Hari demi hari dilalui oleh mereka berdua, sampai pada suatu cerita Mika harus pergi
karena Kematian. Kemudian, terciptalah coretan-coretan yang dituliskan oleh Indi sebagai
wujud pergolakan hati dan pikirannya mengenai arti kehilangan terhadap seseorang Mika.
Indi dengan polosnya bercerita kepada Tuhan betapa Ia membutuhkan Mika. Bukan hanya
sebagai status seorang kekasih, melainkan sebagai orang yang mampu memotivasinya
untuk tetap maju.
Suatu ketika, dengan terpaksa Indi mengikuti orang tuanya. Indi diajak berkunjung ke
rumah Paman Indi di Bandung. Di sana dia menjumpai seorang pemuda aneh. Kurus, badan
bertato, berlesung pipit satu, dan selalu tersenyum padanya. Pembawaan pemuda itulah yang
membuat indi semakin tertarik padanya. Saat itu tibalah waktu mereka untuk berkenalan. Lelaki
itu menyebut dirinya Mika. Tidak ada pertanyaan apapun. Tidak ada basa basi yang mereka
ucapkan. Namun saat itu yang menarik perhatian Indi adalah sandal jepit Mika yang berbeda.
Satu berwarna hijau sedangkan yang satunya warna kuning.
Indi menganggap Mika sebagai malaikat baginya. Saat Mika meminta Indi untuk menjadi
pacarnya, ia langsung berkata YA padahal Indi tak tahu mengapa. Mungkin karena Indi adalah
gadis yang polos. Dengan Mika, Indi tak perlu berpura-pura. Tak perlu malu. Di hari pertama
mereka pacaran itu, Mika bilang sama Indi bahwa ia mengidap penyakit AIDS. Tak ada
pertanyaan apapun. Bahkan tak ada komentar yang terucap dari mulut Indi. Menurutnya tak adil
jika ia menanyakan lebih detail tentang AIDS sedangkan Mika tak pernah menanyakan mengapa
ia memakai penyangga punggung.
Mika mengubah Indi perlahan-lahan. Dari gadis pemalu menjadi gadis yang berani.
Bahkan kakak kelasnya yang melarang Indi untuk menggunakan toliet karena dia takut tertular
AIDS ia lawan. Bahkan omongan Gerry yang menjelek-jelekan Mika ia bantah. Sejak kenal
Mika Indi merasa hidupnya berubah menjadi lebih optimis dan semangat. Indi menganggap
Mika sebagai pahlawannya. Berkat Mikapun indi dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya
belum pernah ia lakukan dikarenakan keterbatasan fisik. Mika mengenalkan teman – temannya
kepada Indi, tapi cukup sulit bagi Indi untuk memulainya. Namun berkat dukungan dari Mika,
Indi mampu melakukannya. Orangtua Indi tahu kalau Ia berpacaran dengan Mika, mereka tidak
suka dan menganggap AIDS itu salah besar. Tapi Indi menganggap orangtuanyalah yang salah
karena tidak bisa memberikan alasan yang masuk akal, karena melarang berpacaran dengan
Mika.
Suatu hari Indi menyadari bahwa ia semakin kuat, namun Mika semakin lemah. Keadaan
ini membuatnya tidak senang karena Mika adalah pahlawannya yang seharusnya lebih kuat. Indi
semakin benci dan marah dengan keadaan itu karena kini Mika terbaring ditempat tidur dan
Mika bilang pada Indi, dia tak boleh jadi pacarnya karena Mika mau pergi jauh dan Indi tak
boleh ikut. Kemarahan dan rasa benci Indipun semakin besar karena ia tahu tak mungkin jika
Mika bisa pergi dalam kondisinya.
Malam itu. Indi sedang menemani Mika menonton Home Alone 2. Indi bahagia melihat
Mika bernyanyi kecil sambil sesekali tertawa melihat tokoh di film ketika membuat kekacauan.
Nafas Mikapun naik turun ketika tertawa. Tetapi semakin lama suara Mika semakin hilang. Indi
merasa aneh. Dia lalu menatap Mika. Barulah ia sadar, Mika sudah pergi untuk selama-lamanya,
tepat tiga puluh menit sebelum film berakhir. Indi melanjutkan melihat film dengan mata kosong
sampai film berakhir. Mama Mika sendiri yang memergoki kematian Mika, sementara Indi
hanya diam tanpa meneteskan air mata di pojok ruangan. Indipun tak menyadari jika ia
digendong ayahnya pulang. Dibalik kesedihannya, Indi tahu bahwa Mika sudah membuatnya
kuat untuk melawan penyakit yang dideritanya dan mengajarkannya tentang cinta tanpa syarat.
Dua tahun berlalu kini Indi bebas dari penyangganya, dia sembuh. Indi juga menjadi
relawan yayasan AIDS di tahun 2006. Walaupun Mika sudah berada di surga. Dia meninggalkan
malaikat – malaikat untuk melindungi Indi yaitu teman – teman Mika agar Indi tidak sendirian.
Mika akan selalu menjadi pahlawan buat Indi. Meskipun kini ia sudah menyerahkan hatinya
untuk Ray, namun sosok Mika tidak akan tergantikan oleh siapapun. Selalu ada ruang kosong
dihati Indi untuk Mika.” Sisakan satu tempat untukku di sana, Mika. Sampai jumpa di surga!”.
Alur
Gaya bahasa yang sederhana, bahkan cenderung singkat, menjadikan tiap bagian ceritanya begitu
menyentuh hati pembaca.