Iyaa, sama keluarganya juga saya sosialisasikan, terutama kepada suami


untuk mendukung istrinya supaya mau IMD. Kadang kan ada waktu dia cek
kehamilan atau pada waktu kita home visit kerumah. Banyak yaa hal-hal yang kita
sosialisasikan, salah satunya yaa itu tentang ASI dan IMD. Yaa supaya
keluarganya juga tahu terus mau mendukung pelaksanaannya” (Matriks 11 ;
Informan 1).

“Iya ada juga kita sosialisasikan sama keluarganya, karena itu kan perlu ya.
Kadang kan ada ibu-ibu yang diantar sama suaminya ke Puskesmas, yaa disitulah
kita kasih tahu ke suaminya kalau bapak harus support ibu ya, karena kan kami
gak bisa pantau 24 jam, jadi itu tugas bapak dan keluarga ya, gitu kita kasih tahu.
Yaa kita kasih tahulah kalau IMD itu penting dan banyak manfaatnya jadi harus
dilaksanakan supaya bayi dan ibunya sehat. Kayak yang ibu bilang tadi karenakan
kami gak bisa pantai 24 jam, kalau dia lagi dirumah jadi tugas keluarganya lah
untuk mendukung pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif” (Matriks 4.11 ; Informan
2).

Iyaa, ada kalau ada keluarganya datang, adalah kita suluh mereka tentang
IMD, yaa pas melahirkan itu lah, kalau ada suaminya atau yang menemani ibu tadi
periksa hamil, ya kita suluh juga. Cuma jarang-jarang juga disini ditemani ibunya.
Saya rasa 5 menit adalah kami sampaikan sama keluarganya, supaya mereka tahu,
nanti kalau gak kita suluh apa gak terkejut mereka lihat bayinya ditelungkupkan
gitu aja ke badan ibunya (Matriks 4.11 ; Informan 7).

Universitas Sumatera Utara


100

Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua

informan menyatakan bahwa mereka mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif

dan inisiasi menyusu dini (IMD) pada keluarga pasien. Kegiatan penyuluhan dan

kosultasi mengenai ASI dan inisiasi menyusu dini (IMD) dilaksanakan pada saat

pemeriksaan kehamilan di Puskesmas, kegiatan di Posyandu, dan kunjungan rumah

pasien (home visit). Hal ini dilakukan agar keluarga pasien mengerti tentang

pentingnya inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif serta mau mendukung

pelaksanaannya.

Selain pemberian informasi tentang ASI pada keluarga pasien ketika pasien

melahirkan, penting juga disampaikan kembali informasi tersebut kepada keluarga

pada masa perawatan ibu untuk mengingatkan dan menegaskan kembali bahwa

pemberian ASI ekslusif harus dilaksanakan sampai usia bali mencapai 6 bulan dan

setelah itu baru bisa diberikan makanan pendamping ASI atau MP-ASI.

5.4.3 Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


pada Pasien

Hasil wawancara dengan informan tentang tindakan informan dalam

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon Geudong

kota Lhokseumawe, para informan memberikan jawababn sebagai berikut :

“Iya , pernah. Sejak dapat pelatihan tentang IMD itu ya, tapi sekarang sudah
agak jarang juga.Udah berapa kali yaa... lupa lah, tapi gak banyaklah karena
kadang kita gantian sama kawan, tapi pernah lah ya” (Matriks 4.12 ; Informan 1).

“Iya pernah lah, sering pun, kalau anak dan ibunya memungkikan untuk kita
kasih IMD pasti dikasih. Yaaa sejak ikut pelatihan itulah, karenakan disitu dibilang
di peraturan jadi harus dibuat.Yaaaah.... udah banyak lah dek udah gak terhitung
lagi abis bayi dilahirkan” (Matriks 4.12 ; Informan 4).

“Iya pernah, hampir semua yang saya tolong gak ada masalah seperti
pendarahan atau bayinya asfiksia, saya buat IMD. Udah banyaklah kalau dikira-

Universitas Sumatera Utara


101

kirakan kurasa udahlah 20 an, lebih pun mungkin. Kenapa saya lakukan, namanya
kita udah ikut pelatihan, yaa pa yang kita dengar harus kita sampaikanlah, kita
terapkan. Kalau yang meganjurkan, saya kira gak ada ya, karena kan itu tadi,
namanya saya sudah ikut pelatihan, jadi saya sendiri harus melakukannya”
(Matriks 4.12 ; Informan 7).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan infroman dalam

melakukan tindakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe, semua informan menyatakan bahwa

mereka pernah melakukan asuhan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien. Semua

informan sudah berpengalaman dalam melaksanakan IMD dan tidak ada seorang

informan pun yang terpaksa melaksanakannya. Secara umum proses inisiasi

menyusu dini (IMD) dilakukan oleh informan adalah ketika bayi lahir kemudian

dipotong tali pusatnya, bayi di lap badanny, kemudian ditelungkupkan diatas dada

ibunya dan membiarkan bayi mencari puting susu dan kemudian menyusu sendiri.

Saat bayi ditelungkupkan ke badan ibunya bayi harus diselimuti agar tidal

hypotermi (kedinginan), beberapa informan juga menyatakan pelaksanaan inisiasi

menyusu dini (IMD) diawali dengan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya

terlebih dahulu, agar pasien dan keluarganya mengerti dan mendukung tindakan

inisiasi menyusu dini (IMD) yang akan dilaksanakan.

Lamanya waktu untuk bayi menemuka nputing susu ibunya sangat

bervariasi. Menurut sebagian besar informan, waktunya berkisar antara 15 menit

sampai dengan 1 jam. Lamanya waktu bayi menemukan puting susu ibunya sangat

tergantung pada kondisi bayi. Jika bayi dengan kondisi yang sehat, tidak terdapat

gangguan pernafasan dan lainnya, maka akan cepat menemukan puting susu ibunya

dan menyusu. Sedangkan bayi dengan kondisi tidak sehat seperti terjadi gangguan

Universitas Sumatera Utara


102

pernafasan (aksfiksia) maka akan lama menemukan puting susu ibunya dan mulai

menyusu pertama kalinya.

Setelah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), menurut semua informan

ibu dan bayi diletakkan pada ruang rawat khusus ibu dan bayi dimana bayi dengan

tempat tidurnya, diletkakan disamping ibunya atau dirawat dalam satu ruangan.

Menurut informan, perlakuan tersebut bertujuan agar terjalin kasih sayang lebih erat

antara ibu dan bayi dan supaya ibunya lebih gampang menyusi anaknya tanpa harus

banyak bergerak.

Tenaga kesehatan sebagai salah satu pihak yang berperan dalam proses

persalinan memegang peranan penting dalam mendukung pelaksanaan IMD pada

ibu dan bayi karena tenaga kesehatan merupakan orang yang paling dekat dengan

ibu saat proses persalinan selain keluarga sehingga mereka adalah pihak yang

pertama membantu ibu melakukan penyusuan dini. Tenaga kesehatan seyogiyanya

melaksanakan peran dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Dalam

hal pelaksanaan IMD, tenaga kesehatan juga seharusnya tetap melaksanakan

kecuali ada pertimbangan indikasi medis saat proses persalinan berlangsung.

Proses persalinan akan membuat ibu mengeluarkan tenaga yang lebih

sehingga memungkinkan kondisi fisik sang ibu menjadi sangat lemah pasca

bersalin. Oleh karena itu tenaga kesehatan perlu menyadari perannya yang

besar yaitu menjadi motivator bagi sang ibu untuk mau tetap melaksanakan

IMD walaupun kondisi fisik yang sangat lemah.

Hasil penelitian Lubis (2000) juga berpendapat bahwa keberhasilan

pemberian ASI dan tindakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sangat

Universitas Sumatera Utara


103

bergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan dan dokter. Merekalah

orang pertama yang membantu ibu bersalin untuk melakukan pemberian ASI

kepada bayi sehingga petugas kesehatan harus mengetahui tata laksana laktasi

yang baik dan benar serta petugas kesehatan harus selalu memberikan dukungan

terhadap pemberian ASI.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Zulfayeni (2004)

bahwa dukungan pelayanan kesehatan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

yang dimulai dari masa pemberian asuhan inisiasi menyusu dini pada bayi baru

lahir. Ibu-ibu yang kurang mendapat dukungan pelayanan kesehatan dan tidak

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD akan berisiko 1,66 kali untuk tidak

memberikan ASI kepada bayinya..

5.4.4 Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien

Hasil wawancara dengan informan tentang kendala atau hambatan yang

dirasakan informan dalam melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di

Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe, para informan memberikan jawaban

sebagai berikut :

“Kalau kendala pasti ada ya, kadang si bayi enggak memungkinkan untuk
diberikan IMD atau kondisi si ibu yang gak memungkinkan. Tapi jarang, sebagian
besar bisa kita lkukan IMD” (Matriks 4.13 ; Informan 1).

“Hambatan gak ada yaa gimana-gimana gitu ya, tapi kadang kalau air susu
ibunya gak ada yaa mau keluar setelah melahirkan. Gimana lagi, kan gak kita
kasihlah. Tapi kalau bisa, pasti kita lakukan IMD” (Matriks 4.13 ; Informan 6).

“Ya itu tadi, apa bayi sama ibuya baik-baik saja, kalau kondisi mereka
mengkhawatirkan, misalnya ibunya mengalami pendarahan, hebat atau bayinya
aksfiksia berat, ya gak mungkinlah kita paksain untuk IMD” (Matriks 4. 13 ;
Informan 8).

Universitas Sumatera Utara


104

Berdasarkan hasil penellitian tentang hambatan yang dirasakan informan

terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe, diketahui bahwa sebagian besar informan

menyatakan tidak menemukan kendala atau hambatan dalam melakanakan tindakan

inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien atau ibu yang melahirkan di Puskesmas

Mon Geudong kota Lhokseumawe. Sedangkan beberapa informan lainnya

menyatakan menemui kendala melaksanakan IMD jika ibu dan bayi dalam kondisi

mengkhawatirkan, seperti pendarahan atau aksfiksia, atau karena ASI ibu tidak

keluar saat akan dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

Menurut penulis, hambatan yang dirasakan oleh informan sebenarnya tidak

terlalu masalah. Jika terjadi pendarahan, justru menurut Roesli (2014) menjelaskan

bahwa proses IMD dapat mengehntikan pendarahan drngn kontak kulit anatara ibu

dengan bayi dan rangsangan oksitoksin. Informan dapat memberikan pertolongan

pada pendarahan ibu sambil tetap melakukan proses IMD., beri kesempatan pada

bayi untuk melakukan kontak kulit dan proses IMD lainnnya. Jika bayi menglami

aksfiksia, informan memang harus memberikan pertolongan cepat agar asfiksia

dapat diatasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2011) yang

menjelaskan bahwa apabila bayi mengalami gangguan setelah dilahirkan seperti

terjadinya aksfiksia pada bayi, maka proses IMD harus ditunda, dan segera

memberikan pertolongan kepada bayi untuk mengatasi gangguan aksfiksia tersebut,

apabila gangguan aksfiksia sudah dapat teratasi, serta memungkinkan untuk

Universitas Sumatera Utara


105

dilakukan inisasi menyusu dini, maka barulah tindakan IMD dapat dilaksanakan

melalui asuhan bidan terhadap ibu yang baru melahirkan untuk melaksanakan IMD.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai plaku

bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu doni di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Gambaran karakteristik informan yaitu informan berusia 29 - 49 tahun,

telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang Diploma-III Kebidanan,

memiliki penghasilan Rp. 1.450.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-.

beragama Islam, dan lama bekerja di 7 - 19 tahun di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe.

2. Gambaran pengetahuan informan memiliki kategori yang baik dalam hal

pengetahuan informan telah mengetahui dengan baik mengenai inisiasi

menyusu dini (IMD), mengetahui manfaat dari inisiasi menyusu dini

(IMD), telah mengetahui langkah-langkah atau tatacara melakukan inisiasi

menyusu dini (IMD), dan mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini

(IMD) dengan kematian bayi.

3. Gambaran sikap informan memiliki kategori yang baik dalam hal sikap

informan tidak menyetujui jika bayi diberikan susu formula, informan

saangat mendukung pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), informan

sangat mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir, dan

harapan informan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) yang

harus senantiasa ditingkatkan dan diaksanakan secara berkelanjutan.

106
Universitas Sumatera Utara
107

4. Gambaran tindakan informan memiliki kategori yang baik, informan telah

melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada pasien dan

keluarga keluarga pasien, dan telah melaksankan asuhan inisiasi menyusu

dini (IMD) pada pada pasien, serta informan menilai tidak ada kendala atau

hambatan yang berarti dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada

pasien di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yang berkaitan dengan penelitian yang

telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada bidan yang bekerja di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe, dapat senantiasa meningkatkan pemberian informasi

melalui penyuluhan dan konsultasi kesehatan mengenai pentingnya IMD

dan manfaat dari IMD, serta senantiasa meningkatkan penerapan standar

pelayanan kebidanan pada ibu tentang inisiasi menyusu dini (IMD) di

wilayah kerjanya sebagai upaya aktif dalam menurunkan dan mencegah

terjadinya kematian bayi dan ibu pasca melahirkan di Puskesmas Mon

Geudong kota Lhokseumawe.

2. Diharapkan kepada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong

untuk mau menerima asuhan bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini

(IMD) dan mau melaksanakan pemberian ASI eksklusif secara

berkelanjutan setelah pelaksanaan asuhan IMD yang dilakukan oleh bidan,

serta intensif melakukan pemeriksaan kehamilan dan berkonsultasi dengan

Universitas Sumatera Utara


108

bidan perihal permasalahan kehamilan di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe.

3. Diharapkan kepada keluarga ibu hamil baik itu suami, orang tua, mertua,

maupun kerabat dan sebagainya untuk memberikan dukungan yang baik

kepada ibu hamil agar mau melakukan asuhan kebidanan dalam hal

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan senantiasa mendengarkan

informasi dan penyuluhan kesehatan mengenai manfaat IMD yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Mon Geudong kota

Lhokseumawe.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amori, Akhmad. 2013. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan


Perawatan Bayi. Yogyakarta : Andi Press.

Asep, Candra. 2011. Pentingnya Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : EGC.

Az-Zamawi, Abdul Fatah. 2004. Metode Praktis Penelitian Sosial Masyarakat.


Solo: Iltizam.

Dayati, Murti. 2011. Keperawatan Maternal. Jakarta : EGC.

Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku


Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Edberg, Mark, 2009. Buku Ajar : Kesehatan Masyarakat dan Teori Sosial dan
Perilaku. Jakarta : EGC.

Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta :


EGC

Hasanah, Dwi. 2014. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
Di Klinik Bersalin Swasta Medan Tembung Tahun 2014 (Skripsi).
Medan : FKM USU.

Hernawati, Anik. 2014. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta : CV.Trans
Info Media

Hidayat, A. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Bhinneka Cipta.

Ircham. 2005. Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam Masyarakat. Jakarta :


Rhineka Cipta.

Kemenkes RI. 2010. Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam


Pembangunan Derajat Kesehatan. Diakses dari
http://depkes.go.id/_asset/_download/Optimalisasi/Pelayanan%20Kesehat
an%Masyaraka%204%202010.pdf pada 18 April 2016.

__________. 2011. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai Tindakan Penting


Ibu Segera Setelah Melahirkan. Jakarta : Kemenkes RI.

Universitas Sumatera Utara


__________. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Kemenkes RI.

Mandy, Zarfiel, Sudarti. 2010. Perencanaan Pendidikan Kesehatan


Sebuah Pendekatan Diagnostik. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI.

Maramis. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya :


Universitas Airlangga.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Niswah, Harinah. 2011. Asuhan Kebidanan Pasca Melahirkan. Jakarta : EGC.

Nover, Amalia. 2011. Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan


Pelaksanaan IMD di Wilayah Puskesmas Tj.Morawa Medan (Skripsi).
Medan : FKep USU.

Notoatmodjo, S _. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka


Cipta.

Prasetyono. 2013. ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press.

Roesli, U. 2014. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.

Sari, Hennyta. 2015. Gambaran Peran Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi


Menyusui Dini di Wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun
2015 (Skripsi). Medan : Fkep USU.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan


Kualitatif). Bandung : Alfabeta.

Sumarah, Amelia, dan Kusnomoputri. 2013. Aspek Kebidanan Komunitas.


Jakarta : EGC

Surdjani, 2013. Peta Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan


Millennium. Jakarta : Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Utami, Ningsih, 2012. Pendidikan Parental Ibu dan Bayi. Jakarta : Rhineka
Cipta.

Universitas Sumatera Utara


Yulianty, R. 2013. Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan
(Skripsi). Medan : FKM USU.

Zulkifli, 2005. Pengobatan Alternatif Sebagai Pengobatan Tradsional HaruS


Dilestarikan. Medan : Karya Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 :
Hasil Wawacara Mendalam
Gambaran Pengetahuan Informan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Informan Response
IMD itukan... Pengenalan yaa, pengenalan bayi pada
puting susu ini baru pertama bayi lahir, 15 menit
pertama yaa... kalau tidak salah itu harus diberikan
langsung karena skin to skin setelah lahir bayi
dibersihkan lalu langsung diberikan (untuk IMD).
Informan 1
Alhamdulillah namanya bidan ya.. pernah ada
pelatihan dulu kita tentang konseling ASI, konselor yaa
dan tau dari buku-buku juga. Sudah lama yaa tahu
tentang IMD, sebelum ikut pelatihan itu juga sudah
tahu.
Pelekatan antara puting dan mulut bayi. Tahu dari
Informan 2 waktu kuliah terus ikut pelatihan juga dikasih tahu
tentang IMD yang baik itu seperti apa.
Inisiasi menyusu dini atau menyusu segera kalau gak
salah. Tahu dari kuliah dan tindakan keseharian, terus
Informan 3
sesama bidan disini kan saling mengajarkan satu sama
lain juga.
Ya…. itu... ini.. ini... inisiasi menyusu dini, sebelum lahir
itu udah di kasih perawatan, setelah melahirkan
Informan 4 langsung menyusui. Sudah lama tahu tentang IMD,
pernah ikut pelatihan dan seminarnya juga tentang
pentingnya melahirkan dengan asuhan IMD.
Inisiasi menyusu dini, menyusui segera setelah bayi
Informan 5 baru lahir yaa.. Tahu dari buku, dari masa kuliah, ada
juga praktek menerapkannya dengan pasien.
Inisiasi menyusui dini, bayi baru lahir langsung
diletakkan diatas perut ibu di dekap lalu bayinya cari
puting susu ibunya, yaa tahu dari baca-baca buku, terus
Informan 6
ikut pelatihan khusus tentang IMD, apalagi itukan
sudah jadi program yaa disini, kalau ibu-ibu
melahirkan harus diberikan asuhan tentang IMD.
Memberikan kesempatan bayi untuk memperoleh ASI
sendiri segera setelah bayi lahir, segera setelah kita
Informan 7
potong tali pusatnya langsung kita,, eeee.. ee... apa itu
namanya.. susukan kepada ibunya.
Memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir setelah
Informan 8 dipotong tali pusatnya... sesegera mungkin.. katanya
paling lama 1 jam bayi itu menemukan puting susu

Universitas Sumatera Utara


ibunya dan mulai menyusu, itu kalau bayi itu sehat..
kata dokter waktu seminar itu. Nah tadi itu dilakukan
kan juga dalam kondisinya pun udah disiapkan .. yaa
kita anjurkan lah untuk IMD biar bayinya sehat dan
bagus juga kan untuk si ibunya.
Memberi ASI segera setelah bayi lahir. Itulah dia yaa
kan? Dimana. Sejak bayi lahir yaa langsung setelah
dibersihkan kita baringkan si bayi ke dada ibunya, biar
si bayi nyari sendiri puting si ibu dan mulai menyusu.
Informan 9
Pernah ikut seminar dan pelatihan IMD, udah jadi
program juga disini, terus ibu-ibu yang mau
melahirkan beberapa udah tahu dan minta dilakukan
IMD kalau bayinya sudah lahir.

Gambaran Pengetahuan Informan tentang Manfaat dari Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Informan Response
Pertama untuk apa yaa, kedekatan insting bayi itu,
kasih sayang antara ibu dan bayi lebih dekat, yang
kedua bisa untuk mengurangi pendarahan kan, jadikan
bayi itu ketika baru selesai dilahirkan masuk pada
Informan 1
masa mengeluarkan plasenta, jadi bisa dengan IMD
kontraksi rahim bisa bekerja dengan baik dan
menghentikan pendarahan, pokoknya bagus IMD itu
kalau dilaksanakan dengan benar.
Untuk antobodi si bayi, kekebalan. Pokoknya
Informan 2
bermanfaat untuk bayi.
Bagus sekali karena itukan untuk bayi mrnyusui
sendiri/dini, untuk ibu bagus untuk bayi juga bagus.
Informan 3
Tumbuh kembang bayi nanti bagus dan sehat dan sehat
untuk ibunya juga.
Manfaatnya banyak, untuk kekebalan tubuh, daya
Informan 4
tahan tubuhnya dia (bayi).
Banyaklah, IMD yang pertama itu kan susu gantung
yaa, haa... haa... haa.. mudah, terus banyak juga
Informan 5 fungsinya, banyak sekali vitamin-vitamin didalam situ
(kolostrum). Udah itu dia tidak basi lagi. Baguslah
pokoknya.
Tahu.. banyak itu manfaatnya. Dengan begitu dapatlah
Informan 6
si bayi itu zat antibodi dari kelahirannya.
Bagus, karena ada zat penting didalamnya. Pertama
Informan 7 kolostrum yang sangat baik untuk bayi, yang kedua
untuk mencegah pendarahan bagi si ibu, yang ketiga

Universitas Sumatera Utara


mendekatkan hubungan ibu dan anak jadinya lebih
mudah dekat dari awal kelahiran si bayi, terus kalau
udah ASI, si ibu gak perlu lagi beli susu formula karena
si bayi udah mau menyusu sejak awal dan produksi ASI
jadi lancar.
Dari segi psikologis menimbulkan kasih sayang ibu dan
bayi, dari bilogisnya merangsang ASI keluar, terus
Informan 8 bayinya, apa.. menghisap puting susu itu pas, jadi kalau
tidak dikenalkan sejak awal dia bisa saja gak bisa
menyusu dengan baik.
Dapat merangsang pembentukan hormon supaya
memperlancar pembentukan dan pengeluaran ASI,
supaya si bayi dapat zat antibodi langsung dari ibunya,
Informan 9 supaya bayi sehat dan si ibu juga sehat, supaya lebih
irit, gak repot buat susu, tinggal langsung dikasih
langsung (ASI) dari ibunya, jadi yaa gak perlu repot
gitu.

Gambaran Pengetahuan Informan tentang Langkah-Langkah atau


Tatacara Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Mon
Geudong kota Lhokseumawe

Informan Response
Begitu bayi lahir dipotong tali pusatnya, diangkat,
ditelentangkan diatas dada ibunya, kan disitu ada
handuk diatas dada ibunya, disitu di lap, terus dengan
Informan 1
sendirinya si bayi akan mencari puting susu ibunya,
terus kalau sudah menemukan, biasanya langsung
bisa menyusu.
Setelah bayi dilahirkan yaa kita bersihkan si bayi dulu,
kita potong tali pusatnya terus kita ikat, barulah
Informan 2 ditelungkupkan di dada si ibu, biarlah si bayi itu
merangkak sendiri, nyari puting si ibu, dan kalau udah
ketemu biasanya si bayi langsung meyusu sendiri.
Setelah bayi lahir, ikat tali pusatnya, langsung
ditelungkupkan ke perut ibunya, biarkan dia
menyusu, selimuti bayinya supaya jangan hypotermi
Informan 3
(penurunan suhu tubuh yang dapat menyebabkan
kematian), terus jaga kondisi ibu dan bayi tetap
hangat.
IMD itu prosesnya waktu bayi lahir dipotong tali
Informan 4 pusatnya, diikat, dibersihkan bayinya,
ditelungkupkan ke dada ibunya. Biarkan dia mencium

Universitas Sumatera Utara


aroma air ketuban dari puting susu ibunya sampai dia
menyusu, yaa begitulah sampai si bayi bisa menyusu
dengan baik.
Bersihkan dulu si bayi, dilap, terus yang pasti kita
potong dulu tali pusatnya, lalu kita ikat, setelah itu
barulah kita telungkupkan si bayi diatas dada si ibu,
Informan 5
setelah itu dia akan merangkak sendiri nyari puting si
ibu, dan kalau udah ketemu putingnya, terus dia akan
menyusu di puting si ibu.
Begitu bayi lahir, dipotong tali pustanya, diikat, dilap
semuanya.. jangan sampai dia kedinginan, terus
Informan 6
ditelungkupkan di atas perut ibunya, sampai dia
menyusu.
Segera setelah itu potong tali pusatnya, langsung kita
telungkupkan diatas perut si ibu dan menghadap ke
Informan 7 dada ibu, terus biarkan si bayi menemukan puting
susu si ibu dan mulai menyusu, biar terbiasa menyusu
ASI sejak awal kelahirannya.
Nah.. tadi tuh, gitu bayinya lahir, bayinya tadi di lap
dulu, sekedarnya saja, semuanya, dia gak kering kan
tuh, bayi itu kan lembab, setelah itu baru kita
Informan 8 telungkupkan diatas dada ibunya, nanti dia kan
merangkak, terus mencari puting susu ibunya, intinya
upaya bayi itu dalam mencari puting susu ibunya dan
mulai menyusu sejak awal kelahirannya.
Sejak bayi lahir dari rahim ibunya, langsung bayi itu
tersebut dipotong tali pusatnya, diletakkan diatas
dada ibunya, bayinya mencari puting susu ibunya
Informan 9
sendiri, sampai bisa menyusu dengan baik, tapi ingat
kita juga hars jaga terus kondisi si bayi jangan sampai
kedinginan dan tetap hangat.

Gambaran Pengetahuan Informan tentang Hubungan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) dengan Kematian Bayi di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe

Informan Response
Adalah.. kalau inisiasi kan bayinya tadi dikasih ASI, pasti
lebih sehat. Nah kalau dia tidak dikasih ASI kan
Informan 1
otomatisnya tubuhnya jadi lemah, antibdodinya gak
bagus, dan mudah kena infeksi penyakit.
Ada.. bisa mencret atau diare kalau langsung dikasih
Informan 2 susu formula setelah lahir. Bisa usus berlipat kalau
langsung dikasih makanan. Yaa dipaksaian, lama-lama

Universitas Sumatera Utara


bisa gawat kesehatan bayinya kalau gak dikasih ASI
sejak setelah dilahirkan. Itulah jadi salah satu penyebab
kematian bayi karena orang tuanya maksain langsung
ngasih makanan gitu aja ke si bayi.
Maksudnya gimana? Mungkin pasti adalah yaa... Kalau
dikasih susu formula kan bisa diare atau mencret
Informan 3
bayinya. Cuma gak sampai matilah mungkin, paling
gampang aja bayinya sakit.
Ada dek, nah ASI yang pertama keluar itu kan dia
mengandung kolostrum, jadi bagus untuk kesehatan
Informan 4
bayi dan daya tahan tubuhnya, jadinya si bayi gak mudah
kena infeksi penyakit, jadi lebih sehat dia jadinya.
Hmmm......... itu ada. Kan kalau dia diberi ASI itu zatnya
steril dan kandungan gizinya banyak, kalau langsung di
kasih susu botol atau susu formula, kan sistem
Informan 5 pencernaan bayinya belum terlalu baik kalau baru lahir,
jadi bisa sakit, seperti diare, dan gangguan pencernaan
lainnya, bayi kan rentan, jadi kalau sakit sedikit saja bisa
membahayakan nyawanya.
Ada sih, namanya juga bayi yah, masih lemah, harus
banyak dikasih asupan gizi. Gizi dari kolostrum ASI
sangat membantu untuk kekebalannya melawan kuman
Informan 6
penyakit. Apalagi lingkunganya kan baru untuk dia, yaa
pasti banyak kuman atau virus yang menginfeksi dan
menyebabkan penyakit dan mengancam nyawa si bayi.
Yaaa pasti adalah kaitannya. Dikasi susu botol nanti
diare yang bisa buat kondisi bayi jadi drop (sakit),
Informan 7 sementara kalau dikasi ASI ini kan emang udah dijamin
gak buat penyakit, malah zat gizinya bisa jadi antibodi
yang bisa mencegah penyakit.
Waktu diseminar itu kalau gak salah ada disampaikan,
katanya kalau dikasih susu formula itu kemungkinan
Informan 8 untuk kena diare itu lebih tinggi bahkan bisa
menyebabkan kematian, sementara kalau IMD kan
aman, pastinya bayi jadi lebih sehat kan dek.
Adalah pastinya dek, kalau inisiasi kan bayi tadi dikasih
ASI, pasti lebih sehat. Bayi kan rentan, kalau gak segera
Informan 9
dapat zat antibodi untuk dirinya, bisa diserang penyaki,
jadi semakin lemah kondisinya.

Universitas Sumatera Utara


Gambaran Sikap Informan terhadap Pemberian Susu Formula pada Bayi
Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Informan Response
Yaaa dilarang.. tak baik bayi baru lahir langsung
dikasih susu formula, kalau si ibu masih bisa
Informan 1 memberikan ASI kenapa harus dikasih susu formula
kan dek, yaudahlah ASI eksklusif paling baik untuk si
bayi.
Ooooh gak boleh yaa, lebih bagus ASI eksklusif saja
Informan 2
sampai usia bayi mencapai 6 bulan.
Gak baguslah dikasih susu formula, karena ASI lebih
Informan 3
banyak gizinya dibandingkan susu formula.
Ngapain kita kasih-kasih MP-ASI untuk bayi baru
Informan 4 lahir, kan gak cocok, kalau ada yang begitu kita bilang
aja kasih ASI saja, jangan dikasih yang lain-lain dulu.
Gak boleh lah, nanti bisa diare dan kena penyakit
Informan 5 lainnya, sistem pencernaan bayi kan belum terlalu
baik kalau langsung dikasih makanan lain selain ASI.
Pastinya saya rasa jangan dulu yaa dek, kan ada ASI
yaa, sayang kan ASI nya, kalau anak sudah makan
Informan 6 yang lain, otomatis ASI jadi berkurang, terus
kekebalan anak terhadap sama penyakit jadi kurang
baik kalau gak di kasih ASI eksklusif.
Yaaah janganlah. Itukan bisa membuat bayi kena
Informan 7 diare, usus berlipat, pokoknya gak baiklah itu kalau
bayi baru lahir langsung dikasih susu formula.
Jangan dulu lah, karena setelah melahirkan
diutamakan ASI eksklusif lah dulu, MP-ASI gak boleh
Informan 8
terlalu cepat juga kita kasih, gizinya juga kan lebih
banyak kalau dari ASI eksklusif.
Seperti yang kita ketahui gak baiklah yaa, anak
Informan 9 dikasih selain ASI apalagi baru lahir, resiko diare
lah,lagi pula sayang kan ASI ibunya.

Universitas Sumatera Utara


Gambaran Sikap Responden terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Informan Response
Kalau untuk kesehatan, yaa wajib di dukung, kan
memang sudah jadi program untuk menyelamatkan
Informan 1 bayi baru lahir dan mengurangi resiko kematiannya
kan. Kami sih dari tenaga kesehatan pasti
mendukung.
Sangat baik yaa untuk kita lanjutkan dek, karena
Informan 2 manfaatnya kan banyak, bisa untuk keselamatan dan
kesehatan si bayi dan si ibu juga.
Yaaah... sangat bagus yaaa, seperti kita ketahui kalau
IMD sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi dan si
Informan 3
ibu, yang pasti kita dukung dan kasih informasi yang
baik tentang IMD itu.
Bagus kok IMD karena banyak manfaatnya, baik
Informan 4
untuk si bayi maupun si ibu.
Bagus yaaa... karena IMD itu banyak manfaatnya, jadi
Informan 5
harus tetap dilakukan.
Sangat baik yaaa, semoga senantiasa dan terus
dilanjutkan dan banyak pihak yang mendukung
Informan 6
bukan hanya dari tenaga kesehatan seperti bidan saja,
melainkan masyarakat juga ikut mendukung.
Yaa sangat bagus yaa dek, seperti kita ketahui IMD
Informan 7
sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan anaknya.
Ini program yang bagus jadi kalau bisa memang kita
pertahankan dan senantiasa harus ditingkatkan,
Informan 8 apalagi sekarang kondisi kesehatan ibu dan bayi
merupakan hal yang sangat penting untuk bisa
diperhatikan.
Semakin banyak penelitian terbaru mengenai
pentingnya IMD pada bayi yang harus dilakukan
segera setelah dilahirkan, termasuk punya adek kan
Informan 9
yang membahas tentang IMD, jadi yaa kalau memang
bagus yaa pasti kita dukung, biar bayi-bayi yang lahir
disini sehat dan ibu selamat.

Universitas Sumatera Utara


Gambaran Sikap Responden terhadap Pemberian Makanan selain ASI
pada Bayi yang Baru Lahir di Puskesmas Mon Geudong kota
Lhokseumawe

Informan Response
Oooh kadang saya marah, kan udah ada ASI, ngapain
Informan 1 kasih yang lain-lain lagi, kan bayi pun belum bisa makan
apa-apa, orang masih bayi.
Alhamdulillah selama disini gak ada yang gitu-gitu yaa,
madu atau pisang udah gak ada lagi, kalau dulu iya, kalau
Informan 2
pendapat saya makanan selain ASI untuk bayi baru lahir
gak bagus, bisa buat bayi diare atau sakit nanti dek.
Selama di Puskesmas gak ada yang ngasih apa-apalah
sama bayinya. Kan udah kita kasih tahu untuk gak ngasih
apa-apa dulu selain ASI, biasanya mereka gak berani,
nanti pas sampai dirumah biasanya tuh baru kalau
Informan 3 adapun yang mau ngasih, kita usahakan untuk jangan
sampai dikasih, itukan udah saya bilang tadi, pencernaan
bayi masih belum cukup kuat untuk menggiling
makanan, nanti yaa diare, usus berlipat, macamlah, kan
bahaya pastinya untuk bayi.
Ngapain kita kasih-kasih MP-ASI untuk bayi baru lahir,
kan gak cocok, kita suruh kasih ASI eksklusif saja, jangan
Informan 4
kasih yang lain-lain lagi sampai bayi usianya 6 bulan,
baru bisa dikasih MP-ASI.
Alhamdulillah gak ada yang begitu, karena ibu-ibu pun
udah pada ngerti kapan harus ngasih MP-ASI , kalaupun
Informan 5
ada ya gak kita kasih karena makanan terbaik untuk bayi
baru lahir yaa ASI.
Alhamdulillah. Selama ini gak ada yang yang begitu yaa,
kecuali kalau ada alasan tertentu, misalnya kalau ibunya
Informan 6 sakit dan gak memungkinkan kasih ASI ke bayinya, tapi
tetep kalau bisa kita rekomendasikan untuk ngasih ASI
saja ke bayi yang baru lahir.
Makanan apapun selain ASI gak boleh dikasih, banyak
ruginya lah, apalagi bayi masih baru lahir, masih rentan
Informan 7 kan? Makanya cukup ASI saja, kami larang, gak dikasih
sama bayi apapun itu. Biasanya mau mematuhi selama
disini, tapi yaa itu tadi, kita gak bisa jamin di rumahnya.
Itulah yang gak bagusnya, masih kecil udah dikasih
Informan 8 makan entah apa kan, bisa infeksi dan sakit nanti
bayinya, kita ingatkan dan kasih tahu kalau bayi yang

Universitas Sumatera Utara


baru lahir cukup dikasih ASI saja biar daya tahannya
bagus dan bayi gak mudah sakit dek.
Sebenarnya yaa gak bolehlah, karena sistem pencernaan
bayi kan gak sama dengan orang dewasa, nanti kalau
udah dikasih makanan selain ASI justru malah jadi
Informan 9 berbahaya, dan bayi bisa sakit, yaa sebagai bidan kita
kasih penyuluhan kalau setelah lahir sampai usia 6 bulan
bayi cukup dikasih ASI saja, yaa itulah yang ASI eksklusif
itu kan.

Harapan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di


Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe

Informan Response
Yaa semoga pelaksanaannya semakin baik yaa, kita
Informan 1 sih berharap begitu ya, semoga semua bidan di
Puskesmas Mon Geudong lebih paham tentang IMD.
Pastinya semoga lebih baik lagi yaa dan para
Informan 2 bidannya juga supaya lebih memahami tentang
pelaksanaan IMD.
Pastinya sih lebih baik lagi yaa kedepannya, lebih
banyak lagi pelatihan-pelatihan tentang IMD dan ASI,
Informan 3 biar kami para bidan di Puskesmas ini jadi lebih
paham lagi, gak bingung kalau ditanya kayak gini,
hehehe...
Mudah-mudahan akan selalu dilaksanakan yaa, bagus
Informan 4
sekali kan tuh untuk bayi dan ibu yang melahirkan.
Harapannya yaa semoga lebih baik lagi la yaa, terus
dilaksanakan, dan para bidan yang bekerja juga terus
Informan 5
semangat melayani dengan hati biar semua pasiennya
selamat dan sehat.
Semoga terus dilaksanakan yaa, jadi bayi yang
Informan 6 dilahirkan disini sehat semuanya dan tentunya
derajat kesehatan masyarakat semakin tingi.
Harapan saya yaa para bayi yang dilahirkan disini
Informan 7 banyak yang IMD dan mendapatkan ASI eksklusif agar
sehat semuanya.
Maunya dibuat peraturan yang tegas tentang
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif ini,
soalnya sekarang kan gak ada sanksi kalau gak ngasi
Informan 8
ASI, saya rasa kalau dibuat sanksi pasti pada mau
ngasih ASI ekslusif semuanya, tapi yaa pastinya gak
semudah itulah kan ngasih sanksi ke orang.

Universitas Sumatera Utara


Semoga semua bidan tetap semangat untuk
Informan 9 melaksanakan IMD dan semua yang punya bayi tetap
diberi ASI secara eksklusif.

Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI


dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong
Kota Lhokseumawe

Informan Response
Iya jelas kita kasih ya, kita sosialisasikan sama ibu-ibu
kalau IMD dan ASI itu penting agar terlaksana dengan
baik. Kalau lagi Posyandu atau kalau lagi cek
kesehatan ke Puskesmas, kadang ada juga kita
kunjungan ke rumah yaa. Gak tentu berapa kali, tapi
Informan 1
gak banyak-banyaklah karena kan bukan cuma IMD
dan ASI saja kita kasih tahu, ada juga perawatan
kehamilan, dan sebagainya. Gak tentu yaa waktunya
kadang 1 jam, kadang cuma 15 menit, gak tentulah
pokoknya.
Iya kalau itu pasti ya, pasti kita sosialisasikan sama
ibu-ibu hamil yang datang. Pada saat dia datang untuk
periksa atau pada saat kita buat penyuluhan. Gak
Informan 2 tentu berapa kali, kadang dua kali, kadang tiga kali.
Ah, kalau itupun gak tentu juga, yaa namanya kita
buat sosialisasi itu di penyuluhan kan, jadi yaa kadang
2 jam atau kadang 1,5 jam aja sudah cukup.
Iya itu haruslah, kan itu penting biar tahu orang itu
apa itu IMD, jadi mau melakukannya. Waktu itu orang
datang ke Puskesmas, atau kalau ada penyuluhan kita
Informan 3 kasih tahu. 3 sampai 4 kali, yaa tergantung berapa kita
ketemunya lah, tapi adalah kita kasih tahu. Gak lama-
lama lah, bentar aja yang penting apa yang mau kita
sampaikan itu sampai ke dia dan mengerti.
Adalah kita kasih penyuluhan tentang itu, tentang ASI
dan IMD, kita kasih tahu apa aja manfaatnya. Dari
awal dia (ibu) datang ke kita udah kita kasih tahu, jadi
Informan 4 gak tahu berapa kali. Gak lama-lamalah, tergantung
ibunya juga karena kadang ada yang datang ke
Puskemas sebelum dia masuk kerja, jadi ya bentar aja
karena takut dia telat masuk kerjanya.
Iyaa ada, kalau kita lagi Posyandu atau orang itu lagi
Informan 5 periksa kita kasih penyuluhan tentang itu (ASI dan
IMD). Yaa setiap ada periksa hamil ajalah terus

Universitas Sumatera Utara


penyuluhannya. Gak lama-lama lah, kalau ibuya
sudah mengerti, yasudah.
Iyaa pastilah kita sosialisasikan, harus itu kan. Kalu
mereka lagi periksa hamil, di trimester ke-4. Berapa
Informan 6
kali yaa... pokoknya setiap kita datang selalu kita
ingatkan dan kita kasih penyuluhan.
Kita kalau ada yang periksa hamil selalu kita
sosialisasikan tentang ASI termasuklah IMD, suruh
makan sayur biar banyak ASI nya nanti. Pokoknya
setiap ada ibu hamil kita kasih tahu, nanti waktu
melahirkan juga kita kasih tahu lagi. Kalau berapa
Informan 7
lama, paling yaa setengah jam. Tergantung juga yaa,
kalau kita algi gak repot, mau lama juga kita
sampaikan. Cuma kalau dirata-ratakan setengah jam
cukup, kalau kelamaan nanti kan bosan, terus
informasi yang disampaikan jadi gak mengerti.
Yaa kami laksanakan, pas ibu hamil periksa, pas
melahirkan, di Posyandu, kunjungan ke rumah juga,
sekali sebulan. Sebetulnya konsultasi ibu itu harusnya
lama, apalagi untuk ibu pekerja, disini rata-rata ibu
Informan 8 pekerja. Cuma kita gak memaksa dia supaya lama,k
arena mereka buru-buru dan harus kembali bekerja.
Jadi cuma sebentar saja, setengah jam paling, padahal
mereka butuh info banyak perihal kesehatan bayi dan
ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
Setiap ada yang periksa hamil kita kasih tahu,
melahirkan juga kita kasih tahu, pokoknya kita kasih
Informan 9
tahulah tentang IMD, pentingnya nanti tentang ASI
eksklusif juga kalau bayinya udah lahir.

Gambaran Tindakan Informan dalam Melakukan Sosialisasi tentang ASI


dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Keluarga Pasien di Puskesmas
Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Informan Response
Iyaa, sama keluarganya juga saya soisalisasikan,
terutama kepada suami untuk mendukung istrinya
suaaya mau IMD. Kadang kan ada waktu dia cek
kehamilan atau pada waktu kita home visit kerumah.
Informan 1
Banyak yaa hal-hal yang kita sosialisasikan, salah
satunya yaa itu tentang ASI dan IMD. Yaa supaya
keluarganya juga tahu terus mau mendukung
pelaksanaannya.

Universitas Sumatera Utara


Iya ada juga kita sosialisasikan sama keluarganya,
karena itu kan perlu ya. Kadang kan ada ibu-ibu yang
diantar sama suaminya ke Puskesmas, yaa disitulah
kita kasih tahu ke suaminya kalau bapak harus
support ibu ya, karena kan kami gak bisa pantau 24
jam, jadi itu tugas bapak dan keluarga ya, gitu kita
Informan 2 kasih tahu. Yaa kita kasih tahulah kalau IMD itu
penting dan banyak manfaatnya jadi harus
dilaksanakan supaya bayi dan ibunya sehat. Kayak
yang ibu bilang tadi karenakan kami gak bisa pantai
24 jam, kalau dia lagi dirumah jadi tugas keluarganya
lah untuk mendukung pelaksanaan IMD dan ASI
eksklusif.
Oh, iya iya ada, kan penyuluhan untuk suami istri
bukan istrinya saja. Waktu datang ke Puskesmas atau
Posyandu. Banyak yaa, seputar kehamilan, salah
Informan 3
satunya tentang IMD dan ASI eksklusif. Supaya
keluarganya mau membantu dan mendukung si ibu
pada saat pelaksanaannya.
Iya pasti adalah, paling enggak sama suaminya lah ya,
kalau sama keluarga lain kayak orang tuanya nantilah
Informan 4 kalau pas dia (ibu) melahirkan kalau datang. Yaa
supaya keluarganya juga tahu yaa, jadi gak bertanya-
tanya lagi.
Oh... itu pasti ada, terutama sama suaminya ya kita
kasih tahu, waktu si ibu periksa hamil. Kita kasih tahu
Informan 5 tentang IMD dan ASI, terutama kegunaannya, terus
bagaimana proses IMD itu. Kalau keluarganya
mengerti pasti akan mendukung pelaksanaannya.
Iya, ada juga kita kasih, kadang kalau lagi periksa
kehamilan ibu itu diantar ke Puskesmas sama
keluarganya, jadi disitulah kita kasih penyuluhan
Informan 6 untuk keluarganya juga. Banyak ya.... tentang
perawatan ibu pasca melahirkan, tentang IMD dan
ASI, supaya keluarganya tahu dan mau mendukung
pelaksanaannya.
Iyaa, ada kalau ada keluarganya datang, adalah kita
suluh mereka tentang IMD, yaa pas melahirkan itu lah,
kalau ada suaminya atau yang menemani ibu tadi
periksa hamil, ya kita suluh juga. Cuma jarang-jarang
Informan 7 juga disini ditemani ibunya. Saya rasa 5 menit adalah
kami sampaikan sama keluarganya, supaya mereka
tahu, nanti kalau gak kita suluh apa gak terkejut
mereka lihat bayinya ditelungkupkan gitu aja ke
badan ibunya.

Universitas Sumatera Utara


Penyuluhan ke keluarga pas lagi didampingi waktu
melahirkan. Sekalian kalau periksa hamil gak ada
sama keluarga paling dia sama suami, itupun jarang,
lebih sering sama anaknya. Kalau untuk penyuluhan
Informan 8 ke keluarga paling kita pas home visit khusus KIA lah,
minimal sekali dalam sebulan, kita khusus
mengunjungi keluarga yang punya ibu hamil, bayi dan
balita dan ibu nifas aja, tapi kan gak terkunjung
semua.
Kalau ada ditemani keluarganya waktu melahirkan,
kita sampaikan informasi sama keluarganya, biar
keluarganya juga mengerti. Kita kasih tahu tentang
Informan 9 ASI dan kegunaannya, bagaimana proses IMD itu,
kegunaannya apa. Lima menit cukup untuk
menyampaikan itu gak perlu lama-lama yang penting
mereka paham dan mau melaksanakan.

Gambaran Tindakan Informan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini


(IMD) pada Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Informan Response
Iya , pernah. Sejak dapat pelatihan tentang IMD itu ya,
tapi sekarang sudah agak jarang juga.Udah berapa
kali yaa... lupa lah, tapi gak banyaklah karena kadang
kita gantian sama kawan, tapi pernah lah ya. Setelah
bayi lahir dibersihkan bayinya, dibiarkan menangis
Informan 1
dulu, lalu badan bayi dilap, terus kita bungkus,
atasnya aja, dipakaikan topi untuk menjaga
kehangatannya, setelah iitu kita letakkan ke dada
ibunya, jadi biar bayi yang mencari sendiri puting
ibunya
Iya pernah. Sejak kapan yaa.. Hmmmmm.... Lupa lah
kayak mana tu. Gak banyak-banyaklah entah banyak
gitulah pokoknya. Tahapan ya, pertama kan setelah
bayi itu lahir kita bersihkan, abis itu langsunglah kita
letakkan ke atas dada ibunya, ya udah abis itu dia cari
sendiri puting susu ibunya. Biasanya kurang satu jam
Informan 2
udah dapat dia puting susu ibunya dan menyusu.
Kadang yaa kadang tidak, tengok-tengok kondisi bayi
juga yaa, kadang kan ada yang anaknya atau ibunya
harus dapat penanganan khusus jadi gak bisa satu
ruangan kan untuk dirawat. Tapi yaa biasanya kita
selalu rawat ibu sama bayi ]nya di satu ruangan.

Universitas Sumatera Utara


Iya pernah, langsung di ruang persalinan. Sejak sudah
diwajibkan IMD ini yaa, terus sejak kita dapat
pelatihan juga. Lupalah berapa kali pokonya adalah
yaaa... banyaklah, taip kali nolong (persalinan) selalu
IMD. Tahapan IMD itu langsung abis melahirkan itu
langsung kita telungkupkan bayi ke dadanya ibu,
setelah semuanya selesaikan anaknya langsung dia,
langsung nyari aja puting susu ibuya, gak mesti ajarin
Informan 3 lagi dia udah tahu aja itu nyari, langsung yaa, engak
dimandikan atau dibersihkan, langsung saja. Biasanya
satu jam yaa, tapi ada juga baru setengah jam udah
dapat dia puting susu ibunya. Iya kan ibu dan bayi di
rawat sekamar, kadang juga terpisah. Iya biar ibunya
dekat sama bayi, jadi ibunya gak usah jauh-jauh kalau
anaknya mau menyusu, gak malas jadinya bayinya
disana, ibunya disini, bagusnya di satu kamar aja
dirawat.
Iya pernah lah, sering pun, kalau anak dan ibunya
memungkikan untuk kita kasih IMD pasti dikasih.
Yaaa sejak ikut pelatihan itulah, karenakan disitu
dibilang di peraturan jadi harus dibuat.Yaaaah.... udah
banyak lah dek udah gak terhitung lagi abis bayi
dilahirkan, dipotong tali pustanya, abis itu dilap
sedikit, kecuali tangannya yaa karena itulah penunjuk
Informan 4
untuk dia nyari puting susu ibunya, abis itu langsung
kita letakkan diatas dada ibunya sampai dia dapat
puting susu ibu dan menyusu. Macam-macam ya, ada
yang belum satu jam udah dapat. Oh ya, kan di ruang
yang sama, karena biar bayinya hangat ada dekat
ibunya dan kalau anaknya mau ASI ya kan tinggal di
kasih langsung gak repot-repot.
Ya pernah lah. Sejak udah lama lah, sejak ikut
pelatihan itulah. Udah banyaklah, lupa udah berapa
kali, karena setiap kita tolong ibu bersalin pasti
IMD.Yaa kita persiapkan ibuya, abis itu setelah bayi
Informan 5
lahir jangan dibersihkan cuma dikeringkan aja,
kecuali tanganya ya, abis itu langsung diletakkan di
dada ibunya, abis itu dia lansung nyari puting susu
ibunya.
Iya pernah, sering yaa. Sejak bberpa tahun lalu.
Seringlah, udah gak ingat lagi pun berapa kali. Yaa itu
tadi, pas bayi baru lahir langsung diletakkan di dada
Informan 6
ibu lalu bayinya mencari puting susu ibunya sendiri,
tapi bayinya jangan dimandikan dulu ya, baru lahir
langsung letakkan di dada ibu, kita selimuti sedikit

Universitas Sumatera Utara


supaya sibayi gak kedinginan. Biasanya satu jam, tapi
kadang ada juga yang kurang dari 1 jam. Iya,
diletakkan diruang yang sama biar bayinya hangat,
terus kalau mau menyusu gak jauh-jauh.
Iya pernah, hampir semua yang saya tolong gak ada
masalah seperti pendarahan atau bayinya asfiksia,
saya buat IMD. Udah banyaklah kalau dikira-kirakan
kurasa udahlah 20 an, lebih pun mungkin. Kenapa
saya lakukan, namanya kita udah ikut pelatihan, yaa
pa yang kita dengar harus kita sampaikanlah, kita
terapkan. Kalau yang meganjurkan, saya kira gak ada
ya, karena kan itu tadi, namanya saya sudah ikut
pelatihan, jadi saya sendiri harus melakukannya.
Tahapan IMD yang saya lakukan seperti saya bilang
tadi juga, pertama kita suluh dulu ibunya, terus gitu
Informan 7 mau melahirkan kita suluh lagi, kalau ada
keluarganya kita suluh juga, kita siapkan ibunya. Bayi
yang baru lahir kita potong tali pustanya, kita lap,
langsung kita naikkan di atas dada ibunya. Bayi
menemukan puting susu ibunya ya bervariasi juga,
ada yang cuma 15 menit, ada juga yang sampai 1 jam
baru dapat, ada yang setengah jam lah rata-rata. Ibu
dan bayi kita rawat di satu ruangan, jadi kapan si bayi
mau menyusu si ibu tinggal kasih aja. Jadi lebih
gampang dengan gitu dia dikasih minum ASI, selain
itu supaya lebih dekatlah dia hubungannya sama
ibunya.
Dah sering lah dek, kan mulainya tahun 2009 awal,
ibu udah buat berapa kali tuh ah banyaklah dek. IMD
itu langkahnya, pertama pendekatan, dikasih
konsultasi atau penyuluhan, apa manfaat ASI, apa
yang akan dilakukan nanti, diterangkan lah semua,
jangan dia kebingung-bingungan nanti pas kita
lakukan IMD, setelah bayi lahir dipotong tali pusat,
Informan 8 baru dilap dulu semua badannya, dilap sekedar aja,
ngilangkan air ketuban tadi tu, sudah di lap, kita
letakkan di dada ibu, gitu. Kita tunggu lah dia
menemukan puting susu ibunya, 15 menit udah
dapat, ada juga yang lambat sampai 1 jam, habis itu
mereka diletakkan di satu ruangan, tujuannya untuk
menjalin kasih sayang, jadi jangan dipisah, supaya
lebih sering dan mudah kalau bayi mau dikasih ASI.
Yaa pernah pasti, namanya kita bidan sudah dapat
Informan 9 pelatihan IMD dan ASI. Pertama bayi lahir, dipotong
tali pusatnya, diikat, bayinya diangkat,

Universitas Sumatera Utara


ditelungkupkan diatas dada ibunya, kan disitu ada
handuk diatas perut ibunya, disitu dilap kecuali jari
yang gunanya sebagai sinyal untuk nanti dia
mencapai puting susu ibunya, tali pusatnya di klem
atau diikat, terus bayi ditelungkupkan tanpa harus
dilap lagi, dibiarkan pelan-pelan bayi akan mencari,
merangkak dan kemudian menemukan puting susu
ibunya, kalau lama sampai juga 1 jam, baru mulailah
dia menyusu untuk pertama kalinya, sudah puas tadi
menyusu, ibunya sudah dibersihkan, dipindahkan ke
ruang rawat, berdampingan ibu dan bayinya biar
lebih mudah mengawasi anaknya, menyusui,
pokoknya buat ibunya belajarlah lebih sering
mengasuh anaknya, kasih sayangnya pasti lebih tinggi
dibandingkan kalau dipisah.

Gambaran Kendala Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada


Pasien di Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

Informan Response
Kalau kendala pasti ada ya, kadang si bayi enggak
memungkinkan untuk diberikan IMD atau kondisi si
Informan 1
ibu yang gak memungkinkan. Tapi jarang, sebagian
besar bisa kita lkukan IMD.
Gak ada yaa... karena kan sudah kita jelaskan dari
Informan 2 awal sama ibunya tentang yang kita lakukan jadi gak
ada lagi kendala
Kendala, gak ada lah. Kalau memungkinkan pasti kita
Informan 3
lakukan IMD.
Kendala gak ada ya, tapi paling kalau bayi dan ibunya
Informan 4 tidak memungkinkan untuk IMD yaa gak kita kasih.
Tapi, kalau bisa pasti kita lakukan IMD
Gak ada lah kayaknya. Selagi bisa IMD pati kita IMD
Informan 5
kan.
Hambatan gak ada yaa gimana-gimana gitu ya, tapi
kadang kalau air susu ibunya gak ada yaa mau keluar
Informan 6
setelah melahirkan. Gimana lagi, kan gak kita
kasihlah. Tapi kalau bisa, pasti kita lakukan IMD.
Kendala paling kalau ibunya pendarahan atau
bayinya sakit ajalah yang membuat kita gak
Informan 7 melakukannya. Kalau bayi sama ibunya sehat, saya
rasa gak ada kendala ya, keluarganya pun mau ikut
dengan apa yang kita buat.

Universitas Sumatera Utara


Ya itu tadi, apa bayi sama ibuya baik-baik saja, kalau
kondisi mereka mengkhawatirkan, misalnya ibunya
Informan 8
mengalami pendarahan, hebat atau bayinya aksfiksia
berat, ya gak mungkinlah kita paksain untuk IMD.
Tidak ada, semua kita IMD kan, kalau bayi lahir sehat
Informan 9 dan ibu juga sehat dan selamat, langsung setelah bayi
lahir kita IMD kan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai