Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MATA KULIAH

ASKEB GADAR

MAKALAH MASTITIS

Hj. Eli Rahmawati S.SiT, M.Kes

NAMA : RESTY LOLO TANGKELANGI

NIM : P07224118030

PRODI D – III KEBIDANAN BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN INFEKSI
(MASTITIS)”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi.

Dalam Penulisan makalah ini, tim penulis merasa masih banyak


kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki tim penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat di harapkan oleh penulis demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua,
terutama bagi tim penulis sendiri.

Balikpapan,22 juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mastitis adalah peradangan payudara pada satu segmen atau lebih

yang dapat disertai infeksi ataupun tidak. Mastitis biasanya terjadi pada

primipara (ibu pertama kali melahirkan), hal ini terjadi karena ibu belum

memiliki kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri Staphilococcus Aureus.

Kasus mastitis diperkirakan terjadi dalam 12 minggu pertama, namun dapat

pula terjadi pula sampai tahun kedua menyusui (Maretta Nur Indahsari &

Chusnul Chotimah, 2017).

.Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau

tidak disertai dengan infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi,

sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-

kadang keadaan ini dapat menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan yang

adekuat.Mastitisjuga seringkali disebut sebagai abses payudara, dimana

terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam payudara. Keadaan ini

menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang

sangat besar untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada yang

menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV

melalui menyusui.

Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang

kurang benar merupakan penyebab yang penting, tetapi pada

kenyataannya saat ini masih banyak petugas kesehatan yang


menganggap bahwa mastitis masih sama dengan infeksi payudara. Mereka

sering tidak mampu membantu pasien mastitis untuk terus menyusui, dan

mereka bahkan mungkin menyarankan pasien tersebut untuk berhenti

menyusui, yang sebenarnya hal tersebut tidak perlu.

B. Tujuan

Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Mastitis

melalui pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang

bidan.
BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara pada satu segmen atau lebih

yang dapat disertai infeksi ataupun tidak. Mastitis biasanya terjadi pada

primipara (ibu pertama kali melahirkan), hal ini terjadi karena ibu belum

memiliki kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri Staphilococcus Aureus.

Kasus mastitis diperkirakan terjadi dalam 12 minggu pertama, namun dapat

pula terjadi pula sampai tahun kedua menyusui (Maretta Nur Indahsari &

Chusnul Chotimah, 2017). Mastitis perlu diperhatikan karena dapat

menimbulkan luka sehingga terjadi mastitis infeksi.

Mastitis adalah masalah umum yang signifikan pada ibu menyusui

yang dapat berkontribusi pada penyapihan menjadi masalah yang paling

banyak dilaporkan(Rsud, Margono, & Purwokerto, n.d.). Pada mastitis

terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat

menurunkan produksi ASI sehingga ibu akan berhenti menyusui.

Kemudian, mastitis juga berpotensi menyebabkan beberapa penyakit

(Nurhafni, 2018).

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak

disertai infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut

juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan

ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat.Abses
payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan

komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang menyebabkan beban

penyakit bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).

Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan

peradangan pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting, dapat

berasal dari peredaran darah. Tanda–tanda mastitis yang dirasakan ibu

adalah rasa panas dingin disertai kenaikan suhu, ibu merasa lesu, tidak

nafsu makan, payudara membesar, nyeri perabaan, mengkilat dan

kemerahan pada payudara, dan terjadi pada 3–4 minggu masa nifas. Hal

ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan sesudah

menyusui; menyusui pada payudara yang tidak sakit; kompres dingin

sebelum menyusui;menggunakan BH untuk menyokong payudara, berikan

antibiotik dan analgetik, istirahat yang cukup dan banyak minum (USU,

tanpa tahun).

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan

pada duktus hingga puting susu mengalami sumbatan. Mastitis paling

sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran.Penyebab

penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat

teknik menyusui yang buruk.Untuk menghambat terjadinya mastitis ini

dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki

penyangga yang baik pada payudaranya (Sally I, 2003 dalam Anonim,

2013).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu

kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan


payudara yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus)

yang masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.

B. ETIOLOGI

Mastitis dapat terjadi sebagai akibat dari factor ibu maupun factor

bayi. Penyebab mastitis pada ibu meliputi praktik menyusui yang buruk

seperti kesalahan dalam posisi menyusu karna kurangnya pengetahuan

atau pendidikan tentang menyusui, saluran yang tersumbat, putting pecah

atau system kekebalan tubuh ibu yang terganggu, yang dapat

menyebabkan mastitis melalui mekanisme sistematik yang meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi atau mengurangi suplai susu sebagai respon

terhadap nutrisi yang buruk, stress dan kelelahan ibu. Mastitis dapat di

perburuk oleh kesehatan bayi yang buruk. Beberapa penyebab mastitis

termasuk drainase payudara yang tidak memadai, perubahan frekuensi

menyusui dan pemberian makanan campuran.

C. KLASIFIKASI MASTITIS

Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis gravidarum, dan (2) mastitis

puerperalis, karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu

timbul pada waktu hamil dan laktasi

Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:

1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.

2. Mastitis di tengah-tengah mamma yang menyebabkan abses di

tempat itu.
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.

Klasifikasi mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi menjadi 3,

yaitu :

1. Mastitis periductal

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia

menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas

diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary

duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya

penyumbatan pada saluran di payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational

Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau

menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman

yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu

melalui kontak langsung.

3. Mastitis supurativa/ abses

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa

dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis.

Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra

intensif dan drainage yang adekuat. Bila penanganannya tidak

tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

D. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis

(Prasetyo, 2010), yaitu:

 Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis

dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35

tahun.

 Paritas

Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.

 Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini

merupakan akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak

diperbaiki.

 Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis.

 Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor

predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E,

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.

 Faktor kekebalan dalam ASI


Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme

pertahanan dalam payudara.

 Stres dan kelelahan

Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah

dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat

menyebabkan keadaan ini atau tidak.

 Pekerjaan di luar rumah

Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui

yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI

yang adekuat.

 Trauma

Trauma pada payudara karena dapat merusak jaringan

kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan

mastitis.

E. Tanda dan Gejala Mastitis

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:

a) Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan

kadang terasa nyeri.

b) Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang

menjadi rata.
c) ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk

menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.

d) Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala

demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.

e) Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena.

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang

membengkak karena sumbatan saluran ASI antara lain :

a) Payudara terasa nyeri

b) Teraba keras

c) Tampak kemerahan

d) Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak

seperti pecah–pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu,

bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa

nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian

keras dan nyeri serta merah.

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya

bila didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada

payudara, dan permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan

mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya

bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis

(Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013).


F. PATOFISIOLOGIS

Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat

terjadi karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya

bermuara pada proses infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal

dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-sebab tertentu maka

dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa

disebut sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam

ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar.Akibatnya mammae menjadi

tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan

tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma

masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi

inflmasi hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini

membuat lubang duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama

bakteri Staphylococcus aureus dan Strepcococcus sp.

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis

yang terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul

fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya

adalah infeksi pada jaringan mammae.

G. Kriteria Diagnosis
1. Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC

2. Menggigil
3. Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
4. Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan
terasa sangat nyeri.
5. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi
menolak menyusu karena ASI terasa asin
6. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
7. Berdasarkan jumlah lekosit (sel darah putih), Thomsen dkk.
membagi peradangan payudara dalam 3 kondisi klinis
8. Daerah merah, bengkak, dan nyeri pada payudara yang
terkena
9. Kulit mungkin tampak mengkilap dan kencang dengan garis-
garis merah
10. Gejala mirip flu: lesu, sakit kepala, mialgia, mual, dan
kecemasan
11. Demam (suhu> 38)

H. PENCEGAHAN

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa

tindakan sebagai berikut :

a) Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan

kanan

b) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan

saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya

c) Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk

mencegah robekan/luka pada puting susu

d) Minum banyak cairan

e) Menjaga kebersihan puting susu

f) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

I. PENANGANAN
Jika diduga mastitis, intervensi dini berupa tindakan suportif dapat

mencegah perburukan. Intervensi meliputi beberapa tindakan hygienitas

dan kenyamanan:

 Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat

 Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan

payudara

 Kompres hangat pada area yang terkena

 Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air

susu, Jangan lakukan pemijatan jika dikhawatirkan justru

membuat kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan

menambah risiko infeksi

 Peningkatan asupan gizi dan cairan

 edukasi ibu

Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak

memungkinkan karena nyeri payudara atau penolakan bayi

pada payudara yang terinfeksi, pemompaan teratur harus

terus dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering akan

mencegah statis air susu.Tetap berikan ASI kepada bayi,

terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan selama

mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan

menghilang, Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi

abses. Kalau demikian keadaannya, untuk mengurangi


bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi sebaiknya

tetap menyusu pada payudara yang tak terinfeksi.

J. PENGOBATAN

a. Antibiotik, Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak

terdapat perbaikan, terapi antibiotik meliputi:

b. penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin

c. Eritromisin mungkin digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.

d. Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4

kali sehari untuk 10- 14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500mg atau

875mg untuk 10-14 hari atau Clindamycin 300mg untuk 10 – 14 hari

atau Trimethoprim-sulfamethoxazole dosis tunggal untuk 10-14 hari.

Pada setiap kasus, penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72

jam untuk mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang hilang

kultur air susu harus dilakukan.

e. Analgesik,Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi

hormon oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI.

Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis.

Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti

ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang

berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau

asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak

terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui

yang mengalami mastitis.


BAB II

ASUHAN KEBIDANAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


PADA ”NY.A” DENGAN MASTITIS

No. Register                               : 222/33


Tanggal Masuk BMP/Puskesmas/ Rumah Sakit     : 20 april 2020
Tanggal Pengkajian                    : 20 april 2020

A. Langkah 1. Pengumpulan Data


1. Identitas Ibu  / Suami       
a.  Nama : Ny. A/Tn. P
           b.  Umur : 24/26 th
           c.  Suku : Jawa/jawa
           e.  Agama : Islam/islam
           f.  Pendidikan : Sma/sma
           g.  Pekerjaan : IRT/swasta
           h.  Alamat : Jl.mekarsari

2. Riwayat Kehamilan/Persalinan/Nifas sekarang :


Ibu mengatakan melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran. HPHt
tanggal 18-06-2019, TF tanggal 25-03-2020, melahirkan tanggal 22-03-2020,
pukul 16.30 WITA, seja 14 hari setelah melahirkan ibu mengeluh badannya
panas, payudara bagian kiri bengkak, pengeluaran ASInya banyak, nyeri pada
payudara dan bayinya kurang mengisap.
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
Tgl Lahir Umur Pen- Jenis Penolon BB/ Kea- Pen- Kea- Menyus Pen-
yulit g PB daa yulit daa ui yulit
gr/cm n n
- - - - - - - - - - -

4. Riwayat Kesehatan / Penyakit Yang Diderita Sekarang Dan Lalu


 Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kronik Seperti
hipertensi, malaria, DM, jantung dan TBC
 Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan
obat-obatan
5. Riwayat Psikososial, Spiritual, dan Ekonomi
 Ibu mengatakan status perkawinan sah dan ini perkawinan yang

pertama

 Ibu berharap agar cepat pulih

 Ibu khawatir dengan keadaannya sekarang

 Ibu selalu berdoa agar diri dan bayinya selalu sehat

 Ibu mengatakan ibu memiliki rumah sendiri dan tinggal bersama

suami

6. Tindakan yang telah diberikan sebelumnya :


Tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik 
a. Keadaan Umum : Baik       
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi Badan : 160
             Berat Badan : 60
d. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah :110/70
2)      Nadi                   : 89 x/menit
3)      Suhu badan        : 38,6 c
4)      Pernafasan         : 22x / menit
e. Kepala : kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok
f. Wajah : ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat
g. Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
h. Mulut, bibir dan gigi : bibir lembab, dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
dan tidak ada sariawan
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak
ada pelebaran vena jugularis
j. Dada & Payudara: payudara tampak tidak simetris, memerah dan tampak
bengkak, Nampak luka pada areola mame, putting susu ibu lecet, teraba
benjolan keras, terdapat pengeluaran nanah payudara apabila ditekan dan
pengeluaran ASInya banyak.
k. Abdomen : tampak linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot
perut agak kendor. Tfu tidak teraba lagi dan kontraksi uterus baik
l. Ekstermitas atas & bawah: simetris iri dan kanan, kiku bersih dan berwarna
merah muda, dan jari jari lengkap, tidak ada odema
m. Genital : tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak
ada varies tidak ada luka bekas jahitan jahitan dan tidak ada hemoroid.
n. Anus : tidak hemmoroid
o. Pemeriksaan :
1)      Vagina              : terbuka
2)      Portio                : teraba lunak
3)      OUE / OUI        : tertutup
4)      AD / CD            :
5)      Pengeluaran      : darah
p.    Pemeriksaan laboratorium
1)  Plano test             : positive
2)  Darah lengkap : hb 11 g/dl
3) Kimia darah :-
4) Pemeriksaan lab lain:-
B.  Langkah 2 . Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
1. Diagnosa Diagnosa: P1A0 Nifas hari ke 14 dengan matitis

Data Subjektif
 Ibu mengatakan melahiran tanggal 22-03-2020 pukul 16.30 WITA
 Ibu mengatakan tidak tidak pernah keguguran

Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik       
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi Badan : 155
             Berat Badan : 60
d. Tanda-tanda vital  
e. Keadaan Umum : Baik       
f. Kesadaran : Composmentis
g. Tinggi Badan : 160
             Berat Badan : 60
h. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah :110/70
2)      Nadi                   : 89 x/menit
3)      Suhu badan        : 38,6 c
4)      Pernafasan         : 22x / menit
i. Kepala : kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok
j. Wajah : ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat
k. Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
l. Mulut, bibir dan gigi : bibir lembab, dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
dan tidak ada sariawan
m. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak
ada pelebaran vena jugularis
n. Dada & Payudara: payudara tampak tidak simetris, memerah dan tampak
bengkak, Nampak luka pada areola mame, putting susu ibu lecet, teraba
benjolan keras, terdapat pengeluaran nanah payudara apabila ditekan dan
pengeluaran ASInya banyak.
o. Abdomen : tampak linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot
perut agak kendor. Tfu tidak teraba lagi dan kontraksi uterus baik
p. Ekstermitas atas & bawah: simetris iri dan kanan, kiku bersih dan berwarna
merah muda, dan jari jari lengkap, tidak ada odema
q. Genital : tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak
ada varies tidak ada luka bekas jahitan jahitan dan tidak ada hemoroid.
r. Anus : tidak hemmoroid
s. Pemeriksaan :
1)      Vagina              : terbuka
2)      Portio                : teraba lunak
3)      OUE / OUI        : tertutup
4)      AD / CD            :
5)      Pengeluaran      : darah
p.    Pemeriksaan laboratorium
1)  Plano test             : positive
2)  Darah lengkap : hb 11 g/dl
3) Kimia darah :-
4) Pemeriksaan lab lain:-

2. Masalah:
1. Pembengkakan Payudara
2. Bayi tidak mau menyusu dan rewel
Data Subjektif
Ibu mengeluh badannya panas, payudara bagian kiri bengkak, pengeluaran
ASInya sedikit, nyeri pada payudaranya dan bayinya kurang mengisap
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik       
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi Badan : 160
             Berat Badan : 60
d. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah :110/70
2)      Nadi                   : 89 x/menit
3)      Suhu badan        : 38,6 c
4)      Pernafasan         : 22x / menit
e. Kepala : kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok
f. Wajah : ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat
g. Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
h. Mulut, bibir dan gigi : bibir lembab, dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
dan tidak ada sariawan
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak
ada pelebaran vena jugularis
j. Dada & Payudara: payudara tampak tidak simetris, memerah dan tampak
bengkak, Nampak luka pada areola mame, putting susu ibu lecet, teraba
benjolan keras, terdapat pengeluaran nanah payudara apabila ditekan dan
pengeluaran ASInya banyak.
k. Abdomen : tampak linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot
perut agak kendor. Tfu tidak teraba lagi dan kontraksi uterus baik
l. Ekstermitas atas & bawah: simetris iri dan kanan, kiku bersih dan berwarna
merah muda, dan jari jari lengkap, tidak ada odema
m. Genital : tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak
ada varies tidak ada luka bekas jahitan jahitan dan tidak ada hemoroid.
n. Anus : tidak hemmoroid
o. Pemeriksaan :
1)      Vagina              : terbuka
2)      Portio                : teraba lunak
3)      OUE / OUI        : tertutup
4)      AD / CD            :
5)      Pengeluaran      : darah
p.    Pemeriksaan laboratorium
1)  Plano test             : positive
2)  Darah lengkap : hb 11 g/dl
3) Kimia darah :-
4) Pemeriksaan lab lain:-
C.  Langkah 3. Diagnosa / Masalah Potensial dan Antisipasi Tindakan
      1. Diagnosa Potensial:
1. Ibu potensial matitis terinfeksi
2. Ibu potensial abses payudara

Data Subjektif
a. ibu mengatakan melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran
b. ibu mengatakan mleahirkan pada tanggal 22-03-2020
c. ibu mengatakan payudara bagian kiri bengkak dan nyeri pada
payudaranya
d. ibu mengatakan badannya panas dan peeluaran ASInya banyak tetapi
bayi kurang mengisap
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik       
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi Badan : 155
             Berat Badan : 60
d. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah :110/70
2)      Nadi                   : 89 x/menit
3)      Suhu badan        : 38,4 c
4)      Pernafasan         : 22x / menit
Kepala : kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok
Wajah : ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
Mulut, bibir dan gigi : bibir lembab, dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
dan tidak ada sariawan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak
ada pelebaran vena jugularis
Dada & Payudara: payudara tampak tidak simetris, memerah dan tampak
bengkak, Nampak luka pada areola mame, putting susu ibu lecet, teraba
benjolan keras, terdapat pengeluaran nanah payudara apabila ditekan dan
pengeluaran ASInya banyak.
Abdomen : tampak linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot
perut agak kendor. Tfu tidak teraba lagi dan kontraksi uterus baik
Ekstermitas atas & bawah: simetris iri dan kanan, kiku bersih dan berwarna
merah muda, dan jari jari lengkap, tidak ada odema
Genital : tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak
ada varies tidak ada luka bekas jahitan jahitan dan tidak ada hemoroid.
Anus : tidak hemmoroid
Pemeriksaan :
1) Vagina : terbuka
2) Portio : teraba lunak
3) OUE / OUI : tertutup
4) AD / CD :
5) Pengeluaran : darah
p. Pemeriksaan laboratorium
1) Plano test : positive
2) Darah lengkap : hb 11 g/dl
3) Kimia darah :-
4) Pemeriksaan lab lain:-
Atisipasi Tindakan:
1. Melakukan penilaian keadaan umum ibu
2. Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
3. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
4. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan /
luka pada putng susu
5. Minum banyak cairan
6. Menjaa kebersihan puting
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

2. Masalah Potensial
1. Bayi potensial kurang nutrisi
2. BB bayi ibu potensial tidak naik

Data subjektif
Data Subjektif
Ibu mengeluh badannya panas, payudara bagian kiri bengkak, pengeluaran
ASInya sedikit, nyeri pada payudaranya dan bayinya kurang mengisap.
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik       
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi Badan : 160
             Berat Badan : 60
d. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah :110/70
2)      Nadi                   : 89 x/menit
3)      Suhu badan        : 38,6 c
4)      Pernafasan         : 22x / menit
e. Kepala : kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok
f. Wajah : ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat
g. Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
h. Mulut, bibir dan gigi : bibir lembab, dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
dan tidak ada sariawan
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak
ada pelebaran vena jugularis
j. Dada & Payudara: payudara tampak tidak simetris, memerah dan tampak
bengkak, Nampak luka pada areola mame, putting susu ibu lecet, teraba
benjolan keras, terdapat pengeluaran nanah payudara apabila ditekan dan
pengeluaran ASInya banyak.Abdomen : tampak linea nigra, tidak ada luka
bekas operasi, tonus otot perut agak kendor. Tfu tidak teraba lagi dan
kontraksi uterus baik
k. Ekstermitas atas & bawah: simetris iri dan kanan, kiku bersih dan berwarna
merah muda, dan jari jari lengkap, tidak ada odema
l. Genital : tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak
ada varies tidak ada luka bekas jahitan jahitan dan tidak ada hemoroid.
m. Anus : tidak hemmoroid
n. Pemeriksaan :
1)      Vagina              : terbuka
2)      Portio                : teraba lunak
3)      OUE / OUI        : tertutup
4)      AD / CD            :
5)      Pengeluaran      : darah
p.    Pemeriksaan laboratorium
1)  Plano test             : positive
2)  Darah lengkap : hb 11 g/dl
3) Kimia darah :-
4) Pemeriksaan lab lain:-

D.  Langkah 4. Tindakan Segera &/ Kolaborasi


Untuk memperbaiki keadaan umum ibu diperlukan penanganan lebih lanjut yaitu
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

E.  Langkah 5. Rencana Tindakan/Intervensi


1. melakukan perawatan payudara pada ibu dengan mengompres payudara
menggunaan air hangat dan air dingin secara bergantian serta
mengeluarkan asi dengan pijatan
2. menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan payudara
3. anjurkan ibu untuk memakai bra yang pas
4. anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
5. kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan yaitu obat yang
mengandung antipiretika, antibiotic dan vitamin

F.  Langkah 6. Penatalaksanaan Tindakan /Implementasi


1. melakuan perawatan payudara pada ibu dengan mengompres payudara
dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
Hasil: telah melakukan perawatan payudara
2. menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan payudara
hasil: ibu telah melakukan perawatan pyudara sendiri
3. menganjurkan ibu untuk memakai bra yang pas
hasil: ibu telah memakai bra yang pas untuk menyokong payudaranya
4. menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin
hasil: ibu besedia melakukannya
5. kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
hasil: ibu bersedia minum oba

G.   Langkah 7. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan


1. telah dilakukan perawatan payudara pada ibu
2. ibu bersedia melakuan perawatan payudara sendiri
3. ibu bersedia memakai bra yang pas untu enyokong payudaranya
4. ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
5. ibu bersdia minum obat yang di berikan dokter.

DOKUMENTASI SOAP
S:
e. ibu mengatakan melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran
f. ibu mengatakan mleahirkan pada tanggal 22-03-2020
g. ibu mengatakan payudara bagian kiri bengkak dan nyeri pada
payudaranya
h. ibu mengatakan badannya panas dan peeluaran ASInya banyak tetapi
bayi kurang mengisap

O:
Keadaan Umum : Baik       
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tinggi Badan : 160
             c. Berat Badan : 60
d. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah :110/70
2)      Nadi                   : 89 x/menit
3)      Suhu badan        : 38,6 c
4)      Pernafasan         : 22x / menit
Kepala : kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok
Wajah : ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
Mulut, bibir dan gigi : bibir lembab, dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
dan tidak ada sariawan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak
ada pelebaran vena jugularis
Dada & Payudara: payudara tampak tidak simetris, memerah dan tampak
bengkak, Nampak luka pada areola mame, putting susu ibu lecet, teraba
benjolan keras, terdapat pengeluaran nanah payudara apabila ditekan dan
pengeluaran ASInya banyak.
Abdomen : tampak linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot
perut agak kendor. Tfu tidak teraba lagi dan kontraksi uterus baik
Ekstermitas atas & bawah: simetris iri dan kanan, kiku bersih dan berwarna
merah muda, dan jari jari lengkap, tidak ada odema
Genital : tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak
ada varies tidak ada luka bekas jahitan jahitan dan tidak ada hemoroid.
Anus : tidak hemmoroid
Pemeriksaan :
1)      Vagina              : terbuka
2)      Portio                : teraba lunak
3)      OUE / OUI        : tertutup
4)      AD / CD            :
5)      Pengeluaran      : darah
Pemeriksaan laboratorium
1)  Plano test             : positive
2)  Darah lengkap : hb 11 g/dl
3) Kimia darah :-
4) Pemeriksaan lab lain:-
A:
Diagnosa : PIAO Nifas ke 14 dengan mastitis
Masalah:
Pembengkakan payudara
Bayi tidak mau menyusu dan rewel
Diagnosa potensial :
Ibu potensial matitis terinfeksi
Ibu potensial abses payudara
Masalah Potensial:
Bayi potensial kurang nutrisi
BB bayi ibu potensial tidak naik
Tindakan segera/kolaborasi
untuk memperbaiki keadaan umum ibu diperlukan penanganan lebih
lanjut yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-
obatan

P:
1. melakuan perawatan payudara pada ibu dengan mengompres payudara
dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
Hasil: telah melakukan perawatan payudara
2. menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan payudara
hasil: ibu telah melakukan perawatan pyudara sendiri
3. menganjurkan ibu untuk memakai bra yang pas
hasil: ibu telah memakai bra yang pas untuk menyokong payudaranya
4. menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin
hasil: ibu besedia melakukannya
5. kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin

disertai infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6

minggu pertama setelah bayi lahir.Diagnosis mastitis ditegakkan apabila

ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh serta payudara

menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak.Beberapa faktor risiko

utama timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang

jarang dan pelekatan bayi yang kurang baik.Melancarkan aliran ASI

merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis.Selain itu, ibu perlu

banyak beristirahat, banyak minum, mengonsumsi nutrisi yang seimbang

dan apabila perlu mendapatkan terapi medikasi analgesik dan

antibiotik. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatikan oleh ibu-ibu

yang baru melahirkan.Infeksi ini biasanya terjadi disebabkan adanya bakteri

yang hidup di permukaan payudara. Berbagai macam faktor seperti


kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan

saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak dilakukan

pengobatan, maka akan menjadi abses.

B. SARAN

Diharapkan kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi wanita

untuk selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi

terkena mastitis. Namun, banyak hal yang dapat dilakukan untuk

mengurangi risiko mastitis yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau

pakaian yang tepat menekan saluran susu danmenghambat aliran susu,

menyusui sesering bayi menginginkannya. Karenadengan membiarkan

pada waktu menyusui terlalu lama, saluran susu dapat tersumbat saat

pertama kali bayi tidur semalaman tanpa menyusui.

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara

mendalam mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor

ginjal sehingga nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada

pasien dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ika Tristanti, Nasriyah/Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan vol. 10 No. 2


(2019)330-337

https://www.slideshare.net/mobile/WarnetRaha/manajemen-dan-

pendokumentasian-asuhan-kebidanan-ibu-nifas-pada-ny-l-dengan-mastitis-di-

puskesmas-wakumoro-kabupaten-muna-tanggal-05-sd-14-april-2015.

http://maphiablack.blogspot.com/2011/01/asuhan-kebidanan-pada-ibu-nifas-

dengan_3429.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai