Dosen Fasilitator :
Sutomo S.Kep,Ners.,M.Kep
Nama Mahasiswa :
Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT, TuhanYang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah KMB. Dimana dalam makalah
ini membahas mengenai penyakit sindrom nefrotik. Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari
kesempurnaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.
Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapan segala bentuk masukan dan
kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan
yang lebih bijaksana sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif, karena
dengan adanya kritik dan saran yang membangun tersebut dapat memberikan wawasan kepada
kami untuk kesempurnaan makalah berikutnya/
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................................. 1
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang............................................................................................................. ....... 4
B.Rumusan Masalah........................................................................................................... .... 4
C.Maksud Dan Tujuan....................................................................................................... ...... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian............................................................................................................................
2.2 Etiologi................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................................
2.4 Pathway...............................................................................................................................
2.5 Manifestasi klinis.................................................................................................................
2.6 Pemeriksaan diagnostic ......................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................................................
2.8 Kkomplikasi.........................................................................................................................
2.9 Konsep asuhan keperawatan................................................................................................
a. Pengkajian keperawatan...................................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................
c. Intervensi Keperawatan...................................................................................................
3.0 Evaluasi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................... ... 12
Saran....................................................................................................................................
Daftarpustaka...................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia) dan kelebihan lipid
dalam darah (hyperlipidemia). Kejadian ini di akibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein
kedalam urine karena peningkatan permeabilitas membrane kapiler gromerulus.
Angka insidens sindrom nefrotik antara 2-4 kasus dari setiap100.000 anak dibawah 16 tahun
setiap tahun. Kasus sindrom nefrotik ditemukan 90% pada kasus ginjal anak. Kasus sindom
nefrotik di Indonesia diperkirakan 6 kasus pertahun tiap 100.000 untuk berumur kurang dari 16
tahun. Risiko antara lelaki dan perempuan pada anak sekitar 2 : 1 (Wirya, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi pada Nefrotik Sindrom?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Nefrotik Sindrom (pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi)?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi pada Nefrotik Sindrom
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Nefrotik Sindrom (pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi)
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
membrane glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urunarius yang massif.
Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteiurineria massif.
Sindorma nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh :
Tanda- tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membrane kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindroma nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan karena
kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait
dengan hilangnya muatan negatif gliko protein dalam dindin kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi
protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerulus dan akhirnya
diekskresikan dalam urine.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular dan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga
cairan intravascular berpindah pada intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume
cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hipovolemi. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH)
dan sekresi aldosterone yang kemudian akan menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya
hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urine. Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hyperlipidemia, atau defisiensi seng.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila di
tekan (pitting) dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital), pada area ekstermitas
(sekrum, tumit dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala,
iritabilitas, dan keletihan umumnya terjadi.
E. Pathway
Sindrom
nefrotik
Perubahan permeabilitas
glomerulus
Protein terfiltrasi
bersama urine
(proteinuria)
Cairan intravaskuler
edema hiperlipidemia
berpindah ke intersisial
anoreksia
Defisit nutrisi
Perfusi jaringan
Reabsorpsi Na serebral tidak
dan air efektif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnostik sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang berikut
yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsy ginjal, dan
darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400ml/24 jam (fase oliguri) yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
Monoglobin, porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein
urin meningkat (nilai normal negative). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindrom
nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstick atau melalui tes
semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Memberikan gambaran oval fat bodies : epitel sel yang mengandung butir-butir lemak,
kadang-kadang dijumpai sel eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran potein urin dilakukan melalui timed collection dilakukan melalui
pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan
harinya. Pada individu sehat total protein urin kurang dari 150Mg. adanya proteinuria
massif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan.
4. Albumin serum
Kualitatif : ++ sampai ++++
Kuantitatif : >50Mg/kgBB/hari
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis
6. USG renal : terdapat tanda-tanda glomerulonephritis kronik
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steoid atau frekuen relaps serta terdapat manifestasi nefritik
signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan
untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing
tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini
dilakukan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapun prosedur biopsy ginjal sebagai berikut :
a) Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal
b) Anastesi (lokal)
c) Jarum (piston biopsy). Apabila tidak ada piston biopsy dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d) Tempat (pool baah ginjal, lebih disukai ginjal kiri)
e) Jaringan yang di dapatkan di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya dan imunofluoresen
f) Setelah biopsy.
Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila posisi tengkurap pasien
mengalami sejas nafas maka biopsy dilakukan pada posisi duduk
Anjurkan untuk minum banyak
Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah dan lakukan
pemeriksaan urine lengkap
g) Apabila tidak ada kencing darah maka pasien dipulangkan. Biasanya pada pasien
yang berisiko rendah, pagi biopsy sore pulang (one day care)
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun adanya gagal ginjal, natrium meningkat
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan perpindahan
seluler atau pengeluaran jaringan. Penurunan kadar serum dapat menunjukkan kehilangan
protein dan albumin melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan
penurunn sintesis karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat
(umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia
darah dijumpai protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml). albumin menurun (N:4-5,8
gm/100ml), rasio albumin/globulin< (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N:80-120
mg/100 ml), ureum,kreatinin dan klirens kreatinin normal)
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga pasien dalam
keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk meningkatkan
diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan
ptotein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein ditubuh. Jika
edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretic diresepkan untuk pasien
dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid digunakan untuk mengurangi proteinuria.
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup agens
antineoplastic atau agens imunosupresif, jika terjadi kambuh penanganan kortikosteroid
ulang diperlukan.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada
abdomen
6) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
h) Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumun. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas
membrane glomerulus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal
(D.0036)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
(D.0019)
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan kinerja
ventrikel kiri (D.0017)
C. Intervensi
D. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :
a. Resiko ketidakseimbangan cairan teratasi
b. Defisit nutrisi teratasi
c. Perfusi jaringan serebral tidak efektif teratasi
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan
peningkatan protein urin, edema, penurunan albumin dalam darah dan kelebihan
lipid dalam darah. Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein kedalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus. Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua primer, yaitu
berkaitan dengan penyakit ginjal dan sekunder yaitu yang di sebabkan infeksi,
penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap manifestasi sekunder. Meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin tekanan osmotic
plasma menurun sehinga cairan intravascular berpindah kedalam intertisial.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu urinalisis,
pemeriksaan sedimen urine, pengukuran protein urine, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal,
biopsy ginjal dan darah.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh
karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk
menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
2010. Askep Sindrom Nefrotik. http// (diakses pada tanggal 15 september 20017)