Anda di halaman 1dari 12

PATOFISIOLOGI PENYAKIT GINJAL

PADA KEHAMILAN
Dosen pengampu : Melyana Nurul Widyastuti

Dususun Oleh Kelompok 3 :

1. Semiyati
2. Rismawati Devianti
3. Denyssa Oktaviana Fandalita
4. Siti Sofiatun
5. Goenati
6. Rahayu

PROFESI KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada kehamilan normal terdapat perubahan bermakna baik pada struktur maupun

fungsi dari saluran kemih, diantaranya dilatasi saluran kemih, yaitu pada kaliks, pelviks

ginjal, dan ureter. Keadaan ini terjadi sebelum usia kehamilan 14 minggu karena pengaruh

hormon yang melemaskan lapisan-lapisan otot saluran kemih. Pada fungsi ginjal juga terjadi

peningkatan segera setelah konsepsi. Aliran plasma ginjal dan filtrasi glomerulus efektif

masing-masing meningkat rata-rata 40% dan 65%. (Fadlun, 2012:14)

Secara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan

dengan resiko yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyababkan kelainan-

kelainan pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan lain sebagainya.

Pandangan bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal sebaiknya menghindari

kehamilan, telah ada sejak abad lalu. Luaran bayi dipercaya akan kurang baik dan pasien

yang menderita penyakit ginjal disarankan melakukan terminasi kehamilan Selain itu, data-

data mengenai perempuan hamil dengan transplantasi ginjal sejak tahun 2000 telah

memberikan hasil yang menggembirakan. Kesemuanya ini memberikan pandangan bahwa

sebagian besar perempuan yang mempunyai gangguan fungsi ginjal minimal dapat hamil

dengan kemungkinan kehamilannya berhasil mencapai 90%. (Prawirohardjo. 2009: 830)

Di Amerika Serikat rasio kelahiran hidup dari perempuan dengan riwayat penyakit

ginjal adalah 6,6 per 1.000 dari semua ras dan usia. Pada perempuan kulit putih rasio

kelahiran adalah 3,0 per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan 2,2 per 1.000 kelahiran hidup

pasa kulit hitam. (Prawirohardjo. 2009: 830)


B.     Rumusan Masalah

1.      Menjelaskan Pengertian penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

2.      Menjelaskan Etiomolgi penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

3.      Menjelaskan Patofisiologis penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

4.      Menjelaskan Faktor Resiko penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

5.      Menjelaskan Tanda dan Gejala penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

6.      Menjelaskan Komplikasi penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

7.      Menjelaskan Penatalaksanan penyakit Ginjal pada Kehamilan dan Persalinan

C.     Tujuan

1.      Mengetahui dan Memahami pengertian penyakit Ginjal pada Kehamilan dan

Persalinan

2.      Mengetahui dan Memahami Etiomolgi penyakit Ginjal pada Kehamilan dan

Persalinan

3.      Mengetahui dan Memahami Patofisiologis penyakit Ginjal pada Kehamilan dan

Persalinan

4.      Mengetahui dan Memahami Faktor Resiko penyakit Ginjal pada Kehamilan dan

Persalinan

5.      Mengetahui dan Memahami Tanda dan Gejala penyakit Ginjal pada Kehamilan

dan Persalinan

6.      Mengetahui dan Memahami Komplikasi penyakit Ginjal pada Kehamilan dan

Persalinan

7.      Mengetahui dan Memahami Penatalaksanan penyakit Ginjal pada Kehamilan dan

Persalina
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi dan Perubahan Anatomik Ginjal dan Saluran Kemih

Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homeostasis tubuh

dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi hormon dan

enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah serta metabolisme

kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolism dan menyesuaikan ekskresi air daan

pelarut. Ginjal mengatur cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan

komposisi cairan yang normal. (Mary Baradero, 2008 : 1)

Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik ginjal dan

saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan hasil

pemeriksaan laboratorium.. Ginjal akan memanjang kurang lebih 1 cm dan kembali normal

setelah melahirkan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk dan kadang berpindah

letak ke lateral dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan. (Prawirohardjo.

2009: 830)

Selain itu juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan

berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Akibat pembesaran

uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal terjadi perubahan pada kendung

kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kandung kemih akan berpindah lebih anterior

dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot

kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen. Kapasitas kandung

kemih meningkat sampai 1 liter karena efek relaksasi dari hormon progesterone.

(Prawirohardjo. 2009: 830).


Gagal ginjal akut adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat

menjalankan fungsinya secara normal yang terjadi secara akut/tiba-tiba dan tidak berlangsung

lama.

B.     Etiologi

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas

karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh

lagi.

Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh

dunia. Di Amerika Serikat (AS), prevalensi stadium akhir penyakit ginjal semakin meningkat.

Jumlah pasien yang terdaftar dalam tahap akhir penyakit ginjal (ESRD)-mendanai program

Medicare telah meningkat dari sekitar 10.000 penerima manfaat pada tahun 1973 untuk

86.354 pada tahun 1983, dan 547.982 pada tanggal 31 Desember, 2008.

Meskipun alasan yang tepat untuk pertumbuhan program ESRD tidak diketahui,

perubahan demografi penduduk, perbedaan beban penyakit di antara kelompok-kelompok ras

dan bawah-pengakuan tahap-tahap awal CKD dan faktor risiko untuk CKD, sebagian dapat

menjelaskan pertumbuhan ini.

Pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) mengkonsumsi bagian yang

tidak proporsional sumber daya perawatan kesehatan. Total biaya program ESRD di AS

adalah sekitar $ 39460000000 pada tahun 2008. Medicare biaya per orang per tahun hampir $

66.000 secara keseluruhan, mulai dari $ 26.668 untuk pasien transplantasi untuk $ 77.506

bagi mereka yang menerima terapi hemodialisis

Namun, meskipun besarnya sumber daya berkomitmen untuk pengobatan ESRD dan

perbaikan besar dalam kualitas terapi dialisis, pasien-pasien ini terus mengalami mortalitas

dan morbiditas yang signifikan, dan mengurangi kualitas hidup.


C.      Penyebab Gagal Ginjal

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh

tubuh yang mana secara perlahan - lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun

beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

·         Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

·         Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)

·         Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)

·         Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

·         Menderita penyakit kanker (cancer)

·         Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ      ginjal

itu sendiri (polycystic kidney disease)

·         Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat infeksi atau pun  dampak dari

penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal

apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan carian banyak yang mendadak

(muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC),

Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana

ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya. Dalam dunia

kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.

D.    Patofisiologi

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang sangat gawat

dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal

yang tidak bisa sembuh lagi.  Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.


Kelainan ini didasari oleh 2 jenis patologi.

1.      Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.

2.      Nekrosis kortikal bilateral apabila sampai kedua ginjal ayng menderita.

Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada kehamilan

muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering

diakibatkan oleh abortus septic yang diakibatkan oleh bakteri Chlostridia welchii atau

streptococcus. Gambaran klinik lain yaitu berupa sepsis, dan adanya tanda-tanda oligouria

mendadak dan azothemia serta pembekuan darah intravaskuler (DIC), sehingga terjadi

nekrosis tubular yg akut. Kerusakan ini dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak

terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Seringkali dilakukan tindakan tindakan histerektomi

untuk menagatasinya, akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak perlu melakukan

operasi histerektomi tersebut asalkan penderita diberikan antibiotic yang adekuat dan intensif

serta dilakukan dialysis terus menerus sampai fungsi ginjal baik. Lain halnya dengan nekrosis

kortikal yang bilateral, biasanya dihubungkan dengan solusio plasenta, preeclampsia berat

atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban yang

mnyebabkan terjadinya DIC,  reaksi transfuse darah atau pada perdarahan banyak yang dapat

menimbulkan iskemi.

Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya anuria.

Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat yang tersebar atau ke seluruh jaringan

ginjal.

Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya,  sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik

postpartum. Penanggulangan pada keadaan ini, penderita diberi infuse, atau transfusi darah,

diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan dan segera dilakukan hemodialisis bila ada

tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialis secara teratur atau dilakukan
transplantasiginjal untuk ginjal yang tetap gagal. Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat

dicegah bila dilakukan:

1.      Penangan kehamilan dan persalinan dengan baik:

2.      Perdarahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik;

3.      Pemberian trannfusi darah dengan hati-hati.

E.     Faktor Resiko

1.      Retensi Urin

Bentuk uterus yang inkarserta dan retroversi akan menyebabkan ureter stasis dan

meregang. Hal ini akan mengakibatkan rasa nyeri ketika miski dan retensi urin

akut, dan lebih jauh lagi akan menyebabkan cystitis.

2.      Ureter yang pendek

Wanita yang memiliki ureter yang pendek, yang lebih panjangnya hanya sekitar

3,5cm dan letaknya hampir berdekatan dengan rektum,perineum dan vagina.

Ureter dapat tertekan ketika terjadi prolapsutro-vaginal, hal ini yang

menyebabkan sisa urin tertinggal dan menjadi sumber infeksi.

3.      Trauma Jalan Lahir

Trauma dapat terjadi saat persalinan, ketika bagian dasar kandung kemih dan

leher janin berada dalam posisi yang sulit.

F.      Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut

antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam,

kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah /

Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri. Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin

timbul oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan,
mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin:

Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb

turun, Urin: protein selalu positif.

G.    Komplikasi

Komplikasi seperti hipertensi dan preeklamsi lebih sering pada perempuan dengan

penyekit ginjal polikistik. Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan perburukan atau

akselerasi / percepatan perjalanan penyakit. (Prawiroharjo.2009:841)

Komplikasi yang dapat terjadi adalah abortus dan janin yang terinfeksi. Mortalitas ibu

dan bayi apabila tidak diobati berkisar 30-40%,kelahiran prematur dan IFUD.

Prognosis pada ibu akhirnya buruk; ada yang segera meninggal, ada yang agak

lama,hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat, dan ada atau

tidak adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.

Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat

hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat

melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan  walaupun biasanya bayinya lahir dismatur

akibat insufiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang

sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus dan partus prematurus, atau janin

mati dalam kandungan.

H.    Penatalaksanan

·           Penanganan Obstetri

Penyebab kematian dan kesakitan bayi pada pasien dengan kelainan ginjal adalah

persalinan kurang bulan. Masih ada perdebatan tentang melahirkan bayi secara elektif lebih

cepat dari waktunya sekitar(34-36 minggu) pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau

yang sedang menjalani dialisis terutama jika paru janin sudah matang.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, penyakit yang menyertai kehamilan itu diantaranya adalah

penyakit ginjal. Semua penyakit ini memberikan dampak pada kehamilan sehingga semua

penyakit harus bisa ditangani dengan baik sehingga dampak yang ada tidak besar atau

minimal atau bahkan tidak ada dampak yang ditimbulkan pada kehamilan baik itu pada ibu

maupun pada janin.

 Selain itu, dalam penangan penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian obat-

obatan. Karena dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan efek terutama

kepada sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan yang boleh diberikan

kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Jangan sampai kita

bermaksud memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi malah menyebabkan efek

teratogenik pada janin.

B.     Saran

sebagai penolong persalinan kita harus bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit

yang menyertai kehamilan sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan resiko cacat

atau kematian janin. Kita harus bisa megetahui penanganan yang tepat atau pengobatan yang

aman buat kehamilan ibu sehingga persalinan dapat berjalan secara fisiologi. Selain itu,

kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama hamil sehingga tidak dapat terdeteksi

secara dini.   
DAFTAR  PUSTAKA

Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai