Anda di halaman 1dari 50

MAKALAHASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, DAN PRA

SEKOLAH
“BAYI RESIKO TINGGI DAN BERMASALAH DAN
PENATALAKSANAANYA”

DOSEN PEMBIMBING :
ADE FEBRIANI, SST, M. Kes

DISUSUN OLEH :
INDAH INSANI PUTRI : 2015201014
MUTIARA : 2015201037
DHEA AMALIA : 2015201010
MEIA ZULIANTY : 2015201017
NADYA ADE ANGGRAINI : 2015201018
OLIVIA YUSWITA PUTRI : 2015201022
WINDIA NINGSIH : 2015201036
SITI AYUNI : 2015201030
AYU SAFITRI : 2015201005

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UINIVERSITAS ABDURRAB
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Bayi Resiko Tinggi Dan Bermasalah Dan Penatalaksanaanya “ tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah.Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang“Bayi Resiko
Tinggi Dan Bermasalah Dan Penatalaksanaanya“ bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ade Febriani, SST, M. Kes
selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolahyang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 23 February 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 1

A. Asfiksia Neonatorum ................................................................................ 1


B. Hipotermi .................................................................................................. 5
C. BBLR ........................................................................................................ 8
D. Ikterus / Hiperbilirubinemia ...................................................................... 14
E. Tetanus Neonatorum ................................................................................. 19
F. Kejang ....................................................................................................... 22
G. Infeksi / Sepsis .......................................................................................... 28
H. Dehidrasi ................................................................................................... 32
I. Cedera Lahir .............................................................................................. 35

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 46

A. Kesimpulan ............................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asfiksia Neonatorum
a. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga menurunka
n O2 dan mungkin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam:
a) “ Vigorous baby” skor apgar 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat dan
tidak memerkikan istimewa.
b) “Mild-moderate asphyxia” (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebihdari 100x/i, tonus otot
kurang baik atau baik,sianosis,refick iritabilitas tidak ada.
c) Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik di temukan frekuensi
jantung kurang dari 100x/I,tonus otot buruk,sianosis berat,dan kadang-
kadang pucat,reflek iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan:
1) Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap.
2) Bunyi jantung menghilang post partum.

b. Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas
atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia
bayi baru lahir meriip;ik;in kcltiniutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin
selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan
bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:

1. Faktor Ibu

1
a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia
janin.
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus
akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan
kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
 Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat.
 Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
 Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan
lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus

2
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

c. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi
fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan
teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

3
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan
hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak
yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
d. Manfestasi klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
 Apnea
 Pucat '
 sianosis
 penurunan terhadap stimulus.

e. Penatalaksanaan klinis
1. Tindakan Umum
 Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir
mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu
penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.

4
 Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki
menekan tanda achiles.
 Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan khusus
 Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2
yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan
message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100
x/menit.
 Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup
mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit
 Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi
f. Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH
 Pemeriksaan fungsi paru
 Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
 Gambaran patologi
B. Hipotermi
a. Pengertian
Hipotermia merupakan keadaan dimana sesorang individu gagal
mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36-37 derajat celcius.
Hipotermia merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan suhu tubuh terus menerus dibawah 35,5 C per rektal karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
b. Etiologi
Penyebab terjadi hipotermia pada neonatus antara lain :
a) Prematuritas

5
b) Asfiksia
c) Sepsis
d) Kondisi neurologik seperti maningitis dan perdarahan cerebal
e) Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
f) Eksposure/ paparan suhu lingkungan yang dingin
c. Patofisiologi
a) Suhu normal pada neonarus berkisar antara 36 C-37,5C pada suhu
ketiak
b) Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36 C kedua kaki dan tangan
terasa dingin
c) Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang ( suhu 32- <36 C)
d) Dikatakan hipotermia berat bila suhu tubuh <32 C
e) Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah
meningkatnya konsumsi oksigen ( terjasi hipoksia), terjadinya
metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikosis anaerobik dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hiploglikemia
f) Hilangnya kalori tampak dengan menurunya berat badan yang dapat
ditanggulangi dengan meningkakan intake kalori
d. Mekanisme hilangnya panas
Hilangnya panas pada tubuh bayi dapat disebabkan oleh 4 mekanisme :
a) Radiasi : dari objek ke panas bayi, contohnya timbangan bayi dingin
tanpa alas
b) Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit, contohnya
air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan
c) Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat di
tubuh, contohnya pakaian bayi yang basah tidak cepat di ganti
d) Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara, contohnya angin disekitar
tubuh bayi baru lahir
e. Tanda dan gejala
a) Hipotermia sedang : kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah,
tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

6
b) Hipotermia berat : sama dengan hipotermia sedang, pernafasan lambat
tidak teratur, bunyi jantung lambat, mungkin timbul hipoglikemia dan
asidosis metabolic
c) Stadium lanjut hipotermia : muka, ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang, bagian tubuh lain pucat, kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada pumggung, kaki dan tangan (sklerema).
f. Komplikasi
Hipotermia pada neonatus antara lain bisa menyebabka gangguan pada sistem
anggota tubuh :
a) Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya refleks mata ( seperti
mengedip)
b) Cardivaskuler : penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya teakanan dara sistolik
c) Pernafasan : menurunnya konsumsi oksigen
d) Saraf dan otot : tidak adanya gerakan, menghilangnya reflek perifer
g. Penatalaksanaannya
Beberapa penatalaksanaan neonatus dengan hoptertemia dapat dilakukan
sebagi berikut:
Menurut indarso,F (2001) menyatakan bahwa mempertahankan suhu tubuh
bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
a) Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih
b) Mengerimgkan tubuh bayi yang baru lahir / air ketuban segera setelah
lahir dengan handuk yang kering dan bersih
c) Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi didada ibu dan
keduanya di selimuti ( metode kanguru)
d) Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang reflek rooting dan bayi dapat memperoleh kalori atau
panas tubuh dengan menyusui .( pada bayi yang kurang bukan yang
belum bisa menyusu ASI diberikan dengan pipet atau sendok ). Selama
pemberian ASI bayi didekap agar tetap hangat.
e) Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat selama dalam
perjalanan pada waktu rujukan

7
f) Memberikan penghangatan pada BBL secara mandiri
g) Melatih semua orang dalam terlibat persalinan, menunda memandikan
bayi sampai suhu tubuh normal dan penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi
h. Pencegahan
Pencegahan dan penanganan neonatus dengan hipotermia dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan berikut ini:
a) Pemberian panas mendadak berbahya karena dapat terjadi apnea
sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5 – 1 C tiap jam ( pada bayi
< 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 C )
b) Untuk bayi < 1000 gram sebaiknya di letakan dalam inkubator, bayi
tersebut akan dikeluarkan dari inkubator apabila suhu tubuhnya dapat
tahan terhadap suhu lingkungan 30 C
c) Radiant warmer adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil
atau tindakan tindakan. Dapat menggunakan servo controle( dengan
menggunakan probe untuk kulit ) atau non servo controle ( dengan
mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual ).
C. BBLR

a.Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram (Setyarini and Suprapti,2016).BBLR dapat disebabkan
oleh kelahiran prematur (kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu) dengan berat
badan yang sesuai masa kehamilan (SMK),atau karena bayi yang beratnya kurang
dari berat yang semestinya atau kecil masa kehamilan (KMK),atau keduanya
(WHO,2011).

b.Klasifikasi BBLR

BBLR dapat diklasifikasikan menurut berat lahir dan usia gestasi.

1. Berdasarkan berat lahir


Berdasarkan berat lahir,BBLR dapat diklasifikasikan menjadi :

8
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR),yaitu bayi dengan berat lahir 1.501 sampai
dengan kurang dari 2.500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR),yaitu bayi dengan berat lahir
antara 1.000 sampai 1.500 gram
c) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR),yaitu bayi dengan berat
lahir di bawah 1.000 gram (WHO,2011)
2. Berdasarkan Usia Gestasi
Berdasarkan usia gestasinya,bayi baru lahir dapat diklasifikasikan
menjadi:
a) Bayi kurang bulan (BKB) atau pretern,yaitu usia gestasi kurang dari 37
minggu
b) Bayi cukup bulan (BCB) atau atern,yaitu usia gestasi antara 37 minggu
sampai 41 minggu 6 hari
c) Bayi lebih bulan (BLB) atau postrem,yaitu usia gestasi 42 minggu atau
lebih (WHO,2004)

BBLR berdasarkan usia gestasinya dapat diklasifikasikan menjadi prematuritas


murni dan dismaturitas (Proverawati dan Ismawati Cahyo,2010).

1.Prematuritas murni

Adalah BBLR dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilannya.Kondisi ini biasa
disebut dengan neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-
SMK).Menurut WHO (2018),prematuritas dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Extremely pretern,yaitu bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 28


minggu
b) Very pretern,yaitu bayi prematur dengan usia gestasi 28 minggu sampai
kurang dari 32 minggu
c) Moderate to late pretern,yaitu bayi prematur dengan usia gestasi 32
minggu sampai kurang dari 37 minggu

Ciri-ciri bayi dengan prematuritas murni adalah :

a) Berat badan kurang dari 2.500 gram

9
b) Panjang badan kurang dari 45 cm
c) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d) Usia gestasinya kurang dari 37 minggu
e) Kulit tipis dan transparan
f) Lanugo banyak terutama pada dahi,pelipis,telinga dan lengan
g) Lemak subkutan kurang
h) Ubun-ubun dan sutura lebar
i) Labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) pada laki-
laki testis belum turun
j) Tulan rawan dan daun telinga imatur
k) Bayi kecil,posisi masih posisi fetal,pergerakan kurang dan lemah,tangisan
lemah,pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea
l) Refleks tonus leher lemah,refleks menghisap,dan menelan serta refleks
batuk belum sempurna

2.Dismaturitas

Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan,yaitu berat badannya berada dibawah persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intrauterin (grafik lubchenco).Istilah yang bisa digunakan untuk
kondisi ini adalah kecil masa kehamilan (KMK).Penyebab KMK adalah
terjadinya intrauterine growth retardation (IUGR) atau pertumbuhan janin
terganggu (PJT).

Ciri-ciri bayi dengan dismaturitas adalah :

a) Pada pretern seperti pada prematuritas


b) Term dan post tern akan dijumpai kulit akan berselubung verniks kaseosa
tipis atau tidak ada
c) Kulit pucat atau bernoda mekonium
d) Kulit kering,keriput dan tipis
e) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit,aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Yuliastati dan Arnis,2016).

10
c.Faktor predisposisi BBLR

Kelahiran BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran kurang


bulan,pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau keduanya.Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kelahiran BBLR mencakup faktor fetal,maternal,uterus,dan
plasenta.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian BBLR diantarannya adalah:

a) Faktor fetal
1.Kehamilan kembar
2.Gawat janin
3.Eritroblastosis
4.Faktor genetik,kelainan bawaan dan kelaian kromosom
5.Infeksi bawaan seperti rubela dan CMV
b) Faktor maternal
1.Hipertensi
2.Preeklampsia dan eklampsia
3.Penyakit kronis dan penyakit infeksi
4.Malnutrisi
5.Merokok
6.Penyalahgunaan obat terlarang
7.Faktor maternal lain,paritas,dan status ekonomi yang rendah
c) Faktor uterus
1.Uterus bicornis
2.Servik inkompeten
d) Faktor plasenta
1.Plasenta previa
2.Solisio plasenta
3.Insufisiensi plasenta
e) Faktor lainnya,seperti ketuban pecah dini dan oligohiramnion

11
d.Patifisiologi

a.Pengertian suhu

Usia kehamilan,berat badan dan persentil berat badan bayi merupakan faktor
yang mempengaruhi kemampuan pengaturan suhu tubuh bayi (Roychoudhury dan
Yusuf,2017).Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan
oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas.Kegagalan
untuk mengahsilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan adiposa
coklat (yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi),pernafasan yang lemah
dengan pembakaran oksigen yang buruk,dan memasukan makanan yang rendah.

b.Sistem pencernaan

Sistem pencernaan merupakan awal dari keseluruhan pertumbuhan bayi.


Perkembangan dan kematangan sistem pencernaan adalah proses yang terus
berlanjut, mulai dari pembuahan sampai janin cukup bulan. Sistem pencernaan
mulai terbentuk menyerupai tabung pada minggu kelima kehamilan. Pada minggu
ketujuh, perut, aesophagus, hati dan pankreas terbentuk. Usus kecil mulai
terbentuk dan menciptakan area permukaan yang digunakan (villi) untuk
penyerapan pada minggu kesepuluh dan villi semakin jelas terbentuk di minggu
ke - 16. Rektum dan anus terbentuk pada usia kehamilan sebelas minggu. Pada
usia tiga belas minggu, janin mulai dapat menghisap dan menelan cairan ketuban.
Seminggu kemudian, janin mulai berlatih mengisap dan mengunyah. Payer’s
patch yang merupakan salah satu sistem kekebalan usus mulai terbentuk pada usia
kehamilan 20 minggu. Gerakan peristaltik usus mulai muncul pada minggu ke –
26 dan menjadi lebih efisien pada minggu ke – 28. Sistem persarafan usus mulai
berkembang pada usia kehamilan lima minggu. Otot mulai melingkari usus pada
minggu kedelapan dan berkembang pesat setelah minggu ke – 14. Enzim laktase
mulai terbentuk pada minggu kedelapan kehamilan.

e.Komplikasi

Pada BBLR sistem fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat
muda/imatur/prematur sehingga belum berfungsi optimal.Hal ini dapat
menimbulkan beberapa komplikasi,diantarannya :

12
1.susunan saraf pusat

2.komplikasi saluran pernapasan

3.pusat thermoregulator belum semputna

4.metabolisme

5.imunoglobulin masih rendah

6.ginjal belum berfungsi sempurna

e.Penatalaksanaan

a.Medikamentosa

1.pemberian vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular satu kali pemberian,atau

2.vitamin K oral 2 mg tiga kali pemberian (saat lahir,saat umur 3-20 hari,dan
umur 4-6 minggu).

b.Mempertahankan suhu-suhu normal

1.gunakan salah satu cara menghangatkan suhu tubuh bayi seperti kontak dari
kulit,kangaroo mother care,pemancar panas,inkubator atau ruangan hangat
sesuai yang tersedia ditempat pelayanan.

2.jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

3.ukur suhu tubuh sesuai jadwal

c.Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan


pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.Risiko
infeksi lebih tinggi pada bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (Pupoliet
al,2018).

d.Pemberian minum/nutrisi

13
Pemberian nutrisi pada BBLR dilakukan dengan mengacu pada pedoman yang
ada dan kondisi BBLR (Pudjiadi et al,2009).

D. Ikterus / Hiperbilirubinemia
a. Definis

Definisi dan hal-hal yang berhubungan dengan icterus/Hiperbilirubinemia :

1) Hiperbilirub adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar


nilainya lebih dari normal,biasanya terjadi pada bayi baru lahir.
2) Nilai normal : bilirubin indrek 0,3-1,1 mg / dl,bilirubin direk 0,4 mg / dl.
3) Sesungguh nya hyperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi
baru lahir selama seminggu pertama karena belum sempurnanya
metabolisme bilirubin bayi.
4) Di temukan sekitar 25-50% bayi normal dengan keadaan
hyperbilirubinemia.
b. Etiologi
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati
masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah.
Hiperbilirubin juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinik, diantaranya
adalah :
1) Ikterus fisiologis merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir :
a) Jenis bilirubin yang menyebabkan pewarnaaan kuning pada icterus disebut
bilirubin tidak terkonjunggasi, merupakan jenis yang tidak mudah di buang
dari tubuh bayi.
b) Hati bayi akan berubah menjadi bilirubin ini menjadi bilirubin terkonjunggasi
yang lebih mudah di buang oleh tubuh.
2) Breastfeeding jaundice :
a) Keadaan ini dapat terjadi pada bayi yang mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif.
b) Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada hari kedua atau
ketiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan.

14
3) Ikteurs ASI (breasmilk jaundice) :
a) Ikterus ini berhubungan dengan pemberian ASI dari seseorang ibu tertentu dan
biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disuse kanya bergantung pada
kemampuan bayi tersebut mengubah bilirubin indirek.
b) Yang mengancam jiwa dan timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung
lebih lama dari icterus fisiologis yaitu 3-12 minggu.
4) Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus ketidak kasus ketidak
cocokan golongan darah (Inkompatibilitas ABO) rehesus (Inkompatibilitas
rhesus) ibu dan janin :
a) Tubuh ibu akan, memproduksi antibody yang akan menyerang sel darah merah
janin.
b) Kondisi tersebut akan menyebabkan pecahnya sel darah merah sehingga akan
meningkatkan pelepasan bilirubin dari sel darah merah.
c. Patofisiologi
1. Patofisiologi hiperbilirubin dapat dimengerti, apabila memahami berabagai
hal tentang bilirubin.
2. Hal-hal yang perlu di pahami antara lain tentang pembentukan bilirubin,
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
a) Pembentukan Bilirubin :
1. Bilirubin adalah pigemen kristal berwarna jingga icterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi-reduksi.
2. Langkah oksidasi yang oertama adalah biliverdin yang di bentuk dari
heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang Sebagian
besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain.
b) Transportasi Bilirubin :
1. Pembentukan bilirubin yang terjadi di system retikulo endothelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan diberikan dengan album.
2. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap
bilirubin tergadap karena konsentrasi albumi yang rendah dan kapasitas
ikatan molar yang kurang.

15
3. Bilirubin yang terikat pada albumi serum ini nerupakan zat non polar dan
tidak larut dalam air dan kemudian akan di transportasikan kedalam sel
hepar.
c) Asupan Bilirubin
1. Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membrane plasma
hepatosit, albumin terikat kereseptor permikaan sel.
2. Kemusian bilirubin di transfer melalui sel membrane yang berkaitan
dengan ligandin (protein) mungkin juga dengan protein ikatan
sitosiliklainnya.
d) Konjugasi Bilirubin :
1. Bilirubin tak terkonjugasi dikonversikan kebentukan bilirubin konjugasi
yang larut dalam air direticulum endoplasma dengan bantuan enzim
urridini diphosate glukuronosyl transferase (UDPGT).
d. Klasifikasi
1) Derajat I : Daerah kepala dan leher, perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg %
2) Derajat II : Sampai badan atas,perkiraan kadar bilirubin 9,0 mg %
3) Derajat III : Sampai badan bawah hingga tungkai, bilirubin 11,4 mg %
4) Derajat IV : Sampai daerah lengan, kaki bawah lutut, 12,4 mg %
5) Derajat V : Sampai daerah telapak tangan dan kaki, 16,0 mg %
e. Tanda dan Gejala
1. Ketika kadar bilirubin meningkat dalam darah maka warna kuning akan di
mulai dari kepala kemudian turun ke lengan, badan, dan akhirnya kaki.
2. Jika kadar bilirubin sudah cukup tinggi, bayi akan tampak kuning hingga di
bawah lutut serta telapak tangan
3. Cara yang mudah untuk memeriksa warna kuning ini adalah dengan
menekan jari pada kulit yang diamati dan sebaiknya dilakukan dibawah
cahaya / sinar matahari.
4. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa warna kuning pada kulit akan
timbul jika jumlah bilirubin pada darah di atas 2mg / Dl.
5. Pada bayi baru lahir akan tampak kuning jika kadar bilirubin lebih dari 5
mg/ Dl.

16
f. Komplikasi
Beberapa kasus komplikasi hyperbilirubinemia dapat di jelaskan sebagai
berikut :
1. Sebagian besar kasus hyperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang
kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak
(keadannya di sebut kern ikterus).
2. Kern icterus :
a) Kern icterus adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di
dalam otak, sehingga terjadi kerusakan otak.
b) Efek jangka Panjang dari kern icterus adalah keterbelakangan mental,
kelumpuhan serebral (Pengontrolan otot yang abnormal cerebral palsy), tuli
dan mata tidak dapat di gerakan ke atas.
3. Bilirubin ensefalopati dan kernicterus :
a) Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukan kepada manifestasi klinik
yang mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin pada system syaraf pusat
yaitu basal ganglia dan pada berbagai nudel batang otak.
b) Sedang istilah kern icterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai
oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di
ganglia basalis, pons, dan sereblum.
g. Penatalaksanaan
1) Segera hubungi pelayanan Kesehatan bila bayi tampak kuning :
a) Timbul segera dalam 24 jam pertama kelahiran.
b) Kuning menetep lebih dari 8 hari pada bayi cukup bulan dan lebih dari 14
hari pada bayi premature.
c) Pada observasi di rumah bayi tampak kuning yang sudah menyebar sampai
ke lutut / siku tau lebih.
d) Tinja berwarna pucat
2) Segera bawa bayi ke unit gawat darurat rumah sakit bila :
a) Jika ibu / penagasuh melihat bayi tampak sakit (menolak untuk minum,
tidur berlebihan, atau lengan dan kaki lemas) atau lebih suhu tubuh lebih
dari 37,50 C.
b) Jika bayi tampak mengalami kesulitan bernafas.

17
h. Pemeriksaan Laboratorium :
1. Penyebab yang pasti terhadap icterus pada bayi baru lahir harus di cari.
2. Pada beberapa kasus, pemeriksaan fisik yang lengkap sangat diperlukan dan
pemeriksaan darah dan mungkin diperlukan untuk mengetahui :
a) Kadar bilirubin total, berdasarkan pemeriksaan ini dokter akan meminta
pemeriksaan tambahan seperti tes Coombs untuk memeriksa antibody yang
menghancurkan sel darah merah bayi, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan hitung retikulosit untuk melihat apakah bayi memproduksi sel
darah merah yang baru.
b) Golongan darah dan rhesus ibu dan bayi
c) Pada beberapa kasus mungkin perlu untuk memeriksa darah untuk melihat
suatu kondisi yang disebut sebagai defisiensi C6PD (glukosa-6-fosfat-
dehidrogenase).
i. Penanganan Hiperbilirubin pada bayi baru lahir :
Ada dua situasi untuk penanganan hiperbilirubin pada bayi lahir, yaitu
penanganan sendiri di rumah dan penanganan terapi medis, yang masing-masing
diperjelas sebagai berikut :
1) Penanganan sendiri dirumah :
a) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari)
b) Sinar matahari dapat membantu memecah bilirubin sehingga lebih mdah di
proses oleh hati.
2) Terapi medis :
a) Petugas Kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi sinar
(photography) sesuia dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu
berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau premature,
Bayi akan ditempatkan dibawah sinar khusus.
b) Jika terapi sinar standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin,
maka bayi akan di tempatkan pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda
/ triple akan dilakukan.
j. Pencegahan
1. Pengantar :

18
a) Pada kebanyakan kasus, kuning pada bayi tidak bisa dicegah.
b) Cara terbaik untuk menghindari kuning yang fisiologis adalah dengan
memberi bayi cukup minum lebih baik lagi jika diberikan ASI.
c) Pencegahan dibagi menjadi 2, yaitu pencegahan primer dan pencegahan
sekunder, yang masing-masing diuaraikan secara terpisah berikut ini.
2. Pencegahan Primer :
a) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling lama sedikit 8-12
kali/hari untuk beberapa hari pertama.
b) Tidak memberikan cairan tambahan pada bayi yang mendapat ASI dan tidak
mengalami dehidrasi.
3. Pencegahan Sekunder :
a) Semua Wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta
menyaring serum untuk antibody isoimun yang tidak bisa.
b) Harus memastikan bahwa semua bayi secara ruitn dimonitor terhadap
timbulnya icterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian icterus yang
harus dinilai saat memeriksa tanda-tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari
setiap 8-12 jam.
E. Tetanus Neonatorum
a. Pengertian
Tetanus neonatrum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (
bayi berusia kurang dari 1 bulan ) yang disebabkan oleh Clatridium Tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin ( racun yang menyerang sistem saraf pusat).
b. Etiologi
Tetanus neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada
BBLR bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tetapi disebabkan oleh infeksi
mana neonates antara lain :
a) Infeksi melalui tali pusat
b) Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
c) Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak dikeluarkan, atau tidak
lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program
d) Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

19
c. Patofisiologi
Patofisiologi tetanus neonaturum antara lain :
a) Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum belakang dan
trauma pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh asfiksia akibat
spasmus laring pada kerja yang lama
b) Selain itu dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernafasan dan peredaran darah
c) Sebab kematian yang lain ialah Pnemonia Aspirasi dan sepsis
d) Kedua sebab yang terakir ini mungkin sekali merupakan sebab utama
kematian tetanus neonaturum di indonesia
e) Pada bayi ini ditularkan dari tali pusat, karena pemotongan tali pusat
yang tidak steril
f) Selain itu infeksi dapat melalui pemakaian obat ( darmatol), bubuk daun
– daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat
d. Penatalaksanaan
Penanganan secara umu pada tetanus neonaturum :
a) Mengatasi kejang
 Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita atau bayi
ditempatkan diluar kamar yang tenang denga sedikit sinar mengingat
penderita sangat peka akan suara dan cahaya
 Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai adalah kombinasi
fenobarbital dean largaktil. Kombinasi yang lain ialah kloralhidrat yang
diberikan lewat anus.
b) Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas.
c) Mencari tempat masuknya spora tetanus umumnya di tali pusat atau
ditelinga
d) Pemberian anti toksin : untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat
diberikan ATS dengan dosis 10.000 setahun setiap hari selama 2 hari
berturut turut dengan IM kalau per infuse diberikan ATS 20.000 IU
sekaligus
e) Pemberian antibiotic : untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin
200.000 IU setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari sesudah panas turun

20
atau ampisilin 100 mg/kg BB per hari dibagi dalam 4 dosis secara IV
selama 10 hari
f) Perawatan adekuat meliputi :
 Kebutuhan oksigen
 Makanan, harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari
polietilen karet
 Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan
proses tidak mungkin maka diberikan makanan dan cairan
intravena
g) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering
e. Diagnosa masalah dan penanganan
1) Terjadinya gangguan dan penanganan terjadinya tetanus neonaturum :
Fungsi pernafasan
a) Pengantar :
 Pada masalah ini dapat disebabakan kuman yang menyerang oto-
otot pernafasan sehingga tidak berfungsi
 Adanya spasme mulut dan tenggorokan sehingga menganggu jalan
nafas
b) Intervensinya yang dapat dilakukan :
 Atur posisi bayi dengan kepala ektensi
 Berikan oksigen 1-2 liter / menit. Jika sedang terjadi kejang karena
sianosis bertambah berat O2 diberikan lebih tinggi dapat sampai 4
liter ( jika kejang berhenti turunkan lagi )
 Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah mencegah lidah jatuh ke
belakang dan juga memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih
baik dipasang guedel ( selama masih kejang guedel atau sudip lidah
di pasang terus )
 Sering isap lendir yakni pada saat kejang jika akan melakukan
nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu waktu terlihat lendir
pada mulut bayi

21
 Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara
cermat, pasien tetanus neonaturum karena mendapatkan arti
konvulsan terus kemungkinan sewaktu-waktu dapat terjadi apnea
 Usahaka te,pat tidur bayi dalam keadaan hangat . bila bayi
kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2) Pemenuhan nutrisi atau cairan
 Akibat bayi tidak mau menetek dan untuk memenuhi kebutuhan
makanannya perlu diberi infuse dengan cairab glukosa 10 %
 Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan ditambahkan
natrikus 11/2 % dengan perbanding 4 :1
3) Kurangnya pengetahuan orangtua :
 Pada orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus perlu
diberikan penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat atau
bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus
 Selain itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar
minta suntikan pencegahan tetanus.
F. Kejang

a.Definisi

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatusatau dalam
28 hari sesudah lahir.Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma
serebral.Kejang adalah peruhan secara tiba tiba fungsi neurology baik fungsi
motorik maupun fungsi oronomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak.

b.Etiologi

Penyebab kejang bisa disebabkan karena adanya pengaruh metabolik dan


adanya perdarahan intraknal.

1.Metabolik

a.hipoglikemia :
 Bila kadar gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang
dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah
 Hipoligkemia dapat dengan/tanpa gejala

22
 Gejala dapat berupa serangan apnea,kejang sianosis,minum lemah,biasanya
terdapat pada bayi berat badan lahir rendah,bayi kembar yang kecil,bayi dari
ibu penderita diabetes miletus,asfeksia.
b.hipokalsemia
 Hipokalsemia,yaitu keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari
8mg/100ml tu kurang dari 8mg/100ml atau kurang dari 4 meq.l
 Gejala tangis dengan nada tinggi,tonus berkurang kejang dan diantara dua
serangan bayi dalam keadaan baik
c.hipomagnesemia
 Hipomagnesimia yaitu keadaan kadar magnesium darah kurang dari 1,2
mEg/biasanya terdapat bersama-sama dengan hipokalsemia,hipoglikemia
dan lain-lain
 Gejala kejang yang tidak dapat diatasi atau hipokalsemia yang tidak dapat
sembuh dengan pengobatan yang adekuat
d.hiponatremia dan hipernatrenia
 Hiportemia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130Mg/L gejalanya
adalah kejang,tremor
 Hipernatrenia kadar Na dalam darah lebih dari 145mEg/l kejang yang
biasanya yang disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya peteksis
dalam otak
e.defisiensi prodiksin dan dependent piridoksin
 Defisiensi produksin dan dependensi prodiksin merupakan akibat
kekurangan vitamin B6
 Gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat
anti lain pengobatan dengan pemberian 50 mg pirodiksin
f.asfiksia

Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi yang tidak bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir.Etiologi karena adanya gangguan pertukaran
gas dan transfer dari ibu ke janin.

23
c.Patogenesis

1.kejang pada neonatus sering kali tidak dikenali karena bentuknya yang berbeda
dengan kejang orang dewasa dan anak-anak
2.penyelidikan simatografi dan EEG menunjukan bahwa kelainan pada EGG
sesuai dengan twiching dari muka,kedipan muka,menguap,kaku tiba-tiba dan
sebagainya
3.oleh karena itu,kejang pada bayi baru lahir tidak spesifikasi dan lebih banyak
digunakan istilah “fit” atau “seizure”
4.manifestasi yang berbeda-beda disebabkan morfologi dan organisasi dari
korteks serebri yang belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman,1975)
5.demikian pula pembentukan dendri,synopsis meilinasasi.Susunan syaraf pusat
pada neonatus terutama berfungsi pada medulis spinalis dan batang otak
6.kelainan lokak pada neurun tidak disalurkan kepada jaringan berikutnya
sehingga kejang umum jarang terjadi
7.batang otak berhubungan dengan gerakan-gerakan seperti menghisap,gerakan
bola mata,pernafasan dan sebagainya.Sedangkan refeksi umum atau kekuatan
secara fokal atau umum adalah gejala medula spinalis

d.Klasifikasi

Membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :

1.bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (sublet) yang sering tidak diinsafi
segala kejang.Terbanyak di dapat pada neonatus berupa

a.devisi horizontal bola mata


b.getaran dari telapak mata (berkedi kedip)
c.gerakan pipi dan mulut seperti menghisap,mengunyaj,mengecap,dan menguap
d.apneaberulang
e.gerakan tonik tungkai

2.kejang klonilmultifokal miogratory : gerakan klonik berpindah-pindah dari satu


anggota gerak yang lain secara tidak teratur,kadang-kadang kejang yang satu
dengan yang lain dapat menyerupai kejam umum.

24
3.kejang tonik : ekstensi kedua tungkai,kadang-kadang dengan fleksi kedua
tangan yang menyerupai defontifikasi

4.kejang miokolik : berupa gerakan fleksi seketika seluruh tubuh jarang terlihat
pada neonatus

5.kejang umum : kejang seluruh badan,sionosis,kesadaran menurun

6.kejang fokel-gerakan ritmik 2-3x/detik.sentakan yang dimulai dari salah satu


kaki,tangan atau muka (gerakan mata yang berputar putar,menguap,mata
berkedip-kedip,nistagmus,tangis dengan nada tinggi)

e.Diagnosis

1.Anamnesa :

 Anamnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil


 Obat yang diminum oleh ibu saat hamil
 Obat yang diberikan pada yang diperlukan dan sewaktu persalinan
 Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan
lain-lain
 Riawayat persalinan : bayi baru prematus,lahir dengan tindakan,penolong
persalinan,asfeksia neonaturum
 Riawayat imunisasi tetanus ibu,penolong persalinan bukan tenagan
kesehatan
 Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
 Riwayat kejang,penurunan kesadaran,ada gerakan abnormal pada
mata,mulut,lidah,eksremitas
 Riawayat spasme atau kekauan pada eksremitas obat mulut dan perut
 Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
 Riwayat bayi mals minum sesudah dapat minum normal
 Adanya faktor resiko infeksi
 Riwayat ibu mendapatkan obat,misal heroin,metodin,propoxypen,alkohol
 Riwayat perubahan warna kulit (ikterus)
 Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang

25
2.pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik,untuk mengetahui tanda-tanda adanya kejang-kejang dan


infeksi tali pusat,dengan kriteria masing-masing sebagai berikut :

a.kejang

 Gerakan normal pada wajah,mata,mulut,lidah dan eksremitas


 Ekstensi atau fleksi tonik eksremitas,gerakan seperti mengayuh
sepeda,mata berkedip berputar,juling
 Tangisan melengking dengan nada tinggi,sukar berhenti
 Perubahan status kesadaran,apnea,ikterus,ubun-ubun besar menongol,suhu
tidak normal

b.spasme

 Bayi tetap sadar,menangis kesakitam


 Trismus,kekuatan otot mulut pada eksremitas,prut kontraksi otot,tidak
terkendali dipicu oleh kehilangan,cahaya atau prosedur diagnostik

c.infeksi tali pusat

3.pemeriksaan laboraturium :

Gula darah, kalsium, fosfor, magnesium, natrium, bilirubin, fungsi lumbal,


darah tepi,dan kalau mungkin bukan darah dan cairan serebrospinal foto kepala
dan EEG,pemeriksaan sedapat mungkin terarah.

f.Penangan

1.prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :

a.mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang-kejang (misal :


diazepam,fenobarbital,fenotin/dilantin)

b.menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi

c.mencari faktor penyebab kejang

d.mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia,hipokalsemia,dan lain-


lain)

26
2.penanganan kejang pada bayi baru lahir (buku acuan nasional maternal dan
neonatal,2002)

 Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak
kedinginan.Suhu di pertahankan 36,5 C,37C.
 Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir disekitar
mulut,hidung sampai nasofaring.
 Bila bayi apnea dilakukan pertolongan bayi agar bayi dapat bernapas lagi
dengan alat bantu balon dan sungkup,diberikan oksigen dengan kecepatan
2 liter/menit
 Dilakukan pemasnagan infus intavena dipembuluh darah prefiier di
tangan,kaki,atau kepala.Bila bayi diduga dilahirkan ileh ibu dilahirkan
oleh ibu berpenyakit diabetes militus,dengan pemasangan infus melalui
vena umbilicalis.Bila infus sudah terpasang diberi obat anti kejang di
azepam 0,5% mg/kg supositoria IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi.
 Bila infus sudah di pasang beri obat anti kejang di azepam 0,5%/kg
supositoria IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi.
 Nilai kondisi bayi selama 15 menit,perhatikan klainan fisik yang ada
 Bila kejang sudah teratasi,diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60
ml/kg/hari
 Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor
penyebab kejang
 Apakah kemungkinan bayi di lahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM
 Bila sudah teratasi diambil bahan untuk pemeriksaan laboraturium untuk
mencari faktor penyebab kejang
 Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
 Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang
 Apabila kejang masih berulang,diazepam dapat diberikan ;agi sampai 2
kali.

27
G. Infeksi / Sepsis
a. Definisi
Definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan infeksi / sepsis :
1. Sepsis adalah infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri,
yang berasal dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus
saluran kemih atau kulit yang menghasilkan toksin/racun yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang organ dan jaringan
tubuh sendiri.
2. Sepsis dapat mengakibatkan komplikasi yang serius mengenai ginjal,
paru-paru, otak dan pendengaran bahkan kematian.
3. Sepsis dapat mengenai orang dari usia berapapun, tetapi paling sering
pada :
a) Bayi dibawah 3 bulan, sistem kekebalan tubuhnya belum cukup
matang untuk melawan infeksi yang berat.
b) Orang lanjut usia
c) Orang dengan penyakit kronik
d) Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh seperti infeksi HIV
4. Sepsis timbul saat infeksi berat menyebabkan respon tubuh normal
terhadap infeksi menjadi berlebihan. Bakteri dan racun yang dihasilkan
dapat mengakibatkan perubahan suhu, frekuensi jantung dan tekanan
darah dan dapat mengakibatkan gangguan organ tubuh.

b. Etiologi
1. Pengantar
a) Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri,
seperti E.Coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitides,
Sterkokus pneumonia, Haemophilus influenza tipe b, salmonella,
dan Streptokokus grup b adalah penyebab sepsis pada bayi baru
lahir kurang 3 bulan.
b) Bayi prematur dalam perawatan intensif lebih rentan untuk
mengalami sepsis karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum

28
terbentuk sempurna dan mereka mendapat perawatan invasif,
seperti infuse atau kateter dan selang pernafasan.
c) Tempat masuk infuse atau kateter dapat menjadi jalan masuk
bakteri yang normalnya hidup di permukaan kulit untuk masuk ke
dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.
d) Pada bayi baru lahir, sepsis terjadi bila bakteri masuk ke dalam
tubuh bayi dari ibu selama masa kehamilan, persalinan.

2. Beberapa komplikasi selama kehamilan yang meningkatkan risiko


sepsis pada bayi baru lahir :
a) Demam pada ibu selama persalinan
b) Infeksi pada uterus atau plasenta
c) Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu atau 18
jam sebelum dimulainya persalinan).
d) Bakteri seperti streptokokus grup B dapat menginfeksi bayi baru
lahir dalam proses persalinan. (sekitar 15-30% perempuan hamil
membawa bakteri streptokokus grup b di vagina atau rectum yang
dapat di transmisikan dari ibu ke bayi selama persalinan).
c. Tanda dan Gejala
1. Pengantar
a) Sepsis pada bayi baru lahir memiliki gejala yang bervariasi
b) Umumnya bayi terlihat tidak seperti biasanya

2. Gejala Sepsis Pada Bayi Baru Lahir


a) Tidak mau minum ASI atau muntah
b) Suhu tubuh >38℃ di ukur melalui anus atau lebih rendah dari
normal, rewel
c) Lemas dan tidak responsif
d) Tidak aktif bergerak
e) Perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis kemudian
pelan pada sepsis selanjutnya)
f) Bernafas sangat cepat atau kesulitan bernafas

29
g) Ada saat bayi henti nafas lebih dari 10 detik
h) Perubahan warna kulit (pucat atau biru)
i) Kuning pada kulit dan mata
j) Ruam kemerahan
k) Kurang produksi urin
d. Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis
1. Gejala sepsis seringkali tidak khas pada bayi, maka di perlukan bantuan
pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis sepsis :
a) Tes darah (termasuk hitung sel darah putih) dan kultur darah untuk
mementukan apakah ada bakteri di dalam darah. Tes darah lainnya
dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati dan ginjal
b) Urin diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urin dibawah
mikroskop dan kultur urin untuk mengetahui ada tidaknya bakteri.
c) Fungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang)
untuk mengetahui apakah bayi terkena meningitis.
d) Rontgen, terutama paru-paru, untuk memastikan ada tidaknya
pneumonia.
e) Jika bayi menggunakan perlengkapan medis ditubuhnya seperti
infuse, kateter maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan
diperiksa ada tidaknya tanda-tanda infeksi.
2. Bayi sepsis atau dicurigai mengalami sepsis akan di tatalaksana
dirumah sakit, tempat dokter dapat memantau keadaannya dan
memberikan pengobatan untuk melawan infeksi.
e. Pencegahan
1. Pencegahan sepsis karena streptokokus grup B dari ibu ke bayi selama
persalinan dapat dicegah dengan memeriksa ibu pada usia kehamilan
antara 35-37 minggu apakah terdapat bakteri tersebut pada jalan lahir.
2. Imunisasi dan cuci tangan adalah upaya pencegahan infeksi yang dapat
mencegah terjadinya sepsis.
3. Orang yang dekat dengan bayi anda sebaiknya tidak sakit dan telah
mendapat vaksinasi sebelumnya.

30
4. Anak yang memakai perlengkapan medis yang menetap dalam tubu
seperti kateter atau infuse harus dipastikan untuk memperhatikan
petunjuk dokter untuk membersihkan dan merawat tempat alat medis
tersebut masuk ke tubuhnya.
f. Pengobatan
1. Terapi sepsis diberikan 10-14 hari atau 5-7 hari sesudah tampak tanda
perbaikan klinik dan tidak disertai oleh adanya abses atau kerusakan
jaringan yang dalam
2. Biarkan darah dilakukan 24-48 jam sesudah pengobatan harus negatif.
Bila biarkan positif atau ada abses yang tersembunyi, maka terapi harus
diganti.
3. Tindakan pendukung :
a) Observasi TTV
b) Isolasi bayi dalam inkubator
c) Pemberian cairan (koreksi ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa)
d) Pemberian oksigen bila distress pernafasan dan sianosis
e) Suhu lingkungan yang normal
f) Transfusi untuk koreksi anemia
g. Komplikasi
1. Syok karena lapasnya toksin kedalam cairan darah yaang mana
gejalanya sukar untuk di deteksi.
2. Meningitis (peradangan pada selaput otak dan sum-sum tulang
belakang)
3. Gangguan metabolik
4. Pneumonia (penyakit radang paru-paru)
5. Infeksi saluran kemih
6. Gagal jantung kongesti
7. Kematian

31
H. Dehidrasi
a. Definisi
Definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan dehidarasi :
1. Dehidrasi adalah kurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya
air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik) atau hilangnya air
dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau
hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi
hipotonik).
2. Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak)
kurang lebih 28%. Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih akan
terjadi dehidrasi.
3. Pada masa gestasi akhir cairan ekstraseluler bertambah, tetapi pada
waktu lahir terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan
berkurangnya cairan ekstraseluler.
4. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur,
ketidakseimbangan ini lebih berat
5. Dehidrasi pada bayi terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cairan yang
cukup untuk kebutuhan tubuhnya, biasanya terjadi jika muntah-muntah,
diare, panas tinggi, atau mengeluarkan keringan yang banyak.
6. Dehidrasi bisa ringan dan mudah diatasi, bisa juga parah dan
membahayakan jiwa.
b. Klasifikasi
Dehidrasi terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan penurunan berat badan yaitu:
1. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh tubuh 5% dari berat
badan)
2. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan antara 5-10% dari berat badan)
3. Dehidrasi berat (jika cairan tubuh lebih dari 10% dari berat badan)
c. Tanda dan Gejala
Lebih dari enam ja tidak pipis
1. Pipisnya berwarna lebih gelap dari biasanya dan baunya lebih kuat.
2. Lemah dan lesu
3. Mulut dan bibir kering atau pecah-pecah

32
4. Tidak keluar air mata ketika menangis
d. Ciri-ciri bayi yang Dehidrasi
1. Haus berlebihan :
a) Ini terlihat jelas, tetapi jika bayi kurang cairan dia secara alami akan
merasakan dorongan untuk minum lebih banyak.
b) Bayinya mungkin menangis sampai di berikan botol dan kemudian
terus mengisap sampai semua air, susu atau jus habis
c) Ini adalah tanda dehidrasi ringan dan sedang
2. Terlihat lesu dan tidak sehat :
a) Bayi yang tampak lesu mungkin menderita dehidrasi serius serta
harus diberikan cairan dan dibawa ke dokter segera
b) Kelesuan pada bayi meliputi kurangnya energi, keinginan untuk
berbaring sepanjang hari dan kurangnya memperlihatkan emosi.
3. Hilangnya elastis kulit :
a) Dehidrasi pada bayi dapat menyebabkan hilasnya elastisitas kulit
b) Jika kita mencoba dengan lembut mencubit kulit anak, tidak cepat
kembali ke posisi normal, ini bisa menjadi tanda dehidrasi.
c) Hal ini terjadi karena tidak cukup air mencapai kulit.
4. Mulut kering dan lengket :
a) Bayi yang tidak terhidrat dengan benar sering menunjukkan gejala
mulut kering
b) Hal ini dapat di sertai dengan air liur putih atau busa di sudut mulut
bayi
5. Popok kering :
a) Popok bayi kering selama lebih dari beberapa jam dan tentu tidak
boleh kering selama lebih dari 5 atau 6 jam
b) Hal ini dapat terjadi bila bayi terhidrat karena tubuhnya
menggunakan sedikit cairan yang di minum dan juga hanya
mengeluarkan sedikit cairan.
c) Sembelit adalah gejala serupa, walaupun ini mungkin hasil dari hal-
hal lain seperti nafsu makan yang buruk atau sistem pencernaan
lambat.

33
e. Gejala Lainnya dari Dehidrasi
1. Mata cekung
2. Tangan dan kaki terasa dingin dan terlihat kemerahan
3. Rewel dan mengantuk berlebihan
4. Ubun-ubun cekung
f. Jika terjadi dehidrasi tahap serius :
1. Jika dehidrasi tahap serius terjadi, segera bawa ke UGD untuk
diberikan infus
2. Atau bisa konsul ke dokter anak untuk di cek keadaannya
3. Untuk dehidrasi ringan biasanya dokter akan menyarankan anak
diberikan cairan elektrolit yang bisa di dapat denan mudah di apotik
Selain itu juga jangan berhenti menyusui ASI atau memberikan susu
botol.
g. Pencegahan
Pencegahan dehidrasi harus dilakukan ketika bayi sedang sakit atau hari
sangat panas, cara mencegah dehidrasi :
1. Memberikan cairan yang banyak kepada bayi
2. Jika umur bayi sudah lebih dari 4 bulan, berikan juga banyak air putih
3. Ketika memberikan jus buah pada bayi, campurkanlah dengan air
supaya cairannya lebih banyak.
h. Hal yang perlu di perhatikan saat penangan dehidrasi pada kondisi
berikut ini :
1. Demam
a) Berikan banyak cairan jika bayi anda demam
b) Jika ia terlihat kesulitan dalam menelan, berikan obat nyeri atas
petunjuk dokter.
2. Kepanasan
a) Terlalu banyak aktivitas di hari yang panas, atau duduk di dalam
waktu lama di ruang yang panas dan penuh sesak bisa menyebabkan
berkeringat deras dan kehilangan cairan.
b) Berikan cairan lebih banyak dari biasanya dalam kondisi seperti ini.

34
3. Diare
a) Jika bayi sedang menderita infeksi saluran pencernaan atau flu
perut, ia akan kehilangan cairan melalui diare dan muntah-muntah.
b) Jangan berikan jus buah karena akan memperparah sakitnya
c) Jangan sembarangan memberikan obat anti diare tanpa petunjuk
diare.
d) Yang perlu dilakukan adalah memberikan ASI atau susu botol dari
biasanya, juga tambahkan air putih untuk bayi di atas 4 bulan.
e) Jika bayi sudah terlihat mulai dehidrasi segera berikan cairan
elektrolit.
4. Mual-Muntah
a) Infeksi pencernaan atau virus dapat menyebabkan mual-muntah
b) Berikan cairan elektrolit sedikit-sedikit tapi sering yaitu dua sendok
teh setiap 5 menit
c) Jika bayi bisa bertahan tidak muntah selama 1 jam, mulai berikan
cairan elektrolit 4 sendok teh 15 menit sekali.
I. Cedera Lahir
a. Definisi trauma atau cedera kelahiran
1. Trauma lain merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam
proses persalinan atau kelahiran (Ika, jilid 1)
2. Luka yang terjadi pada saat kelahiran amniosentesis, transfusi, intrauterin,
akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus dan luka yang terjadi
pada waktu melakukan resusitasi Aktif tidak termasuk dalam pengertian.
b. Perlakuan kelahiran atau trauma lahir :
1. Pengertian perlakuan kelahiran sendiri dapat berarti luas yaitu sebagai
trauma mekanis atau disebut trauma lahir dan trauma hipofisis yang
disebut sebagai asfiksia
2. Trauma lahir mungkin dapat dihindari atau dicegah tetapi ada kalanya
keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh
seorang ahli yang terlatih
3. Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan kecenderungan menurun

35
4. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya
pertimbangan seksio sesarea atau indikasi Adanya kemungkinan kesulitan
melahirkan bayi
5. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan Angka kejadian
trauma lahir
6. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar
antara 2-7 per 1000 kelahiran hidup.
c.Etiologi
 Faktor resiko
1. Beberapa faktor risiko yang dapat menaikkan Angka kejadian trauma lahir
antara lain adalah makrosomia, malpresentasi, presentasi ganda,
disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama,
persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya
faktor manusia penolong persalinan.
2. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir
bayi tersebut atau Phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu
melahirkan bayi.
3. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi
lokasi trauma lahir tertentu pula.
4. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri
atau bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.
5. Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula
trauma lahir yang bersifat hipoksik.
6. Pada bayi kurang bulan khususnya Terdapat hubungan hipoksis selama
proses persalinan dengan bertambahnya pendarahan per intraventrikuler
dalam otak.
d. Klasifikasi
1. Perlakuan pada susunan syaraf :
a. Paralisis pleksus brakialis, brachial palsy, terdiri dari yakni :
 Parlisis Erb-Duchene
a. Pengantar

36
1. Kerusakan cabang-cabang C5-C6 dari plexus biochialis menyebabkan
kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk Fleksi, abduksi, dan memutar
dengan keluar serta hilangnya refleks bisep dan moro.
2. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam
pronasi, dan telapak tangan ke dorsal.
3. pada trauma lahir erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukanya pula
Serabut saraf frenikus yang menginvasi otot diafragma.
4. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan
pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1-2 minggu
untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program
mobilisasi atau latihan.
5. Secara klinis di samping gejala kelumpuhan erb akan terlihat pula adanya
sindrom gangguan nafas.
b. Penanganan terhadap trauma plexus brachialis ditunjukkan untuk
mempercepat penyembuhan Serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot.
1. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi
tertentu selama 1-2 minggu yang kemudian diikuti program latihan.
2. Ada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit
dalam posisi yang berlawanan dengan posisi yang berlawanan dengan
posisi karakteristik kelumpuhan erg.
3. Lengan yang sakit di fiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksolotasi
pada sendi bahu fleksi 900.
 Paralisis Klumpe
a. Pengantar
1. Kerusakan cabang-cabang c8-1h1 flat shoes brachialis menyebabkan
kelemahan lengan otot-otot flek susu pergelangan maka bayi tidak dapat
mengepal.
2. Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi
menyebabkan kerusakan pada fleksus brachialis.

37
3. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi
dsitosia bahu. Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif telapak
tangan terkulai lemas sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif.
4. Jika serabut simpatis ikut terkena maka akan terlihat sindrom horner yang
ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan
hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homo lateral dari trauma
lahir tersebut.
b. Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imobilisasi dengan
memasang bidang pada telapak tangan dan sendi tangan yang sakit pada
posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
 Paralisis Nervus Frenikus
a. Pengantar
1. Traumal lahir Sarah vernicus terjadi akibat kerusakan Serabut saraf c3, 4, 5
yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam pleksus brachialis.
2. Serabut saraf renicus berfungsi menginervasi otot diafragma sehingga pada
gangguan radiologik yang menunjukkan adanya elevasi diafragma yang
sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang berlawanan.
 Pada pemeriksaan flouroskopi, di samping terlihat diafragma yang sakit
lebih tinggi dari yang sehat, terlihat pula gerakan paradoksimal atau
sesawmovements pada kedua hemidiafragma.
 Gambaran yang akan tampak adalah waktu inspirasi diafragma yang sehat
bergerak ke bawah sedang diafragma yang sakit bergerak ke atas,
gambaran sebaliknya tampak pada waktu ekspirasi.
 Pada pemeriksaan flouroskopi terlihat mediastinum bergeser ke atas,
gambaran sebaliknya tampak pada waktu ekspirasi.
 Pada pemeriksaan flouroskopi terlihat mediastinum bergeser ke posisi
normal pada waktu inspirasi.

1. Pengobatan ditunjukkan untuk memperbaiki keadaan umum bayi.


a. Bayi diletakkan miring ke bagian yang sakit, di samping diberikan terapi
O2.

38
b. Pemberian cairan intravena pada hari-hari pertama dapat dipertimbangkan
bila keadaan bayi kurang baik atau dikhawatirkan terjadinya asidosis.
c. Jika keadaan umum telah membaik, pemberian minum per oral dapat
dipertimbangkan.
d. Pada kasus demikian perlu pengawasan cermat kemungkinan pneumonia
hipostatik akibat gangguan fungsi diafragma pada bagian yang sakit.
e. Pemberian antibiotik saat dianjurkan bila gangguan pernafasan terlihat
berat atau kelumpuhan saraf frenikus bersifat bilateral, maka dapat
dipertimbangkan penggunaan ventilator.
f. Penggunaan Pacul elektirik diafragma dapat digunakan dianjurkan bila
sarana memungkinkan serta kontraksi otot diafragma cukup baik.
2. Tindakan benda dapat dilakukan bila nafas sangat berat atau sesak napas
sangat berat atau sesak nafas Bertambah berat walaupun telah dilakukan
pengobatan konservatif yang memadai.
a. Walaupun bayi tidak menunjukkan gejala sesak berat tetapi pada
pemeriksaan radiologi, 3-4 bulan kemudian fungsi hemidiafragma yang
sakit tidak menunjukkan kemajuan yang berarti maka perlu dipikirkan
terhadap kemungkinan tindakan bedah

b. Kerusakan Medula Spinalis


1. Gejala tergantung bagian mana dari medula spinalis yang rusak, dijumpai
gangguan pernapasan, kelumpuhan kedua tungkai dan retensi uterus.
2. Hal ini dapat terjadi letak sungsang, presentasi muka dan dahi atau pada
distosia persalinan, disebabkan tarikan, hipertensi atau hiperekstensi yang
berlebihan.
3. Penanganan dengan berkonsultasi pada bagian neurologi.
 Paralisis Pita Suara
1. Terjadi kerusakan pada cabang lain n.vagus menyebabkan gangguan suara
atau afonia, stridor inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan.
2. Hal ini disebabkan tarikan hiperfleksi atau hipertensi yang berlebihan di
daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini dapat menghilang sendiri

39
setelah 4-6 Minggu tetapi pada yang berat memerlukan penanganan
khusus seperti trakeostomi.
 Fraktur (patah tulang)
A. Fraktur Tulang Tengkorak
1. Jarang terjadi karena tulang tengkorak bayi masih cukup lentur dan adanya
daya molase pada sutura tulang tengkorak.
a. Trauma ini biasanya ditemukan pada kesukaran melahirkan kepala bayi
yang mengakibatkan terjadinya tekanan yang keras pada kepala bayi oleh
tulang pervis ibu.
b. Kemungkinan lain terjadinya trauma ini adalah pada kelahiran Sunan yang
disebabkan oleh jepitan keras umumnya berupa fraktur linear atau fraktur
depresi, fraktur basis kelamin yang terjadi.
2. Pada fraktur linear, secara klinis biasanya disertai adanya hematomaseval
di daerah tersebut.
a. Umumnya tingkah laku bayi terlihat normal saja kecuali bila fraktur linear
ini disertai pendarahan ke arah substrat atau subarachmoid.
b. Diagnosa fraktur atau visualinier tanpa komplikasi tidak memerlukan
tindakan khusus tetapi pemisahan tulang radiologik perlu memerlukan 4-6
minggu Kemudian untuk meyakinkan setelah terjadinya penutupan faktur
ini tersebut. Di samping untuk mengetahui secara Dini kemungkinan
terjadinya kista leptomeningeal secara Dini kemungkinan terjadinya kista
leptomeningeal di bawah tempat fraktur.
c. Prognosis fraktur linear baik biasanya akan sembuh sendiri dalam
beberapa Minggu.
d. Bila terjadi komplikasi seperti kista. pengobatan oleh bidang bedah saraf
harus dilakukan sedini mungkin.
3. Fraktur depresi secara klinik jelas terlihat raba adanya lekukan pada atap
tulang tengkorak.
a. Trauma lahir ini sering ditemukan pada kelahiran dengan cuman. Fraktur
depresi yang kecil tanpa komplikasi atau tanpa gejala neurologi biasanya
akan sembuh sendiri tanpa tindakan tetapi memerlukan observasi yang
teliti.

40
b. Pada lekukan yang tidak terlalu lebar tanpa gejala neurologik. beberapa
cara sederhana dapat dilakukan untuk mengangkat lekukan tersebut seperti
teknik penekanan pinggir fraktur atau dengan pemakaian pompa susu ibu
sebagai alat vakum pada lekukan tersebut .
c. Pada fraktur depresi yang besar apalagi jika disertai adanya trauma
intrakranial dan gejala kelainan neurologi perlu dilakukan intervensi
berdasarkan untuk mengangkat lekukan tulang tersebut guna mencegah
kerusakan korteks cerebri akibat penekanan lekukan tulang.
d. Prognosis fraktur depresi umumnya baik bila tindakan pengobatan yang
perlu dapat segera dilaksanakan.
B. Fraktur Tulang Klavikula
1. Pengantar
a. Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang sering
ditemukan di bandingkan dengan trauma tulang lainnya.
b. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami
kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada
waktu melahirkan bahwa atau sering juga terjadi pada lahan letak
sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.
c. Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur freenstick
walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini
ditemukan 1-2 minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan
kasus.
2. Gejala Klinis
a. Yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir
clavicula jenis greenstick adalah gerakan tangan kanan kiri tidak sama
b. Refleks Moro asimetris
c. Bayi menangis pada perabaan tulang clavicula
d. Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
3. Pengobatan trauma lahir fraktur tulang klavikula
a. Mobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat
pembentukan kalus

41
b. Lengan di fiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi
pergelangan siku 900
c. Umumnya dalam waktu 7-10 hari rasa sakit telah berkurang dan
pembentukan kalus telah terjadi

C. Fraktur Tulang Humerus

1. Pengantar
a. Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang
dengan tangan menjungkit ke atas.
b. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur.
c. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini jika
ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh
tulang pelvis.
d. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
2. Gejala Klinis
a. Berkurangnya gerakan tangannya sakit
b. Refleks Moro asimetris
c. Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
d. Jadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
e. Letak fraktur biasanya di daerah diafisi
f. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologic
3. Pengobatan trauma lahir fraktur tulang humerus
a. Mobilisasi selama 2 sampai 4 Minggu dengan fiksasi bidai
b. Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa tulang Tumpa tindih
ringan dengan deformitas, umumnya akan baik
c. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi maka tulang
yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk
panjang yang normal.

42
C. Fraktur Tulang Femur

1. Pengantar : umumnya fraktur pada kelahiran Sungsang dengan kesukaran


melahirkan kaki. Letak fraktur dapat terjadi di daerah epifasis, batang tulang
leher tulang femu.
2. Gejala Klinis
a. Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki
yang berkurang dan asimetris
b. Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya dengan formitas dan revitasi
pada tulang femur
c. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.

3. Pengobatan Fraktur Tulang Femur

a. Imobilisasi tungkai bawah dengan jalan fiksasi yang diikuti oleh program
latihan
b. Dirujuk ke bagian bedah tulang
 Perlakuan Jaringan Lunak Bayi Baru Lahir
a) Kaput Suksadenum
1. Definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan suksadenum
a. Kabut suksadenum merupakan benjolan yang difus di kepala terletak pada
prosentasi kepala pada waktu bayi lahir
b. Kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki Jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan
linkwe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa.
2. Gambaran klinisnya, benjolan kaput berisi cairan serum dan sering
bercampur sedikit darah
a. Cara klinis benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir pada perabaan
teraba benjolan lunak berbahayas tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi
bersifat edema tekan.
b. kaput suksadenum dapat terlihat secara setelah bayi lahir dan akan hilang
sendiri dalam waktu 2 sampai 3 hari umumnya tidak perlu melakukan
pengobatan khusus.

43
b) Sefahelatoma
1. Definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan sefahelatama
a. Sheva helatoma merupakan suatu pendarahan superiostal tulang tengkorak
terbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melewati sutura.
b. Sheva helatoma timbul pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan
vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi pada kelahiran Sungsang
yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
c. Akibatnya timbunan darah di daerah superiost yang dari luar terlihat
sebagian benjolan.
2. Tanda dan pemeriksaan klinis
a. di rongga Subperiost yang terjadi ini sifatnya perlahan-lahan benjolan
timbul biasanya baru tampak jelas beberapa jam Setelah bayi lahir dan
dapat membesar sampai hari kedua dan ketiga. Secara Klinis benjolan
sefahelatoma berbentuk benjolan difus, berbatas tegas, tidak melampaui
sutura karena periost tulang berakhir di sutura.
b. Pada perabaan traba adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan
darah yang letaknya dirongga Subperiost yang terjadi ini sifatnya
perlahan-lahan benjolan timbul biasanya baru tampak jelas beberapa jam
Setelah bayi lahir dan dapat membesar sampai hari kedua dan ketiga.
c. Sefahelatoma biasanya tampak di daerah tulang perietal, kadang-kadang
ditemukan di tulang frontal, benjolan hematoma festal dapat bersifat
solifer atau multipel.
3. Sefahelatoma
Pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Biasanya mengalami
resolusi sendiri dalam 2 sampai 3 minggu tergantung dari besar kecilnya
benjolan.
4. Sefahelatoma
Jarang menimbulkan perdarahan nasib yang memerlukan transfusi kecuali
pada bayi yang mempunyai gangguan pembekukan.
5. Pemeriksaan radiologi pada hematoma fesal hanya dilakukan jika ditemukan
adanya gejala susunan saraf pusat atau pada hematoma sefal yang terlalu

44
besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang suka dengan atau
tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.
C. Pendarahan Subafoneurosis
1. Perdarahan subafoneurosis merupakan perdarahan masih dalam jaringan
lunak di bawah lapisan aponeurosis epikranial.
2. Trauma lahir ini sering disebut pula sebagai hematoma sefal
subafoneurosis.
3. Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh vena emisaria
4. Pada perdarahan yang cepat dan luas, benjolan dapat teraba 12 jam setelah
bayi lahir.
 Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan yang lalu.
Dalam keadaan ini mungkin dapat timbul renjatan akibat perdarahan.
Pengobatan dalam keadaan ini berupa pemberian transfuse darah.
 Komplikasi lain adalah kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia akibat
resorpsi timbunan darah.

45
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn
bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran
berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Kualitas dari pelayanan kesehatan saat ini di tuntut untuk semakin
meningkat ke arah pelayanan yang lebih optimal. Hal tersebut didorong oleh
berbagai perubahan mendasar di masyarakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi
dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Terlebih lagi tuntutan dari
pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk
menerima pelayanan kesehatan termasuk perubahan tuntutan masyarakat pada
peningkatan pelayanan kebidanan. Salah satu pelayanan kebidanan yang juga
memerlukan peningkatan kualitas adalah pelayanan asuhan kebidanan terhadap
bayi hipotermia.
WHO memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal
terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada
periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti:
sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (Imral chair, 2007).
Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko
hipotermia pada bayi. Seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yang luas,
sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal
yang tidak diinginkan. Pentingnya pengetahuan dari seorang bidan tersebut dalam
pemberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir melatarbelakangi penulis dalam
pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis
memiliki kemampuan dan keterampilan standar walaupun mereka itu memiliki
latar belakang pendidikan sebagai profesional ahli.

46
DAFTAR PUSTAKA

Karlina, Novvi dkk.2016.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal &


Neonatal.Sumatera Barat: Penerbit In Media.

K. Arthur E. Birth Injury. Merck Manual Home Health Handbook, 2009

Lisnawati, Lilis. 2012. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal


dan Neonatal. Tasikmalayam: Trans Info Media.

Beletew, B., Mengesha, A., Wudu, M., & Abate, M. (2020). Prevalence of
Neonatal Hypothermia and its Associated factors in East Africa: A systematic
review and meta-analysis. BMC Pediatrics, 20(148), 1–14.

Jamil, siti nurhasiyah, Sukma, F., & Hamidah. (2017). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

47

Anda mungkin juga menyukai