Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR (PBL II)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PELATIHAN PEMANFAATAN SAMPAHSEBAGAI
INTERVENSI MASALAH SAMPAH DI DESA BAGAWAT
KECAMATAN SELAJAMBE KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2017

Oleh :
EKA WIDAYANTI CMR0140003
FAJAR ROKHMANITA CMR0140004
FITHRIYA NABILAH CMR0140005
HENI YULIANAWATI PUTRI CMR0140007
MILA ALDIANI CMR0140019
NOVIYANTI DEWI CMR0140012
RIAN HERDIANTO CMR0140020
SETIABUDI PRATAMA CMR0140015

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2017
LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR (PBL II)
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PELATIHAN PEMANFAATAN SAMPAHSEBAGAI
INTERVENSI MASALAH SAMPAH DI DESA BAGAWAT
KECAMATAN SELAJAMBE KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2017

Oleh :
EKA WIDAYANTI CMR0140003
FAJAR ROKHMANITA CMR0140004
FITHRIYA NABILAH CMR0140005
HENI YULIANAWATI PUTRI CMR0140007
MILA ALDIANI CMR0140019
NOVIYANTI DEWI CMR0140012
RIAN HERDIANTO CMR0140020
SETIABUDI PRATAMA CMR0140015

Laporan PBL II ini telah disetujui untuk diujikan


di depan Tim Penguji
Kuningan, Desember 2017

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Staf Pembimbing Lapangan (SPL)

CECEP HERIANA, SKM., MPH HARI SUCIPTA, SKM


NIK.19850730.200809.016 NIP. 196707021988031010
LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR (PBL II)
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2017

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PELATIHAN PEMANFAATAN SAMPAHSEBAGAI
INTERVENSI MASALAH SAMPAH DI DESA BAGAWAT
KECAMATAN SELAJAMBE KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2017

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada bulan Desember 2017


dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Kuningan, Desember 2017

Menyetujui,

Tim Penguji

1. Dosen Pembimbing Lapangan : Cecep Heriana, SKM., MPH


2. Penguji : Icca Stella Amalia, SKM., MPH

Mengetahui,

Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan

Icca Stella Amalia, SKM., MPH


NIK. 851230.201201.070
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II) sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu
kelancaran pelaksanaan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II),
terutama kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua

Yayasan Pendidikan Bhakti Husada Kuningan.

2. Bapak Abdal Rohim, S.Kp., MH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kuningan.

3. Ibu Icca Stella Amalia, SKM., MPH selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan

Masyarakat STIKes Kuningan.

4. Bapak Cecep Heriana, SKM., MPH selaku Dosen Pembimbing

Lapangan.

5. Bapak Hari Sucipta, SKM selaku Staf Pembimbing Lapangan.

6. Bidan Dwi selaku perwakilan dari Puskesmas Selajambe Kecamatan

Selajambe.

7. Bapak Ertika selaku Kepala Desa Bagawat serta jajarannya.

8. Ibu Amini selaku Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di

Desa Bagawat.
9. Seluruh kader dan ibu PKK yang mengikuti pelatihan pemanfaatan

sampah di Desa Bagawat.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, baik isi
maupun penyajiannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Kuningan, 28 November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .....................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN. .....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN. .......................................................................
KATA PENGANTAR. ...................................................................................
DAFTAR ISI. ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ABSTRAK. .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN. ..............................................................................
1.1 Latar Belakang. .............................................................................

1.2 Tujuan............................................................................................

1.2.1 Tujuan Umum....................................................................

1.2.2 Tujuan Khusus ...................................................................

1.3 Manfaat..........................................................................................

1.3.1 Manfaat Teoritis ................................................................

1.3.2 Manfaat Praktis..................................................................

BAB II METODE KEGIATAN PBL II. ......................................................


2.1 Lokasi. ...........................................................................................

2.2 Waktu. ...........................................................................................

2.3 Tahapan Problem Solving Cycle. ..................................................

2.4 Pengolahan dan Analisis Data. ......................................................

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ......................................................


3.1 Gambaran Umum Desa Bagawat. .................................................

3.1.1 Keadaan Geografis Desa Bagawat ....................................


3.1.2 Keadaan Demografi Desa Bagawat ...................................

3.2 Hasil dan Pembahasan sesuai Tahapan Problem Solving Cycle. ..

3.2.1 Alternatif Penyelesaian Masalah .......................................

3.2.2 Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah .......................

3.2.3 Penyusunan Plan of Action (PoA) .....................................

3.2.4 Implementasi Intervensi ....................................................

3.2.5 Monitoring dan Evaluasi ...................................................

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. ............................................................


4.1 Simpulan........................................................................................

4.2 Saran. .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Plan of Action untuk Intervensi Pelatihan Pemanfaatan

Sampah di Desa Bagawat

Tabel 3.2 Satuan Acara Penyuluhan dan Pelatihan di Desa Bagawat

Tahun 2017

Tabel 3.3 Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Jenis Kelamin di Desa Bagawat

Tabel 3.4 Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Kelompok Usia di Desa Bagawat

Tabel 3.5 Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Desa Bagawat

Tabel 3.6 Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Pekerjaan di Desa Bagawat

Tabel 3.7 Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Penghasilan di Desa Bagawat

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data

Tabel 3.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon (Ranks)

Tabel 3.10 Hasil Analisis Uji Wilcoxon (Text Statistics)

Tabel 3.11 Matriks Monitoring dan Evaluasi Intervensi Pelatihan

Pemanfaatan Sampah di Desa Bagawat


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 How-how diagram untuk Penentuan Alternatif Solusi

Gambar 3.2 Diagram Force Field Analysis untuk Penilaian Kelayakan

Implementasi Solusi Pembangunan TPS di Setiap RT

Gambar 3.3 Diagram Force Field Analysis untuk Penilaian Kelayakan

Implementasi Solusi Pemberdayaan Masyarakat

Desa Bagawat melalui Pelatihan Pemanfaatan Sampah


ABSTRAK

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan


sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Di Indonesia, jumlah timbunan sampah perhari diperkirakan 175.000
sampai dengan 176.000 ton per hari atau 64 juta ton per tahun. Sumber sampah
nasional sebanyak 48% berasal dari rumah tangga. Berdasarkan hasil Pengalaman
Belajar Lapangan I (PBL I) di Desa Bagawat tahun 2016 diperoleh bahwa sampah
merupakan prioritas masalah kesehatan di Desa Bagawat yaitu sebanyak 42%.
Adapun tujuan PBL II adalah untuk mengetahui alternatif solusi dari masalah
sampah yang ada di Desa Bagawat Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan
Tahun 2017.
Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen kuesioner dan
lembar check list. Adapun pengolahan dan analisis data dilakukan secara
komputerisasi menggunakan software SPSS. Uji yang digunakan untuk
menganalisis data tersebut adalah uji Wilcoxon.
Berdasarkan hasil tahapan problem solving cycle dan MMD kedua diperoleh
hasil bahwa alternatif solusi yang paling tepat dalam mengatasi masalah terkait
penanganan sampah di Desa Bagawat adalah dengan melaksanakan
pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan pemanfaatan sampah.
Berdasarkan analisis data pre-test dan post-test menggunakan uji Wilcoxon
diperoleh p value sebesar 0,025 (p < 0,05). Artinya, ada perbedaan skor hasil
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terkait penanganan sampah.

Kata kunci : Sampah, Alternatif Solusi, Desa Bagawat.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan

sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya (Sumantri, 2010:62). Sampah dibagi menjadi dua yaitu organik dan

anorganik. Sampah organik misalnya sisa makanan, daun, sayur sedangkan

sampah anorganik misalnya plastik, kertas, kaleng, botol dan lain-lain (Chandra,

2012:111).

Dampak sampah terhadap kesehatan secara langsung dapat menimbulkan

penyakit karena ada beberapa jenis sampah yang mengandung kuman patogen.

Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.

Sedangkan dampak sampah secara tidak langsung berupa penyakit bawaan vektor

yang berkembangbiak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan

dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Lalat adalah vektor berbagai penyakit perut

dan tikus sebagai vektor yang membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit

pes (Slamet, 2004:155).

Kota-kota di dunia menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton setiap

tahunnya. Bank dunia memperkirakan pada tahun 2025 produksi sampah dunia

akan meningkat drastis menjadi 2,2 miliar ton. Di Indonesia, jumlah timbunan

sampah perhari diperkirakan 175.000 sampai dengan 176.000 ton per hari atau 64

juta ton per tahun. Sumber sampah nasional sebanyak 48% berasal dari rumah

tangga (http://www.indii.co.id diunduh tanggal 27 November 2017).


Berdasarkan hasil Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) di Desa Bagawat

tahun 2016 diperoleh bahwa sampah merupakan prioritas masalah kesehatan di

Desa Bagawat yaitu sebanyak 42%. Terdapat 3 (tiga) faktor risiko yang menjadi

akar penyebab terjadinya masalah sampah di Desa Bagawat, yaitu kurangnya

sarana pembuangan sampah, rendahnya kesadaran masyarakat dan kurangnya

SDM Kesehatan. Terkait dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam

mengelola sampah, dapat dilakukan upaya penanganan dan pemanfaatan sampah

agar dapat bernilai guna melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Penanganan sampah dapat dikelola dengan prinsip 3R yaitu Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang), dimana

dilakukan upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya dengan

pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen

anorganik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam,

gelas dan lain-lain (Widieana, dkk, 2017). Daur ulang adalah proses untuk

mengolah kembali benda tak terpakai lagi atau sampah agar bisa dimanfaatkan

sehingga secara tidak langsung dapat melestarikan lingkungan (Soedarto,

2013:151). Adapun pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan cara memilah

dan memilih sampah untuk kemudian diolah menjadi barang yang bermanfaat

bagi kehidupan sehari-hari, seperti mendaur ulang sampah menjadi barang

kerajinan yang memiliki nilai jual agar dapat menambah income bagi Desa

Bagawat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui alternatif solusi dari masalah sampah yang ada di Desa

Bagawat Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2017.


1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah dengan cara

brainstorming dan penggunaan how-how diagram dalam mengatasi

masalah sampah yang ada di Desa Bagawat Kecamatan Selajambe

Kabupaten Kuningan Tahun 2017.

2. Menganalisis kelayakan penyelesaian masalah dengan metode force

field analysis untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah yang

paling tepat dalam mengatasi masalah sampah yang ada di Desa

Bagawat Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2017.

3. Merumuskan Plan of Action (PoA) sebagai upaya merencanakan

intervensi yang terstruktur dalam mengatasi masalah sampah yang ada

di Desa Bagawat Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun

2017.

4. Melakukan intervensi sebagai upaya penanggulangan untuk mengatasi

masalah sampah yang ada di Desa Bagawat Kecamatan Selajambe

Kabupaten Kuningan Tahun 2017.

5. Menganalisis monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi masalah

sampah yang telah dilakukan di Desa Bagawat Kecamatan Selajambe

Kabupaten Kuningan Tahun 2017.


1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) ini dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak-pihak terkait untuk melakukan

intervensi masalah kesehatan khususnya masalah sampah di setiap daerah sebagai

upaya menciptakan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat dan Desa Bagawat

Meningkatkan keterampilan masyarakat Desa Bagawat untuk

memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat bagi kehidupan

sehari-hari, seperti mendaur ulang sampah menjadi barang kerajinan yang

memiliki nilai jual agar dapat menambah income bagi Desa Bagawat.

2. Bagi UPTD Puskesmas Selajambe

Membantu pihak puskesmas dalam mengatasi masalah kesehatan

khususnya dalam bidang kesehatan lingkungan di Desa Bagawat.

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya

khususnya yang akan meneliti tentang masalah sampah di Desa Bagawat

Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2017.


BAB II
METODE KEGIATAN PBL II

2.1 Lokasi

Kegiatan PBL II yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan kelompok II (Reguler 2014) berlokasi di

Desa Bagawat Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Adapun

peta lokasi Desa Bagawat terdapat dalam lampiran.

2.2 Waktu

Kegiatan PBL II dilaksanakan selama 26 hari, yaitu dari tanggal 2 Oktober

sampai dengan 28 Oktober 2017. Kegiatan dalam PBL II dibagi menjadi dua (2),

yaitu Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) kedua dan pelaksanaan intervensi

terkait masalah sampah di Desa Bagawat. Kegiatan MMD kedua dilaksanakan

pada tanggal 3 Oktober 2017, sedangkan pelaksanaan intervensi dilaksanakan

pada tanggal 28 Oktober 2017.

2.3 Tahapan Problem Solving Cycle

Tahapan Problem Solving Cycle masalah kesehatan masyarakat terdiri dari 5

langkah antara lain sebagai berikut (Tim Dosen Prodi Kesmas STIKes Kuningan,

2016).

1. Identifikasi Alternatif Penyelesaian Masalah

Setelah mengidentifikasi dan mengetahui penyebab atau faktor risiko

masalah kesehatan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah


mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah (solusi) kesehatan dalam bentuk

saran atau rekomendasi sebagai bentuk pengendalian dan pencegahan

permasalahan kesehatan tersebut. Metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah kesehatan yaitu dengan cara

brainstorming dan penggunaan how-how diagram atau tabel solusi. Hal demikian

harus didasarkan atas bukti atau data dan informasi yang kuat seperti berdasarkan

pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta mendapatkan saran yang relevan

dengan program kesehatan di wilayah puskesmas tersebut oleh petugas kesehatan.

Setelah melakukan brainstorming, maka dapat dipilih 3 terbesar atau lebih

yang merupakan alternatif solusi terbaik terkait akar penyebab masalah kesehatan

sebagai saran atau rekomendasi. Dalam memberikan alternatif penyelesaian

masalah kesehatan dari setiap penyebab masalah dapat diberikan lebih dari satu

penyelesaian masalah yang kemudian dapat diprioritaskan mana yang dapat

dikerjakan (feasible). Pertimbangan dalam memprioritaskan penyelesaian masalah

kesehatan tersebut antara lain: kebijakan yang mendukung program/alternatif

solusi tersebut; cara/teknologi yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah,

kemudahan untuk dilaksanakan/dikerjakan, orang yang mau dan mampu

mengerjakan, ketersediaan dana, swadaya masyarakat, serta relevansi dengan

program kesehatan.

1. Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah Kesehatan

Setelah melakukan identifikasi alternatif penyelesaian masalah kesehatan

dengan cara brainstorming dan penggunaan how-how diagram yang didasarkan

atas bukti atau data dan informasi yang kuat, langkah selanjutnya adalah

melakukan penilaian kelayakan penyelesaian masalah kesehatan melalui

pendekatan dengan metode force field analysis. Tujuan dilakukannya penilaian

terhadap kelayakan penyelesaian masalah adalah agar menghasilkan solusi yang


tepat serta dikerjakan dengan sumber daya yang tersedia. Adapun pertimbangan

dalam memprioritaskan masalah dengan metode force field analysis adalah

adanya faktor pendukung dan penghambat, antara lain: kebijakan yang

mendukung program/alternatif solusi tersebut; cara/teknologi yang cepat dan tepat

untuk mengatasi masalah, kemudahan untuk dilaksanakan/dikerjakan, orang yang

mau dan mampu mengerjakan, ketersediaan dana, swadaya masyarakat, serta

relevansi dengan program kesehatan. Jika dari faktor tersebut banyak yang

mendukung, maka alternatif tersebut layak dipilih atau diprioritaskan.

2. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (Plan of Action/PoA)

Setelah tahapan problem solving cycle berupa proses identifikasi dan

analisis kelayakan implementasi solusi atau alternatif pemecahan masalah

dilakukan, langkah selanjutnya adalah menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL)

atau disebut juga Plan of Action (PoA). PoA merupakan suatu perencanaan

kegiatan jangka pendek yang ditujukan guna penyelesaian masalah kesehatan

berdasarkan pada penyelesaian masalah yang dipilih dan layak. Beberapa hal yang

perlu dipertimbangkan sebelum menyusun Plan of Action (PoA) yaitu dengan

memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen masukan

(input), seperti: informasi, organisasi atau mekanisme, teknologi atau cara dan

Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk dapat membuat PoA, maka program hasil analisis penyelesaian

masalah tersebut harus diurai (breakdown) menjadi program/kegiatan yang

diperlukan. Dalam melakukan identifikasi dan analisis kegiatan serta sumber daya

yang ada, maka sebaiknya dilakukan dengan melihat program yang ada di

pelayanan kesehatan agar tidak terjadi overlapping program dan/atau kegiatan,

namun tetap selaras dengan program kesehatan yang ada di Puskesmas dan jika
dilakukan secara partisipatif maka kegiatan dapat berjalan dengan baik dan

berlanjut. Secara sederhana, beberapa hal yang harus masuk dalam membuat PoA

antara lain: jenis kegiatan, volume kegiatan, dana yang diperukan serta sumber

dana, waktu pelaksanaan, oleh siapa kegiatan tersebut dikerjakan termasuk

indikatornya.

3. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Setelah berhasil menyusun rencana kegiatan intervensi maka kegiatan

tersebut harus dilaksanakan guna menyelesaikan permasalahan kesehatan yang

ada. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang lebih matang agar kegiatan yang

telah disusun dapat dilakukan dan berjalan dengan lancar. Persiapan yang

diperlukan menyangkut mobilisasi sumber daya, misalnya sarana dan prasarana

yang diperlukan, sasaran intervensi, metode yang digunakan untuk intervensi,

pihak yang terlibat dalam kegiatan intervensi, merancang kegiatan/pertemuan

(jika ada), pelaksanaan kegiatan intervensi yang diperlukan.

4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi

Setelah kegiatan intervensi telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah

melakukan penilaian apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang

diharapkan atau bahkan tidak berjalan sama sekali. Monitoring sebaiknya

dilakukan mulai dari merencanakan sampai dengan akhir dari pelaksanaan

kegiatan intervensi dengan cara membuat daftar pantau atau check-list dari

kegiatan tersebut, sehingga jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan

segera. Demikian halnya dengan kegiatan evaluasi yang ditujukan untuk

mengetahui apakah suatu kegiatan telah berhasil sesuai target yang ditetapkan

atau hasil yang diharapkan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, yaitu
dengan cara membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan hasil yang

ditargetkan/diharapkan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.

2.4 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program

Statistical Program for Social Science (SPSS). Dalam penelitian ini menggunakan

analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk

mendeskripsikan karakteristik peserta kegiatan dan data hasil lembar check list,

sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor hasil

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terkait penanganan sampah.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Desa Bagawat.

3.1.1 Keadaan Geografis Desa Bagawat

1. Luas Wilayah Desa Bagawat

Berdasarkan Profil Desa Bagawat Tahun 2013, luas wilayah

Desa Bagawat menurut penggunaannya adalah sebagai berikut.

a. Total luas penggunaan pemukiman dan prasarana umum

lainnya adalah 439,573 ha/m2.

b. Total luas penggunaan sawah adalah 88,233 ha/m2.

c. Total luas penggunaan tanah kering adalah 82,174 ha/m2.

d. Total luas penggunaan tanah perkebunan adalah 6,286 ha/m2.

e. Total luas penggunaan tanah fasilitas umum adalah 24,815

ha/m2.

f. Total luas penggunaan tanah hutan adalah 193 ha/m2.

2. Batas Desa Bagawat

Sebelah Utara : Desa Gunung Manik Kecamatan Ciniru

Sebelah Selatan : Desa Ciberung Kecamatan Selajambe

Sebelah Timur : Desa Kutawaringin Kecamatan Selajambe

Sebelah Barat : Desa Selajambe Kecamatan Selajambe.


3. Desa Bagawat merupakan desa yang berada di wilayah

Kecamatan Selajambe yang terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun

Tanggulun, Dusun Babakan dan Dusun Sunaherang.

3.1.2 Keadaan Demografi Desa Bagawat

1. Jumlah Penduduk Menurut:

a. Jenis Kelamin

1) Laki-laki : 760 jiwa

2) Perempuan : 726 jiwa

b. Kepala Keluarga

Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Bagawat adalah 505

KK.

3.2 Hasil dan Pembahasan sesuai Tahapan Problem Solving Cycle

3.2.1 Alternatif Penyelesaian Masalah

Pembangunan TPS
di Setiap RT

Penanganan Sampah

Pemberdayaan Masyarakat
Desa Bagawat melalui
Pelatihan Pemanfaatan
Sampah

Gambar 3.1

How-how diagram untuk Penentuan Alternatif Solusi


Berdasarkan Gambar 3.1 terdapat dua alternatif solusi masalah

penanganan sampah di Desa Bagawat yaitu dengan pembangunan Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) di setiap Rumah Tangga (RT) dan

pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan pemanfaatan

sampah. Alternatif solusi pembangunan TPS di setiap RT diperoleh

berdasarkan hasil identifikasi masalah pada PBL I. Sedangkan,

pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan pemanfaatan

sampah dipilih menjadi alternatif lain apabila solusi pembangunan TPS di

setiap RT tidak memungkinkan untuk dilakukan.


3.2.2 Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah

Faktor Penghambat Faktor Pendukung


P
E
M
Skor B Skor
A
N
4 G 4
U
N
A Adanya partisipasi
Dana untuk
N masyarakat dalam
pembangunan
merencanakan
TPS di setiap RT
T pembangunan TPS
belum tersedia
P di setiap RT
S
4 3
D
I
Belum tersedia Sejalan dengan
lahan yang S program kerja
strategis untuk E pemerintahan Desa
pembangunan T Bagawat Periode
TPS di setiap RT A 2016-2021
P

Jumlah R Jumlah
8 T 7

Gambar 3.2

Diagram Force Field Analysis untuk Penilaian Kelayakan

Implementasi Solusi Pembangunan TPS di Setiap RT

Berdasarkan Gambar 3.2 menunjukkan bahwa alternatif solusi untuk

pembangunan TPS di setiap RT terdapat beberapa faktor pendukung dan

penghambat. Faktor pendukung tersebut diantaranya adanya partisipasi

masyarakat dalam merencanakan pembangunan TPS di setiap RT diberi skor

4 karena berdasarkan hasil MMD pada pelaksanaan PBL I didapatkan


kesepakatan untuk membangun TPS di setiap RT. Faktor pendukung lainnya

yaitu sejalan dengan program kerja pemerintahan Desa Bagawat Periode

2016-2021 diberi skor 3 karena terdapat program kerja pemerintahan Desa

Bagawat lain yang menjadi prioritas yaitu renovasi Balai Desa Bagawat.

Sedangkan faktor penghambat dalam penbangunan TPS di setiap RT yaitu

belum tersedianya dana untuk penbangunan TPS di setiap RT diberi skor 4

karena dana lebih digunakan untuk pembangunan Balai Desa Bagawat.

Faktor penghambat lainnya yaitu belum tersedianya lahan untuk

pembangunan TPS di setiap RT diberi skor 4 karena belum menemukan

lahan yang strategis untuk dijadikan sebagai tempat pembangunan TPS di

setiap RT yang disebabkan jarak rumah antar RT cukup jauh.

Selain pembangunan TPS di setiap RT, terdapat alternatif lainnya

yaitu pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan

pemanfaatan sampah. Berikut analisis kelayakan dari alternatif tersebut

yang digambarkan dalam diagram force field analysis.


Faktor Penghambat Faktor Pendukung
P
E
L
Skor A
Skor
T
I
H
3 A 4
N
Tempat P
pelaksanaan Kemudaham
E pelaksanaan
kegiatan kurang M
memadai kegiatan
A
N
F
4 A 4
A
T
Waktu A
N Tidak memerlukan
pelaksanaan
dana yang besar
kegiatan
S
A
M
P
Jumlah Jumlah
A
7 8
H

Gambar 3.3

Diagram Force Field Analysis untuk Penilaian Kelayakan

Implementasi Solusi Pemberdayaan Masyarakat Desa Bagawat

melalui Pelatihan Pemanfaatan Sampah

Berdasarkan Gambar 3.3 menunjukkan bahwa alternatif solusi untuk

pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan pemanfaatan

sampah terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor

pendukung tersebut diantaranya kemudahan pelaksanaan kegiatan diberi


skor 4 karena mendapat dukungan dari pihak Desa Bagawat dan mendapat

partisipasi yang baik dari masyarakat Desa Bagawat untuk melaksanakan

kegiatan pelatihan pemanfaatan sampah. Dukungan ini diperoleh ketika

pelaksanaan MMD kedua. Faktor pendukung lainnya yaitu tidak

memerlukan dana yang besar juga diberi skor 4 karena kegiatan pelatihan

pemanfaatan sampah lebih banyak memanfaatkan barang bekas. Sedangkan

faktor penghambat dalam pelatihan pemanfaatan sampah yaitu tempat

pelaksanaan kegiatan kurang memadai diberi skor 3 karena terdapat meja

dan kursi yang tidak digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Faktor

penghambat lainnya yaitu waktu pelaksanaan kegiatan diberi skor 4 karena

cuaca yang kurang mendukung (hujan) dalam perjalanan menuju tempat

pelaksanaan kegiatan pelatihan sehingga mengulur waktu hingga lebih dari

satu jam dari waktu yang telah ditentukan.

Berdasarkan analisis kelayakan penyelesaian masalah melalui

metode force field analysis diperoleh penyelesaian masalah untuk masalah

penanganan sampah di Desa Bagawat yaitu dengan melaksanakan

pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan pemanfaatan

sampah. Hasil tersebut dapat dilihat dari jumlah skor pada metode force

field analysis, baik itu faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Jumlah skor faktor pendukung untuk pelatihan pemanfaatan sampah adalah

8 atau lebih besar dari jumlah skor faktor pendukung untuk pembangunan

TPS di setiap RT yaitu 7, sehingga dipilih menjadi alternatif penyelesaian

masalah penanganan sampah di Desa Bagawat.


3.2.3 Penyusunan Plan of Action (PoA)

Dalam menyusun Plan of Action (PoA) metode yang digunakan

yaitu dengan cara menyusun matriks PoA. Hal ini bertujuan untuk

melakukan persiapan sebelum dilakukannya intervensi pelatihan

pemanfaatan sampah di Desa Bagawat yang telah terpilih melalui force field

analysis, dan berikut adalah matriks PoA tersebut:


Tabel 3.1 Plan of Action untuk Intervensi Pelatihan Pemanfaatan Sampah
di Desa Bagawat
Dana & Penanggung
No Program Kegiatan Indikator Waktu
Sumber Jawab
1 Perencanaan Membuat Tupoksi Mahasiswa Mahasiswa Rian Rabu, 4
Penyuluhan mahasiswa pada bekerja Herdianto Oktober
dan saat penyuluhan sesuai 2017
Pelatihan dan pelatihan Tupoksi
Pemanfaatan pada saat
Sampah di penyuluhan
Desa dan
Bagawat pelatihan
Pelatihan Mahasiswa Fithriya Sabtu,
mahasiswa untuk mampu Nabilah 21
membuat membuat Oktober
kerajinan tangan kerajinan 2017
dari sampah tangan dari
sampah

Koordinasi Tersedianya Fajar Rabu,


dengan pihak tempat untuk Rokhmanita 25
Desa Bagawat pelaksanaan Okrober
untuk penyediaan kegiatan 2017
tempat serta penyuluhan
menginformasikan dan
kepada kader dan pelatihan
ibu-ibu PKK agar serta jumlah
mengikuti peserta yang
kegiatan hadir pada
penyuluhan dan saat kegiatan
pelatihan dengan penyuluhan
membawa sampah dan
yang akan pelatihan
dijadikan sebagai sebanyak 50
kerajinan tangan orang
Membuat materi Pengertian, Noviyanti Kamis,
penyuluhan jenis, Dewi 26
dampak, Oktober
serta cara 2017
penanganan
dan
pemanfaatan
sampah
Membuat Adanya alat
kuesioner (pre- ukur untuk
test dan post-test) menilai
pengetahuan
masyarakat
tentang
masalah
sampah
Merencanakan Tersedianya Eka Jumat,
konsumsi untuk makanan dan Widayanti 27
kegiatan minuman Oktober
penyuluhan dan untuk 2017
pelatihan peserta pada
saat kegiatan
penyuluhan
dan
pelatihan
2 Pelaksanaan Pengisian Mahasiswa Untuk Mila Aldiani Sabtu,
Penyuluhan kuesioner (pre- mengukur 28
dan test) pengetahuan Oktober
Pelatihan peserta 2017
Pemanfaatan sebelum
Sampah di diberikan
Desa penyuluhan.
Bagawat Penyampaian Materi dapat Noviyanti
materi penyuluhan tersampaikan Dewi
dengan baik
kepada
peserta
Pelatihan Peserta Heni
pemanfaatan mampu Yulianawati
sampah bagi kader membuat & Fithriya
dan ibu-ibu PKK kerajinan Nabilah
tangan dari
sampah.
Pengisian Ada Setiabudi
kuesioner (post- peningkatan Pratama
test) pengetahuan
setelah
diberikan
penyuluhan
3.2.4 Implementasi Intervensi

1. Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan yaitu berupa penyuluhan dan pelatihan

tentang pemanfaatan sampah. Metode yang digunakan pada saat

penyuluhan yaitu metode ceramah dengan menjelaskan

informasi secara lisan kepada peserta oleh pemateri setelah

peserta mengisi kuesioner pre-test.

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Oktober 2017

Waktu : 10.00 s/d selesai

Tempat : Balai Desa Bagawat Kecamatan Selajambe

Sasaran : Kader dan Ibu-ibu PKK

Jumlah Peserta : 19 orang

Pemateri : Noviyanti Dewi

3. Media Penyuluhan

Dalam kegiatan penyuluhan tidak menggunakan media karena

pemaparan materi hanya disampaikan secara lisan.

4. Materi Penyuluhan

Materi atau isi pesan yang akan disampaikan kepada peserta

adalah sebagai berikut:

a. Pengertian sampah

b. Jenis-jenis sampah

c. Dampak sampah
d. Cara penanganan dan pemanfaatan sampah

5. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu

berupa kuesioner dan lembar check list. Tujuan dari pembuatan

instrumen tersebut adalah untuk mengetahui pengetahuan

peserta tentang sampah. Adapun kuesioner dan lembar check list

terdapat dalam lampiran.

6. Satuan Acara Penyuluhan dan Pelatihan

Tabel 3.2 Satuan Acara Penyuluhan dan Pelatihan di

Desa Bagawat Tahun 2017

No Waktu Kegiatan penyuluhan dan pelatihan

1 5 menit Pembukaan

2 10 menit Sambutan-sambutan

3 20 menit Pembagian dan pengisian kuesioner pre-test

4 15 menit Pemaparan materi

5 2 jam Pelatihan pemanfaatan sampah

6 20 menit Pengisian kuesioner post-test

7 10 menit Pemberian plakat dan penutup


7. Analisis Data

a. Analisis univariat

Tabel 3.3

Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Jenis Kelamin di Desa Bagawat

Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase (%)
Peserta

Perempuan 19 100

Total 19 100

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa distribusi karakterisik

peserta kegiatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Bagawat,

yaitu perempuan sebanyak 19 orang (100%). Berdasarkan tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa total peserta kegiatan

penyuluhan dan pelatihan kegiatan pemanfaatan sampah di Desa

Bagawat adalah perempuan.


Tabel 3.4

Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Kelompok Usia di Desa Bagawat

Persentase
Kelompok Usia Peserta Frekuensi
(%)
Valid <30 tahun 2 10.5
31-39 tahun 1 5.3
>40 tahun 15 78.9
Total 18 94.7
Missing System 1 5.3
Total 19 100.0

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa distribusi karakterisik

peserta kegiatan berdasarkan kelompok usia di Desa Bagawat,

yaitu peserta yang berusia <30 tahun sebanyak 2 orang (10,5%),

yang berusia antara 31-39 tahun sebanyak 1 orang (5,3%) dan

yang berusia >40 tahun sebanyak 15 orang (78,9%). Dalam tabel

tersebut dapat diketahui bahwa total peserta kegiatan yang

diolah dan dianalisis melalui aplikasi SPSS adalah 18 orang dari

jumlah keseluruhan peserta sebanyak 19 orang. Hal ini

disebabkan terdapat data yang tidak diisi atau tidak ada (missing

case) dari 1 orang peserta (5,3%), sehingga data tersebut tidak

memungkinkan untuk dianalisis bersama dengan data peserta

yang lainnya. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar peserta kegiatan di Desa Bagawat berada

pada kelompok usia >40 tahun yaitu sebanyak 15 orang (78,9%).


Tabel 3.5

Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Desa Bagawat

Tingkat Pendidikan Persentase


Peserta Frekuensi
(%)
Valid SD 6 31.6
SMP 3 15.8
SMA 6 31.6
Akademi/PT 3 15.8
Total 18 94.7
Missing System 1 5.3
Total 19 100.0

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa distribusi karakterisik

peserta kegiatan berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Bagawat, yaitu peserta yang memiliki tingkat pendidikan

terakhir SD sebanyak 6 orang (31,6%), SMP sebanyak 3 orang

(15,8%), SMA sebanyak 6 orang (31,6%) dan Akademi/PT

sebanyak 3 orang (15,8%). Dalam tabel tersebut dapat diketahui

bahwa total peserta kegiatan yang diolah dan dianalisis melalui

aplikasi SPSS adalah 18 orang dari jumlah keseluruhan peserta

sebanyak 19 orang. Hal ini disebabkan terdapat data yang tidak

diisi atau tidak ada (missing case) dari 1 orang peserta (5,3%),

sehingga data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis

bersama dengan data peserta kegiatan yang lainnya.

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian


besar peserta kegiatan di Desa Bagawat memiliki tingkat

pendidikan terakhir SD dan SMA yaitu sebanyak 6 orang

(31,6%).

Tabel 3.6

Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Pekerjaan di Desa Bagawat

Persentase
Pekerjaan Peserta Frekuensi
(%)
Valid Petani 1 5.3
PNS 2 10.5
Perangkat Desa 1 5.3
IRT 14 73.7
Total 18 94.7
Missing System 1 5.3
Total 19 100.0

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa distribusi karakterisik

peserta kegiatan berdasarkan pekerjaan peserta di Desa Bagawat,

yaitu peserta yang memiliki pekerjaan sebagai petani sebanyak 1

orang (5,3%), PNS sebanyak 2 orang (10,5%), perangkat desa

sebanyak 1 orang (5,3%) dan IRT sebanyak 14 orang (73,7%).

Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa total peserta

kegiatan yang diolah dan dianalisis melalui aplikasi SPSS

adalah 18 orang dari jumlah keseluruhan peserta sebanyak 19

orang. Hal ini disebabkan terdapat data yang tidak diisi atau

tidak ada (missing case) dari 1 orang peserta (5,3%), sehingga


data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis bersama

dengan data peserta kegiatan yang lainnya. Berdasarkan tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta

kegiatan di Desa Bagawat memiliki pekerjaan sebagai IRT yaitu

sebanyak 14 orang (73,7%).

Tabel 3.7

Distribusi Karakteristik Peserta Kegiatan Berdasarkan

Penghasilan di Desa Bagawat

Persentase
Penghasilan Peserta Frekuensi
(%)
Valid <Rp 1.200.000 5 26.3
>Rp 1.200.000 2 10.5
Total 7 36.8
Missing System 12 63.2
Total 19 100.0

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa distribusi karakterisik

peserta kegiatan berdasarkan penghasilan peserta di Desa

Bagawat, yaitu peserta yang memiliki penghasilan <Rp

1.200.000 sebanyak 5 orang (26,3%) dan >Rp 1.200.000

sebanyak 2 orang (10,5%). Dalam tabel tersebut dapat diketahui

bahwa total peserta kegiatan yang diolah dan dianalisis melalui

aplikasi SPSS adalah 7 orang dari jumlah keseluruhan peserta

sebanyak 19 orang. Hal ini disebabkan terdapat data yang tidak

diisi atau tidak ada (missing case) dari 12 orang peserta (63,2%),
sehingga data tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis

bersama dengan data peserta kegiatan yang lainnya.

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar peserta kegiatan di Desa Bagawat memiliki penghasilan

<Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 5 orang (26,3%) sebanyak 14

orang (73,7%).

Dari hasil lembar check list yang diberikan sebelum

diberikan penyuluhan, didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Peserta yang pernah mendapatkan penyuluhan dan

sosialisasi mengenai cara pengelolaan sampah sebesar

47,4% dan yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan

dan sosialisasi mengenai cara pengelolaan sampah sebesar

47,4%

2) Peserta yang pernah mendapatkan pelatihan mengenai cara

pengelolaan sampah sebesar 10,5% dan yang tidak pernah

mendapatkan pelatihan mengenai cara pengelolaan

sampah sebesar 84,2%

3) Peserta yang pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan

sampah menjadi kerajinan tangan sebesar 15,8% dan yang

tidak pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah

menjadi kerajinan tangan sebesar 73,7%

4) Peserta yang pernah mengelola sampah menjadi kerajinan

tangan meskipun tanpa pelatihan sebesar 21,1% dan yang


tidak pernah mengelola sampah menjadi kerajinan tangan

meskipun tanpa pelatihan sebesar 73,7%

5) Peserta yang melakukan kegiatan pengelolaan sampah

menjadi kerajinan tangan secara rutin sebesar 21,1% dan

yang tidak melakukan kegiatan pengelolaan sampah

menjadi kerajinan tangan secara rutin sebesar 73,7%

Dari hasil lembar check list yang diberikan setelah

diberikan penyuluhan, didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Peserta yang pernah mendapatkan penyuluhan dan

sosialisasi mengenai cara pengelolaan sampah sebesar

94,7% dan yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan

dan sosialisasi mengenai cara pengelolaan sampah sebesar

5,3%

2) Peserta yang pernah mendapatkan pelatihan mengenai cara

pengelolaan sampah sebesar 94,7% dan yang tidak pernah

mendapatkan pelatihan mengenai cara pengelolaan

sampah sebesar 5,3%

3) Peserta yang pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan

sampah menjadi kerajinan tangan sebesar 73,7% dan yang

tidak pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah

menjadi kerajinan tangan sebesar 26,3%

4) Peserta yang pernah mengelola sampah menjadi kerajinan

tangan meskipun tanpa pelatihan sebesar 21,1% dan yang


tidak pernah mengelola sampah menjadi kerajinan tangan

meskipun tanpa pelatihan sebesar 78,9%

5) Peserta yang melakukan kegiatan pengelolaan sampah

menjadi kerajinan tangan secara rutin sebesar 15,8% dan

yang tidak melakukan kegiatan pengelolaan sampah

menjadi kerajinan tangan secara rutin sebesar 84,2%

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji T

Berpasangan (Paired T-test) atau uji Wilcoxon. Uji T

Berpasangan digunakan karena tujuan dari kegiatan ini adalah

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor hasil dua

kelompok yang berpasangan sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan. Sedangkan, uji Wilcoxon digunakan karena sebagai

alternatif apabila hasil yang didapat dari Paired T-test tidak

memenuhi syarat, yaitu apabila data tersebut tidak berdistribusi

normal setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas. Data

berdistribusi normal apabila nilai probabilitas (p value) yang

didapatkan lebih besar dari 0,05 (p value > 0,05). Adapun hasil

uji normalitas berdasarkan selisih hasi post-test dan pre-test

terdapat dalam tabel berikut.


Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Selisih Nilai Post dan


.195 18 .068 .853 18 .010
Pretest

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa terdapat dua p value yaitu

p value berdasarkan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.

Dari kedua p value tersebut, p value yang diperhatikan adalah p

value Shapiro-Wilk karena jumlah sampel dalam kegiatan ini

adalah 19 (sampel <50). Berdasarkan hasil uji normalitas

tersebut, p value yang didapatkan adalah 0,010 atau lebih kecil

dari 0,05 (p value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data

tersebut tidak berdistribusi normal sehingga analisis data tidak

dapat menggunakan Paired T-test melainkan perlu

menggunakan uji alternatif lain yaitu uji Wilcoxon. Adapun hasil

analisis dari uji Wilcoxon tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.
Tabel 3.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon (Ranks)

Mean Sum of
N
Rank Ranks
Nilai Post-test Negative
1a 8.50 8.50
Peserta – Ranks
Nilai Pre-test Positive
10b 5.75 57.50
Peserta Ranks
Ties 7c
Total 18
Keterangan:
Negative Ranks (Na) : Nilai Post-test Peserta <
Nilai Pre-test Peserta
Positive Ranks (Nb) : Nilai Post-test Peserta >
Nilai Pre-test Peserta
Ties (Nc) : Nilai Post-test Peserta =
Nilai Pret-test Peserta
Total : Jumlah keseluruhan Peserta

Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan bahwa total sampel

yang dianalisis melalui uji Wilcoxon adalah 18 orang dari

jumlah keseluruhan peserta sebanyak 19 orang. Hal ini

dikarenakan terdapat data hasil pre-test yang tidak diisi (missing

case) dari 1 orang peserta sehingga data dari satu orang peserta

tersebut tidak memungkinkan untuk dianalisis bersama dengan

data peserta yang lainnya. Jumlah peserta yang memiliki nilai

post-test kurang dari nilai pre-test adalah sebanyak 1 orang

dengan rata-rata penurunan sebesar 8,50 dan jumlah peserta


yang memiliki nilai post-test lebih dari nilai pre-test adalah

sebanyak 10 orang dengan rata-rata kenaikan sebesar 5,75.

Sementara itu, jumlah peserta yang memiliki nilai pre-test sama

dengan nilai post-test adalah sebanyak 7 orang.

Tabel 3.10 Hasil Analisis Uji Wilcoxon (Test Statistics)

Nilai Post-test Peserta kegiatan -


Nilai Pre-test Peserta kegiatan
Z -2.240a
Asymp. Sig. (2-tailed) .025

Berdasarkan tabel 3.10 menunjukkan bahwa p value uji

Wilcoxon adalah 0,025 atau lebih kecil dari 0,05 (p value < 0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya, ada

perbedaan skor hasil sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan terkait penanganan sampah. Hal ini sesuai dengan

hasil analisis uji Wilcoxon sebagaimana yang telah diuraikan

pada tabel 3.9, yaitu sebanyak 10 orang peserta kegiatan

memiliki nilai post-test lebih besar dari nilai pre-test dengan

rata-rata peningkatan sebesar 5,75 dan total peningkatan sebesar

57,50.
3.2.5 Monitoring dan Evaluasi

Setelah kegiatan intervensi dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah

melakukan penilaian apakah kegiatan intervensi tersebut telah berjalan

sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan tidak berjalan sama sekali.

Monitoring dilaksanakan mulai dari merencanakan sampai dengan akhir

pelaksanaan kegiatan intervensi. Metode pendekatan yang digunakan dalam

menyusun monitoring dan evaluasi adalah dengan menggunakan matriks

monitoring dan evaluasi. Adapun matriks tersebut adalah sebagai berikut.


Tabel 3.11 Matriks Monitoring dan Evaluasi Intervensi Pelatihan
Pemanfaatan Sampah di Desa Bagawat

Metode/ Keterangan
Tahapan Hambatan/ Sumber
No Cara Petugas & Upaya
Kegiatan Kemajuan Data
Monitor Perbaikan
1 Membuat Tupoksi Mahasiswa Tabel Observasi Rian -
mahasiswa pada bekerja Tupoksi langsung Herdianto
saat penyuluhan sesuai
dan pelatihan Tupoksi
masing-
masing

Pelatihan Tidak semua - Observasi Fithriya -


mahasiswa untuk mahasiswa langsung Nabilah
membuat mengikuti
kerajinan tangan pelatihan
dari sampah
Koordinasi Waktu - Komunikasi Fajar Menentukan
dengan pihak pelaksanaan via sms dan Rokhmanita hari lain
Desa Bagawat diundur dari telepon
untuk penyediaan kesepakatan
tempat serta awal karena
menginformasikan sebagian
kepada kader dan besar peserta
ibu-ibu PKK agar mengikuti
mengikuti pengajian
kegiatan rutin
penyuluhan dan
pelatihan dengan
membawa sampah
yang akan
dijadikan sebagai
kerajinan tangan
Membuat materi Banyak Jurnal Observasi Noviyanti -
penyuluhan referensi dari langsung Dewi
sebagai internet
bahan materi

Membuat Kesulitan - Observasi Noviyanti Mencari


kuesioner (pre- dalam langsung Dewi contoh
test dan post-test) membuat kuesioner dan
poin-poin berdiskusi
pertanyaan dengan
anggota
kelompok
Merencanakan Jumlah - Observasi Eka -
konsumsi untuk konsumsi langsung Widayanti
kegiatan cukup untuk
penyuluhan dan seluruh
pelatihan peserta dan
mahasiswa
2 Pengisian Terdapat - Observasi Mila Pengisian
kuesioner (pre- langsung Aldiani kuesioner
peserta yang
test) dibantu oleh
datang
mahasiswa
terlambat

dan terdapat
peserta yang

kesulitan

mengisi

kuesioner

(tidak

membawa

kacamata)

Penyampaian Materi dapat - Observasi Noviyanti -


materi penyuluhan tersampaikan langsung Dewi
dengan baik
kepada
peserta
Pelatihan Terdapat - Observasi Heni Peserta
pemanfaatan beberapa langsung Yulianawati diberikan
sampah bagi kader peserta yang & penjelasan
dan ibu-ibu PKK masih Fithriya kembali oleh
kesulitan Nabilah mahasiswa
dalam hingga peserta
membuat memahami
kerajinan sehingga dapat
tangan dari membuat
sampah kerajinan
meskipun tangan dari
sudah sampah sendiri
dijelaskan
oleh
mahasiswa
Pengisian Terdapat - Observasi Setiabudi Peserta
kuesioner (post- peserta yang langsung Pratama diinformasikan
test) tidak untuk tidak
mengisi pulang terlebih
kuesioner dahulu
(post-test) sebelum
karena kegiatan
pulang selesai
terlebih dulu

.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan tahapan Problem Solving Cycle dapat diambil kesimpulan

bahwa:

1. Berdasarkan hasil identifikasi alternatif penyelesaian masalah dengan

cara brainstorming dan penggunaan how-how diagram dalam mengatasi

masalah sampah, terdapat dua alternatif solusi masalah penanganan

sampah di Desa Bagawat yaitu dengan pembangunan TPS di setiap RT

dan pemberdayaan masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan

pemanfaatan sampah.

2. Berdasarkan analisis kelayakan penyelesaian masalah dengan metode

force field analysis diperoleh hasil bahwa alternatif pemecahan masalah

yang paling tepat dalam mengatasi masalah terkait penanganan sampah

di Desa Bagawat adalah dengan melaksanakan pemberdayaan

masyarakat Desa Bagawat melalui pelatihan pemanfaatan sampah.

3. Penyusunan Plan of Action (PoA) untuk intervensi pelatihan

pemanfaatan sampah di Desa Bagawat dilaksanakan secara terstruktur,

dimulai dari program perencanaan penyuluhan dan pelatihan

pemanfaatan sampah di Desa Bagawat sampai dengan pelaksanaan

penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan sampah di Desa Bagawat.

4. Intervensi masalah penanganan sampah di Desa Bagawat

diimplementasikan melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan


pemanfaatan sampah yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Oktober

2017 di Balai Desa Bagawat Kecamatan Selajambe. Metode yang

digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, sedangkan instrumen

yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta kegiatan

adalah kuesioner pre-test dan post-test.

5. Berdasarkan analisis data pre-test dan post-test menggunakan uji

Wilcoxon diperoleh p value sebesar 0,025 atau lebih kecil dari 0,05 (p

value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor hasil

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terkait penanganan sampah.

Berdasarkan analisis menggunakan uji Wilcoxon terdapat sebanyak 10

orang peserta yang memiliki nilai post-test lebih besar dari nilai pre-test

dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,75 dan total peningkatan sebesar

57,50

6. Berdasarkan analisis monitoring dan evaluasi melalui matriks

monitoring dan evaluasi, kegiatan intervensi pelatihan pemanfaatan

sampah di Desa Bagawat masih terdapat beberapa hambatan sehingga

diperlukan upaya perbaikan atau penanggulangan untuk mengatasi

hambatan yang ada tersebut.


4.2 Saran

Untuk menangani masalah sampah di Desa Bagawat, kami memiliki saran

sebagai beikut.

1. Bagi Masyarakat Desa Bagawat

a. Meneruskan membuat kerajinan tangan dari sampah yang memiliki

nilai jual agar dapat menambah income bagi Desa Bagawat.

b. Mengajarkan praktek pembuatan kerajinan tangan ke masyarakat

lain yang tidak mengikuti pelatihan.

c. Seluruh kader dan ibu PKK mengadakan perkumpulan rutin, baik

setiap minggu atau setiap bulan untuk membuat kerajinan tangan.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan

Disarankan untuk melakukan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)

selanjutnya agar program yang telah dilaksanakan di Desa Bagawat

dapat berkelanjutan.

3. Bagi Kampus STIKes Kuningan

Semua Program Studi di STIKes Kuningan melakukan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) agar terjalin kolaborasi antar Progtam Studi.


DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016. Mengurangi Sampah


dengan Olah di Tempat. [Online] http://www.indii.co.id
images/dx_article_file/10449/mengurangi-sampah-dengan-olah-di-
tempat.pdf diunduh tanggal 27 November 2017.

Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Soedarto. 2013. Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Jakarta:


Kencana.

Tim Dosen Prodi Kesmas STIKes Kuningan.2016. Modul Pedoman Pengalaman


Belajar Lapangan (PBL II). Kuningan: STIKes Kuningan.

Widieana, D., dkk. 2017. Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi
Kasus Kelurahan Banyumanik Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 6(1): 1-10.
LAMPIRAN

1. Peta Lokasi PBL II

2. Kuesioner dan Lembar Check List

3. Hasil Analisis Lembar Check List

4. Tabel Tupoksi

5. Daftar Hadir Kegiatan

6. Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai