Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWAN PADA By. Ny. .

R S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG MAWAR
RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh :
Lafa Nolla
2017.C.09a.0896

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM
STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. R Dengan Diagnosa Medis Asfiksia
Neonatorum Di Ruang Mawar RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus
ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria S.Kep.,Ners. Selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Yelstria Ulina, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Ibu Lidia Amiyani, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing Klinik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada keluarga By. Ny. R yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai
kelolaan dalam asuhan keperawatan.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus
ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
LAMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Lafa Nolla
NIM : 2017.C.09a.0896
Program Studi : Sarjana Keperawatan

Judul : Laporan Studi Kasus Pada By. Ny. R Dengan Diagnosa Asfiksia
Neonatorum Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Telah melakukkan ujian praktik Pra klinik lapangan dan laporan studi kasus
sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III
Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Laporan Studi Kasus ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Yelstria Ulina, S.Kep., Ners.


DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Manfaat Masalah 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Asfiksia Neonatorum 1
2.1.1 Defenisi 1
2.1.2 Etiologi 5
2.1.4 Patofisiologi 9
2.1.5 Klasifikasi 15
2.1.6 Manifestasi Klinis 19
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 24
2.1.8 Penatalaksanaan 25
2.2.9 Komplikasi 30
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 34
2.2.1 Pengkajian 34
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 34
2.2.3 Rencana  Asuhan Keperawatan 35
2.2.4 Implementasi 35
2.2.5 Evaluasi 35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan 36
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan ini disertai
dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat
pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,1971)
.penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa
keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal
ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar
yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan
mmperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi
sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta
komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama
kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
hari pertama setelah lahir(james,1959).Penyelidikan patologi anatomis yang
dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan difus
pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada By. Ny. .R dengan Asfiksia
Neonaturium?
1.3 Tujuan Penulisan
13.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah agar
penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif yang
meliputi bio, psiko, soaial dan spritual pada By. Ny. .R dengan Asfiksia Neonaturium
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada By. Ny. .R dengan masalah Asfiksia
Neonaturium.
2) Menegakan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada By. Ny. .R
dengan masalah Asfiksia Neonaturium.
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul
pada By. Ny. .R dengan masalah Asfiksia Neonaturium.
4) Membuat Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat
pada By. Ny. .R dengan masalah Asfiksia Neonaturium.
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada By. Ny. .R dengan Asfiksia
Neonaturium.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penderita
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya tentang
Asfiksia Neonaturium dalam kehidupan sehari- hari dan dapat meningkatkan
motivasi untuk memeriksakan diri dalam berobat.
2. Bagi keluarga
Memberikan informasi dan saran bagi keluarga mengenai pentingnya
pengetahuan pada Asfiksia Neonaturium dan motivasi untuk memeriksakan
diri berobat.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat bahwa
pengetahuan tentang Asfiksia Neonaturium sangat dibutuhkan.
4. Bagi peneliti
Memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian
serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku
kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Asfiksia Neonaturium


2.1.1 Defenisi
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin,
2001)
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005). Jadi, Asfiksia
neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan
dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan
PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

Gambar 2.1.1 Bayi Baru Lahir


2.1.2 Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Pengolongan penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi terdiri dari :
2.1.2.1 Faktor Ibu
1) Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan
hipoksia janin.
2) Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke
plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
 Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni
atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
 Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
 Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2.1.2.2 Faktor plasenta

Gambar 2.1.2.2 Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
2.1.2.3 Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan
lahir dan lain-lain.
2.1.2.4 Faktor Neonatus

Gambar 2.1.2.4 Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
1) Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
2.1.3 Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul mulai dari saat kehamilan hingga
kelahiran bayi yang berupa :
2.1.3.1 Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
3) Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2.1.3.2 Pada bayi setelah lahir
1) Bayi pucat dan kebiru-biruan
2) Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3) Hipoksia
4) Asidosis metabolik atau respiratori
5) Perubahan fungsi jantung
6) Kegagalan sistem multiorgan
7) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata yang terdiri
dari tremor kecil yang cepat ke satu arah dan yang lebih besar, lebih
lambat, berulang-ulang ke arah yang berlawanan) dan menangis kurang
baik/tidak baik.
2.1.4 Patofisiologi
Janin yang kekurangan O2 sedangkan kadar CO2-nya bertambah, akan
menyebabkan muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut
jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O 2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak
air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila
janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara
teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis
glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena
gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang -
berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O 2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan
ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai
segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat
badan dan lamanya asfiksia.
FAKTOR PLASENTA DAN TALI PUSAT

Aliran darah menuju plasenta

WOC ASFIKSIA NEONAORUM


Transport O2 dan nutrisi

Pembuangan CO2

Metabolisme timbunan asam lakta dan asidosis

ASFIKSIA

Janin kekurangan CO2 dan kadar CO2

O2 kurang CO2 berlebih Pengisisan udara alveolus Hipoglikemia Penurunan aliran darah Menurunya perfusi ke Gangguan
tidak adekuat menurunkan volume usus metabolisme dan
vaskuler perubahan asam basa
Gerakan nafas, denyut Suplai glukosa otak menurun
jantung, tonus neumuskular Resistensi pembuluh darah Iskemia intestinal
paru Pelepasan vasopressin dan Asidosis respiratori
Apnue primer Metabolisme otak menurun reabsorbsi air dari duktus NEC
kolektivus
Sirkulasi paru dan tubuh lain ATP
Gangguan perfusi
terganggu MK : ventilasi
Kekurangan O2 terus
Memperparah cidera otak Oliguria
berlanjut Ketidakseimbangan
MK : Resiko penurunan nutrisi kurang dari
Bayi tampak kebiruan,
perfusi jaringan jantung Fungsi otak MK : Defisit volume kebutuhan
Nafas mengap-mengap dan pucat
terganggu cairan
dalam denut jantung terus
menurun, TD menurun, bayi
lemas (flaccid) MK : Gangguan PK : Kejang MK : Resiko
pertukaran gas ketidakseimbangan
suhu tubuh
Apnue sekunder

Asidosis respiratorik

MK : Pola napa tidak


efektif
2.1.5 Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2) Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak
ada.
3) Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksiaBayi tampak kebiruan,
berat. pucat

NILAI APGAR SCORE


TANDA
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada Lambat, < 100 x/mnt > 100 x/mnt
Usaha Napas Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
Tonus Otot Lunglai Beberapa fleksi ekstremitas Gerakan aktif
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
napas dibersihkan
Warna Kulit Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda seluruhnya
ekstremitas biru
Pemeriksaan apgar untuk bayi :
Keterangan :
Nilai 0-3   : Asfiksia berat
Nilai 4-6   : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa
asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2005), yaitu:
1) Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-
lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
2) Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal
itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa
pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun
sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran
bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan
asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi
keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat
melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian
menurut APGAR.
4) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb
15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5) Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
2.1.7 Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1) Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan ET (endotracheal tube) untuk memastikan pernapasan
terbuka
2) Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3) Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1) Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan
intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih
dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan
dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan
melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru
sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul
setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak
didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi
ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan
diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam
dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia
diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asfiksia sedang
Berikan stimulasi agar timbul reflek pernapasan, bila dalam waktu 30-
60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,
ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan
membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi
dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi
dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah
dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin akibat asfiksia adalah :
1) Sembab Otak
2) Pendarahan Otak
3) Anuria atau Oliguria
4) Hyperbilirubinemia
5) Obstruksi usus yang fungsional
6) Kejang sampai koma
7) Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Identitas
a. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal
mrs, tanggal pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
b. Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, umur)
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Kesulitan bernafas akibat bersihan jalan nafas atau hipoksia janin akibat otot
pernapasan yang kurang optimal.

b. Riwayat kesehatan dahulu


- Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal,
posnatal)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau
penyakit lainnya.

d. Kebutuhan dasar
- Sirkulasi
 Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah
60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
 Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/IV.
 Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
 Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
- Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.

- Makanan/ cairan
 Berat badan : 2500-4000 gram
 Panjang badan : 44-45 cm
 Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
- Neurosensori
 Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
 Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
 Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
- Pernafasan
 Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
 Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
 Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
- Keamanan
 Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
 Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala
mungkin ada (penempatan elektroda internal)

Diagnosa Keperawatan
2.2.2 Diagnosa yang biasa muncul pada anak dngan DHF yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak
2) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
4) Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius
5) Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota
keluarga
2.2.3 Perencanaan (tujuan, renpra, rasional)
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan kebutuhan oral/ 1. Untuk memungkinkan
nafas tidak efektif asuhan keperawatan diha- suction tracheal. reoksigenasi.
b.d produksi rapkan bersihan jalan nafas 2. Auskultasi suara nafas 2. Pernapasan bising, ronki dan
mukus berlebih kembali efektif, dengan sebelum dan sesudah mengi menunjukkan tertahan-
kriteria hasil : suction. nya secret.
3. Beritahu keluarga tentang 3. Membantu memberikan infor-
suction. masi yang benar pada keluarga.
4. Bersihkan daerah bagian 4. Mencegah obstruksi/aspirasi.
Indikator AT
tracheal setelah suction
Tidak menunjukkan selesai dilakukan.
demam 5. Monitor status oksigen
pasien, status hemodinamik
5. Membantu untuk
Tidak menunjukkan segera sebelum, selama dan
mengidentifikasi perbedaan
cemas sesudah suction
status oksigen sebelum dan
Rata-rata repirasi sesudah suction.
dalam batas normal

Pengeluaran sputum
melalui jalan nafas

Tidak ada suara nafas


tambahan

Tidak adanya sianosis

PaCO2 dalam batas


normal
PaO2 dalam batas
normal

Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
1.
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kepatenan 1. Untuk menghilangkan mucus
efektif b.d asuhan keperawatan diharap- jalan nafas dengan yang terakumulasi dari
hipoventilasi/ kan pola nafas menjadi efektif melakukan pengisapan nasofaring, tracea.
hiperventilasi dengan kriteria hasil : lender
2. Auskultasi jalan nafas
untuk mengetahui adanya 2. Bunyi nafas menurun/tak ada
penurunan ventilasi bila jalan nafas obstruksi
Indikator AT sekunder. Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan
Pasien menunjukkan
nafas/kegagalan pernafasan.
pola nafas yang efektif
3. Memaksimalkan bernafas dan
3. Berikan oksigenasi sesuai menurunkan kerja nafas.
Ekspansi dada simetris
kebutuhan
Tidak ada bunyi nafas
tambahan

Kecepatan dan irama


respirasi dalam batas
normal
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi 1. Penurunan bunyi nafas dapat
pertukaran gas b.d keperawatan pada pasien diha- nafas, kedalaman nafas dan menunjukkan atelektasis. Ronki,
ketidakseimbangan rapkan pertukaran gas teratasi, produksi sputum mengi menunjukkan akumulasi
perfusi ventilasi dengan kriteria hasil : secret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang
dapat menimbulkan peningkatan
kerja pernafasan.
Indikator AT
2. Penurunan kandungan oksigen
Tidak sesak nafas (PaO2) dan/atau saturasi atau
peningkatan PaCO2
Fungsi paru dalam 2. Pantau saturasi O2 dengan menunjukkan kebutuhan untuk
batas normal oksimetri intervensi/perubahan program
terapi.
3. Alat dalam memperbaiki
hipoksemia yang dapat terjadi
Keterangan :
3. Berikan oksigen tambahan sekunder terhadap penurunan
1. Keluhan ekstrim yang sesuai. ventilasi/menurunnya
2. Keluhan berat permukaan alveolar paru.
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
1.
2.2.4 Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Implementasi adalah pengolahan dari perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkjian
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang Mawar RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada hari Rabu, Tanggal 10 Juni 2020 pukul 09.00 Wib Pagi
didapatkan hasil :
3.1.1 Identitas
1) Identitas bayi
Nama bayi : By. Ny. R
TTL : Palangkaraya, 9 Juni 2020
Jam kelahiran : 05.20 Wib
2) Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. S
Umur ayah : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama ayah : Kristen
Nama ibu : Ny. R
Umur ibu : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama ibu : Kristen
3.1.2 Riwayat Persalinan
1) Awal Persalinan (hari/tanggal/jam)
Ny. R melahirkan pada Selasa, 09 Juni 2020 pukul 05.20 Wib dengan
jenis kelamin perempuan.
2) Lama Persalinan
Lama persalinan Ny. R 1 jam
3) Komplikasi Persalinan
Tidak ada komplikasi selama persalinan
4) Cara Melahirkan
Ny. R melahirkan dengan cara Spontan
5) Tempat Melahirkan
Ny. R melahirkan di ruang VK Ponek
6) Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Ny. R 34 minggu
7) Riwayat Kesehatan Ibu
Sewaktu hamil Ny.N tidak mempunyai riwayat penyakit apapun selama
hamil ibu tidak ada pernah mengalami trauma fisik/psikologis. Riwayat
kehamilan G1P1A0, Usia kehamilan 34 minggu. Selama kehamilan ibu
rajin kontrol ke dokter spesialis kandungan trimester 1 sampai dengan
trimester ke 2.
2.1.1 Pemeriksaan Fisik Neonatus
1) Antropometri
a. Berat badan
By.Ny. R memiliki berat badan 3.080 kg
b. Panjang badan
By.Ny. R memiliki panjang badan 49 cm
c. Lingkar kepala
By.Ny. R memiliki lingkar kepala 30 cm
d. Lingkar dada
By.Ny. R memiliki lingkar dada 33 cm
2) Perrnapasan dan peredaran darah
a. Pernapasan/RR
Pernapasan By.Ny. R 64x/menit , type pernapasan By. Ny. R dada dan
perut , irama pernapasan tidak teratur, suara nafas vesukuler, dan ada
suara nafas tambahan ronchi basah, dan APGAR score : 3/5
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Seluruh tubuh Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
(warna kulit) biru atau putih Ekstermitas biru kemerah-merahan
Pulse
Tidak ada <100 x/ menit > 100 x/ menit
(Frekuensi jantung)
Grimance
Tidak ada Gerakan sedikit Batuk/Bersin/Menangis
(reflek)
Activity Tidak Ada Fleksi ekstremitas Fleksi kuat, gerak
(tonus otot) Gerakan (Lemah) lambat
Respiration Lambat atau  tidak Menangis kuat atau
Tidak ada
(pernapasan) teratur (Merintih) keras

b. Frekuensi denyut jantung


Frekuensi By.Ny. R 89x/menit
c. Kelainan/keluhan lain
By.Ny. M pada saat lahir bayi tidak menangis dan disertai kebiruan
badan dan ekstremitas terlihat pucat , pasien tampak lemah, air
ketuban jernih, lama ketubah pecah 30 menit dan bayi dalam
incubator.
d. Suhu tubuh(axial)
Suhu tubuh axial By. Ny. R S 36,6oC
e. Kepala/leher
Kepala simetris , fontanel lunak, tidak cengkung dan tidak menonjol,
wajah simetris.
f. Mata
Mata By.Ny. R terdapat dischart pada mata, sclera tidak tidak ikteris.
g. THT
Bentuk telinga By.Ny. R simetris, dan tidak ada cairan abnormal.
h. Toraks
Toraks By.Ny. R simetris, normal
i. Abdomen
Abdomen By.Ny. R simetris tidak ada kelainan
j. Spina/tulang belakang (spina bifida)
By.Ny. R tidak mengalami kelainan tulang belakang (spina bifida)
k. Kulit
Struktur kulit By. Ny.R keadaan kulit bayi halus dan telihat kulit
bersih dan kulit bayi tampak kebiruan.

l. Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas


Ekstemitas atas :
Lengkap tidak ada kelainan, akral dingin dan sianosis, bayi terlihat
fleksi hipertonik. Gerakan lemah SpO2 100%.
Ekstemitas bawah :
Lengkap tidak ada kelainan, akral dingin dan pucat, tidak ada
kelainan, dan gerakan lemah.
m. Tali pusat
Terlihat bersih dan tidak ada infeksi
n. Anus
memiliki lubang anus yang terbentuk sempurna
o. Mekonium
Tidak ada
p. Refleks: (moro,menggengam, menghisap, berjalan)
Bayi memiliki refleks moro baik, refleks menggenggam ada, menurun
dan refleks mengisap lemah. Meringis atau menanggis lemah ketika
distimulasi.

2.1.2 Pemeriksaan Penunjang


No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Leukosit 39400 u/L 4300-11400 u/L
2 Hematokit 37% 37%
3 Hemoglobin 12,1 14,9-23,7
4 Glukosa Sewaktu 80 mg/dL 76-110 mg/dL

2.1.3 Penatalaksanaan Medis


No Obat Indikasi Dosis Rute
1 Inf. D10% Untuk mengganti kekurangan cairan 8 tpm IV
2 Inj. Vicilin Untuk mengobati infeksi yang 2x155 gram IV
disebabkan oleh bakteri yang peka
terhadap ampicillin sepert infeksi
saluran pernapasan
3 Ampicillin O2 head box 6-7 lpm Oral

Palangka Raya,10 Juni 2020


Mahasiswa
(Lafa Nolla)
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
1. Ds : Ibu By. Ny. R O2 kurang CO2 berlebih Pola nafas tidak efektif
Mengatakan Anaknya
sesak napas
Do : Gerakan napas, denyut
 Rr : 64x/menit jantung, tonus
 APGAR score 3/5 neumuskular
 Ekstremitas terlihat
pucat Apnue primer
 Ujung tangan dan
bibir terlihat sianosis
 Terpasang O2 Kekurangan O2 terus
headbox 7 lpm berlanjut
 Spo2 100%
 Pernapasan By. Ny. R
Napas mengap-mengap
dada dan perut
dan dalam denyut jantung
 Irama pernapasan
terus menurun, TD
tidak teratur
menurun, bayi lemas
 Nafas vesukuler
 Ada suara nafas
tambahan ronchi Apnue sekunder
basah

Asidosis respiratori

2. Ds : Orang tua By. Menurunnya perfusi ke Defisit nutrisi


Ny. R mengatakan usus
anaknya tidak
mendapatkan ASI, dan
pada saat diberikan susu
melalui dot anaknya Iskemia intestinal
tidak dapat menghisap
dengan baik
Do : NEC
 Refleks menghisap
lemah
 BBL : 3080 gram Bayi tampak kebiruan
 Pasien dilakukan pucat
rawat pisah dengan
ibunya
 Klien terpasang NGT
 Hasil pemeriksaan
hemotologi :
- Hb 12,1 gr%
- Hematokrit 37%
- Glukosa sewaktu 0
mg/dL
PRIORITAS MASALAH

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Asidosis respiratori di tandai


dengan Ibu By. Ny. R Mengatakan Anaknya sesak napas, Rr : 64x/menit
APGAR score 3/5, ekstremitas terlihat pucat, ujung tangan dan bibir terlihat
sianosis, terpasang O2 headbox 7 lpm, SpO2 100%, pernapasan By. Ny. R
dada dan perut, irama pernapasan tidak teratur, nafas vesukuler dan ada suara
nafas tambahan ronchi basah.
2. Defisit nutrisi brhubungan dengan Bayi tampak kebiruan pucat di tandai
dengan Orang tua By. Ny. R mengatakan anaknya tidak mendapatkan ASI,
dan pada saat diberikan susu melalui dot anaknya tidak dapat menghisap
dengan baik, refleks menghisap lemah, BBL : 3080 gram, pasien dilakukan
rawat pisah dengan ibunya, klien terpasang NGT, hasil pemeriksaan
hemotologi Hb 12,1 gr% Hematokrit 37% dan glukosa sewaktu 0 mg/dL
RENCANA KEPERAWATA
Nama Pasien : By. Ny. M
Ruang Rawat : Mawar
Diagnosa : Asfiksia Neonatorum

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui pola napas
berhubungan dengan pemeriksaan selama 1x7 2. Monitor bunyi napas tambahan pasien
Asidosis respiratori jam diharapakan pola 3. Posisikan semi fowler 2. Untuk mengetahui bunyi nafas
nafas pasien normal 4. Lakukan penghisapan lender pasien
dengan kriteria hasil : kurang dari 15 detik 3. Agar pasien merasa nyaman
1. pola nafas pasien 5. Berikan oksigen 4. Untuk mengurangi sesak pada
kembali normal 6. Kolaborasi dengan tim dokter pasien
2. pasien tidak sesak dalam pemberian terapi obat 5. Mengurangi sesak napas klien
3. Pernapasan normal 6. Untuk mengatasi masalah klien
35-40 x/menit

Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Obsevasi intake dan output 1. Untuk mengetahui seberapa
brhubungan dengan Bayi pemeriksaan selama 1x7 pasien parah kekurangan nutrisi pasien
tampak kebiruan pucat jam diharapakan pasien 2. Anjurkan ibu pasien menyusui 2. Untuk memenuhi kebutuhan
dapat menelan makan anaknya 1 jam sekali nutrisi klien
dengan baik dengan 3. Berikan edukasi tentang 3. Agar ibu pasien dapat mengerti
kriteria hasil : penyebab bayinya tidak mau tentang penyakit anaknya
1. Pasien dapat menelan menyusu dan kebutuhan nutrisi 4. Untuk memenuhi kebutuhan
makanan dengan baik bayi nutrisi pasien
2. Nutrisi pasien 4. kolaborasi dengan tim ahli gizi
terpenuhi dalam pemberian terapi
makanan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny. M
Ruang Rawat : Mawar
Diagnosa : Asfiksia Neonatorum

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Rabu, 10 Juni Diagnosa 1 : S : Orang tua pasien mengatakan anaknya
1. Memonitor pola napas masih sesak
2020
O : - Pasien tampak sesak
2. Memonitor bunyi napas tambahan
- Pasien tampak lemah
3. Memposisikan semi fowler - Pasien tampak sesak
- Pernapasan 64 x/menit
4. Melakukan penghisapan lender
A : Masalah belum teratasi
kurang dari 15 detik P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5, dan 6
Lafa Nolla
5. Memberikan oksigen
6. Berkolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian terapi obat

Rabu, 10 Juni Diagnosa 2 : S : Orang tua pasien mengatakan anaknya


1. Mengobservasi intake dan output masih belum bisa menyusui dengan baik
2020
pasien O : - Pasien tampak tidak mau menyusui
2. Menganjurkan ibu pasien menyusui - Pasien tampak gelisah
anaknya 1 jam sekali - Pasien tampak lemah
3. Memberikan edukasi tentang - pasien tampak terpasang NGT
penyebab bayinya tidak mau A : Masalah belum teratasi Lafa Nolla
menyusui dan kebutuhan nutrisi P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
bayi
4. Berkolaborasi dengan tim ahli gizi
dalam pemberian terapi makanan

Kamis, 11 Juni Diagnosa 1 : S : Orang tua pasien mengatakan sesak nafas


1. Memonitor pola napas pada anaknya sedikit berkurang
2020
O : - Sesak nafas pasien sedikit berkurang
2. Memonitor bunyi napas tambahan
- Pasien tampak lemah
3. Memposisikan semi fowler - Pernapasan 60 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
4. Melakukan penghisapan lender
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6
kurang dari 15 detik
5. Memberikan oksigen
6. Berkolaborasi dengan tim dokter
Lafa Nolla
dalam pemberian terapi obat

Kamis, 11 Juni S : Orang tua pasien mengatakan anaknya mau


menyusui sedikit demi sedikit
2020
O : - Pasien tampak mau menyusui
- Pasien tampak tenag
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

Lafa Nolla
DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.1996. Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book
Doenges, E. Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Johnson,Marion, dkk.2000.  Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis
:Mosby Year-Book
Manuaba, I. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Straight, B. (2004). Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :EGC
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-
2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Wilkinson, J.M. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Lafa Nolla
NIM : 2017.C.09a.0896
Kasus : Asfiksia Neonatorum
Ruang : Mawar

No Hari/Tangga Catatan Pembimbing


l

Anda mungkin juga menyukai