Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASFIKSIA NEONATORUM
DOSEN PENGAMPU : Yuliasti Eka Purnamaningrum, SST, MPH

Kelompok 5 :
1. Lily Rahmawati (P07124221005)
2. Mahatma Citra Fatimah (P07124221012)
3. Fanesa Rahmawati (P07124221016)
4. Neriza Ega Salsadela (P07124221027)
5. Solohedela Viarosa BR Simbolon (P07124221038)
6. Aprilliana Renatya Suryanto (P07124221040)
7. Rani Rahmawati (P07124221041)
8. Alya Puteri Purnaningrum (P07124221051)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat

Larunia Nyalala, makalah yang berjudul "Asfiksia". Tujuan dari penulisan

makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang ustiksin pada bayi baru

lahir dan penanganannya agar dapat memukan angka mortalitas dan morbiditas

pada neonatus, Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang

tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan neonatus yang Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih

kepada Dosen yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah mi. serta

kepada sapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya yang senantiasa

memotivasi Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi

pembaca, Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah

ini, namun penulis menyadari mukalah ini belumlah sempurna. Oleh karena in

penulis mengharapkan kritik dan san yang sifatnya membangan guna

menyempurnakan makalah ini.

Penyusun

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar ................................................................................................
...........................................................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 2
A . Latar Belakang .................................................................................2
B . Tujuan Kegiatan ...............................................................................2
C . Rumusan Masalah .............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
A. Definisi .............................................................................................4
B. Etiologi .............................................................................................4
C. Patologi .............................................................................................6
D. Manifestasi ........................................................................................7
E. Penatalaksanaan ...............................................................................8
BAB III PENUTUP ................................................................................. 10
A. Kesimpulan ....................................................................................10
B. Saran .............................................................................................10
Daftar Pustaka...............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. .LATAR BELAKANG
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan ini
disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang
terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat
menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel
Duc,1971) .penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis
menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966)
yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada
bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta
komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama
kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada
hari-hari pertama setelah lahir(james,1959).Penyelidikan patologi anatomis yang
dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan
difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

2. TUJUAN
2.1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.

2.2. Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :


 Mengetahui definisi Asfiksia

2
 Mengetahui etiologi AsfiksiaMengetahui manifestasi klinis
Asfiksia
 Mengetahui komplikasi Asfiksia
 Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
 Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
 Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia

3. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa patologis klinis Asfiksia ?
4. Apa manifestasi Asfiksia ?
5. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFENISI ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.(¹ ² )
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan
tidak memerkikan istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan'
frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
2. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelu lahir lengkap.
3. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

2. ETIOLOGI

4
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan
perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir
sehagian hes;ir asfiksia bayi baru lahir meriip;ik;in kcltiniutan asfiksia janin,
karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa
gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini
akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan
pada :
 Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,
hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
 Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
 Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus

5
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-
lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan
pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi
pusat pernafasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah
intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya
hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.

3 PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat
dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu
(Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi
akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak

6
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada
tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan
hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak
yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.

4. MAN1FESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
 Apnea
 Pucat
 sianosis
 penurunan terhadap stimulus.

7
5. PENATALAKSANAAN KLINIS
Penanganan asfiksia neonatorum berbeda-beda, bergantung pada
penyebabnya. Namun secara umum, bayi yang mengalami asfiksia neonatorum
akan mendapatkan suplementasi oksigen saat lahir dan perlu menjalani perawatan
yang intensif di rumah sakit.
Bila asfiksia neonatorum disebabkan oleh gangguan membran hialin,
maka umumnya bayi akan dipasangi CPAP (continuous positive airway pressure).
Ini adalah alat untuk membantu pernapasan bayi dengan cara memasukkan
tekanan positif ke paru sehingga paru mengembang. Selain itu, surfaktan (zat
untuk mengembangkan paru) juga dapat diberikan.
Jika asfiksia disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium, maka segera
setelah bayi lahir, dokter akan menyedot mekonium di sepanjang saluran
pernapasan menggunakan suction.
Selain itu, umumnya antibiotik juga diberikan untuk mencegah dan
mengatasi infeksi paru. Bila mekonium yang masuk ke saluran napas cukup
banyak, umumnya pemasangan ventilator dan perawatan di ICU juga perlu
dilakukan.
Asfiksia yang disebabkan karena transient tachypnea of
newborn umumnya akan hilang dengan sendiri dalam waktu tiga hari setelah lahir.
Selama sesak masih terjadi, biasanya bayi cukup diberikan oksigen. Jika asfiksia
neonatorum terjadi akibat pneumonia, maka pengobatan dengan antibiotik wajib
diberikan Agar efektif, antibiotik akan diberikan dengan cara disuntik atau diinfus
ke pembuluh darah bayi.
1. Tindakan Umum
 Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah
agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari
saluran nafas ayang lebih dalam.

8
 Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik
bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul
kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
 Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan khusus
 Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui
pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang
telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan
tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul
lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
 Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok
(Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi
maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung,
buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-
bawah secara teratur 20x/menit
 Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada tidaknya asfiksia neonatorum dapat langsung diketahui oleh dokter
sesaat setelah bayi lahir dengan menghitung skor APGAR. Ini merupakan
pengecekan dokter untuk Appearance (apakah bayi tampak biru atau tidak), Pulse
(menilai denyut jantung bayi), Grimace (menilai respon bayi bila diberi
rangsangan), Activity (melihat kontraksi otot bayi), dan Respiration (menilai
bunyi napas bayi, terdengar atau tidak).
Masing-masing komponen tersebut diberi skor 0, 1, atau 2. Semakin baik
kondisi bayi, skor APGAR semakin tinggi.  Seorang bayi dianggap mengalami

9
asfiksia neonatorum bila skor APGARnya di bawah 7. Selain pemeriksaan skor
APGAR, umumnya foto rontgen dada juga akan dilakukan untuk membantu
mengetahui lebih detil penyebab asfiksia.
 Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2,
PH
 Pemeriksaan fungsi paru
 Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
 Gambaran patologi

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari etiologinya,asfiksia neonatorum bisa berasal dari banyak
factor,diantaranya:
1. Faktor ibu: hipoksia ibu,gangguan aliran darah uterus
2. Faktor plasenta: gangguan mendadak pada plasenta
3. Faktor fetus: kompresi umbilicus
4. Faktor neonates: depresi pusat pernapasan bayi baru lahir
Sedangkan berdasarkn klasifikasinya,asfiksia neonatorum dibagi:

10
1. Vigorous Baby
2. Mild Moderate asphyksia / asphyksia sedang
3. Asphyksia berat
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

2. SARAN
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum,diharapkan pembaca bias mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan
pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Panduan ASUHAN PERSALINAN NORMAL&INISIASI


MENYUSUI DINI. 2007. Edisi 3 (Refisi) Jakarta : Jaringan Pelatihan Klinik.
Rusepno, Hassan Dkk.1985. Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan Edisi Ke 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo .
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Setiawan S.Kp.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Cetakan I.

11
12

Anda mungkin juga menyukai