Anda di halaman 1dari 26

PPEDOMAN PROGRAM GIZI

TAHUN 2022

PUSKESMAS BALEENDAH –DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG


Jl. Raya Banjaran Km 11,5 – Kecamatan Baleendah
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………. i


BAB I Pendahuluan …………………………………………………
A. Latar Belakang ……………………………………………
B. Tujuan Pedoman …………………………………………
C. Sasaran Pedoman ……………………………………….
D. Ruang Lingkup Pedoman ……………………………….
E. Batasan Operasional …………………………………….
BAB II Standar Ketenagaan …………………………………………
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ……………………..
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………
C. Jadwal Kegiatan ………………………………………….
BAB III Standar Fasilitas ……………………………………………..
A. Denah Ruangan ………………………………………….
B. Standar Fasilitas ………………………………………….
BAB IV Tatalaksana Pelayanan ……………………………………...
A. Lingkup Kegiatan …………………………………………
B. Metode …………………………………………………….
C. Langkah Kegiatan ………………………………………..
BAB V Logistisk ………………………………………………………..
BAB VI Keselamatan Sasaran Kegiatan/Program …………………
BAB VII Keselamatan Kerja …………………………………………..
BAB VIII Pengendalian Mutu ………………………………………….
BAB IX Penutup ……………………………………………………….

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa,
karena hanya atas perkenanNya Pedoman Program Gizi Puskesmas
Baleendah dapat terselesaikan. Buku Pedoman Gizi ini digunakan sebagai
acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan gizi di
Puskesmas dan jejaringnya.
Kami berharap dengan adanya pedoman ini dapat bermanfaat dan
dapat meningkatkan mutu pelayanan gizi di Puskesmas Baleendah.
Kami sangat menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan
pedoman ini. Kekurangan tersebut secara berkesimbangungan akan terus
diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan Puskesmas
Baleendah.

2
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Upaya perbaiakan gizi masyarakat merupakan salah satu amanat


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Upaya perbaikan
gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat
yang dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan
sampai lanjut usia, dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan
balita, remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui.

Dalam Rangka Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


2020-2024 bidang kesehatan telah ditetapkan sasaran pokok pembangunan
bidang kesehatan dan gizi masayarakat yang bertujuan meningkatkan status
kesehatan bayi dan balita serta status gizi masyarakat dengan target
indicator pada tahun 2024 sebagai berikut :

1. Menurunkan prevalensi balita pendek dan sangat pendek ( stunting )


menjadi 14%
2. Menurunkan balita kurus ( wasting ) menjadi 7%
3. Menurunkan prevalensi ibu hamil KEK menjadi 10%
4. Meningkatkan persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans
gizi menjadi 100%
5. Meningkatkan persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk
balita 60%
6. Meningkatkan prevalensi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat
ASI Eksklusif menjadi 60%
7. Meningkatkan balita mendapat suplementasi giz mikro sebanyak 290.000
8. Meningkatkan persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya menjadi 80%

Dalam Rangka Mewujudkan peningkatan gizi perseorangan dan


masyarakat serta mendukung pencapaian target RPJMN 2020-2024 dan
Renstra Kementrian Kesehatan 2020-2024, Kementrian Kesehatan telah
menetapkan upaya pelayanan gizi sebagai salah satu Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) Essensial dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang
dilakukan disetiap puskesmas untuk mendukung standar minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan. Kesehatan Gizi dimaksud dapat berupa
Pendidikan, suplementasi, tatalaksana dan surveilans gizi.

1
Upaya pelayanan gizi perseorangan lebih bersifat layanan individu
mencakup upaya promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan
upaya pelayanan gizi masyarakat mencakup upaya promoyif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan
keluarga. Pelayanan gizi perseorangan dan masyarakat dapat dilakukan
didalam dan diluar gedung.

Tenaga yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas idealnya adalah


tenaga profesional yang memberikan layanan fungsional teknis mengenai
layanan gizi dan pedoman ini sebagai acuan standar bagi tenaga kesehatan
di puskesmas dalam memberikan pelayanan gizi dengan ruang lingkup
pelayanan gizi perseorangan dan masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.

