Oleh :
2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia,
rahmat, dan nikmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menylesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah Muhammad
SAW, yang telah membimbing dan menjadi tauladan bagi seluruh umatnya untuk menuju
jalan yang lurus dan menuntun umatnya pada kesempurnaan dalam menjalankan agama islam.
Alhamdullilah penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah asuhan nifas yaitu
membuat makalah yang berjudul “mastitis”. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis
mengucapkan terimakasih karena telah memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang telah mendoakan, membiayai, mendukung dan memberikan
semangat sampai selesainya makalah ini,
2. Ibu Fitriyana Rakhimah, M.Tr. Keb selaku dosen mata kuliah asuhan kebidanan nifas,
3. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
penulis sampai tersusunnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk
itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
Penulis
2
Daftar Isi
Halaman judul......................................................................................................................i
Kata pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar isi..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pencegahan Mastitis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Mastitis
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan pada
payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak yang disebabkan oleh kuman terutama
strapilococcus aureus melalui luka pada putting susu atau melalui peredaran darah. Penyebab
ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan
yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah local di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat darimastitis.
Infeksi payudara (mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Biasanya
terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri biasanya masuk melalui
puting susu yang pecah-pecah atau terluka. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, dapat
terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi
sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan
saluran air susu (Masjoer, 2011).
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis lactational atau
mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan
tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang menyebabkan beban
penyakit bertambah berat (Sally I Saverin V.X 2013 dalam anonim 2013).
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan pada
payudara yang terjadi melalui luka pada puting, dapat berasal dari peredaran darah. Tanda-
tanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai kenaikan suhu, ibu
merasa lesu, tidak nafsu makan, payudara membesar, nyeri perabaan, dan kemerahan pada
payudara, dan terjadi pada 3-4 minggu masa nifas. Hal ini dapat diatasi dengan
membersihkan puting sebelum dan sesudah menyusui, menyusui pada payudara yang tidak
sakit, kompres dingin sebelum menyusui, menggunakan bh untuk menyokong payudara,
berikan antibiotik dan analgetik, istirahat yang cukup dan banyak minum.
2
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman-kuman terutama
Stafilokokus aureus melalui luka pada putting susu, atau melalui peredaran darah.
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada duktus hingga
puting susu mengalami sumbatan. Mastitis yang paling sering terjadi pada minggu kedua dan
ketiga pasca kelahiran. Penyebab paling penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI
yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya
mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki
penyangga yang baik padapayudaranya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan mastitis
adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara yang diakibatkan karena adanya
bakteri staphylococcus aureus yang masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.
1.2 Epidemiologi
Organisasi kesehatan dunia atau WHO (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis. American society memperkirakan 241.240 wanita
Amerika serikat yang terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada jumlah wanita yang
terdiagnosis mastitis adalah 24.600 orang dan di Australia sebanyak 14.791 orang. Di
Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis mastitis adalah berjumlah 876.665 orang
dan di sumatera utara berkisar antara 40-60% wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin,
2009).
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi. Insiden yang
dilaporkan bervariasi sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.
Walaupun demikian, menurut beberapa laporan, terutama dari negara-negara berkembang,
suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan mastitis yang nyata. Mastitis paling sering
terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca melahirkan, dengan sebagian besar laporan
menunjukkan bahwa 74%-95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, mastitis
juga dapat terjadi pada setiap tahap laktasi, termasuk pada tahun kedua. Abses payudara juga
paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pasca kelahiran tetapi dapat timbul kemudian
(Anonim, 2013).
Mastitis puerparalis epidemik ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi dan
ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau virulen. Masalah ini paling sering
terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau berkesinambungan strain resisten.
2. Mastitis non infeksiosa
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh
payudara produksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun proses ini membutuhkan waktu
beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi
dapat menyebabkan respons peradangan.
3. Mastitis subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai dengan
pengeluaran asi yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira
hanya sampai di bawah 400 ml/hari (< 400 ml/hari).
4. Mastitis infeksiosa
Mastaitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor
imun dalam asi dan oleh respon respon inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Pembagian berdasarkan lokasinya
Beberapa faktor yang dapat diduga dapat meningkatkan resiko mastitis, yaitu sebagai
berikut :
1. Umur, wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderitamastitis dari pada wanita
dibawah usia 21 tahun atau diatas 35 tahun.
2. Paritas, mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya, serangan mastitis pertama cenderung
4
berulang,halinimerupakanakibatteknikmenyusuiyangburukyang tidak diperbaiki.
4. Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis, walaupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5. Gizi,asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI, faktor kekebalan dalam ASIdapat memberikan mekanisme
pertahanan dalam payudara.
7. Pekerjaan di luar rumah, interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu
dalam pengeluaran ASI yang adekuat sehinggaakan memicu terjadinya stasis asi.
8. Trauma, trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak jaringan
kelenjar dan saluran susu dan hal tersebut dapat menyebabkan mastitis.
1.5 Etiologi
Mastitis biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
normal yaitu staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut bayi yang
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada puting susu.
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu
1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara atau mastitis
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Payudarabengkak yang tidak disusu secaraade kuat,akhirnya terjadi mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat,mengakibatkan segmental engorgement sehingga
jika tidak disusu secara adekuat bisa terjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah terkena
infeksi.
Pada wanita pascamenopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di
dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati.
Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi. Dua
5
penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASIbiasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Guther pada tahun
1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh staknasi ASI di
dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut.
Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi
sebagai media pertumbuhanbakteri.
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. StatisASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisiendari payudara. Hal ini
terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat bayi tidak
mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensidurasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat
berlebihan dan menyusui untuk kembardua/lebih.
2. Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organismekoagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus, Escherichia
coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai
komplikasi demam tifoid.
1.6 Patofisiologi
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi. Mastitis
akibat proses non infeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-
sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI atau yang
biasa disebut sebagai stasis ASI. Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam duktus dan
tidak dapat keluar dengan lancar. Akibatnya mammae menjadi tegang. Sehingga sel epitel
yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan. Permeabilitas jaringan ikat meningkat,
beberapa komponen (terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflamasi hingga
sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Kondisi ini membuat lubang duktus laktiferus
menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri staphylococcus aureus dan streptokokus sp.
6
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaranhematogen.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis non infeksi, mastitis yang terjadi akibat
proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura atau robekan atau perlukaan
pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadi port de entre/tempat masuknya
bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae.
1.8 Penatalaksanaan
Setelah diagnosa mastitis dipastikan, hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mammae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotik.
Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah, karena biasanya infeksi
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Penisilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan
sebagai antibiotik. Sebelum pemberian penisilin dapat dilakukan pembiakan atau kultur air
susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Apabila ada abses maka nanah
dikeluarkan, kemudian dipasang pipa ketengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk
mencegah kerusakan pada duktus laktiferus, sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus
duktus tersebut.
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah sebagai berikut :
1. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan
membuat banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan kembali
tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI daripayudara yang terkena
tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun
fungsinya.
Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
8
penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang terkena.
Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan bimbingan
sampai ia benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif
3. Terapi antibiotik
9
dengan memberikan paracetamol 500mg per oral setiap 4 jam dan lakukan evaluasi
secararutin.
Pengobatan yang tepat dalam pemberian antibiotic, mintalah pada dokter antibotik
yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui, selain itu bila badan terasa panas ibu dapat
minum obat turun panas kemudain untuk bagian payudara yang terasa kears dan nyeri dapat
dikompres dengan menggunakan air hangat untuk mengurangi nyeri.
Bila tidak tahan nyeri dapat minum obat penghilang rasa sakit, istirahat yang cukup
amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi sehat kembali. Disamping itu makan
dan minum yang bergizi, minum banyak air putih juga akan membantu meurunkan
demam,biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan
mampu beraktivitas seperti semula.
4. Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat
yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol
merupakan alternative yang paling tepat, istirahat sangat penting karena tirah baring dengan
bayinya dapat meningkatkan frekuensi menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran
susu.
Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara
yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup
minum cairan. Dilakukan pengopresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4x/hari.
Diberikan antibotik dan untuk mencegah untuk pembengkakan,sebaiknya dialakukan
pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
a. Mastitis (payudara tegang / indurasai dankemerahan)
Berikan klosaslin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelumnya
terbentuk abses biasanyakeluhanya
berkurang.
Sangga payudara.
Kompresdingin.
Biladiperlukanberikanparacetamol500mgperoralsetiap 4 jam
Ibu harus didororng menyusui bayinya walau adPUS.
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
b. Abses payudara (terdapat masa padat, mengerasadibawa kulit yang kemerahan)
10
Diperlukan anastesi umum.
Insisis radial dari tengah dekat pinggir areola, kepinggir supaya tidak mendorong saluran
ASI.
PecahkankantongPUSdenganklemjaringan(pean)atau jaringan tangan.
Pasang tampon dari drain, daingkat setelah 24jam.
Berikan klokasilin 500mg setiap 6 jam selama 10hari.
Sangga payudara.
Kompresdingin.
Berikanparacetamol500mgsetia4jamsekalibila diperlukan.
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau adapua.
Lakukan follow up setelah pemberiam pengobatan selama 3 hari.
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan membuang nanah, serta
dianjurkan untk berhenti menyusui. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat perada
nyeri (misalnya acetaminophen atatu ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu
menyusui danbayinya.
1.9 Pencegahan
1.10 Komplikasi
a. Abses payudara
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R USIA 28 TAHUN P2 AO
POSTPARTUM 8 HARI DENGAN MASTITIS DI
KLINIK TANJUNG MARET TAHUN 2018
bengkak, lecet, berat dan suhu tubuh panas dingin sejak 4 hari
yang lalu
2. Riwayat menstruasi:
Menarche : 12th,
Lama : 4-5hari,
Dismenorea/tidak :Tidak
2 9 hari 38 Spontan Klinik Bidan Tidak Tidak 50/ Baik Baik Baik
mgg ada ada 3.000/
Lk
14
4. Riwayatpersalinan
Tempatpersalinan : Klinik
Penolongpersalinan : Bidan
Jenispersalinan : Spontan
15
Komplikasipersalinan : Tidak ada
Keadaanplasenta :Baik/Utuh
Talipusat :Baik
Selamaoperasi : Tidakada
Bayi
BB : 3.000gram
PB : 50cm
NilaiApgar :9/10
Masagestasi : 38minggu
6. Riwayatpenyakit keluarga
Tidakada
sehari
Keluhan/pantangan : Tidakada
b. Pola istirahat
Tidursiang : 1-2jam
Keluhan : Tidakada
c. Pola eliminasi
BAB : 1 kali/hari,
Konsistensi : lembek,
warna : kuning kecoklatan
d. Personal hygiene
Mandi : 2kali/hari
Gantipakaian/pakaiandalam :3x
10. Polaaktivitas
Keluhan : Tidakada
Menyusui :Ya
11. Kebiasaanhidup
: Tidakada
Data Objektif
1. Pemeriksaanumum :
Tanda-tandavital
LILA : 25cm
Posturtubuh :Normal
Kepala : Simetris, Rambut :Bersih
Oedema : Tidakada
Mata : Simetris,
kelenjartiroid Payudara :
pada puttingsusu
Areolamamae :Hiperpigmentasi
Colostrum :Ada
1.4 Abdomen
Bekasluka/operasi : Tidakada
1.5 Palpasi
TFU : tidakteraba
Kontraksiuterus :Baik
KandungKemih :Kosong
1.6 Genitalia
Bekasluka/jahitanperineum : Tidakada
Varices : Tidakada
Pergerakan : Baik
ANALISA
PENATALAKSANAAN
2. Menjelaskan tentang mastitis yang ibu alami yaitu peradangan payudara yang terjadi
biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan, adanya sumbatan
saluran ASI sehingga menyebabkan nyeri tekan, kemerahan pada payudara ibu
7. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyakminum air
putih
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
dengan infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama
setelah bayi lahir diagnose mastitis ditegakkan apabila ditemukan tanda gejala
diantaranya demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh, serta payudara menjadi
kemerahan , tegang, panas dan bengkak. Ebberapa faktor resiko utama timbulnya
mastitis adalah putting lecet. Frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan bayi
yang kurang baik. Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tatalaksana
mastitis. Selain itu, ibu perlu banyak istirahat, banyak minum, banyak mengkonsumsi
nutrisi yang banyak dan apabila perlu mendapatkan terapi medikasi analgesic dan
antibiotik. Infeksi payudara atau mastitis perlu di perhatikan oleh ibu-ibu yang baru
melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi karena disebabkan adanya bateri yang hidup
di permukaan payudara. Berbagai macam faktor seperti kelelahan, stress, dan pakaian
yang ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dari payudara yang
nyeri dan jika tidak peyumbatan air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak di
lakukan pengobatan, maka akan terjadi abses.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius. Mochtar, Rustam. 1989. Siopsis Obsetri : Obsetri Fisiologi,
Obsetri Patologi.
Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Obsetri Fisiologi, Obsetri Patologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta :
YBP
Purwoastuti, Th Endang. 2015. Ilmu Obsetri Dan Ginekologi Bagi kebidanan.
Yogyakarta : Pustakabarupress.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sarwono Prawirohardjo.