Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK TERINTEGRASI

MATA KULIAH KESEHATAN MASYARAKAT


DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TANGGAL 16 MEI
SAMPAI DENGAN 27 MEI 2016

OLEH
KELOMPOK I B
IGA Adnya Saraswati

P07124214 003

Gst. Ayu Made Aprilia Hapsari

P07124214 004

Gst. Ayu Agung Widya Artika

P07124214 021

Kadek Devi Ary Suta

P07124214 022

Ni Wayan Marchintia Riana

P07124214 038

Made Irma Suryani

P07124214 039

Ni Luh Putu Wahyu Maisa A

P07124214 051

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D IV KEBIDANAN KLINIK
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIK TERINTEGRASI

MATA KULIAH KESEHATAN MASYARAKAT


DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
OLEH KELOMPOK IB :
IGA Adnya Saraswati

P07124214 003

Gst. Ayu Made Aprilia Hapsari

P07124214 004

Gst. Ayu Agung Widya Artika

P07124214 021

Kadek Devi Ary Suta

P07124214 022

Ni Wayan Marchintia Riana

P07124214 038

Made Irma Suryani

P07124214 049

Ni Luh Putu Wahyu Maisa A

P07124214 051

Denpasar, 27 Mei 2016


Mengetahui

Mengetahui

Pembimbing Praktik

Pembimbing Institusi

Septi Arina, Amd. Keb

Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd

NIP. 198809162010012028

NIP. 195407131978112001

Mengetahui
Penanggung Jawab Mata Kuliah

Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd


NIP. 195407131978112001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan laporan pendahuluan praktik terintegrasi mata kuliah Kesehatan Masyarakat dengan baik.
2

Dalam penyusunan laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran pembuatan laporan ini, yakni yang terhormat:
1. Ibu Ni Gusti Kompiang Sriasih, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ibu Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan praktik ini yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan praktik kesehatan masyarakat dan meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis.
3. Ibu Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah (PJMK) Kesehatan Masyarakat.
4. Semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu , yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum
ini.
Dalam laporan praktik ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati
para pembaca, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Denpasar, 3 Mei 2016


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman judul...................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................. ii
Prakata.................................................................................................................. iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
3

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang..............................................................................................
Tujuan Praktik Laboratorium........................................................................
Metode Praktik Laboratorium.......................................................................
Sistematika Penulisan Laporan.....................................................................

1
2
2
3

BAB II KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT


A. Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Masyarakat......................................... 4
B. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Berkaitan Dengan Kesehatan Masyarakat
............................................................................................................. 12
C. Konsep PHC................................................................................................. 19
D. Pendekatan Dalam Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Khususnya Kesehatan Ibu dan
Anak......................................................................................................... 21
E. Institusi pelayanan KIA........................................................................... 24
F. Advokasi, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mendukung Upaya-Upaya
Kesehatan Ibu dan Anak..........................................................................28
BAB III HASIL PRAKTIK
A.
B.
C.
D.

Upaya-upaya Puskesmas I Denpasar Timur dan Upaya Unggulan.............. 34


Institusi Pelayanan KIA/KB di Puskesmas I Denpasar Timur .................... 37
Pengalaman Praktik Advokasi, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat 39
Penerapan Kesmas Pada Kasus KIA/KB ..................................................... 40

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 46


BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN............................................................................................. 48
B. SARAN.................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan bagi masyarakat merupakan hal yang esensial dan tidak dapat
dihindari lagi. Kesehatan dari masyarakat perlu dijaga untuk mencegah terjadinya
penyakit dan memperpanjang hidup masyarakat. Ilmu kesehatan masyarakat
sangat berhubungan dengan perilaku keseharian dari masyarakat sendiri. Maka
dari itu, kesadaran dari masyarakat sangatlah berpengaruh sehingga konsep
kesehatan dari, oleh, dan untuk masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Kesehatan

masyarakat

adalah

ilmu

dan

seni

mencegah

penyakit,

memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui Usaha-usaha


Pengorganisasian
pemberantasan

Masyarakat
penyakit-penyakit

untuk

perbaikan

menular,

sanitasi

pendidikan

untuk

lingkungan,
kebersihan

perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk


diagnosis dini dan pengobatan, pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin
setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya (Winslow,1920).
Adapun tujuan kesehatan masyarakat yaitu mencakup kesejateraan biologis,
fisik, dan mental semua anggota masyarakat. Untuk mencapai tujuan yang luas,
para profesional kesehatan masyarakat melibatkan dalam berbagai fungsi, dimana
fungsi ini dimanfaatkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah di masa
depan, mengidentifikasi masalah saat ini, mengidentifikasi strategi yang tepat
untuk mengatasi masalah, menerapkan strategi, dan mengevaluasi efektivitas dari
strategi yang digunakan.
Sebagai penunjang dalam asuhan kebidanan, bidan diharapkan menguasai dan
mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat yang sangat diperlukan guna
menguasai konsep pergerakan kesehatan ibu dan anak, dengan memanfaatkan
IPTEK melalui upaya promotif, preventif, serta kerjasama lintas program dan
lintas sektoral untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dengan
memperhatikan potensi, sosial budaya dan sumber daya lokal yang tersedia
(mampu beradaptasi dalam berbagai situasi).

Melalui praktik terintegrasi di wahana praktik Puskesmas I Denpasar Timur,


laporan pendahuluan ini akan mengkaji kesehatan masyarakat dalam pelayanan
kebidanan berdasarkan dari hasil observasi di wahana praktik.
B. Tujuan Praktik
Adapun tujuan dari praktik ini adalah agar mahasiswa semester IV Prodi D
IV Kebidanan Klinik mampu mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat secara
komprehensif

sesuai

dengan

ruang

lingkup

kewenangan

mandiri,

kemitraan/kolaborasi atau rujukan yang berdasarkan evidence based kebidanan


meliputi:
1. Menerapkan konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Menerapkan kebijakan pembangunan kesehatan nasional berkaitan dengan
kesehatan masyarakat.
3. Menerapkan konsep PHC.
4. Mempraktikkan pendekatan dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak.
5. Mengidentifikasi institusi pelayanan KIA/KB.
6. Mempraktikkan advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk
mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak.
C. Metode Praktik
Dalam melakukan observasi terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan di
Puskesmas I Denpasar Timur, terdapat beberapa metode praktik yang digunakan,
antara lain :
1.

Studi Kepustakaan
Metode

kepustakaan

dilakukan

melalui

penelitian

langsung

ke

perpustakaan, guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan


dengan kesehatan masyarakat berupa buku-buku serta dokumen yang ada
relevansinya.
2.

Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang dimaksud bisa
secara langsung pada dokumen atau catatan khusus. Dengan metode
observasi, mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis.

3.

Wawancara

Metode wawancara juga dilakukan melalui anamnesis untuk pengumpulan


data subyektif serta data-data penunjang lainnya baik wawancara dengan
pasien maupun keluarga pasien.
4.

Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya. Dalam metode ini mahasiswa mencari
data mengenai pelayanan yang diberikan oleh bidan dari catatan maupun
buku-buku yang ada.
D. Sistematika Penulisan Laporan
Dalam laporan praktik ini terdiri dari 5 bab, yaitu BAB I Pendahuluan yaitu
bab yang terdiri dari latar belakang, tujuan praktik, metode praktik dan sistematika
penulisan laporan. BAB II terdapat Konsep Kesehatan Masyarakat yang sebagai
tinjauan pustaka dalam melakukan praktik di wahana praktik, adapun yang
dibahas diantaranya: Konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat, Kebijakan
pembangunan kesehatan nasional berkaitan dengan kesehatan masyarakat, Konsep
PHC, Pendekatan dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan
ibu dan anak, Institusi pelayanan KIA/KB, dan Advokasi, kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan
anak. Selanjutnya pada BAB III merupakan Hasil Praktik dimana terdapat 4
pokok bahasan yaitu upaya-upaya Puskesmas I Denpasar Timur, institusi
pelayanan KIA/KB di Puskesmas I Denpasar Timur, pengalaman praktik
advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan penerapan kesmas pada
kasus KIA/KB. BAB IV yaitu Pembahasan. Terakhir, BAB V yaitu Penutup yang
terdiri atas simpulan dan saran. Selain itu, disertakan juga Daftar Pustaka yang
memuat sumber pustaka yang diambil atau digunakan dalam laporan ini.