2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya;
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang
bermutu di Puskesmas dan jejaringnya;
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja
secara professional memberikan pelayanan gizi yang bermutu
kepada pasien/klien di puskesmas dan jejaringnya;
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di
puskesmas dan jejaringnya.

C. Sasaran
Tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang Lingkup meliputi kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) oleh tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan gizi di puskesmas.

2
E. Batasan Operasional

Anemia : Kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) darah


kurang dari normal
Angka Kecukupan : Suatu kecukupan rata rata gizi setiap hari bagi
Gizi semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh, aktiviats tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal
ASI Eksklusif : Air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan sampai enam bulan (0-5 bulan 29 hari
) tanpa menambahkan dan atau mengganti
makanan dan minuman lain
Asuhan Gizi : Serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut
Edukasi Gizi : Serangkaian kegiatan penyampaian pesan-
pesan dan kesehatan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku
positif pasien/klien dan lingkuangannya terhadap
upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau
golongan masyarakat massal dengan target
yang diharapkan adalah pemahaman perilaku
sadar gizi dalam kehidupan sehari-hari.
EPPBGM : Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
masyarakat merupakan bagian dari system
informasi gizi terpadu yang berisi data indicator
program gizi berbasis individu
Gizi Seimbang : Susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan dan aktivitas fisik
Ibu Hamil Anemia : Ibu Hamil yang pada pemeriksaan darahnya
didapat kadar hemoglobin < 11 g/dl
Ibu Hamil KEK : Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik yang
diketahui dari hasil pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) < 23,5 cm
IMT : Indeks Massa Tubuh, merupakan indicator
antropometri untuk menentukan status gizi
berdasarkan hasil perbandingan antara berat
badan (kg) dengan tinggi badan (meter)² dengan
satuan kg/m²
Inisiasi Menyusu Dini : Proses menyusu dimulai segera setelah lahir
(IMD) yang dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit
antara bayi dan ibu yang berlangsung selama
minimal satu jam
Konseling Gizi : Merupakan proses pemberian dukungan pada
pasien/klien yang ditandai dengan hubungan
3
kerjasama antara konselor dengan pasien/klien
dalam menentukan prioritas, tujuan/target,
merancang rencana kegiatan yang dipahami
dan membimbing kemandirian dalam merawat
diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan
MPASI Adekuat : Makanan pendamping ASI yang diberikan pada
bayi saat mulai memasuki usia 6 bulan hingga
24 bulan yang mencukupi kebutuhan gizi, baik
jumlah, jenis, tekstur maupun frekuensi yang
sesuai dengan usianya
MT berbasis pangan : Bentuk makanan tambahan berbasis pangan
local local atau setempat yang dibuat oleh
masyarakat baik individu maupun kelompok
Proses Asuhan Gizi : Sebuah pendekatan sistimatik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas, melalui serangkaian aktifitas
terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
Tablet Tambah Darah : Suplemen gizi dengan kandungan zat besi
setara dengan 60 mg besi elemental dan 400
mcg asam folat. TTD sering disebut tablet besi
atau suplemen besi folat
Tenaga Pelaksana : Setiap orang memberikan pelayanan gizi berupa
Gizi Puskesmas upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan
makanan, dietetic masyarakat, kelompok atau
klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
Analisa, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetic dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit

Adapun dasar hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan gizi di


puskesmas diantaranya :

1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Asi Eksklusif
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 11995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indnesia
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013 tentang Praktek
Tenaga Gizi
4
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang.

5
BAB II
Standar Ketenagaan

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas perlu
memahami tentang proses terjadinya masalah gizi sehingga menentukan
diagnosis dan intervensi gizi dengan tepat dan cepat, baik pada pelayanan
gizi perseorangan maupun masyarakat.
Tenaga yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas idealnya adalah
minimal berpendidikan D3 Gizi yaitu tenaga profesional yang memberikan
layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi meliputi aspek asuhan gizi
klinis, asuhan gizi masyarakat dan penyelenggara makanan sebagai
substansi terapi pada pasien.
Peran dan fungsi ketenagaan dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
puskesmas :

No Nama Jabatan Peran Tugas Pokok dan Fungsi


1 Dokter Penanggungjawab 1. Melakukan anamnesa
sekaligus sebagai dan pemeriksaan fisik
Koordinator Tim serta menegakkan
Asuhan Gizi diagnose medis
Puskesmas 2. Menentukan pilihan
tindakan pemeriksaan
labolatorium dan
perawatan
3. Menentukan terapi
obat dan preskripsi
diet awal bekerjasama
dengan tenaga gizi
puskesmas
4. Melakukan konseling
terkait penyakit
5. Melakukan rujukan
2 Perawat/Bidan Penanggungjawab 1. Melakukan skrining
asuhan awal dalam rangka
keperawatan/kebidanan membantu
sekaligus sebagai menentukan apakah
pelaksana asuhan pasien/klien beresiko
keperawatan masalah gizi atau
6
tidak
2. Bertanggungjawab
pada asuhan
keperawatan
/kebidanan bagi
pasien
3. Melaksanakan
tindakan dan
perawatan sesuai
insruksi dokter
4. Memotivasi pasien
dan keluarga agar
pasien menghabiskan
makanannya
5. Melakukan
pemantauan dan
evaluasi pemberian
makanan kepada
pasien
3 Nutrisionis Penanggungjawab 1. Mengkaji status gizi
asuahan gizi sekaligus pasien/klien
pelaksana asuhan gizi berdasarkan data
rujukan
2. Melakukan anamnesa
riwayat diet
3. Menerjemahkan
rencana diet ke dalam
bentuk makanan yang
disesuaikan dengan
kebiasaan makan
serta keperluan terapi
4. Memberikan
penyuluhan, motivasi
dan konseling gizi
pada pasien dan
keluarga
5. Melakukan visite baik
sendiri maupun

7
Bersama Tim Asuhan
Gizi kepada pasien
6. Memantau masalah
yang berkaitan
dengan asuhan gizi
kepada pasien
Bersama perawat
7. Mengevaluasi status
gizi pasien secara
berkala, asupan
makan dan bila perlu
melakukan perubahan
diet pasien
berdasarkan hasil
diskusi Tim Asuhan
Gizi Puskesmas
8. Mengkomunikasikan
hasil terapi gizi dan
memberikan saran
kepada anggota Tim
Asuhan Gizi
puskesmas
4 Petugas 1. Melaksanakan
Farmasi permintaan obat
berdasarkan resep
dokter
2. Mendiskusikan
keadaan yang
dianggap perlu
dengan tim termasuk
interaksi obat dan
kesehatan
3. Jika perlu,
menggantikan bentuk
obat dan jenis yang
sama sesuai dengan
persetujuan dokter
5 Analis 1. Melakukan

8
Laboratorium pemeriksaan
laboratorium sesuai
permintaan dokter
2. Bekerjasama dengan
dokter dan perawat
untuk pemeriksaan
laboratorium
3. Bertanggungjawab
pada hasil
pemeriksaan
laboratorium

Selain itu dalam upaya gizi keluarga diperlukan keterlibatan lintas


program ( diantaranya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), kesehatan lingkungan
(kesling), Promosi Kesehatan (Promkes), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
dan Lintas Sektor diantaranya kecamatan, kelurahan, PKK, KUA, sekolah,
pertanian dan lintas sektor lainnya) dengan kesepakatan peran masing-
masing dalam upaya pelayanan gizi di puskemas.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelaksanaan pelayanan gizi puskesmas
dilakukan secara bersama-sama lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi di puskesmas disepakati
dan disusun bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
pertemuan lokakarya mini lintas program (satu bulan sekali) dan lintas sektor
( tiga bulan sekali ).

NO JENIS KEGIATAN BULAN PELAKSANAAN


    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pencatatan dan pelaporan                        
Pemantauan Wilayah
2 Setempat (PWS)                        
Pemberian Vitamin A pada
3 bayi dan balita                        
4 Bulan Penimbangan Balita                        
Verifikasi validasi bayi dan
balita yang bermasalah
5 dengan status gizi                        

9
Penyuluhan Gizi di dalam
6 dan diluar gedung                        
Pemantauan dan
7 Pembinaan di Posyandu                        
Pelacakan Bayi (6-11
bulan) dan Balita (12-60
8 bulan) gizi buruk                        
Pemberian MP-ASI
Kemenkes Bayi (6-11
bulan) dan Balita (12-60
9 bulan)                        
Pemberian Biskuit
10 Kemenkes untuk bumil KEK                        
11 Orientasi Kader Posyandu                        
Distribusi TTD Rematri ke
12 sekolah                        
Konseling Gizi dan
13 Menyusui                        
Asuhan Gizi Klinik Bayi
Balita, Bumil KEK dan
14 Lansia                        

10
BAB III
Standar Fasilitas

A. Denah Ruang

Kursi petugas Meja pengukur


panjang badan

Meja konsultasi

Kursi pasien P
I
N
Pengukur
T
Timbangan U
Tinggi badan

B. Standar Fasilitas
1. Kegiatan Pelayanan Dalam Gedung
a. Meja dan Kursi
b. Lemari Buku
c. Alat Tulis
d. Buku Register dan Buku Pencatatan Kegiatan
e. Timbangan Dewasa danTimbangan Bayi
f. Microtoise/Pengukur Tinggi Badan dan Panjang Badan
g. Media Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) diantaranya Leaflet,
Alat peraga/Food Model, Alat peraga/Kit ASI, Piramida Gizi Seimbang,
Lembar Isi Piringku, Lembar Balik Anemia pada Ibu Hamil, Lembar
balik Anemia pada Remaja Puteri dan lembar balik kadarzi.
h. Vitamin A, PMT Ibu Hamil dan MP-ASI serta Fe
i. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi

2. Kegiatan Pelayanan Luar Gedung


a. Timbangan : Dacin, Timbangan Injak, Timbangan Bayi
b. Microtoise/Pengukur Tinggi Badan dan Panjang Badan
c. Meja, Kursi, ATK, F2 Gizi, F3 Gizi dan Blanko Laporan Lain
d. Vitamin A, PMT Ibu Hamil dan MP-ASI serta Fe
e. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi

11
BAB IV
Tata Laksana Pelayanan

A. Lingkup Kegiatan
1. Dalam Gedung
Pelayanan Asuhan Gizi meliputi :
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosa gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
2. Luar Gedung
Pelayanan gizi diluar Gedung meliputi :
a. Edukasi/Pendidikan gizi (penyuluhan kelompok)
b. Konseling gizi
c. Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di posyandu
d. Pengelolaan pemberian kapsul vitamin A
e. Pengelolaan pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil, ibu nifas
dan remaja puteri
f. Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putri dan
wanita usia subur (WUS)
g. Pengelolaan pemberian makanan tambahan pemulihan
(PMT- Pemulihan )
h. Pengelolaan pemberian makanan tambahan penyuluhan
(PMT- penyuluhan )
i. Pemulihan gizi berbasis masyarakat (PGBM)
j. Surveilans Gizi
k. Kerjasama Lintas program dan lintas sektor
3. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi baik didalam dan diluar Gedung
menggunakan instrument anatara lain :
a. Buku Registrasi pasien
b. Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling
c. Pencatatan bulanan dan penggunaan barang/obat gizi
d. Dokumentasi asuhan gizi
e. F3 Gizi ( Rekapan data gizi dari puskesmas)
f. F2 Gizi ( Rekapan data gizi dari kelurahan )
12
g. F1 Gizi ( Rekapan data gizi dari posyandu )
h. Laporan FE ibu hamil dan ibu nifas

i. Pelaporan LB3
j. Pelaporan Tablet tambah darah ibu hamil, ibu nifas dan remaja puteri
k. Pelaporan surveilans gizi
4. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan yang dimonitor adalah kegiatan pelayanan gizi baik didalam
maupun diluar gedung. Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu
memperhatikan jenis dan waktu kegiatan yang dilaksanakan.

B. Metoda
Metoda merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Ada tiga strategi kegiatan yaitu :
1. Strategi advokasi
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan oranglain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyakinkan para pejabat
keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan
dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan dari
pejabat atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan,
surat instruksi, dana atau fasilitas lain.
2. Strategi Kemitraan
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila
dukungan dari berbagai elemen yang ada dimasyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh
adat ) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuannya adalah agar
para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima
program kesehatan. Strategi ini dapat dikatakan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat
berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya bimbingan
kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat

13
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk meningkatkan
pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi
keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan
kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa dan
sebagainya.

C. Langkah Kegiatan
Untuk terselenggaranya upaya perbaikan masyarakat di puskesmas,
perlu ditunjang dengan manajemen yang baik. Manajemen upaya
perbaikan gizi masyarakat di puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistimatis untuk menghasilkan puskesmas yang efektif
dan efesien di bidang upaya perbaikan gizi masyarakat.
Manajemen upaya perbaikan masyarakat di puskesmas dilakukan
dengan cara :
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (Do)
3. Pengawasan ( Chek )
4. Tindak lanjut dan pengawasan (Action)

Semua fungsi managemen tersebut harus dilakukan secara terkait dan


berkesinambungan :
1. Perencanaan
Perencanaan upaya perbaikan gizi maayarakat adalah proses
penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah
dan kebutuhan dan harapan masyarakat pada upaya perbaikan gizi
masyarakat di wilayah puskesmas.
Langkah-langkah perencanaan upaya perbaikan gizi masyarakat yang
dilakukan oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Identitas masalah
Identitas masalah dilakukan :
 Berdasarkan ada tidaknya masalah, kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi masyarakat.
 Bersama masyarakat melalui Survey Mawas Diri (SMD)
b. Menyusun Usulan Kegiatan (RUK)
14
Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan upaya
perbaikan gizi masyarakat dilakukan dengan menetapkan :
 Kegiatan
 Tujuan
 Sasaran
 Volume kegiatan
 Waktu
 Lokasi
 Perkiraan kebutuhan biaya
c. Mengajukan Usulan Kegiatan
Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan ke dinas kesehatan
kabupaten
d. Menyusun Rencana kegiatan (RPK)
Setelah disetujui oleh dinas kesehatan kabupaten, maka disusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan dalam bentuk matrik. Bentuk
format hampir sama dengan RUK namun lebih detail dalam biaya
dan waktu pelaksanaan. RUK kemudian disosialisasikan pada
tingkat puskesmas kepada pemegang upaya lainnya pada saat
lokakarya mini puskesmas, tingkat kecamatan maupun tingkat
desa pada acara pertemuan lintas sektor seperti pertemuan PKK.
Dalam pertemuan lintas sektor dapat dilakukan penggalangan
kerjasama atau membuat kesepakatan agar pihak terkait ikut serta
menyukseskan rencana kegiatan serta standar operasional untuk
memudahkan dalam melaksanakan kegiatan.
2. Pelaksanaan
Dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun, mencakup jadwal
pelaksanaan kegiatan, target pencapaian lokasi dan rincian biaya
serta tugas para penanggung jawab dan pelaksana kegiatan
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai
dengan rencana pelaksanaan
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pada waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan
hal sebagai berikut :
 Azas penyelenggaraan puskesmas
 Berbagai standart pedoman pelayanan upaya perbaikan gizi
 Kendali mutu
 Kendali biaya
15
3. Monitoring evaluasi
Pengawasan atau pemantauan pelaksanaan kegiatan secara berkala
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai
b. Mengumpulkan permasalahan, hambatan dan saran-saran untuk
peningkatan penyelenggaraan serta memberikan umpan balik
c. Pengawasan melalui pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan atau
kepala puskesmas, sedangkan pengawasan eksternal oleh
masyarakat. Pengawasan mencakup administrasi, pembiayaan
dan teknis pelaksanaan serta hasil kegiatan.
4. Rencana Tindak Lanjut
Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan,
hambatan dan saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan
dicari pemecahannya untuk peningkatan mutu pelayanan upaya
perbaikan gizi masyarakat, untuk kemudian diterapkan pada kegiatan
yang sama di tempat lain.
Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan
rencana tahunan atau target yang dicapai dibandingkan dengan
rencana tahunan atau target dan standar pelayanan yang sudah
dibuat. Kemudian penanggungjawab upaya perbaikan gizi masyarakat
melaporkan pelaksanaan kegiatan dan laporan berbagai sumberdaya
kemudian disampaikan kepada kepala puskesmas,

16
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistic adalah merencanakan kebutuhan logistic yang


pelaksanaanya dilakukan oleh semua petuas penanggung jawab program,
kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing
organisasi.

