PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Advokasi
2
b. Hambatan dari politisi dan birokrasi atau tidak adanya peraturan
dan perundangan yang mendukung promosi kesehatan dan
ketiadaan partisipasi masyarakat dalam perencanaan program
kesehatan.
c. Gencarnya pemasaran produk yang tidak aman dan tidak sehat
bagi masyarakt terutama dengan adanya pengaruh perusahaan
multinasional dengan kekuatan besar.
d. Adanya nilai budaya yang berpengaruh atas nilai, sikap, dan
prilaku individual atau masalaj kesehatan masyarakat.
3
d. Pengembangan dan penyampain pesan advokasi
Khalayak sasaran berbeda berekasi tidak sama atas pesan
yang berbeda. Seseorang toko politik mungkin termitifasi kalu
dia mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang
diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seseorang
Menkes mungkin akan mengambil keputusan ketika kepada
yang bersangkutan disajikan data rinci mengenai besarnya
masalah kesehatan tertentu.
e. Membangun koalisi
Sering kali kekuatan advokasi di pengaruhi oleh jumlah
orang atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut hal
ini sangat penting dimana situasi dinegara tertentu sedang
membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupan
suatu hal yang relati baru.
Dalam situasi itu melibatkan orang dalam jumlah besar dan
mewakili berbagai kepentingan, sangat bermanfaat bagi upaya
advokasi maupun dukungan politis, bahkan dalam satu
organisasi sendiri, koalisi internal yaitu melibatkan berbagai
orang dari berbagai divisi atau depertemen dalam
mengembangkan program baru, dapat membantu konsensus
untuk aksi kegiatan.
4
h. Evaluasi upaya advokasi
Bagaiman kelompok advokasi dapat menegtahui bahwa
tujuan advoaksi yang telah ditetapkan dapat dicapai?
Bagaiman strategis advokasi dapat disempurnakan dan
diperbaiki?untuk menjadi advokator yang tangguh diperlukan
umpan balik berkelanjutan serta evaluasi atau upaya advokasi
yang telah dilakukan.
c. Membangun kemtraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan uapaya
jaringan, kemtraan yang brekelanjutan dengan individu,
prganisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu
yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok
yang bekerja sama yang nertujuan untuk mencapai tujun
umum yang sama atau hampir sama. Namum membangun
pengembangan kemitraan tidak mudah, memrlukan aktual,
perencanaan yang matang serta memerlukan penilaian
kebutuhan serta minat dari calon mitra.
5
d. Memobilisasi masa
Memobilisasi massa merupakan suatu proses
mengorganisasikan individu yang telah termotivasi kedalam
kelompok- kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang
sudah ada dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi
individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
e. Membangun kapasitas
Membangunan kapasitas disini dimasudkan melembagakan
kemempuan utnuk mengembangkan dan mengelolah program
yang komprehensif dan membangun critical masa
pendukukung yang memiliki ketereampilan advokasi.
Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM
tertentu,kelompok profesi serta kelompok lain.
5 Indikator Advokasi
Bila sasaran advokasi adalah anggota legislatif atau pembuat
kebijakan kesehatan, maka indikator yang paling mudah di nilai dari
hasil akhir advokasi adalah: adanya peraturan, ketentuan atau
kebijakan yag mendukung isu yang diadvokasi, adanya perencanaaan
program ke arah isu yang advokasi serta dukungan pendanaannya dan
persetujuan alokasi anggaran yang diberikan oleh legislatif misalnya
DPRD setempat.
6
6 Ruang Lingkup Advokasi
Ruang lingkup advokasi sangat bervariasi. Bisa bersifat lokal,nasional,
bahkan internasional. Kasus yang sebenarnya bersifat lokal kadang
menjadi kasus nasional karena pada kenyataannya pihak oposisi
melibatkan instansi yang bersifat nasional. Sebaliknya kasus yang
bersifat nasional,dapat di tarik moleh seorang pemerhati menjadi
kasus lokal atau bahkan dalam dimensi yang lebih sempit misalnya
kedalam lingkup instansi.
B. Pengertian Kemitraan
1. Pengertian
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan
yang menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan
memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan
menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku
dominator merupakan langkah pertama ke arah membangun
sebuah organisasi kemitraan.
”Dewasa ini gaya- gaya seperti perintah dan kontrol
kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan orang adalah
tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif,
karyawan yang berpengetahuan yang menambah nilai dengan
menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual
maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah
suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau
tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum
(Promkes Depkes RI) meliputi:
7
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi
minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik
secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik
sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-
pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama
berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok
atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil
dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama
baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki
kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004).
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk
bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan
kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian
untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati,
harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan
misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan
yang sama, kesediaan untuk berkorban.
8
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual
maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), ”kemitraan
adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra
adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya
perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.Kemitraan
pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok.
9
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki.
Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada
sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan.
Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling
melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan
kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan
menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.
Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:
1) Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi
juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau
sinergisme dalam mencapai tujuan.
2) Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada
realitas dan berorientasi pada tindakan. Hal ini
membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan
berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional
yang konkrit.
3) Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota
mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain
Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang
setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian
informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan
transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu
meningkatkan kepercayaan antar organisasi.
4) Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk
sama rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu
anggota memaksakan kehendak kepada yang lain.
Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati
antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan
kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat
kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta
memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu
10
sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi
masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran
pendapat yang konstruktif.
5) Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis
terhadap satu sama lain dalam menempuh tugas-
tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan
cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus
meyakinkan bahwa mereka hanya akan
berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka
memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan
kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut.
Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap
penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja
kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan.
6) Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset
bila dibangun atas kelebihan- kelebihan komparatif dan
saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain.
Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk
ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika
memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus
berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian
integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan
budaya dan bahasa harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun
kemitraan kesehatan
a) Policy-makers (pengambil kebijakan)
b) Health managers
c) Health professionals
d) Academic institutionsCommunities institutions
Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan
11
C. Pengertian Ruang lingkup Pemberdayaan Masyarakat
12
f. Perbaikan masyarakat (better community)
Kehidupan yang lebih baik yang didukung oleh lingkungan (fisik dan
sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan
masyarakat yang lebih baik pula.
a. Persiapan
b. Pengkajian (assessment)
13
f. Evaluasi
g. Terminasi
a. Strategi tradisional
b. Strategi direct-action
c. Strategi transformatif
14
D. Langkah- langkah Peran serta Masyarakat (PSM)
1. Pengertian
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua
ahlimengatakan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat
padahakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun
batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati, dan
diamalkan namun sulituntuk dirumuskan
15
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17