BAB II
KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT
A. Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Masyarakat
1. Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi yunani,
yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai, diceritakan
bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan telah melakukan tindakan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan sangat
baik. Higeia, seorang asistennya yang kemudian diceritakan sebagai istrinya juga
telah melakukan upaya-upaya kesehatan.
Asclepius dan Higeia memiliki perbedaan dalam pendekatan/penanganan
masalah kesehatan yaitu Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit)
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan
kepada pengikutnya untuk pendekatan masalah kesehatan melalui Hidup
Seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang
bergizi, cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit
Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat
tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul dua
aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok
atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang
selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada
umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang
melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung
melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan
(promosi) sebelum terjadinya penyakit. Dalam kelompok ini termasuk para
petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah
antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care), dan pelayanan program pencegahan atau preventif (preventife health

care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan
antara lain sebagai berikut :
KURATIVE
Sasaran secara individual

PREVENTIFE
sasaran adalah masyarakat (tingkat

Kontak dengan pasien pada umumnya hanya

perorangan )
Kontak dengan kelompok sasaran beberapa kali

sekali saja
Jarak antara petugas kesehatan dengan pasien

karena yang dirubah adalah perilaku


Jarak antara petugas kesehatan dengan pasien

cenderung jauh
Bersifat reaktif kelompok pada umumnya

cenderung bersifat kemitraan


Bersifat proaktif artinya tidak menunggu

hanya menunggu masalah dating


Lebih cenderung menangani klien pada sistim

adanya masalah tetapi mencari masalah


Melihat klien sebagai makhluk yang utuh

biologis manusia atau pasien hanya dilihat

dengan pendekatan yang holistik

secara partial
2. Sasaran Kesehatan Masyarakat
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu keluarga kelompok
khusus yang baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
a. Individu
Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat dirinya sendiri, maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Apabiila salah satu anggota atau anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota
keluarga yang lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan, yang termasuk diantaranya:
- Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
-

perkembangan dan pertumbuhannya.


Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah penderita penyakit

menular dan penderita penyakit tidak menular.


Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit.
Lembaga sosial, perawatan, dan rehabilitasi

10

d. Masyarakat
Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan, apakah itu masalah sosial, kebudayaan, perekonomian, politik
maupun kesehatan khususnya yang dapat bermula dari perilaku individu, keluarga
ataupun perilaku-perilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal, diantaranya
adalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
3. Periode-Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan

ilmu

pengetahuan (Pre-Scientifik period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu


berkembang (Scientifik period).
a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babilonia, Mesir, Yunani, dan Roma
telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula
bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturanperaturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drynase
pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya. Dari
catatan-catatan tersebut diatas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat
khususnya penyebaran penyakit-penyakit menular sudah begitu meluas dan dasyat
namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh
belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
b. Periode Ilmu Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan
khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis, dan pendekatan
yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19
masalah kesehatan adalah masalah yang komplek. Oleh sebab itu, pendekatan
masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, multisektoral.
4. Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat
ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan

11

tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948
cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang ke Indonesia.
Pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan gubernur jendral Daendels, telah
dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Kemudian baru pada
tahun 1930 dimulai lagi dengan daftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan
perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman
kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi. Pada
tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini
dikenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua denga nama NIAS (Nederland Indische Arsten
School), pada tahun 1927

Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan

akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 merubah menjadi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan 1935
terjadi epidemic di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935 dilakukan program pembrantasan pes ini,dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi masal.
Pada tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
melakukan pengobatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan
di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Memasuki zaman kemerdekaan, salah
satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh
Dr.Y.Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah- Leimena.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan masyarakat
sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956
ini oleh dr. Y Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai
proyek percontohan atau

model pelayanan bagi pengembangan kesehatan

masyarakat pedesaan Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.


Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep Puskesmas yang

12

dibawakan oleh dr. Achmad Diponegoro, yang mengacu pada Konsep Bandung
dan proyek Bekasi. Pada tahun 1968 dan dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Pada tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti menajeriel guna penilaian
Puskesmas, yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya :
a. Strata satu: Puskesmas dengan prestasi sangat baik
b. Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c. Strata tiga
: Puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi,
dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan Keluarga
Berencana (Posyandu).
5. Definisi Kesehatan Masyarakat
Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan
batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas.Batasan yang paling tua,
dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.Kemudian pada akhir abad
ke-18 dengan ditemukan bakteri-bakteri penyebab beberapa penyakit dan
imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit melalui
imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik,
kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan
ilmu kedokteran.Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat
yang telah berjalan sampai awal abad ke-20, Winslow (1920) membuat batasan
kesehatan masyarakat yaitu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui Usahausaha Pengorganisasian Masyarakat.
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi
antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau

13

pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui Upaya-upaya


pengorganisasian masyarakat.
Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan
masyarakat itu mencakup:
a.
b.
c.
d.
e.

Sanitasi lingkungan
Pemberantasan penyakit
Pendidikan kesehatan (Hygiene)
Manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan
Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan
masyarakat.

6. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat


Ilmu kesehatan masyarakat membahas keadaan atau kejadian (fenomena) dari
segi kehidupan sosial individu ataupun masyarakat yang ada kaitanya dengan
kesehatan individu/masyarakat yang bersangkutan. Pembahasan ilmu kesehatan
lebih luas dari ilmu kedokteran, kesehatan mencakup kebutuhan pokok dari
individu/masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut, upaya ke arah
itu dipengaruhi oleh banyak faktor sosial (WHO).
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan
masyarakat pada mulanya hanya mencakup dua disiplin pokok keilmuan, yakni
ilmu bio-medis (medical biology) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Tetapi
sesuai perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat pun berkembang. Sehingga pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari
ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakupilmu biologi, kedokteran, ilmu
kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi antropologi, psikologi, ilmu pendidilkan
dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah merupakan
ilmu yang multi disiplin.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
Ada 3 faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, yaitu: Penyebab
penyakit , manusia sebagai tuan rumah, lingkungan hidup.
a. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi, 2 yaitu:

14

1) Golongan eksogen, yaitu penyebab penyakit yang terdapat di laur tubuh


manusia yang dapat menyerang perorangan dan masyarakat.
2) Golongan endogen, yaitu penyebab penyakit yang terdapat di dalam tubuh
manusia yang dapat menyerang perorangan dan masyarakat.
b. Manusia sebagai tuan rumah
Berbicara tentang kesehatan, maka jelaslah manusia sebagai tuan rumah, yaitu
manusia yang dihinggapi penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Salah
satu diantaranya yaitu daya tahan tubuh orang tersebut. Daya tahan tubuh yang
tinggi baik jasmani, rohani, maupun sosialnya dapat menghindarkan manusia dari
berbagai jenis penyakit. Daya tahan tubuh ibu dapat dipertinggi dengan:
1) Makanan yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
2) Vaksinasi untuk mencegah penyakit tertentu.
3) Pemeliharaan pembinaan kesehatan jasmani dengan olahraga teratur.
4) Cara hidup yang teratur: bekerja, beristirahat, berekreasi pada waktunya.
5) Menambah pengetahuan baik dengan menuntut ilmu di sekolah, membaca
buku, dan pengalaman hidup di masyarakat.
6) Patuh pada ajaran agama.
c. Lingkungan hidup
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang
berbeda di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan
masyarakat. Lingkungan hidup dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu 1)
Lingkungan biologik, 2) Lingkungan fisik, 3) Lingkungan ekonomi, dan 4)
Lingkungan mental sosial. Keempat macam lingkungan hidup ini masing-masing
ada yang berguna dan ada yang merugikan, serta yang satu mempengaruhi yang
lainnya secara timbal balik.
1) Lingkungan biologik
Terdiri atas organisme-organisme hidup yang berada di sekitar manusia.
2) Lingkungan fisik
Terdiri atas benda-benda yang tak hidup yang berada di sekitar manusia.
3) Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi merupakan lingkungan hidup yang abstrak.
4) Lingkungan mental sosial
Juga merupakan lingkungan hidup yang abstrak yang merugikan, Sifatsifat sosial, antisocial, kebiadaban, sifat mementingkan diri sendiri.
d. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan terdiri dari dua unsur:

15

1) Fasilitas pelayanan yang dimaksud adalah sarana prasarana pelayanan, (a)


Kelengkapan sarana prasarana pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maka pelayanan terhadap masyarakat makin baik, (b)
Keterjangkauan jarak tempuh dan pembiayaan.
2) Petugas kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan, (a) petugas
pelayanan kesehatan harus memiliki kompetensi sesuai profesinya, sesuai
kewenangan serta tanggung jawab, peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku, (b) performa dan perilaku (soft skill) petugas juga sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan masyarakat.
B. Kebijakan

Pembangunan

Kesehatan

Nasional

Berkaitan

dengan

Kesehatan Masyarakat
1. Pokok Program Pembangunan Kesehatan Nasional
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokokpokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan
pembangunan sektor lain yang terkait dengan dukungan masyarakat, sebagai
berikut :
1.

Pokok

Program

(PP)

Perilaku,

pemberdayaan

dan

kemandirian

masyarakat.
2.

Program Peningkatan Perilaku Sehat.

3.

Program Anti Tembakau, Alkohol dan Madat.

4.

Program Pencegahan Kecelakaan dan Rupadaksa.

5.

Program Pembinaan Kesehatan Jiwa Masyarakat.

6.

Program Kesehatan Olah Raga dan Kebugaran Jasmani.

7.

Pokok Program Lingkungan Sehat.

8.

Program Wilayah Kawasan Kerja.

9.

Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

10.

Program Hygiene dan Sanitasi Tempat-tempat Umum.

11.

Program Pemukiman Perumahan dan Bangunan Sehat.

12.

Program Penyehatan Air.

13.

Pokok Program Upaya Kesehatan.

14.

Program Pemberantasan Penyakit Menular dan Imunsiasi.

15.

Program Pencegahan Penyakit Menular.

16

16.

Program Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan.

17.

Program Pelayanan Kesehatan Penunjang.

18.

Program Pembinaan dan Pengembangan Pengobatan Tradisional.

19.

Program Kesehatan Reproduksi.

20.

Program Perbaikan Gizi.

21.

Program Matra.

22.

Program Pengembangan Surveilans Epidemiologi.

23.

Program Penanggulangan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan.

24.

Pokok Program Pengawasan Obat, makanan dan bahan lainnya.

25.

Program Pengamanan Bahaya Penyalahgunaan dan Kesalahgunaan Obat,


Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lain dan Bahan Berbahaya lainnya.

26.

Program Pengaman dan Pengawasan Makanan dan Bahan Tambahan


Makanan.

27.

Program Pengawasan obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Alat


Kesehatan.

28.

Program Penggunaan Obat Rasional.

29.

Program Obat Essensial.

30.

Program Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia.

31.

Program Pembinaan Sumber Daya Manusia.

32.

Pokok Program Sumber Daya Manusia.

33.

Program Perencanaan, pendayagunaan serta Pendidikan Pelatihan Tenaga


Kesehatan.

34.

Program Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

35.

Program Pengembangan Sarana dan Perbekalan Kesehatan.

36.

Pokok Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan


Kesehatan.

37.

Program Pembangunan Kebijakan Kesehatan.

38.

Program Pengembangan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

39.

Program Pengembangan Hukum Kesehatan.

40.

Program Sistem Informasi Kesehatan.

41.

Pokok Program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan.

17

42.

Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Perilaku dan


Pemberdayaan Masyarakat.

43.

Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Lingkungan Sehat.

44.

Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Upaya Kesehatan.

45.

Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Sumber Daya


Kesehatan.

46.

Program Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Manajemen


Pembangunan Kesehatan.

47.

Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu dan Terapan Bidang


Kesehatan.

a. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia


Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia Sehat
2025. Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan
pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Namun dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak
ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia
yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong. Visi dan misi tersebut mengacu pada Visi, Misi
dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019.
b. Misi Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan visi dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2015-2019 antara lain:
1) Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

18

2) Mewujudkan

masyarakat

maju,

berkesinambungan

dan

demokratis

berlandaskan negara hukum.


3) Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
c. Arah, Tujuan, dan Sasaran serta Kebijaksanaan Pembangunan
Kesehatan
1) Arah
Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat sesuai dengan arah
pembangunan Nasional selama ini, yakni:
a) Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional.
b) Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan
pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak dan para lanjut
usia yang terlantar, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
c) Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan jaminan. Pemeliharaan kesehatan
masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada pada
saat ini.
d) Upaya pemeliharaan

dan

peningkatan

kesehatan

masyarakat

dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku hidup sehat,


pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh
sistem pengamatan, informasi dan manajemen yang handal.
e) Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus
dilanjutkan.
f) Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan professional juga
memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara,
berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi.
2) Tujuan

19

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
3) Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai berdasarkan visi, misi
dan nawacita presiden 2015-2019 adalah meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu:
a) Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun
2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2019.
b) Menurunny Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2019.
c) Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2019.
d) Menurunnya prevalensi gizi kurang pada BALITA dari 26% pada tahun
2005 menjadi 9,5% pada tahun 2019.
4) Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan
a) Pemantapan kerjasama lintas sektoral.
b) Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta.
c) Peningkatan kesehatan lingkungan.
d) Peningkatan upaya kesehatan.
e) Peningkatan sumber daya kesehatan.
f) Peningkatan kebijakan dan menajemen pembangunan kesehatan.
g) Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan
sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang ilegal/tidak absah.
h) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan..
d. Rencanan Pembangunan Kesehatan
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia seperti yang tercantum pada dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
20

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggrakan pembangunan


nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berkesinambungan.
Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan antara lain
tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri serta berkualitas.
Penyusunan rencana pembangunan kesehatan masayarakat adalah manifestasi
konkret dari kehendak untuk melaksanakan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan dan paradigma sehat tersebut.
2. Indonesia Sehat
a. Strategi
Strategi Pembangunan Kesehatan untuk mewujudkan IS 2010 adalah:
1) Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.
Semua kebijakan pembangunan nasional yang sedang dan
diselenggarakan

harus

memiliki

Wawasan

Kesehatan

artinya:

akan

Program

Pembangunan Nasional tersebut harus memberikan kontribusi yang positif


terhadap kesehatan, terutama terhadap pembentukan lingkungan sehat, dan
pembentukan perilaku sehat.
2) Profesionalisme
Profesionalisme dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan
teknologi serta melalui penerapan nilainilai moral dan etika. Pelayanan
kesehatan profesional tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh tenaga
pelaksana, yaitu sumber daya kesehatan yang mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi.

3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).


Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehat, perlu
digalang peran serta masyarakat yang seluas luasnya dalam pembiayaan
kesehatan. JPKM yang pada dasarnya merupakan penataan sub sistem
pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat,
merupakan wujud nyata dari peran serta masyarakat yang apabila berhasil akan
mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempercepat pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan.
4) Desentralisasi.

21

Desentralisasi yang intinya adalah pendelegasian wewenang yang lebih besar


kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintahan dan rumah tangga
sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengelolaan pembangunan pada masa
mendatang. Untuk terselenggaranya desentralisasi akan dilakukan kegiatan analisa
dan penentuan peran pemerintah pusat dan daerah dalam bidang kesehatan.
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu
sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai
pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan
preventif.
b. Indikator Keberhasilan Pembangunan Kesehatan/KIA
Indikator adalah sesuatu yang dijadikan ukuran untuk mengetahhui
keberhasilan

pelaksanaan

program.

Indikator

keberhasilan

pembangunan

kesehatan ibu dan anak, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:


1) Kerjasama Lintas Sektor.
2) Lingkungan.
3) AKI dan AKB.
4) Indikator lainnya yang memberi gambaran keberhasilan

keadaan

pembangunan kesehatan adalah keadaan gizi (Scribd, 2015).


C. Konsep PHC
1. Latar Belakang PHC
Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1997 melahirkan
kesepakatan global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) Pada Tahun
2000

yakni

tercapainya

suatu

derajat

kesehatan

yang

optimal

yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif baik sosial maupun ekonomi.


Selanjutnya pada tahun 1978, dalam suatu konferensi di Alma Alta.Ditetapkan
prinsip-prinsip Primary Health Care sebagai pendekatan atau strategi global guna
mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS), dan Indonesia ikut menandatangani,
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua pada tahun 2000,

22

PHC adalah kuncinya. Sedangkan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa


adalah salah satu bentuk operasional dari PHC.
Di Indonesia, bentuk operasional PHC adalah PKMD dengan berdasarkan
kepada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan
MPR untuk dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama lintas sektoral dari
instansi-instansi yang berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan
kesejahteraan rakyat.
2. Definisi PHC
Public Health Care adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara
umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi
mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat
dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam
semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).
3. Unsur, Prinsip dan Program PHC
a) Unsur Utama PHC
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan.
2) Melibatkan peran serta masyarakat.
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral.
b)

Prinsip Dasar PHC


1) Pemerataan upaya kesehatan.
2) Penekanan pada upaya prefentif.
3) Menggunakan teknologi tepat guna.
4) Melibatkan peran serta msyarakat.
5) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
c) Program PHC
1) Tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomi yang dilakukan melalui
perubahan:
(a) Pelayanan Kuratif ke Promotif dan Preventif.
(b) Daerah Perkotaan ke Pedesaan.
(c) Golongan Mampu ke Golongan Tidak Mampu.
(d) Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
(e) Kampanya Massal ke Upaya Kesehatan Terpadu.
4. Perkembangan PHC Di Indonesia

23

Public Health Care dikembangkan melalui Pembangunan Kesehatan


Masyarakat Desa (PKMD), yang merupakan rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya. Ciri utama PKMD adalah
sebagai berikut :
a. Didasarkan atas kesadaran mayarakat gotong royong, menggali, dan
menggunakan sumber daya dan potensi masyarakat.
b. Keputusan ditetapkan dengan musyawarah mufakat.
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat.
d. Bantuan dan dukungan pemerintah bersifat lintas sektor/program (dalam
bentuk latihan, bahan, peralatan).
e. Dari berbagai kegiatan masyarakat, minimal terdapat 1 unsur/elemen PHC
(Sumiasih, 2016).
D. Pendekatan Dalam Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Khususnya
Kesehatan Ibu dan Anak
1. Peran Bidan Dalam MPS
Bidan dalam melaksanakan profesinya memiliki peran sebagai pelaksana,
pendidik, dan peneliti. Dan dalam hal ini peran bidan dalam MPS yaitu:
a. Peran Sebagai Pelaksana dalam hal MPS
1) Tugas mandiri
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan
melibatkan mereka sebagai klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien/keluarga.
2) Tugas Kolaborasi
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga yang mencakup:
a) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.

24

c) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko
tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
b. Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

c. Peran Sebagai Pendidik


Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader. Secara keseluruhan
peran bidan dalam MPS adalah sebagai berikut:
1) Dapat memberikan asuhan pada ibu dan anak dalam posyandu/polindes
dengan membuka kelas ibu hamil dan persiapan persalinan. Setiap
kelompok keluarga dapat berkonsultasi pada bidan tentang kehamilannya,
dan menerima tindakan pengobatan pencegahan komplikasi.
2) Pendataan ibu hamil dan menempelkan stiker P4K (Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
3) Bidan berperan untuk mengoptimalkan Program Gerakan Sayang Ibu (GSI)
4) Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
5) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya peran suami/laki-laki dalam
menunjang kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas di berbagai tingkatan
(keluarga dan masyarakat)
2. Misi, Sasaran, Output
Misi dari MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru
lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap
intervensi berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas memberdayakan perempuan,
keluarga masyarakat mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional.
Sasaran dari pelaksanaan MPS adalah jumlah peningkatan kualitas pelayanan,
penyediaan dan pemanfaaan fasilitas tenaga kesehatan, penempatan bidan desa di
desa terutama desa yang sulit pemerintah. Meningkatkan cakupan pelayanan
pertolongan persalinan, harus semua puskesmas dapat menyediakan pelayanan

25

untuk menolong persalinan kemitraan dengan dukun bayi, kegiatan jaminan mutu
pelayanan.
Output pelaksanaan MPS di Lapangan yaitu dalam pola kemitraan bidan
dengan

elemen masyarakat yang ada dilibatkan sebagai unsur yang dapat

memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan MPS. Indikator


Output meliputi:
a. Cakupan pelayanan KIA meningkat.
b. Penurunan faktor faktor risiko bagi ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi
baru lahir.
c. Kasus kegawatdaruratan yang ada dilaporkan dan dapat ditangani secara tepat
dan cepat.
3. Strategi MPS
Strategi MPS mendukung target internasional yang sudah disepakati, dengan
demikian tujuan global MPS adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:
Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI pada

a.
b.

tahun 1990.
Menurunkan angka kematian bayi menjadi berkurang dari 35/1.000 kelahiran

hidup pada tahun 2015.


c. Berdasarkan lesson learned dari upaya safe motherhood, maka pesan-pesan
kunci MPS adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan adekuat, setiap
perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Empat strategi utama MPS yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas cost-effective dan berdasarkan bukti.
b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas
sektor dan mitra lainnya utnuk melakukan advokasi guna memaksimalkan
sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan
kegiatan MPS.
c. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

26

d. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam mnejamin penyediaan dan


pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
E. Institusi Pelayanan KIA/KB
1. Latar Belakang Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (PONED dan
PONEK)
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu
masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak.
AKI di Indonesia tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan
AKI pada tahun tersebut mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini
masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia.
Upaya tersebut diantaranya diwujudkan dengan adanya obstetri dan neonatal.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Adapun upaya pelayanan yang terdapat pada RS PONEK, antara lain:
a. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan seksio sesaria.
d. Perawatan intensif ibu dan bayi.
e. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi (Depkes, 2008).
Sedangkan, untuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk
penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED
merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus
rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan
disiapkan untuk melakukan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan
neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED. Tujuan dari
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah untuk
menghindari rujukan yang lebih dari 2 jam dan untuk memutuskan mata rantai
rujukan itu sendiri.

27

2. Sarana Pada Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (PONED dan


PONEK)
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaranaan PONEK dan
PONED harus dipenuhi hal-hal sebagi berikut:
a. Mempunyai dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24
jam.
b. Tersedianya alat transportasi siap 24 jam.
c. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan dokter
d.
e.
f.
g.

spesialis obgyn dan spesialis anak.


Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.
Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.
Ruang pulih/observasi pasca tindakan.
Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi

h.
i.
j.
k.

internal.
Sarana perlengkapan.
Semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak, cairan).
Permukaan metal harus bebas karat atau bercak.
Semua perlengakapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak

stabil).
l. Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar.
m. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi.
n. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan stiker
menempel kokoh).

3. Mekanisme Kerja Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (PONED dan


PONEK)
Sistem rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada
prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, dan sesuai
kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan kesehatan.
Alur Prinsip Pembagian Jenis Kehamilan dan Persalinan serta Bayi Baru
Lahir (BBL), antara lain:
a.
Ibu Hamil dapat memperoleh pelayanan ANC diberbagai Sarana
Pelayanan Kesehatan (Bidan, Puskesmas biasa, Puskesmas PONED, RB, RS
biasaatau RS PONEK).
b.
Sarana Pelayanan Kesehatan mengidentifiksi jenis kehamilan dan
perkiraan jenis persalinan dari ibu-ibu yang mendapatkan pelayanan ANC di
masing-masing sarana.

28

c.

Sarana Pelayanan Kesehatan mengelompokkan jenis kehamilan dan jenis


persalinan menjadi 2 kelompok. Kelompok A: merupakan ibu-ibu yang
dideteksi mempunyai permasalahan dalam kehamilan dan diprediksi akan
mempunyai permasalahan dalam persalinan. Sedangkan Kelompok B

merupakan ibu-ibu yang dalam ANC tidak ditemukan permasalahan.


d.
Untuk kelompok A, Rujukan bisa dilakukan pada saat ANC dimana Sarana
Pelayanan Kesehatan akan merujuk Ibu Hamil Kelompok A ke RS PONEK
(kecuali ibu hamil tersebut sudah ditangani di RS PONEK sejak ANC).
e.
Sarana Pelayanan Kesehatan akan menangani persalinan ibu Hamil
Kelompok B.
f.

Pada saat persalinan sarana pelayanan kesehatan akan mengidentifikasi


kemungkinan terjadinya penyulit pada persalinan menggunakan proses dan
teknik yang baik (misalnya penggunaan partogram).

g.

Sarana pelayanan kesehatan mengelompokkan jenis persalinan menjadi 3


kelompok yaitu Kelompok B1: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di
dalam persalinan dan harus dirujuk emergensi (dirujuk dalam keadaaninpartu, Kelompok B2:Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam
persalinan tapi tidakmemerlukan rujukan, Kelompok B3: Ibu-ibu dengan
persalinan normal.

h.

Ibu Bersalin Kelompok B1 akan dirujuk ke RS PONEK (kecuali


persalinan memang sudah ditangani di RS PONEK.

i.

Ibu Bersalin Kelompok B2 dapat ditangani di Puskesmas PONED.

j.

Ibu Bersalin Kelompok B3 dapat ditangani di seluruh jenis sarana


pelayanan kesehatan/persalinan (Puskesmas, RB, RS).

k.

Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual iniadalah neonatus


berusiaantara 0-28 hari.

l.

Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani diseluruh jenis sarana
pelayanan kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang ibu bersalin di RS
PONEK tersebut (karena masuk kelompok Adan B1).

m.

Bayi baru lahir dengan komplikasi dapat lahir dari ibu dengan komplikasi
persalinan maupun dari ibu yang melahirkan normal, baik di Rumah Sakit
PONEK atau di sarana pelayanan kesehatan primer.

29

n.

Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian kembali
lagi ke fasilitas kesehatan karena menderita sakit juga termasuk dalam
manual rujukan ini.

o.

Bayi baru lahir kontrol kesarana pelayanan kesehatan sesuai dengan surat
kontrol yang diberikan oleh fasilitas kesehatan di tempat kelahiran.

p.

Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan berdasarkan


algoritme Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

4. Program Peningkatan Skill Bidan Pada Pelayanan Kesehatan Ibu Dan


Anak (PONED dan PONEK)
Peningkatan Skill dalam Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
yaitu:
a

Petugas pelaksana pelayanan kegawatdaruratan yang memiliki kualifikasi dan

terlatih dengan baik secara profesional.


Setiap petugas pelaksana harus memiliki sertifikat Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED), life saving skills (LSS) atau kualifikasi

lain yang sejenis.


Memperlihatkan kemampuan dalam pengelolaan dan administrasi pelayanan

klinik pada Unit Gawat Darurat (UGD).


Memiliki pengetahuan tentang operasionalisasi sistem kegawatdaruratan

medik dan jaringan kegawatdaruratan medik regional.


Memberikan jaminan bahwa staf unik gawat darurat memiliki kualifikasi dan

telah mendapatkan pendidikan/pelatihan yang sesuai.


Dokter dan bidan yang bekerja harus mengikuti pelatihan, memiliki
pengalamana dan kompetensi dalam pengelolaan dan pengobatan kasus
dengan kegawatdaruratan untuk setiap pasien yang memerlukan pelayanan
kegawatdaruratan sesuai dan tidak bertentangan dengan hak serta

kewenangan masing masing.


Setiap petugas yang melakukan pelayanan di unit gawat darurat harus:
2) Membuktikan kemampuan sebelumnya pada unit gawat darurat atau
telah

mengikuti

dan

menyelesaikan

kegawatdaruratan.
3) Mendemonstrasikan/membuktikan

program

memiliki

pendidikan

pengetahuan

dan

keterampilan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan sesuai


dengan standar pelayanan yang ada (Depkes, 2013).

30

F. Advokasi,

Kemitraan

dan

Pemberdayaan

Masyarakat

Untuk

Mendukung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak


1. Advokasi
Pengertian Advokasi
Kata advokasi berasal dari kata advocate dari baasa Inggris yang memiliki
arti one who supports or defends a cause dan one who pleads on behalf of
another. Disini maksudnya adalah seorang yang mendukung sebab tertentu atau
seseorang yang meminta dengan gigi atas nama orang lain (Sumiasih, 2016).
Advokasi adalah proses mempengaruhi pembuat kebijakan yang dilakukan secara
terencana. Pada intinya advokasi dibangun berdasarkan pemahaman dan
kesepakatan bersama oleh berbagai pemangku kepentingan atau stakeholders.
Dengan demikian, advokasi terhadap kebijakan akan membantu meningkatkan
kinerja petugas eksekutif dan legislatif di berbagai tingkat masyarakat.
Salah satu teori yang terkait dengan advokasi adalah yang dikemukakan oleh
Sharma (tanpa tahun) dimana advokasi memiliki 8 komponen atau elemen dasar.
Komponen dasar tersebut meliputi 1) Tujuan, 2) Data, 3) Khalayak sasaran, 4)
Pesan, 5) Presentasi, 6) Monitoring dan evaluasi, 7) Penggalangan dana, dan 8)
Pembentukan jejaring atau koalisi. Dalam teori ini ada komponen penggalangan
dana karena teori ini dikaji dari pengalaman organisasi non pemerintah (LSM).
Dengan demikian, di dalam kegiatan advokasi juga perlu diperlukan upaya
penggalian dana. Sering kali bila advokasi dilakukan oleh sektor pemerintahan
atau LSM nasional atau internasional yang sudah memiliki dana atau sponsor
tertentu mereka tidak perlu memikirkan ada penggalangan dana.
Tujuan Advokasi Dalam Bidang Kesehatan
Tujuan dari advokasi promosi kesehatan bidang KIA adalah kebijakan untuk
melindungi masyarakat yang lemah dan rentan terhadap masalah KIA dengan
dukungan anggaran yang terkait bidang KIA.
Sasaran Advokasi
Secara umum sasaran atau target advokasi dibedakan menjadi dua yaitu
sasaran primer dan sasaran sekunder. Sasaran primer adalah pembuat keputusan
atau kebijakan yang memiliki otoritas atau kekuasaan secara langsung teradap
31

tujuan advokasi. Pada umumnya adalah individu atau mereka yang secara aktif
menyetujui perubahan kebijakan. Sedangkan sasaran sekunder adalah individu,
kelompok yang dapat mempengaruhi pembuat keputusan (sasaran primer).
Pendapat maupun dukungan dari sasaran sekunder ini sangat penting untuk
mempengaruhi pendapat maupun keputusan pembuat kebijakan. Di dalam sasaran
sekunder juga termasuk individu atau mereka yang menentang atau tidak
mendukung tujuan advokasi yang dilakukan.
Sasaran advokasi secara umum dapat dibedakan menjadi 3 tingkat yaitu
tingkat masyarakat, tingkat eksekutif, dan tingkat legislatif. Pada tataran tingkat
masyarakat dapat dibagi berupa sasaran di tingkat keluarga, tingkat masyarakat
atau tataran organisasi kemasyarakatan. Sasaran advokasi di tingkat eksekutif
dapat dilakukan diberbagai tingkat pelaksana dari yang paling rendah misalnya
tingkat RT/RW sampai tingkat pusat. Sedangkan pada tingkat legislatif dapat
berlangsung dari tingkat yang paling bawah yaitu musyawarah desa sampai
tingkat yang paling atas yaitu propinsi atau DPR pusat.
Langkah-Langkah Advokasi
Advokasi mempunyai beberapa langkahlangkah yang harus dikerjakan yaitu
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Identifikasi dan analisis masalah atau isi yang memerlukan advokasi.


Identifikasi dan analisis kelompok sasaran.
Siapkan dan kemas bahan informasi.
Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional.
Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut (lmssm,
2015).

2. Kemitraan/Negosiasi
Pengertian Negosiasi
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau
tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan
harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatankesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.

32

Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada
konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun
1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling
memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien
apabila juga didasari dengan kesetaraan. Oleh karena itu membangun kemitraan
harus pada kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan, saling
mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur, dan kesediaan
berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.
Ciri-ciri Negosiasi
1. Persamaan (equality)
Individu, organisasi, atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan
harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.
2. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan
dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus
diketahui oleh anggota yang lain.
3. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang, tetapi
lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari
kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama (lmssm, 2015).
3. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mendukung Upaya-upaya Kesehatan
Ibu dan Anak
Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan atau empowerment,
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Pemberdayaan
masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan sebuah strategi dalam
membawa masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi
ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga
dibutuhkan perhatian yang memadai. Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan
Pemberdayaan

masyarakat

merupakan

salah

satu

upaya

meningkatkan

kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat


kesejahteraan, dan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyrakat agar

33

dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemerdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung.
b. Pemberdayaan menekankan

bahwa orang memperoleh keterampilan,

pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya


dan kehidupan orang lain yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya
dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan
melalui pengubahan struktur sosial.
Model atau Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan pimpinan masyarakat (Community Leaders), misalnya melalu
sarasehan.
b. Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (Community
Organizations), seperti posyandu dan polindes.
c. Pemberdayaan pendanaan masyarakat (Community Fund), misalnya dana
sehat dan JPKM.
d. Pemberdayaan sarana

masyarakat

(Community

Material),

misalnya

membangun sumur atau jamban di masyarakat.


e. Peningkatan pengetahuan masyarakat (Community Knowledge), misalnya
lomba asah terampil dan lomba lukis anak-anak.
f. Pengembangan teknologi tepat guna (Community Technology), misalnya
penyederhanaan deteksi dini kanker dan ISPA.
g. Peningkatan manajemen atau proses pengambilan keputusan (Community
Decision Making) misalnya, pendekatan edukatif.
Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat
Langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan atau
memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus
pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat). Tahaptahap siklus pemecahan masalah meliputi hal-hal berikut :
a. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.

34

b. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah


dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
c. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan
melaksanakanya.
d. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak


Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis
terkait kehamilan dan persalinan.
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan
Indonesia, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi
juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku,
yaitu:
a. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat
darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
b. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
c. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
d. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu
oleh tenaga kesehatan profesional.

35

e. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu


mengatasi masalah mereka sendiri.
f. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan
maternal.
g. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.
BAB III
HASIL PRAKTIK
A. Upaya-Upaya Puskesmas I Denpasar Timur dan Upaya Unggulan
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang tepat bagi masyarakat
diperlukan suatu upaya pelayanan kesehatan dasar. Dimana pelayanan kesehatan
dasar yang dilaksanakan bertujuan untuk dapat mengatasi sebagian besar masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat, terutama masyarakat yang berada di
wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur. Adapun pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di Puskesmas I Denpasar Timur yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan upaya kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
dan anak balita serta anak pra sekolah. Pelayanan ini diberikan semua jenis
fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya Puskesmas I Denpasar Timur.
Tujuannya untuk tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya menuju norma keluarga kecil
bahagia. Serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya. Berikut merupakan pelayanan yang mencakup pelayanan
kesehatan ibu dan anak antara lain:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal) dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil yang sesuai standar yaitu minimal berkunjung 4 kali
selama kehamilan (K4). Cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) di
desa/kelurahan wilayah Puskesmas I Denpasar Timur sudah melampaui target
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

36

b. Cakupan pemberian tablet besi (Fe)


Upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan pada kelompok rawan
yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur termasuk remaja
putri dan pekerja wanita yang berada di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar
Timur. Selama ini, upaya tersebut difokuskan kepada sasaran ibu hamil
dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg FeSO4 dan 0,25 mg asam folat)
dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut.
c. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi
Kebidanan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada wilaya kerja
Puskesmas I Denpasar Timur didapatkan bahwa pada ibu hamil ditolong oleh
tenaga kesehatan yang berkompetensi kebidanan, yang memperlihatkan
bahwa peran mereka sangat besar dalam menekan angka kematian ibu
maternal.
d. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)
Pelayanan ibu nifas pada wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur
telah memenuhi target. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan yaitu
pemberian vitamin A pada ibu nifas.
e. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi untuk mendapatkan penanganan definitif sesuai dengan standar.
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi kebidanan merupakan keadaan penyimpangan dari
normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi.
f. Kunjungan Neonatal
Pelayanan neonatal,

petugas

kesehatan

disamping

melakukan

pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi


kepada ibu. Wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur telah melakukan
kunjunang neonatus sebanyak 3 kali (KN3). Kunjungan ini sesuai dengan
perubahan waktu pelaksanaan kunjungan neonatal sejak tahun 2008.
g. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar ole
tenaa kesehatan minimal 4 kali dalam setahun. Cakupan pelayanan kesehatan
bayi sudah memenuhi target yaitu Puskesmas I Denpasar Timur telah
melakukan pelayanan bayi minimal 4 kali di wilayah kerjanya.

37

h. Pelayanan Kesehatan pada Balita


Pelayanan ini merupakan pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59
bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali
setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian
vitamin A setiap 2 kali setahun (Pebruari dan Agustus). Pemberian vitamin A
telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan di Puskesmas I Denpasar Timur.
i. Cakupan ASI Eksklusif
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kota Denpasar disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya ibu pekerja. Dalam upaya penanggulangannya
yaitu meningkatkan promosi pentingnya ASI Eksklusif dan teknik
penyimpanan ASI serta menyiapkan ruangan pojok ASI seperti yang berada
di Puskesmas I Denpasar Timur.
2. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat
Dalam upaya untuk mengurangi masalah yang sering dialami anak usia
sekolah maka dilakukan penjaringan terhadap murid SD/MI kelas 1. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak usia sekolah.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan
peserta KB aktif, cakupan peserta KB yang baru, tempat pelayanan dan jenins
kontrasepsi yang digunakan akseptor. Jumlah PUS di wilayah Puskesmas I
Denpasar Timur sebesar 8319 dari jumlah ini 7463 adalah peserta KB dengan
perbandingan 6856 merupakan peserta KB aktif dan 607 merupakan peserta KB
baru. Berdasarkan dari data yang diperoleh, ada sedikit perbedaan antara
penggunaan metode kontrasepsi antara peserta KB aktif dan peserta KB baru yaitu
pada peserta KB aktif lebih banyak memilih metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) sedangkan peserta KB baru banyak yang memilih non MKJP.
4. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi yang bersifat rutin maupun gebrakan dari pemerintah
merupakan upaya untuk mencegah dan menganggulangi penyakit melalui imunisasi
baik pada bayi maupun wanita usia subur.
a. Imunisai pada Bayi
Program imunisasi pada bayi ini bertujuan untuk menurunkan jumlah
morbiditas dan mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Keberhasilan ini dapat dilihat dari cakupan desa/kelurahan yang mencapai
Universal Child Immunization (UCI) yaitu 80% sasaran mendapatkan
38

imunisasi lengkap. Di Puskesmas I Denpasar Timur cakupan imunisasi desa


UCI berada di atas 90%.
b. Imunisasi pada Ibu Hamil
Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi maka diperlukan
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada wanita usia subur termasuk
ibu hamil. Sejak tahun 1998 dengan mulai diperkenalkannya kebijakan TT 5
dosis, maka pemberian imunisasi pada ibu hamil dilakukan berdasarkan hasil
skrinning, yan artinya tidak selalu harus mendapat suntikan imunisasi TT
pada saat skrinning antenatal.
Upaya-upaya tersebut sudah berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Dari upaya-upaya kesehatan tersebut terdapat upaya unggulan
dari Puskesmas I Denpasar Timur yaitu pada pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) dan pelayanan keluarga berencana (KB). Hal ini dapat dibuktikan dengan
Puskesmas I Denpasar Timur telah mendapatkan prestasi dalam bidang KB
ditingkat se-Bali dan saat ini sedang mengikuti lomba KB ditingkat Nasional.
B. Institusi Pelayanan KIA/KB di Puskesmas I Denpasar Timur
Data Kondisi Umum Puskesmas
1. Nama : Puskesmas I Denpasar Timur
2. Lokasi : Jalan Pucuk No 1, Desa Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur.
3. Batas batas wilayah tanggung jawab/wilayah kerja
a. Sebelah Utara : Kelurahan Tonja
b. Sebelah Timur : Kelurahan Kesiman
c. Sebelah Selatan : Kelurahan Renon dan Panjer
d. Sebelah Barat : Desa Dauh Puri Kangin dan Desa Dangri Kangin
4. Jumlah penduduk yang dilayani

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja


Puskesmas I Denpasar Timur

39

Berdasarkan dari data yang didapatkan, jumlah penduduk di wilayah kerja


Puskesmas I Denpasar Timur yaitu 81.97 orang yaitu dengan jumlah laki-laki
sebanyak 40.103 orang dan jumlah perempuan sebanyak 41.870 orang.
5. KIA/KB yang dilayani
Pelayanan KIA yang dilayani di Puskemas I Denpasar Timur yaitu
melakukan ANC, INC, Kelas Ibu Hamil, PNC dan Bayi Baru Lahir, Kontrol
Ibu Nifas, Stiker P4K, KB MKJP (Pasca persalinan, Nifas, Implant).
Sedangkan pelayanan KB yang dilayani yaitu pelayanan KB dengan rawat
inap (menggunakan IUD Pasca Persalinan) dan pelayanan KB dengan IVA
(deteksi dini Ca Cerviks).
6. Jadwal Pelayanan
Jadwal pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas I Denpasar Timur
antara lain:
- Jadwal Pelayanan Rawat Inap, UGD, Poli Umum, Poli Anak, Ruang IMS,
Ruang Laboratorium, Poli Gigi, Poli Gizi, Poli Lansia dilaksanakan setiap
hari pukul 08.00 12.00 WITA pada pagi hari dan pukul 14.00 18.00
-

WITA pada sore hari (kecuali Rawat Inap, UGD).


Jadwal Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan (KIA/KB) dilaksanakan setiap
hari Senin, Rabu, Jumat pada pukul 08.00 11.00 WITA. Sedangkan pada

hari Sabtu dilaksanakan kelas ibu hamil.


Jadwal Pelayanan Imunisasi dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis

pada pukul 08.00 - 11.00 WITA.


Jadwal Senam Lansia dilaksanakan setiap hari Sabtu, pukul 07.00 WITA.

Puskesmas I Denpasar Timur merupakan puskesmas yang mempunyai


Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED). Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan pelayanan 24 jam pada persalinan dan bayi baru lahir. Selain
itu, Puskesmas I Denpasar Timur ini sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang
dapat meningkatkan kompetensi dari petugas kesehatan tersebut.
C. Pengalaman

Praktik

Advokasi,

Kemitraan

dan

Pemberdayaan

Masyarakat
Puskesmas I Denpasar Timur telah mempunyai banyak pengalaman praktik di
bidang advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat. Adapun pengalamanpengalaman tersebut diantaranya:
1. Penyuluhan Posyandu Paripurna.
2. Pengobatan Posyandu Paripurna.

40

3. Pembinaan/Evaluasi Lomba UKS tingkat Kota Denpasar.


4. Kegiatan Pemeriksaan Pada Anak-Anak di Posyandu.
5. Jaga Klinik di SMAN 3 Denpasar.
6. Kegiatan Safari Kesehatan Kota.
7. Kegiatan Senam Prolanis.
8. Kunjungan Sulinggih.
9. Pembinaan PTKP tingkat Sekolah di Kota Denpasar.
10. Surveilance DBD.
Jika terjadi KLB saat itu juga para petugas kesehatan di Puskesmas I
Denpasar Timur terjun ke lokasi kemudian melaporkannya ke Dinas Kesehatan
Kota Denpasar, sebelumnya pihak puskesmas melaporkan kejadian ini ke kepala
desa, camat dan lain-lain.
D. Penerapan Kesmas Pada Kasus KIA/KB
Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota
Keluarga:

1. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit ? Ya


2. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya? Ya
3. Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya? Ya
4. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarganya? Ya
5. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarganya bila tidak diobati dirawat? Ya
6. Kepada siapa keluarga bisa menggali informasi tentang masalah kesehatan
yang dialami keluarganya: Tenaga kesehatan
7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: Perlu berobat ke fasilitas yankes
8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami oleh
keluarganya? Ya, keluarga Tn. VN telah melakukan upaya guna untuk
meningkatkan kesehatan keluarganya.
9. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialami oleh anggota keluarga? Ya, apabila salah satu anggota keluarganya
sakit, segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
pengobatan.
10. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarganya dengan
masalah kesehatan yang dialami? Ya, seperti ada salah satu anggota keluarga
demam dilakukan pengompresan agar panas cepat turun.

41

11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang


dialami anggota keluarganya? Ya, apabila salah satu anggota keluarga sakit,
anggota keluarga lainnya harus berjaga jarak agar tidak tertular dan tetap
menjaga kondisinya.
12. Apakah keluarga mampu memelihara/memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami kesehatan? Ya,
keluarga TN. VN mampu memelihara lingkungan dengan cara menjaga
kebersihan area sekitar rumah.
13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat
untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya? Ya, karena saat
salah satu anggota keluarga sakit dapat memanfaatkan alternatif lain agar
lebih cepat sembuh.
KRITERIA KEMANDIRIAN
KELUARGA
1. Menerima petugas kesehatan
2. Menerima yankes sesuai rencana
3. Menyatakan masalah kesehatan secara
benar
4. Memanfaatkan faskes sesuai aturan
5. Melaksanakan perawatan sederhana

KESIMPULAN
KEMANDIRIAN I : JIKA MEMENUHI
CRITERIA 1 & 2
KEMANDIRIAN II : JIKA
MEMENUHI CRITERIA 1 S/D 5

sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara

KEMANDIRIAN III : JIKA


MEMENUHI CRITERIA 1 S/D 6

aktif
KEMANDIRIAN IV : JIKA
MEMENUHI CRITERIA 1 SD 7
Diagnosa/masalah kebidanan pada keluarga: berdasarkan hasil wawancara di atas
tidak ada permasalahan yang dialami keluarga tersebut.
PENGKAJIAN ASUHAN KELUARGA
Fasilitas Yankes
Nama Bidan yang
Mengkaji

Puskesmas I Denpasar
Timur
Kadek Devi Ary Suta

No.Register
Tanggal
Pengkajian

486
24 Mei 2016

42

1. DATA KELUARGA
Bahasa Sehari-

Nama Kepala Keluarga

Tn. VN

Agama Rumah dan

Jl. Akasia XVI Gang Telkom No

Telepon

Agama dan Suku

Katolik/Flores

Flores-Indonesia

hari
Jarak Yankes

2,3 km

Terdekat
Alat

Motor

Transportasi

DATA ANGGOTA KELUARGA


Pendi-

Hub
No

Nama

Dgn

Umur

Suku

KK

1.

2.

Tn.
VN
Ny.
LN

Ayah

Ibu

Status

dikan

Pekerjaan

Gizi

Ter-

Saat ini

(TB,BB,

akhir
25th

20th

Flores

Flores

SMA

SMA

Status
TTV (TB,N,S,R)

BMI)
Pegawai

167cm,

Swasta

61kg
154cm,

IRT

45kg

Imunis
asi
Dasar

120/70 mmHg;
83x/mnt; 36,70C; 20x/mnt
110/80mmHg;
82x/mnt; 35,20C; 18x/mnt
Hb1,

3.

Sdri.

Anak

JF

1bln

Flores

50cm,

123x/mnt;

Hb2,

3,3kg

36,50C; 35x/mnt

BCG,
Polio0

No
1
2
3

Nama
Vilipus Noto
Lediana Nuna
Jiprilla Firye Lifvie

Penampilan

Status Kesehatan

Umum

saat ini

Baik
Baik
Baik

Baik
Baik
Baik

Riwayat
Penyakit
Alergi
-

Analisis Masalah
Kesehatan Individu
-

2. DATA PENUNJANG MEDIS INDIVIDU YANG SAKIT


LABORATORIUM

RADIOLOGI

EKG

USG

43

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ny. LN umur 20 tahun P1001 4 minggu post partum dengan keadaan umum baik.

MENGETAHUI
Nama Koordinator

Tanggal/Tanda

24 Mei 2016

Tangan

Septi Arina, Amd. Keb

Ledianan Nuna

3. DATA PENUNJANG
RUMAH DAN SANITASI
Kondisi Rumah
-

PHBS DI RUMAH TANGGA


Jika Ada Ibu Nifas, Persalinan di tolong tenaga

Baik, rumah sedikit kecil karena tinggal di

kesehatan

kos.

Ventilasi
-

Cukup, ada satu ventilasi.

Pencahayaan Rumah Baik/Tidak


-

Baik.

Saluran Buang Limbah Baik/Cukup/Kurang


-

di RS Puri Raharja.
Jika ada bayi, memberi ASI eksklusif
-

Ya, karena bayi masih berumur 1 bulan.

Jika ada balita, menimbang tiap bulan


-

Tidak ada balita.

Kurang, karena saluran membuang limbah


terlalu kecil.

Sumber Air Bersih Sehat/Tidak Sehat


-

Ya, ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu dokter

Menggunakan air bersih untuk makan dan minum


-

makan dan minum.

Sehat, sumber air yang digunakan yaitu air


PDAM.

Jamban Memenuhi Syarat Ya/Tidak

Ya, keluarga ini menggunakan air bersih untuk

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


-

Ya, selalu mencuci tangan dengan sabun


dengan air bersih.
44

Ya, jamban rumah tersebut sudah memenuhi

Melakukan pembuangan sampah tempatnya

standar (bersih).

Tempat Sampah Ya/Tidak


-

Menjaga lingkungan rumah tampak bersih

Ya, terdapat tempat sampah di depan rumah.

Rasio Bangunan Rumah Dengan Jumlah Keluarga

Ya, selalu menjaga lingkungan rumahnya.

Mengkonsumsi lauk pauk tiap hari


-

8 m2 / Orang : Ya/Tidak
-

Ya, sampah selalu dibuang pada tempatnya.

Ya, terutama ibu agar tercukupi nutrisinya.

Menggunakan jamban sehat

Ya, dalam satu kamar dapat dihuni oleh 3

orang dan sudah sesuai antara rasio bangunan

Memberantas jentik di rumah semingggu sekali

rumah dengan jumlah keluarga.

Ya, dibuktikan dengan kondisi jamban bersih.


Tidak, hanya mengandalkan fogging.

Makan buah dan sayur setiap hari


-

Ya, menjaga agar keluarga tetap sehat.

Melakukan aktifitas fisik setiap hari


-

Ya, keluarga Tn. VN di waktu luangnya


melakukan aktifitas fisik seperti olahraga kecil.

Tidak merokok didalam rumah


-

Ya, Tn. VN merokok diluar rumah karena


mereka masih mempunyai bayi umur 1 bulan.

PRIORITAS MASALAH KESEHATAN DALAM KELUARGA


Keluarga Tn VN memiliki masalah yaitu kurangnya informasi mengenai
pemberantasan jentik nyamuk yang dilakukan setiap seminggu sekali.
RENCANA ASUHAN KEBIDANAN DALAM KELUARGA
Dalam mengatasi masalah kesehatan ini, kami memberikan penyuluhan
mengenai pentingnya pemberantasan jentik nyamuk setiap seminggu sekali
dengan tujuan meminimalisasikan keluarga terkena penyakit DBD yang marak
terjadi akhir-akhir ini.
PENATALAKSANAAN
N
o

Hari/Tanggal/Jam

Pelaksanaan

Evaluasi

Sasaran

45

1.

Selasa, 24 Mei
2016
pukul 10.35 WITA

1. Melakukan
pemeriksaan TTV.
2. Menginformasikan
hasil pemeriksaan.
3. Melakukan KIE
kepada keluarga
tentang:
- Pentingnya
pemberantasan
jentik nyamuk
setiap
seminggu
sekali.

1. Anggota keluarga
bersedia untuk
diperiksa.
2. Keluarga mengerti
dengan hasil
pemeriksaan.

Seluruh
anggota
keluarga.

3. Keluarga mengerti
dan bersedia
melaksanakannya.

EVALUASI ASUHAN KEBIDANNAN DALAM KELUARGA


N
o
1.

Hari/Tanggal/Jam
Selasa, 24 Mei
2016, pukul 10.35

Hasil Evaluasi
1. Anggota keluarga bersedia untuk diperiksa.
2. Keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan.
3. Keluarga mengerti dan bersedia melaksanakannya.

WITA

BAB IV
PEMBAHASAN
Upaya-upaya kesehatan yang telah dilakukan di Puskesmas I Denpasar Timur
telah berjalan dengan baik sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan. Upayaupaya dilakukan bertujuan untuk mengurangi timbulnya masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur ini. Pelayanan kesehatan yang
tersedia mulai dari pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan pada
siswa SD dan setingkat, pelayanan keluarga berencana sampai pelayanan
imunisasi merupakan pelayanan yang melatarbelakangi tercapainya tujuan dari
melakukan upaya kesehatan ini. Dari upaya-upaya kesehatan tersebut terdapat

46

upaya unggulan dari Puskesmas I Denpasar Timur yaitu pada pelayanan kesehatan
ibu dan anak (KIA) dan pelayanan keluarga berencana (KB).
Institusi pelayanan KIA/KB di Puskesmas I Denpasar Timur yang berlokasi
di Jalan Pucuk No 1, Desa Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur merupakan
puskesmas yang mempunyai Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
(PONED). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pelayanan 24 jam pada
persalinan dan bayi baru lahir. Selain itu, Puskesmas I Denpasar Timur ini sering
mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi dari petugas
kesehatan tersebut.
Pengalaman praktik di bidang advokasi, kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat telah dilakukan di Puskesmas I Denpasar Timur. Adapun pengalamanpengalaman tersebut yaitu Penyuluhan Posyandu Paripurna, Pengobatan Posyandu
Paripurna, Pembinaan/Evaluasi Lomba UKS tingkat Kota Denpasar, Kegiatan
Pemeriksaan Pada Anak-Anak di Posyandu, Jaga Klinik di SMAN 3 Denpasar,
Kegiatan Safari Kesehatan Kota, Kegiatan Senam Prolanis, Kunjungan Sulinggih,
Pembinaan PTKP tingkat Sekolah di Kota Denpasar dan Surveilance DBD. Jika
terjadi KLB, saat itu juga para petugas kesehatan di Puskesmas I Denpasar Timur
terjun ke lokasi kemudian melaporkannya ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar,
sebelumnya pihak puskesmas melaporkan kejadian ini ke kepala desa, camat dan
lain-lain.
Pada penerapan asuhan kunjungan rumah yang telah dilakukan pada tanggal
24 Mei 2016, pukul 10.35 WITA, berdasarkan dari hasil wawancara pada keluarga
Tn. VN diketahui bahwa keluarga Tn. VN sudah mengetahui masalah
kesehatan, penyebabnya dan tanda gejala yang dialami oleh anggota keluarganya.
Apabila salah satu anggota keluarganya sakit, selalu segera dibawa ke fasilitas
terdekat. Dari data penunjang, keadaan rumah dan sanitasi tergolong baik dan
sudah memenuhi syarat-syarat yang ada. Keluarga Tn, VN merupakan keluarga
inti yang terdiri dari 3 orang, dimana terdapat permasalahan di dalamnya yaitu
kurangnya informasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk yang dilakukan
setiap seminggu sekali. Dalam mengatasi masalah tersebut, kami memberikan
KIE pentingnya melakukan pemberantasan nyamuk setiap seminggu sekali untuk
mencegah terjadinya DBD dan keluarga Tn. VN sudah mengerti dan bersedia
untuk melaksanakannya.
47

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang tepat bagi masyarakat
diperlukan suatu upaya pelayanan kesehatan dasar yang bertujuan untuk dapat
mengatasi sebagian besar masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat wilayah
kerja Puskesmas I Denpasar Timur. Pelayanan kesehatan yang tersedia yaitu
pelayanan kesehatan ibu dan anak sampai pelayanan imunisasi. Puskesmas I
Denpasar Timur mempunyai upaya unggulan yaitu pada pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA) dan pelayanan keluarga berencana (KB). Institusi pelayanan
KIA/KB di Puskesmas I Denpasar Timur merupakan puskesmas yang mempunyai
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED).
Pengalaman praktik di bidang advokasi, kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat telah dilakukan di Puskesmas I Denpasar Timur. Apabila terjadi KLB,
saat itu juga para petugas kesehatan di Puskesmas I Denpasar Timur terjun ke
lokasi kemudian melaporkannya ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar, sebelumnya
pihak puskesmas melaporkan kejadian ini ke kepala desa, camat dan lain-lain.
Pada penerapan asuhan kunjungan rumah telah dilakukan pada keluarga Tn.
VN. Dari hasil wawancara dan data-data penunjang didapatkan hasil yang
cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi. Namun, terdapat satu masalah yaitu
kurangnya informasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk yang dilakukan
setiap seminggu sekali. Bentuk penanganannya yaitu memberikan KIE kepada
keluarga Tn. VN, mereka sudah mengerti dan bersedia untuk melaksanakannya.
B. Saran
1. Kepada Institusi Kebidanan diharapkan untuk memberikan waktu kepada
mahasiswa dalam memahami mata kuliah kesehatan masyarakat karena mata
kuliah ini masih tergolong baru dan sedikit sulit untuk dipahami.
2. Kepada bidan diharapkan untuk lebih sering melakukan asuhan kunjungan
rumah agar penyampaian informasi mengenai kesehatan masyarakat lebih
menyeluruh dan dapat meminimalisasikan masalah-masalah kesehatan yang
timbul di lingkungan masyarakat.

48

3. Kepada mahasiswa kebidanan diharapkan dapat meningkatkan informasi dan


edukasi mengenai kesehatan masyarakat agar nantinya dalam melakukan
asuhan kunjungan rumah dapat mengatasi bersama mengenai masalah
kesehatan yang dijumpai.
4. Kepada masyarakat diharapkan lebih memberikan perhatian pada lingkungan
disekitar rumahnya agar tidak menimbulkan masalah kesehatan dan jika ada
masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2008). Program Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit. Retrieved from Slide
Share website: http://www.slideshare.net/praptooto/buku-ponek-2008
Depkes. (2013). Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu (PONED).
Retrieved
from
Kementerian
Kesehatan
RI
website:
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/
uploads
/download
s/
2014/03/PEDOMAN-PUSKESMAS-PONED-2013.pdf
Lmssm. (2015). Advokasi, Kemitraan, dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk
Mendukung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak. Retrieved from
http://lmssm.akbidsarimulia.ac.id/downlot.php?file=Advokasi%20Kemitraan
%20Pemberdayaan.pdf
Mubarak, Wahit Iqbal. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
PRIndonesia.
(2002).
UU
23/1992,
Kesehatan.
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1992_23.pdf

Retrieved

from

Scribd. (2015). Pokok Pokok Pembangunan Indonesia Sehat 2015. Retrieved from
Scrib
website:
https://www.scribd.com/doc/216016034/Pokok-PokokPembangunan-Indonesia-Sehat-2015-3
Sehat.
(2014).
Kesehatan
Masyarakat.
Retrieved
http://sehat.link/kesehatan-masyarakat-definisi-tujuan-dan-ruang-lingkupkesehatan-masyarakat.info

from:

Sumiasih. (2016). Advokasi Dalam Promosi Kesehatan Peningkatan Kesehatan


Ibu dan Anak (KIA). Denpasar.
Sumiasih. (2016). Modul Konsep PHC. Denpasar.

49

Sumiasih. (2016). Modul Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Masyarakat.


Denpasar.
Syafrudin, dkk. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: TIM
Syafrudin, dan Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Wahyuningsih, Heni Puji, dkk. (2009). Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam
Kebidanan. Jakarta: Fitramaya
WHO. (2003). WHO Definition of Health. Retrieved from World Health
Organization website: http://www.who.int/about/definition/en/print.html

50

Anda mungkin juga menyukai