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi


direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas
sector sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang
akan dilaksanakan.

1. Kegiatan didalam gedung puskesmas membutuhkan sarana dan prasrana


antara lain :
 Meja dan kursi
 Alat tulis
 Buku catatan kegiatan
 Leaflet
 Buku panduan/ pedoman
 Computer dan printer
 Alat peraga
 Timbangan bayi dan dewasa
 Microtoise
2. Kegiatan diluar gedung puskesmas menbutuhkan sarana dan prasarana
yang meliputi :
 Leaflet
 Buku catatan kegiatan
 Lembar balik

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi


berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam
pertemuan mini lokakarya puskesmas untuk mendapatkan persetujuan
kepala puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kegiatan direncanakan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya
17
puskesmas untuk dilanjutkan dibuat perencanaan kegiatan ( POA-Plan Of
Action)

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau


dampak, baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan
maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan.
Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak
hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan sasaran banyak
program kesehatan lainya. Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan
sasaran antara lain :

1. Identifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan, Identifikasi resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Analisa Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analysis terhadap resiko
atau dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil
dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan meminimalisasi resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya
adalah menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah
terjadinya resiko atau dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu
dilakukan untuk mencegah atau meminimalisasikan resiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh

18
kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan evaluasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan. Hal ini perlu dilakuan untuk mengetahui apakah kegiatan
sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan
atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan perencanaan, sehingga
dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir
adalah melakukan evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah tujuan sudah tercapai

19
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari


sering disebut Safety saja, secara folosofi diartikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin kebutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan
sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari
pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga masyarakat dan lingkungan
sekitarnya

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang


kesehatan telah mengamankan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja,keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya sarana dan


prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan
merupakan orang pertama yang terpapar terhadap masalah kesehatan, untuk
itu semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan,
epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan
kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfeksi yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah
infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang
benar.

20
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang


untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat
berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan
mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan


indicator sebagai berikut :

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal


2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indicator

Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan


yang ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini setiap bulan.

Keberahasilan suatu program harus ditentukan dengan indicator, untuk


upaya pelayanan kesehatan lingkungan indicator berdasarkan standar
pelayanan minimal yang telah ditentiukan sesuai Kepmenkes no.
1457/Menkes/SK/X/2003, yang dimaksud dengan SPM adalah suatu standar
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar pada
masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indicator dan nilai (BENMARK).
Prinsip daripada SPM adalah SUSTAINABLE (terus menerus),
MEASUREBLE ( terukur ) dan FEASIABLE ( mungkin dapat dikerjakan ).

21
BAB IX

PENUTUP

Untuk mengukur kinerja pelayanan Program Gizi harus ada indikator


yang digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat
keberhasilan pelayanan program gizi di Puskesmas adalah kegiatan yang
akan dilaksanakan mencapai target sasaran.

Pengeloaan program perbaikan gizi di puskesmas memiliki 5 langkah


yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, menentukan kegiatan perbaikan
gizi, melaksanakan program gizi dan monitoring evaluasi.

Demikian pedoman pengelolaan program gizi dirancang untuk para


pelaksana gizi di tingkat puskesmas, juga dapat digunakan sebagai pedoman
dalam pertanggungjawaban pelaksanaan program gizi di tingkat kecamatan

Keberhasilan kegiatan pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang


kuat dari semua pihak terkait upaya meningkatkan pelayanan gizi masyarakat
dan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan upaya perbaikan gizi
keluarga.

22
23

Anda mungkin juga menyukai