Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROMA NEFROTIK

Dosen Fasilitator :

Sutomo S.Kep,Ners.,M.Kep

Nama Mahasiswa :

Firdha Auryn (0118061)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MOJOKERTO 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT, TuhanYang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah KMB. Dimana dalam makalah
ini membahas mengenai penyakit sindrom nefrotik. Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari
kesempurnaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.

Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapan segala bentuk masukan dan
kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan
yang lebih bijaksana sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif, karena
dengan adanya kritik dan saran yang membangun tersebut dapat memberikan wawasan kepada
kami untuk kesempurnaan makalah berikutnya/

Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mojokerto, 21 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.................................................................................................................. 1
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.............................................................................................................   ....... 4
B.Rumusan Masalah...........................................................................................................   .... 4
C.Maksud Dan Tujuan.......................................................................................................  ...... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian............................................................................................................................
2.2 Etiologi................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................................
2.4 Pathway...............................................................................................................................
2.5 Manifestasi klinis.................................................................................................................
2.6 Pemeriksaan diagnostic ......................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................................................
2.8 Kkomplikasi.........................................................................................................................
2.9 Konsep asuhan keperawatan................................................................................................
a. Pengkajian keperawatan...................................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................
c. Intervensi Keperawatan...................................................................................................
3.0 Evaluasi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................................   ... 12
Saran....................................................................................................................................
Daftarpustaka...................................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nefrotik sindrom adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia) dan kelebihan lipid
dalam darah (hyperlipidemia). Kejadian ini di akibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein
kedalam urine karena peningkatan permeabilitas membrane kapiler gromerulus.

Angka insidens sindrom nefrotik antara 2-4 kasus dari setiap100.000 anak dibawah 16 tahun
setiap tahun. Kasus sindrom nefrotik ditemukan 90% pada kasus ginjal anak. Kasus sindom
nefrotik di Indonesia diperkirakan 6 kasus pertahun tiap 100.000 untuk berumur kurang dari 16
tahun. Risiko antara lelaki dan perempuan pada anak sekitar 2 : 1 (Wirya, 2002).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi pada Nefrotik Sindrom?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Nefrotik Sindrom (pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi)?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi pada Nefrotik Sindrom
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Nefrotik Sindrom (pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi)
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sindrom Nefrotik

Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
membrane glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urunarius yang massif.
Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteiurineria massif.
Sindorma nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh :

1. Peningkatan protein dalam urine secara bermakna (proteinuria)


2. Penurunan albumin dalam darah
3. Edema
4. Serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah

Tanda- tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membrane kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.

B. Etiologi

Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua :

1. Primer : yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal seperti glomerulonephritis,


dan nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder : yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik
yang lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dam amyloidosis

C. Patofisiologi

Kelainan yang terjadi pada sindroma nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan karena
kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait
dengan hilangnya muatan negatif gliko protein dalam dindin kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi
protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerulus dan akhirnya
diekskresikan dalam urine.

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular dan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga
cairan intravascular berpindah pada intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume
cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hipovolemi. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH)
dan sekresi aldosterone yang kemudian akan menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya
hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urine. Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hyperlipidemia, atau defisiensi seng.

D. Manifestasi klinis

Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila di
tekan (pitting) dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital), pada area ekstermitas
(sekrum, tumit dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala,
iritabilitas, dan keletihan umumnya terjadi.

E. Pathway

Sindrom
nefrotik

Perubahan permeabilitas
glomerulus

Protein terfiltrasi
bersama urine
(proteinuria)

Hilangnya protein Merngsang


plasma sintesis LDL dihati

hipoalbuminemia Mengangkut kolesterol dalam


darah

Cairan intravaskuler
edema hiperlipidemia
berpindah ke intersisial

peritoneal paru kemalu mata


an
Efusi Bengkak
Asites Vol. intravaskuler
pleura periorbital

Menekan Hipovolemia Resiko


gaster ketidakseimbangan
cairan
Sekresi renin
Perepsi
kenyang
vasokontriksi
Renin angiotensin

anoreksia

Pelepasan ADH Aldosteron hipertensi

Defisit nutrisi
Perfusi jaringan
Reabsorpsi Na serebral tidak
dan air efektif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Penegakan diagnostik sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang berikut
yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsy ginjal, dan
darah, dimana :

1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400ml/24 jam (fase oliguri) yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
Monoglobin, porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein
urin meningkat (nilai normal negative). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindrom
nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstick atau melalui tes
semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Memberikan gambaran oval fat bodies : epitel sel yang mengandung butir-butir lemak,
kadang-kadang dijumpai sel eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran potein urin dilakukan melalui timed collection dilakukan melalui
pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan
harinya. Pada individu sehat total protein urin kurang dari 150Mg. adanya proteinuria
massif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan.
4. Albumin serum
Kualitatif : ++ sampai ++++
Kuantitatif : >50Mg/kgBB/hari
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis
6. USG renal : terdapat tanda-tanda glomerulonephritis kronik
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steoid atau frekuen relaps serta terdapat manifestasi nefritik
signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan
untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing
tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini
dilakukan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapun prosedur biopsy ginjal sebagai berikut :
a) Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal
b) Anastesi (lokal)
c) Jarum (piston biopsy). Apabila tidak ada piston biopsy dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d) Tempat (pool baah ginjal, lebih disukai ginjal kiri)
e) Jaringan yang di dapatkan di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya dan imunofluoresen
f) Setelah biopsy.
 Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila posisi tengkurap pasien
mengalami sejas nafas maka biopsy dilakukan pada posisi duduk
 Anjurkan untuk minum banyak
 Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah dan lakukan
pemeriksaan urine lengkap
g) Apabila tidak ada kencing darah maka pasien dipulangkan. Biasanya pada pasien
yang berisiko rendah, pagi biopsy sore pulang (one day care)
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun adanya gagal ginjal, natrium meningkat
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan perpindahan
seluler atau pengeluaran jaringan. Penurunan kadar serum dapat menunjukkan kehilangan
protein dan albumin melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan
penurunn sintesis karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat
(umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia
darah dijumpai protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml). albumin menurun (N:4-5,8
gm/100ml), rasio albumin/globulin< (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N:80-120
mg/100 ml), ureum,kreatinin dan klirens kreatinin normal)

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga pasien dalam
keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk meningkatkan
diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan
ptotein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein ditubuh. Jika
edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretic diresepkan untuk pasien
dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid digunakan untuk mengurangi proteinuria.
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup agens
antineoplastic atau agens imunosupresif, jika terjadi kambuh penanganan kortikosteroid
ulang diperlukan.

Diet bagi klien sindrom nefrotik


1. Tujuan Diet
 Mengganti kehilangan protein terutama albumun
 Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
 Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida
 Mengontrol hopertensi
 Mengatasi anoreksia
2. Syarat Diet
 Energy cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu
35kkal/kg BB per hari
 Protein sedang, yaitu 1g/Kg/BB atau 0,8 g/Kg BB ditambah jumlah protein
yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan penggunaan protein bernilai
biologic tinggi
 Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total
 Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
 Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr se hari, tergantung berat ringannya edema
 Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah
 Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin
ditambah 500ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernafasan
3. Diet yang di anjurkan dan di hindari

Jenis bahan Dianjurkan Dibatasi


makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, gandum, Roti, biscuit dan kue-kue
Karbohidrat macaroni, pasta, jagung, kentang, ubi,
yang dibuat menggunakan
talas, singkong, havermout garam dapur dan soda.
Sumber Protein Telur, susu skim/susu rendah lemak,
Hati, ginjal, jantung,
Hewani ayam tanpa kulit dan ikan limpa, otak, ham, sosis,
babat, usus, paru, sarden,
kaldu daging, bebek,
burung, angsa, remis,
seafood dan aneka protein
hewani yang diawetkan
menggunakan garam
seperti sarden, komet, ikan
asin dan sebagainya
Sumber Protein Kacang-kacangan dan aneka Kacang-kacangan yang I
Nabati olahannya asinkan atau di awetkan
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang di asinkan
atau di awetkan
Buah-buahan Semua macam buah-buahan segar Buah-buahan yang di
asinkan atau di awetkan
Minum Semua macam minuman yang tidak The kental atau kopi.
beralkohol Minuman yang
mengandung soda dan
alcohol : soft drink, arak,
ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu secukupnya Makanan yang berlemak,
penggunaan santan kental,
bumbu : garam, baking
powder, soda kue, MSG,
kecap terasi, ketchup,
sambal botol, petis,
taucho, bumbu instan dan
sebagainnya.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a) Identitas klien
1. Umur: lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6
tahun). Ini dikarenakan karena adanya gangguan pada sistem imunitas
tubuh dan kelainan genetic sejak lahir.
2. Jenis kelamin: anak laki-laki sering terjadi dibandingkan anak perempuan
dngan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun terjadi
perkembangan psikoseksual : Dimana anak berada pada fase oedipal/falik
dengan ciri meraba-raba dan meresakan kenikmatan dari beberapa daerah
genetalianya, kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan diri terutama
daerah genital. Karena anak pada masa ini juga sering bermain dan
kebersihan tangan kurang terjaga. Hai ini nantinya juga dapat memicu
terjadinya infeksi.
3. Agama
4. Suku/bangsa
5. Status
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
b) Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama dan
hubungannya dengan klien
c) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : kaki edema, wajah sembab, kelembapan fisik, perut
membesar
2. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu
menanyakan hal berikut :
3. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
4. Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
5. Kaji adanya anoreksia pada klien
6. Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
d) Riwayat kesehtan dahulu
Perawat perlu mengkaji :
1. Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2. Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes mellitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
3. Penting juga dikaji tentang riwayat pemkaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
e) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
f) Kebutuhan bio-psiko-spiritual
1. Pola nutrisi dan metabolism : Anoreksia, mual, muntah
2. Pola eliminasi : diare, oliguria
3. Pola aktivitas dan latihan : mudah lelah, malaise
4. Pola istirahat tidur : susah tidur
5. Pola mekanisme koping : cemas, maladaptif
6. Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri
g) Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
2. Keadaan umum : klien lemah dan terlihat sakit berat
3. Kesadaran : biasanya kompos mentis
4. TTV : sering tidak didapatkan adanya perubahan
5. Pemeriksaan sistem tubuh
1) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase
akut. Pada fase lanjut sering di dapatkan adanya gangguan pola nafas
dan jalan nafas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dn
efusi pleura
2) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume
3) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periobital, sclera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya
azotemia pada sistem syaraf pusat
4) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola

5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada
abdomen
6) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
h) Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumun. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas
membrane glomerulus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal
(D.0036)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
(D.0019)
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan kinerja
ventrikel kiri (D.0017)
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Resiko  Tujuan Manajemen cairan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan (I.03098)
cairan berhubungan tindakan  Observasi
dengan disfungsi keperawatan 2x24 - Monitor berat
intestinal (D.0036) jam resiko badan harian
ketidakseimbangan - Monitor berat
cairan klien teratasi badan sebelum
 Kriteria hasil dan sesudah
Keseimbangan dialysis
cairan (L.03020) - Monitor status
- Asupan cairan hidrasi
meningkat  Terapeutik
- Haluaran urin - Catat intake
meningkat output dan
- Kelembapan hitung balans
membrane cairan 24 jam
mukosa - Berikan asupan
meningkat cairan sesuai
- Edema menurun kebutuhan
- Dehidrasi - Berikan cairan
menurun intravena jika
- Tekanan darah perlu
membaik  Kolaborasi
- Denyut nadi - Kolaborasi
radial membaik pemberian
- Membran diuretic jika
mukosa perlu
membaik
2. Defisit nutrisi  Tujuan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan Setelah dilakukan (I.03119)
peningkatan tindakan  Observasi
kebutuhan keperawatan 2x24 - Identifikasi
metabolism (D.0019) jam defisit nutrisi status nutrisi
klien teratasi - Identifikasi
 Kriteria hasil makanan
Status nutrisi disukai
(L.03030) - Identifikasi
- Porsi makanan kebutuhan
yang dihabiskan kalori dan jenis
meningkat nutrient
- Kekuatan otot - Monitor asupan
menelan makanan
meningkat  Terapeutik
- Perasaan cepat - Fasilitasi
kenyang menentukan
menurun pedoman diet
- Nyeri abdomen - Sajikan
menurun makanan secara
- Berat badan menarik dan
membaik suhu yang
- Indeks massa sesuai
tubuh membaik - Berikan
makanan tinggi
kalori dan
tinggi protein
 Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis.pereda
nyeri,antlemetik
) jika perlu
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika
perlu
3 Resiko perfusi  Tujuan Manajemen peningkatan
jaringan serebral - Setelah tekanan intracranial
tidak efektif dilakukan (I.06194)
berhubungan dengan tindakan  Observasi
penurunan kinerja keperawatan - Identifikasi
ventrikel kiri 2x24 jam penyebab
(D.0017) perfusi jaringan peningkatan
serebral tidak TIK (mis.lesi,
efektif klien gangguan
teratasi metabolism,
 Kriteria hasi edema serebral)
Perfusi serebral - Monitor status
(L.02014) pernafasan
- Tingkat - Monitor intake
kesadaran output cairan
meningkat  Terapeutik
- Sakit kepala - Meminimalkan
menurun stimulus dengan
- Gelisah menyediakan
menurun lingkungan
- Kecemasan yang tenang
menurun - Berikan posisi
- Nilai rata-rata semi fowler
tekanan darah - Hindari
membaik maneuver
- Tekanan darah valsava
sistolik - Cegah
membaik terjadinya
- Tekanan darah kejang
diastolic - Pertahankan
membaik suhu tubuh
normal
 Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
sedasi dan
antikonvulsan
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
diuretic osmosis
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja
jika perlu

D. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :
a. Resiko ketidakseimbangan cairan teratasi
b. Defisit nutrisi teratasi
c. Perfusi jaringan serebral tidak efektif teratasi
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan
peningkatan protein urin, edema, penurunan albumin dalam darah dan kelebihan
lipid dalam darah. Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein kedalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus. Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua primer, yaitu
berkaitan dengan penyakit ginjal dan sekunder yaitu yang di sebabkan infeksi,
penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap manifestasi sekunder. Meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin tekanan osmotic
plasma menurun sehinga cairan intravascular berpindah kedalam intertisial.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu urinalisis,
pemeriksaan sedimen urine, pengukuran protein urine, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal,
biopsy ginjal dan darah.

B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh
karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk
menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.

DAFTAR PUSTAKA
2010. Askep Sindrom Nefrotik. http// (diakses pada tanggal 15 september 20017)

Bulechek, Gloria, dkk.2013. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia , Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc

PPNI (2018), standar intervensi keperawatan Indonesia : Defisi dan tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018), standar diagnosis keperawatan Indonesia : Defisi dan indicator


diagostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI(2018), standar luaran keperawatan Indonesia : Defisi dan kriteria, Edisi 1 :


jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai