F DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SYNDROM NEFROTIK DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
UTAMA HIPERVOLEMIA DI RUANG MELATI
RSUD DR.SOEDIRMAN KEBUMEN
Disusun Oleh:
Endang Rini Astuti
2022030115
A. PENGERTIAN
Kelebihan volume cairan atau hipervolemia adalah peningkatan
intravaskular, interstisial, dan intraselular. Penyebab kelebihan volume
cairan atau hipervolemia yaitu gangguaan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek agen farmakologis
(SDKI, 2017). Sindrom Nefrotik adalah rusaknya membran kapiler
glomerulus yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus.Sindrom Nefrotik dalah merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya injury glomerulus yang terjadi pada anak dengan
karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita Yuliant, 2017).
B. ETIOLOGI
Penyebab hipervolemia adalah :
1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
4. gangguan aliran balik vena
5. Efek agen farmakologis (mis. kartikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine)
Menurut Nurarif & Kusuma (2016). Penyebab sindrom nefrotik
yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit auto imun, yaitu suatu reaksi antigen anti body.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1) Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autonom atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema
pada masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada
neonates tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien
meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya
2) Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulo nefritis akut atau glomerulon efritis kronis,
thrombosis vena renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun otak, air raksa. Amiloidosis, penyakit
sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrane proliferatif hipo
komplemen temik.
3) Sindrom nefrotik idiopatik
Sindrom nefrotik adalah Sindrom yang tidak diketahui
penyebabnya atau juga disebut sindrom nefrotik primer.
Berdasarkan histo patologis yang tampak pada biopsy ginjal
dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron
membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal,nefropati
membranosa, glomerulo nefritis proliferatif, glomerulo sklerosis
fokal segmental.
C. MANIFESTASI KLINIS
F. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi
proteinuria.Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia.Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma
menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian
terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga
akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin
atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan,
kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia
(Kharisma,2017)
G. PATHWAY KEPERAWATAN
terlampir
H. Diagnose Keperawatan
1. Hipervolemia (D.0022) b.d akumulasi cairan dalam jaringan
2. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d mual,muntah dan anoreksia
3. Keletihan (D.0057) b.d kondisi fisiologis
4. Risiko Infeksi (D.0141) b.d menurunya respon imun
5. Defisit Pengetahuan (D.0110) b.d kurang informasi mengenai proses
penyakit
I. Intervensi Keperawatan
1. Hipervolemia (D.0022)
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Periksa tanda dan gejala hypervolemia
Identifikasi penyebab hypervolemia
Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP,
CO jika tersedia
Monitor intaje dan output cairan
Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urine)
Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi pemberian diuritik
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy
b. Pemantauan Cairan (I.03121)
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Keletihan (D.0057)
J. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2016), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom
nefrotik mencakup :
1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Kekambuhan diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk
beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a. Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakaan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intra vaskular, pembentukan
trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agenslain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin)
Untuk anak yang gagal berespons terhadap steroid
K. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden (2017), pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
1.Uji urine
a.Urinalisis: proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2g/m2/hari),bentuk
hialin dan granular, hematuria
b.Uji dipstick urine: hasilpositif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urine: meningkat palsu karena proteinuria
d. Osmolalitas urine: meningkat
2.Uji darah
a. Kadar albumin serum: menurun (kurang dari 2 g/dl)
b. Kadar kolesterol serum: meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000
mg/dl)
c. Kadar trigliserid serum: meningkat
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
e. Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul)
f. Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan
3.Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin).
BAB II
TINJAUAN KASUS
No RM : 356xxx
Nama Pasien : An. F
PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT INAP ANAK
Jenis Kelamin : Laki-laki
(Dilengkapi dalam waktu 24 jam pertama pasien masuk ruang
Berat Badan : 43,6 kg
rawat)
Tgl Lahir/usia : 09/01/2009
Mohon diisi/ditemper stiker jika ada
B. RIWAYAT KELAHIRAN
Usia kehamilan : 38 minggu Berat badan lahir: 3,1 Kg Panjang badan lahir : 49 cm
Persalinan : ✓Spontan SC Forcep Vakum Ekstraksi
Menangis : ✓ Ya Tidak Riwayat kuning : Ya ✓ Tidak
C. RIWAYAT IMUNISASI DASAR
✓Lengkap : BCG, DPT-HB, Hepatitis B, Polio 1, PCV, Polio 2,campak Tidak pernah
Tidak lengkap, sebutkan yang belum : -
D. RIWAYAT KELUARGA
Ibu : Ny. K Umur :35 Th Bangsa : Indonesia Kesehatan : Baik
Ayah : Sudah meninggal dunia
Ayah dan ibu tidak memiliki Riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Diabetes.
Ada saudara dari pihak Ibu yang menderita penyakit ginjal.Di rumah tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TB
Keterangan :
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
I. SKRINING NYERI
1. Adakah rasa nyeri : ✓Tidak □ Ya,
Lokasi : -
Frekuensi : -
Durasi :-
2. Skor nyeri : -
3. Tipe nyeri : □Terus menerus □hilang timbul
4. Karakteristik nyeri : □Tidak terkaji □ Terbakar □ Tertusuk □ Tumpul □Tertekan □ Berat □ Tajam
□ Kram
5. Nyeri mempengaruhi: Tidur □ Aktifitas fisik □ Konsentrasi □ Emosi □Nafsu Makan
J. SKRINING GIZI
Tinggi Badan : cm Berat Badan : 43,6 kg
4 ✓
Daftar Penyakit atau Keadaan yang Berisiko Mengakibatkan Malnutrisi
• Diare persisten (≥2 minggu) Infeksi HIV Wajah Dismorfik
• Penyakit Jantung Kanker (aneh
Bawaan Penyakit hati kronik Penyakit metabolik
• Kelainan bawaan 1 atau lebih Penyakit ginjal kronik Retardasi metabolik
(Celah bibir&langit-labit, atresia Penyakit paru kronik Keterlambatan
ani, dll) Terdapat stoma usus halus perkembangan
• Penyakit Akut Berat Luka bakar
-Paru : Pneumonia, Asma, dll Trauma Rencana operasi mayor
Hati : Hepatitis, dll Konstipasi berulang Obesitas
Ginjal : GGA, GNA, dll Gagal Tumbuh (Ukuran Prematuritas
pendek & Mungil)
Skor 0 (risiko malnutrisi kecil)lapor ke DPJP, Skor: 1-3 (berisiko malnutrisi sedang) laporkan ke DPJP
dan disarankan, Jika skor : 4-5 (automatic policy) lapor ke dokter pemeriksa dan disarankan untuk
dirujuk ke Poliklinik Gizi
K. STATUS FUNGSIONAL
PENGKAJIAN RISIKO JATUH ANAK (SKALA HUMPTY DUMPTY)
Parameter Kriteria Skor Nilai Skor
Dibawah 3 tahun 4
Umur 3-7 tahun 3
2
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
2
Perempuan 1
Gangguan Neurologis 4
Perubahan dalam oksigenisasi 3
(masalah saluran nafas, dehidrasi,
Diagnosis
anemia,anorexia, sinkop, Sakit kepala 1
dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan Lupa keterbatasan 2 1
kognitif Mengetahui kemampuan diri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat
bayi/ anak 4
Faktor Pasien menggunakan alat bantu atau 3
2
lingkungan box/ mebel
Pasien berada di tempat tidur 2
Pasien diluar ruang rawat 1
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalam 48 jam 2
operasi/’ obat
0
penenang/efek
anastesi
>48 jam 1
Penggunaan Penggunaan obat: sedative (kecuali 3 2
pasien ICU, yang menggunakan
sedasi dan paralisis) hipnotik,
barbiturat, fenotialin, antidepresan,
obat laksatif/ diuretika, narkotik
Salah satu dari pengobatan diatas 2
Pengobatan lain 1
10
TOTAL (resiko jatuh
rendah)
Skor : 7 – 11 (resiko jatuh rendah); ≥ 12 (resiko jatuh tinggi)
L. KEBUTUHAN EDUKASI
Hambatan Pembelajaran:
□ Tidak ada □ Pendengaran
□ Penglihatan ✓Kognitif
□ Budaya/kepercayaan □ Emosi
□ Bahasa □ Motivasi
□ Lain-lain
Edukasi yang diperlukan :
□ Stimulasi tumbuh kembang ✓Nutrisi
□ Perawatan Luka □ Perawatan stoma
□ Managemen nyeri □ Medikasi
□ Lain-lain, ............... □ Jaminan finansial
M. CATATAN
Rujukan :
□ Dietisien □ Fisioterapis
□ Terapi wicara □ Perawatan paliatif
□ Unit pelayanan jaminan □ Lain lain -
N. TERAPI OBAT
No Nama Obat Dosis
1 Infus Assering Asal netes
2 Injeksi ceftriaxone 2x1 gram
3 Injeksi furosemide 2x40 mg
4 Paracetamol 3x1 tablet
5 Ambroxol 3x1 tab
6 Transfusi albumin 100 ml premed dexa 4,5 jam
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LAB
Tanggal : 06 Desember 2022
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 15.8 g/dL 12.8-16.8
Leukosit 6.0 10^3/uL 4.5-13.0
Hematokrit 50 % 40-52
Eritrosit 6.1 10^6/uL 4.40-5.90
Trombosit 396 10^3/uL 156-408
MCV 81 fL 80-100
MCH 26 pg/cell 22-34
MCHC 32 % 32-36
HITUNG JENIS
Basofil 0.30 % 0-1
Eosinifil 1.00 % 1-5
Batang 1.2 % 3-6
Segmen 28.4 % 25-60
Limfosit 39.39 % 25-50
Monosit 3.70 % 1-6
Neutrofil 63.90 % 50-70
KIMIA KLINIK
Globulin 2.5 g/dL 1.3-3.2
Total Protein 3.47 g/dL 6.6-8.7
Albumin 1.0 g/dL 3.8-5.4
URINE LENGKAP
Darah Pos(2) - Negatif
Protein urine Pos(3+) - Negatif
Urobilinogen Negatif - 0.2-1
SEDIMEN
Eritrosit urine 5-7 /lpb 0-1
Leukosit 7-15 /lpb 0-5
Epitel squamosa 3-6 - Neg/pos
Bakteri urine Positif - Negatif
ANALISA DATA
Tanggal : 06 Desember 2022
Kelebihan volume
cairan
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
O:
Pasien dan ibunya
aktif dalam proses
penkes
07/12/2022 Memonitor output dan S : Endang
10.30 WIB input cairan Ibu Pasien
mengatakan Pasien
sudah sering kening
O:
Urine tampung ±600
cc
Pasien masih tampak
sembab diarea
kelopak mata
Ascites (+)
O:
Kelopak mata Pasien tampak bengkak
Ascites (-)
BB :43.6 kg, BB sebelumnya 35 kg
A:
Masalah keperawatan Hipervolemia belum teratasi.
P:
Lanjutkan Intervensi
Manajemen Hipervolemia
Pemantauan Cairan
06/12/2022 2 S: Endang
17.00 WIB Pasien dan ibunya mengatakan belum mengetahui
tentang pola diit untuk penyakitnya
O:
Pasien dan ibunya bertanya tentang pola diit untuk
penyakitnya
A:
Masalah keperawatan Defisit pengetahuan belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
07/12/2022 S: Endang
11.00 WIB Pasien mengatakan BAK lancer, sudah agak enakan
O:
Ascites (+)
Kelopak mata Pasien masih bengkak
Urine tampung ± 600cc
A:
Masalah Keperawatan Hipervolemia belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Monitor intake dan output cairan
Timbang BB
07/12/2022 S: Endang
11.00 WIB Pasien dan ibunya mengatkan sudah memahami
tentang pemyakitnya
O:
Pasien dan ibunya aktif bertanya pada saat diberikan
penkes
A:
P:
08/12/2022 S: Endang
16.00 WIB Pasien mengatakan kencing sedikit-sedikit
O:
Urine tampung ± 100cc
Ascites (+)
Bengkak pada kelopak mata (+)
A:
Masalah keperawatan hypervolemia belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Monitor intake dan output cairan
Timbang BB
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan data studi kasus didapatkan data mengenai An. F (13 tahun) yang menderita
NS dan dirawat di bangsal Melati C2 RSUD dr.Soedirman Kebumen. Dalam data ini
dijelaskanbahwa pasien sudah terdiagnosa NS sejak Maret 2021. Pasien mengeluhkan
BAK sedikit tapi sering, berat badan meningkat 8,6 kg, tampak wajah bengkak, edema
pada wajah dengan derajat 2 kedalaman 3 mm, hasil pemeriksaan urin terdapat protein
urin 3+, juga data nilai albumin 1,0 g/dL.Menurut penulis tanda dan gejala hipervolemia
pada pasien sudahsesuai dengan teori, diantaranya ada edema, peningkatan BB secara
spontan, hasil albumin yang kurang dari nilai normal, terdapat protein urin. Dedi (2013)
menyebutkan bahwa penyakit ini dapat terjadi pada usiapertama kehidupan, namun
biasanya bermula pada usia 2-7 tahun dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 2 : 1,
namun SN bisa terjadi lebih awaldalam 0-3 bulan pertama kehidupan (sindrom nefrotik
kongenital tipe Finnish). Pemberian diuretik ditujukan agar membantu dalam
pertambahankecepatan pembentukan urin. Adapun data yang dikaji sudah sesuai dengan
teori dan didukung oleh Wati (2012) yang menyebutkan pengkajian hipervolemia
meliputi masukan yang relative terhadap keluaran secara akurat, berat badan setiap
hari, perubahan edema, masukan cairan, kortikosteroid sesuai ketentuan, dan diuretik bila
diresepkan. Peneliti terdahulu mengangkat diagnosa keperawatan utama hipervolemia dan
dibuktikan dengan disebutkannya edema pada palpebral dengan derajat 2 kedalaman 3
mm. Dalam jurnal Pandi (2018) dan Desi(2011) menyebutkan bahwa edema dibagi
menjadi 4 tingkatan (derajat).Pada edema derajat 1 kedalamannya 1-3 mm dengan waktu
kembali 3 detik, derajat 2 kedalaman 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik, derajat 3
kedalaman 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik, dan derajat 4 kedalaman >7 mm
dengan waktu kembali >7 detik. Pasien juga mengalami peningkatan berat badan dari
13,5 menjadi 14,5 kg. Tanda gejala tersebut sudah sesuai dengan tanda gejala kelebihan
volume cairan yang disebutkan dalam NANDA (2015). Dalam pengertiannya sendiri
NANDA (2015)menyebutkan bahwa hipervolemia (kelebihan volume cairan)
adalahpeningkatan retensi cairan isotonik, dengan batasan karakteristik yang
telahditentukan diantaranya ada edema dan adanya penambahan berat badan dalam waktu
sangat singkat. Adapun dalam SDKI (2017) disebutkan bahwahipervolemia adalah
peningkatan volume caran intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler dengan tanda
gejala mayor diantaranya edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat
dalam waktu singkat. Adapun perencanaan keperawatan yang dibuat peneliti terdahulu
sudah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan dan pasien sudah diperbolehkan pulang
pada hari kedua karena kondisi pasien sudah membaik. Perencanaan yang dituliskan
penetili terdahulu yaitu monitor intake dan output cairan, monitor kondisi edema,
menganjurkan untuk mengurangi asupan garam dan cairan, ukur BB perhari, kolaborasi
pemberian obat diuretik dan pemeriksaan laboratorium. Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dipilih peneliti terdahulu yang tidak dilakukan mengacu pada SIKI
yaitu elevasi kepala 30-40 derajat dan monitor ketat kecepatan infus. Peneliti terdahulu
tidak mengelevasi kepada 30-40 derajat karena pasien tidak mengalami sesak
nafas.namun pentingnya mengelevasi kepala 30-40 derajat sangat penting sebagaimana
dijelaskan oleh Rizky (2018) yang menyebutkan bahwa dalam penelitianMoaty,
Mokadem dan Elhy (2017) tentang efek posisi semifowler terhadap oksigenasi dan status
hemodinamik menunjukkan bahwa posisi semifowler dengan elevasi 30 derajat memiliki
dampak positif terhadap pernapasan dengan hasil terjadinya peningkatan PaO2, SaO2,
dan RR serta penurunan PaCO2. Peneliti terdahulu juga tidak memonitor kecepatan infus
secara ketat karena pasien tidak diberikan infus dan hanya dipasangi three way.
Pelaksanaan yang dilakukan peneliti terdahulu yaitu mengukur BB perhari, memonitor
balance cairan, observasi edema, menganjurkan keluargamembatasi asupan garam dan
cairan, kolaborasi pemberian obat diuretic dan pemeriksaan laboratorium. Peran keluarga
yang dapat didapat dalam data studi dokumentasi ini adalah keluarga sudah memenuhi
segala peran yang ada pada teori diantaranya keluarga sudah memahami penyakit pasien,
sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, memutuskan Tindakan kesehatan yang
tepat bagi pasien, juga memberi perawatan bagi anggotayang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta