OLEH KELOMPOK II
CARNIA S.S.TARUKALLO
LIDIA SURIANA S
HERMIN P.
MELI
MARSELINUS S.
A.Latarbelakang
B.TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi retinopati DM
A.KONSEP MEDIS
definisi
Retinopati merupakan kelompok penyakit pada retina mata (selaput jala) yang
ditandai dengan gejala penurunan tajam penglihatan tanpa disertai proses inflamasi. Sering
merupakan manifestasi okular (gejala pada mata) dari suatu penyakit sistemik. retinopati
diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang diandai oleh kerusakan dan sumbatan-
sumbatan pembuluh halus yang meliputi arteriol prekaipler retina, kapiler-kapiler dan vena-
vena.
Retinopati diabetik termasuk salah satu komplikasi mikrovaskular dari penyakit
diabetes melitus yang tidak boleh dianggap remeh karena kondisi inilah yang paling sering
menimbulkan kebutaan pada penderita diabetes
Retinopati diabetik terdiri dari 2 stadium, yaitu :
Merupakan stadium awal dari proses penyakit Retinopati Diabetik. Selama menderita
diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil pada mata melemah
sehingga timbul tonjolan kecil pada pembuluh darah tersebut (mikroaneurisma) yang dapat
pecah sehingga membocorkan cairan dan protein ke dalam retina.
Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan pembentukan bercak berbentuk
cotton wool berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang berwarna putih
kuning (eksudat yang keras) juga terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak
mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan protein dari pembuluh darah yang rusak
menyebabkan pembengkakan pada pusat retina (makula). Keadaan ini yang disebut makula
edema, yang dapat memperparah pusat penglihatan seseorang.
Retinopati Prapoliferatif
Retinopati Proliferatif
Retinopati proliferative merupakan stadium yang lebih berat pada penyakit retinopati
diabetik. Bentuk utama dari retinopati proliferatif adalah pertumbuhan (proliferasi) dari
pembuluh darah yang rapuh pada permukaan retina. Pembuluh darah yang abnormal ini
mudah pecah, terjadi perdarahan pada pertengahan bola mata sehingga menghalangi
penglihatan.
Juga akan terbentuk jaringan parut yang dapat menarik retina sehingga retina terlepas
dari tempatnya. Jika tidak diobati, retinopati proliferatif dapat merusak retina secara
permanen serta bahagian-bahagian lain dari mata sehingga mengakibatkan kehilangan
penglihatan yang berat atau kebutaan (Melayu, 2008; Brunner & Suddarth, 2001).
patofisiologi
Penyebab kebutaan pada retinopati diabetik dapat terjadi karena proses berikut, antara lain:
1) Retinal Detachment (Ablasio Retina)
Peningkatan sintesis growth factor pada retinopati diabetik juga akan menyebabkan
peningkatan jaringan fibrosa pada retina dan corpus vitreus. Suatu saat jaringan fibrosis ini
dapat tertarik karena berkontraksi, sehingga retina juga ikut tertarik dan terlepas dari tempat
melekatnya di koroid. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya ablasio retina pada
retinopati diabetik.
2) Oklusi vaskular retina
Penyempitan lumen vaskular dan trombosis sebagai efek dari proses biokimiawi
akibat hiperglikemia kronis pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya oklusi vaskular retina. Oklusi vena sentralis retina akan menyebabkan
terjadinya vena berkelok-kelok apabila oklusi terjadi parsial, namun apabila terjadi oklusi
total akan didapatkan perdarahan pada retina dan vitreus sehingga mengganggu tajam
penglihatan penderitanya. Apabila terjadi perdarahan luas, maka tajam penglihatan
penderitanya dapat sangat buruk hingga mengalami kebutaan. Perdarahan luas ini biasanya
didapatkan pada retinopati diabetik dengan oklusi vena sentral, karena banyaknya dinding
vaskular yang lemah. 3, 4
Selain oklusi vena, dapat juga terjadi oklusi arteri sentralis retina. Arteri yang
mengalami penyumbatan tidak akan dapat memberikan suplai darah yang berisi nutrisi dan
oksigen ke retina, sehingga retina mengalami hipoksia dan terganggu fungsinya. Oklusi arteri
retina sentralis akan menyebabkan penderitanya mengeluh penglihatan yang tiba-tiba gelap
tanpa terlihatnya kelainan pada mata bagian luar. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat
seluruh retina berwarna pucat.
3) Glaukoma
Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum jelas. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada retinopati diabetik sehubungan
dengan neovaskularisasi yang terbentuk sehingga menambah tekanan intraokular.
Manifestasi klinis
Retinopati diabetik sering asimtomatis, terutama pada tahap awal penyakit. Seiring
dengan bertambah beratnya penyakit, penglihatan pasien dapat memburuk atau bierubah-
ubah. Retinopati tahap lanjut dapat berakibat kebutaan total.
Non-proliferative diabetic retinopathy dikarakteristikan pada tahap awal dengan
ditemukannya bilateral dot/bintik perdaraan intraretina, eksudat baik keras maupun tidak,
mikroaneurisma, dan cotton wool spots. Dengan bertambah beratnya retinopati, dapat terlihat
rangkaian vena dan abnormalitas pembuluh darah kecil intraretina.
Kehilangan penglihatan berhubungan dengan iskemia dan edema makula,
digolongkan CSME apabila terdapat salah satu dari:
1. Penebalan retina <500 μm dari tengah fovea
2. Hard exudatei <500 μm dari tengah fovea dengan penebalan disekitarnya
3. Penebalan retina >1 diskus pada daerah <1 diskus diameter dari tengah fovea pada titik-
titik kebocoran.
pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain:
Diperiksa seluruh permukaan fundus sampai belakang penggantung lensa dapat dilihat
dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan midirasil.
Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita selain ditetes
medriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga gambaran detail halus epitel
pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan integritas
fungsinya. Selain itu FFA juga berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit
Retina dan Khoroid.
Adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk mengkoagulasikan jaringan,
tujuannya merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain menghilangkan adanya
pembuluh darah, melekatkan jaringan chorioretina yang terlepas maupun robek dll.
Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca keruh akibat
pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan ikat dibadan kaca
yang akan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau
ablasio-retina. Operasi Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga
mengupas jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan
photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina dapat dihindarkan.
CPenatalaksanaan
Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser.
Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia
retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh
darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik
kebocoran.
B. KONSEP KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1). DS :
L Mata silau,bila terkena sinar
L Mata kabur, kesulitan membaca
L Kesulitan melihat ( focus ) pada jarak jauh atau dekat.
DO:
L retina tidak Nampak
L Pandangan kabur / redup
L Gangguan sensori-perseptual penglihatan.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
M Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –
kehilangan vitreus, pandangan kabur
M Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
M Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
C.RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –
kehilangan vitreus,pandangan kabur.
Tujuan:
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
z Intervensi
Ø Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisipembatasan aktifitas, penampilan.
Ø Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
z intervensi
v Pantau informasi tentang kondisi individu
v Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
v Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman
.
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
z intervensi
Ø Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang
harus dilaporkan segera kepada dokter.
Ø Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan, Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
Ø Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan
D.EVALUASI
Ø Diagnosa: Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –
kehilangan vitreus, pandangan kabur
Evaluasi:
S: klien mengatakan Mata silau,bila terkena sinar
O: retina tidak tampak
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Evaluasi:
S: klien mengatakan matanya kabur dan kesulitan membaca
O: pandangan klien Pandangan kabur / redup
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
A.KESIMPULAN
B. SARAN
baik dari segi defenisi, patogenesis, prognosis, gejala, komplikasi serta bagaimana
penatalaksanaannya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat penyertaan dan
bimbinganNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan .Untuk itu penulis mengarapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia, Pennsylvania
: The Curtis Center
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1898/1/rodiah.pdf
http://data.tp.ac.id/dokumen/neuropati+diabetik
http://www.susukolostrum.com/artikel-kesehatan/mata/retinopati-diabetes.html