Anda di halaman 1dari 118

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL MANDIRI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2016

OLEH:

KARTINI ACHMAD SONGGE

1207011055

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

SKRIPSI
“ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL MANDIRI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2016”

OLEH
KARTINI ACHMAD SONGGE
1207011055

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
MOTTO

“ INNA MA`AL `USRI YUSROO“

“SESUNGGUHNYA BERSAMA
KESULITAN ADA KEMUDAHAN”
PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Penulis Persembahakan Kepada:

1. ALLAH S.W.T beserta junjunganNya Nabi Muhammad


SAW yang selalu menuntun dan melindungi penulis.

2. Keluarga tersayang yaitu Almh. Mama Siti Syarah dan


Abah Achmad Songge, Ayah Mahyan Wahid ,Mama
Emi, Kakak Zulkarnain Achmad, Adik Intan Widiawati,
Adik Rizal, Kakak Dula, Kakak Ikram, Adnan, Tuti, Ibnu
dan Fadil yang selalu memberikan dukungan dalam
bentuk doa, motivasi dan perhatian kepada penulis.
KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat dan rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN

Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016”

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Erny E. Pua Upa., S.KM., M. KM

selaku pembimbing I dan Bapak Dominirsep O. Dodo, S.KM., MPH selaku Dosen

Pembimbing II yang telah dengan setia memberikan arahan dan petunjuk serta saran

hingga skripsi ini terselesaikan.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Engelina Nabuasa, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Nusa Cendana.

2. Bapak Drs. Yoseph Kenjam, M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan masukan serta arahan kepada penulis.

3. Bapak Frans G. Mado, S.KM., M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan masukan serta arahan kepada penulis.


4. Segenap dosen pengajar yang telah mendidik dan selalu memberikan motivasi

penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Nusa Cendana Kupang.

5. Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Kepala Badan Kesatuan

Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Kupang, Camat Maulafa, Kepala

Puskesmas Sikumana yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu selama

proses pengambilan data hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terkasih Hanifa, Zai, Arfa, Ando, Ami, Iki, Nora, Asmi, Dewi,

Injia, K`Novi, Itha, Gres, teman-teman DGF`c serta teman-teman MDG`s 12 yang

selama ini telah memberi dukungan dan doa kepada penulis.

7. Kepada FOSMI ASY-SHIFA FKM UNDANA, HMI Cabang Kupang khususnya

Komisarit IPPERTATEK, serta teman-teman HMJ AKK.

8. Semua pihak yang telah mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung hingga dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi mendapatkan kesempurnaan dalam penulisan ini.

Kupang, Desember 2016

Penulis
ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEPESERTAAN JKN MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIKUMANA TAHUN 2016. Kartini Achmad Songge, Erny E. Pua Upa,
Dominirsep O. Dodo, xv + 76 halaman + 6 lampiran

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program Pemerintah yang bertujuan untuk
memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Kepesertaan JKN ini bersifat
wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kepesertaan JKN Mandiri di wilayah kerja
Puskesmas Sikumana masih sangat rendah yaitu baru mencapai 15% dari target yang
diperkirakan 23,75% di bulan April 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja
Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu secara cross-sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua peserta JKN Mandiri dan bukan Peserta JKN
Mandiri yang berjumlah 15.806 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 195 orang. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara umur (p=0,016); tingkat penghasilan (p=0,008);
pengetahuan (p=0,010) dengan kepesertaan JKN Mandiri dan tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan (p=0,769); persepsi manfaat (p=0,107); persepsi hambatan
(p=0,678); antara kepemilikan asuransi lain (p=0,218) dengan kepesertaan JKN Mandiri
dengan nilai. Disarankan kepada BPJS Kesehatan dan Petugas Puskesmas agar
melaksanakan sosialisasi JKN secara berkala dan menekankan manfaat-manfaat dalam
program JKN secara menyeluruh kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui media massa) untuk peningkatan kepesertaan JKN Mandiri.

Kata Kunci : Kepesertaan, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Mandiri.


Daftar Pustaka : 30 (2003 – 2015)
ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS RELATIVE TO MEMBERSHIP OF INDEPENDENT


JKN AT THE CATCHMENT AREA OF PUSKESMAS SIKUMANA, 2016.
Kartini Achmad Songge, Erny E. Pua Upa, Dominirsep O. Dodo, xv + 76 pages + 6
annexes

National Health Insurance Scheme - Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) is a


governmental program aiming at providing certainty of comprehensive health insurance
for all Indonesian people to be able to live healthy, productive and prosperous life.
Membership in JKN is mandatory for all citizen of Indonesia. Membership of
Independent JKN at the catchment area of Puskesmas Sikumana remains as low as 15%,
whereas the target for April 2015 was 23.75%. The research aims to identify factors that
are relevant to the membership of Independent JKN at the catchment area of Puskesmas
Sikumana, Municipality of Kupang, 2016. This research employs analytical survey
method using cross-sectional time approach. The population for this research are all
members and non-members of Independent JKN, i.e., 15,806 individuals. Sampling
method used is purposive sampling with a total sample of 195 individuals. The result of
this research shows that there is correlation between age (p=0.016); income level
(p=0.008); knowledge level (p=0.010) and membership of Independent JKN; whereas
there is no correlation between level of education (p=0,769); perception of benefits
(p=0.107); perception of obstacles (p=0.678); of ownership of other insurances
(p=0,218) compared to membership of Independent JKN. It is recommended for BPJS
Kesehatan and Puskesmas Personnel to disseminate information both directly and
indirectly (through mass media) on JKN periodically and put emphasis the overall
benefits of the JKN program for all community, so as to increase membership of
Independent JKN.

Key Words : Membership, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/National Health


Insurance Scheme, Independent.
Bibliography : 30 (2003 – 2015)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ........................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................… iii
MOTTO .............. ……… .................................................................................… v
PERSEMBAHAN ..... .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ................ ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ … xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konseptual ............................................................................. 8
1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ..................................................... 8
2. Kepesertaan JKN .................................................................................. 10
3. Prosedur Pendaftaran Peserta ............................................................... 13
4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan ........................ 15
B. Tinjauan Teoritik .................................................................................. 24
1. Teori Tentang Perilaku ......................................................................... 24
2. Teori-teri tentang Determinan .............................................................. 25
3. Teori-teori Perubahan Perilaku ............................................................. 27
C. Tinjauan Empiris .................................................................................. 31
D. Kerangka Konsep ................................................................................. 33
1. Dasar pemikiran variabel yang diteliti ................................................. 33
2. Kerangka hubungan antar variabel ....................................................... 34
E. Hipotesis ... ........................................................................................... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 36
D. Sumber Data Penelitian ........................................................................ 38
E. Instrument Penelitian ............................................................................ 40
F. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ............................... 42
BAB IV. HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL ...... ........................................................................................... 45
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 45
2. Gambatan Umum Karakteristik Responden ......................................... 50
3. Analisis Hubungan ............................................................................... 53
B. BAHASAN
1. Hubungan umur dengan kepesertaan JKN Mandiri ............................. 61
2. Hubungan tingkat pendidikan dengan
kepesertaan JKN Mandiri ..................................................................... 62
3. Hubungan tingkat penghasilan dengan
Kepesertaan JKN Mandiri .................................................................... 64
4. Hubungan pengetahuan dengan kepesertaan JKN Mandiri……… .. 65
5. Hubungan persepsi manfaat dengan kepesertaan
JKN Mandiri ......................................................................................... 68
6. Hubungan persepsi hambatan dengan kepesertaan
JKN Mandiri ......................................................................................... 79
7. Hubungan kepemilikan asuransi lain dengan
kepesertaan JKN Mandiri .................................................................... 70
BAB V. PENUTUP
A. SIMPULAN .......................................................................................... 72
B. SARAN..... ........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .. ........................................................................................... 75
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional 38

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang


46
Menurut Kelurahan Tahun 2015

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan Dan Jenis 47


Kelamin di Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2015.

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di 48


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2015.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan Dan Non Kesehatan di 49


Puskesamas Sikumana Kota Kupang Tahun 2015

Tabel 4.5 Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan di Puskesmas Sikumana 49


Kota Kupang Tahun 2015

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di 50


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Umur di 51


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan 52


Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di 52


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepesertaan JKN 53


di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun
2016.

Tabel 4.11 Hubungan Antara Umur dengan Kepesertaan JKN Mandiri di 54


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016.

Tabel 4.12 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kepesertaan JKN 54


Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016.

Tabel 4.13 Hubungan Antara Tingkat Penghasilan dengan Kepesertaan JKN 55


Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016.

Tabel 4.14 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kepesertaan 57


JKN Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota
Kupang Tahun 2016.

Tabel 4.15 Hubungan Antara Persepsi Manfaat dengan Kepesertaan JKN 58


Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016.

Tabel 4.16 Hubungan Antara Persepsi Hambatan dengan Kepesertaan JKN 59


Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016.

Tabel 4.17 Hubungan Antara Kepemilikan Asuransi Lain dengan 59


Kepesertaan JKN Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas
Sikumana Kota Kupang Tahun 2016.

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

Lampiran 2 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4 Hasil Output

Lampiran 5 Output Analisis Bivariat


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan tidak hanya merupakan hak warga tetapi merupakan barang

investasi yang menentukan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Negara, karena

itu negara berkepentingan agar seluruh warganya sehat (Health for All). Upaya

dalam rangka membuat masyarakat sehat, membutuhkan pelayanan kesehatan yang

dilembagakan secara semesta. Ada dua isu mendasar untuk mewujudkan tujuan

pelayanan kesehatan dengan cakupan semesta, yaitu bagaimana cara membiayai

pelayanan kesehatan untuk semua warga, dan bagaimana mengalokasikan dana

kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan dengan efektif, efisien, dan adil.

Sistem pembiyaan yang tepat untuk suatu negara adalah sistem yang

mampu mendukung tercapainya cakupan semesta. Cakupan semesta (universal

coverage) merupakan sistem kesehatan yang mengharuskan setiap warga masyarakat

memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau.

Cakupan semesta mengandung dua elemen inti: (1) Akses pelayanan kesehatan

yang adil dan bermutu bagi setiap warga; dan (2) Perlindungan risiko finansial ketika

warga menggunakan pelayanan kesehatan (WHO, 2005).

Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). Kementrian Kesehatan bertanggung jawab menyelenggarakan program

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Peserta Jaminan Kesehatan

Nasional terdiri dari peserta PBI dan non PBI. Peserta Jaminan Kesehatan Non PBI

merupakan peserta yang tidak masuk dalam golongan fakir miskin dan orang tidak

mampu, meliputi pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan

penerima upah dan anggota keluarganya, bukan pekerja dan anggota keluarganya.

Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas

resiko sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan bukan pekerja adalah setiap orang

yang tidak bekerja tetapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan secara mandiri

(Perpres RI, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan Kota Kupang, jumlah penduduk di Kota Kupang pada tahun 2015 sebanyak

433.970 jiwa. Dengan adanya kebijakan JKN ini, maka pemerintah Kota Kupang di

tuntut untuk dapat menjamin semua masyarakat agar dapat tercover dalam sistem ini

melalui peningkatan kepesertaan mandiri jaminan kesehatan pada masyarakat. Data

terakhir mengenai kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Kota

Kupang dapat dilihat pada grafik di bawah.


Presentase Kepesertaan JKN di Kota Kupang Tahun 2015

43.36

24.19
20.19

8.2
4.06

Peserta PBI Pekerja Pekerja Bukan Bukan Pekerja Belum menjadi


Penerima Upah Penerima Upah peserta JKN

Sumber: BPJS Kesehatan Kota Kupang Tahun 2015

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa masih banyak masyarakat Kota

Kupang yang belum menjadi Peserta JKN yaitu sebesar 43.36% atau 188.172 jiwa,

sedangkan untuk kepesertaan JKN tertinggi di Kota Kupang tahun 2015 adalah peserta

dari golongan Pekerja Penerima Upah yaitu sebesar 24.19 % atau 105.007 jiwa dan

peserta terendah adalah peserta dari golongan Bukan Pekerja yaitu 4.06% atau 17.645

jiwa.

Data bulan Desember 2015 menunjukkan jumlah peserta JKN di Kota Kupang

sudah mencapai 245.798 jiwa atau sekitar 56,64 % dari 433.970 jumlah penduduk Kota

Kupang (Data BPJS Cabang Kupang, 2015). Sesuai dengan roadmap JKN

diharapkan masyarakat yang belum tercakup dalam JKN agar segera mendaftarkan

diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Jika dilihat dari presentase kepesertaan

JKN di Kota Kupang maka untuk kepesertaan JKN mandiri baru mencapai 12.26% yang

terdiri dari Pekerja Bukan Penerima Upah sebanyak 8.2% atau 35.500 dan Bukan

Pekerja sebanyak 4.06% atau 17.645 itu artinya kepesertaan mandiri di Kota Kupang
masih rendah. Berdasarkan data dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan Cabang Kupang sampai bulan April 2016 jumlah peserta JKN di Wilayah

kerja Puskesmas Sikumana adalah sebanyak 27.223 jiwa dari 56.055 jiwa penduduk

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sikumana. Jumlah ini terdiri dari peserta

mandiri sebanyak 2.521 jiwa dan 24.702 jiwa adalah peserta PBI dan peserta Penerima

Upah.

Teori WHO menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh empat

alasan pokok yaitu pengetahuan, kepercayaan, sikap, adanya acuan atau referensi

dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal reference), sumber daya dan

sosial budaya (dalam Notoadmojo 2012). Perilaku merupakan faktor kedua terbesar

yang dapat mempengaruhi kesehatan dari individu, kelompok, maupun masyarakat

setelah faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Ganie (2011) terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi masyarakat

untuk mengikuti program asuransi yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jenis

kelamin, gaya hidup dan sebaran penduduk. Berdasarkan hasil penelitian Ida

Widhiastuti (2015) pada pasien rawat jalan, persepsi manfaat terbukti berhubungan

dengan kepesertaan JKN secara mandiri, sedangkan faktor umur, pendidikan,

penghasilan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi

hambatan dan sosialisasi tentang JKN tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN.

Berdasarkan fakta yang ada, permasalahan yang terjadi pada aspek

kepesertaan saat ini, yaitu belum semua penduduk dicakup jaminan kesehatan dan

pemahaman masyarakat tentang jaminan kesehatan masih sangat beragam. Target


ke depan sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang SJSN yaitu semua penduduk

Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan

JKN Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut: “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kepesertaan JKN mandiri di

wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepesertaan JKN mandiri di

wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan umur dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja

Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

b. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah

kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja

Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016


d. Mengetahui hubungan tingkat penghasilan dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah

kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

e. Mengetahui hubungan persepsi masyarakat tentang manfaat yang di peroleh dengan

kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun

2016.

f. Mengetahui hubungan persepsi masyarakat tentang hambatan yang di dialami dengan

kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun

2016.

g. Mengetahui hubungan kepemilikan asuransi lain dengan kepesertaan JKN mandiri di

wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan kepada BPJS

Kota Kupang dan Puskesmas Sikumana sebagai bahan evaluasi program terutama dalam

pemberdayaan masyarakat khususnya tentang kepesertaan BPJS Kesehatan.

2. Bagi peneliti lain

Sebagai refensi yang dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan BPJS Kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan motivasi kepada

masyarakat agar dapat mendaftarkan diri sebagai peserta JKN.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konseptual

1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Undang-Undang No. 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk

termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang - Undang No. 24 Tahun

2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh

BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus

untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS

Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014. Secara

operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan

Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012

tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peraturan Presiden No. 12 Tahun

2013 tentang Jaminan Kesehatan, dan Peta Jalan JKN, Peraturan Presiden

No. 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 12

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. dan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 9 tentang tarif pelayanan, (Buku penganggan sosialisasi JKN).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah

yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh

bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan
sejahtera. Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan

bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan

melalui mekanisme asuransi sosial dengan tujuan agar seluruh penduduk

Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan

hukum yang dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial. BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari

badan penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan

dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan

dinamika perkembangan jaminan sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 1

angka 6 UU). Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa

BPJS merupakan badan hukum publik, yaitu

a. Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan

konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (Negara)

dengan Undang-undang.

b. Lingkungan kerjanya yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum

tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan

yang sama dengan publik

c. Wewenangnya badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara

dan diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau

peraturan yang mengikat umum.


BPJS merupakan bentuk badan hukum yang ada dalam sistem

JKN ini dan memiliki beberapa fungsi dan wewenang dalam menjalani

tugasnya. Adapun beberapa fungsi dan wewenang dari BPJS adalah sebagai

berikut:

a. BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum yaitu

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas

kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. BPJS diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat

umum.

c. BPJS bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk

kepentingan peserta.

d. BPJS bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau

lembaga internasional

e. BPJS berwenang mengenakkan sanksi administratif kepada peserta atau

pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.

2. Kepesertaan JKN

Sebagaimana diatur dalam UU SJSN, perluasan kepesertaan dilakukan

secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan Negara dan

kemampuan manajemen. Kesepakatan Nasional sebagaimana telah

dirumuskan dalam peta Jalan JKN dan telah dituangkan dalam Perpres

111/2013 adalah sebagai berikut:

Seluruh peserta jaminan kesehatan berasal dari Askes PNS

Jamkesmas, JPK Jamsostek, TNI/POLRI dan sebagian Jamkesda dikelola


oleh BPJS Kesehatan mulai 1 Januari 2014 ( Hasbullah, 2014). Peserta JKN

meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI JKN dengan rincian

sebagai berikut:

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir

miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota ke luarganya, yaitu:

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota TNI

c. Anggota Polri

d. Pejabat Negara

e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

f. Pegawai Swasta dan

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang

menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga

negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:

a. Investor
b. Pemberi Kerja

c. Penerima Pensiun

d. Veteran

e. Perintis Kemerdekaan dan

f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e

yang mampu membayar Iuran.

4) Penerima pensiun terdiri atas

a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun

b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun

c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun

d. Penerima Pensiun selain huruf a, hu ruf b, dan huruf c dan

e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana

dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak

pensiun..

5) WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

3. Prosedur pendaftaran Peserta

1). Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS

Kesehatan.

2). Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan

diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.


3). Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya

sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

Kepesertaan JKN dapat dikategorikan dalam dua kategori yakni

peserta mandiri dan non mandiri. Kepesertaan mandiri yaitu peserta yang

melakukan pendaftran sebagai peserta secara mandiri/ oleh peserta

bersangkutan sedangkan peserta non-mandiri yaitu peserta yang melakukan

pendaftran sebagai peserta melalui orang ketiga/perantara yaitu Pemeritah

dan pemberi kerja.

4. Perilaku

a) Pengertian Perilaku

Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat

kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan. Menurut Skinner, perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar. Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sedangkan menurut Kwick (dalam

Notoatmodjo), perilaku adalah tindakan atau perbuatan organisme yang

dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner membedakan perilaku

menjadi dua, yakni:


1. Perilaku yang alami (innate behavior) yaitu perilaku yang dibawa sejak

organisme dilahirkan yang berupa reflex-refleks dan insting-insting.

Misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,

cahaya yang terang menyebabkan mata yang tertutup dan sebagainya.

2. Perilaku operan (operant behavior) yaitu perilaku yang dibentuk oleh

proses belajar. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakkan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh

penghargaan dari atasannya (stimulant baru), maka petugas kesehatan

tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

b) Determinan perilaku

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan

yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus

yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.


2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

perilaku seseorang.

5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Mandiri

A. Faktor Predisposisi

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi

oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor yang ingin peneliti teliti

antara lain: usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, persepsi

masyarakat tentang manfaat yang di peroleh, persepsi masyarakat tentang

hambatan yang dialami dan kepemilikan asuransi lainnya.

1. Umur

Umur adalah lama waktu hidup yang ada, sejak dilahirkan

atau ditiadakan. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, Umur adalah

lama waktu hidup yang ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Dalam

berbagai penelitian faktor umur mempunyai peran yang penting

dalam pengambilan keputusan untuk mengikuti asuransi. Dalam

penelitian ini, katagori dibedakan dua yaitu usia di atas 30 tahun dan usia

antara 20-30 tahun.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dan

tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha


mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan pelatihan

yang formal. Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003)

tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang

menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga

kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis

untuk tujuan-tujuan umum. Sedangkan menurut Lofgren dkk., tingkat

pendidikan mempengaruhi kesadaran individu melakukan tindakan

perencanaan dan pengendalian untuk memahami risiko atas kesehatan

dirinya. Dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka

semakin bertambah pengetahuan dan semakin bertambah pula kebutuhan

akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan meningkatkan keinginan untuk

menjadi peserta asuransi kesehatan. Pendidikan memang mempengaruhi

tingkat kesadaran akan asuransi, hal ini sejalan dengan temuan

menyatakan pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran akan corp

insurance di India sebagai bentuk pangalihan risiko (Mangkunegara,

2003).

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.


Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau orang lain

yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang:

a) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya

intelegensia, minat, kondisi fisik.

b) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,

masyarakat, sarana.

c) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya

strategi dan metode dalam pembelajaran. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang

didapat dari pendidikan. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007),

pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi

perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Jika masyarakat

tahu tentang apa itu Jaminan Kesehatan Nasional dan manfaat-manfaat

dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maka kemungkinan

semua masyarakat akan mengikutsertakan diri dalam program ini. Dalam

keikutsertaan sebagai peserta JKN, seseorang dipengaruhi oleh

perilakunya yang terbentuk dari pengetahuannya. Apabila pengetahuan

seseorang tentang JKN masih rendah maka kemungkinan seseorang akan

cenderung untuk tidak berpartisipasi dalam program ini.


B. Faktor Pendukung

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktifitas

masyarakat setiap bulannya sesuai standar upah minimum pendapatan

perkapita daerah. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dari

pendapatan perkapita, Hal ini berdampak pada keinginan masyarakat

tersebut berpartisipasi dalam asuransi kesehatan. Penelitian Gunistiyo

(2006) dalam Ummu (2012) tentang kesadaran berasuransi menemukan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara besaran pendapatan

dengan kesadaran berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang

maka kesadarannya dalam berasuransi kesehatan akan semakin tinggi,

demikian juga sebaliknya.

C. Faktor Pendorong

1. Kepemilikan Asuransi Lain

Asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung

mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi,

untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan

atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin akan diderita

karena peristiwa tak tertentu. Kepemilikan asuransi lain dapat mempengaruhi


sesorang untuk sulit berpartisipasi dalam asuransi atau jaminan kesehatan yang

baru diketahuinya apalagi bila sudah tertanam tingkat loyalitas yang tinggi

begitupun sebaliknya bila sesorang belum memiliki asuransi maka besar

kemungkinan ia akan berpartisipasi dalam program asuransi atau jaminan yang

ditawarkan. Menurut penelitian Shafie & Hassali , 2013 dalam Widhiastuti Ida,

2015, kemauan sesorang membayar sukarela jaminan kesehatan berbasis

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kesukuan, pendidikan,

penghasilan perbulan, penyakit kronik dan adanya cakupan asuransi swasta.

2. Persepsi Masyarakat

a) Persepsi

1. 1 Pengertian

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada

stimulus (Notoatmodjo, 2010). Persepsi pada hakekatnya adalah proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi

tentang lingkungannya baik lewat penglihatan maupun pendengaran.

Pengertian presepsi adalah pengamatan, penyusunan dorongan-

dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui indera,

tanggapan (indera) dan daya memahami. Maka dari beberapa defenisi

di atas secara umum, peneliti membuat kesimpulan tentang persepsi

adalah penafsiran berdasarkan data-data yang diperoleh dari lingkungan


yang diserap oleh indera manusia sebagai pengambilan inisiatif dari

proses komunikasi. Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk

membedakan mengelompokkan dan memfokuskan yang ada

dilingkungan mereka disebut sebagai kemampuan untuk

mengorganisasikan pengamatan atau persepsi. Persepsi merupakan

proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan,

yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu

ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu

menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

1.2 Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses

fisik, proses fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik berupa

obyek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau

reseptor. Proses fisiologi berupa stimulus yang diterima oleh indera

yang diteruskan oleh oleh saraf sensoris ke otak. Sedangkan proses

psikologis berupa proses dalam otak sehingga individu menyadari

stimulus yang diterima.

1.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

a) Diri yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha

memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik

individu yang turut berpengaruh antara lain sikap, motif,

kepentingan, pengalaman dan harapan.


b) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau

peristiwa. Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.

c) Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang

artinya bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu

mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut

berperan dalam menumbuhkan persepsi.

Dengan demikian dari beberapa konsep persepsi di atas dapat

disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian dan

proses penafsiran seorang terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh

berbagai pengetahuan, keinginan dan pengalaman yang relevan

terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam

menentukan pilihan hidupnya.

2. Masyarakat

Manusia adalah maklhuk sosial yang hidup bermasyarakat, hidup

bermasyarakat dapat diartikan sebagai hidup dalam suatu pergaulan. Kata

masyarakat berasal dari bahasa arab ‘syaraka’ yang artinya ikut serta

(partisipasi). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, masyarakat

merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu dengan batas-batas yang jelas dan menjadi faktor

utamanya ialah adanya hubungan yang kuat di antara anggota kelompok

dibandingkan hubungan dengan orang-orang diluar kelompoknya. Pengaruh


dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur

yang ada bagi masyarakat. Masyarakat bukanya ada dengan hanya

menjumlahkan adanya orang-orang saja, diantara mereka harus ada

pertalian satu sama lain.

Masyarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena

proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa

masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh

karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik

dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan

menahan nafsu atau kehendak sewenang-wenang untuk mengutamakan

kepentingan dan keamanan bersama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup

dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman

atau tanggapan terhadap hal-hal atau peristiwa yang terjadi

dilingkungannya. Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

masyarakat yaitu:

a) Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.

b) Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati

dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang

dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar


belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita

untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang

mirip.

c) Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau

peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi

persepsi kita

Dari uraian di atas maka terkait persepsi masyarakat peneliti lebih

berfokus pada persepsi masyarakat tentang manfaat yang di peroleh dan

persepsi masyarakat tentang hambatan yang dialami.

