Disusun Oleh :
Meitri Trolan
NIM. 2021-01-14901-044
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: garis keturunan
: pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah, pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis (GCS 15)
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : compos mentis
b. Ekspresi wajah : meringis
c. Bentuk badan : Ideal
d. Cara berbaring/bergerak : supine
e. Berbicara : jelas
f. Suasana hati : sedih
g. Penampilan : cukup rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : baik, pasien dapat membedakan siang
malam
Orientasi Orang : baik, pasien dapat mengenal orang-
orang disekitarnya
Orientasi Tempat : baik, pasien mengetahui dirinya
sedang di RS
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh ideas
Lainnya
k. Insight : Baik Mengingkari Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada keluahn lainnya
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,4 0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 80 x/mt
c. Pernapasan/RR : 23 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 110/70mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : (Tidak ada) Batang/hari
Batuk, sejak (Tidak ada)
Batuk darah, sejak (Tidak ada)
Sputum, warna (Tidak ada)
Sianosis (Tidak ada)
Nyeri dada (Tidak ada)
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya……………
Keluhan lainnya :
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal, S1 S2 (lup dup)
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (pergerakan mata spontan)
V : 5 (orientasi verbal baik)
M : 6 (Gerakan motoric sesuai perintah)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi ………………………………..
Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Tremor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Klien dapat mencium bau makanan dengan
baik
Nervus Kranial II : Klien dapat melihat dengan baik
Nervus Kranial III : Releks pupil positif, dapat menggerakan dan
memejamkan mata
Nervus Kranial IV : Tidak memiliki penglihatan ganda
Nervus Kranial V : Dapat mengunyah makanan dengan baik
Nervus Kranial VI : Dapat melihat kekanan & kekiri dengan bola
mata yang terkendali
Nervus Kranial VII : Dapat merasakan rasa pahit obat
Nervus Kranial VIII : Dapat mendengar dengaan baik
Nervus Kranial IX : Dapat menelan dengan baik
Nervus Kranial X : Cara berbicara baik
Nervus Kranial XI : Klien dapat memalingkan kepala dengan baik
Nervus Kranial XII : Klien dapat menjulurkan lidah kedepan
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Trisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Brakioradialis : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Patella : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Akhiles : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Refleks Babinski Kanan +/- Kiri +/-
Refleks lainnya :
Uji sensasi :
Keluhan lainnya :
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : Tn. B mengatakan bahwa sebelum sakit Tn. B
melakukan semua aktivitas secara mandiri baik
mandi, makan minum dan bekerja
Selama sakit : Tn. B mengatakan bahwa selama sakit semua
aktivitas dilakukan dengan bantuan
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Tn. B mengatakan jika ada masalah keluarga, menyelesaikannya
dengan cara musyawarah. Tn. B mengatakan pasien termasuk orang
yang terbuka. Sehingga jika ada masalah selalu diceritakan pada anak
ataupun anggota keluarga yang lain
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
8. Nilai-Pola Keyakinan
Tn. B mengatakan bahwa pasien beragama Islam dan tidak ada
pengobatan yang dilakukan di RS yang bertentangan dengan agamanya
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Baik, tidak ada masalah
2. Bahasa sehari-hari
Dayak, Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Kooperatif
5. Orang berarti/terdekat :
Istri dan anak-anaknya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Beristirahat dan berkumpul keluarga
7. Kegiatan beribadah :
Sholat 5 waktu
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Parameter Hasil Nilai Normal
WBC 7.91 (10^3/uL) 4.50 – 11.00
RBC 4.21 (10^6/uL) 4.00 – 6.00
HGB 13.1 (g/dL) 10.5 – 18.0
HCT 34.0 % 37.0 – 48.0
PLT 74 (10^3/uL) 150 – 400
Ureum 57 mg/dL 21 – 53
Creatinine 1.47 mg/dL 0.17 – 1.5
SGOT 78 U/L L < 37
P < 31
SGPT 41 U/L L <42
P < 32
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat Rute Dosis Indikasi
Inf. Ampicilin IV 2x1 antibiotik yang digunakan
untuk mengatasi infeksi
bakteri
Inj. Methylprednisolon IV 1x1 sebagai antiinflamasi
Inj. Pantoprazole IV 2x30mg obat untuk meredakan
keluhan dan gejala akibat
peningkatan asam lambung
Curcumin syr Oral 3x5cc Suplemen untuk
meningkatkan nafsu makan
dan sebagai terapi alternatif
Hepatitis.
Sanmol k/p Oral 3x500mg penurun demam
Lactulose Oral 3x10ml untuk mengatasi konstipasi
atau sulit buang air besar
Palangka Raya,
Mahasiswa
Meitri Trolan
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN
MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan nyeri pada masuknya bakteri letospira Nyeri Akut
kedua kaki dan badan
P : nyeri saat ditekan atau digerakkan menyebar ke seluruh tubuh
Q: Klien mengatakan nyeri seperti
infeksi
ditekan dengan kuat
R: Klien mengatakan nyeri bagian merangsang respon nyeri
kaki
S : skala nyeri 5 sedang Nyeri Akut
T: Klien mengatakan nyeri saat
ditekan atau digerakkan dan akan
hilang setelah 5-10 menit
DO :
- Ekspresi wajah klien tampak
meringis
- Cara berbaring klien Supine
(terlentang)
- terpasang Infus NaCl 0,9% 30 tpm
ditangan kiri
- TTV:
TD : 110/70 mmHg
N:80x/menit
R:23x/menit
S:36oC
DS : Klien mengatakan badannya lemah infeksi bakteri letospira Intoleransi aktivitas
DO :
- Nyeri pada lokasi gastrocnemius menyebar ke seluruh tubuh
(betis)
kerusakan di sekitar sel
- Bengkak pada ekstremitas bawah
- Uji kekuatan otot ekstremitas bawah edema bagian yang terinfeksi
3|3
intoleransi aktivitas
DS : Klien mengatakan mual muntah 3 fase letospiremia Deficit nutrisi
hari lalu
DO : gangguan gastrointestinal
- Mual muntah 3 hari yang lalu
mual, muntah
- Frekuensi makan 1-2x / har
- Pasien hanya menghabiskan ½ porsi intake nutrisi tidak adekuat
makanannya
- Pasien mendapatkan diet lunak dari
RS deficit nutrisi
- Nafsu makan berkurang
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan infeksi ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan nyeri pada kedua kaki dan badan
P : nyeri saat ditekan atau digerakkan
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan dengan kuat
R : Klien mengatakan nyeri bagian kaki
S : skala nyeri 5 sedang
T: Klien mengatakan nyeri saat ditekan atau digerakkan dan akan hilang
setelah 5-10 menit
DO :
- Ekspresi wajah klien tampak meringis
- Cara berbaring klien Supine (terlentang)
- terpasang Infus NaCl 0,9% 30 tpm ditangan kiri
- TTV:
TD : 110/70 mmHg
N:80x/menit
R:23x/menit
S:36oC
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Mengetahui gangguan fungsi
(D.0056) berhubungan keperawatan 3x24 jam diharapkan mengakibatkan kelelahan tubuh yang mengakibatkan
dengan malaise toleransi aktivitas meningkat, 2. Anjurkan tirah baring kelelahan
dengan kriteria hasil: 3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah 2. Mengindari kelelahan
- Kemudahan dalam melakukan stimulus 3. Membuat pasien lebih rileks
aktivitas sehari-hari meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika 4. Membantu pasien dalam
- Kekuatan tubuh bagian atas tidak dapat berpindah atau berjalan beraktifitas
dan bawah meningkat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara 5. Untuk meningkatkan asupan
- Keluhan Lelah menurun meningkatkan asupan makanan tenaga
Deficit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam 2. Monitor asupan makanan 2. Mengetahui asupan makanan
gangguan gastrointestinal kemampuan saluran cerna untuk 3. Monitor berat badan 3. Mengetahui berat badan
memasukkan dan mencerna 4. Ajarkan diet yang diprogramkan 4. Mengedukasi pasien tentang diet
makanan serta menyerap nutrisi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk yang diprogramkan
dan membuang zat sisa membaik, menentukan jumlah kalori dan jenis 5. Untuk menambah nutrient dan
dengan kriteria hasil: nutrien yang dibutuhkan kalori yang dibutuhkan
- Toleransi terhadap makanan
meningkat
- Nafsu makan meningkat
- Mual menurun
- Muntah menurun
- Warna feses membaik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Setadi, B. dkk. 2011. Petunjuk Praktis Leptospirosis. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3,
Desember 2011
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
C. Metode
Ceramah dan Demonstrasi
D. Media
Leaflet manajemen nyeri
G. Evaluasi
Prosedur : Langsung
Bentuk pertanyaan : Lisan
Sumber
Smeltzer & Bare. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
MATERI
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan
(Wardani, 2014).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala
ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti ditusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan
mabuk. Terlebih, setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat
disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau
meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan
tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu
bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2014).
2. Klasifikasi
Menurut Potter & Perry (2010) secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu,
a. Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya
berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan
tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang
terjadi adalah nyeri pasca pembedahan (Potter & Perry, 2010).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan
penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini sering tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga sering di definisikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun
enam bulan 18 merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk
membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2010).
3. Pengukuran skala nyeri
a. Skala Deskriptif Verbal (VDS)
Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari
tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang
sama di sepanjang garis. Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri”
sampai “nyeri tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klien skala tersebut
dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan
(Potter & Perry, 2010).
b. Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10 (Potter & Perry, 2010).
c. Skala Analog Visual (VAS)
VAS adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada ujungnya. Skala ini
memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri
(Potter & Perry, 2010).
d. Skala Nyeri Wajah
Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri),
kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang
sangat) (Potter & Perry, 2010).
4. Manajemen Nyeri
a. Farmakologi
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan
nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri terutama untuk nyeri
yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan
berhari-hari. Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri
adalah analgesik. Menurut Smeltzer & Bare (2015), ada tiga jenis
analgesik yakni:
a) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan
nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien
yang rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.
b) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan
untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi.
Efek samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan,
sedasi, konstipasi, mual muntah.
c) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative,
anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan
mual (Potter & Perry, 2010).
b. Non Farmakologi
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam
pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang
obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun
banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu
menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki
resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan
pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2015).
Contoh-contoh manajemen nyeri non farmakologi yaitu sebagai berikut:
1. Terapi Perilaku
Terapi perilaku dilakukan dengan cara melatih kontrol/ kendali klien
terhadap respon nyeri.
a. Hipnotis: membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif.
b. Distraksi: mengalihkan perhatian terhadap nyeri dan efektif untuk
nyeri ringan sampai sedang.
Contoh:
- Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola, dsb);
- Distraksi audio (mendengar mus- ik, radio, dsb);
- Distraksi sentuhan (massage/ pi- jat, memegang mainan, dsb);
dan
- Distraksi intelektual (merangkai puzzle, bermain catur, dsb).