1) Persepsi masyarakat tentang manfaat yang di peroleh

Ketika sesorang telah menjadi peserta BPJS kesehatan maka sesorang

akan memperoleh manfaat dan kerugian dari apa yang telah di putuskan.

Manfaat yang dimaksud adalah manfaat/keuntungan dari kepesertaan

seseorang dalam program JKN ini.

2) Persepsi masyarakat tentang hambatan yang dialami.

Menjadi peserta BPJS Kesehatan tentunya harus melalui beberapa

prosedur seperti yang telah di jelaskan di awal. Ketika sesorang ingin atau

sudah berpartisipasi menjadi peserta tentunya tidak akan terlepas dari yang

namanya hambatan. Sekecil apapun hambatan itu pasti akan ada sehingga

peneliti ingin melihat sejauh mana hambatan yang di alami oleh peserta

maupun bukan peserta JKN mandiri ini.

B. Tinjauan Teoritik

1. Teori tentang Perilaku


Dalam bidang kesehatan, terkait perilaku manusia, Becker

mengklasifikasikan dalam tiga kelompok perilaku seperti di bawah ini.

a) Perilaku sehat (health behavior) yaitu semua bentuk perilaku yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya. Seperti olah raga teratur, tidak merokok, imunisasi,

kepesertaan dalam jaminan kesehatan, kebiasaan mencuci tangan, dan

sebagainya.

b) Perilaku sakit (illness behavior) yaitu perilaku yang berkaitan

dengan upaya yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan seperti berkunjung ke puskesmas.

c) Perilaku peran sakit (the sick behavior) yaitu berbagai tindakan yang

dilakukan berkaitan dengan peran sosial dari individu yang sedang

sakit seperti tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui

sarana kesehatan yang layak atau bermutu, dan sebagainya.

2. Teori-Teori tentang Determinan Perilaku

Beberapa teori lain yang telah mengungkapkan deteminan perilaku dari

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan antar lain:

a) Teori Lawrence Green

Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,

jamban dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

b) Teori Snehandu B Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada

perilaku itu merupakan fungsi dari:

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatanya (behavior intention).

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (acesssebility of information).


4. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan

atau keputusan (personal autonomy).

5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situastion).

c) Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

itu berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:

Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-

penilaian seseorang terhadap objek.

1. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.

2. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

3. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering

diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

4. Orang penting sebagai referensi


Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi

oleh orang-orang yang dianggap penting.

5. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan

sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau

kelompok masyarakat.

6. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber

di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

3. Teori-teori Perubahan Perilaku

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah

pembentukkan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku

merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai

penunjang program-program kesehatan yang lainnya, banyak teori tentang

perubahan perilaku.

a) Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber

komunikasi (sources). Proses perubahan perilaku pada hakikatnya


adalah sama dengan belajar, proses tersebut menggambarkan bagaimana

belajar pada individu yang terdiri dari :

1. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima

atau ditolak.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian organisme (diterima)

maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses

berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengelolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan

maka stimulus tersebut mempunya efek tindakan dari individu

tersebut (perubahan perilaku).

b) Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) dalam Notoatmodjo (2012) berpendapat

bahwa perilaku adalah merupakan suatu keadaan yang seimbang antara

kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining

forces). Perubahan perilaku itu dapat berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Sehingga ada tiga

kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni :

1. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap.


2. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.

3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun

c) Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model

sosiopsikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa

problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang

atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan

penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Teori Lewin

menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial

(masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif

maupun negatif, di suatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila seseorang

keadaannya atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak dari

daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau

sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.

Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya,

ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni:

1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)

Agar seorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,

ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptibility) terhadap penyakit

tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu

penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau

keluarga rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (Perceived serioussness)


Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan

terhadap suatu penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit

tersebut terhadap individu atau masyarakat. Penyakit polio, misalnya,

akan dirasakan lebih serius dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu,

tindakan pencegahan polio akan lebih banyak dilakukan bila

dibandingkan dengan pencegahan (pengobatan) flu.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (Perceived benefit

and barriers)

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk pentakit-penyakit yang

dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu.

Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-

rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada

umumnya manfaat tindakan lebih menentukan dari pada rintangan-

rintangan yang mungkin ditemukan di dalam melakukan tindakan

tersebut.

4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang

kerantanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan

isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor

tersebut, misalnya, cpesan-pesan pada media massa, nasihat atau

anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).


C. Tinjauan Empiris

1. Riski Tiaraningrum (2012) melakukan penelitian yang tentang Studi

Deskriptif Motivasi dan Personal Reference Peserta JKN Mandiri pada

wilayah tertinggi di kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa motivasi masyarakat menjadi peserta JKN

mandiri tinggi dan motivasi tertinggi menjadi peserta JKN mandiri adalah

berasal dari diri sendiri (http://eprints.ums.ac.id).

2. Eti Dwi Mutiara Subari (2014) melakukan penelitian tentang Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Masyarakat Kota Cirebon

Menjadi Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan. Penelitian ini menujukan

bahwa sikap, norma subyektif dan persepsi kemampuan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap intensi untuk menjadi peserta

jaminan kesehatan mandiri pada masyarakat Kota Cirebon (http: //

pustaka. unpad.ac.id).

3. I. A. Putri Widhiastuti (2015) melakukan penelitian terhadap Hubungan

Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan pasien

rawat Jalan dalam program JKN secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar

Timur. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa persepsi manfaat

terbukti berhubungan dengan kepesertaan JKN secara Mandiri dan variabel

yang tidak terbukti berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri

yaitu usia, pendidikan, penghasilan, persepsi kerentanan, persepsi

keparahan, persepsi ancaman, persepsi hambatan, dan sosialisasi tentang

JKN (www.pps.unud.ac.id).
4. Shari agustina Tanjung (2015) melakukan penelitian tentang Hubungan

Pengetahuan tentang JKN dengan Sikap Kepesertaan JKN Mandiri di

Puskesmas Mergansan Yogyakarta. Dari hasil penelitian Shari (2015)

menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan tentang JKN dengan sikap

Kepesertaan JKN mandiri di Puskesmas Mergansan Yogyakarta.

(Http://opac.say.ac.id).

5. Karunia Atmawati (2015) melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Minat Masyarakat untuk menjadi Peserta JKN Mandiri di

Kota Mojokerto. Dalam penelitiannya Karunia hanya berfokus pada dua

faktor yaitu status ekonomi dan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan

bahwa sebagian besar responden memiliki status ekonomi kelas menengah,

sebagian besar dari responden memiliki pengetahuan kurang dan sebagian

besar dari responden memiliki minat kategori sedang. Dalam penelitian Kurnia

(2015) juga menunjukan status ekonomi dan pengetahuan berpengaruh

terhadap minat masyarakat untuk menjadi peserta JKN Mandiri

(http://jurnal.smh.ac.id).

Penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti hampir sama dengan

penelitian I. A. Putri Widhiastuti (2015) yaitu adanya kesamaan beberapa

variabel yang diteliti namun terdapat perbedaan yaitu tidak semua variabel

yang di teliti sama.

D. Kerangka Konsep

1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah yang

bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi

seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.

Kepesertaan JKN dikategorikan dalam dua kategori yakni peserta mandiri dan

non mandiri. Kepesertaan mandiri yaitu peserta yang melakukan pendaftaran

sebagai peserta secara mandiri oleh peserta bersangkutan sedangkan peserta non-

mandiri yaitu peserta yang melakukan pendaftaran sebagai peserta melalui orang

ketiga/perantara yaitu Pemerintah dan pemberi kerja. Target ke depan sesuai

dengan Pasal 4 Undang-Undang SJSN yaitu semua penduduk Indonesia

wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan, namun pada kenyataannya

kepesertaan JKN mandiri masih rendah.

Menurut Lawrence Green dalam Notoadmojo (2007), perilaku manusia

dapat terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya), faktor pendukung

(Puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, tenaga kesehatan dan

sebagainya) dan faktor pendorong (sikap dan perilaku dari petugas kesehatan dan

sosialisasi). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kepesertaan JKN Mandiri.


2. Kerangka Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti mengembangkan suatu

kerangka hubungan antar variabel sebagai berikut :

FAKTOR PREDISPOSISI
- Usia
- Pendidikan
- Pengetahuan

FAKTOR PENDUKUNG
Kepesertaan
- Tingkat Penghasilan
JKN Mandiri

FAKTOR PENDORONG

- Persepsi tentang Manfaat


- Persepsi tentang Hambatan
- Kepemilikan Asuransi Lain

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen

E. Hipotesis

1. Terdapat hubungan faktor umur dengan kepesertaan JKN mandiri di

wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

2. Terdapat hubungan faktor tingkat pendidikan dengan kepesertaan JKN

mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

3. Terdapat hubungan faktor tingkat penghasilan dengan kepesertaan JKN

mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.


4. Terdapat hubungan faktor pengetahuan tentang JKN dengan kepesertaan

JKN mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun

2016.

5. Terdapat hubungan faktor persepsi masyarakat tentang manfaat yang di

peroleh dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja Puskesmas

Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

6. Terdapat hubungan faktor persepsi masyarakat tentang hambatan yang

dialami dengan kepesertaan JKN mandiri di wilayah kerja Puskesmas

Sikumana Kota Kupang tahun 2016.

7. Terdapat hubungan kepemilikan asuransi lain dengan kepesertaan JKN

mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang tahun 2016.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan

pendekatan waktu secara cross-sectional. Cross-sectional adalah suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor penyebab dengan

masalah kesehatan, menggunakan pendekatan observasional atau

mengumpulkan data sekaligus pada suatu saat artinya tiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status

karakter atau variabel subjek pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Wilayah kerja Puskesmas Sikumana Penelitian

ini dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan September 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang

tergolong sebagai peserta JKN Mandiri dan bukan Peserta JKN Mandiri yang

tinggal dan menetap di Wilayah kerja Puskesmas Sikumana yaitu 15.806 jiwa.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari

populasi itu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dimana

sampel/responden yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan atau kriteria

tertentu.Ukuran sampel (n) berdasarkan rumus (Riyanto, 2011):

n = N Z(1-α/2)2 P(1-P) ….
Nd2 + Z(1-α/2) 2 P(1-P)
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
Z(1-α/2) : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan
(TK), jika 90%= 1,64, TK 95%= 1,96 dan TK 99% = 2,57.
P : proporsi kejadian. Proporsi peserta JKN mandiri adalah 15%
d : besar penyimpangan; 0,1, 0,05, dan 0,01.

Bila diketahui jumlah populasi sebanyak 15.806 jiwa, maka jumlah sampel

yang di ambil adalah:

n = (15.806) (1,96)2 0,15 (1-0,15)


(15.806) (0,05)2 + 0,15(1-0,15)
= 7.741,84
39,64
= 195.

Kriteria sampel yang di tetapkan:


1. Masyarakat yang telah terdaftar sebagai peserta JKN mandiri dan belum

menjadi peserta JKN yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun di

buktikan dengan KTP.

2. Masyarakat bersedia menjadi responden penelitian.

D. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

dengan responden pada saat penelitian dilaksanakan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh berupa dokumen tentang jumlah

kepesertaan JKN di Kota Kupang tahun 2015 dari BPJS Kesehatan Kota

Kupang dan data tentang jumlah penduduk di Kecamatan Maulafa dari

Kantor Camat Maulafa.

3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional dan kriteria objektif masing-masing variabel yang

diteliti diberikan batasan sesuai dengan tujuan penelitian (Tabel 3.1) di

bawah ini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Cara Kriteria Objektif Skala


Operasioanal pengukuran
1 Umur Umur adalah Wawancara Kriteria Objektif Ordinal
lamanya hidup dengan 1. Muda : Jika
seseorang sejak menggunakan berusia 20-30
dilahirkan hingga kuesioner tahun
saat ini. 2. Tua : Jika
(Soekanto,1990) berusia > 30
tahun

(Notoatmodjo, 2003)
2 Tingkat Pendidikan formal Wawancara Kriteria Objektif Ordinal
Pendidikan yang terakhir dengan 1. Rendah : Jika
ditamatkan oleh menggunakan pendidikan
seseorang kuesioner terakhir ≤ SMP
berdasarkan 2. Tinggi : Jika
tingkatan yang pendidikan
diakui pemerintah terakhir ≥ SMA
3 Tingkat Rata-rata jumlah Wawancara Kriteria Objektif Ordinal
Penghasilan penghasilan keluarga dengan 1. >500rb
dalam satu bulan menggunakan 2. 500rb- 1 juta
kuesioner 3. 1,1 juta- 2 juta
4. > 2 juta
4 Pengetahuan Pengetahuan adalah Wawancara Kriteria Objektif Ordinal
tentang JKN hasil dari tahu, dan dengan 1. Rendah : apabila
ini terjadi setelah menggunakan jawaban
seseorang melakukan kuesioner responden ≤
penginderaan 50%
terhadap suatu objek 2. Tinggi: apabila
tertentu yakni tentang jawaban
pengertian JKN, responden >
kepesertaan JKN, 50%
besaran iuran JKN,
manfaat JKN.
5 Persepsi Pandangan Wawancara Kriteria Objektif Nominal
tentang masyarakat tentang dengan 1. Positif: apabila
Manfaat manfaat yang akan menggunakan jumlah jawaban
didapatkan apabila kuesioner responden
menjadi peserta ≥90%
BPJS 2. Negatif: jumlah
apabila jawaban
responden <90%
(Widhiastuti,2015)
6 Persepsi Pandangan Wawancara Kriteria Objektif Ordinal
tentang masyarakat tentang dengan 1. Positif : apabila
Hambatan hambatan yang akan menggunakan jumlah jawaban
didapatkan apabila kuesioner responden <90%
menjadi peserta 2. Negatif : jumlah
BPJS Kesehatan apabila jawaban
responden ≥ 90%
(Widhiastuti,2015)
7 Kepemilikan Kepemilikan Wawancara Kriteria Objektif Nominal
Asuransi asuransi kesehatan dengan 1. Ya : bila jawaban
Lain selain JKN menggunakan responden ada
kuesioner 2. Tidak : bila
jawabannya tidak
ada
8 Kepesertaan Partipasi Kepala Responden Kriteria Objektif Nominal
JKN secara Keluarga menjadi diwawancara 1. Ya : bila
mandiri peserta JKN Kuesioner jawaban
. dengan membayar responden Ya
iuran sesuai 2. Tidak : bila
kemampuannya jawaban
responden
tidak

E. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan peneliti adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-

pertanyaan terkait variabel yang ingin diteliti. Agar alat ukur yang digunakan

dapat mengukur dengan tepat, maka perlu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas.

Adapun uji validitas dan reliabilitas yang digunakan peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan bahwa alat ukur

itu benar–benar mengukur apa yang diukur (Natoatmodjo, 2010). Alat ukur

penelitian ini yaitu kusioner yang berisikan tentang umur, pekerjaan,

pendidikan, penghasilan, pengetahuan, persepsi responden dan kepemiikan

asuransi lain. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan

Pearseon product moment correlation dengan bantuan komputer

(Riwidikdo, 2013). Bila r hitung (r person) ≥ r tabel artinya pertanyaan


tersebut valid dan apabila r hitung (r person) < r tabel artinya pertanyaan

tersebut tidak valid, dengan menggunakan α=0,05 (Riyanto, 2011).

Pengujian validitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai

signifikan dimana jika p < α maka item tersebut dikatakan valid karena

memiliki hubungan yang signifikan antar item dengan jumlah skor total

item.Validitas yang dilakukan pada 30 responden yaitu masyarakat yang

terdaftar sebagai peserta JKN mandiri dan belum menjadi peserta JKN

Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa. Dari hasil uji validitas ini

diperoleh nilai r hitung ≥ r Tabel (0,3610) sehingga dikatakan valid (pada

lampiran 2).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah hal yang dipercaya. Reliabilitas menunjukan apakah

hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap sama bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadapgejala yang sama dengan alat ukur

yang sama (Riwidikdo, 2013). Alat ukur yang diuji reliabilitasnya dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang terdaftar sebagai peserta JKN mandiri

dan belum menjadi peserta JKN Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas

Oesapa. Koefisien realibilitas lebih besar dari koefisien pembandingan Alpha

Cronbach yaitu 0,7 maka pertanyaan tersebut reliabel (Riyanto, 2013). Dari

hasil uji rebilitas ini diperoleh Koefisien realibilitas ≥ Alpha Cronbach yaitu

0,7 sehingga dikatakan valid (pada lampiran 2).

F. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data


1. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul akan diolah nenggunakan computer dengan langkah-

langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :

a) Pemeriksaan Data (editing)

Setiap lembar kuisioner yang telah diisi, diteliti dengan tujuan untuk

mengetahui kelengkapan jawaban dan keabsahan jawaban.

b) Penandaan (coding)

Setelah data diedit maka dilakukan penandaan/pengkodean pada setiap

pertanyaan untuk memudahkan dalam pemindahan data.

c) Pemasukaan data ke computer (entry)

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing reponden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program computer.

Program computer yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

program statistik.

d) Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, dilakukan pengecekkan kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat yang

diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi.


a) Analisis Univariat

Analisis Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dilakukan

analisis dengan mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing variabel.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel independen

dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang

signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan. Dalam analisis ini, uji

statistic yang digunakan adalah Uji Chy Square (X2). (Dahlan, 2008).

Uji tersebut menggunakan batas kemaknaan (alpha) = 0,05 dan 95 %

tingkat kepercayaan dengan ketentuan bila :

a. P-value ≤ 0,05 berarti H0 diterima (P value ≤ α). Uji statistik menunjukan

adanya hubungan yang signifikan.

b. P-value > 0,05 berarti H0 ditolak (P value > α). Uji statistik menunjukan

tidak ada hubungan yang signifikan.

3. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis sebelumnya akan diinterpretasikan dan mulai

disajikan secara tekstular yakni berupa pengantar awal, guna mengawali

penulisan hasil. Kemudian akan dilanjutkan dengan penyajian secara tabular

mengenai data-data dari hasil penelitian. Penyajian diakhiri dengan narasi

singkat yang merupakan bentuk dari interpretasi tabel yang ada sebelumnya

(Saryono,2011).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a) Visi dan Misi Pukesmas Sikumana

Visi

“ Mewujudkan Puskesmas Sikumana sebagai Puskesmas terpercaya bagi

Masyarakat, dengan Pelayanan yang cepat dan berkualitas pada tahun 2017”.

Misi

Untuk mewujudkan visi di atas, telah dirumuskan tiga misi Puskesmas sebagai

berikut:

1. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas agar mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang professional dan berkualitas.

2. Meningkatkan peran serta Masyarakat dari lintas sektor dalam mendukung

pelayanan kesehatan

3. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

b) Keadaan Geografi

Puskesmas Sikumana terletak di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa

Kota Kupang dengan wilayah kerja mencakup enam kelurahan dengan luas

wilayah kerja sebesar 37,92 km2. Kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja

Puskesmas Sikumana adalah Kelurahan Sikumana, Kelurahan Kolhua, Kelurahan


Bello, Kelurahan Fatukoa, Kelurahan Naikolan dan Kelurahan Oepura. Batas

wilayah kerja Puskesmas Sikumana adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah.

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Alak

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Oebobo

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang


Menurut Kelurahan Tahun 2015

Luas Wilayah
No Kelurahan
(Km2) Persen
1 Sikumana 3,36 8,9
2 Bello 5,61 14,8
3 Naikolan 0,82 2,2
4 Kolhua 10,75 28,3
5 Fatukoa 15,71 41,4
6 Oepura 1,67 4,4
Jumlah 37,92 100
Sumber : Data BPS Kota Kupang Tahun 2015

Tabel 4.1 diketahui bahwa kelurahan yang paling luas wilayahnya

adalah Kelurahan Fatukoa dengan luas wilayah 15,71 Km2 sedangkan kelurahan

yang paling kecil wilayahnya adalah Kelurahan Naikolan dengan luas wilayah

0,82 Km2.

c) Keadaan Demografi

1. Jumlah Penduduk Per Kelurahan Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data dari BPS Kota Kupang, gambaran tentang jumlah

penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis
Kelamin di Wilayahu Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun
2015
Jenis Kelamin
No Kelurahan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Fatukoa 1.565 1.549 3.114
2 Sikumana 8.520 8.369 16.889
3 Bello 2.143 1.910 4.053
4 Kolhua 3.887 3.853 7.740
5 Oepura 8.072 7.686 15.758
6 Naikolan 4.343 4.158 8.501
Jumlah 28.530 27.525 56.055
Sumber:Data BPS Kota Kupang 2015

Tabel 4.2 diketahui bahwa di Puskesmas Sikumana jumlah penduduk laki-

laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Dari enam kelurahan di wilayah kerja

Puskesmas Sikumana, kelurahan Sikumana merupakan kelurahan dengan jumlah

penduduk paling banyak yaitu sebanyak 16.889 orang sedangkan kelurahan Fatukoa

adalah kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu sebanyak 3.114

orang.

2. Jumlah Penduduk Per Kelurahan Menurut Golongan Umur

Berdasarkan data dari BPS Kota Kupang, gambaran tentang jumlah

penduduk per kelurahan menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Wilayah


Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2015
Golongan Kelurahan
No Jumlah
Umur Fatukoa Sikumana Bello Kolhua Oepura Naikolan
1 00-04 303 1.645 395 754 1.535 828 5.460
2 05-09 279 1.513 363 693 1.412 762 5.022
3 10-14 260 1.409 338 646 1.315 710 4.678
4 15-19 381 2.067 496 947 1.928 1.040 6.859
5 20-24 493 2.674 643 1.225 2.497 1.347 8.879
6 25-29 301 1.62h31 392 748 1.523 821 5.416
7 30-34 243 1.316 315 603 1.227 662 4.366
8 35-39 201 1.089 260 499 1.015 547 3.611
9 40-44 180 974 234 447 909 490 3.234
10 45-49 153 832 200 381 775 418 2.759
11 50-54 117 637 153 292 596 321 2.116
12 55-59 80 438 105 201 408 221 1.453
13 60-64 47 254 61 117 237 128 844
14 65-69 32 171 41 78 160 86 568
15 70-74 0 0 28 54 109 59 250
16 75+ 0 0 29 55 112 61 257
Jumlah 3.114 16.889 4.053 7.740 15.758 8.501 56.055
Sumber:Data BPS Kota Kupang Tahun 2015

Tabel 4.3 menunjukan bahwa penduduk diwilayah kerja Puskesmas Sikumana

memiliki golongan umur yang bervariasi dari usia 0-75+ tahun, dengan jumlah

penduduk paling banyak berada pada golongan umur 20-24 tahun yaitu 8.879 orang

dan paling sedikit berada pada golongan umur 70-74 tahun yaitu 250 orang.

3. Keadaan Ketenagaan
Keadaan ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan di

Puskesmas Sikumana sampai akhir tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan Di


Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2015

No Jenis Tenaga Jumlah


1. Dokter Umum 3
2. Dokter Gigi 2
3. Perawat 22
4. Bidan 31
5. Perawat Gigi 4
6. Ass. Apoteker 3
7. Gizi 3
8. Sanitarian 3
9. Analis 1
10. Kesmas 3
11. Pekarya 0
12. Tenaga Non-Kes Lain 6
Jumlah 81
Sumber:Profil Kesehatan Puskesmas Sikumana Tahun 2015

Tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah bidan

yang berjumlah 31 orang, sedangkan tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah

analis yang berumlah satu orang.

4. Situasi Sarana Kesehatan


Jumlah sarana kesehatan di Puskesmas Sikumana tahun 2015 dapat dilihat

pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sikumana Kota Kupang Tahun 2015

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah

1. Puskesmas Induk 1

2. Puskesmas Rawat Inap 1

3. Puskesmas Pembantu (Pustu) 5

4. Posyandu Balita 47

5. Posyandu Lansia 11

6. Balai Pengobatan/ Klinik (Swasta) 1

7. Praktek Dokter/ Bidan 3


8. Apotik 3

Jumlah 70

Sumber:Puskesmas Sikumana Tahun 2016


Tabel 4.5 diketahui bahwa jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Sikumana adalah satu puskesmas rawat inap, lima puskesmas pembantu, 45

posyandu balita dan 11 posyandu lansia, sedangkan balai pengobatan, praktek

dokter/bidan dan apotik adalah milik swasta yang berada di Puskesmas Sikumana.

2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

a) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Wilayah kerja

Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016 sebanyak 195 responden

menunjukkan responden terbanyak adalah responden perempuan, data selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah


Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


1 Laki-laki 73 37.4%
2 Perempuan 122 62.6%
Total 195 100%
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 195 responden dalam penelitian ini

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 62,6 % dan berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 37,4 %


b) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Umur

Distribusi frekuensi responden berdasarkan gologan umur di Wilayah kerja

Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016 sebanyak 195 responden

menunjukkan bahwa umur bervariasi, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Umur di


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016

No Umur (Tahun) Jumlah Persen (%)


1 18-28 46 23,6
2 29-38 69 35,3
2 39-48 54 27,7
3 49-58 18 9,3
4 59-68 8 4,1
Total 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 195 responden dalam penelitian ini,

responden paling banyak berada pada golongan umur 29-38 tahun yaitu sebanyak

35,3 % dan responden paling sedikit berada pada golongan umur 59-68 tahun yaitu

sebanyak 4,1 %.

c) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir di wilayah

kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016 sebanyak 195 responden

menunjukan tingkat pendidikan yang bervariasi yaitu SD, SMP, SMA dan PT. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016
No Tingkat Jumlah Persen (%)
Pendidikan
1 SD 20 10,4
2 SMP 34 17,6
3 SMA 112 57,5
4 PT 28 14,5
Total 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 195 responden dalam penelitian ini

responden memiliki tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak

57,5%, sedangkan jumlah responden paling sedikit adalah SD yaitu 10,4 %.

d) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas

Sikumana Kota Kupang Tahun 2015 sebanyak 195 responden menunjukan

pekerjaan yang bervariasi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di


Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016
No Pekerjaan Jumlah Persen (%)
1 Karyawan/ti swasta 29 14,9
2 Tukang 28 14,4
3 Wiraswasta 58 29,7
4 Ibu Rumah Tangga 45 23,1
5 Lainnya 35 17,9
Total 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 195 responden dalam penelitian ini,

responden paling banyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu 29,7 % dan paling

sedikit bekerja sebagai tukang yaitu sebanyak 14,4 %.

e) Distribusi Frekuensi Kepesertaan JKN Mandiri


Hasil penelitian yang diperoleh kepesertaan JKN Mandiri responden di

wilayah kerja puskesmas Sikumana adalah 30 responden (15%). Lebih lengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepesertaan JKN


Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun
2016
No Peserta JKN Jumlah Persen (%)
1 Ya 30 15,38
2 Tidak 165 84,62
Total 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Dari tabel 4.10 menunjukan bahwa dari 195 responden dalam penelitian ini,

ada 15,38% yang telah menjadi peserta JKN Mandiri sedangkan 84,62% belum

menjadi peserta JKN Mandiri.

3. Analisis Hubungan Antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen

A. Umur dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan umur dengan kepesertaa JKN Mandiri

dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hubungan Antara Umur Dengan Kepesertaan JKN Mandiri Di


Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016

Umur Kepesertaan JKN Total


Ya Tidak
n % n % n %
Muda 4 6,3 59 93,7 63 100
Tua 26 19,7 106 80,3 132 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data Primer 2016

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 195 responden yang berumur muda

dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 6,3% sedangkan yang berumur

tua dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 19,7%, dan responden yang

berumur muda dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 93,7% sedangkan

yang berumur tua dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 80,3%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat

hubungan antara umur dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p= 0,016

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara umur dengan kepesertaan JKN Mandiri.

B. Tingkat Pendidikan Responden dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan kepesertaan

JKN Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kepesertaan


JKN Mandiri Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota
Kupang Tahun 2016

Kepesertaan JKN
Tingkat Total
Ya Tidak
Pendidikan
n % n % n %
Rendah 9 14,3 54 85,7 63 100
Tinggi 21 15,9 111 84,1 132 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 195 responden yang berpendidikan

rendah dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 14,3% sedangkan yang

berpendidikan tinggi dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 15,9%, dan

responden yang berpendidikan rendah dan belum menjadi peserta JKN Mandiri

sebanyak 85,7% sedangkan yang berpendidikan tinggi dan belum menjadi peserta

JKN Mandiri sebanyak 84,1%,.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat hubungan

antara tingkat pendidikan dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p= 0,769

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kepesertaan JKN Mandiri.

C. Tingkat Penghasilan Responden dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan tingkat penghasilan dengan kepesertaan JKN

Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hubungan Antara Tingkat Penghasilan Dengan Kepesertaan JKN


Mandiri Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016

Kepesertaan JKN
Total
Tingkat Penghasilan Ya Tidak
n % n % n %
< Rp. 500.000 7 33,3 14 66,7 21 100
Rp.500.000 – Rp. 1.000.000 14 20,6 54 79,4 68 100
Rp.1.100.000 – Rp. 2.000.000 9 10,6 76 89,4 85 100
> Rp.2.000.000 0 0 21 100 21 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 195 responden yang berpenghasilan

<Rp.500.000 dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 33,3%, yang

berpenghasilan Rp.500.000 – Rp. 1.000.000 dan telah menjadi peserta JKN Mandiri

sebanyak 20,6%, yang berpenghasilan Rp.1.100.000 – Rp. 2.000.000 dan telah

menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 10,6%, dan tidak ada responden yang

berpenghasilan > Rp. 2.000.000 dan telah menjadi peserta JKN Mandiri, yang

berpenghasilan <Rp.500.000 dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak

66,7%, yang berpenghasilan Rp.500.000 – Rp. 1.000.000 dan belum menjadi peserta

JKN Mandiri sebanyak 79,4%, yang berpenghasilan Rp.1.100.000 – Rp. 2.000.000

dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 89,4% sedangkan yang

berpenghasilan > Rp. 2.000.000 dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak

100%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat hubungan

antara tingkat penghasilan dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p= 0,008

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kepesertaan

JKN Mandiri.

D. Pengetahuan Responden dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dengan kepesertaan JKN

Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kepesertaan JKN Mandiri


di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016
Pengetahuan Kepesertaan JKN Total
Ya Tidak
n % n % n %
Rendah 10 9,3 97 90,7 107 100
Tinggi 20 22,7 68 77,3 88 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 195 responden yang memiliki pengetahuan

rendah dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 9,3% sedangkan

responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan telah menjadi peserta JKN Mandiri

sebanyak 22,7%, yang memiliki pengetahuan rendah dan belum menjadi peserta

JKN Mandiri sebanyak 90,7%, dan yang memiliki pengetahuan tinggi dan belum

menjadi peserta JKN Mandiri 77,3%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat hubungan

antara pengetahuan dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p= 0,010

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kepesertaan JKN

Mandiri.

E. Persepsi Manfaat dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan persepsi manfaat dengan kepesertaan JKN

Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hubungan Antara Persepsi Manfaat dengan Kepesertaan JKN


Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016
Persepsi Kepesertaan JKN Total
Manfaat Ya Tidak
n % n % n %
Positif 15 20,8 57 79,2 72 100
Negatif 15 12,2 108 77,3 123 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 195 responden dengan persepsi positif dan

telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 20,8%, sedangkan responden dengan

persepsi negatif dan telah menjadi peserta JKN sebanyak 12,2%, responden dengan

persepsi positif dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 79,2%, dan

responden dengan persepsi negatif dan belum menjadi peserta JKN sebanyak 77,3%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat hubungan

antara persepsi manfaat dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p= 0,107

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara persepsi manfaat dengan

kepesertaan JKN Mandiri.

F. Persepsi Hambatan dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan persepsi hambatan dengan kepesertaan JKN

Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hubungan Antara Persepsi Hambatan dengan Kepesertaan JKN


Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2016

Persepsi Kepesertaan JKN Total


Hambatan Ya Tidak
n % n % n %
Positif 28 15,1 157 84,9 185 100
Negatif 2 20,0 8 80,0 10 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 195 responden dengan persepsi positif dan

telah menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 15,1% sedangkan responden dengan

persepsi negatif dan telah menjadi peserta JKN sebanyak 20,0%, dan responden

dengan persepsi positif dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak 84,9

sedangkan responden dengan persepsi negatif dan belum menjadi peserta JKN

sebanyak 80,0%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat hubungan

antara persepsi hambatan dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p= 0,678

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara persepsi hambatan dengan

kepesertaan JKN Mandiri.

G. Kepemilikan Asuransi Lain dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Distribusi responden berdasarkan umur dengan kepesertaan JKN Mandiri dapat

dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hubungan Antara Kepemilikan Asuransi lain dengan


Kepesertaan JKN Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas
Sikumana Kota Kupang Tahun 2016

Kepemilikan Kepesertaan JKN Total


Asuransi lain Ya Tidak
n % n % n %
Ya 0 0 8 100 8 100
Tidak 30 16 157 84 187 100
Total 30 15,4 165 84,6 195 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 195 responden tidak ada responden yang

memiliki asuransi lain dan telah menjadi peserta JKN Mandiri sedangkan responden

yang tidak memiliki asuransi lain dan telah menjadi peserta JKN sebanyak 16% dan

yang memiliki asuransi lain dan belum menjadi peserta JKN Mandiri sebanyak

100%, sedangkan responden yang tidak memiliki asuransi lain dan belum menjadi

peserta JKN sebanyak 84%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square untuk melihat hubungan

antara kepemilikan asuransi lain dengan kepesertaan JKN Mandiri diperoleh nilai p=

0,218 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kepemilikan asuransi lain

dengan kepesertaan JKN Mandiri.

B. Bahasan

1. Hubungan Umur Dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda.

Umur seseorang dapat menggambarkan kematangan seseorang dalam menentukan

tindakan dari kehidupan. Semakin umur responden bertambah maka semakin matang

pula dalam menentukan suatu pilihan termasuk dalam pemilihan jaminan kesehatan

(Tiaraningrum,2014).
Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara umur

dengan kepesertaan JKN Mandiri. Penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian

Intiasari, dkk (2015), bahwa umur berhubungan dengan kepemilikan asuransi

kesehatan sukarela. Hal ini didukung oleh pernyataan Gani (1997) dalam

Widhiastuti (2015) yang mengatakan bahwa usia seseorang akan berhubungan

dengan risiko kesehatannya sehingga akan muncul kesadaran dalam dirinya untuk

menjadi peserta asuransi kesehatan. Menurut Kotler (2007), seseorang dalam

kelompok usia > 30 tahun akan mempunyai pemikiran yang sudah matang dan

mampu berfikir dengan baik sehingga dapat menerima pelayanan yang diberikan

terhadap kebutuhan kesehatan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakinah

(2014) dan Widhiastuti (2015) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia

dengan kesadaran masyarakat dalam berasuransi kesehatan. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan karakteristik umur yang diteliti oleh peneliti serta perbedaan teknik

penentuan sampel penelitian.

Berdasarkan hasil yang ada maka perlu adanya peningkatan sosialisasi dari

BPJS Kesehatan akan pentingnya menjadi peserta JKN Mandiri kepada masyarakat

dari berbagai golongan usia serta perlu adanya dorongan serta motivasi dari Petugas

Kesehatan Puskesmas kepada masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi peserta

JKN terutama bagi masyarakat belum menjadi peserta JKN Mandiri.

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepesertaan JKN Mandiri


Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau

materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidik guna mencari perubahan

tingkah laku (Notoadmodjo, 2007). Tingkat pendidikan merupakan proses perubahan

sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pembelajaran dan pelatihan yang formal. Masyarakat yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif,

mengetahui lebih banyak tentang masalah dan memiliki status kesehatan yang lebih

baik.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara

tingkat pendidikan dengan kepesertaan JKN Mandiri. Hal ini di karenakan,

keterbatasan masyarakat dalam mengakses informasi terkait program JKN. Pada

penelitian ini didapatkan bahwa 67,7% responden memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan

tentang JKN namun ternyata masih terdapat 67,9% responden yang berpendidikan

tinggi yang memiliki pengatahuan yang rendah dan tidak mengikutsertakan menjadi

peserta JKN Mandiri. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi maka akan

memiliki pemikiran yang lebih baik dalam mengolah informasi sehingga dapat

mempengaruhi pengetahuannya dalam suatu hal. Pengetahuan atau informasi yang

telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat menentukan layanan

kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia (Girma dkk, 2011

dalam Rumengan 2015).

Menurut Lofgren dalam Notoatmodjo (2012), tingkat pendidikan mempengaruhi

kesadaran individu melakukan tindakan perencanaan dan pengendalian untuk


memahami risiko atas kesehatan dirinya. Dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan, maka semakin bertambah pengetahuan dan semakin bertambah pula

kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan meningkatkan keinginan untuk

menjadi peserta asuransi kesehatan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hermawati (2013) dan Wijaya

(2013), dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi

kesadarannya untuk menjadi peserta asuransi jiwa.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, sebagian responden mengatakan sulit

mengakses informasi terkait JKN sehingga perlu adanya penyebaran informasi secara

merata dan akuntanbilitas oleh Pihak BPJS Kesehatan dan Pemerintah seperti

penempelan poster yang berisikan tentang JKN di beberapa tempat-tempat umum

(terutama di Puskesmas) serta melakukan penyebaran informasi JKN melalui media

massa (televisi, siaran radio, koran maupun internet), selain itu masyarakat juga

dituntut untuk berperan aktif dalam mencari informasi tentang JKN baik melalui

kerabat, tetangga maupun melalui media massa.

3. Hubungan Tingkat Penghasilan Dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dari pendapatan perkapita.

Tingkat pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh individu atau masyarakat dari

aktiiftas setiap bulannya. Hal ini berdampak pada keinginan masyarakat tersebut

berpartisipasi dalam asuransi kesehatan. Sikap seseorang terhadap JKN dapat

didukung oleh besarnya penghasilan keluarga, sebelum seseorang memilih JKN

mandiri tentunya telah memikirkan besaran iuran yang harus dibayarkan

(Notoadmodjo, 2012).
Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat

penghasilan dengan kepesertaan JKN Mandiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Gunistiyo (2006) tentang kesadaran berasuransi yang menemukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara besaran pendapatan dengan kesadaran berasuransi.

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kesadarannya dalam berasuransi kesehatan

akan semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.

Penelitian juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggi Afifi

(dalam Sakinah, 2014) yang menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi berpengaruh

terhadap sikap seseorang untuk menjadi peserta asuransi kesehatan. Mereka yang

berpenghasilan rendah akan mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari sebelum

memutuskan menjadi peserta asuransi kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa keputusan untuk mencari alternatif

pelayanan kesehatan ada tiga komponen salah satunya adalah komponen enabling

(pendukung) yaitu sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli

jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan).

Berdasarkan hasil wawancara, dijelaskan bahwa hambatan finansial khususnya

bagi keluarga dengan anggota keluarga yang cukup banyak dan berpenghasilan rendah,

menjadi alasan masyarakat untuk tidak bersedia menjadi peserta JKN mandiri. Hal ini

menunjukan bahwa masih ada masyarakat yang berpendapatan rendah yang belum

mendapatkan bantuan dari Pemerintah sehingga perlu ditingkatkan kinerja petugas

lapangan (khususnya RT, Lurah, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan) dalam

melaksanakan pendataan kepesertaan JKN PBI dan Jamkesda agar tepat sasaran.
4. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan indikator dari seseorang

melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika seseorang didasari pada pengetahuan yang

baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana kesehatan itu

dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang diketahuinya.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan ada hubungan antara

pengetahuan dengan kepesertaan JKN Mandiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

di lakukan oleh Tiaraningrum pada tahun 2014 di Surakarta yang menyatakan

kepesertaan JKN dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dimana informasi dapat

mempengaruhi seseorang dalam pemilihan jaminan kesehatan, semakin banyak

informasi yang diberikan secara jelas dan terpercaya akan meningkatkan pengunaan

fasilitas kesehatan yang tersedia. Dalam penelitian Sastradimulya (2015) juga

menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan status kepesertaan program

JKN pada pasien di Puskesmas Majalaya.

Kesadaran adalah kepemilikan pengetahuan atau menjadi sadar akan seseorang,

situasi, atau sesuatu. Kesadaran memiliki beberapa tingkatan,yaitu: tidak tahu

(unaware), pengenalan (recognition),ingatan (recall), dan puncak pikiran (top ofmind).

Kesadaran juga dapat dibagi menjadi dimensi pengenalan (recognition) dan

pengingatan (recall) 4. Ada hubungan signifikan antara tingkat kesadaran,

pengetahuan dan sikap seseorang dalam suatu pengambilan keputusan (Siswoyo,

2015).

Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan pengetahuan rendah lebih

memilih untuk tidak mengikutsertakan diri sebagai peserta JKN Mandiri hal ini
dikarenakan minimya pengetahuan mereka tentang JKN dan juga sering mendapatkan

informasi yang salah tentang program JKN dimana informasi yang didapat berasal dari

pengalaman orang lain dan hanya sebagian kecil yang mendapatkan informasi dari

tokoh masyarakat serta puskesmas sehingga diperlukan adanya peningkatan sosialisasi

dari BPJS Kesehatan terutama tentang keunggulan-keunggulan menjadi peserta JKN

Mandiri kepada masyarakat serta motivasi dari Petugas Kesehatan Puskesmas kepada

masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi peserta JKN terutama bagi masyarakat

belum menjadi peserta JKN Mandiri.

5. Hubungan Persepsi Manfaat Dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Presepsi manfaaat merupakan salah satu komponen dari teori Health Belief

Model yang ada kaitannya antara keuntungan yang akan didapat jika mereka

melakukan tindakan pencegahan atau preventif terhadap suatu masalah kesehatan.

Pada persepsi manfaat setiap manusia akan melakukan penilaian terhadap keuntungan

yang akan diperoleh apabila memanfaatkan layanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhannya. Keuntungan yang dimaksud seperti mereka dapat mengurangi resiko

dari penyakit yang dialaminya sehingga tubuhnya menjadi semakin sehat.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara

persepsi manfaat dengan kepesertaan JKN Mandiri. Hal ini dikarenakan banyak

masyarakat yang beranggapan bahwa dengan menjadi peserta JKN Mandiri manfaat

yang diperoleh sangat sedikit artinya manfaat yang diperoleh masih biasa-biasa saja.

Berdasarkan teori Kurt Lewin dalam Widhiastuti (2015) bahwa perubahan

perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor penghambat. Bila
persepsi seseorang terhadap manfaat suatu program tinggi, hal ini akan dikatakan

sebagai pendorong ke arah tujuan yang diinginkan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian tentang motivasi kepesertaan JKN

mandiri yang dilakukan di Kota Surakarta (Tiaraningrum, 2014) yang mendapatkan

hasil bahwa 80% menyadari manfaat pentingnya kesehatan dalam kehidupan dan

sebanyak 86% mengatakan keikutsertaan dalam JKN agar kesehatannya terjamin.

Perbedaan ini dikarenakan status respoden berbeda dimana responden peneliti bukan

hanya peserta JKN Mandiri tetapi juga masyarakat yang tergolong sebagai peserta

mandiri dan belum menjadi peserta JKN Mandiri.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian responden mengatakan bahwa

pelaksanaan JKN belum merata di seluruh wilayah di Indonesia padahal dalam prinsip

JKN haruslah portabilitas. Portabilitas yang dimaksud adalah untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau

tempat tinggal dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu adanya peningkatan prinsip Portabilitas dalam program JKN ini

dan perlu adanya sosialisasi lebih lanjut lintas sektor dalam program JKN terkait

prinsip-prinsip JKN.

6. Hubungan Persepsi Hambatan Dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Persepsi hambatan adalah persepsi sesorang terhadap suatu hambatan atau

kesulitan yang dapat dirasakan oleh setiap orang untuk mendapatkan layanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Becker (dalam Notoatmodjo 2012),

perubahan perilaku untuk memafaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh


persepsi-persepsi, salah satunya yaitu persepsi hambatan atau rintangan yang dihadapi

untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Persepsi hambatan yang mempengaruhi

kepesertaan JKN secara mandiri antara lain pemahaman persyaratan menjadi peserta

JKN, biaya, prosedur, perbedaan pelayanan dan waktu yang diperlukan untuk

mendapat pelayanan.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara

persepsi hambatan dengan kepesertaan JKN Mandiri. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Widhiastuti (2015) yang menunjukkan tidak ada hubungan

yang bermakna antara persepsi hambatan dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Hal

ini di karenakan banyak responden yang memiliki persepsi positif namun belum mau

menjadi peserta JKN Mandiri dengan alasan masalah ekonomi keluarga.

Menurut Notoatmodjo (2012), persepsi individu dapat menyebabkan adanya

pengambilan keputusan dan perubahan perilaku dari hasil simultan antara faktor

eksternal dan internal pada subyek atau orang yang melakukan perilaku tersebut.

Apabila persepsi seseorang terhadap hambatan sebagai faktor penghambat ditemukan

rendah, maka perubahan perilaku ke arah tujuan yang diinginkan akan lebih cepat

begitupun sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa hampir semua responden

mempunyai persepsi hambatan yang rendah, namun ada beberapa pendapat negatif

yang muncul saat peneliti melakukan penelitian seperti masih tingginya iuran yang

ditetapkan tiap bulannya, masih adanya batasan antara pemegang kartu JKN dengan

peserta yang membayar sendiri dalam menerima pelayanan kesehatan dan masih

lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menerima pelayanan kesehatan. Perlu adanya
pendataan ulang oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang terkait kepesertaan JKN PBI dan

Jamkesda agar masyarakat yang berpendapatan rendah agar bisa di cakup dalam

jaminan kesehatan nasional dan juga perlu adanya peningkatan sumber daya tenaga

kesehatan di berbagai Fasilitas kesehatan dari segi kuantitas dan kualitasnya agar

masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang diterima dalam program JKN.

7. Hubungan Kepemilikan Asuransi Lain dengan Kepesertaan JKN Mandiri

Jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan

Negara guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang

layak. JKN merupakan jaminan kesehatan sosial yang diperuntukkan oleh seluruh

masyarakat Indonesia dengan kepesertaannya bersifat wajib sedangkan asuransi adalah

sebuah bentuk perlindungan terhadap suatu kejadian yang mungkin terjadi. Perbedaan

dasar antara jaminan dengan asuransi adalah adanya faktor risiko yang dilindungi dan

juga ada yang tidak dilindungi.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara

kepemilikan asuransi lain dengan kepesertaan JKN Mandiri. Hal ini dikarenakan hanya

sekitar 4,1% responden yang memiliki asuransi lain, artinya banyak responden belum

menjadi peserta JKN mandiri dan tidak memiliki asuransi lain .

Kepemilikan asuransi lain dapat mempengaruhi seseorang untuk sulit

berpartisipasi dalam asuransi atau jaminan kesehatan yang baru diketahuinya apalagi

bila seseorang sudah tertanam tingkat loyalitas yang tinggi terhadap asuransi tersebut
begitupun sebaliknya bila seseorang belum memiliki asuransi maka besar

kemungkinan ia akan berpartisipasi dalam program asuransi atau jaminan kesehatan

yang ditawarkan. Dalam penelitian Siswoyo (2015) mengatakan bahwa kepemilikan

asuransi kesehatan swasta adalah salah satu alasan responden menunda kepesertaan

JKN.

Menurut penelitian Shafie dan Hassali (2013) dalam Widhiastuti Ida (2015),

kemauan seseorang membayar sukarela jaminan kesehatan berbasis masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kesukuan, pendidikan, penghasilan perbulan,

penyakit kronik dan adanya cakupan asuransi swasta.

Berdasarkan hasil penelitian, 96,2% responden yang belum menjadi Peserta

JKN mandiri juga tidak memiliki asuransi lain, sedangkan 4,8% responden yang

memiliki asuransi lain mengatakan bahwa mereka lebih mendapatkan manfaat dari

asuransi yang diikutinya dibandingkan menjadi peserta JKN Mandiri. Perlu adanya

peningkatan kesadaran dari masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam program JKN

yang didukung oleh pemberian motivasi serta informasi tentang manfaat keikutsertaan

JKN dari Pemerintah dan BPJS Kesehatan.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara umur dengan kepesertaan JKN Mandiri dengan nilai

p=0,016 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2016.

2. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepesertaan JKN

Mandiri dengan nilai p=0,769 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota

Kupang Tahun 2016.

3. Ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kepesertaan JKN Mandiri

dengan nilai p=0,008 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang

Tahun 2016.

4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepesertaan JKN Mandiri dengan

nilai p=0,010 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun

2016.

5. Tidak ada hubungan antara persepsi manfaat dengan kepesertaan JKN Mandiri

dengan nilai p=0,107 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang

Tahun 2016.

6. Tidak ada hubungan antara persepsi hambatan dengan kepesertaan JKN

Mandiri dengan nilai p=0,678 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota

Kupang Tahun 2016.


7. Tidak ada hubungan antara kepemilikan asuransi lain dengan kepesertaan JKN

Mandiri dengan nilai p=0,218 di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota

Kupang Tahun 2016.

B. Saran

1. Bagi instansi terkait

a. Bagi BPJS Kesehatan agar dapat melaksanakan sosialisasi JKN secara berkala

dan menekankan manfaat-manfaat dalam program JKN secara menyeluruh

kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media

massa).

b. Bagi Petugas Kesehatan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk dapat

melakukan sosialisasi JKN kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Sikumana serta dapat membrikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat

untuk mendaftarkan diri menjadi peserta JKN terutama bagi masyarakat belum

menjadi peserta JKN Mandiri.

c. Bagi RT, Lurah, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan perlu ditingkatkan kinerja

petugas lapangan dalam melaksanakan pendataan kepesertaan JKN PBI dan

Jamkesda agar tepat sasaran.

2. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian tentang kemampuan menbayar

(Aillity To Pay) dan kemauan membayar (Willingness To Pay) premi JKN di

wilayah kerja Puskesmas Sikumana dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan
menggunakan variabel-variabel lain yang belum diteliti seperti motivasi kepesertaan

JKN, persepsi kerentanan, persepsi ancaman,persepsi keparahan penyakit dan

persepsi resiko penyakit.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam mencari informasi tentang JKN

dan dapat segera mendaftarkan diri sebagai peserta JKN Mandiri.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta. Binarupa Aksara.


Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Penduduk Kota Kupang 2015. Kupang
Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Sagung Seto.
Ganie, Junaidi. 2011. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: SinarGrafika.
Gunistiyono.2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran masyarakat
berasuransi di Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
Handayani, Elmamy.2014.Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat
Membayar Iuran Jaminan Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.\
Herawati, Sri. 2013. Analisis Permintaan Asuransi Jiwa D Indonesia, disertasi.
Program Pasca Serjana Universitas Gunadarma Depok
Kesehatan, Kementerian. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi JKN. Jakarta.
_________2013. Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam sistem
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta.
________ 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019. Jakarta.
Kolter. 2007. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Mangkunegara, Anwar Prabu.2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia.Bandung: Refika Aditama.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
________2012..Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
________2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Noviansyah.2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Jaminanan Kesehatan
Bagi Masyarakat Miskin. Yogyakarta: Berita Kedokteran Masyarakat Vol.22
(3).
Puskesmas Sikumana.2015. Profil Kesehatan Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2015. Kupang

Putri, Asih. 2014. Seri Buku Saku 2 Paham BPJS. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung
Dan Kantor Perwakilan Indonesia.
Purwandari, Ika.2015. Analisis Sikap Pekerja Informal Non PBI Yang Belum Terdaftar
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014 Di Kabupaten Brebes.
Universitas Negeri Semarang UJPH 4(2) (2015)
Rumengan, Debra. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki
Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi
Manado (Vol, 5. No, 1 Januari 2015)
Riyanti, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sakinah, Ummu. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelurahan Poris
Gaga. Forum Ilmiah, 11(2) (2014).
Saryono.2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sastradimulya, Firiri. 2015. Hubungan Tingkat Pengeahuan PasienTentang JKN
dengan Status Kepesertaan BPJS. Bandung: Universitas Islam Bandung
Sugiyono, 2011, Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Subari, E. D. ., Djuhaeni, H., & Wiwaha, G. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Intensi Menjadi Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan Pada
Masyarakat Kota Cirebon.
Sujatmiko. 2006.Analisis Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
di Kabupaten Kutai Kartanegara.Yogyakarta: Program Pasca Sarjana
Universitas Gajah Mada.
Thabrany, Hasbullah. 2014 .Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Widhiastuti, Ida. 2015. Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi Dan Sosialisasi
Dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur. Denpasar: Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Yahya, Muhbir. 2014. Analisis Prosedur Pelayanan Peserta Askes di Rumah Sakit
Umum Daerah Kh. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar. Makassar.
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEPESERTAAN JKN MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2016

BAGIAN A : IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama responden :

2. Alamat responden :

3. Nomor Hp :

4. Nomor urut responden:

BAGIAN B : PERTANYAAN

Usia, Tingkat Pendidikan,Tingkat Penghasilan dan Kepemilikan asuransi lain

1 Berapa usia anda saat ini? ………………………….Tahun


2 Apa pendidikan terakhir yang pernah 1. Tidak sekolah
Anda tempuh? 2. Tidak Tamat SD
3. SD/ sederajat
4. SMP/ sederajat
5. SMA/ sederajat
6. Akademi/ Universitas
3 Apakah pekerjaan anda saat ini? 1. Karyawan/ti swasta
2. Buruh
3. Dagang
4. Ibu Rumah Tangga
5. Jawaban lain…………
4 Berapa rata- rata penghasilan keluarga 1. < Rp.500.000
per bulan? 2. Rp.500.000 - Rp. 1.000.000
3. Rp.1.100.000-Rp.2.000.000
4. >2.000.000
5 Apakah Bapak/Ibu memiliki kartu 1. Ya (wawancara
jaminan kesehatan nasional ? dilanjutkan ke pertanyaan pengetahuan).
2. Tidak
6 Kartu jaminan apa yang Bapak/Ibu 1. Tidak ada
pergunakan saat mendapatkan 2. Jawaban lain……….
pelayanan kesehatan?

Pengetahuan

No Pernyataan Benar Salah


1 JKN adalah Jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran.
2 BPJS adalah Badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial.
3 Program JKN di berlakukan pada tanggal 1
Januari 2015
4 JKN itu bersifat Sukarela.
5 Kepesertaan JKN terdiri dari Peserta PBI dan
Peserta Bukan PBI.
6 Yang berhak menjadi Peserta PBI adalah
Peserta yang tergolong sebagai masyarakat
kurang mampu.
7 Peserta Non-PBI adalah peserta yang
tergolong sebagai PNS, Anggota Polri,
Pensiunan PNS dan Polri,Pemberi kerja,
Wiraswasta dan Investor.
8 Pendaftaran menjadi peserta JKN hanya bisa
dilakukan di kantor BPJS Kesehatan terdekat.
9 Besar iuran yang ditetapkan dalam program
JKN pada bulan April 2016 adalah Kelas III
Rp. 25.500, Kelas II Rp. 40.500 dan Kelas I
50.500.
10 Lokasi pembayaran iuran JKN setiap
bulannya hanya bisa dilakukan di kantor BPJS
Kesehatan terdekat
11 Sesuai peraturan terbaru tahun 2016 Iuran
JKN paling lambat dibayar pada tanggal 15 di
setiap bulannya.
12 Risiko yang diterima apabila pembayaran
iuran terlambat/melewati batas waktu yang di
tetapkan adalah mendapat biaya tambahan
sebesar 2,5 % dari harga iuran yang dibayar.
13 Peserta JKN yang memerlukan pelayanan,
pertama-tama harus ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. Jika memerlukan pelayanan
lanjutan maka akan dirujuk ke fasilitas
lanjutan ( Rumah sakit).
14 Peserta JKN bisa memperoleh pelayanan
dalam keadaan gawat darurat disetiap fasilitas
Kesehatan manapun baik swasta maupun
pemeritah.
15 Manfaat yang diperoleh oleh peserta JKN
adalah Pelayanan Promotif, Pelayanan
Preventif, Pelayanan Kuratif dan rehabilitatif.
16 Pelayanan KB dan Imunisasi merupakan
pelayanan yang tidak ditanggung dalam
program JKN.
17 Pelayanan ortodonsi atau meratakan gigi
merupakan pelayanan yang tidak ditanggung
dalam program JKN.
18 Pelayanan untuk mempercantik diri seperti
kosmetik ditanggung dalam program JKN.

Persepsi Manfaat

No Pertanyaan Jawaban
1 Dengan menjadi peserta JKN, maka biaya a) Sangat setuju
pelayanan/ perawatan kesehatan dapat b) Setuju
ditanggulangi. Bagaimana menurut c) Tidak setuju
Bapak/Ibu? d) Sangat tidak setuju
2 Dengan menjadi peserta JKN, maka akan a) Sangat setuju
memperoleh pelayanan yang bermutu dan b) Setuju
memadai. c) Tidak setuju
d) Sangat tidak setuju
3 Dalam keadaan gawat darurat, sebagai a) Sangat setuju
peserta JKN akan mendapat pertolongan di b) Setuju
fasilitas kesehatan mana saja. Bagaimana c) Tidak setuju
menurut Bapak/Ibu? d) Sangat tidak setuju
4 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang a) Sangat baik
kartu JKN yang dapat dipergunakan di b) Baik
seluruh Indonesia? c) Cukup baik
d) Tidak baik
5 Bagaimana menurut Bapak/Ibu keamanan a) Sangat aman dan tenang
menjadi peserta JKN dalam mendapatkan b) Aman dan tenang
pelayanan kesehatan? c) Biasa saja
d) Tidak ada perubahan

Persepsi Hambatan
NO Pertanyaan Jawaban
1 Menurut pemahaman Bapak/Ibu, a) Sangat rumit
bagaimana persyaratan menjadi peserta b) Rumit
JKN? c) Mudah
d) Sangat mudah

2 Menurut pendapat Bapak/Ibu bagaimanaa) Sangat rumit


prosedur pendaftaran peserta JKN? b) Rumit
c) Mudah
d) Sangat mudah

3 Bagaimana menurut Bapak/Ibu biaya


a) Sangat mahal
yang b) Mahal
diperlukan menjadi peserta JKN? c) Cukup
d) Murah

4 Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang


a) Sangat rumit
prosedur pembayaran Iuran JKN? b) Rumit
c) Mudah
d) Sangat mudah

5 Menurut Bapak/Ibu bagaimana perbedaan a) Sangat berbeda


peserta JKN dengan bukan peserta dalamb) Berbeda
pelayanan kesehatan yang diterima? c) Ada pembatasan
d) Tidak berbeda

6 Menurut Bapak/Ibu, seberapa lama waktu


a) Sangat lama
yang dibutuhkan apabila memerlukan b) Lama
pelayanan kesehatan menggunakan JKN?c) Cukup
d) Tidak lama
LAMPIRAN 2

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


1. UJI VALIDITAS

A. Pengetahuan

No
rxy rtabel Keterangan
Item
1 0,393042 0,3610 valid
2 0,376658 0,3610 valid
3 0,443895 0,3610 valid
4 0,404763 0,3610 valid
5 0,34975 0,3610 valid
6 0,381467 0,3610 valid
7 0,404867 0,3610 valid
8 0,477081 0,3610 Valid
9 0,61329 0,3610 Valid
10 0,376658 0,3610 valid
11 0,385465 0,3610 valid
12 0,36316 0,3610 valid
13 0,434616 0,3610 valid
14 0,369109 0,3610 valid
15 0,425147 0,3610 valid
16 0,465631 0,3610 valid
17 0,437653 0,3610 valid
18 0,447 0,3610 valid

B. Persepsi Manfaat

No
rxy rtabel Keterangan
Item
1 0,421962 0,3610 Valid
2 0,367371 0,3610 Valid
3 0,430351 0,3610 Valid
4 0,361783 0,3610 Valid
5 0,409456 0,3610 Valid

C. Persepsi Hambatan
No Item rxy rtabel Keterangan
1 0,515886 0,3610 valid
2 0,586656 0,3610 valid
3 0,423557 0,3610 valid
4 0,406176 0,3610 valid
5 0,514367 0,3610 Valid
6 0,55608 0,3610 valid

2. UJI REALIBILITAS

A. Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items

.720 18

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Pertanyaan_1 9.60 11.421 .296 .709

Pertanyaan_2 9.63 11.413 .271 .711

Pertanyaan_3 10.10 11.059 .324 .706


Pertanyaan_4 10.17 11.247 .290 .709

Pertanyaan_5 9.90 11.334 .214 .717

Pertanyaan_6 9.70 11.321 .264 .711

Pertanyaan_7 9.70 11.114 .270 .711

Pertanyaan_8 9.83 10.902 .356 .702

Pertanyaan_9 10.13 10.533 .520 .687

Pertanyaan_10 9.93 11.237 .243 .714

Pertanyaan_11 10.07 11.237 .257 .712

Pertanyaan_12 9.87 11.292 .229 .715

Pertanyaan_13 9.67 11.195 .327 .706

Pertanyaan_14 9.90 11.266 .235 .715

Pertanyaan_15 9.70 11.183 .312 .707

Pertanyaan_16 10.07 10.961 .346 .704

Pertanyaan_17 9.83 11.040 .312 .707

Pertanyaan_18 9.57 11.357 .363 .705

B. Persepsi Manfaat
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.713 5

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Pertanyaan_1 11.53 6.257 .647 .601

Pertanyaan_2 11.73 6.064 .547 .632

Pertanyaan_3 11.83 8.282 .150 .768

Pertanyaan_4 11.93 6.271 .422 .691

Pertanyaan_5 11.90 5.748 .628 .595

C. Persepsi Hambatan
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.728 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

Pertanyaan_1 12.17 6.827 .567 .512

Pertanyaan_2 12.47 8.574 .188 .676

Pertanyaan_3 12.47 6.342 .650 .738

Pertanyaan_4 12.27 5.241 .442 .764

Pertanyaan_5 11.83 8.788 .526 .685

Pertanyaan_6 11.80 5.567 .226 .711


Lampiran 3
Dokumentasi penelitian

Fasilitas Kesehatan Pertama yang ada di Lokasi penelitian

Wawancara Dengan Responden yang Telah Menjadi Peserta JKN Mandiri


Wawancara Dengan Responden yang Belum Menjadi Peserta JKN Mandiri
LAMPIRAN 4

OUTPUT MASTER TABEL DATA PENELITIAN

Kepemilikan
Tingkat Tingkat Persepsi Persepsi Kepesertaan
No Nama Usia Pengetahuan Asuransi
Pendidikan Pengahasilan Manfaat Hambatan JKN
Lain
1 MT 2 2 2 2 2 1 1 2
2 ML 1 1 1 1 1 1 1 2
3 MF 1 1 2 1 2 1 1 2
4 MT 2 1 3 1 2 1 1 2
5 NT 2 1 3 1 2 1 1 2
6 NB 1 2 2 2 1 1 1 2
7 ON 2 2 4 2 2 1 1 2
8 OH 1 2 4 1 1 1 1 2
9 OH 2 2 2 1 1 1 2 2
10 PM 1 2 3 1 1 2 1 1
11 PK 2 1 2 1 1 1 1 2
12 PM 2 2 3 2 2 1 1 2
13 PS 2 1 2 1 2 1 1 2
14 PS 2 1 4 1 2 1 1 2
15 PN 2 2 3 1 1 1 1 2
16 ST 2 2 3 2 2 1 1 2
17 VA 2 2 3 1 2 1 1 2
18 VM 2 2 3 2 2 1 1 1
19 YA 2 2 2 2 2 1 1 2
20 YB 2 1 1 2 2 1 1 1
21 YM 1 2 2 2 2 1 1 2
22 TH 2 2 2 1 2 2 1 1
23 AP 2 2 2 2 2 1 1 2
24 RA 2 2 3 2 2 1 1 2
25 AL 1 1 1 2 2 1 1 2
26 NN 2 2 2 1 2 1 1 2
27 EM 2 2 2 1 2 1 1 2
28 MA 1 2 1 2 2 1 1 2
29 PB 2 1 2 1 2 1 1 2
30 PA 2 1 2 1 2 1 1 2
31 DL 2 2 3 2 1 2 1 2
32 RD 2 2 3 1 1 1 1 2
33 HL 2 2 3 1 2 1 1 2
34 YL 2 2 4 2 2 1 1 2
35 JH 1 2 4 1 2 1 1 2
36 KL 2 2 3 2 2 1 1 2
37 HY 1 1 2 1 2 2 1 2
38 GY 2 2 3 2 2 2 1 2
39 DL 2 2 3 2 2 1 1 2
40 R 1 2 2 2 2 1 1 2
41 MT 1 1 4 1 1 1 1 2
42 GH 2 2 1 1 2 1 1 2
43 BM 2 2 1 2 2 1 1 2
44 BS 2 2 3 1 1 1 1 2
45 SS 2 2 2 1 1 1 1 2
46 AA 2 1 2 2 2 1 1 2
47 SH 2 2 3 1 1 1 1 2
48 EF 2 2 2 2 1 1 1 1
49 ZD 2 2 3 1 2 2 1 2
50 AO 2 2 3 2 2 1 1 2
51 NS 1 1 2 2 2 1 1 2
52 YB 2 1 3 1 2 2 1 2
53 YB 2 2 2 2 1 1 1 1
54 ET 2 1 1 2 1 1 1 2
55 MS 2 2 2 2 1 1 1 1
56 PI 2 1 2 2 2 1 1 2
57 FD 2 2 3 1 1 1 1 2
58 YB 2 2 2 2 2 1 2 2
59 HM 1 2 3 1 2 1 1 2
60 JN 2 1 1 1 2 1 1 1
61 IN 1 2 3 2 1 1 1 2
62 TL 1 1 3 2 2 1 1 1
63 PS 2 1 3 1 1 1 1 2
64 IM 2 1 4 2 1 1 1 2
65 TL 1 2 3 1 1 1 1 2
66 YM 2 2 1 1 2 1 1 2
67 DM 1 2 3 2 2 1 1 2
68 HM 1 2 4 2 2 1 1 2
69 RA 2 2 3 1 2 1 1 2
70 NL 2 2 4 1 1 1 1 2
71 JO 2 2 3 1 2 1 1 2
72 OL 2 2 2 2 2 1 1 1
73 WL 1 1 2 2 2 1 1 2
74 AM 1 1 4 1 2 1 1 2
75 ON 1 1 3 2 2 1 1 2
76 AN 2 1 2 2 1 1 1 2
77 YN 2 1 1 2 2 1 1 1
78 EK 1 2 3 2 2 1 1 2
79 RT 2 1 1 2 1 1 1 1
80 TL 2 2 3 1 2 1 1 2
81 NB 1 2 2 2 1 1 1 2
82 YB 1 2 3 2 1 1 1 2
83 BK 2 2 3 1 2 1 1 2
84 MM 2 1 4 2 2 1 1 2
85 AF 1 1 4 1 2 1 2 2
86 MM 2 1 3 2 2 1 1 2
87 NA 1 2 1 2 1 1 1 2
88 YH 2 2 3 1 2 1 1 2
89 AB 1 2 3 2 2 1 1 2
90 SP 2 2 3 1 2 1 1 2
91 YJ 2 2 2 1 1 1 1 1
92 IM 1 2 3 2 2 1 1 2
93 E 2 2 2 1 2 1 1 2
94 KT 2 2 2 2 1 1 1 1
95 KN 2 2 3 2 2 1 1 2
96 KN 1 2 3 2 1 1 1 2
97 KT 1 2 3 2 2 1 1 2
98 KD 1 2 1 2 2 2 1 2
99 AT 2 2 3 1 2 1 1 2
100 AM 2 1 2 2 1 1 2 2
101 AK 1 2 3 1 2 1 1 2
102 DN 2 1 3 1 2 1 1 2
103 FN 2 1 3 1 1 1 1 2
104 FH 1 2 2 1 1 1 1 2
105 MM 1 2 3 2 2 1 1 2
106 S 1 2 3 1 2 1 1 2
107 AP 1 1 2 2 2 2 1 2
108 SL 1 1 2 2 2 1 1 2
109 MA 2 2 2 1 1 1 1 1
110 OP 2 1 2 2 2 1 1 2
111 SH 2 2 3 1 2 1 1 2
112 AM 2 2 2 2 2 1 1 2
113 KL 2 2 4 1 2 1 1 2
114 PA 2 2 3 1 2 1 1 2
115 S 1 2 3 1 1 1 1 2
116 YS 2 1 2 1 2 1 1 2
117 SR 1 1 3 2 2 1 1 2
118 HN 2 2 1 1 1 1 1 2
119 YN 1 1 3 1 2 1 1 2
120 AM 1 2 2 1 2 1 1 2
121 GT 2 2 3 1 2 1 1 2
122 HN 1 2 3 1 2 1 1 2
123 JM 1 2 2 1 2 1 1 2
124 DF 1 2 2 1 1 1 2 2
125 RS 1 2 3 2 2 1 1 2
126 D 2 1 2 1 1 1 1 2
127 VB 2 2 4 2 2 1 1 2
128 VG 1 1 3 1 2 2 1 2
129 MK 1 2 2 2 1 1 1 1
130 HN 2 2 3 2 2 1 1 2
131 KN 2 2 2 1 1 1 1 2
132 HM 1 2 2 1 1 1 1 2
133 HM 2 1 3 2 1 1 1 2
134 YM 2 2 2 2 1 1 1 1
135 LL 2 2 3 2 2 1 1 2
136 MS 2 2 4 2 1 1 2 2
137 DL 2 2 3 2 2 1 1 2
138 PS 2 1 2 1 1 1 1 2
139 EK 2 1 3 2 2 1 1 2
140 PK 2 2 2 1 2 1 1 2
141 RY 2 1 3 1 1 1 1 2
142 JN 2 2 3 1 2 1 1 2
143 RS 2 2 2 2 1 1 1 1
144 CS 2 1 2 1 2 1 1 2
145 ET 2 1 1 2 1 1 1 1
146 MR 2 2 2 2 2 1 1 1
147 YN 2 2 2 2 2 1 1 1
148 ML 1 2 3 1 2 1 1 2
149 LF 1 2 2 2 2 1 1 1
150 EB 2 2 2 2 2 1 1 2
151 VL 1 1 1 1 2 1 1 2
152 AL 2 2 1 1 1 1 1 2
153 MA 2 2 3 2 2 1 1 2
154 FS 1 2 3 1 2 1 1 2
155 AB 2 1 3 1 2 1 1 2
156 AM 2 1 1 1 1 1 1 1
157 SM 2 1 3 1 1 1 1 1
158 AL 2 2 2 1 1 1 1 2
159 AJ 1 1 2 1 1 1 1 2
160 WA 2 2 2 2 2 1 1 2
161 BW 2 2 3 1 2 1 1 2
162 YA 2 2 3 1 1 1 1 2
163 ML 2 2 2 1 1 1 1 2
164 ED 1 2 2 2 2 1 1 2
165 AK 2 2 3 1 1 1 1 2
166 AN 1 2 2 1 1 1 1 2
167 DD 2 2 4 1 2 1 1 2
168 DL 2 2 3 2 2 1 1 1
169 DL 1 2 1 1 2 1 1 2
170 GT 2 1 3 1 1 1 1 2
171 GN 2 2 1 1 1 1 1 2
172 GL 2 1 3 1 1 1 1 2
173 LM 2 2 4 1 2 1 1 2
174 MB 1 2 3 1 2 1 1 2
175 MF 2 2 3 1 2 1 1 1
176 MH 2 2 3 1 2 1 1 2
177 MH 2 2 3 1 2 1 1 1
178 MG 2 2 2 1 1 1 1 2
179 OB 2 2 2 2 1 1 1 2
180 MI 2 2 4 2 1 1 2 2
181 MT 1 2 2 2 1 1 1 2
182 ML 1 2 3 1 1 1 1 2
183 MM 2 2 3 2 2 1 1 1
184 OS 2 2 3 2 2 1 1 1
185 MM 2 1 1 1 1 1 1 1
186 MK 2 1 4 1 2 1 1 2
187 OM 2 2 3 1 1 1 1 2
188 OH 2 1 4 2 2 1 1 2
189 OH 2 1 2 1 2 1 1 2
190 OS 2 1 4 1 1 1 2 2
191 MM 1 2 2 1 2 1 1 2
192 MS 1 1 2 1 2 1 1 2
193 HN 2 1 3 2 1 1 1 2
194 YS 2 1 2 2 1 1 1 2
195 TH 1 2 3 1 1 1 1 2

Keterangan E. Persepsi Manfaat


1. Positif ( ≥90%)
A. Umur 2. Negatif (< 90)
1. Umur Muda (20 tahun-30 Tahun)
2. Umur Tua ( > 30 Tahun) F. Persepsi Hambatan
1. Positif ( <90%)
B. Tingkat Pendidikan 2. Negatif (≥90)
1. Rendah ( Tidak tamat sekolah,Tamat SD, Tamat
SMP) G. Kepemilikan Asuransi Lain
2. Tinggi ( Tamat SMA, S1, S2 dan S3) 1. Ya ( memiliki asuransi selain JKN)
2. Tidak memiliki
C. Tingkat Penghasilan H. Kepesertaan JKN
1. < 500rb 1. Ya
2. 500rb- 1 Juta 2. Tidak
3. 1,1 Juta – 2 juta
4. > 2 Juta
D. Pengetahuan
1. Rendah ( ≤ 50%)
2. Tinggi (> 50%)
Lampiran 5

OUTPUT ANALISIS BIVARIAT

Crosstabs
[DataSet0]
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur * Kepesertaan JKN 195 100.0% 0 .0% 195 100.0%

umur * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Total

umur Muda Count 4 59 63

% within umur 6.3% 93.7% 100.0%

Tua Count 26 106 132

% within umur 19.7% 80.3% 100.0%

Total Count 30 165 195

% within umur 15.4% 84.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.837a 1 .016


Continuity Correctionb 4.856 1 .028
Likelihood Ratio 6.651 1 .010
Fisher's Exact Test .019 .011
Linear-by-Linear Association 5.807 1 .016
N of Valid Casesb 195
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,69.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat pendidikan *
195 100.0% 0 .0% 195 100.0%
Kepesertaan JKN

tingkat pendidikan * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Total

tingkat pendidikan rendah Count 9 54 63

% within tingkat pendidikan 14.3% 85.7% 100.0%

tinggi Count 21 111 132

% within tingkat pendidikan 15.9% 84.1% 100.0%

Total Count 30 165 195

% within tingkat pendidikan 15.4% 84.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .086a 1 .769


Continuity Correctionb .007 1 .935
Likelihood Ratio .087 1 .768
Fisher's Exact Test .835 .475
Linear-by-Linear Association .086 1 .769
N of Valid Casesb 195
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,69.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat penghasilan
195 100.0% 0 .0% 195 100.0%
* Kepesertaan JKN

tingkat penghasilan * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Tot

tingkat penghasilan < Rp. 500.000 Count 7 14

% within tingkat penghasilan 33.3% 66.7% 10

Rp.500.000-Rp.1.000.000 Count 14 54

% within tingkat penghasilan 20.6% 79.4% 10

Rp.1.100.000-Rp.2.000.000 Count 9 76

% within tingkat penghasilan 10.6% 89.4% 10

>Rp.2.000.000 Count 0 21

% within tingkat penghasilan .0% 100.0% 10


Total Count 30 165

% within tingkat penghasilan 15.4% 84.6% 10


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 11.932a 3 .008


Likelihood Ratio 14.124 3 .003
Linear-by-Linear Association 11.818 1 .001
N of Valid Cases 195
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,23.

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan * Kepesertaan
195 100.0% 0 .0% 195 100.0%
JKN

pengetahuan * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Total

pengetahuan rendah Count 10 97 107

% within pengetahuan 9.3% 90.7% 100.0%

tinggi Count 20 68 88

% within pengetahuan 22.7% 77.3% 100.0%


Total Count 30 165 195

% within pengetahuan 15.4% 84.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.642a 1 .010


Continuity Correctionb 5.654 1 .017
Likelihood Ratio 6.667 1 .010
Fisher's Exact Test .016 .009
Linear-by-Linear Association 6.608 1 .010
N of Valid Casesb 195
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

persepsi manfaat *
195 100.0% 0 .0% 195 100.0%
Kepesertaan JKN

persepsi manfaat * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Total

persepsi manfaat positif Count 15 57 72

% within persepsi manfaat 20.8% 79.2% 100.0%

negatif Count 15 108 123

% within persepsi manfaat 12.2% 87.8% 100.0%

Total Count 30 165 195

% within persepsi manfaat 15.4% 84.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.603a 1 .107


Continuity Correctionb 1.982 1 .159
Likelihood Ratio 2.530 1 .112
Fisher's Exact Test .149 .081
Linear-by-Linear Association 2.590 1 .108
N of Valid Casesb 195
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,08.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

persepsi hambatan *
195 100.0% 0 .0% 195 100.0%
Kepesertaan JKN

persepsi hambatan * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Total

persepsi hambatan positif Count 28 157 185

% within persepsi hambatan 15.1% 84.9% 100.0%

negatif Count 2 8 10

% within persepsi hambatan 20.0% 80.0% 100.0%


Total Count 30 165 195

% within persepsi hambatan 15.4% 84.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .172a 1 .678


Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .161 1 .688
Fisher's Exact Test .654 .473
Linear-by-Linear Association .172 1 .679
N of Valid Casesb 195
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,54.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kepemilikan asuransi lain *


195 100.0% 0 .0% 195 100.0%
Kepesertaan JKN

kepemilikan asuransi lain * Kepesertaan JKN Crosstabulation

Kepesertaan JKN

ya tidak Total
kepemilikan asuransi lain tidak Count 30 157 187

% within kepemilikan
16.0% 84.0% 100.0%
asuransi lain

ya Count 0 8 8

% within kepemilikan
.0% 100.0% 100.0%
asuransi lain

Total Count 30 165 195

% within kepemilikan
15.4% 84.6% 100.0%
asuransi lain

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.517a 1 .218


Continuity Correctionb .535 1 .465
Likelihood Ratio 2.734 1 .098
Fisher's Exact Test .611 .256
Linear-by-Linear Association 1.509 1 .219
N of Valid Casesb 195
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,23.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai